Isolasi Sosial 35
Keputusan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses
berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respons lingkungan
yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbal balik yang
sinkron (Stuart dan Sundeen, 1995). Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan
ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran
serta, respons lingkungan yang negative. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak
percaya diri dan keinginan untuk menghidar dari orang lain.
Isolasi Sosial 37
lingkungan social akan menimbulkan respons social pada individu. Rentang respons social
tersebut digambarkan sebagai berikut ( Stuart dan Sudeen, 1995 )
Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma social dan cultural dimana individu
tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Respon maladaptive adalah respon yang
idlakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma–norma
social dan kebudayaan suatu tempat.
a. Solitude
Solitude atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
merenung apa yang telah dilakukannya dilingkungan sosialnya dan suatu cara untuk
mengevaluasi diri untuk menentukan langkahnya.
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan social.
c. Kebersamaan
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal, dimana hubungan tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan orang lain
atau lingkungannya.
f. Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan
orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu
g. Ketergantungan
Isolasi Sosial 38
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki
h. Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain
sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada
orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan social secara mendalam
i. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai penilaian
yang buruk dan tidak dapat diandalkan dan cenderung memaksakan kehendak.
j. Narkisisme
Harga diri rapuh secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan pujian,
memiliki sikap egosentris, cemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung.
Gejala Umum :
a. Klien terlihat mondar mandir tanpa tujuan
b. Klien tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
c. Afek tumpul
d. Kontak mata kurang
e. Kurang spontan.
f. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
g. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
h. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
i. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada sama sekali, klien tidak bercakap–cakap
dengan klien lain.
j. Mengisolasi diri atau menyendiri.
k. Aktivitas menurun.
l. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitar.
m. Kurang energi.
n. Harga diri rendah.
o. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien lebih sering memutuskan percakapan
dan pergi ketika diajak berbicara.
p. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
Isolasi Sosial 39
E. PENYEBAB
1) Factor Predisposisi
Factor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses. Karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya kurangnya
stimulus kasih sayang, perhatian dan dapat mengambat terbentuknya rasa percaya baik
itu rasa tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan merasa tertekan.
Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan pada
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,penurunan berat badan dan volume
otak serta perubahan struktur limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
Faktor Sosial – Budaya
Faktor sosial dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif
diasingkan dengan orang lain. Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis , kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok
sebaya, perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba - tiba misalnya harus
dioperasi, bercerai, putus sekolah , PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , dituduh melakukan KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang
lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
2) Faktor Presipitasi
Stress Atau Social Budaya
Stress social budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam berhubungan,
misalnya karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan
faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang
lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan
klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan.
Stressor Psikologis
Isolasi Sosial 40
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan denngan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
F. PENGKAJIAN
Isolasi social adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain. Untuk mengkaji pasien isolasi social kita dapat
menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala
isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah :
Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
Pasien merasa tidak berguna.
Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan–pertanyaan berikut ini dapat kita tanyakan pada waktu wawancara untuk
mendapatkan data subjektif :
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
2.Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Isolasi Sosial 41
Isolasi Sosial 42
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TGL DX
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
EVALUASI
Isolasi Pasien mampu : Setelah …, pertemuan SP. 1 (Tgl … … … … … )
sosial Menyadari pasien mampu : Identifikasi penyebab :
penyebab isolasi Membina hubungan Siapa yang satu rumah dengan pasien ?
sosial saling percaya Siapa yang dekat dengan pasien ? apa sebabnya ?
Berinteraksi Menyadari Siapa yang tidak dekat dengan pasien apa sebabnya ?
dengan orang penyebab isolasi Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang
lain sosial, keuntungan lain:
dan kerugian Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaaan berinteraksi
berinteraksi dengan dengan orang lain.
orang lain. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
Melakukan berinteraksi dengan orang lain
interaksi dengan Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
orang lain secara dan bergaul akrab dengan mereka
bertahap Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien.
Latih berkenalan :
Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain
Berikan kesempatan pasien mempraktekan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat
Mulailah bantu pasien berintraksi dengan satu orang teman /
anggota keluarga.
Isolasi Sosial 43
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien
Siap mendengarkan ekspersi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilannya atau kegagalannya, beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP. 2 (Tgl … … … … …)
Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1)
Latih berhubungan sosial secara bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP. 3 (Tgl … … … … …)
Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1 & SP 2)
Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih.
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah ….., pertemuan SP. 1 (Tgl … … … … …)
Merawat Pasien isolasi Keluarga mampu Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
sosial di rumah menjelaskan tentang : pasien.
Masalah isolasi sosial Penjelasan isolasi sosial
dan dampaknya pada Cara merawat pasien isolasi sosial
pasien Latih ( simulasi )
Penyebab isolasi sosial RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
Sikap keluarga untuk
membantu pasien
Isolasi Sosial 44
mengatasi isolasi
sosialnya.
Pengobatan yang
berkelanjutan dan
mencegah putus obat.
Tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi
pasien.
SP. 2 (Tgl … … … … …)
Evaluasi kemampuan keluarga (SP. 1)
Latih Keluarga merawat langsung ke pasien
RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP. 3 (Tgl … … … … …)
Evaluasi kemampuan keluarga (SP.1 dan SP. 2)
Latih Keluarga merawat langsung kepasien
RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien
Isolasi Sosial 45
DAFTAR PUSTAKA
Isolasi Sosial 46