Disusun Oleh :
-Golongan SB3/-3-
Hari :
Tanggal :
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat , hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
“Laporan Resmi Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah”.
Laporan resmi ini kami susun dengan maksimal, dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan resmi ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan Laporan Resmi ini. Maka tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada semua orang yang sudah membantu kelompok kami. dan terima
kasih juga untuk para pihak yang sudah terlibat langsung. khususnya kami ucapkan
kepada Dr. Ir. Rossyda Priyadarshini, MP. sebagai dosen pembimbing.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Akhir kata kami
berharap semoga Laporan Resmi ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1 Pendahuluan Materi .......................................................................................... 10
iv
4.2.5 Hasil Pengamatan .......................................................................................... 28
v
5.2.3 Alat dan Bahan .............................................................................................. 44
6. 1 pH Tanah ............................................................................................................. 56
vi
6.2.1 Pendahuluan Materi ....................................................................................... 62
vii
7.5 Hasil Pengamatan ............................................................................................. 75
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 29 5.2.5.2.1 Berat Labu Ukur T1 (Batu) ....................................................... 47
Gambar 30 5.2.5.2.2 Berat Labu Ukur + Tanah T1 (Batu) ......................................... 47
Gambar 31 5.2.5.2.3 Berat Labu Ukur T2 (Batu) ....................................................... 47
Gambar 32 5.2.5.2.3 Berat Labu Ukur + Tanah T2 (Batu) ......................................... 48
Gambar 33 5.2.5.2.4 Labu Ukur + Tanah + Air T1 (Batu) ......................................... 48
Gambar 34 5.2.5.2.5 Labu Ukur + Tanah + Air T2 (Batu) ......................................... 48
Gambar 35 6.1.5.2.1 pH Tanah T1 (Batu) Dengan Larutan H2O ............................... 59
Gambar 36 6.1.5.2.2 pH Tanah T2 (Batu) Dengan Larutan H20................................ 59
Gambar 37 6.1.5.2.3 pH Tanah T1 (Batu) Dengan Larutan KCL .............................. 59
Gambar 38 6.1.5.2.4 pH Tanah T2 (Batu) Dengan Larutan KCL .............................. 60
Gambar 39 6.2.5.1.1 Terdapat Asap Gelembung Pada Tetesan KE – 4 ..................... 64
Gambar 40 6.2.5.1.2 Terdapat Asap Gelembung Pada Tetesan Ke – 4 ...................... 65
Gambar 41 6.3.5.1.1 Terdapat Asap Pada Tetesan Ke – 3.......................................... 69
Gambar 42 6.3.5.1.2 Terdapat Asap Pada Tetesan Ke – 1.......................................... 69
Gambar 43 7.5.4.1 Sampel Tanah T1 (Batu) .............................................................. 77
Gambar 44 7.5.4.2 Sampel Tanah T2 (Batu) .............................................................. 77
Gambar 45 7.5.4.3 Volume Awal Tetesan Air............................................................ 77
Gambar 46 8.5.2.1 T1 (Batu) Kering .......................................................................... 89
Gambar 47 8.5.2.2 T1 (Batu) Lembab ........................................................................ 89
Gambar 48 8.5.2.3 T1 (Batu) Basah ........................................................................... 89
Gambar 49 8.5.2.4 T2 (Batu) Kering .......................................................................... 89
Gambar 50 8.5.2.5 T2 (Batu) Lembab ........................................................................ 89
Gambar 51 8.5.2.6 T2 (Batu) Basah ........................................................................... 89
x
DAFTAR TABEL
Table 1 2.4.1 Pengamatan Tanah Utuh ......................................................................... 4
Table 2 2.4.2 Pengamatan Tanah Agregat .................................................................... 5
Table 3 2.4.3 Pengamatan Tanah Biasa ........................................................................ 5
Table 4 3.5.1 Kadar Air Kering Udara ........................................................................ 13
Table 5 3.5.2 Kadar Air Kapasitas Lapang ................................................................. 13
Table 6 3.5.3 Pengamatan Kadar Air Tanah ............................................................... 14
Table 7 4.1.5.1 Hasil Pengamatan Tekstur Tanah ...................................................... 22
Table 8 4.1.5.2 Pengamatan Tekstur Tanah ................................................................ 23
Table 9 4.2.5.1 Hasil Pengamatan Struktur Tanah...................................................... 28
Table 10 4.2.5.2 Pengamatan Struktur Tanah ............................................................. 29
Table 11 4.3.5.1 Hasil Pengamatan Warna Tanah ...................................................... 33
Table 12 4.3.5.2 Pengamatan Warna Tanah ............................................................... 34
Table 13 5.1.5.1 Hasil Pengamatan Berat Isi Tanah ................................................... 39
Table 14 5.1.5.2 Gambar Pengamatan ........................................................................ 40
Table 15 5.2.5.1 Hasil Pengamatan Berat Jenis Partikel ............................................ 46
Table 16 4.5.2.2 Gambar Pengamatan ........................................................................ 47
Table 17 5.3.5.1 Hasil Pengamatan Ruang Pori Tanah............................................... 52
Table 18 6.1.5.1 Hasil Pengukuran pH Tanah ............................................................ 58
Table 19 6.1.5.2 Gambar Pengamatan ........................................................................ 59
Table 20 6.2.5.1 Hasil Pengamatan Bahan Organik ................................................... 64
Table 21 6.3.5.1 Hasil Pengamatan Kapur .................................................................. 69
Table 22 7.5.1 Hasil Pengamatan Diamter Tetesan .................................................... 75
Table 23 7.5.2 Jumlah Tetesan Air Untuk Menghancurkan Agregat Tanah T1 (Batu)
..................................................................................................................................... 75
Table 24 7.5.3 Jumlah Tetesan Air Untuk Menghancurkan Agregat Tanah T2 (Batu)
..................................................................................................................................... 76
Table 25 7.5.4 Pengamatan Kemantapan Agregat ...................................................... 76
Table 26 8.5.1 Pengamatan Konsistensi Tanah .......................................................... 88
Table 27 8.5.2 Gambar Pengamatan ........................................................................... 89
xi
I. PENDAHULUAN UMUM
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme.
Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung sebagian besar makhluk hidup di darat yang dijadikan sebagai
lahan untuk hidup dan bergerak. Dalam bidang pertanian tanah berfungsi
sebagai media tumbuh tanaman.
xii
penyediaan produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan lahan Ilmu yang
mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.
xiii
BAB II
1
II. PENGAMBILAN CONTOH TANAH DI LAPANGAN
2
2.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang biasa digunakan
untuk penetapan sifat – sifat fisik tanah pada area tertentu.
3
B. Pengambilan Contoh Tanah Biasa dan Agregat Utuh
1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan. Untuk penetapan
stabilitas agregat cukup dengan mengambil agregat pada kedalaman
sesuai dengan dalamnya perakaran, atau kedalaman yang
diinginkan.
2. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah
alami (agregat utuh), masukkan ke dalam kotak / kantong plastik.
Kedalaman : 0 – 20 cm.
T2 (Batu)
Kedalaman : 20 – 40 cm.
4
Gambar 1 2.4.1.1 Tanah Utuh Gambar 2 2.4.1.2 Tanah Utuh
T1 (Batu) T2 (Batu)
5
Gambar 5 2.4.3.1 Tanah Biasa T1 Gambar 6 2.4.3.2 Tanah Biasa T2
(Batu) (Batu)
6
2.6 Pembahasan
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan
yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang
berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian,
tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan
tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur
hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan.
Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat
memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman(Kartasapoetra,2009).
Praktikum kali ini contoh tanah diambil di satu tempat yaitu Jalan Wongso,
Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Tanah di satu daerah ini
diambil dengan kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 cm. Pengambilan contoh tanah
di satu tempat tersebut agar mengetahui tekstur tanah karena setiap daerah
memiliki tanah yang bermacam – macam. Tanah yang diambil ada tiga yaitu tanah
utuh, tanah biasa, tanah agregat. Pengambilan tanah utuh dilakukan menggunakan
ring dan bebas dari batu dan akar tanaman untuk menghindari terganggunya tanah.
Cara pengambilan sampel tanah utuh yaitu pertama-pertama bersihkan permukaan
tanah dari rerumputan, kemudian tancapkan ring sampel lalu tekan atau di pukul-
pukul secara perlahan-lahan, setelah itu apabila tanah sudah mulai muncul di
permukaan bibir ring sampel maka galilah tanah di sekitaraan ring sampel, lalu
potong bagian bawahnya dan ratakan kedua permukaanya dengan menggunakan
pisau, dan tutup kedua permukaannya dengan kain kasa. Contoh tanah agregat utuh
(bongkah) dilakukan perlakuan metode standar dengan mencangkul hingga
kedalaman 0-20 cm. Tanah yang diambil harus berupa bongkahan alami yang tidak
mudah pecah dan tidak terdapat oleh benda lain atau tercangkul. Cara pengambilan
sampel tanah biasayaitu, pertama-tama bersihkan permukaan tanah dari
rerumputan, kemudian cangkul tanah tersebut dan hancurkan tanah-tanah yang
7
masih berbentuk agregat utuh, setelah itu maka masukkan tanah tersebut ke dalam
kantung plastik dan plastik tersebut diberi label.
2.7 Kesimpulan
a. Satu lokasi pengambilan sampel tanah T1 (Batu) dan sampel tanah T2
(Batu).
b. Sampel tanah yang diambil berupa tanah utuh, agregat dan tanah biasa.
c. Pengambilan sampel tanah berfungsi untuk menentukan sifat sifat tanah.
8
BAB III
9
III. KADAR AIR TANAH
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan
hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai
media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak
tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila
evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas.
Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi
akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati ,
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum pengamatan Kadar
Air dalam langkah awal penelitian dan pengamatan, karena kita ingin
mengatahui kandungan air pada suatu jenis tanah. Kandungan air dalam tanah
sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah untuk diolah.
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air
ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap
tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan
jenis tumbuhan lainnya. Air merupakan substansi yang paling umum di atas
bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam
jangka waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan)
tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air
10
dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar.
3.2 Tujuan
Untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang dapat ditampung oleh
tanah beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun kegunaan dari
praktikum kadar air tanah adalah sebagai bahan pertimbangan selanjutnya dan
untuk menambah pengetahuan tentang kadar airdan kaitannya dengan usaha
mengelolah tanah pertanian.
3.3.1 Alat
3.3.2 Bahan
1. Tanah ayakan 2mmT1 (Batu).
2. Tanah ayakan 2mmT2 (Batu).
3. Air.
11
3.4 Cara Kerja
12
7. Menghitung berapa tambahan berat yang disebabkan
adanya air yang terikat oleh tanah.
0-20 cm
13
T2 18,88 15,26 3,62 gr 20,78 5,52 1,9 gr 0,524 gr
(Batu) gr gr gr gr
20-40
cm
Table 6 3.5.3 Pengamatan Kadar Air Tanah
1 T1 (Batu)
Gambar 8 3.5.3.2
Gambar 7 3.5.3.1
BTKL / Kering T1
BTKO T1 (Batu)
(Batu)
2 T2 (Batu)
Gambar 10 3.5.3.4
Gambar 9 3.5.3.3 BTKL / Kering T1
BTKO T2 (Batu) (Batu)
3 T1 (Batu)
14
Gambar 11 3.5.3.5 Gambar 12 3.5.3.6
BTKU T1 (Batu) BTKL / Basah T1
( Batu)
4 T2 (Batu)
Perhitungan :
% KA =
= 6,157 gr
F =
15
= 1,06157 gr
T2 (Batu)
% KA =
=
= 10,497 gr
F =
= 1,10497 gr
= = 0,486 gr
T2 (Batu)
C =A–B
16
= 18,88 – 15,26 = 3,62 gr
E =D–B
= 20,78 – 15,26 = 5,52 gr
F = E- C
= 5,52 – 3,62 = 1,9 gr
KA =
= = 0,524 gr
3.6 Pembahasan
Kadar air tanah adalah konsistensi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen
volume yaitu presentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini
mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang cara ini
mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang
ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan
kadar air dapat dilakakun dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam
oven pada suhu 100⁰C – 110⁰C untuk waktu tertentu. (Hakim, 2010)
17
dan sampel 2 dimasukkan kedalam desilator selama 30 menit dan dihitung hasil
akhir KAKU setelah dioven. Hasil %KA= 6,157% untuk sampel 1, sedangkan
untuk sampel 2 %KA= 1,10497%.
Kapasitas lapang yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air
gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air
atau setalah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam. Sehingga air gravitasi
sudah trun semua. Kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang
optimum bagi tanaman karena pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air
pada kapasitas lapang ditahan. (Hardjowigeno, 2009)
18
3.7 Kesimpulan
a. Pengamatan kali ini menggunakan KAKU pada sampel 1 sebesar
6,157%, sedangkan untuk sampel 2 mendapatkan nilai sebesar
1,10497%.
b. Pada pengamatan KAKL mendapat nilai sebesar 0,486 gr pda sampel 1,
sedangkan sampel 2 mendapatkan nilai sebesar 0,524 gr.
c. Kadar air tanah tergantung pada banyaknya curah hujan menahan air
tanah.
19
BAB IV
20
IV. TEKSTUR, BENTUK STRUKTUR DAN WARNA TANAH
4.1.2 Tujuan
Untuk menentukan tekstur tanah berdasarkan ada tidaknya rasa, licin,
kasar, lengket tidaknya dan mudah patah atau tidak.
21
4.1.3 Alat dan Bahan
4.1.3.1 Alat
1. Lempeng kaca.
2. Botol penyemprot.
4.1.3.2 Bahan
1. Tanah biasa.
2. Tanah agregat utuh.
22
1 T1 (Batu) Lempung Berdebu (Silty Loam), mempunyai
0 – 20 cm tekstur jika dirasakan itu halus licin.
1 T1 (Batu)
(0 – 20 cm)
23
Gambar 18 4.1.5.2.4 Membentuk Bulatan
T2 (Batu)
2 T2 (Batu)
(20 – 40 cm)
4.1.6 Pembahasan
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah
(separat) yang dinyatakan sebagi perbandingan proporsi (%) relative antara
fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat. Tanah terdiri dari butir-butir
pasir,debu dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa
macam tekstur kelas, diantaranya kasar agak kasar,sedang agak halus dan
hancur. (Hanafiah,2014)
24
Menentukan tekstur tanah dilakukan dengan cara dirasakan pada saat
tanah tersebut kasar memiliki tekstur yang berpasir, sedangkan pada saat
tanah tersebut berdebu tanah itu memiliki tekstur yang licin. Sampel tanah
satu mendapatkan hasil halus licin dengan tekstur tanah yang lengket saat
direkatkan dengan bola tidak retak dengan ukuran memanjang dengan
ukuran patahan sepanjang 3 cm, sedangkan pada sampel kedua mendapat
hasil tekstur yang halus licin dengan tekstur tanah yang lengket dengan bola
retak dengan ukuran memanjang dengan ukuran patahan sepanjang 3 cm.
25
4.1.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) berstruktur lempung berdebu (Silty Loam).
b. Tanah T2 (Batu) berstruktur lempung liat berdebu (Silty Clay
Loam).
c. Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap daya serap air dan
ketersediaan air didalam tanah.
d. Factor fisik tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah.
26
4.2 STRUKTUR TANAH
27
4.2.2 Tujuan
1. Memahami tentang pembentukan struktur tanah.
2. Mengetahui cara membedakan mantap tidaknya struktur tanah.
3. Mengerti dan memahami definisi struktur tanah.
4.2.3.1 Alat
1. Lempeng kaca.
2. Botol penyemprot.
4.2.3.2 Bahan
1. Contoh tanah agregat utuh.
28
Table 10 4.2.5.2 Pengamatan Struktur Tanah
1 T1 (Batu)
(0 – 20 cm).
2 T2 (Batu)
(20 – 40 cm)
4.2.6 Pembahasan
Struktur tanah merupakan sifat tanah yang menggambarkan
susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung antara
satu dengan yang lain agregat. Dalam tujuan morfologi,struktur
tanah diartikan sebagai partikel-partikel priner yang menjadi suatu
kelompok (cluster) yang disebut agregt, yang dapat dipisah-
pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari
sekumpulan partikel yang tidak teragregasi. (Handayani, 2008)
29
Praktikum kali ini membahas tentang struktur agregat. Struktur
agregat pada T1 (Batu) membentuk struktur agregat remah (crumb),
sedangkan struktur agregat yang ada pada T2 (Batu) membentuk
struktur agregat granular. Struktur agregat yang kuat dipengaruhi
oleh tekstur.
Pembentukan struktur tanah yang baik merupakan modal bagi
perbaikan sidat fisik tanah yang lain. Sifat-sifat fisik tanah yang
diperbaiki akibat terbentuknya struktur tanah juga akan berpengaruh
langsung terhadap perkembangan akar tanaman. (Asyakur, 2009)
Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan
atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut
terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi
tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah
hancur) dan tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur
tanah agak sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan
tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak
mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan
yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan
yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam menentukan
kemantapan struktur tanah tidak disebutkan kelembabannya,
biasanya dianggap dalam keadaan struktur tanah dalam keadaan
yang paling baik. (Harjowigeno, 2007)
Struktur tanah yang baik adalah yang kandungan udara dan
airnya dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal
semacam ini hanya terdapat pada struktur yang ruang pori-porinya
besar dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan
mikro serta tahan terhadap pukulan tetes air hujan. Dikatakan pula
bahwa struktur tanah yang baik apabila perbandingannya sama
antara padatan, air, dan udara. (Suhardi, 2014)
30
Cacing tanah juga dapat memperbaiki aerasi tanah melalui
aktivitas pembuatan lubang dan juga memperbaiki porositas tanah
akibat perbaikan struktur tanah, selain itu cacing tanah juga mampu
memperbaiki ketersediaan unsur hara dan kesuburan secara umum.
(Edward, 2008)
4.2.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) memiliki struktur agregat remah (crumb).
b. Tanah T2 (Batu) memiliki struktur agregat granular.
c. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan
berdasarkan atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur
tanah tersebut terhadap tekanan.
31
4.3 PENETAPAN WARNA TANAH
32
4.3.2 Tujuan
4.3.3.1 Alat
1. Munsell Soil Color Chart.
2. Penggaris.
4.3.3.2 Bahan
1. Contoh agregat utuh.
2. Contoh agregat biasa.
(0 – 20 cm)
33
2 T2 (Batu) Dusty Red
(20 – 40 cm)
T1 (Batu)
(0 – 20 cm)
1
Gambar 23 4.3.5.2.1
Berwarna Dusty
Red 10 YR, 3/3
T2 (Batu)
34
4.3.6 Pembahasan
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen
penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secra
proposional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan
tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik
yang menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah(
koloid organic dan koloid anorganik) yang memiliki luas
permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat
mempengaruhi warna tanah. (Hardjowigeno, 2010)
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik tanah
yaitu tekstur, warna dan struktur. Dari praktikum yang telah kami
lakukan pada T1 (Batu) mendapatkan hasil warna dusty red
memiliki hue 10 YR, value 3 dan chroma 3, sedangkan pada T2
(Batu) mendapat hasil warna dusty red . Memiliki hue 10 YR, value
3 dan chroma 4. Warna tanah diperoleh dengan cara mencocokkan
sampel tanah pada buku soil color chart, apabila tanah tersebut
cocok dengan buku munsell soil maka diperoleh dengan melihat
chroma dan velue yang sejajar dengan sampel tanah tersebut.
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen
penyusun tanah.Warna tanah berhubungan langsung secara
proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan
permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas
permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-
masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik
menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga
warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang
memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat
mempengaruhi warna tanah. (Hanafiah, 2014)
Warna tanah tidak secara langsung berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman, tetapi tak langsung melalui daya
35
pengaruhnya atas suhu dan lengas tanah. Warna tanah merupakan
karakteristik tanah yang penting karena berhubungan dengan
kandungan bahan organik: warna hitam dan hitam kecoklatan.
(Susanto, 2009)
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah
tersebut dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart.
Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu hue, value dan
chroma hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya
warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan dan
Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna
spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari
warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu
atau putih netral ke warna lainnya. (Gusli, 2015)
4.3.7 Kesimpulan
a. Tanah memiliki sifat fisika yaitu tekstur, struktur dan warna.
b. Tanah T1 (Batu) memiliki warna Dusty red hue 10 YR value
3,dan chroma 3.
c. Tanah T2 (Batu) memiliki warna Dusty red hue 10 YR,
value 3, dan chroma 4.
36
BAB V
37
V. BERAT ISI, BERAT JENIS, DAN RUANG PORI TANAH
5.1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan dapat menentukan besarnya berat isi secara
benar dengan menggunakan teknik penetapan berat isi tanah. Serta
membuktikan bahwa banyaknya pori mempengaruhi berat tanah selain butir-
butir partikel tanah.
38
5.1.3 Alat dan Bahan
Penetapan berat isi :
1. Copper ring.
2. Timbangan.
3. Oven.
4. Kaleng timbang.
Pb = gcm3
39
1 T1 (Batu) 221,7 112,0 109,7 108,5184 1,01
(0 – 20
cm)
2 T2 (Batu) 237,7 108,8 128,9 108,5184 1,19
(20 – 40
cm)
Table 14 5.1.5.2 Gambar Pengamatan
Gambar
No.
1.
Gambar 25 5.1.5.2.1
Berat Tanah 1 + Ring
Setelah di Oven
2.
Gambar 26 5.1.5.2.2
Berat Tanah 2 + Ring
Setelah di Oven
40
3.
Gambar 27 5.1.5.2.3
Berat Ring 1
4.
Gambar 28 5.1.5.2.4
Berat Ring 2
Perhitungan :
A. Berat isi tanah
T1 (Batu)
a. Berat tanah + ring = 221,7 g
b. Berat ring = 112,0 g
c. Volume tanah = πr2t
= x (2,5)2 x 6
= 108,5184 cm3
d. Berat isi = =
= 1,01 gcm-3
T2 (Batu)
a. Berat tanah+ring = 237,7 g
b. Berat ring = 108,8 g
41
c. Volume tanah = πr2t
= x (2,5)2 x 6
= 108,5184 cm3
d. Berat isi = =
= 1,19 gcm-3
5.1.6 Pembahasan
Menurut Harjdowigeno (2003). Bulk Density atau kerapatan lindak atau
bobot isi atau bobot volume menunjukkan perbandingan antara berat tanah
kering dengan volume tanah dan termasuk volume pori-pori tanah diantaranya.
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah
makin tinggi bulk density, berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus
akar. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1-1,6g/cc. Beberapa jenis
tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah andisol),
bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah gambut). Bulk Density
penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar
tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar.
42
Dimana berat isi tanah di Kota Batu bertekstur lempung liat berdebu menurut
Nurhayati (2006) tanah yang lebih halus umumnya kisaran Berat isinya antara
1,0 – 1,6 g/cm2.
5.1.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) pada pengamatan berat isi memiliki berat isi tanah
sebesar 1,01 grcm-3 karena tekstur tanah lempung berdebu.
b. Tanah T2 (Batu) pada pengamatan berat isi memiliki berat isi tanah
sebesar 1,19grcm-3 karena tekstur tanah lempung liat berdebu.
43
5.2 BERAT JENIS TANAH
5.2.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan dapat menentukan besarnya berat jenis partikel
secara benar dengan menggunakan teknik penetapan berat jenis partikel tanah.
44
3. Kompor listrik.
4. Oven.
5. Hot plate.
6. Beaker gelas.
= 100 -
Pp = gcm-3
45
Total Pori (η) = (1 - ) x 100%
46
Table 16 4.5.2.2 Gambar Pengamatan
Gambar
NO.
1.
2.
3.
47
4.
5.
6.
48
= =
= 0,994
T1 (Batu)
a. Berat air = 148,5 – 57,4
= 91,1
= 100 -
c. Berat jenis =
= = 2,514
T2 (Batu)
a. Berat air = 158,3 – 67,0
= 91,3
= 100 -
c. Berat jenis =
= = 2,515
49
5.2.6 Pembahasan
Particle density adalah berat tanah kering persatuan volume partikel-
partikel (padat) tanah (jadi tidak termasuk volume pori-pori tanah). Tanah
mineral mempunyai particle density 2,65 g/cm3. (Hardjowigeno, 2003)
5.2.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) pada pengamatan berat jenis memiliki berat jenis tanah
sebesar 2,514 gcm-3
b. Tanah T2 (Batu) pada pengamatan berat isi memiliki berat isi tanah sebesar
2,515 gcm-3
c. Berat jenis partikel tanah dari T2 (Batu) lebih tinggi daripada tanah dari T1
(Batu) karena letak topografi yang berbeda.
50
5.3 RUANG PORI
5.3.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan dapat menentukan banyaknya pori
mempengaruhi berat isi tanah maupun berat jenis tanah selain butir-butir
partikel tanah.
51
5.3.3 Alat dan Bahan
1. Alat tulis menulis.
2. Alat hitung.
3. Data hasil berat isi tanah.
4. Data hasil berat jenis tanah.
Ruang pori
T1 (Batu)
a. Ruang pori = (1- ) x 100%
= (1- ) x 100%
= (1-0,40) x 100%
= 0,60 x 100%
= 60%
T2 (Batu)
52
a. Ruang pori = (1- ) x 100%
= (1- ) x 100%
= (1-0,47) x 100%
= 0,53 x 100%
= 53%
5.3.6 Pembahasan
Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya
pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah
kurang. Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran
padat. (Hanafiah, 2004)
53
pengamatan bahwa nilai berat isi dan berat jenis berbanding terbalik dengan
nilai ruang pori tanah.
5.3.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) pada pengamatan ruang pori tanah memiliki prosentase
ruang pori sebesar 60%.
b. Tanah T2 (Batu) pada pengamatan ruang pori tanah memiliki prosentase
ruang pori sebesar 53%.
c. Ruang pori tanah T2 (Batu) lebih rendah daripada tanah T1 (Batu)
karena pengaruh nilai berat isi dan berat jenis partikel yang berbanding
terbalik.
54
BAB VI
55
VI. pH TANAH, C - ORGANIK, DAN KAPUR
6. 1 pH Tanah
56
ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Reaksi tanah atau pH tanah
menggambarkan kondisi kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+
dalam larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah, maka pH akan turun,
begitupun sebaliknya bila konsentrasi ion H+ dan ion OH bertambah, pH akan
naik, status kimia tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan
tanaman.
6.1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami penetapan kandungan pH pada tanah T1
(Batu) dan T2 (Batu).
6.1.3.1 Alat
1. Pengocok elektrik.
2. Timbangan analitis.
3. Botol pengocok plastic.
4. Gelas ukur 20 ml.
5. Alat pengukur pH tanah atau pH meter.
57
6.1.3.2 Bahan
1. Sampel tanah yang telah dikumpulkan dari lokasi yang telah dipilih
yaitu tanah dari Kota Batu.
2. Air bebas ion atau air suling (H2O).
3. Larutan KCL 1 N.
58
Table 19 6.1.5.2 Gambar Pengamatan
No Gambar
Gambar 35 6.1.5.2.1 pH
Tanah T1 (Batu)
Dengan Larutan H2O
Gambar 36 6.1.5.2.2 pH
Tanah T2 (Batu)
Dengan Larutan H2O
Gambar 37 6.1.5.2.3 pH
Tanah T1 (Batu)
Dengan Larutan KCL
59
4
Gambar 38 6.1.5.2.4 pH
Tanah T2 (Batu)
Dengan Larutan KCL
6.1.6 Pembahasan
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuhatau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit tanaman untuk
tumbuhkarena tanah bersifat masam dan mengandung toksik (racun).
Sebaliknya, jika pH tanah tinggi maka tanah bersifat basa dan mengandung
kapur. (Rusdiana, 2012)
Tanah masam adalah tanah yang memiliki nilai pH kurang dari 9 baik
berupa lahan kering maupun lahan basah. Kemasaman tanah ditentukan oleh
kadar atau kepekatan ion hidrogen di tanah tersebut. Bila kepekatan ion
hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam,
sebaliknya bila kepekatan hidrogen terlalu rendah maka tanah akan
bereaksibasa. Pada kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
60
Menurut Arabia (2012), nilai angka untuk reaksi tanag sebagai pH. Nilai
pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah.
Makin rendah nilai angkanya makin tinggi tingkat kemasamannya, makin
tinggi nilai angkanya makin tinggi nilai alkalinitasnya. Kejenuhan basa
berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah dengan pH rendah umumnya
mempunyai kejenuhan basa rendah, banyak didominasi oleh kation asam
seperti Al dan H. jika jumlah Kation asam (terutama Al) terlalu banyak terjerap
maka dapat menyebabkan racun bagi tanaman.
6.1.7 Kesimpulan
a. Tanah masam adalah tanah yang memiliki pH kurang 9 dan ditentukan
oleh kepekatan ion hydrogen .
b. TanahT2 (Batu) memiliki konsentrasi ion hydrogen lebih tinggi
daripada tanah T1 (Batu) karena pH tanah T2 (Batu) sangat masam
dibandingkan pH tanah T1 (Batu).
c. pH tanah sebagai indikator ada tidaknya unsur hara, racun dan
berpengaruh terhadap perkembangan jasad renik.
61
6.2 BAHAN ORGANIK TANAH
Bahan organik dalam tanah adalah hasil dari dekomposisi organisme hidup
yang tersusun dari campuran polisakarida. Lignin, protein, dan bahan-bahan
organik yang berasal dari batuan dan mineral. Di dalam bahan organik selalu
mengalami penguraian sebagai akibat aktivitas mikrobia tanah. Proses ini
menghasilkan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman serta senyawa lainnya yang
keseluruhannya dapat mempengaryhi pertumbuhan tanaman.
62
Tanah yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor.
Salah satu diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa
mengalami proses istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka
unsur hara yang terkandung di dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang.
Tanah yang subur dan mudah diolah sangat menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
6.2.2 Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya kadar bahan organic yang terkandung
pada tanah T1 (Batu) dan T2 (Batu).
6.2.3.1 Alat
1. Cangkir atau wadah plastic.
2. Pengaduk atau spatula.
3. Sendok.
4. Pipet plastic.
5. Label stiker penanda asal atau jenis tanah.
6. Penunjuk waktu atau stopwatch.
6.2.3.2 Bahan
1. Sampel tanah yang telah dikumpulkan dari lokasi yang telah dipilih
yaitu tanah dari Kota Batu.
2. Larutan hidrogen peroksida (H2O2) 10%.
63
6.2.4 Cara Kerja
1. Menyiapkan cangkir atau wadah plastik untuk tempat contoh tanah (jumlah
sesuai banyaknya jenis tanah yang tersedia).
2. Menggunakan sendok plastik atau spatula untuk mengambil sampel tanah
yang telah disediakan.
3. Menempelkan label stiker untuk menandai asal atau jenis tanah.
4. Menyiapkan larutan Hidrogen peroksida (H2O2) 10% dalam pipet tetes.
5. Menyampurkan sebanyak 5 tetes H2O2 10% ke permukaan masing-masing
contoh tanah yang telah disiapkan.
6. Mengamati tanda atau gejala perubahan reaksi yang terjadi dan catat pada
lembar kerja atau pengamatan praktikum, sambil diperbandingkan waktu
reaksinya.
7. Setelah semua pengamatan selesai, bersihkan kembali peralatan yang
digunakan untuk praktikum dan kembalikan ke tempat semula.
Muncul asap
Gambar 39
gelembung pada
6.2.5.1.1 Terdapat
tetesan ke 4
Asap Gelembung
Pada Tetesan KE –
4
64
2 T2 (Batu)
(20 – 40 cm)
6.2.6 Pembahasan
65
hidup maupun yang telah mati seperti bakteri, fungsi dan protozoa. (Sartohadi,
2013)
Cara mengetahui kandungan bahan organic dalam tanah T1(Batu) dan
T2(Batu) dengan meneteskan H2O2 dalam tanah ukuran 0.05 mm sebanyak 5
tetes. Perlakuan H2O2 diulang satu kali dengan konsentrasi yaitu konsentrasi
10%. Pada T1 (Batu) dengan konsentrasi 10% dapat diidentifikasi dengan
adanya asap gelembung, sedangkan pada T2 (Batu) konsentrasi 10% terdapat
asap gelembung. Hal ini terjadi karena adanya reaksi kimia antara bahan
organic dan H2O2. Sebagaimana reaksinya dibawah ini :
6.2.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) dan T2 (Batu) dengan konsentrasi 10% sama – sama
terdapat asap gelembung pada tetesan ke 4.
b. Tanah T2 memiliki kadar bahan organic lebih tinggi daripada T1.
c. Bahan organic di dalam tanah dipengaruhi oleh faktor iklim, tekstur dan
aliran drainase yang buruk.
66
6.3 KAPUR
67
6.3.2 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan kapur dalam tanah.
6.3.3.1 Alat
1. Cangkir atau wadah plastic kecil.
2. Pengaduk atau spatula.
3. Sendok.
4. Pipet plastic.
5. Label stiker penanda asal atau jenis tanah.
6. Penunjuk waktu atau stopwatch.
6.3.3.2 Bahan
1. Sampel tanah yang telah dikumpulkan dari lokasi yang telah
dipilih yaitu tanah dari Kota Batu.
2. Larutan Hydrochloric acid (HCL) 6 N dalam botol gelas atau
plastik.
68
7. Setelah semua pengamatan selesai, bersihkan (cuci) kembali
peralatan yang digunakan untuk praktikum dan kembalikan ke
tempat semula.
Gambar 41 6.3.5.1.1
Terdapat Asap Pada
Tetesan Ke – 3
Gambar 42 6.3.5.1.2
Terdapat Asap Pada
Tetesan Ke – 1
6.3.6 Pembahasan
Tanah merupakan produk sampingan deposit akibat pelapukan
kerak bumi dan atau batuan yang tersingkap dalam matrik tanah. Kapur
memiliki sifat sebagai bahan ikat antara lain: sifat plastis baik (tidak
getas), mudah dan cepat mengeras, workability baik dan mempunyai
daya ikat baik untuk batu bata. Bahan dasar kapur adalah batu kapur atau
69
dolomit, yang mengandung senyawa kalsium karbonan (CaCO3).
(Hanafiah, 2005)
70
6.3.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) mengeluarkan asap pada tetesan ke 3,
sedangkan pada T2 (Batu) mengeluarkan asap pada tetesan ke 1
b. TanahT1 (Batu) dan T2 (Batu) sama – sama mengandung kapur
karena tanah tersebut bersifat masam
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar kapur dalam tanah
yaitu pH, bahan organic, tanaman yang hidup dan tekstur tanah.
71
BAB VII
72
VII. KEMANTAPAN AGREGAT (METODE VILENSKY DAN EMERSON)
Struktur tanah merupakan sifat yang sangat penting dan berkaitan dengan
sifat fisik lainya seperti, kemampuan tanah dalam menahan air, drainase, aerase,
perkembangan akar tanaman, mudah tidaknya tanah diolah dan akhirnya
berpengaruh pula pada tingkat kesuburan tanah.
73
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah etode vilensky,
yaitu pengukuran kemantapan agregat tanah bersiameter 2-3 mm dengan jalan
menghitung volume tetesan air yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat
tersebut. Oleh vilensky tinggi tetesan air ditetapkan 20 cm,suatu ukuran konveksi
dari keadaan dilapang yaitu, dibandingkan jarak tetesan air hujan pada areal yang
luas di permukaan tanah.
7.2 Tujuan
Untuk mengetahui kemantapan agregat tanah terhadap tetesan air
melalui metode vilensky.
7.3.1 Alat
1. Buret.
2. Kertas saring.
7.3.2 Bahan
1. Aquades.
2. Contoh tanah kering utuh.
74
7.5 Hasil Pengamatan
Table 22 7.5.1 Hasil Pengamatan Diamter Tetesan
Table 23 7.5.2 Jumlah Tetesan Air Untuk Menghancurkan Agregat Tanah T1 (Batu)
1 17 23
2 15 23
3 16 29
4 18 33
5 22 33
Jumlah 88 141
75
Rata – rata 17,6 28,2
SD 39,82 64,05
1 19 29
2 15 22
3 18 24
4 19 25
5 23 31
Jumlah 94 131
SD 44,81 59,17
Gambar Keterangan
76
Sampel tanah T1
Gambar 43 7.5.4.1
Sampel Tanah T2
Gambar 44 7.5.4.2
Gambar 45 7.5.4.3
Volume Awal
Tetesan Air
77
7.6 Pembahasan
Energi Potensial Air
Ep =mxgxh
= x x
= 0,000096 joule
( xi 2 )
n xi
2
SD n
n 1
7744
5 1578
5
5 1
7890 - 1548,8
=
4
6341,2
4
= 39,82
( xi 2 )
n xi
2
SD n
n 1
78
19881
5 4077
5
5 1
20385 3976,2
4
16408,8
4
= 64,05
SD =
= 42,81
SD =
= 59,17
79
= 0,000096 x (17,6 + 39,82)
= 0,000096 x 5742
= 0,0055
= 0,000096 x 22,22
= 0,0021
= 0,000096 x 92,25
= 0,0088
= 0,000096 x 35,85
= 0,0034
= 0,000096 x 63,61
= 0,0061
80
Ep - SD = 0,000096 x (rata – rata jumlah tetesan ± SD hancur atau pecah)
= 0,000096 x 26,01
= 0,0024
= 0,000096 x 85,37
= 0,0082
= 0,000096 x 32,97
= 0,0031
Stuktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang sangat
mempengaruhi sifat yang lain, serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan
tanah sebagai media pertanaman. Tanah yang ideal bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman adalah tanah yang berstruktur mantap. Struktur tanah
dapat terjadi karena adanya interaksi yang berimbang dari berbagai faktor,
antara lain : butiran tanah (soil particle),bahan pengikat (commenting material)
dan aktivitas biologis. (Rachman, 2005)
Kemantapan agregat merupakan kemampuan agregat tanah untuk
bertahan terhadap pengaruh tetesan air hujan atau pembenaman dalam air.
Pembentukan agregat tanah melalui proses penjonjotan yang dilanjutkan
dengan agregasi dengan atau tanpa diikuti proses sementasi. (Foth, 2004)
81
Agregat tanah terbentuk karena proses flokulasi dan
fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam
keadaan terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat. Sedangkan
fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan masif, kemudian terpecah-pecah
membentuk agregat yang lebih kecil. Semakin stabil suatu agregat tanah, makin
rendah kepekaannya terhadap erosi .Agregasi merupakan peristiwa
penggabungan jonjot-jonjot tanah menjadi agregat melalui gaya kohesi (tarik
menarik antar jonjot) dan gaya adesi (tegangan permukaan antara jonjot tanah
dengan molekul air). (Santi, 2008)
Praktikum kemantapan agregat dilakukan pada dua sampel tanah yaitu
tanah T1 (Batu) dan tanah T2 (Batu) yang dilakukan dengan metode vilensky
yaitu tanah diberi energi potensial untuk mengetahui berapa kekuatan air yang
diperlukan untuk sebuah agregat pecah dan hancur akibat energi potensial yang
diberikan.
Tanah T1 (Batu) berdasarkan analisis yang dilakukan agregat pecah
pada saat nilai EP (energi potensial) 0,0055sampai 0,0021 dan agregat hancur
pada saat nilai EP (energi potensial) 0,0088sampai 0,0034. Sedangkan pada
tanah T2 (Batu) agregat pecah pada saat nilai EP (energi potensial)
0,0061sampai 0,0024 dan agregat hancur pada saat nilai EP (energi potensial)
0,0082 sampai 0,0031.
Agregat yang mantap ialah agregat yang tidak terurai oleh air maupun
gaya-gaya perusak mekanik. Pembentukan agregat yang mantap melibatkan
berbagai bahan sementasi baik koloid organik maupun koloid anorganik. (Santi,
2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat antara lain
pengolahan tanah, aktivitas mikroorganisme tanah, dan penutupan tajuk
tanaman pada permukaan tanah mengatakan bahwa makin stabil suatu agregat
tanah, makin rendah kepekaannya terhadap erosi. (Suhardi, 2014)
Salah satu yang mempengaruhi kemantapan agregat adalah bahan
organik berperan dalam pembentukan agregat yang mantap karena dapat
82
mengikat butiran primer menjadi butiran sekunder. Hal ini terjadi karena
pemberian bahan organik menyebabkan adanya polisakarida yang dihasilkan
bakteri tanah dan adanya pertumbuhan hifa serta fungi dari aktinomisetes di
sekitar partikel tanah. Perbaikan kemantapan agregat tanah meningkatkan
porositas tanah, dan mempermudah penyerapan air ke dalam tanah, sehingga
meningkatkan daya simpan air tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik
dan kimia tanah antara lain meningkatkan agregasi, melindungi agregat dari
perusakan oleh air, membuat tanah lebih mudah diolah. (Kohnke, 2008).
7.7 Kesimpulan
a. Tanah T1 (Batu) agregat pecah pada saat nilai EP (energi potensial)
0,0055 sampai 0,0021dan agregat hancur pada saat nilai EP (energi
potensial) 0,0088 sampai 0,0034.
b. Tanah T2 (Batu) agregat pecah pada saat nilai EP (energi potensial)
0,0061 sampai 0,0024 dan agregat hancur pada saat nilai EP (energi
potensial) 0,0082 sampai 0,0031.
c. Tanah T2 (Batu) memiliki agregat yang yang lebih mantap daripada
tanah T1 (Batu) berdasarkan besarnya nilai energi potensial yang
diperlukan agar agregat pecah.
d. Tanah T1 (Batu) memiliki agregat yang yang lebih mantap daripada
tanah T2 (Batu) berdasarkan besarnya nilai energi potensial yang
diperlukan agar agregat hancur.
83
BAB VIII
KONSISTENSI TANAH
84
VIII. PENETAPAN KONSISTENSI TANAH
8.2 Tujuan
Untuk menentukan ketahanan massa tanah terhadap remasan tekanan
atau pijatan tangan dengan metode kualitatif
85
8.3 Alat dan Bahan
8.3.1 Alat
1. Lempeng kaca
2. Botol penyemprot
8.3.2 Bahan
1. Sampel tanah biasa dan agregat yang telah dipilih yaitu T1 (Batu) dan
T2 (Batu)
86
Menunjukkan derajat kohesi tanah berubah bentuk tanpa
retak bila dipirit antara ibu jari dan telunjuk. Ditentukan dengan
memirit, menggelintir atau menekan massa tanah untuk
merubah bentuknya. Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran
dan mudah tidaknya berubah bentuk. Dibagi menjadi :
1. Tidak plastis, tak dapat berbentuk gelintiran tanah.
Massa tanah mudah berubah bentuk.
2. Agak plastik, terbentuk gelintiran tanah. Massa tanah
mudah berubah bentuk.
3. Sangat plastik, dapat berbentuk gelintiran tanah. Massa
tanah tahan terhadap tekanan.
8.4.2 Dalam Keadaan Lembab
Kondisi KA tanah berada diantara kering dan kapasitas lapang.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan dengan meremas massa tanah
pada telapak tangan. Dengan mengetahui ketahanan massa tanah
terhadap remasan, dibagi menjadi :
87
telapak tangan. Dengan melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan
tekanan telapak tangan konsistensi tanah dibagi menjadi :
Konsitensi Tanah
No. Contoh Tanah
Kering Lembab Basah
- Agak
T1(Batu) Agak Gembur melekat
1
(0 – 20 cm) keras
- Agak plastis
- Lekat
- Agak plastis
T2 (Batu)
2 Keras Sangat gembur
(20 – 40 cm)
88
Table 27 8.5.2 Gambar Pengamatan
N C
o o
nt
o
h
T
a
n
a
h
Kering
1 T
1
(
B
at
Gambar 46 8.5.2.1
u)
(0
–
2
0
c
89
m
)
2 T
2
(
B
at
Gambar 49 8.5.2.4
u)
(2
0
–
4
0
c
m
)
8.6 Pembahasan
Konsistensi tanah didefinisikan sebagai kekuatan dan gaya kohesif
alami tanah serta resistansi tanah terhadap disintegrasi mekanik, deformasi dan
pemecahan (rupture) struktur tanah. Faktor utama yang mempengaruhi
konsistensi tanah adalah tekstur tanah terutma kandungan lempungnya dan
kondisi kelengasan tanah atau kadar air tanah (kering, lembab, basah).
Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara dalam tanah dn juga penting
bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah
menyimpan lengas. (Mawardi, 2011)
90
tidak hancur. Keadaan lembab dan basah tanah tersebut bersifat gembur, agak
melekat dan agak plastis. Pada tanah T2 (Batu) dalam keadaan kering
menunjukkan konsistensinya kerasyang berarti butir – butir tanah terlepas sati
dengan lainnya atau tidak terikat. Keadaan lembab dan basah tanah tersebut
bersifat sangat gembur, lekat dan agak plastis.
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara
partikel-partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah
terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai
kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah,
lembab dan kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit atau
membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan
dengan cara penentuan angka Atterberg. (Nurhidayati, 2006)
Konsistensi tanah dapat diketahui dengan adanya hubungan erat tekstur
dan struktur, sehingga untuk mengetahui konsistensi tanah maka terlebih
dahulu untuk mengetahui tekstur dan struktur tanah tersebut. (Notohadiprawiro,
2000)
8.7 Kesimpulan
a. Konsistensi tanah dapat diketahui dengan adanya struktur dan tekstur tanah.
b. Tanah T1 (Batu) saat kering bersifat agak keras, lembab bersifat gembur,
dan saat basah bersifat agak melekat dan agak plastis.
c. Tanah T2 (Batu) saat kering bersifat keras, lembab bersifat sangat sangat
gembur, dan saat basah bersifat lekat dan agak plastis.
91
92
KESIMPULAN UMUM
Bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan
organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua
mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan
tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan
tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat
berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di darat. Yang dapat kami simpulkan
dari praktikum kali ini yaitu kita dapat mengetahui berbagi macam tanah yang bisa
ditentukan dari kedalam tanah, kadar air tanah, struktur, tekstur, warna tanah,
pemantapan agregat, berat jenis, berat isi, ruang pori, pH, bahan organic,bkapur dan
konsistensi
Praktikum pengambilan sampel harus memenuhi syarat yaitu, harus jauh dari
permukaan air, pohon besar, bekas olahan/tanah olahan dan tanah yang banyak
perakaran,kadar air tanah tergantung pada banyaknya curah hujan menahan
air,tekstur,struktur dan warna ketiga materi tersebut kita memahami tentang bagaimana
tanah itu sebenarnya yang dilihat dari tiga materi tersebut,berat isi berat jenis dan ruang
pori,dengan dilakukannya materi tiga tersebut kita dapat mengetahui tentang tanah
yang berbahan organic dengan nilai berkisar 2-2,6 sedangkan tanah yang berbahan
mineral nilainya berkisar 2,3-2,6 sedangkan penetapan ph,BO dan kapur untuk
menentukan tanah mana yang ada pH, BO dan kapur, kemantapan agregat dapat dilihat
berapa banyak tetesan air saat agregat itu mulai pecah dan hancur sedangkan
konsistensi tanah mengetahui tanah mana yang baik dan mudah diolah
93
DAFTAR PUSTAKA
Arabia, Teti., Zainabu., Royani, Ida. 2012. Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya.
Banda Aceh : Fakultas Pertanian Unsyiah.
94
Kartasapoetra. 2009. Ilmu Tanah Umum. Bandung : Bagian Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran.
Kohnke, H. 2008. Soil Physic. Tata Mc Braw Hill Book Inc. New York.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk
Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-
97.
Mawardi, M. 2011. Tanah – air – tanaman : asa irigasi dan konservasi air. Yogyakarta
: Bursa ilmu.
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Malang : Fakultas
Pertanian – Unisma.
95
Sartohadi, junun, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Cetakan kedua. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
96