Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

ANALISIS DATA DALAM PERENCANAAN IPA

1. LETAK GEOGRAFIS DAN BATAS WILAYAH


Kecamatan Biringkanaya merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar
yang berbatasan dengan Kabupaten Maros di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah
timur, Kecamatan Tamalanrea di sebelah selatan dan Kecamatan Tallo di sebelah barat.
Kecamatan Biringkanaya merupakan daerah bukan Pantai dengan ketinggian dari permukaan
laut lebih kecil dari 500 meter. Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke ibukota
Kecamatan berkisar 1 km sampai dengan jarak 5-10 km.
Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7 kelurahan dengan luas wilayah 48,22 km².
Tampak bahwa kelurahan Sudiang memiliki wilayah terluas yaitu 13,49 km², terluas kedua
adalah kelurahan Sudiang Raya dengan luas wilayah 8,78 km², sedangkan yang paling kecil
luas wilayahnya adalah kelurahan Untia yaitu 2,89 km².
Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Biringkanaya Makassar

Jumlah
Tahun
Penduduk (Jiwa)
2003 145.523
2004 148.820
2005 150.724
2006 154.901
2007 158.833
2008 161.208
2009 164.913
2010 167.741
2011 169.340
2012 177.116
2013 185.030
2014 190.829
2015 196.612
Sumber : Badan Pusat Statistik
Table 4.2 Rekapitulasi Perhitungan Proyeksi Penduduk Pada Kecamatan
Biringkanaya

PERIODE METODE
NO.
(TAHUN) GEOMETRIK EKSPONENSIAL ARITMATIK

1. 5 164.645 164.899 163.713

2. 10 186.281 185.855 181.903

3. 20 238.456 271.872 236.474

Sumber : Badan Pusat Statistik


Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, pada tahun
ajaran 2014/2015 jumlah sekolah, murid, serta guru pada masing-masing tingkatan
Kecamatan Rappocini Kota Makassar, adalah :

Tabel 4.3 Data Aktivitas Kota Kecamatan Biringkanaya (Fasilitas Pendidikan)

JUMLAH
TINGKATAN PENGELOLA MURID GURU
SEKOLAH
NEGERI DAN
TK 67 1709 162
SWASTA
INPRES - - -
SD NEGERI 37 16.278 645
SWASTA 14 2.600 186
NEGERI 9 7.525 401
SWASTA 16 2.335 155
SMP
KEMENTRIAN
2 - 20
AGAMA
NEGERI 5 3.451 199
SWASTA 5 882 72
SMA
KEMENTRIAN
- - -
AGAMA
NEGERI - - -
SMK
SWASTA 11 3.846 217
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, jumlah sarana
(fasilitas) kesehatan Tahun 2015 di Kecamatan Rappocini Kota Makassar, adalah :

Tabel 4.4 Data Aktivitas Kota Kecamatan Biringkanaya (Fasilitas Kesehatan):


Fasilitas Rumah Sakit Puskesmas Pustu Rumah Bersalin Posyandu
Jumlah 4 4 6 6 102
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, jumlah tempat
ibadah di Kecamatan Rappocini Kota Makassar menurut hasil sensus 2015, adalah :

Tabel 4.5 Data Aktivitas Kota Kecamatan Biringkanaya (Fasilitas Keagamaan)


Tempat
Agama Jumlah
Beribadah
Islam Masjid 164
Kristiani Gereja 10
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, jumlah
perdagangan di Kecamatan Rappocini Kota Makassar menurut hasil sensus 2015,
adalah :

Tabel 4.6 Data Aktivitas Kota Kecamatan Biringkanaya (Fasilitas Pedagangan)


Jenis Kegiatan Jumlah
Pertokoan 42
SPBU 3
Mall 1
Pasar Tradisional 3
Warung Makan/Kedai Makan/Minum 95
Rumah Makan 4
Sumber : Badan Pusat Statistik
A. PREDIKSI JUMLAH PENDUDUK
1. Laju Pertumbuhan Penduduk dengan Menggunakan METODE
EKSPONENSIAL

1  Pt 
r  ln  
t  Po 

Dimana :
r = Angka pertumbuhan penduduk
t = Banyaknya Waktu dalam tahun
Pt = Jumlah penduduk pada tahun Akhir
Po = Jumlah penduduk pada tahun Awal

Penyelesaian :
1  Pt 
r  ln  
t  Po 
1 196.612
r = ln (145.523)
12
r = 0,025

2. Proyeksi Penduduk dengan Menggunakan METODE EKSPONENSIAL


Pn= Po x e rt
Dimana
Pn = Jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan
Po = Jumlah penduduk pada tahun Awal
e = Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (2,7182818)
r = Angka pertumbuhan penduduk
t = Banyaknya Waktu dalam tahun

Penyelesaian :
1) Pada Tahun 2020 (5 Tahun)
Pn = Po x e rt
Pn = 145.523 x (2,7182818) (0,025 x5)

= 164.899

2) Pada Tahun 2025 (10 Tahun)


Pn = Po x e rt
Pn = 145.523 x (2,7182818) (0,025 * 10)

= 185.855

3) Pada Tahun 2035 (20 Tahun)


Pn = Po x e rt
Pn = 145.523 x (2,7182818) (0,025 *25)
= 271.872
3. Laju Pertumbuhan Penduduk dengan Menggunakan METODE GEOMETRI
𝑃𝑡 1
𝑟=( )𝑡 − 1
𝑃𝑜
Dimana :
r = Angka pertumbuhan penduduk
t = Banyaknya Waktu dalam tahun
Pt = Jumlah penduduk pada tahun Akhir
Po = Jumlah penduduk pada tahun Awal
𝑃𝑡 1
𝑟 = ( )𝑡 − 1
𝑃𝑜

196.612 1
𝑟=( )12 − 1
145.523
= 0,025

4. Prediksi Jumlah Penduduk dengan Menggunakan METODE GEOMETRI


𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑟 )𝑛

Dimana :
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Banyaknya Waktu dalam tahun
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun Awal

Penyelesaian :

1) Pada Tahun 2020 (5 Tahun)

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑟 )𝑛
𝑃𝑛 = 145.523 (1 + 0,025)5

= 164.645

2) Pada Tahun 2025 (10 Tahun)


𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑟 )𝑛
𝑃𝑛 = 145.523 ( 1 + 0,025)10

= 186.281
3) Pada Tahun 2035 (20 Tahun)

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑟 )𝑛
𝑃𝑛 = 145.523 ( 1 + 0,025)20

= 238.456
5. Prediksi Jumlah Penduduk dengan Menggunakan METODE ARITMATIKA
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑟. 𝑛 )

Dimana :
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Banyaknya Waktu dalam tahun
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun Awal

Penyelesaian :

1) Pada Tahun 2020 (5 Tahun)

𝑃𝑛
= 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑟. 𝑛 )
𝑃𝑛 = 145.523 ( 1 + (0,025 𝑥 5) )

= 163.713

2) Pada Tahun 2025 (10 Tahun)

𝑃𝑛
= 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑃𝑛
𝑟. 𝑛=) 145.523 ( 1 + (0,025 𝑥 10) )

= 181.903

3) Pada Tahun 2035 (20 Tahun)

𝑃𝑛
= 𝑃𝑜 ( 1 + 𝑟. 𝑛 )
𝑃𝑛 = 145.523 ( 1 + (0,025 𝑥 25) )

= 236.474
6. Menghitung Konstanta Arithmatik pada METODE ARITMATIKA
𝑃𝑜 − 𝑃1
𝐾𝑎 =
𝑇2 − 𝑇1
Dimana :
Ka = Konstanta Arithmatik
P0 = Jumlah penduduk pada tahun Awal
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I
T1= Tahun ke I yang diketahui
T2 = Tahun ke II yang diketahui

𝑃𝑜 − 𝑃1
𝐾𝑎 =
𝑇2 − 𝑇1
196.612 − 145.523
𝐾𝑎 =
2015 − 2003
28.930
𝐾𝑎 =
12
𝐾𝑎 = 4.257,516

7. Prediksi Jumlah Penduduk dengan Menggunakan METODE ARITMATIK


𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝐾𝑎 ( 𝑇𝑛 − 𝑇𝑜 )

Dimana :
Ka = Konstanta Arithmatik
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun Awal
Tn = Tahun ke n
To = Tahun dasar

Penyelesaian :

1) Pada Tahun 2020 (5 Tahun)

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝐾𝑎 ( 𝑇𝑛 − 𝑇𝑜 )
𝑃𝑛 = 196.612 + 4.257,516 ( 2020 − 2015)
𝑃𝑛 = 196.612 + 12.054,165
𝑃𝑛 = 217.899,58

2) Pada Tahun 2025 (10 Tahun)

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝐾𝑎 ( 𝑇𝑛 − 𝑇𝑜 )
𝑃𝑛 = 196.612 + 4.257,516 ( 2025 − 2015)

𝑃𝑛 = 196.612 + 42.575,16

𝑃𝑛 = 239.187,16
3) Pada Tahun 2035 (20 Tahun)
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝐾𝑎 ( 𝑇𝑛 − 𝑇𝑜 )
𝑃𝑛 = 196.612 + 4.257,516 ( 2035 − 2015)

𝑃𝑛 = 196.612 + 85.150,32
𝑃𝑛 = 281.762,32
B. Prediksi Kebutuhan Air
1. Kebutuhan Air Domestik
a. Tingkat Pelayanan
Cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat rata-rata tingkat nasional
adalah 70 - 80% dari jumlah penduduk. Dalam Perhitungan ini, tingkat pelayanan
yang ditentukan sebesar 70%.
b. Jumlah Penduduk Terlayani
Diketahui :
Pn = 164. 645 Jiwa (Proyeksi Tahun 2020 Metode Geometrik)

% = 70 %

Penyelesaian :

Prediksi jumlah penduduk (jiwa) yang akan terlayani (cakupan) pada tahun
2020, adalah :
𝐶𝑝 = % 𝑥 𝑃𝑛
𝐶𝑝 = 70% 𝑥 164.645 𝑗𝑖𝑤𝑎
𝐶𝑝 = 115.251 Jiwa

Tabel 4.7 Prediksi Jumlah Penduduk Terlayani Tahun 2020, 2025, dan 2035
Persentase Jumlah
Tahun Prediksi Jumlah
No. Terlayani Dilayani
Prediksi Penduduk (Jiwa)
(%) (Jiwa)

1 2020 164.645 70 115.251

2 2025 186.281 70 130.396

3 2035 238.456 70 166.919

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

c. Pelayanan Sambungan Langsung (Sambungan Rumah)


Diketahui :
Cp = 115.251 Jiwa (Cakupan Pada Tahun 2020)
% = 80 %

Penyelesaian :
Prediksi jumlah penduduk dilayani sambungan langsung/rumah pada Tahun
2020, adalah :

𝑆𝑙 = % 𝑥 𝐶𝑝
𝑆𝑙 = 80 % 𝑥 115.251
𝑆𝑙 = 92.200 Jiwa

Tabel 4.8 Prediksi Jumlah Penduduk Dilayani Sambungan Rumah/Langsung


Tahun 2020, 2025, dan 2035

Cakupan Persentase Jumlah


Tahun
No. Penduduk Dilayani Dilayani
Prediksi
Terlayani (jiwa) (%) (Jiwa)

1 2020 115.251 80 92.200

2 2025 130.396 85 110.836

3 2035 166.919 90 150.227

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

d. Pelayanan Sambungan Tidak Langsung (Sambungan Hidran Umum)


Diketahui :
Cp = 115.251 Jiwa (Cakupan Pada Tahun 2020)
% = 20 %

Penyelesaian :

Prediksi jumlah penduduk dilayani sambungan tidak langsung / hidran umum


pada Tahun 2020, adalah :

𝑆𝑏 = % 𝑥 𝐶𝑝
𝑆𝑏 = 20 % 𝑥 115.251
𝑆𝑏 = 23.050 Jiwa

Tabel 4.9 Prediksi Jumlah Penduduk Dilayani Sambungan Tidak Langsung /


Hidran Umum Tahun 2020, 2025, dan 2035

Cakupan Persentase Jumlah


Tahun
No. Penduduk Dilayani Dilayani
Prediksi
Terlayani (jiwa) (%) (Jiwa)

1 2020 115.521 20 23.104


2 2025 130.396 15 19.559

3 2035 166.919 10 16.691

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

e. Konsumsi Air Sambungan Rumah dan Hidran Umum


Berdasarkan kategori kota berdasarkan jumlah penduduk untuk mengetahui
kebutuhan air suatu daerah, Kota Makassar masuk dalam kategori kota
metropolitan (>1.000.000 Jiwa) dengan jumlah penduduk pada tahun 2015
adalah 1.449.401 jiwa, sehingga standar pemakaian airnya sebagai berikut :
1. Konsumsi air sambungan langsung/rumah adalah 150 liter/orang/hari.
2. Konsumsi air sambungan tidak langsung/hidran umum adalah 30
liter/orang/hari.
f. Kebutuhan Air Untuk Sambungan Langsung (Rumah)
Diketahui :
Standar pemakaian air SR = 150 liter/orang/hari
Sl = 92.200 orang (Prediksi tahun 2020)

Penyelesaian :

Kebutuhan Air SR = Sl x Standar Pemakaian

= 92.200 x 150

= 13.830.000 liter/hari

= 154,8 liter/detik

Tabel 4.10 Prediksi Jumlah Kebutuhan Air Sambungan Rumah (SR) Pada Tahun
2020, 2025, dan 2035
Jumlah Penduduk Standar Kebutuhan
Tahun
No. Dilayani SR Pemakaian Air Air SR
Prediksi
(Jiwa) (liter/orang/hari) (liter/detik)

1 2020 92.200 150 154,8

2 2025 104.316 150 181,1

3 2035 133.535 150 231,8

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018


g. Kebutuhan Air Untuk Sambungan Tidak Langsung (Hidran Umum)
Diketahui :
Standar pemakaian air HU = 30 liter/orang/hari
Sb = 23.050 orang (Prediksi tahun 2020)

Penyelesaian :

Kebutuhan Air HU = Sb x Standar Pemakaian

= 23.050 x 30

= 739.050 liter/hari

= 8,003 liter/detik

Tabel 4.11 Prediksi Jumlah Kebutuhan Air Sambungan Hidran Umum (HU)
Pada Tahun 2020, 2025, dan 2035
Jumlah Penduduk Standar Kebutuhan
Tahun
No. Dilayani HU Pemakaian Air Air HU
Prediksi
(Jiwa) (liter/orang/hari) (liter/detik)

1 2020 23.050 30 8,003

2 2025 26.079 30 9,05

3 2035 33.383 30 11,59

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

h. Kebutuhan Air Domestik (Total)


Jadi, besarnya kebutuhan air domestik (total) dengan menjumlahkan
kebutuhan air sambungan rumah dan sambungan hidran umum, sebagai berikut :

Tabel 4.12 Prediksi Kebutuhan Air Domestik Pada Tahun 2020, 2025, dan 2035
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Tahun
No. Air SR Air HU Air Domestik
Prediksi
(liter/detik) (liter/detik) (liter/detik)

1 2020 154,8 8,003 164.645

2 2025 181,1 9,05 186.281

3 2035 231,8 11,59 238.456

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018


3. Kebutuhan Air Non Domestik
a. Fasilitas Pendidikan
Kebutuhan air minum untuk masing-masing fasilitas berdasarkan pada standar
yang berlaku yaitu Dirjen Cipta Karya, PU, 1998 adalah 10 L/murid/hari. Maka
kebutuhan air fasilitas pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.14 Tabel Kebutuhan Air Minum Fasilitas Pendidikan


2020 2025 2035
Jenis
Fasilitas Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan
Murid Air (l/dtk) Murid Air (l/dtk) Murid Air (l/dtk)

TK 1333 0,154 1509 0,174 1931 0,223


SD 21376 2,474 24185 2,799 30960 3,583
SMP 8693 1,006 9836 1.138 12591 1,457
SMA 3613 0,418 4088 0,473 5233 0,605
SMK 3243 0,374 3670 0,424 4697 0,543
Jumlah 38258 4,426 43288 5,008 55412 6,411
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

b. Fasilitas Keagamaan
Kebutuhan air bersih untuk masing-masing fasilitas berdasarkan pada standar
yang berlaku yaitu Dept. Pekerjaan Umum, 1996 adalah 800 L/u/hari untuk
Masjid dan 300 L/u/hari untuk Gereja. Maka kebutuhan air fasilitas
peribadatan sebagai berikut :
Tabel 4.15 Tabel Kebutuhan Air Minum Fasilitas Keagamaan
2020 2025 2035
Jenis
Fasilitas Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan
Unit Air (l/dtk) Unit Air (l/dtk) Unit Air (l/dtk)

Masjid 177 1,638 200 1,851 257 2,379


Gereja 12 0,041 14 0,048 18 0,062
Jumlah 189 1,679 214 1,899 275 2,441
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

c. Fasilitas Kesehatan
Kebutuhan air minum untuk fasilitas ini ditentukan berdasarkan standar
kebutuhan air minum yaitu Dept. Pekerjaan Umum, 1996 adalah 2000
L/u/hari untuk rumah sakit, 1000 L/u/hari untuk puskesmas, 1000 L/u/hari
untuk pustu, dan 600 L/u/hari untuk rumah bersalin, maka kebutuhan air
fasilitas ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.16 Tabel Kebutuhan Air Minum Fasilitas Kesehatan
2020 2025 2035
Jenis
Fasilitas Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan
Unit Air (l/dtk) Unit Air (l/dtk) Unit Air (l/dtk)

Rumah
4 0,092 5 0,115 6 0,138
Sakit
Puskesmas 4 0,046 5 0,057 6 0,069
Pustu 7 0,081 8 0,092 9 0,104
Rumah
6 0,041 7 0,048 8 0,05
Bersalin
Jumlah 21 0,26 25 0,312 29 0,361
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
d. Fasilitas Perdagangan
Kebutuhan air minum untuk masing-masing fasilitas berdasarkan pada standar
yang berlaku yaitu Dinas PU Cipta Karya, 2010, untuk pertokoaan adalah 200
L/u/hari dan SPBU adalah 10.000 L/u/hari. Maka kebutuhan air fasilitas
perdagangan dan jasa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17 Tabel Kebutuhan Air Minum Fasilitas Perdagangan
2020 2025 2035
Jenis
Fasilitas Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan
Unit Air (l/dtk) Unit Air (l/dtk) Unit Air (l/dtk)

Pertokoan 45 0,104 51 0,118 65 0,150


SPBU 4 0,462 5 0,578 6 0,694
Jumlah 49 0,566 56 0,696 71 0,844
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

4. Kebutuhan Air Rata-rata


Dari perhitungan kebutuhan air yang telah dilakukan, jumlah kebutuhan air
minum pada daerah perencanaan secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.18 Tabel Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Domestik dan Non
Domestik
Kebutuhan Air (liter/detik)
No Fasilitas
2020 2025 2035

1 Domestik
Sambungan Rumah 154,8 181,1 231,8

Hidran Umum 8,003 9,05 11,59

Jumlah (liiter/detik) 162,803 190,15 243,39

2 Non Domestik

Fasilitas Pendidikan 4,426 5,008 6,411

Fasilitas Keagamaan 1,679 1,899 2,441

Fasilitas Kesehatan 0,26 0,312 0,361

Fasilitas Perdagangan 0,566 0,696 0,844

Jumlah (liter/detik) 6,931 7,915 10,057

Jumlah Total (liter/detik) 169,734 198,065 253,447

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

5. Kehilangan Air
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air, perlu diperhitungkan juga besarnya
kebocoran/kehilangan air dari sistem. Besarnya kehilangan air diperkirakan sebesar
20 % dari kebutuhan total sampai akhir tahun perencanaan (Dirjen Cipta Karya,
1998). Secara keseluruhan kehilangan air pada tahun 2020, 2025, dan 2035 dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.19 Tabel Kehilangan Air
Tahun Debit Air Kehilangan Debit Air

Prediksi (liter/detik) Air (%) (liter/detik)

2020 169,734 20 33,946

2025 198,065 20 39,613

2035 253,447 20 50,689

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

6. Kebutuhan Air Produksi


Berdasarkan hasil perhitungan, proyeksi pertambahan penduduk, proyeksi
kebutuhan air baik untuk fasilitas domestik maupun non domestik diketahui bahwa
kebutuhan air untuk Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar sampai dengan akhir
tahun perencanaan (2035) dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.20 Kebutuhan Air Total Wilayah Perencanaan
Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Tahun Kehilangan Air Produksi/Total
Rata-rata
Prediksi (liter/detik) (liter/detik)
(liter/detik)

2020 169,734 33,946 203,68

2025 198,065 39,613 237,678

2035 253,447 50,689 304,136

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

7. Kebutuhan Air Maksimum Harian


Diketahui :
Prediksi Tahun 2020
QHr = 203,68 liter/detik
FHm = 1,20 (Kota Metropolitan 1,15 – 1,25)
Penyelesaian :
QHm = FHm x QHr
QHm = 1,20 x 203,68
QHm = 244,416 liter/detik
Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan air maksimum harian pada proyeksi
tahun 2020, 2025, dan 2035 sebagai berikut :
Tabel 4.21 Kebutuhan Air Maksimum Harian

Tahun QHr QHm


FHm
Prediksi (liter/detik) (liter/detik)

2020 203,68 1,20 244,416

2025 237,678 1,20 285,213

2035 304,136 1,20 364,963

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

8. Kebutuhan Air Jam Puncak


Diketahui :
Prediksi Tahun 2020
QHr = 203,68 liter/detik
FJm = 1,90 (Kota Metropolitan 1,75 – 2,00)
Penyelesaian :
QJm = FJm x QHr
QJm = 1,90 x 203,68
QJm = 386,992 liter/detik
Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan air jam puncak pada proyeksi tahun
2020, 2025, dan 2035 sebagai berikut :
Tabel 4.22 Kebutuhan Air Jam Maksimum

Tahun QHr QJm


FJm
Prediksi (liter/detik) (liter/detik)

2020 203,68 1,90 386,992

2025 237,678 1,90 451,588

2035 304,136 1,90 577,858

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

9. Kebutuhan Air Baku

Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan untuk 5-20 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai setelah
ditambahkan 20% sebagai factor kehilangan air (kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai
untuk mengecek apakah sumber air yang dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air didasarkan
atas pelayanan dengan menggunakan Hidran Umum (HU) dengan perhitungan sebagai
berikut :

1) Hitung kebutuhan air bersih dengan mengkalikan jumlah jiwa yang akan dilayani
sesuai dengan tahun perencanaan (P) dikali kebutuhan air perorang perhari (q) dikali
factor hari maksimum (fmd = 1,05 – 1,15)
Q = P.q
Qmd = Q. fmd
2) Hitung kebutuhan total air bersih (Qt) dengan factor kehilangan air 20% dengan
persamaan:
Qt = Qmd x (100/80)
3) Kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi atau tidak.

Berikut perhitungan kebutuhan air total kecamatan Biringkanaya tahun 2035

Kebutuhan Air Baku


Fmd = ( 1.05 - 1.15 )
Qmd = Q x Fmd
Qt = Qmd x (100/80)
Qt = 148472422.2 L/hari
1718.43 L/det
Kebutuhan air baku pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) pada prediksi tahun 2020,
2025, dan 2035 sebagai berikut :

Tabel 4.23 Kebutuhan Air Baku

Tahun QHm Qtotal

Prediksi (liter/detik) (liter/detik)

2020 244,416 386,992

2025 285,213 451,588

2035 364,963 577,858

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

10. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Instalasi Pengolahan Air (IPA) berfungsi untuk mengolah air baku dari sungai hingga
diperoleh air yang bersih yang dipergunakan sebagai air minum dengan kualitas yang
memenuhi syarat yang telah ditentukan. IPA yang direncanakan meliputi berbagai macam
unit operasi dan unit proses, yaitu :
1. Bangunan Penyadap (Water Intake)
Maksud dan tujuan dari bangunan penyadap adalah sebagai sarana pengambilan air
sehingga pada saat muka air terendah dan muka air tertinggi supply air ke BPAM masih
dapat dilaksanakan. Fungsi bangunan penyadap adalah untuk menyadap air baku yang
berasal dari sungai yang kemudian dialirkan ke IPA melalui pipa transmisi. Lokasi
penempatannya di hulu sungai yang keadaan airnya stabil dan terhindar dari pencemaran
langsung.
2. Bak Penyadap Awal (Bak prasedimentasi)
Maksud penggunaan bak ini adalah karena kualitas air baku dari sungai yang digunakan
mempunyai kekeruhan yang cukup tinggi. Bangunan ini juga bertujuan untuk mengendapkan
partikel-partikel kasar dan berukuran besar dan mengendapkan partikel kecil dengan gaya
gravitasi tanpa menggunakan zat kimia sedangkan fungsinya adalah mengurangi beban
pengolahan pada unit-unit selanjutnya.
3. Bak Pengaduk Cepat (Bak Koagulasi)
Bak Koagulasi ini digunakan dengan maksud mengurangi kekeruhan dari air baku
karena bak ini bertujuan melakukan proses koagulasi dengan membuat keadaan yang
homogen dalam air baku sehingga partikel pencemar dan bahan koagulan dapat bereaksi
dengan baik. Fungsi dari unit adalah menghilangkan kekeruhan dan warna yang ditimbulkan
oleh bahan organik sebagai pengganggu dan menurunkan konsentrasi bahan tersuspensi
dalam air.
4. Bak Pengaduk Lambat (Bak Flokulasi)
Maksud dari bak flokulasi adalah pembentukan flok dan tujuan penggunaan bak ini
adalah untuk menyatukan flok-flok yang terbentuk akibat adanya koagulan sebagai pengikat.
Fungsi bak ini adalah membentuk flok-flok ukuran tertentu sehingga dapat diendapkan pada
bak sedimentasi.

5. Bak Pengendapan (Bak Sedimentasi)


Bak sedimentasi bertujuan untuk mengurangi kekeruhan dan kontaminan-kontaminan
air yang telah tergabung dalam flok-flok yang dihasilkan pada poses flokulasi. Fungsi bak ini
adalah memisahkan partikel-partikel padat dari suspensi (flok-flok) dengan gaya gravitasi.
6. Bak Penyaring (Bak Filtrasi)
Maksud dan tujuan dari penyaringan adalah untuk menghilangkan kekeruhan dan
warna juga menyaring sebagian bakteri yang masih terdapat pada air baku. Fungsi dari bak
filtrasi ini adalah menyaring flok-flok yang belum terendapkan pada bak sedimentasi
sehingga air yang dihasilkan sudah hampir memenuhi syarat sebagai air minum. Saringan
yang dipakai pada bak filtrasi ini adalah saringan pasir cepat, karena:
a. Tidak membutuhkan lahan yang luas
b. Dapat dicuci tanpa mengganti media penyaring
c. Kecepatan penyaringan yang cepat

Saringan ini menggunakan satu media penyaring yaitu pasir dan media pendukungnya
adalah kerikil.
7. Unit Pembubuhan Bahan Kimia
Pembubuhan bahan kimia dalam unit pengolahan air adalah pembubuhan koagulan dan
desinfektan. Koagulan bermaksud menyatukan partikel sedangkan desinfektan bertujuan
untuk membunuh bakteri pathogen sehingga memenuhi syarat kualitas biologis air.

11. Kriteria Perencanaan Unit Operasi dan Unit Proses BPAM


a. Bangunan Penyadap (Intake)
Bangunan penyadap yang digunakan berupa menara intake, yang terletak di sungai,
dengan kriteria :
Tabel 4.24. Kriteria Desain Bangunan Penyadap (Intake)

KRITERIA DESAIN

Komponen Kriteria Satuan Sumber

v intake <0,035 m/detik Qasim, 2000

v inlet strainer 0,15-0,3 m/detik Al-laila, 1978

diameter strainer 0,006-0,012 m

A kotor strainer 2 x A efektif strainer

v air dalam pipa 0,6-1,5 m/detik

Td >20 Menit

H foot valve > 60

Q backwashing 1/3 Qhisap

T dinding hisap > 20

b. Prasedimentasi
Tabel 4.25 Kriteria Desain Bangunan Prasedimentasi
Kriteria Desain

Komponen Kriteria Satuan Sumber

Surface 20 – 80 m3/m2 h
Loading

Td 0.5 – 3 Jam

P:L 4:1-6:1

P:H 5 : 1 - 20 : 1
Christopher
Nfr < 10-5
dan Okun
Nre < 2000
(1991)
Kedalaman (H) 1.5 - 2.5 M

V inlet 0.2 - 0.5 m/detik

Tinggi air di V 0.03 - 0.05 M


notch

Viskositas 0.9 - 10.6

Weir loading 0.002 -


0.003

Kadar lumpur 5–8 %

Slope bak 1–2 %


lumpur

Tinggi > 0.3 M


Freeboard

V (suhu air 27c) 0,864*10-6

c. Koagulasi (Hidrolis)
Tabel 4.26 Kriteria Desain Koagulasi (Hidrolis)
Kriteria Desain

Gradien kecepatan 700 -


(G) 1000

Waktu detensi (td) 20-60

Bilangan Froud 4-9

d. Flokulasi (Mekanis)

Tabel 4.27 Kriteria Desain Flokulasi (Mekanik)


Kriteria Desain

Gradien kecepatan 10-50


(G)

Waktu detensi (td) minimum 20

Luas total blade 15 %- 20 %

Diameter paddle 50%-80% lebar bak

Rotasi 5 – 100 rpm

G1 50

G2 20

G3 10

Gradien Rata rata 26,66666667


(G)

Tinggi (H) 3
Lebar Paddle 1/6 - 1/10 dPaddle

e. Sedimentasi

Tabel 4.28 Kriteria Desain Sedimentasi


Kriteria Desain

SL 60-120
m3/m2/hari

Td 1-3 jam

NRE < 2000

NFR > 10-5

Tebal plate 2,5-5 cm (tp)

Jarak antar plate 2,5-5 cm

Sudut kemiringan -

Rasio P:L (1-2):1

Beban permukaan (Vo) 60-150 m/hr

Kec. horizontal rata rata 0,05-0,13 m/mnt

Kedalaman air 3-5 m

Beban weir 90-360 m/hr

Jarak pipa inlet ke zona 0,3-1 m


lumpur

Jarak plat ke zona lumpur 1-1,14 m

Jarak gutter ke plat 0,4-0,6 m

Tinggi air vnotch (Hv) 2-5 cm

Kadar lumpur 4-6%

% removal 64,2

Tinggi plat (Hp) 1-1,2 m

Lebar plat (Lp) 1-2,5 m

Min diameter lubang f. cm


(orifice)
f. Filtrasi

Tabel 4.29 Kriteria Desain Filtrasi


Kriteria Desain

Kecepatan filtrasi (Vf) 8-12 m3/m2/jam

Tebal media pasir 60-80 cm

Tebal media penahan 18-30 cm

Td backwash 5-15 menit

Tinggi air di atas media 0,9-1,2 m

Jarak dasar gutter dengan atas media pasir saat 20-30 cm


ekspansi

A orifice:A bak (0,0015-


0,005):1

A lateral:A orifice (2-4):1

A manifold:A lateral (1,5-3):1

Jarak antar orifice 7,5-30 cm

D orifice 0,6-2 cm

P:L (1:2)

Kecepatan backwash (Vb) (4-8) x Vf

g. Reservoir

Kriteria desain :
1. Reservoir dibuat dari konstruksi beton bertulang baja
2. Bagian atap dan yang terendam tanah harus dilapisi dengan bahan kedap air.
3. Reservoir harus dibagi minimal 2 (dua), sebagai cadangan bila salah satu bak mengalami
kerusakan/ pencucian.
4. Bila data fluktuasi pemakaian air tidak dapat diperoleh, maka kapasitas reservoir minimal
15% dari kebutuhan air maksimum dalam 1 hari.
5. Tinggi bebas bak minimal diatas muka air, maksimal 30 cm.
6. Dasar bak minimal berjarak 15cm dari muka air minimum.
7. Kemiringan bak (didasarnya) 0,5 – 1% ke arah pipa penguras

12. Perhitungan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air

Anda mungkin juga menyukai