Anda di halaman 1dari 22

ASKEP ILEUS

Dosen Pengampu: Dewi Purnamawati, M.Kep

KELOMPOK 5:

1. ASTRIYANDANI (P07120121005)
2. EMMA GAVANOLI (P07120121012)
3. IRSHA AJI MAYDIFA (P07120121019)
4. M. SHIDQY ARVINO (P07120121027)
5. SRI HANDAYANI (P07120121034)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D.III KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas berkat-Nya kita dapat
menjalani segala kegiatan dengan lancar sampai saat ini, Atas berkatnya juga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Konsep Dasar Manusia, dengan judul” ASKEP ILEUS” Dalam menyelesaikan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan
doa, saran dan kritik sehingga makalah dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini belum tentu sempurna. Dalam penulisan
makalah ini tentunya terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara teknis penulisan
mau pun materi untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnan pembuatan makalah.

Mataram, 08 September 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Definisi Ileus.....................................................................................................................3
B. Ileus Obtruktif..................................................................................................................3
C. Ileus Paralitik....................................................................................................................8
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP......................................................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis atau
obstruksi mekanis yang dapat menyebabkan penumpukan atau penyumbatan zat
makanan (Rasmilia Retno, 2013). Ileus adalah gangguan atau hambatan isi usus
yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan
pertolongan atau tindakan. Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan
ileus paralitik. Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
adanya sumbatan atau hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam
lumen usus (Ida Ratna, Nurhidayati, 2015). MedLine Plus (2018) menyatakan
Ileus obstruktif atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Sedangkan ileus
paralitik adalah obstruksi usus akibat kelumpuhan seluruh atau sebagian otot-
otot usus yang menyebabkan berkurangnya atau tidak adanya peristaltik (Megan
Griffiths, 2020).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya
isi usus (Sabara, 2007). Obstruksi pada usus dapat disebabkan oleh faktor
mekanik dan fungsional. Faktor mekanik diantaranya intususepsi, tumor dan
neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan (adhesi), hernia dan abses. Sedangkan
faktor fungsional disebabkan oleh muskulator usus tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus (Brunner and Suddarth, 2002). Terdapat 4 gejala utama (cardinal
sign) pada ileus obstruktif, yaitu nyeri abdomen, muntah, distensi dan kegagalan
buang air besar atau gas (konstipasi). Dampak ileus obstruktif terhadap
kebutuhan dasar manusia diantaranya kebutuhan oxigenasi, kebutuhan cairan
dan elektrolit, kebutuhan rasa aman, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi dan

1
kebutuhan istirahat dan tidur. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi akibat
ileus obstruksi, yaitu syok hipovolemik, perporasi, peritonitis, sepsis dan
kematian. (Brunner and Suddarth, 2002)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Ileus?
2. Apa itu penyakit Ileus Obstruktif?
3. Apa itu penyakit Ileus Paralitik?
4. Apa askep dari Ileus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Ileus
2. Untuk mengetahui itu penyakit Ileus Obstruktif
3. Untuk mengetahui itu penyakit Ileus Paralitik
4. Untuk mengetahui konsep Askep Ileus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ileus
Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau
total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Ada 2 tipe ileus yaitu :
1. Mekanis (ileus obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau
kronis akibat korsinoma yang melingkari. Misalnya, intusepsi, tumor
polipoid dan neuplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik/fungsional (ileus paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mamu mendorong isi
sepanjang usus. Contohnya amiloidosis,distropi otot,gangguan endokrin
seperti diabetes melitus,atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.

(Hardhi Kusuma.2013)

B. Ileus Obtruktif
Obstruksi usus atau obstruksi mekanis adalah penyimpanan zat Saluran
pencernaan tidak dapat dituntun jauh karena adanya obstruksi atau bstruksi
mekanik karena kelainan lumen usus, dinding dan ongga peritoneum (Bernstein,
2017).

3
Obstruksi usus adalah suatu kondisi di mana zat disimpan dalam lumen
saluran pencernaan saluran jarak jauh tidak dapat dipimpin karena penyumbatan
atau obstruksi mekanis disebabkan oleh kelainan pada lumen usus, dinding usus,
atau di luar usus kompresi atau pembuluh darah abnormal dari segmen usus
yang disebabkan nekrosis usus (Wahyudi et al., 2020). Dapat disimpulkan
bahwa obstruksi ileum merupakan obstruksi pada usus mencegah zat di usus
melewati lumen usus dengan obstruksi usus atau obstruksi mekanis.
a. Etiologi
Penyebab obstruksi Ileum:
Menurut Indrayani, (2013) penyebab obstruksi usus halus antara lain:
1) Hernia parah:
Intususepsi terjadi karena usus mendorong ke dalam kantung hernia
kompresi oleh cincin tengkorak menyebabkan obstruksi (stenosis) dan
pencekikan usus (penyumbatan yang menyebabkan aliran darah ke usus
berhenti).
2) Hernia non-kustodian, termasuk:
 Perekat atau pengikat enterik
Adhesi mungkin karena riwayat operasi intra-abdominal atau proses
inflamasi di perut. Bisa dalam bentuk perekat bisa di bawah
sederhana atau multiform, bisa lokal atau diperpanjang.
b. Pathofisiologi dan Pathway
 Pathofisiologi
Pergerakan makanan dan cairan melalui saluran cerna membutuhkan
peristaltik terintegrasi dan ukuran lumen yang memadai. Gangguan
motilitas dan penyempitan lumen internal atau eksternal dapat
menyebabkan gejala yang sama, yaitu muntah, distensi abdomen, perut
kembung, atau buang air besar. Gangguan tinja, seperti ileus paralitik
atau disfungsi usus, dianggap disfungsi, sedangkan stenosis vagina
karena sebab apapun dianggap disfungsi. penyumbatan mekanis.
Obstruksi usus dapat terjadi karena kelebihan mekonium pada bayi, isi

4
usus pada pasien cystic fibrosis atau bazoar, bahan organik atau
anorganik yang tertelan oleh pasien dengan gangguan neurologis
(Berstein, 2017).
Setelah obstruksi, obstruksi usus menyebabkan akumulasi ekskresi
dan volume cairan dari lumen, dinding usus, dan rongga peritoneum
Kehilangan cairan dapat signifikan dan termasuk kehilangan melalui
ruang eksternal. Pada banyak jenis obstruksi usus, terutama jika
obstruksi lengkap, aliran darah ke usus terganggu.
Di awal ini disebabkan oleh obstruksi vena, tetapi dapat berkembang
menjadi kegagalan arteri disertai dengan nekrosis usus dan, jika tidak
teratasi dalam beberapa jam, perforasi. Bahkan jika gangguan aliran
darah tidak diobati, obstruksi usus akan menyebabkan dilatasi usus
progresif dan kehilangan cairan (Bernstein, 2017).
 Pathway
Perlekatan usus, hernia, neoplasma, benda asing, batu empedu,
penyakit radang usus, hematoma, striktus.

5
c. Manifestasi klinis
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen
usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah

6
fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri
abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Tanda
vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal
dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat
dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada
obstruksi di daerah distal.

d. Pemeriksaan
Pseudo obstruksi atau biasa disebut dengan sindrom Ogilvie, merupakan
kondisi kronis yang lebih sering terjadi pada usus besar dibandingkan usus
halus. Etiologi hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Tanda dan gejala
dapat menyerupai ileus obstruktif namun tidak terdapat tanda-tanda obstruksi
dan dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan radiologi.
Tanda dan gejala dari ileus paralitik dapat menyerupai ileus ostruktif.
Penyakit ini dapat diakibatkan oleh hampir seluruh operasi abdomen terbuka,
peritonitis, trauma, iskemia usus ataupun gangguan elektrolit seperti
hipokalemia. Untuk membedakan ileus paralitik dengan ileus obstruktif, dapat
dilakukan pemeriksaan radiografi untuk melihat ada atau tidaknya sumbatan.
Selain itu pada pemeriksaan fisik di auskultasi, bising usus akan menurun pada
ileus paralitik, namun hal ini juga dapat terjadi pada ileus obstruktif yang sudah
mengalami iskemia atau perforasi.

e. Penatalaksanaan
Tatalaksana nonoperatif harus dilakukan secara selektif pada pasien ileus
obstruktif. Efektivitas dari terapi ini sebesar 80% pada pasien dengan obstruksi
parsial. Tantangan dalam tatalaksana ini adalah menentukan dengan cepat dan
melakukan eksplor operatif jika terjadi strangulasi, deteksi dini pasien tanpa
strangulasi yang tidak akan membaik tanpa intervensi, dan meminimalisir

7
tindakan operatif yang tidak diperlukan. Perlu diingat bahwa penundaan
intervensi pada ileus obstruktif dengan strangulasi akan meningkatkan mortalitas
dan morbiditas.
Pada tatalaksana nonoperatif, hal-hal yang dilakukan adalah: Nothing per
Oral (NPO) Resusitasi volume cairan dan koreksi ketidak seimbangan elektrolit
Dekompresi dengan tuba nasogastrik, tuba intestinal, atau kolonoskopi.

C. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah suatu keadaan abnormal ketika terdapat hambatan atau
kelumpuhan pada motilitas atau pergerakan usus. Jika gejala ileus paralitik
disepelekan dan tidak ditangani secara dini, keadaan ini dapat berakibat fatal.   
Penyebabnya kondisi ini bisa beragam, mulai dari terbentuknya jaringan fibrosa
setelah operasi, hernia, kanker usus besar, pemakaian obat atau kondisi medis.
Jika tanpa pengobatan, bagian usus yang tersumbat bisa mati dan menyebabkan
masalah pencernaan serius. Namun, dengan perawatan medis yang cepat,
kondisi ini bisa berhasil diobati.

a. Etiologi

Penegakkan diagnosis ileus paralitik dilakukan melalui anamnesis atau


wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
dilakukan untuk mengetahui gejala yang sesuai dengan kondisi ini dan
kemungkinan penyebabnya.  Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan secara
cermat untuk menemukan abnormalitas yang menandakan adanya ileus paralitik
seperti lemahnya atau bahkan tidak adanya bising usus, terdengarnya suara air
bergerak (succussion splash) saat pasien berpindah posisi, serta untuk
menemukan penyakit yang memicunya. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk
menyingkirkan adanya kondisi gawat darurat yang dapat mengancam jiwa
seperti demam tinggi, dan tekanan darah turun (hipotensi). Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan meliputi:

1) Sinar-X. Rontgen perut menggunakan sinar X dapat membantu dokter


dalam mendeteksi penyumbatan. Namun, beberapa penghalang usus
tidak dapat dilihat dengan menggunakan sinar-X standar.
2) Computerized Tomography Scan (CT-Scan). Pemeriksaan
menggabungkan serangkaian gambar sinar-X yang diambil dari sudut

8
yang berbeda untuk menghasilkan gambar penampang. Jika
dibandingkan dengan rontgen standar, gambar yang dihasilkan CT-Scan
jauh lebih rinci. 
3) Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini sering digunakan pada anak-
anak 
4) Enema Udara atau Barium. Selama prosedur, dokter akan
memasukkan udara atau barium cair ke dalam usus besar melalui
rektum. 

b. Pathofisiologi dan Pathway


 Pathofisiologi
Akumulasi isi usus,cairan,dan gas terjadi di daerah di atas usus
yang mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi
absorbsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan
peningkatan distensi, tekanan dalam lumen usus meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan kapiler,vena dan arteriola. Pada
gilirannya hal ini akan menyebabkan edema,kongesti,nekrosis,dan
akhirnya ruptur atau perfosi dari dinding usus, dengan akibat peritonitis.
Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah
mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung,serta
menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah, yang akhirnya
mencetuskan alkalosis metabolik. Dehidrasi dan asidosis yang terjadi
kemudian, disebabkan karena hilangnya cairan dan natrium. Dengan
kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat terjadi. (Brunner &
Suddarth.2002)

 Pathway
Predisposisi sistemik meliputi, sepsis,obat-
Predisposisi pascaoperatif
obatan,gangguanelektrolit dan metabolik bedah abdominal
infarkmlokard,pneumonia,trauma biller dan ginjal
kolik,cidera kepala dan ,prosedur bedah
saraf,inflamasi intra abdomen dan peritonitis
refroperitoneal ILEUS

9
Hipomotilitas (kelumpuhan) intestinal

Ketidakmampua Gangguan Hilangnya kemampuan


n absorbsi gastriontestinal intestinal dalam pasase
material feses

Penurunan Mual muntah


intake cairan konstipasi

Kekurangan volume
cairan Kehilangan cairan Asupan nutrisi tidak
dan elektrolit adekuat
Penurunan volume
cairan intra sel
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Resiko syok
Resiko ketidakseimbangan
(hipovolemik)
elektrolit

Distensi Respon lokal saraf


nyeri
abdomen terhadap inflamasi

Kecemasan pemenu Respon psikologis


ansietas
kebutuhan informasi misintrepretasi
perawatan dan
pengobatan

(Arif Mutaqien, Salemba Hal 615)

10
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengertian Ileus
Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis atau
obstruksi mekanis yang dapat menyebabkan penumpukan atau penyumbatan zat
makanan (Rasmilia Retno, 2013). Menurut Margaretha Novi Indrayani (2013)
Ileus adalah gangguan atau hambatan isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus
dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus obstruktif atau
disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus (Ida Ratna, Nurhidayati,
2015). MedLine Plus (2018) menyatakan Ileus obstruktif atau obstruksi usus
adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) a]liran normal isi usus sepanjang
saluran isi usus. Sedangkan ileus paralitik adalah obstruksi usus akibat
kelumpuhan seluruh atau sebagian otot-otot usus yang menyebabkan
berkurangnya atau tidak adanya peristaltik (Megan Griffiths, 2020).
Dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif merupakan penyumbatan pada
usus yang disebabkan oleh hernia, adhesi atau pelengketan, tumor yang
menyebabkan isi usus tidak dapat disalurkan ke distal.

A. Pengkajian
a. Identitas Biodata klien:
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama:
Pada umumnya ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menterus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen
tegang dan kaku.
 Riwayat kesehatan sekarang:
R: Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan
Q: Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus menerus (menetap).
R: Di daerah mana gejala dirasakan
S: Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala mumeric 1 sd
10.
T: Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan

11
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.

 Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan peningkatan frekuensi napas, napas pendek
dan dangkal
2. Sistem kardiovaskuler takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
3. Sistem persarafan tidak ada gangguan pada sistem persyaratan
4. Sistem perkemihan retensio urine akibat tekanan distensi
abdomen, anuria oliguria, jika syok hipovolemik
5. Sistem pencernaan Distensi abdomen, muntah, bising usus
meningkat, lemah atau tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan
flatus
6. Sistem muskuloskeletal kelelahan, kesulitan ambulansi
7. Sistem integumen turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-
pecah (syok)
8. Sistem endokrin tidak ada gangguan pada sistem endokrin 9.
Sistem reproduksi tidak ada gangguan pada sistem reproduksi

B. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Praoperasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b'd gangguan absorbsi
nutrisi
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Gangguan pola eliminasi konstipasi berhubungan dengan disfungsi
motilitas usus
4. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

b. Diagnosa Pascaoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan pembedahan ( Tindakan
Laparatomi)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

C. Intervensi keperawatan

12
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
O keperawatan

1. Perubahan Setalah 1. Identifikasi 1. peningkatan


nutrisi kurang dilakukan kesukaan kerjasama
dari kebutuhan asuhan ketidaksukaa pasien
n diet dari dengan
tubuh b'd keperawatan
pasien. aturan diet
gangguan 2x24 jam Anjurkan Protein
absorbsi nutrisi diharapkan pilihan vitamin C
kebutuhan makanan terhadap
nutrisi dapat tinggi infeksi.
teratasi dengan protein dan 2. Sindromamal
kriteria hasil : vitaminC absorbsi
2. Observasi dapat terjadi
1. tidak terhadap setelah
ada terjadinya pembedahan
tanda- diare, usus halus,
tanda makanan bau memerlukan
nutrisi busuk dan evaluasi
2. Berat untuk lanjut dan
badan analgetic.
stabil.
3. pasien
tidak
mengala
mi mual
muntah

2. Kecemasan Setalah 1. Observasi adanya 1. Rasa cemas yang


berhubungan dilakukan peningkatan dirasakan pasien
dengan asuhan kecemasan: wajah dapat terlihat dalam
perubahan keperawatan tegang, gelisah ekspresi wajah dan
status 2x24 jam tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa
kesehatan diharapkan
cemas yang 2.Mengetahui
kecemasan
dirasakan pasien. tingkat kecemasan
pada pasien
pasien.
berkurang 3. Berikan

13
deng;an kriteria penjelasan kepada 3.Dengan
hasil: pasien dan keluarga mengetahui tindakan
tentang tindakan yang akan dilakukan
Pasien
yang akan dilakukan akan mengurangi
mengungkapka
sehubungan dengan tingkat kecemasan
n pemahaman
keadaan penyakit pasien dan
tentang
pasien meningkatkan
penyakit saat
fvKerjasama
ini dan
mengungkapkan
mendemonstras
kecemasan akan
ikan
mengurangi rasa
keterampilan
takut/cemas pasien
koping positif.

3. Gangguan pola Setelah di 1. Berikan 1. Meningkatka


eliminasi: lakukan asuhan penjelasan n
konstipasi keperawatan kepada pengetahuan
berhubungan 2x24 jam pasien dan pasien dan
dengan gangguan keluarga keluarga
disfungsi eliminasi pada penyebab serta untuk
motilitas usus pasien teratasi terjadinya meningkatka
dengan kriteria gangguan n kerjasama
hasil: dalam BAB antara
2. Kolaborasi perawat-
Pola eliminasi
dalam pasien dan
BAB normal:
pemberian keluarga.
Ix/hari, dengan
terapi 2. Membantu
konsistensi
pencahar dalam
lembek, BU
(Laatif) pemenuhan
kebutuhan

14
normal: eliminasi

5-35 x/menit,
tidak ada
distensi
abdomen.

4. Nyeri Setelah 1. Kolaborasi 1. Kemampuan


berhubungan dilakukan dalam nyeri
dengan distensi
asuhan memberikan terkontrol
abdomen
keperawatan cairan anti mengenali
2x24 jam, nyeri nyeri onset nyeri
mulai
berkurang
karena
diberikannya
cairan anti
nyeri melalui
intravena.

D. Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan

1. Nyeri akut Setelah 1. Beri obat 1. Kemampuan


berhubungan dilakukan analgetic nyeri
dengan 2x24 jam untuk terkontrol
meredakan mengenali
Tindakan nyeri yang di
rasa nyeri onset nyeri

15
pembedahan rasa
( Tindakan berkurang
Laparatomi)

2. Resiko infeksi Mengurangi 1. Identifikasi 1. Untuk


berhubungan infeksi luka kesiapan, mengetahui
dengan luka pada pasien kemampuan kesiapan
operasi menerima menerima
informasi informasi
2. Jelaskan
penyebab
dan factor
penyakit

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Nettina, 2002).
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan intervensi
keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap pasien. Secara garis besar
ada tiga kategori dari implementasi keperawatan yaitu: Cognitive
implementations, Interpersonal implementations, Technical implementations.
Implementasi asuhan keperawatan yang efektif adalah memberikan asuhan
sesuai dengan yang harus dilakukan.
Adapun tahap-tahap/proses implementasi keperawatan : Komponen
implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap: mengkaji ulang

16
klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada,
mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan.
dan mengomunikasikan intervensi.
F. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian
keberhasilan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan. Selain itu juga evaluasi dilakukan untuk melihat perkembangan
dari kesehatan pasien. Metode yang dilakukan pada jurnal ini adalah dengan
mengobservasi dan menjelaskan keterkaitannya dengan judul pada jurnal. Dan
didapatkan hasil bahwa evaluasi yang dilakukan perawat cukup baik diberbagai
tempat yang berbeda beda. Hal ini perlu ditingkat kedepannya terutama dalam
pendokumentasi evaluasi. Untuk melihat perkembangan kesehatan pasien
apakah sesuai dengan tujuan awal atau perencanaan atau tidak.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Evaluasi bisa dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan sehingga perawat
dapat mengambil keputusan : pertama, mengakhiri tindakan keperawatan. Jenis-
jenis Evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain : Evaluasi formatif
(proses), dan Evaluasi Sumatif (hasil).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau
total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Ada 2 tipe ileus yaitu :
1. Mekanis (ileus obstruktif)
2. Neurogenik/fungsional (ileus paralitik)

B. Saran
Makalah ini tergolong masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
berharap pembaca mampu memahami materi terkait materi yang kami tulis dan
memberikan masukan apabila ada kekurangan dalam makalah yang kami buat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hardhi, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis &Nanda. EGC : Jakarta

Brunner &Suddarth. 2002. BukuAjar :KeperawatanMedikalBedah. EGC: Jakarta

Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam, edisi XIII, EGC: Jakarta.

Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi .

(http://barryvanilow.blogspot.com/. Diaksestanggal 18 Nopember 2011)

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Sandra M. Nettina,2002. PEDOMAN PRAKTIK KEPERAWATAN .Jakarta :


Buku Kedokteran.

19

Anda mungkin juga menyukai