Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENDUKUNG AKTIVITAS

Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro


DATA ANALISIS RESPON

Foodcourt
PKL
(Skema 2)

 Pada kondisi eksisting kawasan perancangan sub wisata  Activity support include all the uses and activites that help  Kawasan sub wisata darat yang nantinya memiliki
darat terdapat beberapa aktivitas utama yaitu Hunian, strength urban public space for activities, and physica aktivita utama baru yang berupa aktivitas wisata
Pemerintahan, Wisata, Perdagangan dan Pendidikan. space have always been complementary to each other. bamboojo dapat dipastikan akan memerlukan penunjang
 Bentuk pendukung aktivitas yang berupa lapangan yang Activity support does not include only the provision of aktivitas baru pula, dengan adanya aktivitas baru yang
ada saat ini kurang memadai aktivitas yang ada atau pedestrian ways or plaza, but also consideration of major wisata ini tidak terbatas oleh waktu karena ada aktivitas
kurang baik. functional and use element of the city that generate cottage dan TOD akan menarik pedagang kaki lima.
 Lapangan ini digunakan masyarakat untuk berbagai activities. These may include department store,
 Berdasarkan hal tersebut penyediaan lahan untuk
macam kegiatan seperti upacara pada hari kemerdekaan, recreational parks, a civic center, a public library, an other
(Shirvani, 1958:37) pedagang kaki lima harus disediakan dan juga regulasi
olahraga bagi siswa sekolah dasar (SD), dan acara hajatan
untuk masyarakat sekitar.  The intergration of indoor with outdoor activities is also untuk menata kegiatan ini.
 Pada kawasan perancangan wisata darat belum tersentuh important dimension of activiti support  Mc.Gee dan Yeung (1977:108) menyatakan bahwa PKL
oleh perancangan dengan baik sehingga pendukung planning.coordinations with the built environment entails, beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan
aktivitas yang ada belum sepenuh baik. for example pedestrian-level acces and attractions. In yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi
term of physical design, this goal dictates windows, orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar
clearly designated entryways, and such specific land uses publik, terminal, daerah komersial.
as retailing and food service (Shirvani, 1958:39) Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan beberapa
titik lokasi optimal untuk penataan atau penempatan
PKL pada kawasan perancangan dengan 2 skema
penataan dibawah ini.
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
A. Analisis Pendukung Aktivitas
(Berdasarkan Land Use) Skema 1 PKL
 Strenght Pedestrian
1. Membuat kawasan perancangan semakin hidup dan ramai Vegetasi
dengan adanya pendukung aktivitas pada pembagian ruas Jalan
jalan seperti menyediakan area pedakang kaki lima pada Vegetasi
pedestrian ways. Pedestrian
 Weakness PKL
1. pendukung aktivitas pada pembagian ruas jalan belum  Skema 1 digunakan untuk menata pedagang kaki lima
ada dikarenakan pada eksisting kawasan perancangan yang memiliki luas guna lahan hanya 2x1 meter, regulasi
belum memiliki aktivitas utama yang mempengaruhi ini diambil untuk meciptakan suasana kawasan yang
kegiatan masyarakat. tertata dan rapi.
2. pendukung aktivitas pada eksisting kawasan perancangan
dimana mendukung aktivitas utama pendidikan dan
pemerintahan banyak menimbulkan sampah (contoh :
pedagang kaki lima)
 Opportunities
1. Dapat mendukung perekonomian kawasan perancangan
sub wisata darat
 Threat
1. Pendukung aktivitas yang berupa pedagang kaki lima
pada eksisting kawasan perancangan dapat menjadi
boomerang bagi plaza (lapangan sepak bola) yang
menjadi kotor banyak sampah dan tidak tertata.
Gambar 1 Contoh Penataan PKL Skema 1
B. Analisis Pendukung Aktivitas
(Berdasarkan Karakteristik Pendukung Aktivitas)  Pedagang kaki lima yang memiliki luas guna lahan lebih
 Mc.Gee dan Yeung (1977:108) menyatakan bahwa PKL dari 2x1 meter akan ditempatkan pada kawasan
beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan foodcourt yang letaknya tidak jauh dari aktivitas utama
yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi juga dengan adanya plaza pada area yang ditentukan
orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar akan menambah kesan eksklusif nantinya
publik, terminal, daerah komersial.
Skema 2 (Food Court PKL)
Berdasarkan hal tersebut dengan nantinya akan
direncanakan kawasan wisata baru pada sub darat
menjadikan daya tarik tersendiri bagi PKL untuk menetap
dan berdagang pada sekitar kawasan ini. Tidak menutup
kemungkinan meskipun pada kawasan wisata ini
memiliki cottage dan resotaran sendiri para pengunjung
memilih PKL untuk membeli makanan dan minuman.
Pengunjung termotivasi data ke PKL, karena suasananya
lebih santai, tidak terkesan formal, dan bisa mendapatkan
barang dengan kualitas yang sama di perdagangan formal,
tetapi dapat dibeli dengan harga lebih murah.
Gambar 2 Contoh Penataan PKL Skema 2
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
Aktivitas PKL berupa berdagang akan mengikuti
kegiatan pada kawasan wisata ini, pada aktivitas wisata
terdapat aktivitas wisata itu sendiri dengan waktu aktif
pukul 09:00-17:00; mengikuti aktivitas cottage dan warga
sekitar 10:00-22:00.
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
ANALISIS KEBISINGAN
DATA ANALISIS RESPON

Jalur Galian C (Utama)


Jalur Galian C (Alternatif)
Tingkat Kebisingan Tinggi
Tingkat Kebisingan Rendah

 Pada eksisting kawasan perancangan sub wisata darat  Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-  Memindahkan kawasan stone crusher pada area yang
terdapat beberapa sumber kebisingan, sumber kebisingan 51/MENAKER/1999 tentang nilai ambang batas faktor yang jauh dari bangunan hunian dan aktivitas lainnya
ini berasal kendaraan yang melewat jalan raya kemalang- fisik di tempat kerja, bahwa nilai ambang batas yang memerlukan tingkat kebisingan yang rendah dari
manisrenggo yang berupa motor, mobil, angkutan umum kebisingan di area kerja maksimal 85 dB dengan waktu sumber kebisingan.
dan truk. Sumber kebisingan lainnya berasa dari adanya pemajanan 8 jam.  Pada sisi timur kawasan perancangan di peruntukkan
kegiatan stone crusher dan depo pasir yang dilakukan oleh  Vegetasi memiliki fungsi sebagai pengendali suara, pada lahan wisata sehingga tidak terlalu terganggu oleh
masyarakat. kondisi topografi yang landau hingga curam vegetasi aktivitas lalu lintas truk galian c.
 Jalan raya kemalang-manisrenggo ini termasuk jalan dapat mereduksi suara mobil 75% dan truk 80% dan pada  Berdasarkan kawasan perancangan eksisting yang
kolektor lingkar utara Kabupaten Klaten. Sehingga dapat topografi datar vegetasi berupa semak dapat mereduksi memiliki lahan bambu yang luas dapat digunakan untuk
dipastikan sekarang dan 20 tahun kedepan memiliki suara mobil 75% dan truk 50% jika vegetasi berbentuk barierr terhadap sumber kebisingan pada JL. Kemalang-
tingkat kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, apalagi pohon dapat mereduksi suara truk 80%. Manisrenggo, dimana nantinya lahan bambu ini juga akan
nantinya Jalan TOL yang melewati Kabupaten memiliki  Jurnal Sains dan Teknologi Vol 17 no 2, Desember 2017 di kembangkan untuk wisata.
Exit TOL yang dekat dengan lokasi perancangan. tentang Tingkat Kebisingan Dan Suhu Pada Usaha Stone  Memberi vegetasi lain yang memilik fungsi ganda untuk
 Tidak hanya pada JL. Kemalang-Manisrenngo perlintasan Crusher Pt. X, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi ditempatkan pada tepi jalan seperti flamboyant dan
truk galian C ini juga melalui Jalan Lokal pada kawasan Sumatera Barat. Berdasarkan jurnal tersebut dengan angsana ditambah dengan semak yang mudah di tata.
perancangan. kesamaan ciri-ciri dengan area stone crusher pada  Partisi material akustik juga dapat digunakan dalam
kawasan perancangan menghasilkan perhitungan rancangan untuk pengendali bunyi dalam mereduksi
kebisingan seperti dibawah ini. kebisingan yang ada dengan metode :
1. Bahan berpori
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
2. Penyerap panel
 Kebisingan di Lokasi Operator Stone Crusher 3. Resonator Rongga

Tabel 1. Tingkat Kebisingan di Lokasi Operator Pagi hari Jam 09.00


WIB Pada Jarak 3 m

Tabel 2.Tingkat Kebisingan di Lokasi Operator Siang Hari Jam 11.00


WIB Pada Jarak 3 m

Tabel 3. Tingkat Kebisingan di Lokasi Operator Sore Hari Jam 15.00


WIB Pada Jarak 3 m

Sehingga SPLeq selama 8 jam untuk di lokasi Operator


adalah :

 Kebisingan di Lokasi Perlintasan Kerja

Tabel 4. Tingkat Kebisingan di Lokasi Perlintasan Pagi hari Jam 09.00


WIB Pada Jarak 6 m
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro

Tabel 5. Tingkat Kebisingan di Lokasi Operator Siang Hari Jam 11.00


WIB Pada Jarak 6 m

Tabel 6. Tingkat Kebisingan di Lokasi Perlintasan Sore hari Jam 15.00


WIB Pada Jarak 6 m

 Tingkat kebisingan di lokasi kegiatan stone crusher


(lokasi operator 97,31dB dan lokasi lalu lintasnya pekerja
95,47dB) sehingga tidak sesuai dengan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MENAKER/1999
tentang nilai ambang batas faktor fisik di tempat kerja.
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro

ANALISIS IDENTITY
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
DATA ANALISIS RESPON

Pusat
UMKM
dan Food
Court

Cottage

Gerbang atau Gapura


Kawasan Wisata Bambu
Landmark Kawasan
Wisata Bambu

 Identity merupakan kesan dari satu objek yang dapat  Merupakan nilai yang dibuat atau dimunculkan oleh  Merespon hasil analisis yang telah dilakukan, maka
menjadi ciri satu kawasan. Unsur yang sering kali objek (bangunan/manusia) sehingga dapat ditangkap dan wilayah perancangan akan dibangun beberapa bangunan
dikaitkan dengan identik adalah landmark yang dapat dikenali oleh indera manusia (Darmawan, 2003). baru/kawasan baru.
menjadi penanda satu kawasan. Landmark dapat berupa  Sesuai dengan RTRW peruntukan Kecamatan  Desa bertemakan Eco-Village akan di jadikan daya tarik
gerbang, persimpangan, tugu, dll yang digunakan sebagai Karangnongko bagi Kabupaten Klaten adalah kawasan dan ciri tersendiri bagi kawasan perancangan sehingga
ikon satu kawasan. resapan air. Sejalan dengan RTRW tersebut kawasan akan memberikan kesan yang dapat diingat oleh
 Pada kawasan perancangan belum memiliki suatu unsur perancangan sub wisata darat yang memiliki luas lahan pengunjung terutama dengan kearifan lokal yang ada.
yang dapat menggambarkan kawasan perancangan sub pertanian yang sangat luas nantinya harus dipertahankan  Pada bagian penginapan akan memiliki bentuk bangunan
wisata darat. dengan sekaligus ancaman-ancaman yang akan datang dan jenis material yang bahan utamanya adalah bambu,
 Pada kawasan sub wisata darat memiliki beberapa titik- pada 20 tahun kedepan. seperti dibawah ini.
titik UMKM yang mungkin nantinya dapat menjadikan
suatu unsur baru yang dapat dijadikan ciri dari kawasan. Berdasarkan hal tersebut kawasan perancangan akan di
 Adapun unsur yang dapat dijadikan ciri lainnya seperti desain sebagai kawasan Eco-Village yang nantinya dapat
1. Pertanian diharapkan menjadi ciri khusus bagi kawasan.
2. Perikanan  Titik-titik UMKM yang telah ada nantinya akan akan
3. Bambu dipusatkan pada satu lahan sehingga menjadi ciri khas
 Pada kawasan perancangan juga belum memiliki tersendiri, dengan jenis-jenis UMKM yang berciri khas
landmark atau gapura yang dapat memberi ciri tersendiri sesuai dengan kawasan.
bagi kawasan perancangan.
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro

a
 Unsur lainnya yang dapat menjadi suatu salah satunya  pada bagian pusat UMKM dan hiburan hampir sama
dari unsur bambu, dengan adanya kawasan bambu yang dengan bangunan cottage memilihi bahan dasar bangunan
cukup luas dan nantinya akan ada wisata bambu pada dari bambu, seperti dibawah ini
kawasan perancangan yang akan dibangun.

Berdasarkan hal tersebut dengan adanya kawasan wisata


baru dimana nantinya akan direncanakan akan dibangun
cottage. Bangunan-bangunan cottage dan bangunan
lainnya yang ada kawasan akan memiliki ciri akan
penggunaan bahan pada material bengunannya dan juga
akan dibangun gapura bambu dan landmark baru yang
mencirikan kawasan ini perancangan.

Gambar 2 Contoh Pusat UMKM Dan Hiburan Yang Akan


Dikembangkan

 pada bagian gapura kawasan wisata bahan dasar yang


akan digunakan berupa bambu yang akan di bentuk
sedemikian rupa berbentuk gerbang sehingga dapat
mencirikan kawasan wisata bambu, seperti dibawah ini

Gambar 2 Contoh Gambar Gapura atau Gerbang Kawasan


Wisata Bambu .
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
 pada bagian landmark kawasan wisata dan kawasan
perancangan tetap menggunakan bahan dasar bambu,
seperti dibawah ini.

Gambar 3 Contoh Gambar Landmark Kawasan Wisata Bambu .


Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
ANALISIS LANDMARK Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
DATA ANALISIS RESPON

Landmark Kawasan
Wisata Bambu

 Eksisting pada kawasan perancangan sub wisata darat  Berbeda dengan simpul, yang bisa dimasukkan, tengaran  Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, telah
belum memiliki landmark yang menjadi suatu ciri dari merupakan ciri eksternal bagi individu yang bertindak sehingga menghasilkan 2 titik optimal pada perancangan
kawasan. Berdasarkan hal diatas dapat diketahui untuk sebagai rujukan (Lynch, 1960). sub wisata kawasan darat.
mengetahui kawasan perancangan sangat sulit oleh  Tengaran adalah isyarat yang sangat penting dalam proses 1. Titik pertama pada pertigaan jalan kolektor yaitu JL.
masyarakat dari luar kawasan perancangan. pencarian jalan ketika mereka berbeda dan tidak terlalu Kemalang-Manisrenggo. Jalan ini merupaka jalan
 Landmark pada kawasan perancangan hanya berupa banyak (Kaplan, et al., 1998). masuk dan keluar utama dari kawasan perancangan
sebuah lapangan yang berfungsi untuk tengaran dari  Berdasarkan penjelasan tersebut maka kawasan wisata sub wisata darat, sehingga dengan pembangunan
kawasan perancangan sub wisata darat, namun hal itu yang berpotensi besar perlu dibangun sebual tengaran landmark pada jalan ini akan menjadi terangan yang
tidak cukup untuk menjadi landmark yang mencirikan (landmark) berdasarkan ciri khas dari kawasan sangat baik bagi pengunjungan sub kawasan wisata
kawasan ini. perancangan sub wisata darat. darat.
2. Titik kedua pada jalan yang mengarah pada kawasan
A. Analisis Landmark wisata bambu yang terletak disekitar kawasan TOD,
(Berdasarkan Analisis Penulis) dengan adanya tengaran diarea tersebut
 Strenght menunjukkan telah dekat dengan kawasan wisata.
Kepemilikan tengaran (landmark) pada suatu kawasan
ada sebuah keputusan yang tepat bagi suatu kawasan
dengan adanya landmark memudahkan bagi pengunjung
kawasan untuk mengenali kawasan tersebut terlebih
untuk kawasan yang memiliki wisata.
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
 Weakness  pada bagian landmark kawasan wisata dan kawasan
Tanpa memiliki landmark suatu kawasan akan susah perancangan tetap menggunakan bahan dasar bambu,
dikenali oleh pengunjung yang akan datang pada kawasan seperti dibawah ini.
tersebut sehingga menimbulkan kemungkinan-
kemungkinan seperti tersesatnya pengunjung dan tidak
jadi mengunjungi kawasan wisata dikarenakan sudah
melewati kawasan dan enggan untuk kembali untuk
mencari.
 Opportunities
Suatu kawasan yang memiliki landmark akan memiliki
keuntungan-keuntungan bagi kawasan tersebut seperti
1. Masyarakat memiliki rasa bangga karena kawasanya
dikenali dan di ingat oleh pengunjung.
2. Pengunjung dapat dengan mudah menemukan
kawasan.
 Threat Gambar 3 Contoh Gambar Landmark Kawasan Wisata Bambu
Adanya penolakan oleh masyarakat setempat dikarenakan
dengan adanya pembangunan landmark yang sedikir
besarnya akan merubah beberapa lahan nantinya.

B. Analisis Landmark
(Berdasarkan Analisis Penulis)

 Titik Potensial
1. Pertigaan Jalan Kemalang-Manisrenggo
Intensitas kendaraan yang melewati jalan tersebut
seperti dibawah ini.

Table 1 LHR Masuk Ke Kawasan Perancangan


Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro

Table 2 LHR Keluar Ke Kawasan Perancangan

Berdasarkan hal diatas dapat diketahui bahwa LHR dari


kendaraan yang melintasi Jalan Kemalang-Manisrenggo,
dengan demikian titik optimal untuk meletak landmark bagi
kawasan perancangan terletak di sekitar Jalan Kemalang-
Manisrenggo.
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
ANALISIS PERSAMPAHAN
DATA ANALISIS RESPON

 Pada lokasi perancangan sub kawasan wisata darat belum  Menurut SNI 342 Tahun 2008 tentang cara pengelolaan  Pada lokasi perancang wisata darat dibutuhkan 2 TPS
terdapat sistem pengeloalaan sampah yang baik, belum sampah dipermukiman bahwa setiap orang maksimal dengan luas kurang lebih 12 m2 untuk tiap-tiap TPS yang
memiliki TPS juga. menghasilkan timbulan sampah sebanyak 3.25 ada.
 Masyarakat lebih memilah sampah, menimbun sampah liter/sampah/hari.  Untuk sistem pengelolaan sampah yang ada dapat
untuk sampah jenis organik dan membakar sampah  Proyeksi penduduk pada kawasan perancangan sub dilakukan dengan cara pengangkutan sampah dalam
plastik yang berupa sampah anorganik. wisata darat sebanyak 5973 jiwa pada tahun 2040. kurun waktu 2 x seminggu.
 Terkadang masyarakat juga membuat sampah-  Kawasan permukiman yang baik harus memiliki sistem Sampah Hunian  Petugas Sampah Keliling  TPS 
sampahnya pada aliran sungai yang melalui kawasan pengelolaan sampah yang baik tidak hanya dari segi diangkut menuju TPA.
perancangan sub wisata darat. pengelolaan sampah saja, namun inovasi-inovasi untuk  Inovasi untuk pengelolaan yang akan dilakukan pada
 Perhitungan timbulan sampah tiap hari dimanfaatkna dan mengembangkan atau memberi nilai kawasan perancangan yaitu berupa:
1965 jiwa x 3,25 liter = 6877.5 liter/hari dari sampah itu sendiri. sehingga sampah yang
Berdasarkan perhitungan timbulan sampah tiap harinya ditimbulkan oleh masyarakat dapat memberikan 1. Pemilahan sampah hunian (Organik, Anorganik
sebesar 6386,25 liter/hari seharusnya kawasan kesejahteraan bagi masyarakat pada kawasan Plastik dan Anorganik Kaca dan Besi).
perancangsan sub wisata darat memiliki 1 TPS untuk perancangan sub wisata darat.
menampung sampah yang ada pada kawasan  Perhitungan timbulan sampah tiap hari
perancangan. 5973 jiwa x 3.25 liter = 19412 liter/sampah/ hari
Berdasarkan perhitungan timbulan sampah tiap harinya
sebesar 19412 liter/sampah/hari seharusnya kawasan
perancangsan sub wisata darat memiliki 1 TPS untuk
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
menampung sampah yang ada pada kawasan
perancangan.

Gambar 1 Pemilahan Sampah pada Hunian

2. Pembangunan bank sampah dan pemberdayaan


masyarakat.

Gambar 2 Pemilahan Sampah pada Hunian

3. Pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan.


Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro

Gambar 3 Produk Hasil UMKM dari Sampah Plastik

4. Pengolahan sampah organik menjadi kompos dan


biogas. Pengolahan sampah organik ini bertujuan
untuk dapat meminimalisir dana yang dikeluarkan
untuk pemupukan sawah yang akan ditanami.

Gambar 3 Alur Daur Ulang Kompos dari Sampah Organik


Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro

Gambar 5 Alur Daur Ulang Biogas dari Sampah Organik

ANALISIS PROPORSI
DATA ANALISIS DAN RESPON
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro

 Proporsi adalah Konfigurasi antara beberapa bagian dari suatu obyek terhadap bagian  Pada kawasan perancangan sub wisata darat akan memiliki proporsi bangunan-bangunan
yang lain, yang terdapat dalam satu tatanan yang utuh. yang memiliki kesamaan sehingga membentuk rasa ruang yang sama seperti pada
 Proporsi kawasan perancangan jika dilihat dari secara utuh dalam satu lingkup, bangunan hunian yang nantinya memiliki kesamaan dari bentuk bangunan, luas maupun
memperlihatkan tidak tertatanya kawasan-kawasan hunian, pada sisi sebelah barat ketinggian dengan hitungan keperluan ruang yang telah di sesuaikan dengan aktivitas
kawasan perancangan sangat terlihat padat oleh bangunan-bangunan hunian dan pusat penduduk pada kawasan perancangan.
pelayanan dari kelurahan kadilajo sedangkan pada sebelah timur kawasan perancangan = 7m
hanya terdapat bangunan hunian. : Lahan Peternakan
 Pada kawasan perancangan sub wisata darat memiliki bentuk proporsi bangunan yang
5m : Lahan Penjemuran Gabah
berbeda-beda dapat dilihat pada luas bangunan, bentuk bangunan dan tinggi bangunan
10 4m
yang bervariasi sehingga tidak membentuk rasa ruang sebagai satu lingkup.
meter : Lahan Parkir
15 meter
5m : Lahan Hunian
3m

10 meter

A
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
 pada kawasan permukiman nantinya akan memiliki proporsi bangunan seperti
dibawah ini, area terluar kawasan hunian akan digunakan untuk hunian dengan
tipe 150 m2 dan tipe dibagian dalam akan dibangun hunian dengan tipe 100 m2.
Berdasarkan hal tersebut pada kawasan hunian ini akan terlihat proporsi rasa
dari ruang hunian ini.

: Hunia Tipe 100


: Hunian Tipe 150
: Rusun
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
ANALISIS IRAMA
DATA ANALISIS DAN RESPON
Dikerjakan oleh : Danu Ihsan Wasundoro
 Pada kawasan perancangan kawasan sub wisata darat eksisting tidak  Pada kawasan perancangan sub wisata darat nantinya akan bentuk atau desain
memvisualkan adanya irama atau pengulangan pada bentuk mulai dari bentuk atap yang memiliki kesamaan dibedakan dengan beberapa tipe rumah yaitu tipe rumah
bangunan, bentuk bukaan pada fasad bangunan, bentuk kolom bangunan dan besar dengan luas 150 m2, tipe rumah sedang dengan luas 100 m2 dan tipe rumah
bentuk hadap bangunan. kecil dengan luas 80 m2. Dengan ketentuan KLB dan GSB yang telah dihitung
 Desain bangunan satu dengan bangunan yang lainnya sangat beragam, sebelumnya.
berdasarkan hasil survey dan wawancara masyarakat secara langsung. Luas lahan  Tidak hanya dari bentuk bangunan saja, nantinya hunian memiliki peruntukan
dan bentuk hadap maupun fasad sangat beragam. Hal itu dikarenakan terjadi lahan hunian yang sama menyesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan oleh
dikarenakan adanya perbedaan pendapatan keuangan masyarakat antara yang satu penghuni masing-masing rumah.
dengan yang lainnya, sehingga masyarakat tidak dapaet mengelola bangunan  Sedangkan untuk street furniture yang ada nantinya juga akan memiliki irama
hunian dengan baik. yang sama pada kawasan perancangan kawasan sub wisata darat. Street furniture
yang natinya akan memiliki irama yang sama seperti lampu penerangan jalan
dengan bentuk yang artistik dengan jarak antar lampu 20 m.

Anda mungkin juga menyukai