Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“PEMFIS KEPALA: WAJAH,RAMBUT,MATA,TELINGA DAN MULUT”

Dosen Pengampu : Mas’adah, M Kep

Kelompok 1:

1. Bq. Hanifatun Aulianti (P07120121006)


2. Desti Olyfia (P07120121009)
3. M. Akfa zulpatoni (P07120121024)
4. M. Shidqy Arvino (P07120121027)
5. Nani Fazila (P07120121028)
6. Nurul Hazrah (P07120121031)
7. Sri Handayani (P07120121034)
8. Surisma Navira (P07120121035)
9. Via Aulia Rahman (P07120121037)
10. Wawan Putra Dinata (P07120121038)

TINGKAT 1 KELAS A

PRODI D-III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemfis Kepala :
wajah,rambut,mata,telinga,hidung,mulut” ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah metedelogi keperawatan
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Pemfis Kepala :
wajah,rambut,mata,telinga,hidung,mulut

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mas’adah, M.Kep selaku dosen pengampu


yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Mataram, 11 Maret 2022

Kelompok 1

2
Daftar Isi
Sampul 1

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

BAB 1: Pendahuluan 4

1.1 Latar belakang 4

1.2 Rumusan masalah 6

1.3 Tujuan penulisan 6

BAB 2: Pembahasan 7

2.1 Pemeriksaan Kepala/wajah 7


2.2 Pemeriksaan mata 8
2.3 Pemeriksaan telinga 10
2.4 Pemeriksaan mulut 12

BAB 3: Penutupan 13

3.1 kesimpulan 13

3.2 saran 13

Daftar pustaka 13

Lampiran ……………………………………………………………………………………… 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji karna di kepala terdapat organ-
organ yang sangat berperan dalam fungsi kehidupan. Dalam kajian kepala, selain mengkaji
kepala organ-organ seperti mata,telinga,hidung,mulut,serta leher juga dikaji. Karna adanya
berbagai organ penting yang ada di kepala, perawat harus dapat menyusun riwayat kesehatan
yang singkat dan efektif serta membatasi area yang perlu dikaji, misalnya nyeri kepala dan
kebersihan mulut. Pemeriksaan fisik kepala dan leher menggunakan pendekatan inspeksi,
palpasi.,

a) Inspeksi Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan
mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk
mengkaji/menilai pasien. Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan dan
berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru,
sejak detik pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama,
sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan.
b) Palpasi, merupakan pemeriksaan dengan perabaan, sentuhan atau merasakan dengan
menggunakan rasa proprioseptif ujung jari atau tangan. Cara pemeriksaan ini merupakan
langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah
diperoleh melalui inspeksi sebelumnya

Pengkajian fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berupa kepastian
tentang penyakit apa yang diderita pasien disebut fisik diagnostik. Untuk mendapatkan data yang
akurat. Hasil pemeriksaan kepala leher, membantu dokter menegakkan diagnosis yang
berhubungan dengan penyakit kepala dan leher.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi dengan
benar di bagian wajah?
2. Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi dengan
benar di bagian rambut?
3. Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi dengan
benar di bagian mata?
4. Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi dengan
benar di bagian telinga?
5. Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi dengan
benar di bagian mulut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi
dengan benar di bagian wajah
2. Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi dengan
benar di bagian rambut
3. Agar Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi
dengan benar di bagian mata
4. Agar Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi
dengan benar di bagian telinga
5. Bagaimana melakukan pemeriksaan Inspeksi , Palpasi ,Perkusi dan Auskultasi dengan
benar di bagian mulut

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pemeriksaan Kepala/wajah
 Inspeksi
Amati kesimetrisan muka, rambut, kulit kepala. Penilaian lingkar kepala. Lingkar kepala
yang lebih besar dari normal, disebut makrosefali, biasanya dapat ditemukan pada
penyakit hidrocefalus. Sedangkan lingkar kepala yang kurang dari normal disebut
mikrosefali.
1. Bentuk kepala (bulat / lonjong / benjol, besar / kecil, simetris / tidak)
2. Posisi kepala terhadap tubuh (tegak lurus dan digaris tengah tubuh / tidak)
3. Kulit kepala (ada luka / tidak, bersih / kotor, berbau / tidak, ada ketombe / tidak,
ada kutu / tidak)
4. Rambut pasien
a. Penyebaran / pertumbuhan (rata / tidak)
b. Keadaan rambut (rontok, pecah-pecah, kusam)
c. Warna rambut (hitam, merah, beruban, atau menggunakan cat rambut)
d. Bau rambut (berbau / tidak). Bila berbau apa penyebabnya.
e. Adanya bekas jaitan/tidak

5. Wajah pasien
a. Warna kulit wajah (pucat, kemerahan, kebiruan)
b. Struktur wajah (simetris / tidak, ada luka / tidak, ada ruam dan
pembengkakan / tidak, ada kesan sembab / tidak, ada kelumpuhan otot-
otot fasialis / tidak)

6
Gambar2.Kiri :facies mongoloid pada Down Syndrome, kanan : paralisis nervus facialis pada
Bells Palsy

 Palpasi
Lakukan palpasi pada permukaan kulit kepala, penilaian adanya deformitas, nyeri tekan
1. Ubun-ubun (datar / cekung / cembung)
2. Raba dan rasakan (ada / tidak) : nyeri tekan, benjolan, tumor
3. Palpasi apakah ubun-ubun sudah menutup / belum

2.2. pemeriksaan mata


 Inspeksi dan Palpasi
Inspeksi: Amati bentuk bola mata, strabismus, exophtalmus, konjungtiva, sklera, kornea,
pupil kanan kiri Periksa tekanan bolamata dan adanya nyeri tekan
1. Kelengkapan dan kesimetrisan mata pasien (lengkap / tidak, simetris / tidak)
2. Alis mata dan bulu mata : pertumbuhan (lebat / rontok), posisi (simetris / tidak)
3. Kelopak mata (ada / tidak) : lesi, edema, peradangan, benjolan, ptosis
4. Tarik kelopak mata bagian bawah dan amati konjungtiva (pucat / tidak), sklera
(kuning / tidak), dan adakah peradangan pada konjungtiva (warna kemerahan)

7
5. Pupil : bagaimana reflek pupil terhadap cahaya (penlight) (baik / tidak), besar
pupil kanan-kiri (sama / tidak), pupil mengecil / melebar
6. Kornea dan iris : peradangan (ada / tidak), bagaimana gerakan bola mata (normal
/ tidak)
7. Lakukan test ketajaman penglihatan. Periksa visus Okuli Dekstra (OD) dan
Okuli Sinistra (OS) ― Dengan grafik alfabet Snellen di jarak 5 – 6 meter. 5/5
atau 6/6 = normal ― 1/ 60 = (Normal) Mampu melihat dengan hitung jari ―
1/300 = (Normal) Mampu melihat dengan lambaian tangan ― 1/ ~ = (Normal)
Mampu melihat gelap dan terang ― 0 = Tidak mampu melihat
8. Pemeriksaan pupil dilakukan dengan memberikan cahaya pada pupil mata dari
samping ketengah, pupil normal akan mengalami miosis (menyempit) bila
terkena cahaya.
9. Pemeriksaan lensa dengan cara memberikan cahaya lewat pupil, dinilai media
refrakta di belakang pupil

InspeksiBagian Mata Kemungkinan yang ditemukan


Suprasiliaris (Alismata) Dermatitis Seborea
Palpebrae (Kelopakmata) Kalazion, Ectropion, Ptosis, Xanthelasma
Posisidankesejajaranmata Exophtalmus, Strabismus
SkleradanKonjungtiva Mata merah, ikterik, anemis
Kornea, iris, pupil, lensa Opasitaskorneal, Refleks pupil, katarak

8
Gambar 6. Abnormalit as yang terlihat pada inspeksi mata

A. Kalazion E. Conjunctival injection pada


konjungtivitis
B. Strabismus F. Subconjungtival bleeding
C. Ektropion G. Keratitis
D. Ptosis H. Katarak
 Palpasi
Pemeriksaan palpasi meliputi pemeriksaan palpebra dan tekanan bola mata.

2.3. pemeriksaan telinga


 Inspeksi dan palpasi
1. Telinga : bentuk (simetris / tidak), ukuran (lebar / sedang / kecil), nyeri (ada /
tidak) menggunakan alat oteskop
2. Lubang telinga, kalau perlu gunakan otoskop (periksa ada / tidak) : serumen,
benda asing, perdarahan
3. Membran telinga (utuh / tidak)
4. Kalau perlu lakukan test ketajaman pendengaran. Periksa telinga kanan dan kiri
dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 m dalam ruang kedap suara. Dengan arloji
dengan jarak 30 cm dengan garpu tala:
a) Pemeriksaan Rinne:
Pemeriksaan Rinne merupakan pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala untuk
membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang
diperiksa. Vibrasikan garpu tala, letakkan garpu tala pada mastoid kanan pasien, anjurkan
pasien untuk memberi tahu sewaktu tidak merasakan getaran lagi. Angkat garpu tala dan

9
pegang di depan telinga kanan pasien, anjurkan pasien untuk memberi tahu apakah masih
mendengar suara getaran atau tidak. Normalnya suara getaran masih dapat didengar
karena konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang.
b) Pemeriksaan Weber:
Pemeriksaan Weber merupakan pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala
untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan Vibrasikan
garpu tala, letakkan garpu tala di tengah-tengah puncak kepala pasien. Tanya pasien
tentang telinga yang mendengar suara getaran lebih keras. Normalnya kedua telinga
dapat mendengar secara seimbang sehingga getaran dirasakan ditengah-tengah kepala
c) Pemeriksaan Schwabach
Pemeriksaan Schwabach merupakan pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala
untuk membandingkan hantaran tulang orang diperiksa dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal. Syarat utama dilakukannya pemeriksaan ini adalah pemeriksa
harus dipastikan terlebih dahulu memiliki pendengaran yang normal. Dalam persiapan
pasien, instruksikan pada pasien untuk memberikan isyarat ketika dia tidak merasakan
getaran dari garpu tala. Vibrasikan Garpu tala, letakkan tangkai garpu tala pada
Processus Mastoideus O. P. sampai pasien tidak merasakan getaran lagi. Setelah pasien
tidak merasakan getaran, segera pindahkan garpu tala ke area Processus Mastoideus O.
P. pemeriksa yang memiliki pendengaran normal Bila pemeriksa tidak mendengar maka
pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Ketika dilakukan pemeriksaan sebaliknya,
bila pasien masih merasakan getaran, maka pemeriksaan Schwabach mengalami
perpanjangan.

10
2.4. pemeriksaan mulut
 Inspeksi
1 Bibir pasien : sianosis / tidak, kering / basah, ada luka / tidak, sumbing / tidak
2 Gusi dan gigi. Anjurkan pasien untuk membuka mulut : ― Normal / tidak (apa
kelainannya) ― Sisa – sisa makanan (ada / tidak) ― Ada caries / tidak (jelaskan
lebarnya, keadaanya, sejak kapan) ― Ada karang gigi / tidak (jelaskan banyaknya,
lokasinya) ― Ada perdarahan / tidak ― Ada abses / tidak (jelaskan penyebabnya,
lokasinya)
3 Lidah : normal / tidak, kebersihan (bercak putih / bersih / kotor), warna merata /
tidak
4 Rongga mulut. Kalau perlu tekan dengan menggunakan spatel lidah yang telah
dibalut dengan kasa : ― Bau nafas (berbau / tidak) ― Ada peradangan / tidak, Ada
luka / tidak ― Perhatikan Uvula (simetris / tidak), Tonsil (radang / tidak, besar /
tidak), Selaput lendir (kering / basah), Ada benda asing / tidak
 Palpasi
Lakukan palpasi pada pipi, palatum, lidah
 Perkusi
Dilakukan pada gigi

11
2.5 pemeriksaan hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung.
Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar,bagian dalam,kemudian sinus-sinus. Pasien
dipersiapkan dalam posisi duduk bila memungkinkan. Peralatan yang disiapkan antara lain,
otoskop,speculum hidung,cermin kecil, dan sumber penerangan/lampu.
 Inspeksi
- Inspeksi hidung eksternal :
1. Perhatikan permukaan hidung, ada atau tidak asimetri,deformitas atau inflamasi.
- Inspeksi hidung bagian dalam dengan spekulum :
1. Perhatikan mukosa yang menutup septum dan konka, warna dan pembengkakan. Adakah
mukosa oedema dan kemerahan (rinitis oleh virus), adakah oedema dan pucat (rinitis
alergik), polip, dan ulkus.
2. Posisi dan integritas septum nasi. Adakah deviasi atau perforasi septum nasi. b. Palpasi
Pemeriksaan palpasi hidung untuk menilai adanya fraktur os nasalis dan nyeri tekan

12
13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan kepala dan leher merupakan bagian dari pemeriksaan fisik, yang


meliputi: inspeksi, palpasi dan auskultasi organ-organ di regio kepala dan leher.
Hasil pemeriksaan kepala leher, membantu dokter menegakkan diagnosis yang
berhubungan dengan penyakit kepala dan leher.

A.
B. SARAN

Kami berharap pembaca dapat memberikan Kritik dan Saran atas makalah ini.
Kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa dan tak luput sedikitpun dari
kesalahan.

Semoga dengan kritik dan saran yang diberikan para pembaca dapat membangun
dan membuat kami menyusun makalah menjadi lebih baik kedepannyaansemoga
makalah ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran serta dapat dimanfaatkan oleh
generasi selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking, electronic version, 115-
208
2. Priharjo, Robert, 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC

3. Annisa, F., Diana, M., & Putra, K. W. R. (2016). Pemeriksaan Fisik Head to Toe.
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/291000-pemeriksaan-fisik-head-to-
toe-87182744.pdf

4. Blok, P., & Blok, W. P. FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

https://myklass-fkik.umy.ac.id/pluginfile.php/17105/mod_resource/content/1/
BLOK%205%20Topik%201%2C%20Px.Kepala-Leher.pdf

5. https://www.halodoc.com/artikel/inilah-alasan-pemeriksaan-fisik-perlu-dilakukan

15
CHECK LIST PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER

Nama : …………………….
No Mahasiswa : ……………………

NO ASPEK YANG DINILAI 1 2 3


Definisi :
Perawat mengkaji fisik kepala luar, mata, telinga, mulut dan
hidung
Tujuan :
1. Mengetahui bentuk dan fungsi kepala, mata, telinga,
mulut, dan hidung
2. Mengetahi kelainan yang terdapat di kepala, mata,
telinga, mulut, dan hidung.

Tahap Pra Interaksi :


a. Melakukan verifikasi data
b. Persiapan pasien
1. Mengucapkan salam teraputik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelasan dimengerti klien dan keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
6. Klien dan keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan dan
perhatian serta respek selama komunikasi dan

16
melakukan tindakan
9. Membuat kontrak waktu (waktu, tempat, dan tindakan
yang akan dilakukan)

Persiapan Alat :
c.
1. Kepala
 Lampu senter/headlight
 Handscoon
2. Mata
 Penlight
 Grafik alphabet snellen
 Handscoon
3. Telinga
 Garputala
 Otoskop
 Arlogi
 Handscoon
4. Mulut
 Penekan lidah (bila diperlkan)
 Penlight
 Kasa
 Handscoon
5. Hidung
 Lampu kepala dua
 Lidi kapas
 Bengkok
 Speculum hidung
 handscoon

17
Tahap Orientasi :
1. Memberikan salam terapeutik
2. Panggil klien dengan nama yang disenangi
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
5. Menjelaskan kerahasiaan .
Tahap Kerja :
a. Pemeriksaan kepala
1. Mencuci tangan, mempersiapkan alat, menerangkan
tujuan pemeriksaan dan menempatkan posisi
pemeriksaan
2. Atur pasien dalam kondisi duduk/berdiri (bergantung
pada kondisi pasien dan jenis pengkajian yang akan
dilakukukan)
3. Bila pasien memakai kacamata, anjurkan untuk
melepaskan
4. Melakukan inspeksi : Mengamati Bentuk-ukuran
kepala, memperhatikan kesimetrisan wajah,
tengkorak,warna dan distribusi rambut serta kulit
kepala
5. Melakukan inspeksi : Mengamati wajah normalnya
simteris/tidak dapat menjadi suatu petunjuk adanya
kelumpuhan /paresif saraf ketujuh. Rambut, kulit
kepala menjelaskan dan kelainan. Distribusi rambut
sangat bervariasi pada setiap orang dan kulit
kepala,normalnya tidak mengalami peradangan,tumor
maupun bekas luka atau sikatriks
6. Melakukan palpasi: pada permukaan kulit kepala,
penilaian adanya deformitas, nyeri tekan, keadaan
rambut, masa, pembengkakan, keadaan tengkorak dan
kulit kepala.

18
7. Mencuci tangan setelah tindakan.
b. Pemeriksaan Mata :
1. Mencuci tangan, mempersiapkan alat, menerangkan
tujuan pemeriksaan dan menempatkan posisi
pemeriksaan
2. Atur pasien dalam kondisi duduk/berdiri (bergantung
pada kondisi pasien dan jenis pengkajian yang akan
dilakukukan)
3. Melakukan inspeksi: bentuk bola mata, strabismus,
exophtalmus, konjungtiva, sklera, kornea, pupil kanan
kiri, adanya protrusi, Gerakan mata, lapang pandang
dan visus
4. Amati kelopak mata :
1) Anjurkan pasien melihat ke depan
2) Bandingkan mata kanan dan mata kiri apakah
(simestris/tidak)
3) Anjurkan pasien menutup kedua mata
4) Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak
mata serta pada bagian pinggir kelopak mata
apakah (ada kelainan/tidak)
5) Amati pertumbuhan alis mata dan bulu mata
apakah (lebat/rontok)
5. Amati konjungtiva dan sclera dengan cara berikut :
1) Anjurkan pasien untuk lurus ke depan
2) Amati konjungtiva untuk mengatahui apakah
terdapat kemerah-merahan (ada/tidak)
3) Amati keadaan kojungtiva dan kantong
konjungtiva bagian bawah apalah terdapat
infeksi atau pus atau warnanya tidak normal
(ada/tidak) (pucat/tidak)
4) Amati warna sclera saat memeriksa

19
konjungtiva yang pada keadaan tertentu
(kuning/tidak)
6. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil :
1) Amati apakah terdapat peradangan di bagian
iris (ada/tidak)
2) Amati bagaimana gerakan bola mata
(normal/tidak)
3) Mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya,
bila didekatkan dengan cahaya
(mengecil/melebar)
4) Bila pupil dijauhkan dengan cahaya
(mengecil/melebar)
5) Bentuk pupil kanan kiri (sama/tidak)
6) Reflex pupil terhadap cahaya/penlight
(baik/tidak)
7. Melakukan tes ketajaman penglihatan
1) Periksa visus okuli dekstra dan okuli sinistra
dengan grafik alphabet snellen dengan jarak 6/6
apakah (normal/tidak)
2) Lakukan tes melihat dengan hitung jari dengan
jarak 1-2 m apakah (normal/tidak)
3) Melakukan gerakan masa melihat telunjuk
untuk memastikan apakah (jereng/tidak)
8. Melakukan palpasi : pemeriksaan tekanan bola mata
dan adanya nyeri apakah terdapat benjolan (ada/tidak)
9. Mencuci tangan setelah tindakan.

c. Pemeriksaan Telinga :
Melakukan inspeksi :
1. Mencuci tangan, mempersiapkan alat, menerangkan
tujuan pemeriksaan dan menempatkan posisi

20
pemeriksaan
2. Atur posisi anda duduk menghadap sisi telinga pasien
yang akan dikaji
3. Untuk pencahayaan, gunakan auriskop,lampu kepala
atau sumber cahaya yang lain sehingga tangan bebas
bekerja
4. Mulai amati telinga luar, periksa ukuran,bentuk, warna
lesi, dan adanya massa pada pinna
5. Menggunakan otoskop untuk melihat (radang/tidak)
6. Getarkan garputala apakah terdengar (jelas/tidak)
7. Tes berbisik apakah terdengar (jelas/tidak)
8. Menggunakan arlogi dekatkan ditelinga apakah
terdengar detiknya (terdengar/tidak)
Melakukan Palpasi : temukan adanya nyeri tekan
1. Memegang telinga dengan ibu jari dan jari telunjuk
2. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis
yaitu,dari jaringa lunak kemudian jaringa keras, dan
catat bila ada nyeri (ada/tidak)
3. Membandingan telinga kiri dan telinga kanan
(simetris/tidak) (lengkap/tidak)
4. Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara
perlahan-lahan Tarik daun telinga ke atas dan ke
belakang sehingga lubang telinga lurus dan mudah
diamati.
5. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan ada/
tidak peradangan, perdarahan/kotoran. (radang/tidak)
6. Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala ke
dalam lubang telinga.
7. Bila letak otoskop sudah tepat arahkan mata anda pada
eyefish
8. Amati adanya kotoran,serumen,peradangan, atau

21
adanya benda asing pada dinding lubang telinga.
(ada/tidak)
9. Amati bentuk, warna, transparansi, kilau,
perforasi/adanya/cairan pada membrane timpani
(ada/tidak)
10. Mencuci tangan setalah tindakan

d. Pemeriksaan Mulut :
Melakukan inspeksi :
1. Mencuci tangan, mempersiapkan alat, menerangkan
tujuan pemeriksaan dan menempatkan posisi
pemeriksaan dan jari dibalut dengan kasa
2. Bantu pasien duduk berhadapan dan tinggi yang
sejajar
3. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan
komenital, bibir sumbing,warna bibir, ulkus, lesi, dan
nasa (normal/tidak)
4. Lanjutan pengamatan pada gigi dan anjurkan pasien
membuka mulut (normal/tidak)
5. Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan
gunakan penekan lidah agar gigi akan tampak lebih
jelas
6. Amati posisi, jarak, gigi rahang atas, ukuran,
warna.lesi.atau adanya tumor pada setiap gigi. Amati
juga akar-akar gigi dan gusi secara khusus

22
(normal/tidak)
7. Periksa setiap gigi dengan cara mengetuk secara
sistematis,bandingkan gigi bagian kiri,kanan,atas,dan
bawah serta anjurkan pasien untuk memberitahu bila
adanya nyeri sewaktu giginya diketuk (simetris/tidak)
8. Perhatikan pula ciri-ciri umum sewaktu melakukan
pengkajian antara lain, kebersihan mulut dan bau
mulut.
9. Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya. Minta pasien menjulurkan lidah dan
amati kelurusan, warna,ulkus, dan setiap ada kelainan
(simetris/tidak) (ada kelainan/tidak)
10. Amati warna, adanya pembengkakan, tumor,sekresi,
peradangan, ulkus, dan perdarahan pada selaput
lender. Semua system mulut secara sistematis
(ada/tidak)
11. Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan
menutup mulut sejenak bila capek dan lanjutkan
inspeksi faring dengan menganjurkan pasien membuka
mulut dan menekan lidah pasien kebawah sewaktu
pasien berkata “ah” amati kesimetrisan ukula pada
faring (simetris/tidak)
12. Amati mulut apakah terdapat jamur, skomatik atau
lainnya (ada/tidak)
13. Amati mulut menggunakan penlight apakah terdapat
amandel atau tidak (ada/tidak).
Melakukan Palpasi :
1. Atur posisi pasien duduk menghadap anda
2. Anjurkan pasien membuka mulut
3. Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari
telunjuk berada di dalam). Palpasi pipi secara

23
sistematis dan perhatikan adanya
tumor/pembengkakan. Bila ada pembengkakan,
tentukan menurut ukuran, konsistensi, hubungan
dengan daerah sekitarnya dan adanya nyeri
(ada/tidak)
4. Lanjutkan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk
dan rasakan adanya pembengkakan dan visura
(ada/tidak)
5. Palpasi dasar mulut denga cara meminta pasien
mengatakan “el” kemudian lakukan pada dasar mulut
secara sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan.
Bila diperlukan, beri sedikit penekanan dengan ibu jari
dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi catat
bila didapatkan pembengkakan (ada/tidak)
6. Palpasi lidah dengan cara meminta pasien menjulurkan
lidah, pegang lidah dengan kasa steril menggunakan
tangan kiri. Dengan jari telunjuk tangan kanan,
lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan
batas-batas lidah.
7. Mencuci tangan setelah tindakan.
Melakukan Perkusi pada gigi
e. Pemeriksaan Hidung :
Inspeksi bagian luar serta palpasi sinus-sinus
1. Mencuci tangan, mempersiapkan alat, menerangkan
tujuan pemeriksaan dan menempatkan posisi
pemeriksaan
2. Duduk menghadap pasien
3. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari
sisi depan, samping, dan disi atas. Perhatikan bentuk
atau tulang hidung dari ketiga sisi ini (normal/tidak)
4. Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung

24
(normal/tidak)
5. Amati kesimetrisan lubang hidung (simetris/tidak)
6. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan
catat bila di temukan ketidak normalan kulit atau
tulang hidung (normal/tidak)
7. Kaji mobilitas septum nasi (normal/tidak)
8. Palpasi sinus maksilaris, frontalis, dan etmoidalis.
Perhatikan adanya nyeri (ada/tidak)
Inspeksi hidung bagian dalam :
1. Duduk menghadap pasien.
2. Pasang lampu kepala dua.
3. Atur lampu sehingga tepat menerangi lubang hidung.
4. Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan
hidung secara lembut dengan ibu jari anda, kemudian
amati bagian anterior lubang hidung.
5. Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya
perfusi (ada/tidak)
6. Amati bagian konka nasalis inferior.
7. Pasang ujung speculum hidung pada lubang hidung
sehingga rongga hidung dapat diamati.
8. Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung,
atur posisi kepala sedikit menengadah.
9. Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas
rongga hidung mudah diamati.
10. Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan
dinding-dinding rongga hidung serta selaput lendir
pada rongga hidung (warna, sekresi, bengkak)
(normal/tidak)
11. Bila sudah selesai, lepas spekulum secara perlahan-
lahan.
12. Mencuci tangan setelah tindakan.

25
Tahap Terminasi :
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
5. Merapikan alat-alat
6. Berpamitan dengan pasien.
Tahap Dokumentasi :
Mencatat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam
catatan keperawatan.

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= dikerjakan setengah/tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

26

Anda mungkin juga menyukai