Anda di halaman 1dari 9

36

UJI DAYA HAMBAT FERMENTASI EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA


(Aloe barbadensis miller) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus

Maulida Agustina*Awaluddin Susanto **Farach Khanifah ***

ABSTRAK

Staphylococcus aureus merupakan penyebab penyakit bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi
luka. Lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) adalah tanaman yang secara empiris digunakan
sebagai bahan obat. Kandungan zat aktif yang teridentifikasi yaitu senyawa fenol ,Saponin,
Sterol, Acemannan, Antrakuinon dan antimikroba. Penyebab penghambatan dalam
pertumbuhan bakteri yaitu adanya interaksi senyawa fenol dan turunannya dengan sel
bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat fermentasi ekstrak kulit daun
lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.Desain yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dan sampel yaitu Staphylococcus
aureus yang didapatkan dilaboratorium mikrobiologi Universitas Airlangga Surabaya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengekstrak dan fermentasi kulit daun lidah
buaya untuk diproses mendapatkan fermentasi ekstraknya. Kemudian dilakukan uji
sensitivitas metode Kirby-Bauer. Pengolahan data dengan menggunakan tabulating. Hasil
menunjukkan pada konsentrasi 0%, 10% dan pada 25% tidak terjadi zona hambat.
Sedangkan pada 50% terjadi zona hambat berdiameter 5mm, konsentrasi 75% terjadi zona
hambat berdiameter 4mm dan pada konsentrasi 100% terjadi zona hambat berdiameter 5mm.
Kemampuan aktivitas antibakteri tertinggi fermentasi ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) terjadi pada konsentrasi 50% dan 100% lalu mengalami penurunan
diameter zona hambatan pada konsentrasi 75%. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
fermentasi kulit daun Lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) yang paling rendah terjadi zona
hambat pada konsentrasi 50% dengan diameter terbesar 5mm.

Kata kunci : Staphylococcus aureus, Fermentasi ekstrak, Kuilt daun lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller)

FERMENTATION RESISTANCE POWER TEST OF ALOE VERA LEAF SKIN


EXTRACT (ALOE BARBADENIS MILLER) TO GROWTH OF STAPHYLOCOCCUS
AUROUS BACTERIA

ABSTRACT

Staphylococcus aurous is the cause of boils and pimples, impetigo, and infection mark. Aloe
Vera (Aloe barbadensis Miller) is plant empirically used to be medicine material. Active
substance that is identified as compounds; fenol, Saponin, Sterol, Acemannan, Antrakuinon
anti-microba. Mechanism that cause resistance of growth of bacterea that caused by fenol
substance existence and its derivative with bacteria cell. This research is to know the
fermentation resistance power of Aloe Vera Leaf skin extract (Aloe barbadensis Miller) to
growth of Staphylococcus Aurous bacteria. This research used descriptive design. The
population and sample is Staphylococcus Aurous which is got in the microbiology lab.
Airlangga University of Surabaya. Gathering data in this research is to extract and ferment
the Aloe Vera leaf to be processed and get its extract. This research shown that
concentration 0%, 10% and at 25% didn’t happen resistance zone. Meanwhile at 50%
happened resistance zone with 5mm diameter, at 75% happened resistance zone with 4mm

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


37

diameter and at 100% concentration resistance zone with 5mm. Activity and ability of the
highest anti-bacteria fermentation of extract of aloe Vera leaf skin (AloebarbadensisMiller)
happened at 75% concentration.We got conclusion that the concentration of the bacteria
fermentation of extract of aloe Vera leaf skin (AloebarbadensisMiller) the lowest happened
resistance zone at 50% with biggest diameter 5mm.

Key Words: Staphylococcus aurous, Extract Fermentation, Aloe Vera Leaf Skin (Aloe
barbadensis Miller)

PENDAHULUAN bakteri staphylococcus aureus menurut


dalam Rahmawati (2014:122).
Masalah Kesehatan sudah menjadi
prioritas utama pada manusia. Mencegah Menurut peraturan menteri kesehatan
dan mengobati adalah hal yang perlu Republik Indonesia
dilakukan untuk menghindari resiko Nomor:2406/Menkes/Per/XII/2011
terjadinya infeksi. Stephen dan Kathleen Tentang Pedoman Umum Penggunaan
mengemukakan bahwa suatu infeksi Antibiotik, yaitu bahwa penggunaan
muncul saat mikroorganisme antibiotik dalam pelayanan kesehatan
menyebabkan gangguan kesehatan. Infeksi seringkali tidak tepat sehingga dapat
kulit menyebar dengan cepat melalui menimbulkan pengobatan kurang efektif,
kontak, terutama pada populasi tertutup peningkatan risiko terhadap keamanan
atau dimana sanitasinya buruk. Berbagai pasien, meluasnya resistensi dan tingginya
jenis organisme dapat menginfeksi kulit, biaya pengobatan. Berdasarkan laporan
staphylococcus aureus dan streptococcus Data Puskesmas Tambakrejo periode 01
pyogenes merupakan yang paling sering maret 2014 sampai 31 desember 2014 yang
terlibat Gillespie dan Bamford (2008:12- terdaftar Infeksi kulit dan jaringan di
116). bawah kulit sebanyak 198 pasien Laki-laki
dan sebanyak 107 pasien perempuan
Berdasarkan hasil penelitian Rosalina, dengan jumlah total 305 pasien. Untuk
Martodihardjo dan Listiawan (2010:6) di menangani suatu penyakit infeksi
Fakultas Kedokteran Universitas pemberian antibakteri adalah salah satu
Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. pilihan yang tepat. Namun menurut
Soetomo Surabaya, Staphylococcus aureus Wardani (2008:9) akan mendorong
sebagai Penyebab Tersering Infeksi terjadinya resistensi terhadap antibakteri
Sekunder pada semua erosi kulit yang diberikan jika penggunaan
dermatosis vesikobulosa yaitu Organisme antibakterinya tidak terkontrol (Ariyanti,
terbanyak yang dapat diisolasi dari semua Darmayasa dan Sudirga 2012:1).
kasus adalah Staphylococcus
aureus(42,1%) dan Peptostreptococcus sp. Mencegah lebih baik dari pada mengobati,
(80%). Staphylococcus koagulase negatif gejala ini menimbulkan ide-ide kreatif
(36,8%), Enterobacter aerogenes (10,5%), dalam upaya pemanfaatan tanaman
Streptococcus viridans (5,3%) dan menjadi bahan pengobatan alternatif selain
Escherechia coli (5,3%). Penyebab obat-obatan farmasi. Masyarakat telah
terjadinya berbagai infeksi epidermal dan lama mengenal penggunaan tanaman
subkutan seperti piogenik, lesi supuratif, (tumbuhan) untuk pengobatan. Mengingat
bisul, infeksi pneumonia dan luka adalah bahwa tumbuhan mudah diperoleh, murah

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


38

dan tidak menimbulkan efek samping, konsentrasi 100% dengan rata-rata


maka perlu dilakukan pengembangan diameter terbesar 11,58 mm pada bakteri
tumbuhan untuk pengobatan. Agar staphylococcus aureus ATCC 25923
diketahui khasiat penggunaan tumbuhan (Ariyanti, Darmayasa dan Sudirga 2012:4).
untuk pengobatan perlu ditunjang oleh Menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya
data-data penelitian sehingga tidak (Aloe vera) terbukti mampu menghambat
diragukan dan dapat dipertanggung pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
jawabkan. secara invitro. Idris (2013:7),
Untuk menghindari terjadinya resistensi mengungkapkan bahwa lidah buaya (Aloe
adalah dengan mengembangkan obat vera) mengandung bermacam-macam zat
tradisional berbahan herbal yang dapat antibakteri seperti zat tanin,
membunuh bakteri tersebut. Bahan herbal aminoglukosida, Aloctin A, Kompleks
yang digunakan yaitu tanaman lidah buaya Antrakuinon & Acemannan yang dapat
(Aloe barbadensis miller). Oleh karena itu, menghambat pertumbuhan bakteri
daun lidah buaya (Aloe barbadensis miller) Streptococcus sanguis. Hasil uji
segar juga digunakan untuk pengobatan identifikasi fitokimia ekstrak heksan,
luka bakar radiasi. Melihat banyaknya ekstrak etil asetat, ekstrak etanol dan
tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis infusum lidah buaya ditemukan kandungan
miller) sekitar pekarangan rumah di daerah Antrakuinon, sedangkan uji identifikasi
kecamatan jombang kabupaten jombang, fitokimia ekstrak etanol dan infusum lidah
masih banyak masyarakat yang tidak buaya ditemukan kandungan tanin dan
mengetahui bahwa lidah buaya tersebut fenol. Kemampuan tanin sebagai bahan
mempunyai banyak khasiat untuk obat antimikroba diduga karena tanin akan
herbal khususnya terhadap pertumbuhan berikatan dengan dinding sel bakteri
bakteri Staphylococcus aureus. Menurut sehingga akan menginaktifkan kemampuan
penelitian WHO Monograf jilid 1 dalam menempel bakteri, menghambat
uji klinisnya membuktikan bahwa preparat pertumbuhan, dan aktifitas enzim protease
ini mempercepat penyembuhan luka Ariyanti, Darmayasa, Sudirga, (2012:5).
dengan memacu aktivitas makrofag dan
fibroblas yang dilakukan oleh kompleks Mekanisme yang menyebabkan
karbohidrat dan acemannan. Hal lain yang penghambatan dalam pertumbuhan bakteri
juga berhasil dibuktikan adalah sifatnya disebabkan adanya interaksi senyawa fenol
yang sebagai antiinflamasi karena aktivitas dan turunannya dengan sel bakteri.
zat yang dapat memacu bradekinase, dan Senyawa-senyawa ini berikatan dengan
penghambatan tromboksan B-2, dan PGF- protein pada bakteri melalui ikatan non
2 (Agoes 2010:70). spesifik membentuk kompleks protein-
fenol. Pada konsentrasi rendah, terbentuk
Rahmawati (2007:7) melaporkan bahwa kompleks protein-fenol dengan ikatan yang
ekstrak daun lidah buaya mampu lemah dan segera mengalami peruraian,
menghambat pertumbuhan bakteri kemudian merusak membran sitoplasma
staphylococcus aureus secara in vitro. dan menyebabkan kebocoran isi sel,
Berdasarkan penelitian sebelumnya ekstrak sehingga pertumbuhan bakteri terhambat.
kulit daun lidah buaya dapat menghambat Sedangkan pada konsentrasi tinggi, zat
pertumbuhan bakteri staphylococcus tersebut berkoagulasi dengan protein
aureus ATCC 25923, ditunjukan dengan seluler dan membran sitoplasma
terbentuknya zona hambatan pada mengalami lisis. Senyawa fenol masuk

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


39

kedalam sel bakteri melewati dinding sel 0,5 cm, Kertas saring, Kultur bakteri
bakteri dan membran sitoplasma, didalam Staphylococcus aureus.
sel bakteri fenol menyebabkan
penggumpalan (denaturasi) protein
penyususn protoplasma sehingga dalam Metode Penelitian
keadaan demikian metabolisme menjadi
inaktif, dan pertumbuhan bakteri menjadi Metode yang dilakukan pada penelitian ini
terhambat Ariyanti, Darmayasa, adalah menggunakan Metode Deskriptif.
Sudirga(2012:4). Populasi dalam penelitian ini adalah
bakteri Staphylococcus aureus . Sampel
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini yaitu bakteri
dilakukan penelitian “uji daya hambat Staphylococcus aureus yang didapatkan
fermentasi ekstrak kulit daun lidah buaya dari laboratorium mikrobiologi UNAIR
(Aloe barbadensis Miller) terhadap (Universitas Airlangga) SURABAYA.
pertumbuhan bakteri Saphylococcus Variabel dalam pebelitian ini fermentasi
aureus”. ekstrak kulit daun Lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Staphylococcus aureus. Penelitian ini
dilakukan pengolahan data dengan
Waktu dan Tempat Penelitian menggunakan tabel yang menunjukan
konsentrasi dari hasil Uji sensitivitas
Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal metode Kirby-Bauer.
6 Juni 2016 sampai tanggal 14 Juni 2016. Teknik Pengambilan Sampel
Tempat penelitian di Laboratorium
Mikrobiologi Sekolah Tinggi Kesehatan Sampel Daun Lidah buaya yang digunakan
Insan Cendekia Medika Jombang. diperoleh dari pekarangan Stikes Insan
Cendekia Medika, jalan kemuning no.57 A
Alat dan Bahan Desa Candi Mulyo Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jombang. Daun Lidah buaya
Alat- alat yang digunakan adalah: Pisau, yang digunakan adalah daun yang tua yaitu
Blender, Pipet volum 500 ml, Pipet ukur daun yang terletak paling bawah (daun 1-
10 ml, Neraca digital, Lidi steril, Batang 2) atau daun yang tidak ada bercak putih.
pengaduk, Autoclave, Lemari pendingin, Daun Lidah buaya diambil dari 4 tanaman
Inkubator, Hot plate, Kapas steril, Lidah buaya secara acak dengan umur
Aluminium foil, Bunsen, Label, Pinset, tanaman yang berbeda. Masing-masing
Tabung erlenmeyer 100 ml, Beaker glass tanaman diambil yang masih segar (tidak
500 ml, Cawan petri, Penggaris milimeter, ada yang luka atau ujung daun layu),
Tabung reaksi, Labu ukur 100 ml, Ose kemudian daun tersebut diambil kulit
lurus. daunnya untuk digunakan sebagai bahan
ekstrak.
Bahan yang digunakan yaitu: Kulit daun
Lidah Buaya, Metanol pro analisis, Fermentasi Ekstrak
Mueller Hinton Agar (MHA), NaCl
Pembuatan ekstrak Kulit daun Lidah
fisiologis, Akuadest steril, Alkohol 70%,
Buaya dilakukan dengan cara mencuci
Kertas cakram kosong yang berdiameter

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


40

daun Lidah Buaya hingga bersih, selama 24 jam. Setelah 24 jam hitung
kemudian daun Lidah Buaya dikupas daerah hambat dengan menggunakan
untuk memisahkan kulit daun Lidah Buaya penggaris. Novel, Wulandari dan Safitri,
dengan daging daun (gel). Mengering (2010:114).
anginkan kemudian dihaluskan dengan
menggunakan blender dan ditimbang Untuk menentukan kriteria apakah kuman
sebanyak 100 gram untuk maserasi dengan sensitive atau resisten, maka diameter
500 ml metanol pro analisis pada suhu daerah hambatan pertumbuha kuman di
kamar selama 72 jam. Setelah inkubasi sekitar cakram antimikroba dicocokan
kemudian disaring menggunakan kertas menggunakan dasar ukuran zona hambat 3
saring untuk memisahkan filtrat dengan mm. Jika hasil menunjukan zona hambat
residu. Masing-masing filtrat yang kurang dari 3 mm maka hasil tersebut
diperoleh masih mengandung pelarut dinyatakan tidak dapat menghambat.
sehingga harus dipekatkan dengan hot
plate pada suhu 64,7˚C dengan tujuan
untuk memisahkan solven dan ekstrak,
sehingga diperoleh ekstrak kental. Setelah HASIL PENELITIAN
memeperoleh ekstrak kental maka
dilakukan fermentasi dengan cara Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal
meletakan ekstrak kental kedalam beaker 6 Juni 2016 sampai tanggal 14 Juni 2016.
glass, ditutupi dengan alumunium foil. Tempat penelitian di Laboratorium
Dimasukan kedalam inkubator dengan Mikrobiologi Sekolah Tinggi Kesehatan
suhu kamar 37˚C dan didiamkan selama 96 Insan Cendekia Medika Jombang. Data
jam/4 hari. Ariyanti, Darmayasa dan penelitian Tabel 5.2 Pengaruh konsentrasi
Sudirga (2012:2). terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri
Uji sensitivitas Kirby-Bauer Staphylococcus aureus.
N Konsentr Keterangan
Uji yang digunakan adalah uji sensitivitas o asi
dengan menggunakan metode Kirby-Bauer 1 0% Tidak terjadi zona
soemarno, (2000:4). Biakan murni bakteri (kontrol hambat
negatif)
24 jam disuspensikan dalam NaCl
fisiologis steril. Kemudian biakan itu 2 10 % Tidak terjadi zona
diambil sebanyak 1 ml dan dimasukan hambat
kedalam tabung reaksi steril. MHA
(Mueller Hinton Agar) dengan suhu 40˚C 3 25 % Tidak terjadi zona
hambat
sebanyak 10 ml dimasukan ke dalam 4 50 % Terjadi zona hambat
cawan petri steril, diamkan sampai sebesar 5mm
membeku. Mengambil biakan cair kuman 5 75 % Terjadi zona hambat
dari tabung dengan lidi kapas steril, lidi sebesar 4mm
kapas steril ditekan sedikit pada tepi
tabung kemudian oleskan pada agar MHA
(Mueller Hinton Agar). Setelah mengering, 6 100 % Terjadi zona hambat
kertas antibiotik yang sudah ditentukan sebesar 5mm
konsentrasi diletakkan pada permukaan
agar beku. Lempengan agar tersebut
kemudian dieramkan pada suhu 37 ˚C

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


41

Tabel 5.3 Grafik pengaruh konsentrasi menggunakan kultur murni menghasilkan


terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri produk yang lebih seragam. Fermentasi
Staphylococcus aureus. pangan berhasil bila dilakukan pengaturan
Keterangan
6 : terhadap pertumbuhan mikroba, antara lain
Konsentrasi 0 % (kontrol negatif) Tidak suhu, kelembaban, pH, jenis dan komposisi
4
terjadi zona Hambat, Konsentrasi 10 % bahan baku yang sesuai untuk
Tidak terjadi zona Hambat, Konsentrasi 25 pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
2 Series 1
% Tidak terjadi zona Hambat, Konsentrasi Setiap mikroba memiliki karakteristik yang
500 % Terjadi zona Hambat sebesar 5 mm, berbeda-beda,sehingga untuk
Konsentrasi 75 % Terjadi zona Hambat menghasilkan suatu produk yang
sebesar 4 mm, Konsentrasi 100 % Terjadi diinginkan, pengetahuan terhadap
zona Hambat sebesar 5 mm. karakteristik mikroba serta faktor-faktor
PEMBAHASAN yang berpengaruh terhadap
Dilihat pada tabel 5.1 bahan yang pertumbuhannya sangat diperlukan untuk
digunakan adalah Kulit daun Lidah buaya menghasilkan suatu produk fermentasi
(Aloe barbadensis Miller) yang di ekstrak yang diinginkan dan aman untuk di
dengan menggunakan metode maserasi konsumsi Handayani & Mustaufik
yaitu Kulit daun Lidah buaya (Aloe (2006:137).
barbadensis Miller) di maserasi dengan
metanol pro analisis di inkubasi pada suhu Fermentasi ekstrak kulit daun Lidah buaya
kamar selama 72 jam. Setelah itu disaring (Aloe barbadensis Miller) menggunakan
menggunakan kertas saring untuk konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25%, 10%,
memisahkan filtrat dengan residu. Masing- dan 0% (kontrol negatif) yang diujikan
masing filtrat dipekatkan dengan hot plate terhadap bakteri Staphylococcus aureus
pada suhu 64,7˚C dengan tujuan untuk dengan metode kirby-bauer menggunakan
memisahkan solven dan ekstrak, sehingga cakram kertas saring, diinkubasi selama 24
diperoleh ekstrak kental dan setelah itu di jam pada suhu 37˚C. Kemudian dilakukan
fermentasi. Fermentasi ekstrak kulit daun pengamatan pada masing-masing plate.
Lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) Zona bening yang terbentuk di sekitar disk
didapatkan dengan memfermentasi ekstrak menunjukan zona hambat yang dibentuk
kental kulit daun Lidah buaya (Aloe dari masing-masing konsentrasi fermentasi
barbadensis Miller) selama 96 jam/ 4 hari. ekstrak kulit daun Lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan
Pada tabel 5.1 hasil pengekstrakan dan bakteri Staphylococcus aureus. Zona
fermentasi kulit daun lidah buaya (Aloe hambat yang terbentuk dari masing-masing
barbadensis Miller), Pada hari pertama konsentrasi kemudian diukur diameternya
berwarna hijau kekuningan, pada hari dengan menggunakan penggaris (dalam
kedua berwarna hijau tua, sedangkan hari satuan mm).
ketiga berubah berwarna hijau kecoklatan, Berdasarkan analisa hasil menurut tabel
dan pada hari keempat berwarna coklat. 5.2 fermentasi ekstrak kulit daun lidah
Proses fermentasi dapat dilakukan secara buaya (Aloe barbadensis Miller) pada
alami, dimana mikroba yang secara alami konsentrasi 0% (kontrol negatif), 10%, dan
yang terdapat pada bahan dibiarkan 25% menunjukan tidak adanya zona
berkembang dengan pengaturan faktor hambatan. Pada konsentrasi Konsentrasi
lingkungan yang sesuai untuk mikroba 50% fermentasi ekstrak kulit daun lidah
yang diinginkan. Fermentasi dengan buaya (Aloe barbadensis Miller)

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


42

membentuk zona hambat sebesar 5 mm. ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe
konsentrasi 75% fermentasi ekstrak kulit barbadensis Miller) sebanyak 1ml, secara
daun lidah buaya (Aloe barbadensis grafik terjadi zona hambat berdiameter
Miller) membentuk zona hambat sebesar 4 5mm. Hasil ini menandakan bahwa pada
mm dan 100% sebesar 5 mm. Dari analisa konsentrasi 50%, 75% dan 100% telah
hasil pada tabel 5.1 menunjukan bahwa memberikan pengaruh terhadap
fermentasi ekstrak kulit daun lidah buaya pertumbuhan bakteri Staphylococcus
(Aloe barbadensis Miller) terhadap bakteri aureus pada media MHA. Hal ini
Staphylococcus aureus, zona hambat disebabkan karena konsentrasi fermentasi
paling besar adalah pada konsentrasi 100% ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe
dan konsentrasi 50%. barbadensis Miller) mampu merusak
Pada konsentrasi 0% (kontrol negatif) membran sel dan mengganggu proses
yang hanya diberi pelarut tidak terjadi fisiologis sel Ariyanti, Darmayasa &
zona hambat, disebabkan karena kontrol Sudirga, (2012:4).
tidak mengandung fermentasi ekstrak kulit Dari hasil penelitian diketahui bahwa
daun lidah buaya (Aloe barbadensis fermentasi ekstrak kulit daun lidah buaya
Miller) sehingga tidak mampu merusak (Aloe barbadensis Miller) mampu
membran sel dan mengganggu proses menghambat pertumbuhan Staphylococcus
fisiologis sel. Konsentrasi 10% dan 25% aureus. Kemampuan aktivitas antibakteri
yang diberi fermentasi ekstrak kulit daun tertinggi fermentasi ekstrak kulit daun
lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) lidah buaya (Aloe barbadensis Miller)
sebanyak 0,10 ml dan 0,25 ml, terjadi pada konsentrasi 50% dan 100%
menunjukan tidak adanya zona hambatan. lalu mengalami penurunan diameter zona
Disebabkan karena konsentrasi fermentasi hambatan pada konsnetrasi 75%. Hal ini
ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe sesuai dengan pernyataan Elifah dalam
barbadensis Miller) masih rendah sehingga dewi (2010:9), diameter daya hambat tidak
tidak mampu merusak membran sel dan selalu naik sebanding dengan naiknya
mengganggu proses fisiologis sel. Untuk konsentrasi antibakteri, difusi senyawa
menentukan kriteria apakah kuman antibakteri pada media agar serta jenis dan
sensitive atau resisten, maka diameter konsentrasi senyawa antibakteri yang
daerah hambatan pertumbuhan kuman di berbeda juga memberikan diameter zona
sekitar cakram antimikroba dicocokan hambat yang berbeda.
menggunakan dasar ukuran zona hambat 3 Sedangkan penelitian Iriano (2008:11)
mm. Jika hasil menunjukan zona hambat dalam Arianti (2012:10), menunjukkan
kurang dari 3 mm maka hasil tersebut bahwa uji antibakteri infusum lidah buaya
dinyatakan tidak dapat menghambat. terhadap Porphyromonas gingivalis
Pada konsentrasi 50% yang diberi dengan metode difusi, zona hambatan
fermentasi ekstrak kulit daun lidah buaya paling besar pada konsentrasi 30% dan
(Aloe barbadensis Miller) sebanyak 0,50 90% yaitu 1,75 mm, sedangkan
ml, secara grafik terjadi zona hambat konsentrasi 40-80% memiliki zona
berdiameter 5mm. Pada konsentrasi 75% hambatan yang lebih rendah yaitu berkisar
yang diberi fermentasi ekstrak kulit daun antara 0,75-1 mm. Hal ini dapat
lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) disebabkan oleh banyaknya faktor yang
sebanyak 0,75 ml, secara grafik terjadi berpengaruh terhadap besar zona hambatan
zona hambat berdiameter 4mm. Pada yang dihasilkan pada metode difusi antara
konsentrasi 100% yang diberi fermentasi lain kecepatan difusi, sifat media agar yang

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


43

digunakan, jumlah organisme yang SIMPULAN DAN SARAN


diinokulasi, kecepatan tumbuh bakteri, Simpulan
konsentrasi bahan kimia, serta kondisi Fermentasi ekstrak kulit daun lidah buaya
pada saat inkubasi sehingga diperlukan (Aloe barbadensis Miller) dapat
adanya standarisasi keadaan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
memperoleh hasil yang dapat dipercaya. Staphylococcus aureus. konsentrasi
fermentasi ekstrak kulit daun lidah buaya
Mekanisme yang menyebabkan (Aloe barbadensis Miller) yang paling
penghambatan dalam pertumbuhan bakteri rendah menghambat pertumbuhan bakteri
disebabkan adanya interaksi senyawa fenol Staphylococcus aureus terjadi pada
dan turunannya dengan sel bakteri. konsentrasi 50% yaitu berdiameter 5 mm.
Senyawa-senyawa ini berikatan dengan Saran
protein pada bakteri melalui ikatan non 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
spesifik membentuk kompleks protein- Diharapkan dapat mengembangkan
fenol. Pada konsentrasi rendah, terbentuk penelitian lainnya yang lebih mendalam
kompleks protein-fenol dengan ikatan yang tentang uji daya hambat fermentasi ekstrak
lemah dan segera mengalami peruraian, kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis
kemudian merusak membran sitoplasma Miller) dapat menghambat pertumbuhan
dan menyebabkan kebocoran isi sel, bakteri Staphylococcus aureus.
sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. 2. Bagi Masyarakat
Sedangkan pada konsentrasi tinggi, zat Dapat menggunakan fermentasi ekstrak
tersebut berkoagulasi dengan protein kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis
seluler dan membran sitoplasma Miller) sebagai salah satu bahan alternatif
mengalami lisis. Senyawa fenol masuk herbal dalam pengobatan infeksi luka pada
kedalam sel bakteri melewati dinding sel kulit atau penyakit kulit yang disebabkan
bakteri dan membran sitoplasma, didalam oleh bakteri Staphylococcus aureus.
sel bakteri fenol menyebabkan
penggumpalan (denaturasi) protein KEPUSTAKAAN
penyususn protoplasma sehingga dalam Agoes Azwar., 2010. Tanaman Obat
keadaan demikian metabolisme menjadi Indonesia. edk 3, Salemba Medika
inaktif, dan pertumbuhan bakteri menjadi
terhambat. Ekstrak kulit daun lidah buaya Ariyanti Kadek, Darmayasa Ida Bagus
mempunyai kandungan zat aktif yang Gede, Sudirga Sang Ketut., 2012.
sudah teridentifikasi seperti ‘Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun
Saponin,Sterol, dan Acemannan Ariyanti, Lidah Buaya (Aloe barbadensis
Darmayasa, Sudirga, (2012:4). Miller) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus
Dalam suatu industri innovasi kesehatan, ATCC 25923 dan Escherichia coli
hal ini memiliki manfaat yang sangat ATCC 25922’. Journal Of
besar, yaitu dengan konsentrasi efektif Nutrition College, vol. XVI, No. 1.
50% mampu menekan biaya produksi Hh 1-4. Diaskes Januari 2016
sehingga biaya yang harus dikeluarkan
oleh produsen dapat diminimalisir, tetapi Brooks, G.F., J.S. Butel, S.A. Morse. 2007.
produk yang dikeluarkan tetap memiliki Mikrobiologi Kedokteran Jawetz.
kualitas memadai. Alih bahasa:Huriawati H. Edisi ke-
23.EGC. Jakarta.

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017


44

Departemen Kesehatan RI., 2011. Rahmawati., 2014. ‘Interaksi Ekstrak


Pedoman Umum Penggunaan Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Antibiotik. Peraturan Menteri dan Daun Sirih (piper betle L.)
Kesehatan Republik Indonesia Terhadap Daya Hambat
Nomor Staphylococcus aureus Secara
2406/Menkes/PER/XII/2011. Invitro’. Journal Of Nutrition
Jakarta College, vol. 2, No. 1. Hh 121-186.
Diakses Februari 2016
Gillespie Stephen, Bamford Kathleen.,
2008. At a Glance Mikrobiologi Rosalina Dewi, Martodihardjo Sunarko,
Medis dan Infeksi. Edisi 3, Erlangga Listiawan Yulianto Muhammad.,
2010. ‘Staphylococcus aureus
Handayani Isti & Mustaufik., 2006. sebagai Penyebab Tersering Infeksi
Penggunaan Campuran Bakteri Sekunder pada Semua Erosi Kulit
Asam Laktat dan Khamir Sebagai dermatosis Vesikobulosa’. Journal
Flavouring Agent Pada Sari Buah Of Nutrition College, vol. 2, No. 2.
Mengkudu Terfermentasi. Journal Diakses Februari 2016
Of Nutrition College, Vol.6, No.3.
Diaskes Mei 2016

Idris Maryam., 2013. ‘Efektifitas Ekstrak


Aloe Vera Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus Sanguis’,
Universitas Hasanuddin Bagian Ilmu
Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran
Gigi Makassar. Diaskes Januari
2016
Iriano, A. 2008. Efek Antibakteri Infusum
Aloe vera terhadap Porphyromonas
gingivalis In Vitro (Perbandingan
Metode Ekstraksi Maserasi dan
Infundasi) [Skripsi S-1], Fakultas
Kedokteran Gigi Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi. Universitas
Indonesia. Jakarta. Diakses April
2016
K Yohanes., 2005, Olahan Lidah Buaya.
Trubus Agrisarana, Surabaya
Novel Sinta Sasika, Wulandari Asri Peni,
Safitri Ratu., 2010. Praktikum
Mikrobiologi Dasar. Cv Trans Info
Media, Jakarta Timur
Puskesmas Tambakrejo, 2014. Data
Kesehatan Puskesmas Tambakrejo,
Puskesmas Tambakrejo

Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai