Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN AKHIR

Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

II.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH NASIONAL

eberhasilan pembangunan salah satunya sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi.
Karenanya sistem transportasi harus dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang
handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman
dan efisien dalam menunjang serta sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas
manusia, barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah
dan peningkatan hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. Transportasi memiliki fungsi sebagai penggerak,
pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana dan
prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia yang membentuk jaringan prasarana
dan jaringan pelayanan.

Oleh karena itu, keberadaan suatu wilayah nasional tidak terlepas dari sistem transportasi yang ada.
Wilayah nasional dengan berbagai subsistem akan tertata dalam suatu sistem yang baik apabilah didukung
oleh kondisi transportasi yang baik pula. Dalam hubungan antara sistem transportasi dengan system lainnya,
maka perencanaan transportasi merupakan bagian dari perencanaan umum yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Indonesia sebagai wilayah nasional, dihadapkan pada berbagai masalah dalam
perkembangan sektor pembangunan, khususnya yang mencakup perencanaan transportasi, rekayasa lalu
lintas dan angkutan umum. Penanganan masalah tersebut jika tidak dilakukan secara cepat dan tepat pada
akhirnya dapat menimbulkan permasalahan yang lain dan semakin rumit di masa yang akan datang.


II - 1
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

II.1.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF

Secara geografis, posisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berada diantara dua benua
yakni Benua Asia dan Benua Australia, dan dua Samudera yakni Samudera India dan Samudera Pasifik.
Indonesia merupakan Negara Bahari karena memiliki luas lautan sekitar 81 % dari luas wilayah keseluruhan
sebesar 9,8 juta km². Kondisi geografis tersebut menjadikan Indonesia berada pada jalur strategis
pergerakan lalu lintas antara kedua benua dan kedua samudera tersebut. Secara spasial, keragaman potensi
tersebut menyebabkan hasil-hasil pembangunan tidak berjalan secara serempak merata di seluruh wilayah
kepulauan. Kesenjangan antar wilayah masih cukup terasakan jika ditinjau dari tingkat kesejahteraan
penduduk dan ketersediaan sarana dan prasarana wilayahnya. Kendala wilayah berupa kondisi geografis
pun turut mempengaruhi laju perkembangan wilayah yang bersangkutan. Kondisi disparitas wilayah makin
terasa ketika wilayah nasional Indonesia didikotomikan dalam konteks agihan spasial pengembangan
wilayah yaitu Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Bila ditinjau dari segi administratif pemerintahan, sejak tahun 2005 indonesia terdiri dari 33 provinsi,
349 kabupaten, 91 kota, 5.277 kecamatan, dan 69.858 desa, dengan luas wilayah yang bervariasi antara
satu dengan lainnya. Terdapat disparitas dalam pembagian wilayah administrasi dibandingkan dengan luas
wilayahnya. Pulau Jawa yang luasnya hanya 6,95% dari seluruh wilayah Indonesia, memiliki jumlah
kabupaten/kota sekitar 29,41 % dari total seluruh kabupaten/kota, demikian juga dengan jumlah kecamatan
dan desa, masing – masing sekitar 40,50 % dan 35,48%. Artinya intensitas wilayah administrasi di Pulau
Jawa lebih besar dibandingkan dengan pulau lainnya. Kecenderungan yang moderat dimana persentase
luas area sebanding dengan persentase jumlah wilayah administrasi, adalah Pulau Sumatera, Bali, Nusa
Tenggara, dan Sulawesi. Kondisi yang relatif ekstrem adalah Pulau Kalimantan, Maluku Utara, Maluku dan
Pulau Papua, dimana dengan persentase luas wilayah yang tinggi dan jumlah wilayah administrasinya rata –
rata kurang dari 10%.

II.1.2. KONDISI PERSEBARAN PENDUDUK

Ditinjau dari aspek kependudukan, Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 tercatat sekitar
210,2 juta jiwa dengan rincian 205,8 juta jiwa penduduk bertempat tinggal tetap dan 421.399 jiwa yang tidak
bertempat tinggal tetap. Dimana pola distribusi penyebaran penduduk memiliki kemiripan dengan pola
distribusi PDRB. Hampir 80% penduduk indonesi terkonsentrasi dan bermukim dipulau sumatera dan pulau
jawa. Sementara 20 % sisanya bermukim di pulau – pulau lainnya. Hal ini mengakibatkan penyediaan
infrastruktur ekonomi lebih banyak terkonsentrasi di dua pulau tersebut, baik yang penyediaannya dilakukan
oleh swasta maupun pemerintah. Namun kesenjangan ini menjadikan penyediaan infrastruktur dikedua pulau
tidak terlalu rumit karena berada di suatu kawasan daratan yang relatif sudah mapan. Permukiman penduduk
selebihnya tersebar diberbagai pulau besar dan kecil di Kawasan Tengah dan Timur Indonesia, dan
berpotensi menimbulkan permasalahan dalam penyediaan infrastruktur dan suprastruktur transportasinya.


II - 2
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Konsentrasi demografi begitu mencolok terpusat di wilayah Pulau Jawa, dengan lebih dari 60%
populasinya menempati wilayah ini yang secara geografis hanya memiliki luas wilayah kurang lebih 6% dari
total wilayah nasional Indonesia. Aktivitas populasi dengan beragam jenisnya terfokus di wilayah ini, yang
pada selanjutnya membawa implikasi pada kebutuhan fasilitas berupa sarana dan prasarana pendukung
aktivitas penduduk yang semakin meningkat, seperti sarana dan prasarana perhubungan dan infrastruktur
dasar pada wilayah tersebut. Pulau Jawa masih dianggap sebagai pusat produksi dan konsumsi bagi
penduduk Indonesia secara umum, sehingga arus migrasi dari wilayah pulau lain ke pulau Jawa dan dari
daerah-daerah yang berada di dalam pulau Jawa itu sendiri, yang kondisi wilayahnya masih belum
berkembang, masih tetap berlangsung hingga saat ini.

Dampak laju pertumbuhan wilayah Pulau Jawa berkembang semakin kompleks, seperti meningkatnya
pencemaran, polusi udara, kemacetan lalu lintas, kemiskinan yang belum tertuntaskan, lingkungan
permukiman yang kumuh, dan juga dampak sosial seperti kriminalitas ikut meningkat. Kondisi semacam ini
nampaknya mulai berkembang di beberapa wilayah perkotaan di pulau-pulau lain seperti Pulau Sumatera
dan Bali.

II.1.3. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

Rencana tata ruang wilayah nasional atau RTRWN sebagai instrumen kebijakan pengembangan
spasial wilayah berperan sangat penting untuk mengarahkan perkembangan wilayah secara komprehensif,
terpadu, dan lintas sektoral. RTRWN memposisikan masing-masing wilayah atau kawasan berdasar potensi
yang dimilikinya, dengan tujuan untuk mengarahkan penyediaan infastruktur pada wilayah atau kawasan
bersangkutan. RTRWN memberikan arahan struktur tata ruang dan pemanfaatan potensi wilayah dalam
konteks makro nasional. Keterpaduan pengembangan wilayah menjadi salah satu perhatian utama dalam
memberikan orientasi program pembangunan wilayah dengan dukungan sektoral yang saling bersinergi.

Konsep makro arahan rencana pengembangan (pola pemanfataan dan struktur) wilayah secara
nasional. Dalam konsep ini, posisi Propinsi Maluku Utara menjadi bagian pengembangan wilayah nasional
yang memiliki peran sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

Secara hirarkis dalam konstelasi tata ruang wilayah nasional, wilayah Maluku Utara merupakan
bagian dari pengembangan spasial wilayah nasional secara makro. Secara mikro, tata ruang wilayah propinsi
tertuang di dalam konsep rencana tata ruang wilayah propinsi (RTRWP) yang di dalamnya memuat konsep,
arahan, dan strategi pengembangan wilayah secara komprehensif baik dalam konteks inter sektoral maupun
lintas sektoral. Propinsi Maluku Utara dengan karakteristik wilayah berupa kepulauan akan memiliki pola
yang spesifik dari sisi pengembangan (pemanfaatan) ruang wilayah dengan dukungan infrastruktur yang
selanjutnya menciptakan pola struktur tata ruang wilayahnya. Jejaring koneksi antar dan intra wilayah akan
sangat menentukan proses tumbuh dan berkembangnya wilayah tersebut.


II - 3
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

II.1.4. KEDUDUKAN PROVINSI MALUKU UTARA DALAM LINGKUP WILAYAH NASIONAL

Provinsi Maluku Utara berada dalam lingkup wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
pada Zona Wilayah Indonesia Bagian Timur. Dimana wilayah Indonesia sendiri terletak di antara Benua Asia
dan Australia terdiri dari 17.500 pulau yang tersebar diseluruh wilayah Nusantara. Kondisi geografis dan
perkembangan sosial ekonomi di Indonesia telah menyebabkan perkembangan pembangunan di berbagai
daerah Indonesia tidak merata. Kondisi ini mengakibatkan Kawasan Timur Indonesia tertinggal dibanding
Wilayah Indonesia Bagian Barat, terutama Pulau Jawa, Bali dan Sumatera.

Propinsi Maluku Utara mempunyai posisi yang sangat penting, terletak di salah satu bagian utara
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berbatasan langsung dengan negara tetangga (
Filipina ) serta memiliki kerja sama ekonomi antara Indonesia, Australia, dan Papua New Guinea bagi
pengembangan kawasan pasifik dengan konsep region state yang masih berjalan sampai saat ini.
Karasteristik wilayah Propinsi Maluku Utara itu sendiri adalah karakteristik geografis wilayah kepulauan.
Terdapat ratusan pulau – pulau besar dan kecil yang terdapat dalam wilayah administrasi Propinsi Maluku
Utara, serta berada dalam wilayah laut Indonesia bagian timur, mengakibatkan sistem tranportasi wilayah
memegang peranan penting terutama transportasi laut dan udara.

Untuk lebih jelasnya lihat kedudukan Provinsi Maluku Utara dalam Lingkup Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada Gambar II.1.

Gambar II.1. Wilayah Provinsi Maluku Utara Dalam


Lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


II - 4
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Propinsi Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 395 pulau besar dan kecil,
dengan komposisi sebanyak 64 pulau yang dihuni dan 331 pulau yang tidak dihuni. Provinsi Maluku Utara
memiliki luas wilayah berdasarkan data BPS adalah seluas 33.321,22 Km 2.

II.2. GAMBARAN UMUM WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA

Secara geografis Propinsi Maluku Utara terletak pada posisi koordinat 030 00’ 00” Lintang Utara
hingga 030 00’ 00” Lintang Selatan dan pada 1240 00’ 00” sampai 1290 00’ 00” Bujur Timur, sedangkan untuk
batasan-batasan wilayah administrasinya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Samudra Pasifik, dan Negara Palau (Filiphina).
Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Halmahera, dan Provinsi Irian Jaya Barat (Papua).
Sebelah Barat : berbatasan dengan Laut Maluku, Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Seram, dan Provinsi Maluku.

Secara administratif pemerintahan, wilayah Provinsi Maluku Utara dibagi kedalam 6 (enam) wilayah
administrasi Kabupaten dan 2 (dua) wilayah administrasi kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
II.1. dan Grafik II.1 mengenai luasan daratan dan lautan tiap kota/kabupaten, serta lihat juga Peta II.1.
mengenai Wilayah Administrasi Provinsi Maluku Utara.

Tabel II.1.
Persebaran Luas Wilayah Kabupaten/Kota
Di Provinsi Maluku Utara

Kabupaten/ Luas Daratan Luas Lautan


No.
Kota (Km2) (Km2)

1. Kota Ternate 250,85 5.549,55


2. Kota Tidore Kepulauan 956,40 4.293,20
3. Kab. Halmahera Utara 5.447,30 19.536,02
4. Kab. Halmahera Barat 2.612,24 11.623,42
5. Kab. Halmahera Tengah 2.276,83 6.104,65
6. Kab. Halmahera Selatan 8.779,32 31.484,40
7. Kab. Halmahera Timur 6.506,12 7.695,82
8. Kab. Kepulauan Sula 9.632,92 14.449,38

Jumlah 36.641,98 100.736,44

Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006


II - 5
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta II.1. Wilayah Administrasi


II - 6
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Luas Daratan Luas Lautan

Grafik II.1. Perbandingan Luas Daratan dan Luas Lautan tiap Kabupaten di Provinsi Maluku Utara

II.2.1. KONDISI TOPOGRAFI

Kondisi topografi di wilayah Provinsi Maluku Utara sebagian besar didominasi oleh dataran tinggi
dengan kondisi yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit, kondisi tersebut terbentuk dari pulau-pulau
vulkanik dan pulau karang, sedangkan sebagian wilayah lainya merupakan daratan yang relatif datar. Pulau
Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang relatif rapat yang dimulai persebarannya dari Teluk Kao,
Teluk Buli, Teluk Weda, Teluk Pahaye, dan Dodingga. Disetiap daerah banyak tersebar punggung gunung
yang merapat ke arah pesisir.

Sedangkan untuk daerah dataran yang luas banyak ditemui disekitar Teluk Buli (di wilayah timur)
hingga Teluk Kao (di wilayah utara) dan diwilayah pesisir barat mulai dari Teluk Jailolo ke arah utara dan
Teluk Weda ke arah selatan dan utara. Terdapat juga rangkaian pegunungan yang melandai kearah
kawasan pesisir pulau-pulau yang relatif sedang seperti pada daerah Obi, Morotai, Taliabu dan Bacan,
umumnya daratan yang luas di wilayah Provinsi Maluku Utara ini diselingi pegunungan yang cukup
bervariasi. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran gunung berdasarkan tinggi dan lokasi di Provinsi
Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel II.2. Lihat juga Peta II.2. mengenai Peta Topografi.

II.2.2. KONDISI JENIS TANAH

Jenis tanah yang terdapat di Propinsi Maluku Utara menunjukan sifat-sifat yang berbeda mulai dari
Morotai di bagian utara sampai Sulabesi di selatan yang disebabkan oleh faktor iklim (curah hujan dan suhu)
yang tinggi, dan struktur geologi. Adapun jenis tanah yang tersebar di daerah Maluku Utara antara lain :

1. Jenis tanah Mediteran terdapat di Pulau Morotai bagian barat, timur, dan selatan; serta Pulau Doi
Kecamatan Loloda.
2. Jenis Tanah Podosolik merah kuning, terdapat di Pulau Halmahera dari Utara ke Selatan, Tobelo, Ibu,
Obi bagian Timur, Sananan, Pulau Taliabu, Wasile, Oba, Weda dan Maba.


II - 7
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta II.2. Topogorafi


II - 8
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.2.
Persebaran Gunung Berdasarkan Tinggi dan Lokasinya
Di Provinsi Maluku Utara

Tinggi Gunung
No. Nama Gunung Lokasi
(m)
1. Gunung Gamalama (Berapi/Aktif) 1.025 Pulau Ternate
2. Gunung Tuanate 950 Pulau Moti
3. Gunung Sabatai 1.025 Pulau Morota
4. Gunung Tobaru 1.035 Pulau Halmahera
5. Gunung Batu Salat 2.619 Pulau Halmahera
6. Gunung Ibu (Berapi/Aktif) 1.325 Pulau Halmahera
7. Gunung Gamkonora (Berapi/Aktif) 1.635 Pulau Halmahera
8. Gunung Jailolo 1.130 Pulau Halmahera
9. Gunung Mamuya 1.269 Pulau Halmahera
10. Gunung Kie Basi (Berapi/Aktif) 962 Pulau Halmahera
11. Gunung Batu Sibelsa 2.111 Pulau Halmahera
12. Gunung Dukono (Berapi/Aktif) 1.050 Pulau Halmahera
12. Gunung Luku 1.060 Pulau Sula
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006

3. Jenis tanah Kompleks terdapat di Pulau Morotai bagian barat dan timur, Obi bagian tengah, Pulau
Halmahera bagian tengah sampati timur.
4. Jenis tanah Latosol terdapat di Loloda, Galela, Jailolo bagian Selatan, Gane Timur, Gane Barat, Bacan
Oba, Wasile, Weda dan Maba.
5. Jenis tanah Regosol terdapat di Loloda, Galela, Sahu, Kao, Pulau Ternate, Pulau Makian, Pulau Obi di
pesisir Utara.
6. Jenis Tanah Aluvial terdapat di Pulau Obi bagian barat, Pulau Taliabu.

II.2.3. KONDISI GEOLOGI DAN FISIOLOGI

Sebagian besar wilayah Propinsi Maluku Utara dibagian tengah dan bagian utara merupakan daerah
pegunungan dengan bahan induk bervariasi, bagian utara dan timur laut Semenanjung Halmahera
didominasi oleh pegunungan, semenanjung utara disusun oleh Formasi Gunung Apio (Andesit dan Batuan
Beku Basaltik). Pada semenanjung timur laut ditemukan batuan beku asam, basa dan ultra basa serta
batuan sedimen, daerah pegunungan merupakan bentangan lahan dengan puncak tajam dan punggung
curam tertoreh serta lereng yang curam (>40 %). Di semenanjung utara Pulau Halmahera terdapat barisan
gunung api aktif dan non aktif dengan bentuk dan struktur yang sangat khas. Pada bagian ini daratan alluvial


II - 9
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

tidak ditemukan, tetapi memasuki daerah Kao ditemukan daratan alluvial yang luas yakni pada daerah
pedalaman, daratan vulkanik yang berombak dan daratan alluvial berawa secara lokal.

Pulau Morotai memiliki banyak kesamaan dengan Pulau Halmahera bagian Utara dan Timur yang
dicirikan oleh gunung-gunung yang berkembang dari batuan sedimen dan batuan beku basa. Pada
semenanjung bagian Selatan Halmahera lebih didominasi oleh daerah gunung yang terutama berkembang
dari bahan-bahan sedimentasi naal dan batu gamping ( Marl dan Limestone ), dimana daerah ini terbentang
daratan sempit alluvial arah timur-barat. Kawasan sepanjang pantai Barat Halmahera terbentang sejumlah
pulau – pulau besar dan kecil yang terdiri dari Ternate Bagian Utara sampai Obi dibagian selatan. Pulau –
pulau kecil dibagian Utara umumnya merupakan daerah vulkanik yang tersusun dari bahan andesit dan
batuan beku basaltic dengan lereng curam (30 – 45 %) sampai sangat curam (>45%).

Kelompok Pulau – Pulau Bacan mempunyai bentangan lahan pegunungan yang sama dengan
Halmahera Utara yaitu batuan beku basa dan batuan metamorfosik. Batuan metamorfosik, walaupun
menyebar secara lokal tetapi merupakan batuan induk dominan pada daerah ini. Sepanjang pesisir terdapat
dataran pantai yang sempit, dan bagian tengah dari pusat Pulau Bacan dibentuk oleh daratan alluvial.
Bentang lahan Pulau Obi mengikuti pola yang sama, dimana bagian tengah didominasi oleh daerah
pegunungan dengan bahan penyusunya batuan beku basa diapit oleh deretan perbukitan dari batuan
sedimen. Kelompok Kepulauan Sulawesi mempunyai struktur yang sama tetapi memiliki susunan bahan
induk yang berbeda sebagian Pulau Taliabu dan Pulau Sanana merupakan daerah pegunungan dengan
puncak tajam dan lereng yang curam, berkembang terutama dengan batuan metamorfik.

Untuk lebih jelasnya lihat Peta II.3 mengenai kondisi geologi di Provinsi Maluku Utara.

II.2.4. KONDISI HIDROLOGI

Sedangkan untuk kondisi hidrologinya, Maluku Utara dilalui oleh 98 aliran sungai yang tersebar di
seluruh Pulau Maluku Utara, selain aliran sungai, wilayah Provinsi Maluku Utara memiliki danau sejumlah 6
danau yang tersebar di Pulau Ternate dan Pulau Halmahera. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran
sungai-danau dapat dilihat pada Tabel II.3 dan II.4.

II.2.5. KONDISI KLIMATOLOGI

Untuk keadaan klimatologinya, iklim di Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan berdasarkan data
dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Meteorologi Babullah tahun terkahir (2006) dapat
diuraikan sebagai berikut :

A. Temperatur Udara.
Untuk temperatur udara di Provinsi Maluku Utara adalah antara 23,50 C – 31,70 C. Dimana untuk
tempertur rata-rata terbesar terjadi pada Bulan Juli sebesar 27, 40 C. Temperatur minimum dan
maksimum pada bulan tersebut masing-masing sebesar 24,10 C dan 31,10 C.


II - 10
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta II.3. Peta Geologi


II - 11
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.3.
Persebaran Sungai Utama Berdasarkan Panjang dan Aliran Sungainya Di Provinsi Maluku Utara

Panjang Panjang
No. Sungai Lokasi DAS No. Sungai Lokasi DAS
(m) (m)
1 Age Togorora Ternate Utara 5,0 50 Ake Torogon Oba 20,0
2 Ake Takome P. Ternate 4,8 51 Ake Kao Kao 50,0
3 Ake Kolebale P. Ternate 5,0 52 Ake Dora Kao 20,0
4 Nguai Pilatu P. Ternate 3,7 53 Ake Bong Kao 12,0
5 Hawa Madeho P. Ternate - 54 Ake Tum Kao 14,0
6 Tobololo P. Ternate 8,2 55 Ake Mawae Kao 13,0
7 Dufa-Dufa Ternate Utara 1,5 56 Ake Tuba Tobelo 8,0
8 Sangadji Ternate Utara 2,2 57 Ake Mede Tobelo 15,0
9 Sabla Besar Ternate Utara 2,5 58 Ake Togawa Tobelo 16,0
10 Soasio Ternate Utara 2,8 59 Ake Dolady Tobelo 10,0
11 Marikurubu Kota Ternate 3,5 60 Ake Ibu Tobelo 7,0
12 Toboko Kota Ternate 1,2 61 Ake Lamo Jailolo 30,0
13 Ake Telolo Kota Ternate 1,8 62 Ake Diati Jailolo 8,0
14 Ake Bastiong Kota Ternate 1,6 63 Ake Lama Akelamo 16,0
15 Srobo Ternate Selatan 2,1 64 Ake Mangura Mafa 14,0
16 Kalumata Ternate Selatan 1,1 65 Ake Luing Akelamo 2,5
17 Fitu Ternate Selatan 1,2 66 Ake Fatti Lawui 15,0
18 Gambesi Ternate Selatan 1,3 67 Ake Fluk Lawui 10,0
19 Sasa kecil Ternate Selatan 1,5 68 Ake Widi Besar Lawui 60,0
20 Sasa Besar Ternate Selatan 1,5 69 Ake Rica Lawui 75,0
21 Kastela Ternate Selatan 2,8 70 Ake Ori Lawui 6,0
22 Tiley Daruba 7,5 71 Ake Baru Lawui 12,0
23 Sabatai Daruba 12,5 72 Ake Kawasi Lawui 20,0
24 Bomban Daruba 19,0 73 Ake Lower Lawui 11,0
25 Tawakale Daruba 5,0 74 Tabapoma Bacan 18,5
26 Hawa Medaho Daruba 25,0 75 Bibinoi Kecil Bacan 21,0
27 Tobololo Daruba 15,0 76 Bibinoi Besar Bacan 24,0
28 Ake Parlama Wasiley 17,0 77 Songa Bacan 21,0
29 Ake Soalat Wasiley 15,0 78 Wayaua Bacan 10,5
30 Ake Subaim Wasiley 12,0 79 Tawalua Bacan 8,3
31 Ake Mancalele Wasiley 8,0 80 Sayoang Bacan 26,0
32 Ake Opyang Wasiley 22,0 81 Sawadai Bacan 8,8
33 Ake Dodaga Wasiley 27,0 82 Penamboang Bacan 9,2
34 Ake Tulling Wasiley 22,0 83 Toakona Bacan 9,0
35 Ake Lolobata Wasiley 12,0 84 Gandasuli Bacan 18,6
36 Ake Gagaeli Wasiley 18,0 85 Kupal Bacan 16,4
37 Ake Parmalango Maba 42,0 86 Mandaong Bacan 21,5
38 Ake Onat Maba 45,0 87 Sungera Bacan 23,0
39 Ake Gan Maba 10,0 88 Awanggo Bacan 24,0
40 Ake Sangadji Maba 60,0 89 Amasing Kali Bacan 16,4
41 Ake Terwele Maba 23,0 90 Galela Bacan 6,0
42 Ake Wali Maba 28,0 91 Tabalema Bacan 15,0
43 Ake Annas Patani 25,0 92 Tabamoi Bacan 21,0
44 Ake Kobe Weda 17,0 93 Akademo Bacan 4,5
45 Ake Magata Weda 7,5 94 Sumea Bacan 13,5
46 Ake Tilope Weda 17,0 95 Kaputusang Bacan 17,3
47 Ake Baler Oba 26,0 96 Nondang Bacan 16,0
48 Ake Lamo Oba 13,0 97 Geti Baru Bacan 19,5
49 Ake Oba Oba 12,0 98 Goro-Goro Bacan 22,5
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006


II - 12
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.4.
Persebaran Danau Berdasarkan Lokasinya
Di Provinsi Maluku Utara

No. Danau Lokasi

1 Danau Laguna (Ngade) Pulau Ternate


2 Danau Tolire Besar Pulau Ternate
3 Danau Tolire Kecil Pulau Ternate
4 Danau Putera Pulau Halmahera
5 Danau Puteri Pulau Halmahera
6 Danau Duma Pulau Halmahera
Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006

Sedangkan untuk tempertur rata-rata terkecil terjadi pada Bulan September dengan terperatur rata-
rata sebesar 26,10 C, pada Bulan September temperatur udara maksimum diketahui sebesar 30 0 C
dan temperatur udara minimum sebesar 23,60 C.

B. Kelembaban Udara.
Untuk kelembaban udara di Provinsi Maluku Utara rata-rata adalah sebesar 81% dengan kelembaban
terendah terjadi pada Bulan Agustus sebesar 72% dan kelembaban terbesar terjadi pada Bulan Juni
sebesar 87%.

C. Penyinaran Matahari.
Kemudian untuk intensitas penyinaran matahari rata-rata adalah sebesar 61% dengan penyinaran
terendah sebesar 43% di Bulan Januari serta penyinaran terbesar pada Bulan Oktober sebesar 83%.

D. Kecepatan Angin
Kecepatan angin di Provinsi Maluku Utara terjadi antara 3 hingga 6 knots dengan kecepatan rata-rata
sebesar 4 knots, untuk kecepatan angin rata-rata terendah terjadi pada Bulan Mei, Juni, November
dan Desember masing-masing sebesar 3 knots, dan kecepatan angin terbesar terjadi pada Bulan
Agustus sebesar 6 knots. Sedangkan untuk arah angin rata-rata yang terjadi di Provinsi Maluku Utara
yakni antara 200 pada Bulan Mei hingga 3500 pada Bulan Januari.

E. Curah Hujan dan Hari Hujan


Curah hujan rata-rata pada tahun 2006 di Maluku Utara adalah sebesar 141 mm dengan jumlah hari
hujan rata-rata sebanyak 15 hari. Untuk curah hujan terendah sebesar 4 mm dengan jumlah hari
hujan sebanyak 1 hari hujan yang terjadi pada Bulan Oktober, sedangkan untuk curah hujan
maksimum/terbesar terjadi pada Bulan Juni sebesar 390 mm dengan hari hujan sebanyak 24 hari.


II - 13
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

F. Tekanan Udara
Untuk Tekanan Udara pada tahun 2006, tercatat rata-rata sebesar 1010,7 mb dengan jumlah tekanan
udara terbesar terjadi pada Bulan Oktober sebesar 1012,3 mb, sedangkan untuk tekanan udara
terendah terjadi pada Bulan 1010,0 mb.

G. Penguapan Rata-Rata
Kemudian untuk tingkat penguapan rata-rata di wilayah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2006
adalah sebesar 150 dengan penguapan terbesar terjadi pada Bulan Agustus sebesar 202,6 dan
penguapan terendah Juni sebesar 111,0.

Lebih jelasnya mengenai kondisi klimatologi secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel II.5.

II.2.6. KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI LAUT

Secara administrasi luas wilayah perairan Propinsi Maluku Utara kurang lebih 106.977,32 km2 atau
sekitar 77% dari luas wilayahnya secara keseluruhan. Gugusan kepulauan Maluku Utara terdiri dari
Kepulauan Morotai, Halmahera, Bacan, Gane, Obi, dan Kepulauan Sula. Namun demikian, secara
keseluruhan kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau besar dan kecil yang berjumlah sekitar 395 buah pulau.

Beberapa parameter fisik dan kimia dapat menggambarkan karakteristik oceanografi di perairan
Maluku Utara dan dipengaruhi oleh karakter laut yang berbatasan dengan wilayah Propinsi Maluku Utara.
Hampir sebagian besar wilayah ini memiliki pantai yang curam dan terjal, terutama pada beberapa daerah
pantai yang berbatasan langsung dengan Laut Maluku, Laut Seram dan Lautan Pasifik, misalnya Pantai
Barat Pulau Halmahera, Pantai Utara Halmahera, Pantai Barat Kepulaun Sula dengan kedalaman mencapai
antara 200 – 720 meter. Sedangkan pada beberapa daerah atau perairan pantai yang terlindungi dan
memiliki topografi yang landai kedalamannya tidak lebih dari 200 meter. Lebih rinci lagi karakteristik perairan
di Propinsi Maluku Utara seperti diuraikan sebagai berikut :

A. Sifat Fisik Air Laut


Hela dan Laevastu (1970) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu permukaan air
laut adalah arus permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang, pergerakan konveksi, up welling,
divergensi, konvergensi muara terutama pada daerah lestari, dan sepanjang garis pantai, dan
perubahan bentuk es di kutub. Sumber panas utama laut berasal dari matahari. Daerah-daerah yang
paling banyak menerima panas adalah daerah yang terletak pada lintang 0 o. Oleh karena itu suhu air
laut paling tinggi di temukan sekitar ekuator, dan semakin ke kutub suhu air laut makin rendah. Sebaran
suhu secara menengah terbagi dua lapisan yaitu lapisan troposfir dan stratosfir. Lapisan pertama
terdapat pada permukaan laut sampai kedalaman sekitar 600 - 1000 meter. Lapisan kedua berada
dibawah lapisan itu sampai dasar laut. Pada bagian troposfir terdiri dari lapisan percampuran,
(mixeder), lapisan terinoklin, dan lapisan dibawah terinoklin.


II - 14
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel 2.5. Klimatologi


II - 15
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

B. Salinitas
Pengaruh salinitas dalam air laut antara lain dalam perubahan skala kecil seperti tekanan, fluktuasi
suhu, penyebaran massa air. Sedangkan pengaruh dalam skala besar di tunjukkan seperti pada titik
pembekuan, kerapatan, suhu dan kerapatan maksimum serta daya hantar listrik. Perbedaan salinitas
disebabkan oleh proses evaporasi, presipitasi, pembentukan dan pencairan es akan menyebabkan
densitas berubah serta akan menghasilkan gradient tekanan mendatar yang menimbulkan arus. Di
perairan dalam salinitas akan menunjukkan variasi yang kecil.
Salinitas di Perairan Maluku berkisar antara 32,5 - 33,5 promil. Salinitas makin dalam juga tidak banyak
perubahan yaitu berkisar antara 34 - 34,5 promil. Variasi tahunan salinitas yaitu sekitar 2 promil
(Surbakti, 1999). Sedangkan di perairan Maluku Selatan kondisi salinitas berkisar antara 25 – 30 promil.
Kedaan ini banyak dipengaruhi oleh masukan air tawar. Namun pada saat surut salinitas mencapai 35
promil.

C. Densitas
Aspek penting dalam menentukan densitas air laut adalah suhu, salinitas, dan tekanan. Densitas akan
turun jika suhu naik dan akan bertambah besar jika tekanan dan salinitas meningkat. Biasanya jika
suhu makin rendah maka kerapatan akan meningkat. Selain itu kenaikan salinitas juga dapat
meningkatkan nilai kerapatan dari massa air laut walaupun tidak sekuat pengaruh suhu.

D. Arus
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air oleh
perbedaan energi potensial. Kadaan arus laut umumnya terjadi akibat pengaruh beberapa gaya yang
bersamaan yang terdiri dari arus tetap, arus periodik (pasut) dan arus angin. Bishop (1984) menyatakan
bahwa gaya yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradient tekanan, gaya coriolis, gaya
gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.
Pola Arus Perairan Maluku menurut P30-LIPI Ambon tahun 1992 bahwa pola arus dipengaruhi oleh
pasang surut, dimana kecepatan arus rataan waktu pasang-surut 7–8 cm/dt di daerah pesisirnya, dan
waktu pasang 11 cm/dt. Keadaan ini di pengaruhi rataan dan sedimentasi di pesisir pantainya.
Sedangkan untuk kondisi arus di Teluk Labuha dan Halmahera dapat didekati dengan ramalan arus
pada Selat Capalulu. Kecepatan arus di Selat Capalulu cukup tinggi yaitu pada Bulan Januari mencapai
90 mil/jam dan terendah mencapai nol. Karena letak Selat Bacan agak jauh dari Selat Capalulu dan
dikelilingi oleh pulau-pulau kecil, maka kekuatan arus pasut di Teluk Bacan tidak sehebat yang terjadi di
Selat Capalulu.
Pada siang hari arus dan pasut di Maluku Utara sangat bervariasi, sedangkan arus lokal ke arah
Selatan sampai Barat. Angin dan arus terlihat relatif tidak berkorelasi sehingga dapat disimpulkan
bahwa arus pada saat tersebut lebih dominan di sebabkan oleh tenaga pasut.


II - 16
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

E. Pasang-Surut
Tipe pasang surut Laut Maluku secara umum adalah tipe pasang campuran dominasi ganda. Yaitu
mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut pada interval waktu yang sama. Keadaan ini di sebabkan oleh
adanya interaksi antara lokasi pengamatan dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Laut
Maluku menerima pasut barasal dari Samudera Pasifik yang merambat melalui laut dalam, sehingga
tipe pasutnya cenderung mengikuti keadaan di daerah tersebut yang secara umum bertipe campuran
dominansi ganda.
Pola pasut di beberapa tempat di Maluku Utara seperti Teluk Labuha diperkirakan memiliki ciri yang
sama dengan pola pasut di perairan Pantai Barat Halmahera secara keseluruhan. Pola pasut di sini
merupakan rambatan pasut dari perairan yang jauh lebih luas yaitu Lautan Pasifik. Untuk sampai di
Teluk Labuha dan Halmahera dapat melalui dua kemungkinan. Pertama, Melalui Teluk Maluku, masuk
ke Selat Obi dari arah barat, selanjutnya masuk ke Selat Bacan dari arah Selatan. Kedua, melalui Laut
Seram di sebelah Selatan Halamahera, kemudian membelok ke Barat memasuki Selat Obi dan menuju
Selat Bacan.
Di sebelah Utara Selat Bacan di batasi oleh celah-celah sempit dan oleh pulau-pulau kecil seperti Pulau
Obi, Pulau Pacitaka, dan Parapotong. Melihat kondisi tersebut, rambatan pasut menuju Selat Bacan
lebih terbuka dari arah selatan di bandingkan dari utara.

F. Derajat Keasaman (pH)


Nilai pH perairan Maluku berkisar antara 6 - 7. Penurunan pH sampai 6 di sebabkan oleh proses
perombakan sisa tumbuhan oleh mikroorganisme, sehingga pH cenderung menurun pada garis pantai.
Pada substrat pH juga mencapai keadaan 5 - 8, yang berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar.

G. Sifat Kimia Air Laut Perairan Teluk Bacan dan Halmahera


Bentuk senyawa nitrogen di dalam perairan diantaranya adalah Nitrat, Nitrit, Amoniak, Ammonium.
Senyawa Nitrogen dalam bentuk Nitrit, umumnya dijumpai dalam kadar yang relatif kecil dan kurang
stabil sehingga apabila kandungan Oksigen tinggi, Nitrit akan berubah menjadi Nitrat, sedangkan
apabila kadungan Oksigen rendah akan berubah menjadi Ammonia yang bersifat racun bagi organisma
perairan. Kandungan Nitrit, Nitrat dan Amonia berturut-turut berkisar antara 0,020 mg/l sampai dengan
0,102 mg/l; 0,001 mg/l sampai dengan 0,002 mg/l dan 0,013 mg/l sampai dengan 0,014 mg/I.
Kandungan Nitrit dan Ammonia di perairan masih dibawah baku mutu. Sedangkan kandungan Nitrat
yang tinggi akan mendukung produktifitas perairan, terutama dimanfaatkan oleh plankton.
Unsur Sulfure di perairan antaranya Ion Sulfat (SO4) dan Sulfida (S). Persenyawaan yang tejadi apabila
dalam kondisi anaerobik akan menghasilkan senyawa yang bersifat toksik bagi organisme perairan.
Hasil Analisis Sulfat dan Sulfida berturut-turut berkisar antara 334,85 mg/l sampai dengan 337,85 mg/l
dan 0,010 mg/l (Sulfida). Kandungan Sulfat yang relatif tinggi umumnya di temukan pada air laut yang
berasal dari mineral alami seperti gips dan lainnya (Usaha Mina, 1993).


II - 17
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Hasil analisis minyak dan lemak nilainya lebih kecil dari 0,20 mg/l ini banyak di temukan di sekitar
kegiatan pengalengan ikan Usaha Mina Persero, di Teluk Labuha. Lemak dan Minyak akan
berpengaruh terhadap ekosistem biota perairan, dimana akan menutupi lapisan permukaan air.
Sehingga dapat menghambat penetrasi cahaya matahari, menghambat proses pertukaran gas antara
air dan udara.
Kandungan oksigen di perairan memiliki peranan yang sangat penting dalam respirasi organisme
perairan ataupun dalam proses penguraian agar tidak menghasilkan senyawa yang beracun. Oksigen
terlarut dapat bersumber dari hasil fotosintesa fitoplankton dan difusi langsung dari udara. Kandungan
oksigen terlarut menunjukkan produktifitas yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan
oksigen yang pernah di ukur di sekitar Teluk Bacan dan Teluk Halmahera berkisar antara 4,761 mg/l
sampai dengan 6,347 mg/I.
BOD memperlihatkan kandungan oksigen yang dibutuhkan dalam mereduksi bahan-bahan organik
maupun anorganik secara biokimia. COD menggambarkan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan dalam
proses perombakan bahan organic secara kimiawi. Hasil analisis BOD 5 dan COD di perairan Maluku
Utara yang menjadi amatan yaitu di Teluk Halmahera dan Teluk Bacan. Didapatkan nilai berturut-turut
berkisar antara 6,56 mg/l sampai dengan 8,54 mg/l dan 140,40 mg/l sampai dengan 151,28 mg/l, nilai
kandungan ini telah melebihi batas yang diperbolehkan untuk budidaya perikanan laut. Relatif tingginya
nilai COD di sebabkan oleh kandungan garam mineral yang lebih tinggi dan bukan di sebabkan oleh
limbah (Usaha Mina, 1993).
Unsur logam di perairan dapat berasal dari proses perombakan, pelapukan atau buangan dari kegiatan
perkapalan. Unsur-unsur logam yang termasuk kategori logam berbahaya yaitu Cu, Cd, Cr+6 dan Pb.
Kandungan yang pemah teramati di Teluk Halmahera dan Labuha yaitu 0,007 mg/l sampai dengan
0,009 mg/l (Cu); 0,041 mg/l sampai dengan 0,044 mg/l (Cd); Lebih kecil dari 0,006 mg/l (Cr); dan 0,137
mg/l sampai dengan 0,191mg/l (Pb). Terlihat bahwa unsur Pb dan Cd lebih tinggi dari unsur yang di
perbolehkan di perairan.

II.2.7. POLA PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Pada dasarnya penataan ruang wilayah adalah pengaturan penggunaan lahan yang ada di wilayah
tersebut. Sehubungan dengan itu penggunaan lahan yang ada jadi pertimbangan dalam penataan guna
lahan selanjutnya.

Pola penggunaan lahan suatu wilayah, pada dasarnya menggambarkan kegiatan masyarakat di
wilayah atau daerah yang bersangkutan. Secara umum pola penggunaan tanah dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kawasan terbangun dan tak terbangun. Kawasan terbangun meliputi penggunaan tanah
yang sudah ada bangunannya, misalnya perumahan, fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial. Kawasan tak


II - 18
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

terbangun, menggambarkan penggunaan tanah yang belum ada bangunan seperti sawah, semak belukar
dan sebagainya.

Pola pemanfaatan ruang yang dalam hal ini adalah pemanfaatan penggunaan lahan di Provinsi
Maluku Utara sangatlah bervariasi, namun diantaranya terdapat dominasi oleh penggunaan lahan berupa
hutan dengan luas 3.032.009 Ha (87,45 %) dan berikutnya adalah perkebunan dengan luas 245.747 Ha (709
%), sedangkan penggunaan lahan terkecil adalah areal pesawahan hanya seluas 459 Ha (0,01 %).
Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun berupa kampung/pemukiman menempati lahan dengan
propinsi yang relatif kecil. Dilihat penyebarannya, kampung/pemukiman tersebar di seluruh kabupaten dan
yang terluas berada di Kabupaten Halmahera Utara dan Kota Ternate. Lebih jelasnya mengenai penggunaan
lahan di Propinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel II.6 dan Tabel II.7. lihat juga Peta II.4 mengenai peta
penggunaan lahan di Provinsi Maluku Utara.

II.2.8. STRUKTUR WILAYAH

Berdasarkan kondisi yang ada di Provinsi Maluku Utara secara eksisting pada tahun terakhir (Draft
Revisi RTRW Provinsi Maluku Utara Tahun 2006), dapat diketahui keberadaan Struktur Wilayah Maluku
Utara berdasarkan pola ruang yang ada sebagai berikut :

1. Pusat Perkembangan Wilayah


Sebagai pusat pengembangan wilayah terdapat di Provinsi Maluku Utara, Kota Ternate yang berperan
sebagai pusat pelayanan umum baik seperti pelayanan perdagangan dan jasa, pelayanan kesehatan,
dan pelayanan pendidikan, serta pusat pelayanan pemerintahan, juga merupakan lingkungan
pemukiman yang padat dibandingkan dengan kawasan lainnya.

2. Sub Pusat Perkembangan


Sub pusat kota terdapat ditiap ibukota kabupaten/kota, fungsi dan perannya sebagai pelayanan
kegiatan pendidikan, industri, perdagangan lokal kabupaten/kota, fasilitas umum, pertanian/perkebunan
dan pemukiman yang mempunyai kepadatan sedang-kecil dibandingkan dengan pusat perkembangan
wilayah.

Dimana untuk sistem pusat-pusat perkembangan di Provinsi Maluku Utara dibagi berdasarkan hierarki
kota sebagai berikut :

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Kota Orde I. yakni :


a. Ternate (Kota Ternate)
b. Sofifi (Kota Tidore Kepulauan)
c. Soasio (Kota Tidore Kepulauan)


II - 19
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel 2.6. Penggunaan lahan


II - 20
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel 2.7. Persentase penggunaan lahan


II - 21
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta II.4. Peta Penggunaan Lahan


II - 22
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yakni :


a. PKL I atau Kota Orde II
Tobelo (Kab. Halmahera Utara)
Jailolo (Kab. Halmahera Barat)
Maba (Kab. Halmahera Timur)
Labuha (Kab. Halmahera Selatan)
Sanana (Kab. Kepulauan Sula)
Weda (Kab. Halmahera Tengah)

b. PKL II atau Kota Orde III


Bere-Bere (Kab. Halmahera Utara) Babang (Kab. Hal. Selatan)
Galela (Kab. Halmahera Utara) Saketa (Kab. Hal. Selatan)
Kao (Kab. Halmahera Utara) Buli (Kab. Hal. Timur)
Kedi (Kab. Halmahera Barat) Bobong (Kab. Kep. Sula)
Tongutesungi (Kab. Halmahera Barat) Dofa (Kab. Kep. Sula)
Susupu (Kab. Halmahera Utara) Payahe (Kota Tidore Kepulauan)
Guruapin (Kab. Halmahera Selatan) Patani (Kab. Hal. Tengah)
Laiwui (Kab. Halmahera Selatan) Subaim (Kab. Hal. Timur)

4. Kota Fungsi Khusus.


a. Sidangoli (Kabupaten Halmahera Barat)
b. Falabisahaya (Kabupaten Kepulauan Sula)
c. Pulau Gebe (Kabupaten Halmahera Timur)
d. Daruba (Kabupaten Halmahera Utara)

Struktur ruang ini masih belum baku, karena proses Revisi RTRW Provinsi Maluku Utara masih dalam tahap
penyusunan dan perlu untuk dikaji kembali mengenai kesesuaiannya dengan Revisi Dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Tahun 2006 dan kondisi saat ini serta perkiraanya dimasa mendatang
yang menempatkan Kota Sofifi sebagai Ibukota Provinsi Maluku Utara.

Untuk lebih jelasnya mengenai struktur wilayah berdasarkan hierarki kota-kota di Provinsi Maluku Utara
dapat dilihat pada Peta II.5.

II.2.9. KONDISI SOSIAL KEPENDUDUKAN

Dengan adanya beragam karateristik dari aspek kependudukan yang ada maka kondisi
kependudukan yang ada dapat dibagi menjadi berikut :


II - 23
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta 2.5. struktur hierarki kota


II - 24
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara masih belum merata pendistribusiannya. Dimana pada
tahun terakhir yakni tahun 2005/2006 jumlah penduduk di provinsi ini sebanyak 884.142 jiwa dengan
jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Halmahera Utara dengan jumlah penduduk
sebanyak 173.343 jiwa dan distribusi jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kabupaten
Halmahera Tengah dengan jumlah penduduk sebanyak 32.071 jiwa. Sedangkan untuk jumlah
kepadatan penduduk di Provinsi Maluku Utara mencapai 828 Jiwa/Km2.

Untuk wilayah kabupaten/kota yang paling padat atau memiliki kepadatan penduduk terbesar adalah
pada Kota Ternate dengan jumlah kepadatan penduduk sebesar 625 Jiwa/Km 2. Sedangkan untuk
kepadatan penduduk terendah adalah Kabupaten Halmahera Timur dengan kepadatan penduduk
sebesar 9 jiwa/km2.

Mengenai Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel II.8
dan Grafik II.2 - Grafik II.3 serta untuk Peta Persebaran Penduduk lihat pada Peta II.6.

Tabel II.8.
Jumlah, Kepadatan dan Persebaran Penduduk
Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.
Kepadatan Persebaran
Kabupaten/ Jml Penduduk Luas Wilayah
No. Penduduk Penduduk
Kota (Jiwa) (Km2)
(Jiwa/Km2) (%)

1. Kota Ternate 156.735,00 250,85 625 75,45

2. Kota Tidore Kepulauan 78.025,00 956,40 82 9,85

3. Kab. Halmahera Utara 172.298,00 5.447,30 32 3,82

4. Kab. Halmahera Barat 91.540,00 2.612,24 35 4,23

5. Kab. Halmahera Tengah 32.071,00 2.276,83 14 1,70

6. Kab. Halmahera Selatan 170.180,00 8.779,32 19 2,34

7. Kab. Halmahera Timur 56.836,00 6.506,12 9 1,05

8. Kab. Kepulauan Sula 124.182,00 9.632,92 13 1,56

Jumlah 881.867,00 36.641,98 828 100

Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006


II - 25
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat peta 2.6. persebaran jumlah penduduk


II - 26
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Grafik II.2. Perbandingan Jumlah Penduduk Tiap Kota/Kabupaten Provinsi Maluku Utara

Grafik II.3. Perbandingan Kepadatan Penduduk Tiap Kota/Kabupaten Provinsi Maluku Utara

B. Jumlah Penduduk Menurut Rumah Tangga (RT/KK)


Untuk jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara berdasarkan jumlah Rumah Tangga (RT) atau
Kepala Keluarga (KK) pada tahun 2005/2006 sebanyak 203.248 RT. Dimana untuk jumlah RT
terbanyak terdapat di Kota Ternate yakni sebanyak 41.552 RT, sedangkan untuk jumlah RT terendah
adalah sebanyak 3.980 RT di Kabupaten Halmahera Tengah.

Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran jumlah rumah tangga di Provinsi Maluku Utara dapat
dilihat pda Tabel II.9 dan Grafik II.4.


II - 27
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.9.
Jumlah Rumah Tangga (RT) dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga
Tiap Kota/Kabupaten di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.

Rumah
Kabupaten/ Rata-Rata
No. Tangga
Kota Anggota RT
(RT)
1. Kota Ternate 41.552 4
2. Kota Tidore Kepulauan 16.672 5
3. Kab. Halmahera Utara 37.872 5
4. Kab. Halmahera Barat 22.992 4
5. Kab. Halmahera Tengah 3.980 8
6. Kab. Halmahera Selatan 34.896 5
7. Kab. Halmahera Timur 12.884 4
8. Kab. Kepulauan Sula 32.400 4

Jumlah/Rata-Rata 203.248 5

Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006

Grafik II.4. Perbandingan Jumlah RT Tiap Kota/Kabupaten Provinsi Maluku Utara

C. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara menurut jenis kelamin pada tahun 2005/2006 yakni
penduduk dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, dimana untuk penduduk
jenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 452.127 jiwa, sedangkan untuk jumlah penduduk dengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 429.740 jiwa.

Dimana untuk jumlah penduduk laki-laki terbesar terdapat di Kabupaten Halmahera Utara sejumlah
89.128 jiwa sedangkan untuk jumlah terkecil penduduk laki-laki terdapat di Kabupaten Halmahera
Tengah sejumlah 16.588 jiwa. Sedangkan untuk penduduk perempuan terbanyak terdapat di


II - 28
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Kabupaten Halmahera Selatan sebanyak 83.636 jiwa dan yang terendah sebanyak 15.483 jiwa di
Kabupaten Halmahera Tengah. Mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel II.10 dan Grafik II.5.

Tabel II.10.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tiap Kota/Kabupaten di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.

Kabupaten/ Laki-Laki Perempuan Jumlah


No.
Kota (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1. Kota Ternate 80.482 76.253 156.735
2. Kota Tidore Kepulauan 38.702 39.323 78.025
3. Kab. Halmahera Utara 89.128 83.170 172.298
4. Kab. Halmahera Barat 48.352 43.188 91.540
5. Kab. Halmahera Tengah 16.588 15.483 32.071
6. Kab. Halmahera Selatan 86.544 83.636 170.180
7. Kab. Halmahera Timur 28.834 28.002 56.836
8. Kab. Kepulauan Sula 63.497 60.685 124.182
Jumlah 452.127 429.740 881.867

Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006

Grafik II.5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelaminnya Provinsi Maluku Utara

D. Perkembangan Penduduk Oleh Program Transmigrasi


Faktor lain yang mempengaruhi kondisi kependudukan di suatu wilayah adalah adanya penempatan
kawasan transmigrasi yang menampung kepindahan penduduk dari luar. Pelaksanaan program
transmigrasi yang diarahkan ke Propinsi Maluku Utara akan mempengaruhi distribusi penduduk.
Berdasarkan Dinas Tenaga Kerja dan Tranmigrasi Kabupaten Halmahera Tengah dan Surat


II - 29
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Keputusan Gubernur Maluku Utara Nomor 475-512 tanggal 17 Juni 1996, ternyata Kabupaten
Halmahera Tengah masih memiliki cardangan areal transmigrasi di Desa Sagea, Kecamatan Weda,
seluas 3.000 Ha dengan daya tampung 1.500 KK, tersebar di 3 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).

Program penempatan transmigrasi di Kabupaten Halmahera Tengah telah dilaksanakan sejak Pelita
III tahun 1981-1982 sampai pada awal Pelita IV. Secara keseluruhan, penempatan transmigrasi
sebanyak 5.895 KK atau 21.883 jiwa yang tersebar pada 19 UPT. Saat ini 19 UPT tersebut telah
diserahkan ke Pemda sebanyak 13 UPT dengan jumlah 4.337 KK atau 17.613 jiwa dan sisa 6 UPT
dengan jumlah 1.320 KK atau 4.909 jiwa masih dalam pembinaan. Setelah terjadi pemekaran wilayah,
terjadi pemisahan yakni 4 UPT berada di wilayah Halmahera Timur dan 2 UPT lainnya di wilayah
Halmahera Tengah.

UPT yang telah diserahkan ke Kabupaten Halmahera Timur yaitu UPT yang penempatannya pada
tahun 1981 yakni UPT Wasilei A dengan 400 KK atau 1.778 jiwa dan UPT Wasilei D sebanyak 400 KK
atau 1.663 jiwa. Selain itu juga UPT yang penempatannya tahun 1982 yakni UPT Wasilei B sebanyak
500 KK atau 2.247 jiwa, UPT Wasilei C 400 KK atau 1.697 jiwa, UPT Wasilei E dan UPT Wasilei F
yang penempatannya pada tahun 1984 masing-masing 326 KK atau 1.224 dan 238 KK atau 937 jiwa.
Untuk UPT Ekor G1 dengan jumlah 240 KK atau 1.058 jiwa dan UPT Ekor G2 dengan 300 KK atau
1.181 jiwa yang penempatannya pada tahun 1986 dan 1990.

II.2.10. KONDISI PEREKONOMIAN

Dalam lingkup aspek perekonomian di Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan terdiri dari sumber
daya produksi pertanian dan perkebunan, sumber daya kelautan dan perikanan, sumber daya energi dan
mineral, serta potensi pendapatan perekonomian wilayah. Dimana secara keseluruhan dapat diuraikan
sebagai berikut :

A. Sumber Daya Produksi Pertanian dan Perkebunan


Dimana untuk sektor pertanian meliputi tanaman padi dan palawija berupa jagung, kacang tanah, ubi
kayu, dan kacang hijau. Produksi pertanian di Provinsi Maluku Utara berupa Tanaman Padi pada
tahun 2005/2006 sebesar 57.934 ton yang dipanen dari areal persawahan seluas 16.950 Ha atau
rata-rata 3,42 ton/Ha.

Sebagian besar produksi padi di Maluku Utara dihasilkan oleh jenis tanaman pangan lahan basah /
sawah. Jenis padi ini menyumbang 89,11 % dari seluruh produksi padi atau sebesar 51.627 ton.
Sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi ladang atau tanaman pangan lahan kering. Selain itu juga
terdapat produksi tanaman jagung, dimana untuk produksi jagung di Maluku Utara pada tahun
2005/2006 tercatat sebesar 9.860 ton dengan luas panen 6.088 Ha atau menghasilkan rata-rata 1,62
ton/ha. Kemudian terdapat juga produksi ubi jalan, ubi kayu dan kacang-kacangan.


II - 30
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Untuk lebih jelasnya, mengenai Produksi Pertanian di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel
II.11. dan Grafik II.6. serta Tabel II.12 dan Grafik II.7.

Tabel II.11.
Luas Panen dan Produksi Padi
Tiap Kota/Kabupaten di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.

Padi Sawah Padi Ladang Jumlah


Kabupaten/
No. Produksi Luas Produksi Luas Produksi Luas
Kota
(Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha)
1. Kota Ternate - - - - - -

2. Kota Tidore Kepulauan - - 335 190 335 190

3. Kab. Halmahera Utara 13.505 3.638 1.565 745 15.070 4.383

4. Kab. Halmahera Barat 2.110 565 1.524 635 3.634 1.200

5. Kab. Halmahera Tengah 4.091 1.100 353 206 4.444 1.306

6. Kab. Halmahera Selatan 5.195 1.404 650 342 5.845 1.746

7. Kab. Halmahera Timur 26.726 7.200 1.113 530 27.839 7.730

8. Kab. Kepulauan Sula - - 767 395 767 395

Jumlah 51.627 13.907 6.307 3.043 57.934 16.950

Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006

Grafik II.6. Perbandingan Produksi Padi di Provinsi Maluku Utara


II - 31
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel II.12. Tanaman Palawija

Tempat Grafik II.7. Perbandingan Tanaman Palawija


II - 32
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Kemudian untuk hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di Maluku Utara adalah tanaman
kelapa (kelapa dalam dan hibrida) dan kakao yang masing-masing berproduksi sebesar 208.518 ton
dan 12.270 ton. Sebagian besar hasil tersebut dihasilkan perkebunan rakyat dan dapat dikatakan
peran perkebunan besar yang dimiliki oleh swasta memiliki peran yang sangat kecil. Untuk lebih
jelasnya, mengenai produksi perkebunan di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel II.13
hingga Tabel II.15. Lihat juga Peta II.7. Mengenai Potensi Pertanian dan Perkebunan di Provinsi
Maluku Utara.

B. Sumber Daya Kelautan dan Perikanan


Secara administrasi luas wilayah perairan Propinsi Maluku Utara kurang lebih 100.736,44 km2 atau
sekitar 77% dari luas wilayahnya keseluruhan. Gugusan kepulauan Maluku Utara terdiri dari
Kepulauan Ternate, Tidore, Morotai, Halmahera, Bacan, Gane, Obi, dan Kepulauan Sula. Namun
demikian, secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari gugusan palau besar dan kecil yang berjumlah
sekitas 395 buah pulau.

Beberapa parameter fisik dan kimia dapat menggambarkan karakteristik oceanografi di perairan
Maluku Utara dan di pengaruhi oleh karakter laut yang berbatasan dengan wilayah Maluku Utara.
Hampir sebagian besar wilayah ini memiliki pantai yang curam dan terjal, terutama pada beberapa
daerah pantai yang berbatasan langsung dengan Laut Maluku, Laut Seram, Laut Buru dan Lautan
Pasifik, misalnya pantai Barat Pulau Halmahera, Pantai Utara Halmahera, Pantai Barat Kepulauan
Sula dengan kedalaman antara 200 – 270 meter. Sedangkan pada beberapa daerah atau perairan
pantai yang terlindungi dan memiliki topografi yang landai kedalamanya tidak lebih dari 200 meter.

1. Potensi Perikanan Tangkap


Berdasarkan hasil penelitian Balai Perikanan Laut potensi sumberdaya ikan (Standing stack)
yang terdapat di perairan Maluku Utara diperkirakan mencapai 664.382,48 ton denagn jumlah
potensi yang dapat dimanfaatkan (Maximum Sustainable Yield, MSY) sebesar 347.191,24
ton/tahun, untuk ikan pelagis sebesar 211.590 ton/tahun dan ikan demersal 235.005,24. Dari
data empiris tersebut menunjukan bahwa potensai sumber daya perairan laut Maluku Utara
cukup besar dan mempunyai prospek yang cerah, jika dimanfaatkan dan dikelola secara efisien
dan berkelanjutan sampai dengan tahun 2002 tingkat pemanfaatan sebesar 92.052,21 ton atau
26,51% dari potensi yang dapat dimanfaatkan.

Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi andalan dan akan menjadi salah
satu prime mover karena konstribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan
secara umum serta mampu penyokong bagi perikanan pengolahan. Sampai dengan tahun 2002
kontribusi perikanan tangkap sebesar 98.782,21 ton atau 66,36 % dengan nilai produksi sebesar
Rp. 475.209.322,- atau 62,54 % dari total produksi secara keseluruhan.


II - 33
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel II.13. Tanaman Sayuran


II - 34
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel II.14. Tanaman Buahan


II - 35
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel II.15. Tanaman Perkebunan Rakyat


II - 36
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta II.7. Potensi pertanian dan perkebunan


II - 37
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Kegiatan perikanan tangkap menghasilkan berbagai jenis tangkapan berupa ikan konsumsi
bernilai ekonomis penting diantaranya ikan pelagis besar seperti cakalan (Katsuwnus pelamis),
Tuna (Thunnus spp), tongkol (Euthynnus spp) dan jenis ikan pelagis seperti kembung
(Rasralliger), laying (Sardninella spp), selar (Salaroides ssp), dan beberapa jeis ikan pelagis
lainnya yang ditangkap oleh masyarakat nelayan di sekitar perairan pantai. Beberapa jenis ikan
demersal yang diusahakan oleh masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan antara lain
kerapu (Epinephelus spp), lolosi (caesio spp), beronang (Sigamus spp), kakatua (Scars spp)
kakap (lates spp), serta jenis-jenis lainya yang belum dikomersialkan dan masih terbatas pada
konsumsi masyarakat.

Pada tahun 2005/2006, untuk produksi subsektor perikanan tangkap di Provinsi Maluku Utara
masih tergolong kecil dan kurang dimanfaatkan dumber daya yang ada. Dimana tercatat sebesar
694,50 ton dengan produksi terbesar di Kabupaten Kepulauan Sula sebesar 479,60 ton,
sedangkan produksi terendah sebesar 5,32 ton di Kabupaten Halmahera Barat.

2. Perikanan Budidaya
Dalam megantisipasi tingkat pemanfaatan sumber daya hayati laut dan eksploitasi sumber daya
ikan yang akan meningkat pada masa yang akan datang, maka pengembangan sub sektor
perikanan budidaya merupakan alternatif penting. Selain itu karakteristik potensi budidaya yang
mendukung terutama di beberapa daerah memiliki kesesuaian lahan pengambangan budidaya
laut, payau maupun air tawar. Luasnya kawasan pesisir dan laut dengan kualitas perairan
memungkinkan lahan pengembangan budidaya laut, terutama kerapu, lobster, rumput laut dan
mutiara. Tipe pantai yang landai pada beberapa kawasan dan tersedianya suplai air tawar yang
berkualitas, merupakan salah satu kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya payau.
Bahkan beberapa kawasan memiliki sumber air tawar yang berkualitas mejadi alternatif bagi
pengembangan budidaya air tawar (kolam).

Sampai saat ini optimalisasi dan produktivitas perikanan budidaya di Propinsi Maluku Utara
masih tergolong rendah. Hingga tahun 2005/2006 untuk produksitivitas perikanan budidaya laut,
payau dan kolam dicapai produksi sebesar 171,80 ton dengan nilai sebesar Rp. 1.853.470.000,-.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah produksi dan nilai produksi perikanan laut dan darat di tiap
kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel II.16. dan Grafik II.8. Kemudian untuk jenis sumber
daya ikan di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel II.17. Selain jenis- jenis sumberdaya
ikan, beberapa jenis sumberdaya bernilai ekonomis penting dan telah dimanfaatkan oleh
masyarakat nelayan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, seperti krustasea, holoyhuroidea,
moluska dan rumput laut. Lebih jelasnya lihat pada Tabel II.18. Lihat juga Peta II.8. mengenai
potensi perikanan.


II - 38
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta II.8. Potensi Perikanan


II - 39
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.16
Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Sub Sektor Perikanan
Tiap Kota/Kabupaten di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.

Perikanan Laut Tambak Air Payau Kolam


Kabupaten/
No.
Kota Produksi Nilai Produksi Nilai Produksi Nilai
(Ton) (Rp.) (Ton) (Rp.) (Ton) (Rp.)

1. Kota Ternate 16,67 13.967.500.000 - - 6,27 153.000.000


2. Kota Tidore Kepulauan 40,30 471.750.000 0,30 2.910.000 1,02 88.920.000
3. Kab. Halmahera Utara 38,70 642.000.000 0,74 7.030.000 8,77 117.270.000
4. Kab. Halmahera Barat 5,32 266.000.000 2,56 20.480.000 55,74 155.570.000
5. Kab. Halmahera Tengah 24,69 8.435.000.000 - - - -
6. Kab. Halmahera Selatan 89,20 1.559.100.000 - - - -
7. Kab. Halmahera Timur - - - - 96,40 1.446.000.000
8. Kab. Kepulauan Sula 479,60 458.600.000 - - - -

Jumlah 694,48 25.799.950.000 3,60 30.420.000 168,20 1.960.760.000

Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006

Grafik II.8. Jumlah Produksi Perikanan di tiap Kota/Kabupaten Provinsi Maluku Utara


II - 40
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.17
Jenis-Jenis Sumber Daya Ikan Di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.
Jenis-Jenis Sumber Daya Ikan
Ikan Konsumsi Ikan Hias
Belanak Kakap Kepe-kepe
Alu-alu Peperek Pakol
Bandeng Biji Nangka Bendera
Lencam Gerot-gerot Lepu Ayam
Sikuda Kerapu Keling
Lingkis Kurisi Giru
Baronang Kakatua Betok
Kapas-kapas Tengiri -
Bawal Murjan -
Kuwe Lolosi -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku Utara 2006

Tabel II.18
Jenis-Jenis Sumber Daya Non Ikan Di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.

Jenis-jenis Sumberdaya Non Ikan


Krutasea Holothuroidea Moluska Rumput laut
Udang Rajungan Teripang Pasir Kerang Dara Eucheuma
Udang Bunga Teripang Hitam Kima Gracilaria
Udang Barong Teripang Coklat Kerang Mutiara Ulva
Udang Windu Teripang Uler-uler Kerang Mata Bulan Ceulerpa
Udang Putih Teripang Nenas Lambis-lambis Hypena
Kepiting Bakau Teripang Benang Kapis-kapis -
Ketam Kenari - Cumi-cumi -
- - Gurita -
- - Ubur-ubur -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku Utara 2006

3. Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil


Selain kawasan pesisir, wilayah Propinsi Maluku Utara memiliki pulau-pulau kecil yang
berkarakteristik spesifik, terisoliasi dan mempunyai lingkungan yang khusus dengan proporsi
spesies endemik yang tinggi, serta karakteristik sosial ekonomi dan sosial budaya yang spesifik
pula. Sebagaian besar pulau-pulau kecil di Propinsi Maluku Utara bertipe vulkanik dan pulau
karang, tipe pulau ini dapat terlihat di sekitar Kepulauan Kayoa, Morotai, Halmahera Barat,
Halmahera Selatan, Pulau Hiri, Maitara, Kepulauan Sula dan beberapa pulau kecil di beberapa
kawasan lainnya.


II - 41
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Berdasarkan Laporan Studi Pengembangan Hutan Mangrove PKSPL-IPB Bogor tahun 2000 di
Propinsi Maluku Utara memiliki sumberdaya hutan mangrove yang cukup luas dan berperan
penting dalam menyokong kehidupan sekitarnya. Hasil studi di Kepulauan Kayoa diperoleh 3
kelas vegetasi mangrove, yaitu mangrove jarang, padat, dan sedang dengan luasan 12.955 ha
dan ditemukan 10 jenis mangrove dari 4 genera dan 3 familly. Genera tersebut antar lain
Rhyzophora, Braguitera, Avicennia, Ceriops, Sonneratia, Xylocarpus, Aegiceras dan Nypa.
Kemudian hasil survei MSP Unkhair (1997) ditemukan vegetasi mangrove di pesisir Jailolo
sebanyak 12 jenis dari 10 genera, yaitu Rhyzophora, Bruguitera, Avicennia, Ceriops, Sonneratia,
Xylocarpus, Aegiceras dan Nypa.

C. Pariwisata
Potensi pariwisata di Provinsi Maluku Utara berupa wisata budaya dan pubakala, sejarah, adat
istiadat yang dikenal dengan Kesultanan Moluku Kie Raha, wisata bahari dan wisata alam.
Peninggalan-peninggalan sejarah masa silam antara lain berupa Keraton Sultan Ternate dan Keraton
Sultan Tidore. Potensi wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai-pantai yang indah dengan taman
laut yang dihuni berbagai jenis terumbu karang dan ikan hias. Wisata alam seperti batu, gua, hutan
wisata yang dihuni oleh spesies endemik di seluruh wilayah Provinsi Maluku Utara.

Kawasan suaka alam yang terdiri dari berbagai jenis, baik di daratan maupun di wilayah perairan laut
tersebar di berbagai lokasi, seperti: cagar alam gunung sibela di Pulau Bacan, cagar alam di Pulau
Obi, cagar alam Taliabu di Pulau Taliabu, cagar alam Pulau Seho dan cagar alam Aketajewa dan
Lolobata yang terletak di Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan. Kawasan cagar
budaya yang memiliki nilai sejarah kepurbakalaan tersebar di berbagai wilayah yaitu cagar budaya di
Kota Ternate, Kota Tidore, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten
Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera Utara.

Wisata batu angus yang berada kurang lebih 10 km bagian utara kota Ternate merupakan bekas lahar
letusan gunung Gamalama pada tahun 1737 yang membentuk gelombang bukit batu yang diapit oleh
laut di sebelah timur dan dilatar belakangi oleh gunung Gamalama di sebelah barat memberikan
suasana panorama yang lebih indah. Wisata danau Tolire kurang lebih 25 km sebelah utara kota
Ternate pada umumnya dimanfaatkan untuk rekreasi dan kemah Pramuka. Luas danau Tolire Kecil
kurang lebih 5 Ha, Tolire besar kurang lebih 35 Ha dan danau Laguna kurang lebih 10 Ha.

Obyek wisata yang telah dikembangkan pada umumnya adalah obyek wisata peninggalan sejarah,
budaya, flora dan fauna dan wisata pantai. Bila ditelusuri keberadaan sejarah maka Maluku Utara
tidak terlepas dari sejarah Kesultanan Moluku Kie Raha yang memberikan pengaruh besar terhadap
perjalanan sejarah nasional. Berbagai bekas peninggalan sejarah berupa benteng-benteng, peralatan
perang sekutu yang masih terpelihara sampai saat ini. Selain itu obyek wisata bahari dengan


II - 42
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

keindahan pantai yang diapit oleh pulau-pulau yang berada disekitarnya menambah pesona. Provinsi
Maluku Utara perlu diberikan sentuhan untuk dikembangkan karena potensi wisata ini akan
memberikan devisa yang cukup signifikan pada masa yang akan datang.

Potensi wisata baik yang sudah dikembangkan maupun yang belum dikembangkan dapat dilihat pada
Tabel II.19 dan Tabel II.20.

Tabel II.19
Obyek Wisata Yang Telah Dikembangkan di Provinsi Maluku Utara

No Nama Obyek Wisata Lokasi / Kec Bentuk Kegiatan

A. OBYEK WISATA PENINGGALAN SEJARAH


1. Keraton Sultan Ternate (1813) Ternate Utara Upacara Adat, Tamu Negara
2. Masjid Sultan Ternate (1622) Ternate Utara Penelitian
3. Benteng de Verwaching Sanana Penelitian
4. Benteng Kayu Merah / Santo Lucia (1540) Ternate Selatan Penelitian
B. WISATA BUDAYA / FLORA DAN FAUNA
1. Cengkeh Avo Ternate Selatan Penelitian
2. Burung Bidadari Sidangoli / Jailolo Penelitian, Kunjungan
3. Perkebunan Pisang Galela Penelitian, Rekreasi
4. Uoacara Adat / Rumah Adat Sahu Sahu Atraksi Tarian
5. Legu Sahu Sahu Atraksi Kesenian
C. OBYEK WISATA PANTAI
1. Taman Eva Ternate Selatan Rekreasi, Night Club
2. Taman Ria Jaya Ternate Selatan Rekreasi, Night Club
3. Pantai Fitu Ternate Selatan Rekreasi
4. Pantai Gambesi Pulau Ternate Rekreasi, Kemah Pramuka
5. Pantai Sulamadaha Pulau Ternate Rekreasi
6. Pantai Avtador Pulau Ternate Rekreasi
7. Taman Rekreasi Lestari Pulau Ternate Rekreasi
8. Pantai Rua Akerica Pulau Ternate Rekreasi
9. Pantai Kastela Pulau Ternate Rekreasi
10. Pantai Idamdaha Jailolo Rekreasi
11. Pantai Tahapo Ibu Rekreasi
12. Pantai Luari Tobelo Rekreasi, selam, sunset
13. Taman Laut Tagalaya Tobelo Rekreasi, scuba diving, snorkling
14. Pulau Zum-zum Ternate Selatan Rekreasi, scuba diving.
15. Pulau Bobale Kao Rekreasi, selam, renang
16. Pulau Hamparan Taliabu Timur Rekreasi, renang
Sumber : Dinas Pariwisata dan LKJP Gubernur Maluku Utara, 2005/2006


II - 43
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.20
Obyek Wisata Yang Belum Dikembangkan di Provinsi Maluku Utara

No Nama Obyek Wisata Lokasi / Kec Bentuk Kegiatan

A. OBYEK WISATA PENINGGALAN SEJARAH


1. Benteng Orange (1607) Pusat Kota Ternate Kunjungan, Penelitian
2. Benteng Toloko Ternate Utara Penelitian
3. Kuburan Sultan Babullah Pulau Ternate Penelitian, Ziarah
4. Benteng Kastela Pulau Ternate Penelitian
5. Benteng Fort Gamkonora Ibu Penelitian
6. Bangkai Meriam Galela Penelitian
7. Panser Morotai Selatan Penelitian
8. Meriam dan Bangkai Kapal PD II Kao Penelitian, Nostalgia
9. Bangkai Kapal Tosimaru Malifut Penelitian, Nostalgia
10. Keraton Bima Bacan Penelitian
B. OBYEK WISATA PANTAI BAHARI
1. Pantai Malifut Malifut Rekreasi
2. Pulau Guraici dan Lei-Lei Kayoa Rekreasi
3. Pantai Sepang Kayoa Rekreasi, Renang
4. Pantai Panamboang Bacan Rekreasi, Renang
5. Pulau Woyo Taliabu Barat Rekreasi, Renang
6. Pulau Hamparan Taliabu Timur Rekreasi, Renang
7. Pulau Laro Taliabu Timur Rekreasi, Renang
8. Pantai Losseng Taliabu Timur Rekreasi, Pemandian
9. Pantai Wai Ipa Sanana Rekreasi
10. Pantai Loleolamo/Gotowasi Maba Rekreasi, Pemandian
11. Pantai Penamboang Loloda Rekreasi, Pemandian
12. Pantai Kepulauan Widi Gane timur Rekreasi, Pemandian
C. OBYEK WISATA ALAM DARAT
1. Danau Laguna Ternate Selatan Rekreasi
2. Gunung Gamalama Pulau Ternate Mendaki, Rekreasi, Adat
3. Sumber Air Panas Jailolo Rekreasi, Memancing
4. Gunung Gamkonora Sahu Pemandian
5. Danau/Telaga Panca Ibu Penelitian, Rekreasi
6. Sungai Birinoi Ibu Penelitian, Rekreasi
7. Gunung Dukono Tobelo Mendaki, Rekreasi
8. Dabau Duma Tobelo Mendaki, Penelitian
9. Sumber Air Panas Tobelo Sepeda Air, Memancing
10. Gua Galela Rekreasi, Pemandian
11. Pulau Doi Galela Mendaki, Rekreasi
12. Pulau Kahatola Morotai Selatan Penelitian, Rekreasi
13. Barangka Dolong Water Fall Loloda Rekreasi, Pemandian
14. Gua / Batu Lubang Weda Utara Penelitian, Rekreasi
15. Air Kalimat Taliabu Barat Rekreasi, Pemandian
16. Gunung Kakuasang Taliabu Timur Mendaki, Rekreasi
17. Gua Mananga Taliabu Timur Penelitian, Rekreasi
18. Sumber Air Panas Pantai Losseng Taliabu Timur Mendaki, Penelitian
19. Batu Nona Sanana Sepeda Air, Memancing
Sumber : Dinas Pariwisata dan LKJP Gubernur Maluku Utara, 2005/2006


II - 44
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

D. Sumber Daya Mineral dan Energi


Secara geologis Maluku Utara dapat disebut sebagai laboratorium alam geologi. Hal ini dikarenakan
kedudukannya pada tumbukan tiga elemen tektonik yaitu lempeng Australia yang bergerak kearah
selatan, Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah utara/barat dan lempeng Pasifik dari arah barat.
Dengan posisi yang demikian Maluku Utara kaya akan sumber daya mineral dan energi.

Beberapa potensi sumber daya mineral atau bahan galian tambang ditemukan tersebar hampir di
seluruh daerah Maluku Utara seperti : Tembaga, Uranium, Emas, Nikel, Batubara,
Alununiaum/Bauksit, Magnesit, Pasir besi, Titanium, Mangan, Asbes Kaoling, Bentonite, Batu
Permata, Kromit, Pasir Kwarsa, Batu Gamping, Batu Apung, Granit, Talk, Migas, Potensi panas bumi,
dan samber daya air. Bahan-bahan galian tambang tersebut memiliki nilai tinggi yang apabila
dimanfaatkan secara optimal dan akan memberi kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Peluang terbukanya kesempatan kerja, peningkatan pengembangan
infrastruktur, peningkatan Pendapatan Asli Daaerah (PAD), serta mampu merangsang percepatan
pembangunan daerah. Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 tantang Otonomi Daerah, maka
Pengelolaan SDA, baik Mineral dan Energi, Maupun Air telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten, dan Kota.

Untuk lebih jelasnya mengenai potensi sumber daya mineral dan energi di Provinsi Maluku Utara
dapat dilihat pada Tabel II.21.

Dari berbagai potensi pada tabel II.21, baru sebagian kecil yang telah dikelola atau dieksploitasi,
antara lain: PT. Nusa Halmahera Mineral di Kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara,
penambangan emas rakyat (tanpa ijin) di Kecamatan Obi Kabupaten Halmahera Selatan, Mangan di
Pulai Doi di Kabupaten Halmahera Utara, penambangan nikel oleh PT. Aneka Tambang di pulau
Gebe Kabupaten Halmahera Tengah dan Nikel Laterit oleh PT. Antam di pulau Obi Kabupaten
Halmahera Selatan. Sementara itu, terdapat kurang lebih 85% potensi sumber daya mineral di
Provinsi Maluku Utara yang belum dapat dikelola secara maksimal.

Kemudian untuk potensi bahan gali non-logam di Provinsi Maluku Utara berdasarkan data dari Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Maluku Utara, antara lain :

1. Mineral Industri
Untuk bahan tambang jenis mineral industri antara lain :

a. Batu Gamping (Ls)


Wasile dan Fayaul - Halmahera Tengah, Sumber daya yang dimiliki cukup banyak
dengan karakteristik kompak, warna putih, berumur pra-tersier, mutu CaO > 54%.
P. Mandioli, Sumber daya yang ada memiliki sebaran yang luas dengan karakteristik
batu gamping kotal, berumur kuarter, sebaran luas mencakup seluruh P. Mandioli.


II - 45
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel II.21 Potensi Tambang


II - 46
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tempat Tabel II.21 Potensi Tambang


II - 47
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Daruba dan Wayabula – Pulau Morotai, sumber daya yang ada cukup banyak,
karakteristiknya berwarna putih kekuning-kuningan, berupa endapan koral reef, berumur
kuarter dengan kandungan CaO sebesar 53,48%.
Payahe dan Kecoba – Halmahera Tengah, Sumber dayanya hanya menyebar
setempat, sebagai sisipan dalam Napal Foramsi Weda, berumur miosen atas, memiliki
warna yang putih kotor, dan memiliki struktur yang keras dan kompak.
Daerah Marituso, Sumber dayanya sangat luas, penyebaran batu gamping didaerah
marituso sangat luas, mengikuti penyebaran Formasi Ruta Do Bagian Timur Laut dan
Utara Pulau Kasiruta, memiliki kandungan CaO sebesar 54,56%.

b. Talk (Te)
Desa Fayaul, Sepanjang Sungai Wayale, Kecamatan Wasile Halmahera Tengah.
Sumber Daya yang ada cukup dan berupa ubahan Hir.
Kopel Labuha, Pulau Bacan.
Sumber daya yang ada sedikit, terdapat batuan ultra basa dan banyak penggelontoran.

c. Bentronite (Ben), Terdapat di Domato, jailolo Halmahera Barat, memiliki sebaran sumber
daya yang sedikit, memiliki karakter warna yang kuning kehijauan, berkilap, hasil pelapukan
tufa, berumur hosogen.
Diatomit (Dt), terdapat di Domato, Desa Sidangoli, Halmahera Barat.
Kalsit (Ca), terdapat di Bukit Damuli, Desa Akelana, Kecamatan Oba Halmahera
Tengah. Penyebaran sumber dayanya seluas 10 Ha, berupa endapan tufa, umur
holosen, warna putih kekuningan, berbutir halus, berlapis, memiliki tebal 2 – 5 m.
Kaolin (Ka), lokasi di Ngai Modowera Tobogo Halmahera Tengah, berupa endapan Tufa
kaca lapuk, pada satuan piroklasik (Qhs) berumur kuarter.
Perlit (Pe), lokasi di Kampung Podol Kecamatan Ibu. Memiliki warna abu-abu hingga
abu-abu tua, terdapat dalam satuan lava dan breksi.
Magnesit (Mgs), lokasi di Sungai Wayalele, Fayaul, Kec. Wasile, berupa bongkahan-
bongkahan disungai.

2. Bahan-Bahan Bangunan

a. Andesit dan Besi


Babang dan Gunung Sayoang - Pulau Bacan, sumber daya terdapat dalam jumlah
puluhan juta, berupa aliran lava, warna abu-abu, digunakan sebagai bahan bangunan.
Gunung Mede, Tobelo - Halmahera Utara, merupakan lava andesitik-basaltik, warna
hitam, massif, dapat digunakan sebagai bahan bangunan seperti batu belah/pondasi.
Bobo, Dukiri, Sandora – Tidore, berupa lava berwarn abu-abu kehitaman, kompak, mutu
cukup baik untuk bahan bangunan.


II - 48
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Daerah Kulaba - Kecamatan Ternate, sumber daya yang tersedia cukup banyak, berupa
lava andesit, berumur holosen, warna abu-abu kehitaman, keras kompak, sebagian
bersetruktur kekar tiang dan lempeng. Mutu cukup baik untuk pondasi.

b. Sirtu (Gra)
Sungai Mede, Tobelo, Halmahera Utara.
Sungai Takoma, Kecamatan Ternate.
Desa Susupu, Kecamatan Salu Halmahera Tengah.
Muara Sungai Lako, Sungai Akelamo, Kecamatan Oba Halmahera Tengah.

c. Batu Apung
Terdapat di daerah Rum dan Goto Tidore, berupa endapan Tufa Batu Apung, berwarna abu-
abu keputihan, komponen berukuran 0,1 – 10 cm, penyebaran setempat dan ketebalan 2 m.

d. Diorit (Dio)
Terdapat di Sungai Baipopo, Desa Akelamo Kecamatan Oba. Memiliki warna kehitam-
hitaman dalam formasi Weda dan berumur pilosen.

3. Batu-Batu Mulia

a. Kalsedon (Cha)
Terdapat di Hulu Sungai Kasiruta di Pulau Kasiruta. Bahan ini terdapat pada Formasi Bacan
dan merupakan urat-urat pada Batuan Andesit yang berumur tersier bawah, untuk Batu
Permata mutunya baik.

b. Krisoplas (Chr)
Terdapat di Sungai Air Sahu, Desa Indari, Kaobalabala, Desa Loleojaya, Spalamea, Desa
Waringin, Derah Sungai Woho, Desa Bisori. Didaerah ini Krispras terdapat bersama-sama
dengan Variasi Mineral Karsa Mikrokristalin lainnya seperti Kalsedon dan Chert. Batuan
induk tempat terdapat mineral-mineral ini adalah Breksi Gunung Api dan Lan Andesit.

c. Kriskola (Chs)
Terdapat di Desa Dokoh, Desa Gelao dan Daerah Kasiruta Dalam. Kriskola ini dijumpai
sebagai pengisi rekahan dalam Batuan Breksi Vulkanik dan Lava Andesit. Tebal rekahan
yang dijumpai berkisar 0,5 – 2 Cm.

d. Jasper (Ja)
Terdapat di daerah Sungai Sampaki Desa Kusubibi Pulau Bacan. Jasper terdapat bersama-
sama dengan Flinstone, dijumpai sebagai bongkahan atau -modul Batu Gamping Klastik.

Lebih jelasnya mengenai potensi sumber daya mineral dan energi non-logam lihat pada Tabel II.22
hingga II.24. lihat juga Peta II.9.


II - 49
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel II.22 Potensi Tambang


II - 50
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Laqnjutan Tempat Tabel II.22 Potensi Tambang


II - 51
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Tabel II.23 dan II.24 Potensi Tambang


II - 52
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tempat Peta II.9. Potensi sumber daya mineral dan energi


II - 53
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

E. Perekonomian Wilayah - PDRB


Produk Domestik Regional Bruto atau yang disebut PDRB merupakan salah satu pencerminan
kemajuan ekonomi suatu daerah, dimana didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan
jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut. Produk Domistik Regional Bruto
atau Pendapatan Regional merupakan bentuk penilaian terhadap semua barang dan jasa yang
dihasilkan berdasarkan harga – harga pada acuan tertentu.

Jika berdasarkan harga pasar, maka disebut dengan PDRB atas dasar harga berlaku. Sedangkan jika
berdasarkan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai harga dasar, maka disebut denga PDRB
dengan harga konstan. Secara umum PDRB menurut lapangan usaha menggambarkan kinerja
perekonomian suatau daerah , yaitu :

Tingkat Produk Netto yang dihasilkan dari tiap – tiap lapangan usaha,
Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah,
Struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu daerah tertentu.

Secara khusus, PDRB atas dasar harga berlaku yang penilaiannya dilakukan terhadap biaya antara
yang digunakan, biasanya dapat digunakan untuk mengukur besaran pendapatan perkapita dan
perubahan struktur ekonomi suatu daerah. Hal ini pada dasarnya mencerminkan ketidakmerataan
distribusi perekonomian terutama di Wilayah Timur Indonesia .

Secara nasional, kontribusi PDRB Propinsi Maluku Utara dari tahun 1996 sampai dengan 1998 yang
secara berurutan sebesar 0,30%, 0,31%, dan 0,34%. Meskipun mengalami penambahan peranannya
terhadap perekonomian nasional, namun persentasenya masih rendah dibandingkan dengan wilayah
lain. Hal ini pada dasarnya mencerminkan ketidakmerataan distribusi perekonomian terutama di
Wilayah-Wilayah Timur Indonesia.

Dimana untuk PDRB Maluku Utara atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp.
2.368.432,95 milyar dengan konstribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar
37,75% dan disusul oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan sumbangan sebesar
22,41%. Sektor diharapkan ampu menunjang sektor pertanian dengan berorientasi pada agroindustri
pada tahun 2004 memberikan sumbangan sebesar 14,06%.

Pada umumnya pertumbuhan dari sektor-sektor dalam PDRB tahun 2004/2005 diatas lebih rendah
dari pertumbuhan ekonomi Maluku Utara, kecuali untuk sektor industri pengolahan, perdagangan,
hotel dan restoran, serta jasa-jasa yang masing-masing mempunyai pertumbuhan sebesar 4,80%,
8,14%, dan 6,52%.

Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat nilai PDRB di Provinsi Maluku Utara dapat ilihat pada Tabel
II.25.


II - 54
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tabel II.25.
Produk Domestik Regional Bruto
Menurut lapangan Usaha Atas Dasar Berlaku (Juta Rupiah)
di Propinsi Maluku Utara, Tahun 2006.

Nilai/Tahun
No. Lapangan Usaha
2003 2004
1. Pertanian 810.855,13 893.985,89
a. Tanaman Bahan Makanan 217.330,77 240.894,77
b. Tanaman Perkebunan 375.332,22 390.187,98
c. Perternakan 37.675,48 44.900,97
d. Kehutanan 50.661,52 75.389,51
e. Perikanan 129.855,14 142.612,66
2. Pertambangan dan Penggalian 104.051,75 110.060,88
a. Minyak dan Gas Bumi 0 0
b. Pertambangan Tanpa Migas 96.036,41 98.263,43
c. Penggalian 8.015,34 11.797,45
3. Industri pengolahan 328.274,19 332.964,70
a. Industri migas 0 0
- Pengilangan Minyak 0 0
- Gas Alam Cair 0 0
b. Industri Tanpa Migas 328.274,19 332.964,70
- Makanan, Minuman dan Tembakau 256.098,80 259.387,63
- Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 0 0
- Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 72.175,39 73.577,07
- Kertas dan Barang Cetakan 0 0
- Pupuk Kimia dan Barang dari Karet 0 0
- Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0 0
- Logam Dasar Besi dan Baja 0 0
- Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 0 0
- Barang Lainnya 0 0
4. Listrik, Gas Dan Air Bersih 13.671,57 15.122,48
a. Listrik 7.748,40 8.105,51
b. Gas 0 0
c. Air Bersih 5.923,18 7.016,96
5. Bangunan 40.627,31 45.464,46
6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 476.541,08 530.731,11
a. Perdagangan Besar Dan Eceran 467.624,73 520.761,43
b. Hotel 4.866,29 5.445,47
c. Restoran 4.050,07 4.524,21
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 157.487,60 184.404,65
a. Pengangkutan 110.662,00 125.782,23
- Angkutan Rel 0 0
- Angkutan Jalan Raya 31.432,33 36.620,61
- Angkutan Laut 48.644,30 53.236,11
- Angkutan Sungai, Danau Dan Penyeberangan 2.985,19 3.640,72
- Angkutan Udara 17.737,18 20.445,30
- Jasa Penunjang Angkutan 9.862,99 11.839,49

Lanjut….


II - 55
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Lanjutan Tabel III.25.

Nilai/Tahun
No. Lapangan Usaha
2003 2004
b. Komunikasi 48.825,60 58.622,42
- Pos Dan Telekomunikasi 46.825,60 58.622,42
- Jasa Penunjang 0 0
8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 72.031,80 76.054,01
a. Bank 12.063,28 12.581,67
b. Lembaga Keuangan 8.640,14 9.388,52
c. Jasa Penunjang 0 0
d. Sewa Bangunan 50.071,33 52.811,68
e. Jasa Perusahaan 1.257,05 1.272,14
9. Jasa-Jasa 171.469,84 179.644,77
a. Pemerintahan Umum Dan Pertahanan 125.869,93 131.606,01
- Administrasi, Pemerintahan Dan Pertahanan 125.869,93 131.608,01
- Jasa Pemerintahan Lainnya 0 0
b. Swasta 45.599,91 48.036,76
- Sosial Kemasyarakatan 27.898,46 29.367,82
- Hiburan Dan Rekreasi 4.621,12 5.059,98
- Perorangan Dan Rumah Tangga 13.080,33 13.609,97
Jumlah 2.175.010,27 2.368.432,95

Sumber : Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2005/2006

II.3. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS WILAYAH

Seperti diketahui, pengembangan suatu sistem akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah outstanding
issues dalam lingkungan strategis yang melingkupinya. Pada dasarnya kebutuhan untuk mengembangkan
jaringan transportasi multi-moda di Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa outstanding issues berikut :

a. Globalisasi dan Tuntutan Efisiensi Transportasi


Cepatnya arus perdagangan bebas di era ekonomi global yang ditandai oleh perjanjian WTO/GATS dan
AFTA/AFAS memaksa adanya efisiensi dalam sistem ekonomi nasional. Transportasi sebagai salah
satu komponen biaya, bagaimanapun juga harus diminimalkan dengan berbagai cara.
Sistem logistik nasional harus diperkuat dengan mengoperasikan sistem transportasi multi moda yang
efisien, sehingga arus penumpang/barang dapat difasilitasi untuk menciptakan daya saing baik di pasar
lokal maupun internasional. Semua pusat produksi/pusat kegiatan regional harus saling terkoneksi
sesuai dengan tingkatan hirarki mulai dari jaringan transportasi lokal sampai dengan internasional.

b. Konteks Kewilayahan Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Dalam konstelasi ekonomi, sosial, budaya, poltik dan hankam di wilayah Indonesia sektor transportasi
memegang peran penting sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi (economic development agent),


II - 56
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

media pemerataan pembangunan antar wilayah (reducing the regional disparity) dan pemersatu antar
wilayah (national-integrator). Multi-fungsi yang diembankan ini meletakkan sektor transportasi pada
posisi yang dilematis, apalagi di masa krisis ekonomi saat ini dimana kemampuan pendanaan
pemerintah semakin terbatas untuk dapat mengembangkan infrastruktur transportasi yang dapat
memenuhi karakteristik fungsional yang diharapkan. Kondsi obyektif geografi Indonesia sebagai negara
kepulauan, memperkuat kebutuhan akan konsep jaringan transportasi multimoda, dimana hampir
mustahil transportasi antar wilayah dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu moda saja.
Konsep transportasi multimoda pada dasarnya sudah tersirat dalam beberapa kebijakan sektor
transportasi diantaranya dalam definisi SISTRANAS, dan tujuan pembangunan transportasi dalam
PROPENAS. Namun nampaknya konsep ini masih terhambat aplikasinya, intergrasi kebijakan operasi
dan investasi jaringan antar-moda dan antar-wilayah masih jauh dari harapan.

c. Kebijakan Otonomi Daerah

Gelombang perubahan yang dihembuskan melalui kebijakan pemerintah daerah (UU No. 22 Tahun
1999 yang sekarang sudah diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah)
memandatkan penyerahan sebagian kewenangan sektor transportasi ke Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Euforia ekonomi juga memunculkan sejumlah proposal investasi prasarana dari daerah yang sangat
ambisius.

Sebagaimana diketahui bahwa efisiensi jaringan multimoda salah satu kata kuncinya adalah integrasi.
Integrasi tidak hanya dibutuhkan dalam entitas antar moda namun juga antar hirarki fungsi,
kewenangan, antar wilayah, dlsb. Ini mengisyaratkan perlunya koordinasi dalam perencanaan,
investasi, dan operasi jaringan transportasi yang dipayungi oleh dasar hukum yang kuat, yang hingga
kini belum tersedia.

d. Liberalisasi Sektor Transportasi

Ketidakmampuan negara dalam menangani seluruh kegiatan investasi infrastruktur transportasi,


memaksa dilepasnya sebagian urusan transportasi kepada sektor swasta, khususnya pada pasar
angkutan yang telah berkembang dan dapat dikomersilkan. Gejala privatisasi sektor transportasi ini
tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi merupakan trend dunia, sehingga saat ini tidak semua aktivitas
transportasi ini memberikan dampak yang unik di Indonesia. Perbedaan karakteristik setiap moda
transportasi mengharuskan, kebijakan ini dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian agar tidak
menimbulkan dampak negatif dalam perkembangan perekonomian nasional.

e. Relevansi SISTRANAS terhadap Transportasi Multimoda

Perencanaan transportasi Indonesia di masa datang tertuang dalam dokumen SISTRANAS yang saat
ini sedang dalam proses penyempurnaan dan penetapan landasan hukumnya. Secara konseptual
SISTRANAS sudah mengelaborasi semua elemen penting dalam perencanaan, mulai dari isu


II - 57
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

transportasi intermoda, globalisasi, otonomi, privatisasi, energi dan lingkungan, dan juga mengacu pada
konsep tata ruang dalam RTRWN. Bahkan dalam konteks jaringan, sudah dimuat peta jaringan masa
depan yang telah memperhatikan kepentingan daerah. Prinsip pengembangan jaringan transportasi
darat dengan prinsip gelang dan sirip berusaha untuk menghubungkan setiap wilayah di dalam satu
pulau. Pengembangan transportasi antar pulau terutama dengan moda udara dan laut telah
diskemakan dengan baik dimana jaringan primer menjadi jaringan penghubung simpul-simpul primer
(pengumpul) yang kemudian didistribusikan ke jaringan sekunder dan tersier.

II.3.1. PELUANG DAN KENDALA

Perkembangan lingkungan strategis yang diperkirakan dapat menimbulkan kendala dalam


pembangunan transportasi nasional perlu ditemu kenali dan selanjutnya ditetapkan strategi pemecahannya.
Sementara lingkungan strategis yang dapat menunjang pengembangan transportasi nasional perlu
dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Dampak lingkungan strategis terhadap penyelenggaraan transportasi, tidak dapat diabaikan, tetapi
harus diperhatikan dan dicermati. Apabila tidak diperhatikan, maka lingkungan strategis tersebut dapat
menjadi faktor negatif bagi penyelenggaraan transportasi.

1. Peluang
Peluang–peluang yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan transportasi di masa yang akan datang
dapat digambarkan antara lain :

a. Makin luasnya jalinan kerja sama antara perusahaan transportasi nasional dengan perusahaan
asing bertaraf internasional dalam rangka melayani permintaan transportasi dari dan ke Indonesia.
b. Kerja sama bilateral dan multilateral yang semakin baik dan dinamis dapat meningkatkan investasi
dan penguasaan Iptek.
c. Semakin terbuka luas kesempatan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia sector
transportasi melalui pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri.
d. Kerja sama Association of South East Asia Nations (ASEAN) dan Asia Pacific Economic
Cooperation (APEC) dalam bidang investasi dan perdagangan semakin berkembang pesat.
e. Telah terbentuk forum kerja sama ekonomi sub-regional seperti Brunei – Darussalam – Indonesia
– Malaysia – Philipina East Asia Growth Area (BIMP-EAGA), Indonesia – Malaysia – Thailand
Growth Triangle (IMT – GT), Australia – Indonesia Development Area (AIDA). Hal ini akan
membuka peluang muatan.
f. Deregulasi di bidang ekonomi membuka peluang bagi dunia usaha untuk mengembangkan
kegiatan dengan semangat persaingan. Deregulasi ini diharapkan dapat mendorong berlakunya
mekanisme pasar dalam berbagai kegiatan transaksi ekonomi sehingga peran pemerintah dalam
pengelolaan berbagai sarana dan prasarana transportasi menjadi dapat dikurangi.


II - 58
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

g. Kondisi ekonomi dan politik nasional yang semakin membaik akan meningkatkan kepercayaan
investor.
h. Meningkatkan kegiatan ekonomi sebagai hasil pembangunan, mengakibatkan meningkatnya
mobilitas orang dan barang, sehingga akan mendorong pertumbuhan sector transportasi.
i. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap jasa transportasi, akan lebih menjamin
pengembalian biaya investasi, pemeliharaan dan operasi sarana dan prasarana transportasi.
j. Kemajuan industri sarana dan prasarana transportasi dalam negeri, lebih memungkinkan
peningkatan kapasitas pelayanan yang sesuai permintaan.
k. Undang – undang otonomi daerah beserta peraturan pelaksanaannya akan meningkatkan
kegiatan nasional di berbagai daerah, sehingga meningkatkan pergerakan barang dan orang.
l. Reformasi kebijakan nasional disektor ekonomi dan industri memungkinkan meningkatnya peran
swasta dan masyarakat dalam penyediaan dana investasi yang dibutuhkan, baik sebagai
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).
m. Meningkatnya peran serta swasta dan masyarakat akan memperluas jangkauan pelayanan
dengan kualitas yang makin baik.

2. Kendala
Disamping peluang – peluang tersebut di atas, dalam pembangunan sistem transportasi pada masa
mendatang harus memperhitungkan kendala – kendala antara lain :

a. Adanya hambatan kelembagaan, kurang mendukung perkembangan sistem transportasi


antarmoda/multimoda.
b. Penyerahan urusan bidang transportasi kepada daerah sesuai ketentuan memungkinkan
timbulnya pengkotakan pelayanan transportasi jika tidak disertai dengan adanya kesamaan
persepsi dan prioritas kepentingan.
c. Wilayah kepulauan yang luas memerlukan investasi besar dalam pembangunan transportasi.
d. Krisis multidimensi yang melanda Indonesia mengakibatkan investasi khususnya di bidang
transportasi masih rendah.
e. Terbatasnya kemampuan dalam penggunaan teknologi maju pada pelayanan transportasi karena
terbatasnya dana dan sumber daya manusia yang berkualitas.
f. Pola kerja sama operasional diantara sesama perusahaan multi nasional dalam bentuk aliansi
strategis mengakibatkan kesempatan meraih muatan menjadi lebih sempit dan sulit.
g. Manajemen pengelolaan kegiatan transportasi masih menghadapi kendala dalam bentuk
terbatasnya SDM yang berkualitas dan professional. Karena lemahnya manajemen pengelolaan
ini, maka kemampuan perusahaan untuk mengembangkan prasarana dan sarana transportasi
menjadi terbatas.


II - 59
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

h. Makin meningkatnya kecenderungan pemakaian mobil pribadi di kota besar karena kurang
memadainya pelayanan angkutan umum dan pembangunan jalan tol.
i. Kurangnya keterpaduan antar dan intramoda mengakibatkan pelayanan dari pintu ke pintu belum
optimal dan tingginya biaya transportasi.
j. Pengaturan dibidang transportasi belum sepenuhnya dapat menciptakan iklim perusahaan yang
kondusif. Masih terdapat ketentuan yang tidak mendukung atau bertentangan dengan upaya
pengembangan prasarana dan sarana transportasi nasional.
k. Kurang tersedianya sarana transportasi, khususnya untuk pelayanan transportasi udara yang
sangat diperlukan untuk pelayanan daerah terpencil dengan intensitas permintaan yang kecil.

II.3.2. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN INTERNAL PROVINSI MALUKU UTARA

Dalam membahas perkembangan Internal Provinsi Maluku Utara akan disampaikan permasalahan
yang berkaitan dengan kawasan prioritas Propinsi Maluku Utara. Sejumlah perkembangan internal yang
perlu diperhatikan adalah kawasan prioritas pembangunan seperti kawasan tumbuh cepat, kawasan
penunjang sektor strategis, kawasan perbatasan, serta kawasan pantai potensial.

A. Perkembangan Paradigma dan Kebijakan

Pada tingkat nasional dan regional telah berkembang sejumlah paradigma dan kebijakan baru
pembangunan yang juga mesti diperhatikan dalam pengembangan di Provinsi Maluku Utara ke
depan, yaitu :

1. Adanya tuntutan penyelenggaraan pemerintahan negara yang lebih demokratis, transparan,


bersih, memberikan perlindungan terhadap HAM dan penegakan supremasi hukum. Secara
tidak langsung berbagai tuntutan ini dapat berdampak pada pengembangan wilayah bila
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan tidak sejalan dengan kaidah reformasi.
Pelaksanaan yang menyimpang akan menimbulkan guncangan stabilitas sosial-politik yang
dapat menghambat proses pembangunan dan penciptaan iklim investasi yang kondusif.
2. Desentralisasi pemerintahan dan pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun
1999 (sekarang menjadi UU No. 32 Tahun 2004) dan PP No. 25 tahun 2000. Otonomi daerah
akan memberikan kewenangan yang lebih besar kepada kabupaten dan kota untuk
menyelenggarakan pembangunan di daerahnya.
3. Adanya kebijakan nasional untuk melaksanakan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha
kecil, menengah dan koperasi (UKM). Dimasa lalu, pengembangan ekonomi rakyat belum
dilakukan secara memadai dan belum didukung kebijakan politik yang kuat. Sejalan dengan
kebijakan yang telah digariskan, diperlukan langkah nyata dan ikhtiar yang lebih keras untuk
memberdayakan ekonomi rakyat, terutama dalam membawa ekonomi rakyat ke pasar bebas.


II - 60
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

4. Meningkatnya kontrol sosial dan partisipasi masyarakat, yang menuntut adanya pola dan
pendekatan baru dalam penyelenggaraan pembangunan di daerah. Kontrol sosial dan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Sejalan dengan tuntutan reformasi dan penyelenggaran
pemerintahan yang lebih demokratis, transparan dan bersih maka partisipasi masyarakat akan
menempati posisi yang lebih strategis di dalam pembangunan.
5. Adanya kebijakan nasional untuk mengembangkan potensi SDA kelautan, yang sangat
bersesuian dengan kondisi wilayah Maluku Utara yang memiliki lautan luas. Walaupun Indonesia
dikenal sebagai negara bahari tersebar, namun kenyataan menunjukkan bahwa SDA kelautan
belum cukup dikembangkan sebagai penyangga ekonomi nasional. Sejalan dengan kendala dan
permasalahan yang dihadapi, diperlukan langkah nyata dan ikhtiar yang keras untuk mampu
menjadikan SDA kelautan sebagai sektor unggulan wilayah.

B. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Pelaksanaan kebijakan Desentralisasi, perlu melibatkan parameter ekonomi makro dan regional
dalam merumuskan kebijakan sektor perhubungan, sehingga dihasilkan suatu sistem perhubungan
yang efisien dan mendukung pembangunan wilayah dan pemerataan kesejahteraan ekonomi bagi
tiap-tiap wilayah. Sistem perhubungan nasional memegang peranan penting untuk memeperkuat
kesatuan dan keterpaduan antar wilayah.
Pada masa lalu, investasi disektor perhubungan lebih didasarkan pada pendekatan sub-sektor,
dimana analisa kelayakan lebih ditentukan oleh aspek kinerja fisik serta aspek mikro-ekonomi dari
proyek yang akan dibangun. Belum terdapat usaha untuk menganalisis keterkaitan antara prasarana
perhubungan sehingga melibatkan aspek ekonomi wilayah secara utuh didalam sasaran-sasaran
sektoral.

C. Pendanaan Pembangunan

Sumber pendanaan untuk sektor perhubungan yang bersumber dari pemerintah berupa rupiah murni
sangat terbatas sehingga tidak dapat lagi diandalkan untuk dapat memenuhi kenaikan kebutuhan
pelayanan kepada masyarakat.

Sementara itu, pendapatan Pemerintah Daerah melalui pengguna jasa pelayanan perhubungan belum
dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai konsep pendanaan publik. Alternatif prioritas untuk
mengatasi permasalahan tersebut antara lain :

1. Perubahan peran pemerintah dan peningkatan peran sektor swasta. Pemerintah mendanai
secara langsung pada kegiatan yang tidak dapat didanai swasta, terutama untuk melayani
daerah terisolasi dan perbatasan serta jenis pelayanan, yang menjadi kewenangan pemerintah
sebagai regulator. Pemerintah berperan dalam penetapan kebijakan, pengaturan dan
memfasilitasi partisipasi sektor swasta.


II - 61
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

2. Partisipasi swasta perlu ditingkatkan dalam pendanaan dan pelaksanaan proyek prasarana serta
pengoperasian layanan perhubungan, Ini membutuhkan perubahan lebih lanjut pada peranan
pemerintah, yaitu dari penyedia ke peran regulator dan fasilitator. Pola pendanaan “hybrid”,
dimana sejumlah kecil pendanaan dari pemerintah dikombinasikan dengan sejumlah besar
investasi dari swasta perlu ditingkatkan.
3. Pemerintah perlu menciptakan iklim yang kondusif agar masyarakat atau swasta termasuk asing
mempunyai minat untuk berpatisipasi dalam pembangunan dan penyediaan pelayanan
perhubungan.
4. Diperlukan kebijakan yang berkelanjutan pada jangka panjang. Kebijakan sektor perhubungan
dimasa lalu kurang memperhatikan isu-isu sosial, lingkungan dan pembangunan yang saling
terkait dengan kebijakan ekonomi dan finansial yang berkelanjutan.

D. Perencanaan Wilayah

Untuk mendukung kebijakan Pemerintah dalam kebijakan desentralisasi, restrukturisasi, regulasi dan
partisipasi sektor swasta, perlu disusun suatu perencanaan yang komprehensif dan terpadu bagi
suatu sistem hubungan yang efisien. Terdapat tiga kendala dalam mencapai tujuan tersebut :

1. Perencanaan perhubungan tidak dapat dipisahkan dari kerangka pembangunan dan tata guna
lahan serta dampak terhadap lingkungan. Pada saat ini, tanggung jawab perencanaan
perhubungan, tata guna lahan dan lingkungan berada pada tiga dinas/badan yang terpisah
(Bappeda, Dinas Kimpraswil/PU, dan Dinas Perhubungan).
2. Perencanaan prasarana transportasi ditingkat propinsi terbagi diantara dua dinas (Dinas
Kimpraswil dan Dinas Perhubungan).
3. Perhubungan merupakan sistem yang dinamis yang saling terkait dan kompleks yang terdiri dari
fasilitas sarana/prasarana dan sistem jaringan dan serta jasa pelayanan baik diwilayah
perkotaan maupun antar wilayah. Hambatan sering ditemui sebagai akibat adanya pemisahan
tanggung jawab institusi serta perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan belum matang.
Konsekuensi dari hambatan ini adalah :
a. Pemerintah kesulitan dalam mengatasi masalah transportasi lintas sektoral karena
rumitnya koordinasi.
b. Terdapat kecenderungan untuk merumuskan kebijakan dan strategi dalam kerangka yang
masih parsial pada masing-masing sektor.
c. Keputusan investasi dilakukan tanpa memanfaatkan strategi multimoda yang terpadu dan
efisisen.

Pemerintah perlu menciptakan suatu sistem perencanaan baik nasional maupun wilayah yang dapat
memadukan rencana-rencana dan program-program ditingkat nasional, wilayah dan lokal terkait
langsung dengan proses perencanaan pembangunan.


II - 62
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

E. Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Berbasis Sumber Daya Lokal

Kawasan sentra produksi berbasis sumber daya lokal ini akan diarahkan pengembangannya pada
kawasan di Provinsi Maluku Utara sebagai berikut :

1. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Utara, meliputi : Kecamatan Tobelo, Tobelo Selatan,
Galela, Morotai Utara, Morotai Selatan, Morortai Selatan Barat, Loloda Utara, Kao, dan Malifut.
2. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Barat, meliputi : Kecamatan Jailolo, Jailolo Selatan, Sahu,
Ibu dan Loloda.
3. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Timur, meliputi : Kecamatan Wasile, Maba, Maba Selatan
dan Wasile Selatan.
4. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Tengah, meliputi : Kecamatan Weda, Patani, dan Pulau
Gebe.
5. Kawasan Sentra Produksi Ternate, meliputi : Kecamatan Pulau Ternate, Ternate
Selatan,Ternate Utara dan Moti.
6. Kawasan Sentra Produksi Tidore Kepulauan, meliputi : Kecamatan Tidore, Tidore Selatan,
Tidore Utara, Oba Utara dan Oba.
7. Kawasan Sentra Produksi Halmahera Selatan, meliputi : Kecamatan Pulau Makian, Kayoa, Gane
Timur, Gane Barat, Obi, Obi Selatan, Bacan, Bacan Timur, dan Bacan Barat.
8. Kawasan Sentra Produksi Kepulauan Sula, meliputi : Kecamatan Sanana, Mangole Timur,
Sulabesi Barat, Taliabu Barat, Taliabu Timur dan Mangole Barat.

F. Pengembangan Kawasan Andalan Segitiga Emas Ternate – Tidore – Sofifi

Kawasan ini meliputi pusat pertumbuhan strategis yakni Kota Ternate, Tidore dan Sofifi yang
membentuk suatu keterkaitan Segitiga Pusat Pertumbuhan yang menjadi lokomotif pertumbuhan
sektor-sektor jasa dan perdagangan di Provinsi Maluku Utara.

Kelengkapan fasilitas pendukung kegiatan jasa dan perdagangan di Kota Ternate menjadi salah satu
potensi menempatkan Ternate dalam posisi ini. Sedangkan Tidore berjarak dekat dengan Ternate dan
memiliki potensi ruang dan peluang pengembangan infrastruktur fisik yang akan mendukung fungsi
Ternate sebagai pusat orientasi kegiatan jasa dan perdagangan. Persoalan keterbatasan
pengembangan fasilitas di Ternate karena faktor ketersediaan lahan, permasalahan ini akan
terpecahkan dengan adanya dukungan Tidore yang memiliki ketersediaan lahan untuk
pengembangan fasilitas penunjang. Dengan demikian maka Ternate dan Tidore secara bersama-
bersama akan berfungsi sebagai pusat orientasi jasa dan perdagangan provinsi dalam konteks
keterhubungan dengan wilayah regional. Sedangkan sofifi sebagai pusat pemerintahan provinsi
adalah pusat orientasi kegaiatan administratif pemerintahan yang menjadi sentra dari urat nadi
infrasturktur birokrasi.


II - 63
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

G. Pengembangan Kawasan Prioritas Pembangunan

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, akan terdapat perbedaan kondisi dan potensi di masing-
masing wilayah. Dari segi spasial terdapat wilayah-wilayah yang tumbuh cepat maupun lambat,
sedangkan dari segi potensi sosial ekonomi terdapat wilayah-wilayah yang mampu berkembang
karena masyarakatnya mampu memanfaatkan potensi sebagai perluang yang berada diwilayah
tersebut. Pengembangan kawasan strategis dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya struktur
dan pola pemanfaatan ruang sesuai dengan tujuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Rencana pengembangan kawasan prioritas mengacu pada kepentingan pengembangan


sektor/subsektor atau permasalahan mendesak yang perlu ditangani. Rencana pengembangan
masing-masing kawasan pioritas di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Ternate, Tidore, Sidangoli dan Sofifi.

Kawasan ini berpotensi untuk kegiatan pelayanan tingkat regional, pemerintahan, pendidikan
dan pengembangan industri, kawasan industri yang potensial dikembangkan adalah :
a. Industri perkayuan yang spesifik di Sidangoli dengan orientasi eksport ke Jepang dan Asia
Pasifik.
b. Industri minyak goreng yang terletak di Ternate.

Untuk itu pengembangannya diarahkan pada :


a. Peningkatan Pelabuhan Ternate sebagai pelabuhan eksport, dengan penyediaan
prasarana dan sarana penunjang seperti prasarana jalan dan penyeberangan dari kawasan
Sidangoli kepelabuhan Ternate.
b. Pengembangan Kegiatan Pemerintahan Tingkat Provinsi di Kota Sofifi.
c. Pengembangan Kegiatan Pemerintahan Tingkat Kabupaten di Tidore (Kota Soasio).
d. Peningkatan pelayanan transportasi antar moda dan sarana penyeberangan.
e. Peningkatan pelayanan fasillitas regional seperti pelabuhan laut, bandar udara, rumah sakit
dan lain-lainnya.
f. Pengembangan Kawasan Sidangoli sebagai ”pintu keluar-masuk” yang menghubungkan
dari/ke daratan Pulau Halmahera.
g. Peningkat prasarana perkotaan yang menunjang di Kota Ternate, dan Kota Tidore,
terutama peningkatan aksesibilitas dari wilayah produksi kepusat pengumpulan atau pasar.

2. Kawasan Kepulauan Sula.

Kawasan ini meliputi Kecamatan Sanana, Taliabu Timur dan Taliabu Barat, kawasan potensial
untuk pengembangan perkebunan, kehutanan, industri (untuk pengelolahan hasil-hasil
perkebunan dan industri) kehutanan, pengembangannya diarahkan pada :


II - 64
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

a. Pengembangan prasarana utama untuk kegiatan industri seperti listrik, air bersih dan
telekomunikasi.
b. Peningkatan prasarana penunjang lainnya, seperti jalan raya dan penyeberangan,
pelabuhan laut, dan pelabuhan udara.
c. Pengembangan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja di industri perkayuan.
d. Peningkatan produksi perkebunan dan melakukan peremajaan tanaman perkebunan serta
diversifikasi tanaman perkebunan.

3. Kawasan Pulau Bacan.

Kawasan ini potensial untuk pengembangan industri (industri perikanan, dan industri pengolahan
kayu) dan kehutanan. Pengembangannya diarahkan pada :

a. Peningkatan prasarana utama untuk kegiatan industri.


b. Peningkatan prasarana penunjang lain (jalan, penyeberangan, dan pelabuhan laut).
c. Pengembangan pusat pemerintahan.
d. Pengembangan sumber daya manusia.
e. Pengembangan/perbaikan teknologi penangkapan ikan.

4. Kawasan Halmahera Selatan.

Kawasan ini meliputi Kecamatan Gane Barat dan Gane Timur yang merupakan wilayah
perkembangan tertinggal. Oleh karena itu perlu diprioritaskan pula penanganan
pembangunannya agar menjadi pemerataan pembangunan. Potensi yang dimiliki oleh kawasan
Halmahera Selatan ini adalah potensi perkebunan, sedangkan untuk permasalahan yang dimilki
adalah kurangnya tingkat aksesibilitas. Maka arah perkembangannya adalah :

a. Pengembangan transportasi laut sehingga dapat meningkatkan hubungan kawasan ini


dengan kawsan sekitarnya yang akan memudahkan penyaluran hasil-hasil produksi
perkebunan kawasan ini dengan pusat pengolahannya di Pulau Bacan.
b. Pengembangan transportasi darat untuk meningkatkan aksesibilitas intra wilayah (antara
Gane Barat dan Gane Timur).
c. Meningkatkan produktifitas perkebunan.

5. Kawasan Weda.

Kawasan ini meliputi Weda dan sekitarnya, kawasan ini perlu diprioritaskan karena adanya
rencana pengembangan kegiatan (eksploitasi) pertambangan nikel oleh PT. Weda Bay Nikel
seluas 90.000 Ha. Arahan pengembangan yang direkomendasikan untuk kawasan ini adalah
sebagai berikut :


II - 65
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

a. Pengembangan kawasan pertambangan yang sinergis dengan aspek rencana tata ruang
dan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mencegah adanya konflik tata ruang dan
kerusakan lingkungan.
b. Pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan sosial masyarakat disekitarnya yang berkaitan
erat dengan kegiatan penambangan sehingga dapat menghindarkan adanya konflik sosial
dan kegiatan ekonomi yang bersifat enclave.
c. Pengembangan rencana tata ruang kawasan yang lebih detail pada kawasan inti dan
penunjang.

6. Kawasan Khusus Pertahanan dan Keamanan Pulau Morotai

Sebagai kawasan yang berbatasan dengan negara tetangga (Filiphina), maka pengembangan
kawasan ini diarahkan untuk tujuan pertahanan keamanan. Selain itu pulau ini mempunyai
potensi pariwisata (dengan objek taman laut dan atraksi budaya/sejarah). Maka pengembangan
pada kawasan ini adalah :

a. Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering/perkebunan dan pertanian lahan basah


sebagai basis ekonomi lokal.
b. Pengembangan prasarana perhubungan laut dan udara.
c. Pengembangan prasarana perhubungan darat dan penyeberangan untuk meningkatkan
aksesibilitas kewilayah lain, seperti ke Galela (Pulau Halmahera).
d. Pengembangan pariwisata.

H. Perkembangan Kota/Kabupaten di Provinsi Maluku Utara


Mengacu pada kebijakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten, maka arah
perkembangan tiap kota/kabupaten di Provinsi Maluku Utara dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kota Ternate
Posisi Kota Ternate bila dipertimbangkan dalam proses pembangunan dalam keterkaitannya
dengan pertumbuhan antara Sulawesi, Maluku dan Papua, memiliki peranan penting sebagai
salah satu pusat pertumbuhan strategis di Kawasan Indonesia Timur. Maka dapat ditetapkan
tujuan fungsional sebagai berikut :

a. Sebagai pusat perdagangan Lintas Provinsi dan Lintas Kawasan Indonesia.


b. Sebagai barometer perekonomian di Kawasan Indonesia Timur.
c. Sebagai pemicu pertumbuhan di Kawasan Indonesia Timur.
d. Sebagai pusat transit sistem transportasi antar kawasan pengembangan Pulau Sulawesi
dan gugus pulau-pulau lain di Kawasan Timur Indonesia.


II - 66
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Perkembangan wilayah secara administrasi di lima kecamatan diarahkan merata dalam


pandangan keseimbangan pembangunan dengan adanya ciri khas masing-masing wilayah
kecamatannya yang tercermin sebagai berikut :

a. Zona Ternate yang meliputi wilayah Pulau Ternate, Ternate Utara dan Ternate Selatan,
dengan ciri khas sebagai pusat kegiatan berbasis jasa, industri dan perdagangan, sebagai
sentra kegiatan industri, pendidikan, pusat pemerintahan kota, pusat kebudayaan,
pariwisata. Pada zona ini diadakan pengedalian yang ketat terhadap kepadatan penduduk,
kepadatan bangunan, kepadatan kendaraan serta aspek lingkungan hidup.
b. Zona pulau-pulau yang meliputi Pulau Hiri, Moti, Mayau dan Tifure yang dikembangkan
sebagai kawasan produksi sektor pertanian/perkebunan/perikanan yang diharapkan dapat
mensuplai kebutuhan yang ada di Ternate.

2. Kota Tidore Kepulauan


Arah perkembangan Kota Tidore Kepulauan secara keseluruhan sebagai berikut :

a. Pembangunan kawasan tertinggal untuk mencapai pemerataan kesejahteraan penduduk.


b. Penetapan kawasan yang dikembangkan berbasis budaya lokal yakni dibagian Pulau
Tidore, dan kawasan yang dikembangkan berbasis budaya global yakni diwilayah sebagian
Pulau Halmahera.
c. Pengembangan sentra-sentra penunjang agribisnis dan agroindustri dalam bentuk sentra
produksi pertanian/perkebunan, pusat-pusat kolektif, pusat-pusat perdagangan.
d. Pengembangan kota dengan ciri kota pantai (waterfront) laut sebagai latar depan.
e. Pengembangan Soasio sebagai Pusat Pemerintahan Kota.
f. Pengembangan kawasan pendidikan di Pulau Tidore sebagai penginkatan sumber daya
manuasia.
g. Pengembangan Sofifi sebagai kawasan dengan citra Ibu Kota Provinsi Maluku Utara yang
dilengkapi dengan kawasan pusat perkantoran pemerintah, perumahan pegawai, pusat
jasa dan perdagangan, terminal, sarana / kompleks olahraga dan fasilitas penunjang
lainnya.
h. Pengembangan sistem perhubungan perairan (laut/selat).
i. Revitalisasi kota dan pelestarian budaya.

3. Kabupaten Halmahera Utara


Potensi dalam pengembangan Kabupaten Halmahera Utara antara lain :

a. Letak geografis wilayah Halmahera Utara yang strategis dalam skala nasional.
b. Hubungan ekonomi yang terbentuk antara Ambon, Sulawesi, Papua dan Jawa.


II - 67
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

c. Adanya peluang pasar baik domestik dan internasional bagi produk-produk sumber daya
alam yang sangat besar di Halmahera Utara.
d. Berdasarkan RTRW Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu kawasan andalan
dengan sektor unggulan perkebunan, perikanan laut, industri, pertambangan dan
pariwisata.
e. Berdasarkan sistem pusat permukiman salah satu kota di Kabupaten Halmahera Utara
yang terletak di Pulau Morotai yakni Kota Daruba yang saat ini menjadi ibukota Kecamatan
Morotai Selatan ditetapkan sebagai kota perbatasan yang berperan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN).
f. Adanya kawasan perbatasan dengan negara tetangga yang terletak di Pulau Morotai.

4. Kabupaten Halmahera Barat


Arah pengembangan dalam orientasi pelayanan kota-kota di Kabupaten Halmahera Barat adalah
sebagai berikut :

a. Kota Dodinga, Toguraci, Ake Jailolo, SP. Angkit Rahmat, SP. Rioribati, berorientasi kekota
Sidangoli membentuk pusat dan areal pelayanan di Jailolo Selatan.
b. Kota Togorebatua, Naga, Talaga, Goin berorientasi ke Kota Tongutesung.
c. Kota Tobo, Gamtala, Idamdege, Porniti, Acango, Saria, Bukumatiti, Matui, Hokuhoku,
berorientasi ke Kota Jailolo.
d. Kota Balisoan, Gamliel, Baru, Tauro berorientasi ke Kota Kedi (Loloda).

Potensi perkembangan Kabupaten Halmahera Barat antara lain :

a. Pengembangan kawasan tertinggal diwilayah Kabupaten Halmahera Barat dalam rangka


mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi antara kawasan.
b. Posisi Kabupaten Halmahera Barat merupakan posisi yang penting secara geografis
karena menjadi lintasan perantara antara pusat pertumbuhan utama di Ternate – Tidore
terhadap kawasan lain di Halmahera Utara dan Halmahera Timur serta Halmahera Tengah.

5. Kabupaten Halmahera Timur


Potensi pengembangan di Kabupaten Halmahera Timur antara lain :

a. Kota Maba sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Halmahera Timur sekaligus berfungsi
sebagai pusat pertumbuhan perdagangan dan jasa, kompleks perkantoran (pemerintahan
tingkat kabupaten), pendidikan, permukiman dan perumahan, serta industri kerajinan.
Dengan selesainya kompleks perkantoran pemerintahan kabupaten di dekat Dusun Maba
maka pusat sekunder itu akan semakin kuat fungsi dan perannya.
b. Kota Subaim sebagai Pusat Pemerintahan Kecamatan Wasile, simpul pemasaran produksi
pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perdagangan dan jasa, serta merupakan


II - 68
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

gabungan beberapa fungsi pemukiman/perumahan Desa Camara Jaya, Desa Bumi Restu,
dan Desa Subaim. Sentra-sentra penting yang mendukung Kota Subaim adalah kawasan
pertanian tanaman pangan dan holtikultural yang membentang dari Desa Subaim diselatan
hingga Desa Tutuling di bagian utara. Sedangkan sektor kegiatan yang saat ini sedang
tumbuh adalah sektor industri kerajinan dan pengolahan hasil pertanian.
c. Kota Buli sebagai Pusat Pemerintahan Kecamatan Maba, pusat pertumbuhan yang
merupakan gabungan dari komplek perumahan Desa Buli, Desa Buli Asal, dan Desa Buli
Karya, kegiatan pertanian pangan dan holtikultural yang terletak di permukiman
transmigrasi Dorosagu SP.II, Dorosagu SP.V, Maratana Jaya SP.I dan Dorolamo SP.II.
sentra produksi kayu di Desa Miaf, sentra produksi pertambangan nikel di Tanjung Buli,
sentra penangkapan dan pengolahan ikan di Desa Soa Laipoh, dan Soa Sangaji. Lokasi
tersebut telah dihubungkan jalan yang kondisinya pada saat ini masih kurang memadai.
d. Kota Nusajaya merupakan pusat pemerintahan ke Kecamatan Wasile Selatan, simpul
koleksi dan distribusi produksi pertanian dan perkebunan. Sentra produksi pendukungnya
adalah kawasan sentra pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang membentang dari
Desa Pintatu diselatan hingga Desa Minamain di utara.
e. Kota Bicoli sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Maba Selatan sebagai simpul koleksi
dan distribusi sektor perikanan tangkap, pertanian dan perkebunan. Sentra-sentra produksi
penting yang mendukung adalah kawasan sentra pertanian tanaman pangan dan
perkebunan yang membentang dari Desa Gotowase dibarat sampai Desa Sil ditimur.
f. Kota-kota lainnya yang memupunyai potensi perkembangan cukup baik adalah kota
Mabapura, Lolobata, Wayamli, Nusaambe, Dorosagu, dan Labi-labi. Kota tersebut akan
diposisikan sebagai kota pelabuhan, sentra produksi pertanian tanaman pangan,
perkebunan, pusat produksi pengolahan (kayu, ikan dan tambang).

6. Kabupaten Halmahera Tengah


Potensi pengembangan di Kabupaten Halmahera Tengah antara lain :

a. Pengembangan produksi pertanian tanaman pangan dengan pusat pengembangan di


Kecamatan Weda yang merupakan sentra tanaman kacang tanah, kacang kedele, padi, ubi
jalar, buah dan sayuran. Sedangkan kawasan pendukungnya adalah Kecamatan Patani.
b. Pengembangan produksi perkebunan dengan pusat pengembangan di Kecamatan Weda
(Desa Waleh) dengan komoditas utama kelapa, cengkeh dan coklat. Sedangkan untuk
kawasan pendukungnya adalah Kecamatan Patani dengan komoditas cengkeh, pala, kopi
serta Kecamatan Gebe dengan komoditas kelapa, coklat dan kopi.


II - 69
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

c. Pengembangan produksi peternakan berpusat di Kecamatan Weda dan Patani, sedangkan


kawasan pendukungnya adalah Kecamatan Gebe. Produksi peternakan yang ada berupa
sapi, kambing, ayam buras, dan itik.
d. Pengembangan produksi perikanan yang berpusat di Kecamatan Weda dengan basis
usaha di Desa Weda, komoditi unggulan adalah ikan cakalang, tuna, tongkol, julung,
sardine, ekor kuning, selar, terbang, teri dan lainnya. Akses perdagangan saat ini ke
Surabaya, Makasar dan lainnya. Selain di Kecamatan Weda produksi perikanan ini juga
berpusat di Kecamatan Patani dan Gebe.
e. Pengembangan produksi industri kecil dan industri rumah tangga yang mengelola hasil
pertanian. Pengembangan sektor ini berbasis di Kecamatan Weda dan Patani.
f. Pengembangan sektor pariwisata berpusat di Desa Sagea, Kecamatan Weda. Obyek
wisata di Desa Sagea berupa danau dan goa air.
g. Pengembangan sektor pertambangan di Kecamatan Weda yaitu di Desa Lilief sampai
Tanjung Uli dengan luas sekitar 20.000 Ha.

7. Kabupaten Halmahera Selatan


Potensi pengembangan di Kabupaten Halmahera Selatan antara lain :

a. Potensi kawasan hutan produksi yang berada di pulau-pulau yang memiliki potensi kayu
hutan yang dikaitkan dengan keberadaan industri perkayuan yakni diseluruh wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan kecuali Pulau Kayoa dan Makian. Potensi hutan produksi
seluas 50.000 Ha dan potensi hutan produksi terbatas seluas 250.000 Ha.
b. Potensi pengembangan perkebunan diseluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan
kecuali di Pulau Kayoa dan Makian.
c. Potensi pengembangan kawasan budidaya non pertanian di pesisir Kabupaten Halmahera
Selatan, yakni seperti pengembangan pusat permukiman, industri dan pariwisata.
d. Pengembangan sektor pertanian tanaman pangan direncanakan berpusat dikawasan
Bacan Timur dan Gane Timur yang telah dilengkapi dengan prasarana irigasi teknis dan
telah diprogramkan sebagai tujuan transmigrasi.
e. Pengembangan sektor tanaman perkebunan guna meningkatkan ekonomi lokal dan
berorientasi kearah usaha agroindustri dikawasan Bacan ( Kecamatan Bacan, Bacan Barat
dan Bacan Timur), Obi (Kecamatan Obi dan Obi Selatan), dan Gene (Gane Barat dan
Gane Timut), sedangkan untuk Kawasan Makian dan Kayoa kegiatan usaha perkebunan
lebih ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan lokal masyarakat.
f. Kawasan pengembangan sektor perikanan, pariwisata dan industri kecil-menengah,
pengembangannya di 4 kawasan yakni Bacan, Obi, Gane, serta Makian – Kayoa.
g. Kawasan pengembangan sektor pertambangan dikembangkan di kawasan Bacan dan Obi.


II - 70
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

8. Kabupaten Kepulauan Sula


Potensi pengembangan di Kabupaten Kepulauan Sula antara lain :

a. Potensi pengembangan industri kecil pada kawasan Kecamatan Mangoli Barat.


b. Potensi pengembangan wisata pada Kecamatan Taliabu Timur, Taliabu Barat serta
Sanana.
c. Pengembangan kawasan prioritas sebagai kawasan tumbuh cepat adalah pada :
Kawasan Taliabu Barat, merupakan kawsan berbatasan dengan Pulau Sulawesi
Tengah (Banggai), dimana hasil produksi kehutanan daerah ini banyak dipasarkan ke
Banggai. Kawasan ini sangat potensial untuk pengembangan industri (perikanan dan
pengolahan kayu) dan kehutanan.
Kawasan Taliabu Timur, kawasan ini merupakan kawasan yang mengalami
perkembangan yang relatif tertinggal dari daerah lainnya di Kepulauan Sula. Potensi
yang ada adalah perkebunan namun potensi ini tidak didukung dengan prasarana
yang ada dan aksessibilitas kurang sehingga perkembangan daerah ini menjadi
terlambat.
Kawasan Mangoli Barat, kawasan ini potensial untuk pengembangan perkebunan,
kehutanan, (pengolahan hasil-hasil perkebunan dan industri) kehutanan.

II.3.3. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN EKSTERNAL PROVINSI MALUKU UTARA

Fenomena globalisasi yang dicermati dalam upaya pengembangan wilayah Maluku Utara ke depan,
antara lain sebagai berikut :

1. Telah terjadi arus globalisasi dibidang investasi, perdagangan, komunikasi dan sistem infomasi yang
tidak mengenal lagi batas wilayah negara maupun daerah.
2. Dalam rangka globalisasi telah dicapai kesepakatan antar negara untuk melaksanakan liberalisasi
pasar ekonomi dan pasar bebas.
3. Liberalisasi ekonomi dan pasar bebas akan menciptakan sebuah perekonomian yang diwarnai oleh
persaingan yang sangat ketat, khususnya dibidang produksi dan jasa, lapangan kerja, teknologi dan
kualitas SDM. Kondisi ini menuntut segenap SDM Maluku Utara menyiapkan diri agar tetap mampu
berdiri ditengah persaingan ekonomi, teknologi dan SDM yang ketat.
4. Berkembangnya wilayah-wilayah dibidang ekonomi sub regional (KESRA) di berbagai belahan dunia,
termasuk di ASEAN yang akan menumbuhkan iklim persaingan antar wilayah. Wilayah Maluku Utara
sebagai bagian dari NKRI telah terlibat dalam KESRA BIMP – EAGA.
5. Pelaksanaan AFTA dilingkungan ASEAN pada tahun 2003 dan pelaksanaan pasar bebas dilingkungan
APEC pada tahun 2020 untuk negara berkembang.


II - 71
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

Tantangan bagi wilayah Maluku Utara dalam menyongsong pasar bebas adalah pelaksanaan AFTA
pada tahun 2003. Mengingat adanya dampak krisis ekonomi yang hingga kini belum terpulihkan, maka yang
terpenting bagi Maluku Utara adalah bagaimana dapat mempercepat pemulihan dan pembangunan kembali
perekonomiannya untuk menumbuhkan daya saing wilayah. Beberapa isu hasil pengamatan perkembangan
terakhir saat ini terdiri dari lingkungan strategis eksternal yang berpengaruh terhadap sektor perhubungan
meliputi antara lain :

A. Globalisasi
Perubahan paradigma dibidang ekonomi ditandai dengan isu liberalisasi perdagangan dan investasi
yang cenderung berusaha menghilangkan berbagai restriksi, proteksi dan campur tangan pemerintah
dalam kegiatan ekonomi. Berbagai kesepakatan perdagangan dan investasi antar perdagangan
seperti General Agreement on Trade in Service (GATS) dituangkan dalam forum International World
Trade Organitation (WTO) dan kesepakatan-kesepakatan perdagangan dalam lingkup regional seperti
Asean Pasifik Economic Cooperation (APEC), Asean Free Trade Area (AFTA), North America Free
Trade Area (NAFTA) dan Australia New Zealand Closer Relation Trade Agreement (ANZERTA),
kesemua ini bersifat mengikat bagi negara yang meratifikasi perjanjian tersebut. Situasi semacam ini
akan meningkatkan kebutuhan jasa transportasi, pos dan telekomunikasi antar negara.

Disamping itu telah terjadi pergeseran sentra kegiatan perekonomian dunia dari kawasan Atlantik ke
Kawasan Pasifik yang ditandai dengan keberhasilan negara-negara di Asia Timur dan di Asia
Tenggara menjadi negara industri maju. Pergeseran ini cenderung diikuti dengan berkembangnya
pola pelayaran antara pelabuhan – pelabuhan di Pantai Barat Amerika (American West Coast) dan
pelabuhan – pelabuhan di Pasifik Barat (Jepang, Korsel, Taiwan, Hongkong, dan Cina) serta di Pasifik
Barat Daya (Khususnya negara-negara anggota ASEAN).

Dalam rangka menjembatani berlakunya Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESRA) seperti : Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines-East Asia Growth Area (BIMP-EAGA), Indonesia-
Malaysia-Thailand-Growth Triangle (IMT-GT), Indonesia-Malaysia-Singapore-Growth Triangle (IMS-
GT). Semua bentuk kerja sama ekonomi sub regional tersebut berkaitan erat dalam upaya menunjang
sektor ekonomi dan pariwisata, sedangkan BIMP-EAGA dan IMT-GT merupakan kerjasama yang
secara langsung berkaitan dengan transportasi laut telah dibentuk Kelompok Kerja di Bidang Sea
Linkage dan Shipping Service.

B. Kompatibilitas Global
Dibutuhkan kompatibilitas global dalam memasuki dunia tanpa batas (bordeless world), seperti
dijelaskan sebelumnya dimana ekonomi industri berbasis baja, mobil, pesawat terbang, dan jalan raya
bergeser menuju ekonomi baru yang berbasis komputer, jaringan multimedia dan ruang virtual
(cyberspace). Kompatibilitas global membutuhkan investasi yang besar, yang tidak dapat
mengandalkan sumber pendanaan publik semata. Prasarana sosial, termasuk peningkatan sumber


II - 72
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

daya manusia menjadi semakin penting. Paradigma baru ini menuntut peningkatan peran sektor
swasta dalam penyediaan investasi dan pembangunan sektor perhubungan/transportasi.

Di era tanpa batas, jaringan perhubungan nasional berperan sebagai suatu sub sistem dari jaringan
global dan regional perlu diciptakan kompatibilitas dan saling melengkapi antara sistem jaringan
nasional dan global. Aksesibilitas dari suatu wilayah dan efisiensi prasarana perhubungan merupakan
prasyarat bagi mobilitas ekonomi dan investasi dari berbagai penjuru dunia. Penyelenggaraan
pelayanan transportasi, pos dan telekomunikasi terjalin fungsi pelayanan dan integrasi sehingga
saling bersinergi. Untuk itu, sebagai prasyarat utama dalam menjangkau pelayaran secara global
terkait erat dengan konvensi-konvensi International seperti ICAO (International Civil Aviation
Organitation) untuk pelayanan transportasi laut antara lain SOSLAS 1974, MARPOL 1973 dan SCTW
1995, ITU (International Telekomunikation Union) untuk pelayanan komunikasi serta UPU (Universal
Postal Union) untuk pelayanan pos.

C. Partisipasi Sektor Swasta


Seandainya pembangunan infrastruktur dan pelayanan perhubungan bersifat “profitable”, maka tidak
perlu lagi dibangun dengan dana pemerintah. Namun, jika tarif yang ditetapkan rendah dan kerangka
kebijakan Pemerintah tidak terarah akan sulit melibatkan sektor swasta. Dengan tidak jelasnya
prospek keuntungan dan disertai dengan adanya krisis ekonomi dan keuangan, maka partisipasi
sektor swasta sulit untuk berkembang. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan langkah berikut :

a. Pemerintah perlu merumuskan dan melaksanakan kebijakan swastanisasi dan partisipasi sektor
swasta yang konsisten. Sektor swasta tidak dapat mengimplementasikan proyek-proyek tanpa
adanya kerangka hukum dan peraturan yang kuat.
b. Pemerintah perlu untuk mempersiapkan proyek-proyek yang realistis :
Pada umumnya swasta menginginkan agar pemerintah turut memikul sebagian resiko (risk
sharing).
Program pembebasan lahan dan pemindahan penduduk perlu ditanggung oleh pemerintah,
dilain pihak pendanaan pemerintah juga terbatas.
Pembangunan prasarana perlu memperhatikan aspek lingkungan dan keselamatan
sebagai konsekuensi adanya pembangunan infrastruktur baru.
c. Konsesi harus ditenderkan secara transparan dengan prosedur tender yang kompetitif, guna
menjamin diperolehnya manfaat dari partisipasi sektor swasta.
d. Tarif sesuai dengan mekanisme pasar yang sehat/kompetitif merupakan prasyarat bagi
partisipasi sektor swasta. Pada masa lalu, sektor perhubungan diatur dan disubsidi oleh
pemerintah dan tarif yang ditetapkan pada umumnya dibawah biaya ekonomi yang sebenarnya
(marginal cost pricing principle).


II - 73
LAPORAN AKHIR
Review Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Perhubungan Provinsi Maluku Utara

D. Pengembangan Teknologi
Teknologi informasi akan mempengaruhi sektor perhubungan di Indonesia, karena aspek kecepatan,
ketepatan didalam pengiriman informasi, barang dan pelayanan merupakan kebutuhan bagi
kompatibilitas global. Diperlukan penerapan Intelegent Transportation System (ITS), Electronic Data
Interchange (EDI), Telecommuniting dan usaha-usaha untuk mengoptimalkan keterkaitan antar
transportasi, telekomunikasi dan energi secara bertahap. Kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi oleh
industri perhubungan yang modern dan efisien dan ditangani dengan manajemen profesional dan
teknologi yang memadai. Industri dan pelayanan transportasi yang pada masa lalu didominasi oleh
sektor publik atau dikelola oleh BUMN, perlu ditransformasi dan direstruktrurisasi dari manajemen
birokratis menuju manajemen profesional dan efisien. Dalam hal ini, transportasi dipandang sekaligus
sebagai unit bisnis dan industri layanan publik yang responsif terhadap pengguna.

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menjalani sistem tersebut, diperlukan
restruktrisasi proses pelatihan dan pendidikan, dimana keterlibatan pemerintah dan BUMN dalam
penyediaan dan fasilitator serta regulator saja. Pemerintah bertanggung jawab dalam menetapkan
kualitas, standar kurikulum, sertifikasi dan peraturan serta hukum yang mendukung. Sektor swasta
melalui kerjasama, harus diberi kesempatan untuk menyelenggarakan program pelatihan dan
pendidikan secara profesional dibidang transportasi seperti IRF (jalan), ICAO (udara) dan IMO (laut).

--------------------------o------------------------/\/\/000000L000000T000000F000000\/\/\------------------------o--------------------------


II - 74

Anda mungkin juga menyukai