Anda di halaman 1dari 26

13

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Myalgia

1. Pengertian

Myalgia adalah nyeri otot yang dialami akibat penggunaan otot yang

salah saat beraktivitas berat yang terus menerus dilakukan atau terlalu

tegang dan terjadi penumpukan asam laktat di otot. (Anwar, 2012)

Myalgia (Nyeri otot) adalah nyeri, spasme otot, keterbasan lingkup

gerak sendi dan penurunan kekuatan otot yang berakibat terganggunya

aktivitas (Kuntono, 2005).

Myalgia merupakan keadaan dimana badan terasa pegal-pegal, mulai

diakibatkan oleh olahraga yang menyebabkan tubuh meregang terlalu

banyak. Myalgia terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh

infeksi virus (Sativani, 2013).

Myalgia adalah gangguan otot rangka dapat berupa tegangan otot,

inflamasi, dan degenerasi yang dapat mengakibatkan kerusakan pada otot,

saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan diskus invertebralis.

(Soedirman, 2014).
14

2. Etiologi Myalgia

Keluhan pada punggung atau keluhan muskuloskeletal merupakan

keluhan yang dirasakan dengan intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari

nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat sakit. Otot yang menerima

beban statis secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan keluhan yang dapat berakibatkan pada kerusakan pada

sendi, ligament dan tendon (Koesyanto, 2013). Pada umumnya keluhan

otot skeletal terjadi pada umur 30-60 tahun. Dimana keluhan mulai

dirasakan dari umur 30 tahun dan keluhan nyeri tersebut dapat terus

dirasakan sesuai dengan bertambanya umur. Nyeri adalah sensasi yang

dirasakan oleh tubuh yang merupakan hasil stimulasi reseptor sensorik.

Pemicu dari nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distress, atau

menderita bagi yang mengalaminya. Pengalaman nyeri yang diderita

adalah nyeri akut dan setelah itu menghilang. Penyebab nyeri muskulo

tidak selalu bisa untuk ditentukan, tapi tempat munculnya rasa sakit yang

berlangsung dapat digunakan untuk menunjukan penyebab nyeri. (Simon,

2008). Faktor kelelahan kerja dapat berakibatkan nyeri muskuloskeletal,

dalam hali ini kejadian back pain dipengaruhi oleh perilaku kurang olah

raga, sikap kerja yang tidak ergonomis dan pengaruh lingkunga berupa

umur dan tekanan / stres di tempat kerja (Basuki, 2009). Beberapa jenis

nyeri otot (myalgia) antara lain (Kosasi, 2015): Fibromyalgia (rematik

otot), Myofascial pain (rematik otot akibat dari kesalahan postur dalam
15

terlalu lama dan ketegangan emosi), Post exercise muscle soreness (nyeri

otot paska latihan), Overuse injury (nyeri otot akibat penggunaan

berlebihan).

3. Kegiatan yang Dapat Menyebabkan Nyeri Otot (Handoko, 2008),

sebagai berikut:

a. Pekerja berat ≥ 7 jam kerja.

b. Lama menonton televisi dengan posisi berbaring, terlentang maupun

tengkurap.

c. Olahraga tidak sesuai aturan dan salah gerak.

d. Banyak berdiri atau jalan, memakai sepatu atau hak/tumit yang tinggi.

e. Berkerja dengan posisi jongkok.

f. Mencuci pakaian dengan posisi duduk dikursi yang rendah.

g. Menahan benda berat dengan cara menahan napas dan menegangkan

otot perut bagian bawah.

h. Menggunakan komputer atau mesin ketik terlalu lama, lebih-lebih bagi

mereka dengan cacat visus, mereka yang memakai kacamata double

focus, titik fokusnya tidak tepat terhadap monitor, keyboard maupun

naskah.

Penyebab nyeri otot (Purwono, 2012), sebagai berikut:


16

a. Pada umumnya terjadi karena kegiatan sehari-hari dengan

penggunakan otot secara berulang dan berlebihan ataupun tidak

bergerak dalam waktu yang lama.

b. Secara medis hal tersebut terjadi karena pembentukan asam laktat dari

metabolisme otot yang berlebihan.

4. Nyeri Otot Akibat Dari Kelelahan Kerja (Soedirman, 2014), sebagai

berikut:

Kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada suatu

keadaan yang seara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak

sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Dikutip dari buku “Ergonomi

dan K3” tahun 2014, Gandevia S.C. mendefinisikan bahwa komponen

utama dari kelelahan dipicu oleh peningkatan serotonin dalam sistem saraf

pusat. Selama aktivitas motorik, serotonin dirilis pada sinapsis yang

motoneurons kontak membuat kontraksi otot. Dalam aktivitas motorik

tingkat tinggi, jumlah serotonin yang dirilis meningkat dan spillover

terjadi. Serotonin mengikat reseptor extrasynaptic yang terletak pada

segmen awal akson dari motoneurons dengan hasil bahwa saraf inisiasi

implus dan dengan demikian kontraksi otot terhambat. Kelelahan

merupakan proses menurunnya efisiensi pelaksanaan kerja dan

berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk

melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Proses terjadinya kelelahan

akibat dari terakumulasinya produk sisa pembakaran dalam otot dan


17

peredaran darah serta tidak seimbangya antara kerja dan proses

pemulihan, aktivitas kerja yang dapat menimbulkan nyeri otot sebagai

berikut:

a. Monotonitas

b. Intensitas kerja yang terlalu besar dan durasi kerja yang terlalu

lama.

c. Lingkungan atau suasana kerja, iklim kerja/tekanan panas,

pencahayaan kurang, getaran dan kebisingan.

d. Fisiologi tubuh merupakan kegiatan yang dilakukan oleh otot

dalam frekuensi atau periode waktu yang lama, pengulangan

aktivitas atau upaya yang terus-menerus dari bagian tubuh yang

sama pada posisi tubuh yang statis.

e. Sakit, ngilu merupakan akibat dari kerusakan otot tiba-tiba yang

disebabkan dari aktivitas yang sangat kuat/ berat dan gejala nutrisi

5. Tanda dan Gejala

Tanda gejala (Handoko, 2008), sebagai berikut:

a. Pegal linu

b. Nyeri otot

c. Kejang, tegang, keras disertai panas


18

Tanda gejala menurut Soedirman (2014)

a. Sakit leher akibat dari peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher

miring atau kaku leher

b. Gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, artiritis,

ataupun spasme otot.

c. Carpal tunnel syndrome merupakan kumpulan gejala yang mengenai

tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus

medianus.

d. Thoracic outlet syndrome merupakan keadaan yeng mempengaruhi

bahu, lengan dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan dan

mati rasa pada daerah tersebut.

e. Tennis elbow keadaan dimana terjadi inflamasi tendon ekstensor,

tendon yang berasal dari siku lengan bawah berjalan keluar dari

pergelangan tangan.

f. Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal,

yaitu L4 dan L5. Apabila dalam perkerjaan posisi tubuh membungkuk

kedepan, maka akan terjadi penekanan pada diskus.

6. Penatalaksanan

Penanganan yang dapat dilakukan menurut (Nursyamsuddin, 2013),

sebagai berikut:
19

a. Posisikan otot secara relaksasi, misalnya jika otot lengan yang nyeri,

jangan mengangkat tangan melawan gravitasi.

b. Mengistirahatkan otot yang sakit dan banyak minum air putih.

c. Oleskan cream analgetik, sekarang banyak cream atau gel anagetik

beredar dipasaran, oleskan cream atau gel anti nyeri sambil sedikit-

sedikit pijat bagain otot yang terasa nyeri.

d. Penting untuk mencari penyakit yang menyebabkan gejala myalgia

misalnya: Gout/asam urat, ISPA, infeksi lain, dll. Untuk kemudian

diobati berdasarkan penyakit yang mendasarinya.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelelahan

yang berakibat nyeri otot (Soedirman, 2014), sebagai berikut:

a. Menyediakan/mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori

secukupnya sebagai masukan untuk tubuh.

b. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik, misalnya bekerja

dengan menggunakan prinsip efisien gerakan.

c. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan

kalori/tenaga tidak melebihi nilai gizi dan pemasukannya/konsumsi

makanan dengan memperhatikan batasan-batasannya.

d. Memperhatikan waktu kerja yang teratur, berarti harus dilakukan

pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarananya, serta

masa libur dan rekreasi.


20

e. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti suhu, kelembaban,

pergantian udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau/wangi-

wangian, dll.

f. Berusaha untuk mengurangi monotoni kerja, pemberian warna dan

dekorasi kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu olahraga.

B. Gaya Hidup

Gaya hidup dapat diartikan sebagai suatu pola hidup seseorang untuk

menghabiskan waktunya dengan beraktivitas (Kotler 2009). Gaya hidup

adalah suatu cara seseorang yang ditunjukan kedalam minat dan opini dalam

bertingkah laku dan akan membentuk pola perilaku tertentu (Susanto, 2006).

Gaya hidup yang diterapkan oleh masyarakat Indonesia dalam berkerja dan

beraktivitas sehari-hari masih tergolong kurang sehat yang meliputi aktivitas

fisik seperti olahraga yang kurang, postur bekerja yang kurang baik, pola

istirahat yang tidak teratur, stress yang didapatkan dari perkerjaan. Hal ini

dapat menyebabkan kejadian nyeri otot/fibromyalgia yang dapat mengganggu

dalam aktivitas keseharian (Soedirman, 2014).

C. Gaya Hidup yang Mempengaruhi Terhadap Kejadian Myalgia

1. Kurang Aktivitas Fisik

Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik disini tidak

harus berolah raga. Bagi seseorang yang perkerjaanya sudah memenuhi


21

gerakan-gerakan fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat

dikategorikan berolahraga. Bagi seseorang yang perkerjaannya tidak

melakukan kegiatan fisik seperti manajer, administrator. Sekretaris dan

sebagainya memerlukan olah raga secara teratur.

Olahraga dan aktivitas merupakan bentuk dari kerjasama otot dan

susuna saraf yang akan mempertahannkan keseimbangan, postur dan

kesejajaran tubuh saat mengangkat, membungkuk, bergerak dan

melakukan aktivitas keseharian. Keseimbangan, postur dan kesejajaran

tubuh yang tepat akan mengurangi resiko cedera muskuloskeletal dan

mempermudah pergerakan tubuh tanpa disertai menegangnya otot dan

penggunaan energy yang berlebihan.

Aktivitas muskuloskeletal yang terkoordinasi sangat penting saat

kegiatan sehari-hari. Keseimbangan tubuh terjadi pada saat pusat gravitasi

yang rendah diseimbangkan pada dasa pendukung yang lebar dan stabil

dan garis vertikal jatuh dari pusat gravitasi melalui dasar pendukung. Jika

garis vertikal jatuh tidak pada pusat gravitasi melalui dasar pendukung,

tubuh akan kehilangan keseimbangnya. Untuk dapat meningkatkan

keseimbangan dengan mengambil postur tubuh yang tepat, atau posisi

tubuh yang paling mendukung fungsi, membutukan usaha otot terkecil dan

menempatkan ketenggangan terkecil pada otot, ligament dan tulang

(Thibodeau & Patton, 2007). Olahraga adalah aktivitas fisik yang

bertujuan untuk mengondisikan tubuh., meningkatkan kesehatan, dan


22

mempertahankan kebugaran atau dapat digunakan sebagai tindakan

terapeutik. Program olahraga tergantung pada toleransi aktivitas seseorang

atau jenis dan kadar olahraga/kerja yang mampu dilakukan seseorang

(Perry & Potter 2010). Factor fisiologis, emosional dan perkembangan

akan mempengaruhi toleransi aktivitas seseorang.

Gaya hidup aktif sangat penting untuk memelihara dan

mempromosikan kesehatan dan juga merupakan terapi penting untuk

penyakit kronis (Flood & Constance, 2002). Aktivitas fisik dan olahraga

teratur akan meningkatkan fungsi seluruh fungsi tubuh seperti fungsi

jantung dan paru (ketahanan), kebugaran otot dan tulang (fleksebilitas dan

integritas tulang), pengaturan dan pemeliharaan berat badan (citra tubuh)

serta kesejahteraan psikologis (Burbank, 2002; Gillespie, 2006).

2. Postur kerja

Di Indonesia, penerapan konsep ergonomi pada para pekerja sangatlah

minim, kebanyakan hanya memikirkan hasil yang mereka raih tanpa

mempertimbangkan kemampuan dirinya sendiri sehingga penerapan

konsep ergonomi sering dibaikan. Padahal konsep ergonomi sangatlah

penting agar produktivitas dan kemampuan pekerja tetap bagus, yang

nantinya juga akan menguntungkan pekerja itu sendiri. Ruang lingkup

ergonomi yang mencangkup antara pekerja dan lingkungan yang ada di

industri, salah satunya Penerapan ilmu pengetahuan yang berkaitan kinerja


23

manusia (fisiologi, psikologi, dan industri rekayasa) memperbaiki sistem

kerja, yang terdiri dari orang tersebut, pekerjaan, alat dan peralatan,

tempat kerja dan ruang kerja, dan lingkungan sekitarnya, sebagai berikut:

a. Desain, modifikasi, penggantian dan pemeliharaan peralatan untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.

b. Desain dan modifikasi ruang kerja serta tata letak tempat kerja untuk

kemudahan dan kecepatan operasi, pelayanan dan pemeliharaan.

c. Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk otomatisasi dan alokasi

tugas antara operator (manusia) dan mesin.

d. Perancangan kondisi lingkungan fisik kerja yang mampu memberikan

kenyamanan, keamanan/keselamatan dan kesehatan kerja bagi manusia

untuk meningkatkan motivasi kerja, kualitas lingkungan kerja dan

produktivitas.

e. Faktor fisik dari lingkungan kerja:

1) Kebisingan: 85 dBA.

2) Iklim Kerja: suhu kering (24-26 oC), suhu basah (21-30 oC),

Kelembaban (65-95 %).

3) Getaran: 4-5 Hz untuk organ perut dan tulang belakang sedangkan

40-80 Hz untuk ketajaman mata.

Posisi kerja (Kuswana, 2014)


24

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana

kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.

Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat

badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

a. Posisi Duduk

Beberapa jenis perkerjaan ada yang harus dilayani oleh pekerja dengan

duduk, seperti juru tik, pekerjaan di laboratorium, tukang jahi manual

atau bertenaga motor listrik (garment), pengedit film, sopir, dan

sebagainya. Meskipun pelayanan dilakukkan sama-sama dengan

duduk, masing-masing memiliki bobot yang berbeda baik dilihat dari

faktor tuntutan intelektual, persepsi dan tenaga kerja. Pelayanan

perkerjaan dengan posisi duduk memiliki keuntungan, antara lain

pembebanan pada kaki, penggunaan energy, sehingga keperluan untuk

sirkulasi darah dapat dikurangi, dibandingkan dengan beerja pada

posisi berdiri. Posisi pelayanan kerja dengan posisi duduk, tentunya

tidak dapat digeneralisasi sebanb tukang tik yang menghadap monitor

dengan penuh konsentrasi, akan berbeda dengan tukang jahit manual,

atau dengan pengerajin pengasah batu akik.

Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja pada posisi duduk yang

memerlukan waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin

elastis, tulang belakang melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi

sehingga cepat merasa lelah. Kejadian tersebut, jika tidak diimbangi


25

dengan rancangan tempat duduk yang tidak memberikan keluluasaan

gerak atau alih pandang yang memadai tidak menutup kemungkinan

terjadi gangguan bagian punggung belakang, ginal dan mata.

Bekerja untuk jangka waktu yang lama dalam posisi duduk terjadi

terutama di kantor-kantor , tetapi juga terjadi diindustri (perakitan dan

pekerjaan kemasan. kadang-kadang untuk operasi mesin). Tulang

belakang manusia terdiri dari 24 ruas tulang yang terpisah satu sama

lain dengan tulang antarruas fibrokartilago. Secara structural tulang

belakang dikelompokan menjadi 7 tulang leher, 12 tulang thoracic

(yang menyambung dengan tulang rusuk), 5 tulang lumbar (diantara

tulang rusuk dan pinggul). Posisi normal dari tulang belakang dilihat

saat manusia berdiri secara tegak. Saat kita duduk, sebagai berat badan

kita tertumpu pada ischial tuberpsities (dua tulang menonjol pada area

pantat). Pada posisi rileks, kombinasi gerak otot dan sudut yang

terbentuk oleh bagian tubuh bawah mengakibatkan munculnya rotasi

tulang pelvis sebesar 30o. Rotasi pada pelvis mengakibatkan fleksi

pada bagian gambar lumbar yang membuat otot-otot punggung

kehilangan tensinya sehingga terasa lebih rileks. Akan tetapi hal ini

akan membuat tulang antarruas deformitas karena adanya tekanan

pada ruas tulang belakang yang cenderung condong ke depan. Hal ini

memberikan efek jangka panjang yang tidak baik meliputi hernia

tulang rawan pada tulang antarruas tersebut. Duduk memiliki sejumlah


26

keuntungan dibandingkan dengan berdiri. Tubuh lebih baik karena

beberapa dukungan yang dapat digunakan, seperti lantai, kursi,

sandaran, sandaran tangan, permukaan meja kerja. Oleh karena itu

posisi tubuh relative dapat mengurangi kelelahan daripada berdiri.

Anghel, Argesanu, Taplos-Nicolescu, dan Lunggeanu (2007)

memberikan saran mengenai postur duduk yang baik bedasarkan ISO

1126 yang membahas Ergonomi – Evaluasi Postur Duduk Statis yaitu:

1) Implementasikan posturyang simetris (ditunjukan pada gambar

2.1)

2) Seluruh sumbu horizontal tubuh harus parallel

3) Kedua kaki harus sedikit merenggang dengan sudut 30-45o

4) Tulang kering harus tegak lurus dengan lantai

5) Bagian atas tubuh harus tegak lurus dengan kursi (gerakan tubuh

yang condong kedepan harus dilakukan tanpa membengkokan

tulang punggung)

6) Kepala dapat ditundukan pada sudut 20-25o

7) Lengan harus berada sedekat mungkin dengan tubuh

8) Lengan bawah harus sedapat mungkin berada pada posisi

horizontal (maksimal 25o dinaikan dari garis horizontal)

9) Sudut antara tulang kering dan paha berada pada kisaran 115o

10) Telapak kaki harus menyentuh lantai


27

Gambar 2.1 : Posisi Ideal pada Postur Duduk Berdasarkan ISO 1126
Sumber: Anghel, Mirella et.al., Musculoskeletal Disorders (MSDs) – Consequence of Prolonged Static
Posture, Journal of Experimental Medical & Surgical Research Year XIV; No, 4/2007

b. Posisi Duduk Bergantian dan Berdiri

Meskipun duduk biasanya lebih menguntukan dari pada berdiri, duduk

duduk dalam waktu yang relatif lama harus dihindari karena dapat

berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Banyak kegiatan yang

dilakukan saat duduk (misalnya tulisan atau perkerjaan perakitan).

Oleh karena itu tempat duduk harus sesuai dengan kebutuhan.

Saat duduk leher dan punggung mengalami tekanan berkepanjangan

yang dapat menyebabkan keluhan leher dan punggung. Pekerjaan

manual sering membutuhkan bekerja dengan didukung lengan

terangkat yang dapat menyebabkan keluhan bahu.


28

Tugas yang membutuhkan duduk berkepanjangan (misalnya, pada

layar komputer), sebaiknya harus diselingi dengan tugas-tugas yang

dapat dilakukan dalam posisi berdiri, atau berjalan. Sebuah tempat

kerja duduk-berdiri, atau kursi yang membutuhkan duduk aktif

memungkinkan pengguna untuk bergantian antara duduk dan posisi

lain selama tugas

Gambar 2.2 : Posisi Kerja Duduk-Berdiri


Sumber: Aplikasi Konsep Ergonomi di Industri, Universitas Negeri Malang tahun 2011

c. Posisi Berdiri

Perkerjaan teknik yang dilayani dengan posisi berdiri dan waktunya

relatif rutin, seperti pelayanan permesinan, pemintalan benang, dan

perakitan komponen elektronik pada meja konveyor. Postur tubuh

dalam melakukan pelayanan dengan posisi berdiri, merupakan suatu


29

totalitas perilaku kesiagaan dalam menjaga keseimbangan fisik dan

mental. Kecenderungannya lainnya adalah memerlukan tenaga lebih

besar dibandingkan dengan posisi duduk, mengingat kaki sebagai

tumpuan tubuh.

Posisi berdiri tidak dianjurkan dalam menghabiskan waktu bekerja.

Bediri terlalu lama, terdapat suatu tekanan tambahan yang dapat

muncul ketika kepala dan batang leher yang bengkok, mengarah ke

leher dan punggung. Selanjutnya, bekerja sama dengan lengan yang

tidak didukung dalam posisi mengangkat, menimbulkan tekanan pada

bahu, yang dapat menmbulkan keluhan pada bahu.

Tugas yang harus dilakukan dalam waktu lama dalam posisi berdiri

harus diselingi dengan tugas0tugas yang dapat dilakukan dengan

posisi duduk, atau dengan tugas-tugas di mana berjalan diperlukan.

Orang juga harus diberikan untuk duduk, saat istirahat alami dalam

perkerjaan (misalnya, dalam kasus operasi mesin atau kerja penjualan

di toko-toko).
30

Gambar 2.2 : Posisi Kerja Berdiri


Sumber: Aplikasi Konsep Ergonomi di Industri, Universitas Negeri Malang tahun 2011

3. Pola Istirahat

Kelelahan fisik, atau kelelahan otot adalah ketidakmampuan fisik

sementara otot untuk tampil maksimal. Permulaan kelelahan otot selama

aktivitas fisik secara bertahap, dan bergantung pada tingkat kebugaran

fisik individu dan juga faktot-faktor lain, seperti kurang tidur dan

kesehatan secara keseluruhan. Hal ini dapat diperbaiki dengan beristirahat

(Kuswana, 2014)

Istarahat yang cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan

fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental. Dengan perkembangan teknologi

pada dewasa ini memacu orang untuk meningkatkan kehidupannya, baik

dibidang social dan ekonomi, yang akhirnya mendorong seseorang untuk

berkerja keras, tanpa menghiraukan beban fisik dan mentalnya. Istrahat

yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan

kesehatan seseorang.
31

Ketika seseorang sedang beristirahat, biasanya mereka merasa relaks

secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik. ketika orang

sedang beristirahat mereka berada pada aktivitas mental dan fisik yang

menyegarkan mereka kembali, bergairah kembali dan siap untuk

melakukan aktivitas pada hari itu. (Perry & Potter, 2006). Semua orang

memiliki kebiasaan mereka sendiri unutk memperoleh istirahat dan

menemukan cara-cara untuk menyesuaikan sebak mungkin dengan

lingkungan yang baru atau kondisi yang mempengaruhi kemampuan

beristirahat.

Tidur adalah satu-satunya strategi jangka panjang yang efektif unruk

mencegah dan mengelola kelelahan. Sementara otot lelah dapat sembuh

dengan istirahat, otak hanya dapat dipulihkan dengan tidur. Tidur paling

menguntungkan adalah tidur malam yang baik diambil dalam jangka

waktu yang terus-menerus. Tubuh memiliki irama alam yang diulang

setiap 24 jam, hal ini dikenal sebagai ‘jam tubuh’ kita mengatur fungdi

termasuk pola tidur, suhu tubuh, kadar hormone dan pencernaan. Seperti

yang diprogramkan untuk berbagai tingkat terjaga, kita mengalami

berbagai tingkatan kewaspadaan bergantung pada banyaknya hari. Ketika

jam tubuh manusia keluar dari irama itu, kewaspadaan kita berkurang dan

sebagai hasilnya kita merasa lelah. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya

kesalahan dan menyebabkan kecelakaan dan cidera, baik ditempat kerja

atau dalam perjalanan pulang kerja. Kelelahan memiliki implikasi dalam


32

situasi ditempat kerja dan untuk keselamatan umum serta dapat

mempengaruhi kinerja (Kuswana, 2014). Tidur merupakan suatu keadaan

yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi pada

periode tertentu. Jika seseorang memperoleh tidur yang cukup, mereka

merasa tenaganya dapat pulih kembali. Beberapa ahli tidur berpendapat

bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukan tidur memberikan

waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode

keterjagaan yang berikutnya. Keluluasaan pola tidur atau istirahat yang

biasanya tergantung pada status fisiologi, psikologi dan lingkungan fisik

sesorang seperti kebisingan ruangan dan pola aktivitas kerja seseorang

(Perry & Potter, 2006).

Kebanyakan orang dewasa mudah tidur pada malam hari rata-rata 6

sampai 81/2 jam, tetapi hal ini bervariasi, dewasa muda jarang kali tdur

siang. Kurang lebih 20% waktu tidur yang dihabiskan yaitu tidur REM,

yang tetap konsisten sepanjang hidup. Dewasa muda yang sehat

membutuhkan cukup tidur untuk dapat berpartisipasi kedalam kesibukan

aktivitas yang mengisi hari-hari mereka. Akan tetapi, adalah hal yang

umum dan tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola tidur yang umum.

Stress dalam perkerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas social dapat

mengarah pada insomnia(misalnya kesulitan memulai dan/atau

mempertahankan tidur) dan penggunaan medikasi untuk tidur.


33

Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola

tidur dan memperburuk masalah insomnia. (Perry & Potter, 2005)

4. Stress

Pengedalian atau menejemen stress. Stress adalah bagian dari

kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu. Semua orang terlepas dari

tingkat social, ekonomi, jabatan atau kedudukan dan sebagainya

mengalami stress. Stress tidak dapat dihindari oleh siapapun, namun dapat

dilakukan dengan mengatasi, mengendalikan atau mengelola stress

tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan

fisik maupun kesehatan mental.

Setiap orang mengalami stress dari waktu kewaktu, dan umunya

seseorang dapat mengadaptasi stress jangka panjang atau menghadapi

stress jangka pendek sampai stress tersebut berlalu. Stress dapat

memberikan tuntutan pada seseorang, dan jika hal tersebut tidak dapat

beradaptasi, maka dapat terjadi penyakit. Stress sebagai respon perseptual

individu yang berakar dari proses psikologis dan kognitif yang berasal dari

hubungan individu dengan lingkungan. Stress dapat mempengaruhi

dimensi fisik, perkembangan emosional, intelektual, social dan spiritual.

Ketika terjadi stress, seseorang menggunakan energy fisiologis dan

psikologis untuk berespon dan mengadaptasi. Besarnya energi yang

dibutuhkan dan keefektifan dari upaya untuk mengadaptasi tergantung


34

pada intensitas, cangkupan, dan durasi stressor dan besarnya stressor lain.

Ketika seseorang terpajan pada stressor, maka kemampuan mereka untuk

memenuhi kebutuhan darah terganggu. Gangguan atau ancaman ini, baik

yang aktual atau yang diserap, menimbulkan frustasi, ansietas dan

keteganggan (Perry & Potter, 2005). Penyebab utama stress fisik adalah

terlalu memaksakan diri dari dalam segala hal. Jika tubuh dipaksa bekerja

16 jam sehari, maka akan mengurangi waktu istirahat. Cepat atau lambat,

energy persendian akan habis, tidak sesuai dengan energi yang didapat.

Hal ini mengakibatkan tidak ada waktu yang cukup bagi tubuh untuk

memperbaiki sel-sel yang rusak, menggantikan neurotransmitter otak yang

sudah digunakan. Dengan demikian, akan terjadi perubahan pada organ-

organ tubuh, salah satunya muskuloskeletal yang akan menegang akibat

dari kerja sel terus menerus (Nurmianto, 2008)

5. Usia

Pada masa dewasa menengah (30-60 tahun), individu melakukan

kontribusi berkelanjutan melalui keterlibatannya dengan orang lain.

Secara umum usia dewasa tengah memiliki fase “tenang” atau settling

down dan fase “tahun keberhasilan” atau payoff years dari teori

perkembangan Levinson. Selama periode ini, individu telah merasaka

pengalaman dan penghargaan baik dalam karier ataupun kehidupan

personalnya untuk menjadi individu dewasa yang produktif dan

bertanggung jawab. (Perry & Potter, 2010).


35

Meskipun sebagain besar individu dewasa menengah telah mencapai

kestabilan sosioekonomi, tetapi kecenderungan pengurangan tenaga kerja

di perusahaan saat ini dan pengganguran menyebabkan banyak individu

dewasa menengah kehilangan perkerjaannya, atau terpaksa menerima

perkerjaan dengan penghasilan rendah dan beban yang berat sebagai

tuntutan penyambung hidup dengan faktor usia mempengaruhi terhadap

cepat mengalami keluhan fisik oleh perkerjaan. Hal tersebut sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat, Furqaan dkk pada tahun

2012, yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

umur/usia dengan lama duduk terhadap kejadian nyeri otot.

Pria dan wanita perlu mengetahui perubahan biologisnya yang tidak

bisa diperkirakan. Individu dewasa menengah menggunakan energy untuk

beradaptasi dengan konsep diri, bentuk tubuh, kenyataan fisiologis, dan

perubahan dalam penampila fisik. Harga diri yang tinggi, bentuk tubuh

yang idaman, dan sikap yang positif terhadap perubahan psikologis

biasanya terjadi pada saat individu dewasa melakukan latihan fisik, diet

seimbang, tidur yang cukup dan praktik hyigine yang baik. Semua hal

tersebut menjadi sehat dan bersemangat. Perubahan yang terjadi pada usia

dewasa pertengahan sebagai berikut:

a. Perubahan Fisik, Pemeriksaan fisik penting untuk memeriksa status

kesehatan individu dewasa menengah. Pengkajian menyeluruh akan

memberikan petunjuk promosi kesehatan, rencana dan implikasi


36

tindakan apa yang dibutuhkan segera. Temuan normal dan

pemeriksaan fisik individu pada dewasa pertengahan antara lain pada

system muskuloskeletal menunjukan bahwa penampilan berat badan

yang tidak seimbang, pergerkan sendi yang terbatas meliputi:

pembekaan, kemerahan atau pembesaran sendi dan nyeri sendi serta

penurunan kekuatan otot dalam menahan beban. Sering kali perubahan

fisiologis selama dewasa pertengahan berdampak pada konsep diri dan

bentuk tubuh (Perry & Potter, 2010).

b. Perubahan psikososial pada dewasa menengah, saat anak-anak

meninggalkan rumah keluarga memasuki tahap keluarga

pascaorangtua. Kebutuhan akan keuangan dan waktu bersama akan

berkurang, pasangan akan mendapat tugas meninjau ulang hubungan

mereka sendiri. Saat mendapatkan cucu, mereka akan menjadi kakek-

nenek. Ini merupakan periode dimana banyak individu dewasa

menengah adalah tidur yang cukup, kegiatan pada waktu luang,

olahraga yang teratur, makanan yang bergizi, mengurangi/berhenti

merokok atau memakai alcohol, dan skinning kesehatan secara teratur.

c. Transisi Karier, Perubahan karier terjadi karena pilihan atau perubahan

ditempat kerja yang menuntut seorang individu untuk berkerja ekstra

akibat tuntutan hidup yang semakin mendesak. Pada decade terakhir,

individu dewasa menenga cenderung bergani perkerjaan karena

berbagai alasan, antaralai keterbatasan gerakan, penurunan peluang


37

kerja, atau mencari perkerjaan yang lebi menantang. Pada beberapa

kasus pengurangan tenaga kerja/PHK, perubahan teknologi atau

lainnya mendorong individu dewasa menengah untuk mencari

pekerjaan baru. Bila tida diantisipasi, perubahan tersebut dapat

menyebabkan stress yang mempengaruhi kesehatan, hubungan dengan

keluarga, konsep diri, dan dimensi lainnya.

d. Promosi Kesehata dan Mengurangi Stress, Individu dewasa menengah

mengalami perubahan fisiologis dan mengalami perubahan fisiologis

dan menhadapi kenyataan kesehatan tertentu, maka persepsi dan

perilaku mereka tentang kesahatan merupakan faktor penting dalam

menjaga kesehatan. Kompleksitas dunia ini membuat individu lebih

mudah mengalami stress yang berkaitan dengan penyakit seperti

serangan jantung, hipertensi, sakit kepala, ulkus, colitis, penyakit

autoimun, nyeri tulang atau otot belakang, atritis dan kanker. Ketika

individu dewasa mencari pelayanan kesehatan, perawat berfokus pada

tujuan menyejahteraakan dan membantu klien mengevaluasi perilaku

kesehatan, gaya hidup dan lingkungan.

D. Kerangka Konsep

Skema 2.1 Kerangka Konsep


38

Hubungan Gaya Hidup Pada Pasien Usia 30 – 60 Tahun Dengan

Kejadian Myalgia Di Puskesmas Ciumbuleuit

Kota Bandung

Variabel Independen Variabel Dependen

Gaya hidup pada pasien


usia 30-60 tahun:

1. Kurang aktivitas
fisik

2. Postur kerja Kejadian Myalgia

3. Pola istirahat

4. Stress

5. Usia

Anda mungkin juga menyukai