2. Rentang Respon
3. Etiologi
a. Penyebab bunuh diri pada anak : pelarian dan penganiayaan atau pemerkosaan,
situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang atau selalu dikritik, gagal
sekolah, takut atau dihina di sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum
orang lain.
b. Penyebab bunuh diri pada remaja : hubungan interpersonal yang tidak
bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dan
penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak dimengerti orang lain,
kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua,
masalah seksual, depresi.
c. Penyebab bunuh diri pada dewasa awal : self ideal yang terlalu tinggi, cemas
akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademi yang berarti kehilangan
penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi untuk sukses.
d. Penyebab bunuh diri pada lanjut usia : perubahan status dari mandiri
ketergantungan, penyak yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasan tidak
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan
5. Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya.
Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang
kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati
mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami
depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya
( Stuart & Sundeen, 2006).
Bunuh Diri
d. Impulsif.
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah segala sesuatu yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha
pemecahan masalah langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa
setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistik atau anomik
berada dalam keadaan patologis. Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi
mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu ditolong.
Pencegahan bunuh diri altruistik boleh dikatakan tidak mungkin kecuali bila
kebudayaan dan norma-norma masyarakat diubah.
9. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau di kamar
pertolongan darurat di RS, di bagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan
pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak
selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak
tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang
mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau
terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya
hubungan beratnya gangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali
dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien
dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat-obat terutama
antidepresan dan psikoterapi.
Resiko bunuh diri: 1. Klien tidak 1. Ekspresi wajah SP 1 Pasien : Percakapan untuk SP 1 pasien : perawat
mencederai diri bersahabat, melindungi pasien dari percobaan dapat mengengetahui
A. Ancaman ide bunuh diri yang
/percobaan bunuh sendiri. Klien menunjukkan bunuh diri.
dilakukan pasien untuk
diri dengan dapat membina rasa senang,
melanjutkan tindakan
diagnosa hubungan saling ada kontak
keperawatan
keperawatan : percaya. mata, mau ORIENTASI selanjutnya.
Resiko Bunuh Diri. berjabat
tangan,mau “Assalamu’alaikum B kenalkan saya
2. Klien dapat adalah perawat A yang bertugas di
menyebutkan
terlindung dari ruang Mawar ini, saya dinas pagi
nama, mau
perilaku bunuh dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”
menjawab
diri
salam, mau “Bagaimana perasaan B hari ini?”
duduk
berdampingan “Bagaimana kalau kita bercakap-
3. Klien dapat
dengan cakap tentang apa yang B rasakan
mengekspresika
perawat, mau selama ini. Dimana dan berapa lama
n perasaannya.
mengutarakan kita bicara?”
masalah yang
4. Klien dapat dihadapi
meningkatkan 2. Klien dapat KERJA
TERMINASI
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu,
kenalkan saya A yang merawat putra
bapak dan ibu dirumah sakit ini”.
KERJA
TERMINASI
KERJA
“Baiklah, tampaknya B
membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup.” “Saya perlu
memeriksa seluruh isi kamar B ini
untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan B.”
TERMINASI
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu.
Bagaimana keadan Bapak/Ibu?”
“Bapak/Ibu sebaiknya
memperhatikan benar-benar
munculnya tanda dan gejala bunuh
diri. Pada umunya orang yang akan
melakukan bunuh diri menunjukan
tanda melalui percakapan misalnya
“Saya tidak ingin hidup lagi, orang
lain lebih baik tanpa saya.” Apakah
B pernah mengatakannya?”
TERMINASI
KERJA
TERMINASI
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! Bagaiman
perasaan B saat ini? Masih adakah
KERJA
SP 4 Keluarga : membuat
perencanaan pulang bersama
keluarga dengan pasien risiko bunuh
diri.
KERJA
TERMINASI