Anda di halaman 1dari 29

A.

Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
 Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,2008).
 Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan.
 Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup
aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini
sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk
tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada
kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi
(Stuart & Sundeen, 2006).

2. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh Diri


Diri Peningkatan Destruktif Diri
Resiko Diri Tak
langsung

Keterangan rentang respon :


a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung

RBD (Resiko Bunuh Diri) 69


Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri.
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

3. Etiologi

 Etiologi bunuh diri yang digolongkan berdasarkan tingkat pertumbuhan dan


perkembangan.

Angka bunuh diri meningkat dengan bertambahnya umur, kurvanya merupakan


garis lurus yang mendaki. Pada wanita, kurva ini naik sampai umur 60 tahun kemudian
turun lagi. Anak-anak dibawah umur 15 tahun jarang sekali melakukan bunuh diri. Jadi
angka bunuh diri berbanding lurus dengan peningkatan umur, tetapi beberapa penulis
menemukan angka yang meningkat pada usia muda yaitu antara usia 15-30 tahun.

a. Penyebab bunuh diri pada anak : pelarian dan penganiayaan atau pemerkosaan,
situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang atau selalu dikritik, gagal
sekolah, takut atau dihina di sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum
orang lain.
b. Penyebab bunuh diri pada remaja : hubungan interpersonal yang tidak
bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dan
penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak dimengerti orang lain,
kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua,
masalah seksual, depresi.
c. Penyebab bunuh diri pada dewasa awal : self ideal yang terlalu tinggi, cemas
akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademi yang berarti kehilangan
penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi untuk sukses.
d. Penyebab bunuh diri pada lanjut usia : perubahan status dari mandiri
ketergantungan, penyak yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasan tidak

RBD (Resiko Bunuh Diri) 70


berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi sosial, kehilangan ganda (seperti
pekerjaan kesehatan pasangan ), sumber hidup berkurang.
 Faktor determinan
a. Kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi niat dan tekad seseorang individu untuk mempengaruhi
hidupnya dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi hal bunuh diri di
samping kedudukan sosial ekonomi dan situasi yang merugikan.
b. Jenis kelamin
Angka bunuh diri pada wanita lebih besar daripada pria, di semua negara dan di
sepanjang masa. Perbandingan tertinggi didapatkan di Rhode Island dan New York
yaitu 3:1, angka perbandingan terendah didapati di Austria 1,3 : 1.
c. Status sosial
Di Inggris, Amerika, Denmark dan Italia, angka bunuh diri tertinggi terdapat status
sosial tinggi, misalnya dokter, dokter gigi dan ahli hukum. Menurut Hendersom, 1
dari 50 dokter di Inggris melakukan bunuh diri dengan overdosis, pada umumnya
mereka berumur kurang dari 50 tahun dan banyak yang menderita ketergantungan
obat dan alkohol.
d. Status perkawinan
Frekuensi bunuh diri lebih kecil pada mereka yang sudah menikah, terutama mereka
yang sudah punya anak, dibandingkan dengan mereka yang belum berkeluarga, janda
atau yang cerai.
e. Gangguan jiwa
Di bagian psikiatri Dr. Soetomo Surabaya dalam periode 1965-1968 ditemukan kasus
bunuh diri terbagi dalam 6 ancaman bunuh diri, dan 32 percobaan bunuh diri.

4. Faktor yang Mempengaruhi Bunuh Diri


a. Faktor Predisposisi:
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
a. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
b. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

RBD (Resiko Bunuh Diri) 71


d. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif
diri.

b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan

5. Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya.
Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang
kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati
mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami
depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya
( Stuart & Sundeen, 2006).

RBD (Resiko Bunuh Diri) 72


s
Gambar proses Perilaku Bunuh Diri

Peningkatan verbal/ non verbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivelensi tentang kematian Kurangnya respon positif

Upaya Bunuh Diri

Bunuh Diri

( Stuart & Sundeen, 2006)

6. Tanda dan Gejala


a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

d. Impulsif.

e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

RBD (Resiko Bunuh Diri) 73


g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).

h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan


mengasingkan diri).

i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).

j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami


kegagalan dalam karier).

7. Klasifikasi Bunuh Diri


Menurut Durkheim (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) membagi bunuh diri
menjadi 4 tipe yaitu:
a. Egoistic Suicide
Inidividu yang bunuh diri di sini adalah individu yang terisolasi dengan
masyarakatnya, dimana individu mengalami underinvolvement dan
underintegration. Individu menemukan bahwa sumber daya yang
dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, dia lebih beresiko
melakukan perilaku bunuh diri.
b. Altruistic Suicide
Individu di sini mengalami overinvolvement dan overintegration. Pada
situasi demikian, hubungan yang menciptakan kesatuan antara individu
dengan masyarakatnya begitu kuat sehingga mengakibatkan bunuh diri
yang dilakukan demi kelompok. Identitas personal didapatkan dari
identifikasi dengan kesejahteraan kelompok, dan individu menemukan
makna hidupnya dari luar dirinya. Pada masyarakat yang sangat
terintegrasi, bunuh diri demi kelompok dapat dipandang sebagai suatu
tugas.
c. Anomic Suicide
Bunuh diri ini didasarkan pada bagaimana masyarakat mengatur
anggotanya. Masyarakat membantu individu mengatur hasratnya
(misalnya hasrat terhadap materi, aktivitas seksual, dll.). Ketika
masyarakat gagal membantu mengatur individu karena perubahan yang
radikal, kondisi anomie (tanpa hukum atau norma) akan terbentuk.
Individu yang tiba-tiba masuk dalam situasi ini dan mempersepsikannya
sebagai kekacauan dan tidak dapat ditolerir cenderung akan melakukan

RBD (Resiko Bunuh Diri) 74


bunuh diri. Misalnya remaja yang tidak mengharapkan akan ditolak oleh
kelompok teman sebayanya.
d. Fatalistic Suicide
Tipe bunuh diri ini merupakan kebalikan dari anomic suicide, dimana
individu mendapat pengaturan yang berlebihan dari masayarakat. Misalnya
ketika seseorang dipenjara atau menjadi budak.

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah segala sesuatu yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha
pemecahan masalah langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa
setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistik atau anomik
berada dalam keadaan patologis. Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi
mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu ditolong.
Pencegahan bunuh diri altruistik boleh dikatakan tidak mungkin kecuali bila
kebudayaan dan norma-norma masyarakat diubah.

9. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau di kamar
pertolongan darurat di RS, di bagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan
pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak
selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak
tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang
mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau
terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya
hubungan beratnya gangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali
dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien
dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat-obat terutama
antidepresan dan psikoterapi.

10. Terapi Lingkungan pada Kondisi Khusus Bunuh Diri


Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari yang dapat digunakan untuk mencederai
diri sendiri ataun orang lain, alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di
lemari dalam keadaan terkunci, ruangan harus ditempatkan di lantai 1 dan
keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan, tata ruangan menarik
dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien,
warna dinding cerah, adanya bacaan ringan, lucu dan memotivasi hidup, hadirkan

RBD (Resiko Bunuh Diri) 75


musik ceria, televisi dan film komedi, adanya lemari khusus untuk menyimpan
barang-barang pribadi pasien.
Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa
pasien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan
keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa adanya jangan
mengejek serta merendahkan, meningkatkan harga diri pasien, membantu menilai dan
meningkatkan hubungan sosial secara bertahap, membantu pasien dalam berinteraksi
dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
membiarkan pasien terlalu lama.

B. Peran Perawat dalam Perilaku Mencederai Diri


1. Pengkajian
a. Lingkungan dan upaya bunuh diri:
Perawat perlu mengkaji peristiwa yang menghina dan menyakitkan, upaya
persiapan, ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang
berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.
b. Gejala:
Perawat mencatat adanya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan
gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi gelisah, insomnia
menetap, berat badan menurun, bicara lamban, keltihan.
c. Penyakit Psikiatrik:
Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja,
gangguan mental lansia.
d. Riwayat Psikososial:

RBD (Resiko Bunuh Diri) 76


Bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan, stress multiple(pindah,
kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis disiplin dan penyakit
kronik).
Faktor kepribadian:
Impulsif, agresif, bermusuhan, kognisi negatif dan kaku, putus asa, harga diri
rendah, anti sosial.
Riwayat keluarga:
Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.

RBD (Resiko Bunuh Diri) 77


2. Masalah Keperawatan
Resiko bunuh diri :
a. Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh diri
b. Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah

Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

Resiko bunuh diri: 1. Klien tidak 1. Ekspresi wajah SP 1 Pasien : Percakapan untuk SP 1 pasien : perawat
mencederai diri bersahabat, melindungi pasien dari percobaan dapat mengengetahui
A. Ancaman ide bunuh diri yang
/percobaan bunuh sendiri. Klien menunjukkan bunuh diri.
dilakukan pasien untuk
diri dengan dapat membina rasa senang,
melanjutkan tindakan
diagnosa hubungan saling ada kontak
keperawatan
keperawatan : percaya. mata, mau ORIENTASI selanjutnya.
Resiko Bunuh Diri. berjabat
tangan,mau “Assalamu’alaikum B kenalkan saya
2. Klien dapat adalah perawat A yang bertugas di
menyebutkan
terlindung dari ruang Mawar ini, saya dinas pagi
nama, mau
perilaku bunuh dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”
menjawab
diri
salam, mau “Bagaimana perasaan B hari ini?”
duduk
berdampingan “Bagaimana kalau kita bercakap-
3. Klien dapat
dengan cakap tentang apa yang B rasakan
mengekspresika
perawat, mau selama ini. Dimana dan berapa lama
n perasaannya.
mengutarakan kita bicara?”
masalah yang
4. Klien dapat dihadapi
meningkatkan 2. Klien dapat KERJA

RBD (Resiko Bunuh Diri) 78


harga diri. terlindung dari “Bagaimana perasaan B setelah
perilaku bunuh bencana ini terjadi? Apakah dengan
diri. bencana ini B merasa paling
5. Klien dapat menderita di dunia ini? Apakah B
menggunakan 3. Klien dapat kehilangan kepercayaan diri? Apakah
koping yang mengekspresik B merasa tak berharga atau bahkan
adaptif. an lebih rendah daripada orang lain?
perasaannya. Apakah B merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri?
6. Klien dapat Apakah B sering mengalami
menggunakan kesulitan berkonsentrasi? Apakah B
dukungan berniat menyakiti diri sendiri, ingin
4. Klien dapat
sosial. bunuh diri atau B berharap bahwa B
meningkatkan
harga dirinya. mati? Apakah B pernah mencoba
untuk bunuh diri? Apa sebabnya,
7. Klien dapat
bagaimana caranya? Apa yang B
menggunakan
rasakan?” Jika pasien telah
obat dengan
5. Klien dapat menyampaikan ide bunuh dirinya,
benar dan tepat.
menggunakan segera dilanjutkan dengan tindakan
koping yang keperawatan untuk melindungi
adaptif. pasien, misalnya dengan
mengatakan: “Baiklah, tampaknya B
membutuhkan pertolongan segera
6. Klien dapat karena ada keinginan untuk
menggunakan mengakhiri hidup”. “Saya perlu
dukungan memeriksa seluruh isi kamar B ini

RBD (Resiko Bunuh Diri) 79


sosial. untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan B.”

“Nah B, Karena B tampaknya masih


7. Klien dapat
memiliki keinginan yang kuat untuk
menggunakan
mengakhiri hidup B, maka saya tidak
obat dengan
akan membiarkan B sendiri.”
tepat
“Apa yang akan B lakukan kalau
keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk
mengatasinya B harus langsung
minta bantuan kepada perawat
diruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi B
jangan sendirian ya? Katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika
ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan”.

“Saya percaya B dapat mengatasi


masalah, OK B?”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan B sekarang

RBD (Resiko Bunuh Diri) 80


setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”

“Coba B sebutkan lagi cara


tersebut?”

“Saya akan menemui B terus sampai


keinginan bunuh diri hilang”

(jangan meninggalkan pasien)


SP 1 Keluarga : tingkat
resiko bunuh diri
SP 1 keluarga: Percakapan dengan pasien dapat teratasi.
keluarga untuk melindungi pasien
yang mencoba bunuh diri.

ORIENTASI

“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu,
kenalkan saya A yang merawat putra
bapak dan ibu dirumah sakit ini”.

“Bagaimana kalau kita berbincang-


bincang tentang cara menjaga agar B
tetap selamat dan tidak melukai
dirinya sendiri. Bagaimana kalau

RBD (Resiko Bunuh Diri) 81


disini saja kita berbincang-
bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita
awasi terus B.

KERJA

“Bapak/Ibu, B sedang mengalami


putus asa yang berat karena
kehilangan pekerjaan dan ditinggal
istrinya, sehingga sekarang B selalu
ingin mengakhiri hidupnya. Karena
kondisi B yang dapat mengakhiri
kehidupannya sewaktu-waktu, kita
semua perlu mengawasi B terus-
menerus. Bapak/Ibu dapat ikut
mengawasi ya.. pokoknya kalau
dalam kondisi serius seperti ini B
tidak boleh ditinggal sendirian
sedikitpun”

“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk


mengamankan barang-barang yang
dapat digunakan B untuk bunuh diri,
seperti tali tambang, pisau, silet, tali
pinggang. Semua barang-barang

RBD (Resiko Bunuh Diri) 82


tersebut tidak boleh ada disikitar B.”
“Selain itu, jika bicara dengan B
fokus pada hal-hal positif, hindarkan
pernyataan negatif”.

“Selain itu sebaiknya B punya


kegiatan positif seperti melakukan
hobbynya bermain sepak bola, dll
supaya tidak sempat melamun
sendiri.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu


setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”

“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara


tersebut?” “Baik mari sama-sama SP 2 Pasien : pasien
kita temani B, sampai keinginan dapat mengetahui cara
bunuh dirinya hilang.” mengatasi keinginan
bunuh diri tersebut
dan membantu pasien
untuk meningkat harga
SP 2 Pasien : Percakapan melindungi diri pasien.
pasien dari isyarat bunuh diri

RBD (Resiko Bunuh Diri) 83


ORIENTASI

“Assalamu’alaikum B!, masih ingat


dengan saya kan? Bagaimana
perasaan B hari ini? O.. jadi B
merasa tidak perlu lagi hidup di
dunia ini. Apakah B ada perasaan
ingin bunuh diri? Baiklah kalau
begitu, hari ini kita akan membahas
tentang bagaimana cara mengatasi
keinginan bunuh diri. Mau berapa
lama? Dimana? Disini saja yah!”

KERJA

“Baiklah, tampaknya B
membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup.” “Saya perlu
memeriksa seluruh isi kamar B ini
untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan B.”

“Nah B, karena B tampaknya masih

RBD (Resiko Bunuh Diri) 84


memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup B, maka saya tidak
akan membiarkan B sendiri.”

“Apa yang B lakukan kalau


keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk
mengatasinya B harus langsung
minta bantuan kepada perawat atau
keluarga dan teman yang sedang
besuk. Jadi usahakan B jangan
pernah sendirian ya..?”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan B setelah kita


bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa yang telah kita
bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana
masih ada dorongan untuk bunuh
diri? Kalau masih ada
perasaan/dorongan bunuh diri, tolong
panggil segera saya atau perawat SP 2 keluarga :
yang lain. Kalau sudah tidak ada keluarga dapat
keinginan bunuh diri, saya akan mengetahui tanda dan
gejala serta membantu

RBD (Resiko Bunuh Diri) 85


ketemu B lagi, untuk membicarakan untuk mengurangi
cara meningkatkan harga diri tingkat resiko bunuh
diri pada pasien
setengah jam lagi dan disini saja.”
tersebut.

SP 2 Keluarga: percakapan untuk


mengajarkan keluarga tentang cara
merawat anggota keluarga beresiko
bunuh diri. (isyarat bunuh diri)

ORIENTASI

“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu.
Bagaimana keadan Bapak/Ibu?”

“Hari ini kita akan mendiskusikan


tentang tanda dan gejala bunuh diri
dan cara melindungi dari bunuh
diri.”

“Dimana kita akan diskusi?


Bagaimana kalau di ruang
wawancara? Berapa lama Bapak/Ibu
punya waktu untuk diskusi?”

RBD (Resiko Bunuh Diri) 86


KERJA

“Apa yang Bapak/Ibu lihat dari


perilaku atau ucapan B?”

“Bapak/Ibu sebaiknya
memperhatikan benar-benar
munculnya tanda dan gejala bunuh
diri. Pada umunya orang yang akan
melakukan bunuh diri menunjukan
tanda melalui percakapan misalnya
“Saya tidak ingin hidup lagi, orang
lain lebih baik tanpa saya.” Apakah
B pernah mengatakannya?”

“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda


dan gejala tersebut, maka sebaiknya
Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan
perasaan dari B secara serius.
Pengawasan terhadap B
ditingkatkan, jangan biarkan dia
B. Isyarat Bunuh Diri
sendirian di rumah atau jangan
dengan diagnosa harga
dibiarkan mengunci diri di kamar.
diri rendah
Kalau menemukan tanda dan gejala
tersebut, dan ditemukan alat-alat

RBD (Resiko Bunuh Diri) 87


yang akan digunakan untuk bunuh
diri, sebaiknya dicegah dengan
meningkatkan pengawasan dan
memberi dukungan untuk tidak
melakukan tindakan tersebut.
Katakan bahwa Bapak/Ibu sayang
pada B. Katakan juga kebaikan-
kebaikan B.”

“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari


Bapak/Ibu memuji B dengan tulus.”

“Tetapi kalau sudah terjadi


percobaan bunuh diri, sebaiknya
Bapak/Ibu mencari bantuan orang
lain. Apabila tidak dapat diatasi
segeralah rujuk ke Puskesmas atau
rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan perawatan yang lebih
serius. Setelah kembali ke rumah,
Bapak/Ibu perlu membantu agar B
terus berobat untuk mengatasi
keinginan bunuh diri.”

TERMINASI

“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau

RBD (Resiko Bunuh Diri) 88


ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi
kembali cara-cara merawat anggota
keluarga yang ingin bunuh diri?”

“Ya bagus. Jangan lupa


pengawasannya ya! Jika ada tanda-
tanda keinginan bunuh diri segera
hubungi kami. Kita dapat
melanjutkan untuk pembicaraan yang
akan datang tentang cara-cara SP 3 keluarga :
meningkatkan harga diri B dan keluarga dapat
penyelesaian masalah.” membantu dalam
menjaga pasien dari
perilaku bunuh diri.

SP 3 Keluarga : Melatih keluarga


cara merawat pasien risiko bunuh
diri/isyarat bunuh diri

RBD (Resiko Bunuh Diri) 89


ORIENTASI

“Assalamu’alaikum pak, bu, sesuai


janji kita minggu lalu kita sekarang
ketemu lagi”

“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan


tentang cara merawat yang kita
bicarakan minggu lalu?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara


merawat tersebut ya pak, bu?”

“Kita akan coba disini dulu, setelah


itu baru kita coba langsung ke B ya?”

“Berapa lama bapak dan ibu mau


kita latihan?”

KERJA

“Sekarang anggap saya B yang


sedang mengatakan ingin mati saja,
coba bapak dan ibu praktekkan cara
bicara yang benar bila B sedang

RBD (Resiko Bunuh Diri) 90


dalam keadaan yang seperti ini”

“Bagus, betul begitu caranya”

“Sekarang coba praktekkan cara


memberikan pujian kepada B”

“Bagus, bagaimana kalau cara


memotivasi B minum obat dan
melakukan kegiatan positifnya sesuai
jadual?”

“Bagus sekali, ternyata bapak dan


ibu sudah mengerti cara merawat B”

“Bagaimana kalau sekarang kita


mencobanya langsung kepada B?”

(Ulangi lagi semua cara diatas


langsung kepada pasien)

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu


setelah kita berlatih cara merawat B
di rumah?”

“Setelah ini coba bapak dan ibu

RBD (Resiko Bunuh Diri) 91


lakukan apa yang sudah dilatih tadi
setiap kali bapak dan ibu membesuk
B”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari


lagi bapak dan ibu datang kembali
kesini dan kita akan mencoba lagi SP 3 pasien : pasien
cara merawat B sampai bapak dan dapat mengatasi
ibu lancar melakukannya” masalah yang
dialaminya dengan
“Jam berapa bapak dan ibu bisa baik.
kemari?”

“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi


di tempat ini ya pak, bu”

SP 3 Pasien: Untuk meningkatkan


harga diri pasien isyarat bunuh diri.

ORIENTASI

“Assalamu’alaikum B! Bagaiman
perasaan B saat ini? Masih adakah

RBD (Resiko Bunuh Diri) 92


dorongan mengakhiri kehidupan?
Baik, sesuai janji kita 2 jam yang
lalu sekarang kita akan membahas
tentang rasa syukur atas pemberian
Tuhan yang masih B miliki. Mau
berapa lama? Dimana?”

KERJA

“Apa saja dalam hidup B yang perlu


disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau B meninggal.
Coba B ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan B. Keadaan yang
bagaimana yang membuat B merasa
puas? Bagus. Ternyata kehidupan B
masih ada yang baik yang patut B
syukuri. Coba B sebutkan kegiatan
apa yang masih dapat B lakukan
selama ini?.” “Bagaimana kalau B
mencoba melakukan kegiatan
tersebut, mari kita latih.”

RBD (Resiko Bunuh Diri) 93


TERMINASI

“Bagaimana perasaan B setelah kita


bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa-apa saja yang B patut
syukuri dalam hidup B? Ingat dan SP 4 keluarga :
keluarga dapat
ucapkan hal-hal yang baik dalam
mengetahui cara
kehidupan B jika terjadi dorongan
merawat, menjaga atau
mengakhiri kehidupan (afirmasi).
melindungi pasien dari
Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi perilaku mencederai
hal-hal lain yang masih B miliki dan diri.
perlu disyukuri!. Nanti jam 12 kita
bahas tentang cara mengatasi
masalah dengan baik. Tempatnya
dimana? Baiklah. Tapi kalau ada
perasaan-perasaan yag tidak
terkendali segera hubungi saya ya!”

SP 4 Keluarga : membuat
perencanaan pulang bersama
keluarga dengan pasien risiko bunuh
diri.

RBD (Resiko Bunuh Diri) 94


ORIENTASI

“Assalamu’alaikum pak, bu, hari ini


B sudah boleh pulang, maka
sebaiknya kita membicarakan jadwal
B selama dirumah.”

“Berapa lama kita bisa diskusi?”

“Baik mari kita diskusikan.”

KERJA

“Pak, bu, ini jadwal B selama


dirumah sakit, coba perhatikan,
dapatkah dilakukan dirumah?’ tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum
obatnya.”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan


lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh B selama di rumah.
Kalau misalnya B terus menerus
mengatakan ingin bunuh diri, tampak
gelisah dan tidak terkendali serta

RBD (Resiko Bunuh Diri) 95


tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, tolong
bapak dan ibu segera hubungi Suster
C dirumah sakit Harapan Peduli,
rumah sakit terdekat dari rumah ibu
dan bapak, ini nomor telepon rumah
sakitnya: (0771) 12345. Selanjutnya
suster C yang akan membantu
memantau perkembangan B”.

TERMINASI

“Bagaimana pak/bu? Ada yang


belum jelas?”

“Ini jadwal kegiatan harian B untuk


dibawa pulang. Ini surat rujukan
untuk perawat C di rumah sakit
harapan peduli. Jangan lupa kontrol
ke rumah sakit sebelum obat habis
atau ada gejala yang tampak.
Silahkan selesaikan
administrasinya.”

RBD (Resiko Bunuh Diri) 96


3. Evaluasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat, jumlah asal atau waktu.
b. Klien menggunakan koping yang adaptif.
c. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri.
d. Perilaku klien menunjukkan kepeduliannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial.

RBD (Resiko Bunuh Diri) 97

Anda mungkin juga menyukai