Anda di halaman 1dari 40

Aspek

Lingkungan
dan
Transportasi
Masalah
Intrusi Visual Lingkungan
Bising - Polusi Udara - Vibrasi
dari Jalan &
Lalulintas
Perubahan Jalan = Perubahan
Akses Konsumsi Akses
Lahan lahan Lahan

Bising - Polusi Udara - Vibrasi

Intrusi Visual

Faktor-faktor lalu-lintas Faktor-faktor dari jalan


 Bising  Intrusi visual, estetika
 Polusi udara (gas buang dari  Pemutusan hubungan
kendaraan, asap, bau, debu)  Konsumsi lahan
 Vibrasi, gangguan fisik  Perubahan akses, nilai lahan
 Kenyamanan  Perubahan ekosistem, situs
SUMBER
Anthropogenik : Kendaraan Upaya Peraturan
Peraturan
Bermotor, Industri, PLTU, Domestik
Alamiah : Biogenik, Vulkanik, dll
Pengendalian

EMISI PENCEMAR PRIMER


(SOx, NOx, NMHC, CO, NH3, CO,
Sistem
Partikulat)
Pencemaran
Udara
METEOROLOGI : TRANSFORMASI FISIO KIMIA:
Dispersi dan Transport, Menjadi Pencemar Sekunder : Strategi
Kepulauan, PLTU, Perkotaan Asam Sulfit, Sulfat, Asam Nitrit, Nitrat Pengendalian
awan, kabut, hujan, dll Oksidant fotokimia : Aldehida, Peroksida,
radikal, lain-lain : part, organik, NHO2
Pilihan

MODEL-MODEL PREDIKSI
Pemantauan Udara
Transport jarak jauh, Kepulauan,
Kualitas Ambient
Airshed (Daerah Aliran Udara),
Udara
Eulerian, Langrangian

Deposisi Pencemar
Basah & Kering Udara Fotokimia
(Hujan Asam) (Mis. Ozon)

DAMPAK
Terhadap penerima (Receptor) :
Manusia, Hewan, Tumbuhan,
Hutan, Danau, Visibilitas
Material dan sebagainya
Beberapa Kronologis
Masalah Polusi Udara (1)
• Kabut London, teramati setelah Revolusi Industri pada
abad ke 18, setelah diperkenalkan penggunaan bahan
bakar fosil (batu bara) penggerak mesin uap yang sangat
ekstensif. Fenomena ini memuncak pada akhir abad 19.

• Smog Fotokimiawi Los Angeles, yang semula


diperkirakan sama dengan Kabut London, pada dasarnya
adalah suatu pencemaran udara dalam bentuk dan skala
yang lain, yang merupakan manifestasi proses dinamika
dan kinetika atmosferik yang lebih kompleks, akibat unsur-
unsur pencemar udara yang terkandung dalam gas buang
kendaraan bermotor. Pengaruh pencemaran jenis ini mulai
dirasakan tahun 1942, bersamaan dengan meluasnya
penggunaan dan jumlah kendaraan bermotor.
Pengendalian terhadap fenomena yang sebenarnya
berlangsung baru dapat diungkapkan pada tahun 1950-an
oleh Haagen Smith dan Leighton (1951)
Beberapa Kronologis
Masalah Polusi Udara (2)
• Hujan Asam, yang terjadi secara luas di daratan Amerika
Utara dan Eropa Barat, adalah merupakan fenomena
pencemaran udara yang berskala ruang dan waktu lebih
besar dari yang terdahulu. Cakupannya adalah kontinental,
dan masih mungkin akan menjadi antar kontinental.
Penyebab utamanya ialah gas buang proses pembakaran
bahan bakar fosil di daerah perkotaan, baik yang bersumber
dari PLTU maupun kendaraan bermotor. Pengungkapan dan
penelitian dalam tahap modern ini, baru dilakukan pada
tahun 1970-an; yaitu OECD (1977), dan Pemerintah Amerika
Serikat dan Canada (1978). Kedua badan internasional ini
mengungkapkan bahwa fenomena hujan asam adalah
suatu fenomena transport pencemar udara jarak jauh
(kontinental).
Beberapa Kronologis
Masalah Polusi Udara (3)
• Akumulasi Gas Rumah Kaca, juga disebabkan oleh
pembakaran bahan bakar fosil, namum dalam skala ruang
dan waktu yang jauh lebih besar (skala global) dari tiga
yang terdahulu. Fenomena ini sebenarnya merupakan suatu
fenomena yang erat hubungannya dengan pembentukan
kehidupan biologi di bumi, ribuan juta tahun yang lalu.
Kontribusi yang diberikan oleh aktivitas anthropogenik dalam
fenomena ini baru dapat terungkap pada tahun 1980-an
dengan berkembangnya ilmu kimia atmosfer. Pengaruh yang
ditimbulkan jenis pencemaran udara ini jelas akan berskala
global, terutama bila dikaitkan dengan pemanasan bumi
(global warming).
Beberapa Kronologis
Masalah Polusi Udara (4)
• Penipisan Lapisan Ozon, merupakan fenomena yang juga
global dengan skala waktu yang lebih panjang. Penyebab
utamanya adalah unsur yang stabilitasnya sangat tinggi, yaitu
unsur-unsur bahan pendingin yang kita kenal dengan CFC’s.
Fenomena ini, baik dalam skala maupun pengaruhnya mempunyai
hubungan yang erat dengan fenomena rumah kaca, meskipun
pengaruh biologi yang diramalkan akan lebih hebat. Masalah
penipisan lapisan ozon ini baru diungkapkan secara lebih mendalam
pada tahun 1980-an dengan semakin aktifnya penelitian atmosferik
dan gejala-gejala bumi, terutama di daerah Antartika (Farman J.C.
et al, 1985) dan penerapan teknologi satelit (Nimbus dan lain-
lainnya) (National Research Center, 1982)

(Sumber : A. H. Djajadiningrat, Pengembangan Penelitian Pencemaran Udara Perkotaan)


Dampak Polutan Kendaraan Bermotor
pada Kesehatan (1)
Karbon Monoksida (CO)
Mengganggu proses pengabsorpsian oksigen oleh sel darah merah.
Akibatnya menurun kemampuan berpikir, memperlambat refleks,
menjadi pencetus angina (radang tenggorokan) dan rasa
mengantuk. CO juga mempengaruhi pertumbuhan janin dan
pembentukan jaringan pada bayi dan anak. Bersama polutan lain,
CO bisa menyebabkan kematian pada orang-orang yang
mempunyai problem dengan sistem pernapasannya. CO juga
bertanggungjawab terhadap turunnya produktivitas pekerja dan
berbagai ketidak-nyamanan lainnya.

Nitrogen Oksida (NO)


Melemahkan sistem pertahanan tubuh, sehingga virus influenza
lebih gampang menyerang, menyebabkan paru teriritasi sehingga
muncul oedema, bronchitis, dan pneumonia. Para pengidap asma
juga menjadi lebih sensitif terhadap debu dan serbuk tanaman.
Makin besar dampaknya bila bersama-sama polutan lainnya
Dampak Polutan Kendaraan Bermotor
pada Kesehatan (2)
Hidrokarbon (HC)
Mengiritasi mata, mencetuskan batuk dan mengi, rasa mengantuk,
dan bercak kulit. HC juga diduga karsinogenik, penyebab kanker,
serta bertanggung jawab pada perubahan kode genetik.
Ozon (HC dan NOx)
Mengiritasi membran mokusa pada sistem pernapasan,
menyebabkan batuk, bersin, dan kadang tersendak, serta merusak
fungsi pernapasan. HC dan NOx juga mengiritasi mata, jadi
penyebab sakit kepala dan segala ketidak-nyamanan lainnya,
menurunkan kekebalan tubuh terhadap flu dan pneumonia. Bisa
mencetuskan serangan jantung kronis, asma, bronchitis dan
empisema.
Timah Hitam/Timbal (Pb)
Mempengaruhi fungsi reproduksi, peredaran darah, jaringan saraf
dan fungsi ginjal. Timah hitam juga diduga mencetuskan sifat
hiperaktif dan menurunkan kemampuan belajar anak-anak. Bisa
masuk lewat saluran pernapasan dan pencernaan.
Dampak Polutan Kendaraan Bermotor
pada Kesehatan (3)
SO2
Sulfur dioksida (SO2) sangat mengiritasi bagian yang terkena,
mencetuskan asma, bersin-bersin dan merusak paru.
Partikel (TSP/SPM)
Mengiritasi membran mokusa dan bisa mencetuskan penyakit
saluran pernapasan. Partikel yang lebih halus bisa menyebabkan
kanker paru. Ada korelasi yang kuat antara kadar TSP dengan
angka kematian bayi di kawasan perkotaan.
Bahan beracun lainnya
Dicurigai menyebabkan kanker, gangguan pada fungsi reproduksi
dan kelahiran yang cacat. Benzen dan asbestos misalnya diketahui
karsinogenik – menyebabkan leukimia dan kanker paru. Aldehid
dan keton mengiritasi mata, membuat napas tersengal-sengal dan
bila terkena kulit bisa mencetuskan kanker kulit.

(Sumber : Valuing the Economic Impact of Environmental Problems : Asia Cities)


Greenhouse Gases

• Carbon dioxide (CO2)


• Methane (CH4)
• Nitrous oxide (N2O)
• Hydrofluorocarbons (HFCs)
• Perfluorocarbons (PFCs)
• Sulphur hexafluoride (SF6)
Pencemar
Udara
Total Ton
Per Tahun
Transpor-
tasi %
Pemukiman
%
Persampahan
%
Industri
%
Distribusi
Pencemaran
Jakarta Udara di Lima
CO 378.200,4 98,8 0,1 1,0 0,1
NOx 20.964,7 73,4 9,6 1,1 15,9 Kota Besar
SOx 28.238,6 26,5 10,7 0,2 62,6
Hidrokarbon 15.429,7 88,9 2,2 7,7 1,2 Indonesia
Debu 7.382,0 44,1 33,0 8,4 14,6
(Soedomo dkk, 1992)
Surabaya
CO 54.800,0 96,8 0,3 2,6 0,3
NOx 5.650,0 33,6 21,5 1,7 43,2
SOx 16.100,0 1,7 10,6 0,1 87,6
Hidrokarbon 3.100,0 71,0 7,4 17,2 4,4
Debu 6.225,6 12,6 51,2 8,6 27,7

Bandung
CO 97.300,0 97,4 0,1 2,4 0,1
NOx 2.800,0 56,3 11,1 3,0 29,6
SOx 2.092,0 12,6 18,8 0,7 68,0
Hidrokarbon 2.270,0 78,5 2,2 17,5 1,8
Debu 1.121,1 27,4 33,2 19,4 20,0

Semarang
CO 50.108,7 98,8 0,1 1,1
NOx 3.319,3 82,5 16,3 1,2
SOx 2.204,5 63,5 36,2 0,3
Hidrokarbon 2.329,9 87,6 4,0 8,4
Debu 1.377,0 41,2 51.1 7,6

Medan
CO 4.381,1 99,8 0,2 0,0
NOx 2.925,3 76,1 23,9 0,0
SOx 2.030,1 49,0 51,0 0,0
Hidrokarbon 7.365,0 25,3 74,7 0,0
Debu 1.373,9 33,3 66,6 0,0
POLUSI UDARA DI TIGA KOTA DUNIA
Lokasi SO2 SPM/TSP Pb NO2
(ugr/m3) (ugr/m3) (ugr/m3) (ugr/m3)

1. Meksiko 20 – 100 200 – 500 1,5 – 1,7 400 – 700


(1991) (1992) (1992) (1992)

2. Bangkok 180 150 – 500 0,2 – 2,5 150


(1989) (1989) (1989) (1989)

3. Jakarta < 29 15 – 300 0,3 – 3,6 5 –1 0


(1983 – 1990) (1980-1990) (1985) (1986-1990)

Bakumutu WHO
a. Tahunan 40 – 60 60 - 90 0,5 - 1 -
b. 1 Jam 350 - - 400
c. 24 Jam 100 - 150 150 – 230 - 150

(Sumber : Laporan UNDP)


Global Greenhouse Gas Global Greenhouse Gas
Emissions by Source Emissions by Gas
(Source : IPCC 2007)

14
Emissions by Country

Trends in Global Emissions

15
Tingkat Emisi Bahan Bakar Fosil
(Sumber : Energy Information Administration/EIA,1998)

16
Baku Mutu Udara Ambien Nasional
PP No. 41/1999
No Parameter Waktu Baku Mutu
Pengukuran
1 SO2 1 Jam 900 ug/m3
24 jam 365 ug/m3
1 tahun 60 ug/m3
2 CO 1 Jam 30.000 ug/m3
24 jam 10.000 ug/m3
1 tahun -
3 NO2 1 Jam 400 ug/m3
24 jam 150 ug/m3
1 tahun 100 ug/m3
4 O3 (Oksidan) 1 Jam 235 ug/m3
1 tahun 50 ug/m3
5 HC 3 jam 160 ug/m3

6 PM10 (Partikel < 10mm) 24 jam 150 ug/m3


PM2,5 (Partikel < 2,5 mm) 24 jam 65 ug/m3
1 tahun 15 ug/m3
7 TSP (debu) 24 jam 230 ug/m3
1 tahun 90 ug/m3
8 Pb 24 jam 2 ug/m3
1 tahun 1 ug/m3
Sumber Emisi

• Gas buang :
 65 % dari HC
 semua asap, CO, NOx, Pb
• Crankcase kendaraan :
 20 % dari HC
• Penguapan (tanki, karburator) :
 15 % dari HC
Strategi Pengurangan Emisi
Pengurangan Emisi

Modifikasi mesin • Penyetelan mesin dan pemeliharaan yang baik


• Penyiapan rasio udara/bahan bakar dan campuran
• Waktu pengapian
• Desain ruang bakar dan rasio kompresi
• Injeksi bahan bakar, desian ruang bakar, turbocharging, pada mesin diesel
untuk mengurangi partikel dan resirkulasi gas buang untuk mengurangi
emisi NOx
Penanganan gas • Catalytic converter : reduction catalyst untuk mengurangi emisi NOx serta
buang oxidation catalyst untuk HC dan CO
• Reaktor termal : untuk mengoksidasi emisi HC dan CO dr mesin

Modifikasi bahan • Unleaded fuel (BBM tanpa timbal)


bakar • Fuel extenders : penggantian timbal pada BBM dengan komponen
beroktan tinggi, seperti MTBE (methyl tertiary butyl alcohol), TBA (tertiary
butyl alcohol), jenis alkohol/ether lainnya
• Alternatif bahan bakar : alkohol, LPG, CNG (Compressed Natural Gas)
Jenis kendaraan baru • Hybrid engine : kombinasi mesin bensin dan listrik
atau alternatif • Turbin gas (Brayton) : hemat bahan bakar, emisi rendah, adaptasi thd
bbrp jenis bahan bakar
sumber tenaga
• Stirling : efisiensi bahan bakar tinggi, adaptasi thd bbrp jenis bahan bakar
• Mesin uap (Rankine) : emisi rendah, adaptasi thd bbrp jenis bahan bakar,
ttp tidak hemat BBM
• Tenaga listrik
• Tenaga matahari
• Fuel cell : menggunakan hidrogen plus oksigen dari udara
Alternative Fuel A Hy-wire car: no
combustion, no
linkages, and driver
Natural-gas Vehicles Electric Car
Hybrid Car controls that work
like a video-game
joystick.

Biofuel (biodiesel,
bioethanol)
Liquid-hydrogen
Fuel cell car combustion engine
Program Langit Biru
Kepmen Lingkungan Hidup No.KEP-15/MENLH/4/1996

Tujuan : mengendalikan pencemaran udara gas


buang untuk memperbaiki kesehatan
manusia dan makhluk hidup lainnya
Peran serta masyarakat yg diharapkan al :
• Menggunakan transportasi umum
• Bersepeda atau berjalan kaki
• Hemat BBM
• Menggunakan bahan bakar yg lebih bersih
dan efisien (mis : gas alam, elpiji, listrik)
• Memelihara kondisi mesin kendaraan
• Menggunakan pendingin non-CFC
• Menggunakan produk non-aerosol
• Mendaur ulang limbah
• Penanaman pohon
A Vision for Urban Transport ... (1/3)

(Source : Peter Midgley, 2005, A Vision for Urban Transport: A Historical Perspective)

23
A Vision for Urban Transport ... (2/3)

24
A Vision for Urban Transport ... (3/3)

25
Noise (Kebisingan)
Noise = Bunyi yang tidak dikehendaki

Sifat gangguan :
– gangguan fisik dari transmisi bunyi
– Sensasi pendengaran (subyektif)

Unit pengukuran : decibel (dB) P


dB  20Log
(Tingkat tekanan suara) Po
– P = tekanan suara yang diukur
– Po = tekanan acuan = 20 N/m2 (Pascal)
– » 1.000 Hz (suara terlemah yang bisa didengar manusia).

Peningkatan
– 1 dB : “Just Perceptible”
– 10 dB : Peningkatan dua kali lipat dari kekerasan suara
(loudness).
Noise (Kebisingan)
Efektivitas ukuran dB :
• Me-rank atau membandingkan bising menurut tekanan suara total
• Tidak mewakili penurunan respons telinga pada frekuensi rendah dan tinggi

Untuk menduplikasi respons pendengaran manusia digunakan filter pembobotan


frekuensi :
· Filter A : dB(A)
· Filter B : dB (B)
· Filter C : dB(C), dll

 dB (A) : telah terbukti cukup objektif untuk memberikan korelasi dengan


ukuran-ukuran subyektif (dalam spektrum suara yang sama
 dB (D) : bisa digunakan untuk pesawat
 Peningkatan 10 dB (A) ≈ 6 dB

Ukuran dB (A) :
• membandingkan mobil, truk, bus
• tidak bisa membandingkan antara mobil dengan pesawat jet (spektrum
suaranya ber-beda)

Instrumen dasar pengukuran kebisingan lalu lintas :


· Sound meter level
· Precision sound meter level
Range perbedaan nilai kebisingan
antara “external” dan “internal” untuk
berbagai jenis jendela :

• Kaca 1 lapis, jendela terbuka 5 - 15 dB (A)


• Kaca 1 lapis, jendela tertutup 20 - 25 dB (A)
• Kaca 2 lapis, jendela terbuka sebagian 20 -
25 dB (A)
• Kaca 2 lapis, jendela tertutup 30 -35 dB (A)
• Kaca 1 lapis, window sealed 25 - 30 dB (A)
• Kaca 2 lapis, window sealed 35 - 40 dB (A)
Standar Kebisingan
L50 :
tingkat kebisingan rata-rata yang terlewati untuk 50% dari
perioda ”sampling” sepanjang hari.

Perancis : L50 = 40 - 45 dB(A)


• Siang hari
• Pemukiman
• Gedung administrasi, sekolah
• 45 dB (A) dalam ruangan ≈ 60 dB(A) di teras

Jepang : L50 = 50 dB(A)


• siang hari, maximum untuk daerah perumahan
•  40 dB(A) malam hari
Baku Tingkat Kebisingan
Kepmen LH No. KEP-48/MENLH/11/1996
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat
Kebisingan, dB(A)
A. 1. Perumahan dan pemukiman 55
Peruntukan 2. Perdagangan dan jasa 70
Kawasan 3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
• Pelabuhan laut
• Cagar budaya 70
60
B. 1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
Lingkungan 2. Sekolah atau sejenisnya 55
Kegiatan 3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Strategi Pengurangan Bising
Pengurangan Bising

Perencanaan jalan • Menghindari daerah sensistif terhadap kebisingan


• Penciptaan daerah khusus berwawasan lingkungan

Perancangan jalan • Pembuatan jalan di daerah galian atau terowongan


• Pembuatan noise barrier
• Bahan jalan yang rendah kebisingan

Manajemen lalu- • Konsentrasi lalu-lintas di jalan-jalan utama


lintas • Pembatasan kendaraan berat
• Pembatasan kecepatan lalu-lintas
• Pengendalian volume lalu-lintas
• Pengurangan jumlah berhenti

Perancangan gedung • Jendela yang tepat (insulasi, kaca ganda)


• Perlindungan khusus untuk bangunan sensitif

Penanganan dari • Gerakan/getaran badan kendaraan


sumbernya • Mesin kendaraan
• Gesekan roda-jalan
• Gesekan dengan udara
Cost of Noise Reduction
Noise Barrier di Jalan/Rel
*) Absorptive
*) Reflective
Noise Barrier di Airport
Photovoltaic Noise Barrier
VIBRASI
Sumber vibrasi :
• Hasil dari fluktuasi kontak roda akibat perjalanan/
gerakan diatas permukaan jalan yang tidak
teratur, tiap sumbu roda secara bergiliran
menghasilkan getaran-getaran pendek.

• Vibrasi pesawat akibat gerakan pesawat melalui


udara dan fluktuasi tekanan akibat pengaruh
mesin, gas buang dan kebisingan lain mungkin
memberikan efek mengganggu, tetapi tidak
signifikan bagi kerusakan struktural.
VIBRASI
Pengukuran vibrasi : akselerometer
• kecepatan (velocity)
• perpindahan (displacement)

Ukuran Vibrasi :
• displacement (micron atau 10-6 m)
• kecepatan partikel (mm/ detik)
• akselerasi
• frekuensi (Hz)

Interpretasi Vibrasi
• Reaksi manusia(sangat sensitif)
• Kerusakan gedung (fungsi dari dimensi, jenis konstruksi,
material, umur, tegangan-tegangan yang pernah dialami)
Vibrasi
Akibat
Lalu
Lintas
Reaksi Manusia dan Kerusakan Bangunan
pada Berbagai Tingkat Vibrasi
Kecepatan Reaksi Manusia Efek terhadap Bangunan
Puncak Partikel
(mm/det)
0 - 0,15 Tidak terasa oleh manusia, tidak ada Tidak menyebabkan kerusakan
intrusi terhadap jenis bangunan apapun.

0,15 - 0,30 Batas persepsi, kemungkinan ada intrusi Tidak menyebabkan kerusakan

Vibrasi terasa Direkomendasikan sebagai batas


2,0 atau vibrasi bagi bangunan
monumen- monumen kuno.

Tingkat yang mana vibrasi menerus mulai Secara umum tidak menyebabkan
2,5 mengganggu resiko kerusakan arsitektural
terhadap bangunan-bangunan
normal.
Vibrasi mengganggu orang di dalam Batas dimana ada resiko kerusakan
bangunan (kira-kira setingkat gangguan arsitektural terhadap rumah-rumah
5 terhadap orang yang berdiri diatas normal dengan dinding berplester
jembatan dan mengalami vibrasi dengan dan langit-langit.
perioda pendek) Jenis khusus bagi penutup dinding
dan langit-langit flexibel akan
mengurangi kerusakan arsitektural
Vibrasi dirasakan tidak nyaman bagi Vibrasi dengan tingkat lebih tinggi
10 - 15 orang yang mengalami vibrasi menerus daripada yang secara normal
dan tak dapat diterima oleh sebagian diperkirakan dari lalu-lintas, tetapi
orang yang berjalan di jembatan. akan menyebabkan kerusakan
arsitektural serta kemungkinan
kerusakan struktur minor.
Strategi Pengurangan Vibrasi

Pengurangan Vibrasi

Perancangan Perbaikan permukaan jalan


jalan
Perancangan Suspensi kendaraan yang baik untuk meredam
kendaraan vibrasi

Manajemen Jumlah kendaraan berat di daerah kritis


lalu-lintas dikurangi

Perancangan Metoda insulasi bangunan dari vibrasi lalu-


gedung lintas

Anda mungkin juga menyukai