DISLOKASI MANDIBULA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktu. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Konsep
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Dislokasi Mandibula dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Orthopedi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
` Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
A. Definisi 3
B. Etiologi 3
C. Manifestasi Klinis 4
D. Patofisiologi 5
E. Pathways 6
F. Komplikasi 7
G. Pemeriksaan Penunjang 9
H. Penatalaksanaan 10
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sendi terbagi menjadi dua kavitas yaitu kavitas superior yang terletak
antara fossa mandibula dan permukaan superior diskus, dan kavitas inferior yang
terletak antara kondilus mandibula dan permukaan inferior diskus. Permukaan
dalam kavitas dikelilingi lapisan sinovial yang menghasilkan cairan sinovial dan
mengisi kedua kavitas sendi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dislokasi mandibula?
2. Apa klasifikasi dan etiologi dislokasi mandibula?
3. Bagaimana manifestasi klinis dislokasi mandibula?
4. Bagaimana patofisiologi dislokasi mandibula?
5. Bagaimana pathway dislokasi mandibula?
6. Bagaimana komplikasi dislokasi mandibula?
7. Bagaiman pemeriksaan penunjang dislokasi mandibula?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi mandibula?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan dislokasi
mandibula?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dislokasi mandibula
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan etiologi dislokasi mandibula
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dislokasi mandibula
4. Untuk mengetahui patofisiologi dislokasi mandibula
5. Untuk mengetahui pathway dislokasi mandibula
6. Untuk mengetahui komplikasi dislokasi mandibula
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dislokasi mandibula
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dislokasi mandibula
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan dislokasi
mandibula
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pada sebagian besar kasus, dislokasi terjadi secara spontan saat membuka
mulut terlalu lebar, misalnya menguap, berteriak, makan, bernyanyi atau pada
saat operasi dan perawatan gigi. Penderita dengan fossa mandibula yang dangkal
dan kepala kondilus tidak berkembang dengan baik, merupakan factor
predisposisi terjadi dislokasi. Dislokasi dapat pula terjadi pada saat manipulasi
airway dalam tindakan anesthesis, dan ada kasus trauma pada rahang bawah yang
umumnya terjadi oleh karena kekuatan benturan kearah bawah dari mandibula
pada saat membuka mulut sebagian (Alwin, Tis & Danny, 2011)
1) Dislokasi anterior
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior
terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi
akibat interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup
setelah membuka dengan ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis
mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi,
mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan tulang
dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan
pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali
ke fossa temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral atau bilateral.
Dislokasi tersebut dibedakan menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik. 3,4
2) Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya
disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi
umum, ekstraksi gigi, muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat
terjadi setelah prosedur endoskopik.
3) Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien
dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital),
kehilangan kapsul sendi akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau sindrom
hipermobilitas.
4) Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga
condylus tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama.
Biasanya dibutuhkan reduksi terbuka.
5) Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu.
Condylus mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada
meatus acusticus externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe
ini.
6) Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang
sedang berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi
predisposisi pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan
kelumpuhan nervus fasialis, kontusio serebri, atau gangguan pendengaran.
7) Dislokasi lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus
bergeser ke arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada
permukaan temporal kepala.
C. Manifestasi Klinis
1. Deformitas pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut
3. Pembengkakan
Pembengkakan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas
4. Nyeri
5. Kekakuan
D. Patofisiologi
Dislokasi mandibula seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas
dari mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi) menyebabkan
pemindahan dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis.
Kondisi yang lebib sering timbul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke
anterior di depan articular eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat
terjadi secara unilateral dan bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika
mulut membuka secara lebar, seperti saat menguap, makan atau pada saat
prosedur perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebih
dari beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga
menimbulkan kejang otot parah.
Dislokasi juga dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya dilakukan
dengan membuat tekanan kebawah pada gigi posterior dan tekanan ke atas pada
dagu disertai dnegan pemindahan pada posterior mandibula. Pengurangan ini
biasanya juga tidak sulit.
E. Patways
Trauma
Trauma Joint
deformitas
Gangguan
Informasi Bentuk
tidak
Kesulitanmobilitas
Gangguan dalam adekuat/ kurang
menggerakkan pajananpengetahuan
Defisit Rasa tidak nyaman
fisik sendi pengetahuan
Nyeri Akut Tidak
Deficit
nafsunutrisi
makan
F. Komplikasi
Komplikasinya dapat berupa :
sakit kepala
sakit pada rahang
bunyi “clik-clik” pada rahang.16
arthritis
facial pain
Arthritis TMJ
Infectious arthritis, traumatic arthritis, osteoarthritis, RA, dan
secondary degenerative arthritis dapat menyebabkan TMJ.
Infectious arthritis
Infeksi pada TMJ dapat disebabkan dari ekstensi langsung dari infeksi
yang berdekatan atau melalui sistem hematogen. Area ini akan inflamasi
dan gerakan dari rahang akan terbatas. X-ray dapat negatif pada stage
awal tetapi lama-kelamaan dapat menggambarkan gambaran destruksi
tulang. Jika dicurigai arthritis supuratif, maka dapat dilakukan aspirasi
pada sendi untuk konfirmasi diagnosis dan untuk mengidentifikasi
organisme penyebab. Diagnosis harus cepat untuk mencegah kerusakan
sendi permanent.
Terapi berupa antibiotik, perbaiki status hidrasi, anti nyeri, dan batasi
pergerakan sendi. Penicilin parenteral merupakan obat pilihan utama
sampai spesifik bakteri ditemukan. Jika infeksi sudah teratasi, jaw-
opening exercises dapat membantu mencegah scarring dan keterbatasan
gerak. 18
Traumatic arthritis
Jarang. acute injury (contoh: intubasi endotrakeal) dapat menyebabkan
arthritis pada TMJ. Dapat terjadi nyeri, tenderness,dan keterbatasan gerak.
Diagnosis berdasarkan anamnesis. Hasil x-ray negatif, kecuali ketika
terjadi intra-articular edema atauhemoragik yang meluas pada ruang sendi.
Osteoarthritis
TMJ dapat terkena, terutama pada usia > 50 tahun. Biasanya pasien
mengeluh kaku,grating, dan mild pain.pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan krepitasi. Sendi yang terkena pada umumnya bilateral. X-rays
dan CT scan dapat menunjukkan flattening and lipping pada condyle.
Terapi berupa simptomatik.
Rheumatoid arthritis
Dapat mengenai TMJ > 17% pada dewasa dan pada anak dengan RA,
tetapi biasanya TMJ merupakan sendi terakhir yang terkena. Nyeri,
bengkak, dan keterbatasan gerak merupakan yang paling serig ditemkan.
Pada anak, destruksi condyle mengakibatkan gangguan pertumbuhan
mandibular dan deformitas wajah. Dapat juga terjadi ankilosis. X-rays
biasanya negatif pada stage awal, tetapi lama kelamaan menunjukkan
destruksi tulang., yang mengakibatkan anterior open-bite deformity.
Secondary degenerative arthritis
Arthritis tipe ini mengenai usia 20-40 setelah trauma atau dengan
persistent myofascial pain syndrome. Gejala biasanya terbatas saat
membuka mulut, unilateral pain, dan krepitus. Diagnosis berdasarkan x-
rays, yang biasanya menunjukkan condylar flattening, lipping, spurring, or
erosion.
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X
Secara umum, sinar x pada daerah gigi dan mulut dapat dibagi menjadi
dua golongan:
a. Sinar X intraoral
Sinar X intraoral merupakan sinar X dental yang paling umum
digunakan. Alat ini memberikan detail dan gambaran kavitas,
memeriksa kesehatan akar gigi dan tulang di sekitar gigi, memeriksa
status perkembangan gigi dan memantau kesehatan umum dari tulang
dan rahang.
- Bitewing
Pada pemeriksaan ini pasien menggigit suatu paper tab
dan menunjukkan bagian mahkota pada gigi atas dan gigi bawah
bersama
- Periapikal
Periapikal menunjukkan satu atau dua gigi yang lengkap
mulai dari mahkota hingga akar.
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
2. Pembedahan
A. Operasi ortopedi
b. Dengan RICE
RICE
1) R : Rest (istirahat)
2) I : Ice (kompres dengan es)
3) C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
4) E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggugjawab
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Pengkajian pola konseptual Gordon
a. Pola persepsi
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat tidur
f. Pola peran dan hubungan
g. Pola personal hygiene
h. Pola toleransi dan stress
i. Pola konsep diri
j. Pola nilai dan keyakinan
k. Pola seksualitas dan reproduksi
5. Pemeriksaan fisik
Pada penderita dislokasi pemeriksaan fisik yang diutamakan adalah
nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya rahang tidak dapat endorotasi pada
dislokasi mandibula.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
C. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan Observation (O) : - Untuk
- Identifikasi skala nyeri
tindakan keperawatan mengetahui
Nursing (N) :
selama 3x24 jam skala nyeri
diharapkan nyeri akut - Fasilitas istirahat dan - Untuk
dapat berkurang atau tidur meningkatkan
hilang dengan kriteria Education (E) :
kenyamana
hasil : - Untuk
1. Pasien mampu - Ajarkan teknik relaksasi
mengurangi
mengontrol untuk mengurangi nyeri rasa nyeri
nyeri Colaboration (C) : pasien
2. Skala nyeri
berkurang - Kolaborasi pemberian - Untuk
3. Pasien merasa analgetik mempercepat
lebih nyaman
penyembuhan
2. Setelah dilakukan Observation (O) :
- Monitor kondisi - Untuk
tindakan keperawatan
umum selama mengetahui
selama 3x24 jam
melakukan mobilisasi kondisi
diharapkan gangguan
Nursing (N) : pasien
mobilitas fisik dapat
berkurang atau hilang - Fasilitasi aktivitas
- Untuk
dengan kriteria hasil : mobilisasi dengan
1. Pasien dapat membantu
alat bantu (mis :
melakukan melakukan
pagar tempat tidur)
aktivitas seperti mobilisasi
Education (E)
biasa
- Untuk
- Libatkan keluarga membantu
pasien untuk mobilisasi
membantu pasien
dalam
meningkatkan
pergerakan
3. Setelah dilakukan Observation (O) : - Untuk
- Monitor asupan
tindakan keperawatan mengetahui
makanan pasien
3x24 jam, diharapkan kondisi pasien
Nursing (N) :
defisit nutrisi dapat - Sajikan makanan
- Untuk
teratasi dengan kriteria secara menarik dan
meningkatkan
hasil : suhu yang sesuai
selera makan
1. Adanya
Education (E)
pasien
peningkatan
berat badan - Ajarkan diet yang - Mempercepat
sesuai dengan diprogramkan penyembuhan
tujuan Colaboration (C) : pasien.
B. Saran
Untuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan
memahami tentang pegertian,penyebab,pencegahan dan pengobatan dari Dislokasi
Mandibula agar saat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien tidak terjadi
suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau bisa berakibat fatal
karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
danTindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.