Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN BRANDING PADA UKM MAKANAN RINGAN

DI KABUPATEN JEPARA

Hari Susanta Nugraha, Fitrie Ariyanti, Darwanto


Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang
Email: harisusanta.nugraha@gmail.com

Abstract
The implementation of branding to SME’s products can help the consumers to choose products from the
competitors. The emergence of branding on SME’s products cause by the needed of identity for product’s
of SME’s for entering in the national market, thus increasing penetration. In fact, many SMEs are not yet
aware of the importance of branding for competitiveness. The SME’s are more focused on aspects of
product sales. The purpose of the study is that known the business conditions and application of branding
of SME’s snacks in Jepara District. The research used qualitative approach to disclusore the emergence of
branding. The implementation of branding to SME’s focus on desgn of packaging and labeling. Packaging
with attractive designs and informative labels can determine the consumer's interest in purchasing the
product. The more familiar a product, the easier it will be for market to choose.

Penerapan branding terhadap produk UKM dapat memudahkan konsumen memilih produk ditengah
banyaknya pilihan dan kualitas produk yang tersedia. Penggunaan merek yang tepat pada produk UKM
akan lebih mudah masuk di pasar nasional, sehingga dapat meningkatkan penetrasi. Kenyataanya banyak
pelaku UKM yang belum menyadari peran merek dalam peningkatan daya saing produknya. Mereka lebih
fokus terhadap aspek penjualan produknya. Tujuan penelitian ini mengetahui kondisi usaha dan penerapan
branding terhadap UKM makanan ringan di Kabupaten Jepara. Metode yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Penerapan branding terhadap UKM makanan ringan fokus terhadap kemasan dan desain label
produknya. Kemasan dengan desain menarik dan label yang informatif dapat menentukan minat konsumen
membeli produk tersebut. Semakin dikenalnya suatu produk, maka semakin memudahkan mitra dalam
memasarkan produk secara luas.

Keywords
Branding, marketing attractiveness, competition
Branding, daya tarik pemasaran, persaingan

Pendahuluan dengan persiapan pemerintah yang belum


menyeluruh ke semua pelaku UKM. Pangsa
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pasar pelaku UKM masih berskala regional,
berperan penting dalam meningkatkan sehingga diperlukan kesadaran branding
perekonomian Indonesia. UKM tidak untuk mengenalkan dan memperluas pangsa
terpengaruh oleh tekanan eksternal sehingga pasar produk UKM.
mampu bertahan dan tumbuh ketika krisis
melanda tahun 1998. Hal ini disebabkan Membangun sebuah brand merupakan
UKM memiliki intesitas tenaga kerja yang hal penting dalam era persaingan pasar
relatif tinggi dan jumlah investasi yang kecil global, baik skala usaha besar maupun skala
sehingga lebih fleksibel dalam menghadapi usaha kecil. Merek mewakili gambaran dan
perubahan pasar (Sudarwati & Satya, 2013). nilai-nilai yang ditanamkan oleh perusahaan.
Besarnya potensi UKM di Indonesia Merek mempengaruhi minat dan keputusan
seharusnya mampu memenuhi kebutusan pembelian karena memudahkan konsumen
dasar masyarakat serta dapat mengurangi ketika menghadapi banyak pilihan produk
pengangguran, ternyata tidak diimbangi yang tersedia di pasaran. Kertajaya (2004)

| 16
17 | Jurnal Administrasi Bisnis Volume 6 Nomor 1 Maret 2017

berpendapat hal terpenting dalam UKM makanan ringan di Kecamatan


membangun sebuah merek (brand building) Bangsri masih menghadapi beberapa
adalah terus menunjukkan nilai yang tinggi kendala yaitu pemasaran produknya masih
seperti kualitas hingga inovasi produk. sangat terbatas dan hanya untuk memenuhi
Pengelolaan brand yang buruk akan kebutuhan lokal saja, belum banyak yang
menurunkan minat konsumen terhadap mampu menembus pasar nasional maupun
merek atau produk tersebut bahkan merek ekspor. Kualitas hasil makanan olahan UKM
tersebut menghilang menghilang dari sudah cukup baik, tetapi produk mereka
pasaran (Kotler, 2005). belum mampu bersiang dengan produk
makanan olahan dari daerah lain di
Kecamatan Bangsri merupakan sekitarnya seperti halnya Jenang dari Kudus
kecamatan terpadat kedua di Kabupaten atau Kacang dari Pati. Hal ini dikarenakan
Jepara setelah Kecamatan Tahunan. dari segi kemasan yang masih sederhana dan
Kecamatan Bangsri merupakan pusat masih banyak pelaku UKM yang belum
pembangunan di Jepara bagian utara. menyadari peran merek dalam peningkatan
Kecamatan Bangsri lebih banyak ditemui daya saing produknya. Para pelaku UKM
berbagai sentra UKM Olahan Makan yang menganggap bahwa merek identik dengan
merupakan hasil olahan produk pertanian biaya yang mahal dan kurangnya
dan laut. Saat ini, UKM olahan makanan pengetahuan mengenai manajeman branding
menempati posisi kedua setelah UKM sehingga merasa rumit untuk dilakukan.
furnitur kayu. Keunggulan UKM makanan
ringan di Kecamatan Bangsri adalah Pelaku UKM harusnya menyadari
sebagian besar bahan bakunya merupakan bahwa merek harus dijadikan prioritas
hasil produk pertanian lokal. Hal ini tentu karena merek merupakan sebuah investasi
saja sangat mendukung sektor pertanian itu yang diharapkan akan memberikan
sendiri. dibandingkan dengan industri keuntungan bagi UKM. UKM yang hanya
furnitur kayu dan konveksi yang bahan berorientasi pada produk, akan mudah ditiru
bakunya lebih banyak didatangkan dari luar oleh pesaingnya. Rangkuti dalam Sudarwati
daerah bahkan impor yang semakin sulit dan dan Satya (2013) menjelaskan setiap
mahal. kategori produk saat sudah memiliki syarat
Gambar 1. standar kualitas sehingga produk akan
Diagram Jumlah Unit Usaha Industri Kecil Menengah
Jepara Tahun 2014 mudah diterima pasar jika memenuhi syarat
tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan kesadaran
pengembangan merek di kalangan pelaku
usaha.

Tinjauan Pustaka

Usaha Kecil dan Menengah

Usaha Kecil dan Menengah (UKM)


merupakan jenis usaha yang paling banyak
jumlahnya di Indonesia, tetapi batasan
mengenai kriteria usaha kecil di Indonesia
Sumber: http://jeparakab.bps.go.id, thn. 2017
masih beragam. Pengertian kecil dalam
usaha kecil bersiat relatif, sehingga perlu
Penerapan Branding pada UKM Makanan Ringan di Kabupaten Jepara... | 18

ada batasan yang dapat menimbulkan diasosiasikan dengan produk atau jasa dan
defiinisi-definisi usaha kecil dari berbaga menimbukan arti psikologis atau asosiasi.
segi. UKM didefinisikan berbeda tergantung
pada negara dan aspek-aspek lainnya. Krake Keller dalam Sudarwati & Satya
dalam Rahab (2009) mendefinisikan UKM (2013) menjelaskan merek memberikan
menurut Uni Eropa merupakan usaha yang manfaat bagi produsen dan konsumen.
memperkerjakan tenaga kerja tidak lebih Manfaat merek bagi produsen adalah untuk
dari 250 orang. Uni Eropa memudahkan proses penanganan atau
mengklasifikasikan UKM menjadi tiga pelacakan produk bagi perusahaan, bentuk
kategori usaha meliputi perusahaan mikro proteksi hukum terhadap fitur atau aspek
dengan tenaga kerja sama atau kurang dari produk yang unik, sinyal tingkat kualitas
10 orang, perusahaan kecil dengan tenaga bagi para pelanggan yang puas sehingga
kerja lebih dari 10 sampai 50 orang, mereka dapat dengan mudah membeli
perusahaan menengah dengan tenaga kerja kembali di lain waktu. Manfaat merek bagi
lebih dari 50-250 orang. konsumen adalah dapar mengidentifikasi
produk yang dibutuhkan atau dicari,
UKM memiliki karakteristik yang penghematan waktu dan energi melalui
berbeda dengan usaha berskala besar, yaitu pembelian ulang identik dan loyalitas, serta
dari segi permodalan dan sumber daya jaminan konsumen dapat mendapatkan
manusia. UKM memerlukan modal relatif kualitas yang sama sekalipun pembelian
kecil dibandingkan dengan usaha berskala dilakukan pada waktu dan tempat yang
besar, sehingga UKM lebih banyak bergerak berbeda.
di sektor informal. UKM memiliki
keunggulan dalam kegiatan pemasarannya. Brand Strategy (Strategi Merek)
Reijnders dan Verstappen dalam Rahab
(2009) menjelaskna bahwa UKM memiliki Brand tidak hanya sekedar nama dan
keunggulan dalam pemasaran berupa logo, tetapi janji suatu organisasi kepada
kecepatan bereaksi, fleksibilitas dan konsumen untuk memberikan apa yang
kemampuan melihat peluang pasar. menjadi prisnisp brand tersebut serta
bermanfaat dalam hal fungsional, emosional,
Brand (Merek) ekspresi diri dan sosial. Merek mulai
mendapatkan perhatian khusus setelah para
Merek (brand) adalah identitas pelaku usaha menilai bahwa brand memiliki
tambahan suatu produk yang bukan hanya peran penting dalam penjualan produk
membedakan dari produk pesaing, tetapi mereka. Brand merupakan asset, memiliki
juga janji dari produsen kepada konsumen ekuitas dan menggerakkan strategi serta
bahwa produk tersebut akan selalu dapat performa bisnis. Pengelolaan dan
menyampaikan nilai yang diharapkan manajemen brand kini menjadi isu penting
konsumen dari sebuah produk. Tjiptono untuk dibahas terkait strategi perusahaan
(2014) menyatakan bahwa merek dalam menjaga kesetiaan konsumennya
merupakan aset strategik terpenting seperti (Aaker, 2014).
perusahaan yang mampu menciptakan nilai
atau manfaat bagi pelanggan dan Schultz dan Barnes dalam Kusno dkk
perusahaan. Susanto & Wijanarko dalam (2007) mendefinisikan strategi merek
Kusno dkk (2007) juga menyatakan bahwa merupakan kegiatan yang mengatur semua
merek merupakan nama atau simbol yang elemen-elemen yang bertujuan untuk
19 | Jurnal Administrasi Bisnis Volume 6 Nomor 1 Maret 2017

membentuk suatu merek. Gelder dalam merek sebagai apa yang seharusnya dicapai
Kusno dkk (2007) mendefinisikan strategi suatu brand dalam kaitannya dengan sikap
dan perilaku konsumen. Strategi merek Handayani dkk (2010) mengemukakan
adalah suatu manajemen brand yang tingkatan brand awareness sebagai berikut :
bertujuan untuk mengatur semua elemen (1) Unware of brand, tahap ini konsumen
brand dalam kaitannya dengan sikap dan merasa ragu atau tidak yakin sudah
perilaku konsumen, atau dapat diartikan mengenal merek yang disebutkan; (2) Brand
sebagai suatu sistem komunikasi yang recognition, tahap ini konsumen mampu
mengatur semua kontak point dengan suatu mengidentifikasi merek; (3) Brand recall,
produk atau jasa atau organisasi itu sendiri tahap ini konsumen mampu mengingat
dengan stakeholder dan secara langsung merek tanpa diberikan stimulus; (4) Top of
mendukung bisnis strategi secara mind, tahap ini konsumen mengingat merek
keseluruhan. Gelder dalam Kusno (2007) sebagai yang pertama kali muncul di pikiran
menambahkan brand strategy terdiri atas saat berbicara mengenai kategori produk
brand positioning, brand identity, dan brand tertentu.
personality. Schultz dan Barnes dalam
Kusno dkk (2007) juga menambahkan yang Metode Penelitian
termasuk dalam brand strategy adalah brand
communication. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian
Brand Awareness (Kesadaran Merek) kualitatif adalah metode penelitian pada
filsafat postpositivisme yang digunakan
Brand awareness adalah kemampuan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
konsumen untuk mengenali atau mengingat alamiah atau sebagai lawannya adalah
bahwa suatu merek termasuk dalam kategori eksperimen dimana peneliti adalah sebagai
produk tertentu (Aaker, 2014). Durianto dkk instrument kunci, pengambilan sampel
(2014) menjelaskan brand awareness adalah sumber dan dilakukan secara purposive dan
kesanggupan seorang calon pembeli untuk snowball, teknik pengumpulan data
mengenali, mengingat kembali suatu mrek dilakukan dengan triangulasi (gabungan)
sebagai bagian dari suatu kategori produk analisis data bersifat induktif/kualitatif lebih
tertentu. Kesadaran merek merupakan menekankan pada maknan daripada
elemen ekuitas yang sangat penting bagi generalisasi (Sugiyono, 2009).
perusahaan karena kesadaran merek dapat
berpengaruh secara langsung terhadap Penelitian ini menggunakan
ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen pendekatan studi kasus karena melihat
terhadap merek rendah, maka dapat bagaimana penerapan branding terhadap
dipastikan bahwa ekuitas merek rendah. UKM makanan ringan di Kabupaten Jepara.
Oleh karena itu meningkatkan kesadaran Teknik pengumpulan data melalui observasi,
konsumen terhadap merek merupakan analisisi dokumen dan wawancara
prioritas perusahaan untuk membangun mendalam (indepth-interverview) dengan
ekuitas merek yang kuat. informan yaitu pemilik UKM makanan
ringan.
Kemampuan konsumen untuk
mengenali atau mengingat merek suatu Pembahasan dan Hasil
produk berbeda tergantung tingkat
komunikasi merek atau persepsi konsumen Kecamatan Bangsri merupakan sentra
terhadap merek produk yang ditawarkan. UKM makanan ringan di Kabupaten Jepara.
Penerapan Branding pada UKM Makanan Ringan di Kabupaten Jepara... | 20

UKM Muantap Uenak (UKM MU) kualitas. Konsumen akan tertarik untuk
merupakan UKM makanan ringan yang membeli suatu produk jika harga yang
terdapat di Desa Banjaran. UKM Muantap ditawarkan murah dan terjangkau. Namun
Uenak didirikan pada tahun 2012 serta nilai loyalitas terhadap produk tersebut akan
memiliki 37 variasi produk makanan lemah, terutama jika pelaku usaha hanya
unggulan seperti Teri Crispy, Udang Crispy, menjual produk dengan harga murah tanpa
Noga Kacang, Kacang oven dan Kripik diimbangi dengan kualitas yang baik.
Pare. Awal mula berdirinya UKM Muantap Konsumen tersebut akan mudah berpindah
Uenak merupakan keinginan ibu-ibu rumah kepada produk yang lebih berkualitas yang
tangga di Desa Banjaran untuk menambah dijual pelaku usaha lain, walaupun harga
penghasilan keluarga dan meningkatkan yang ditawarkan lebih mahal.
kesejahteraan serta memberdayakan
perempuan di Desa Banjaran untuk lebih Penggunaan merek yang tepat pada
aktif dan kreatif. Bahan baku yang produk UKM dapat menjadi salah satu cara
digunakan berasal dari hasil pertanian dan untuk meningkatkan ekspor. Produk dapat
perikanan lokal. Produk UKM Muantap lebih mudah bersaing di pasar internasional
Uenak dipasarkan di pusat oleh-oleh yang jika produk tersebut memiliki merek yang
ada di Jepara. UKM Sumber Urip diremcakan dengan baik, desain yang
merupakan salah satu UKM makanan ringan menarik dan dipasarkan dengan tepat.
yang terletak di Desa Banjar Agung yang Peningkatan daya saing produk ekspor
menghasilkan varian produk diantaranya melalui startegi pengembangan merek dapat
keripik singkong, keripik pisang, keripik bermanfaat bagi jangka pendek mapun
sukun, opak singkong dan keripik tempe. jangka panjang.
Pemasaran produk terbatas pada wilayah
sekitar terutama untuk memasok warung Tabel 1. Klasifikasi Produk UKM
makan dan pasar di Kecamatan Bangsri.
Klasifikasi UKM Mantap UKM Sumber
Uenak Urip
Kendala yang kerap dihadapi UKM Jenis Makanan ringan Makanan
tersebut dalam mengembangkan usahanya (camilan) dan Ringan
cukup bervariasi mulai dari masalah minuman (sirup)
permodalan, tenaga kerja, kapasitas produksi Omset/ Rp.10.000.000,- Rp.10.000.000,-
hingga manajemen usaha. Pemilik UKM bulan s/d s/d
Rp.20.000.000,- Rp.20.000.000,-
lebih banyak memproduksi makanan ringan Spesifikasi Dikemas dengan Kemasan plastik
jika mendapat pesanan dalam skala besar kemasan khusus dan label
contohnya untuk acara hajatan. Mereka dan berlabel sederhana
belum memproduksi untuk dijual secara Mutu Penggunaan Kemasan
retail. Hal inilah yang menyebabkan merek kemasan khusus sederhana
bisa membuat menjadikan
makanan ringan UKM tersebut belum produk lebih produk tidak
dikenal konsumen secara luas. tahan lama tahan lama
Sumber : data diolah (2017)
Pelaku UKM baru biasanya
menggunakan strategi harga rendah dalam
memasarkan produknya untuk mendapatkan
pelanggan. Harga produk yang ditawarkan
dianggap konsumen sebagai indikator
21 | Jurnal Administrasi Bisnis Volume 6 Nomor 1 Maret 2017

Tabel 2. Manajemen UKM yang unik untuk memiliki daya tarik yang
lebih baik. Bahan baku makanan yang unik
Manajemen UKM Mantap UKM Sumber
Uenak Urip
serta bentuk penyajian yang menarik
Production Masih sederhana, Masih sederhana, menjadi daya tarik utama produk UKM
Planning tergantung modal tergantung modal Mantap Uenak (MU) dalam meningkatkan
dan pesanan. dan pesanan. brand awarenes di mata konsumen. Pelaku
Accounting- Sudah ada masih Belum ada UKM harus aktif mencari informasi
bookkeeping sederhana pencatatan khusus kegiatan pameran dan pelatihan untuk
Pola Bersifat Bersifat
Manajemen kekeluargaan kekeluargaan pengembangan usahanya. UKM Muantap
dengan sistem Uenak (MU) sudah sering mengikuti
kelompok binaan. kegiatan pameran yang diadakan dinas-dinas
Sertifikasi PIRT, Depkes, PIRT di Kabupaten Jepara. Penyediaan alat bantu
Usaha dan MUI pemasaran seperti portable booth juga
Inventory Masih sederhana Masih sederhana
namun cukup
diperlukan untuk meningkatkan nilai produk
tertata rapi dan volume penjualan.
Pemasaran Penjualan outlet Penjualan outlet
umum dan outlet umum dan sales UKM Sumber Urip perlu perbaikan
khusus, pameran freelance terhadap kemasan kemasan produk.
atau event lokal Perbaikan tersebut dengan menggunakan
Transaksi Tunai/ sesuai Tunai/ sesuai
sealer elektrik agar kemasan lebih terlihat
pembayaran kesepakatan kesepakatan
(konsiyansi) rapi dan produk lebih tahan lama. Selain itu,
Sumber : data diolah (2017) perlu merombak label kemasan yang
menampilkan informasi lebih lengkap
Strategi brand awareness adalah tentang produk tersebut sehingga memiliki
upaya untuk meningkatkan popularitas daya tarik terhadap konsumen. Namun tetap
merek di pasaran dan mempertegas fleksibel dan ekonomis dalam biaya
positioning produk mereka. Hal ini produksinya agar biaya pengemasan tetap
dilakukan mengingat produk yang sejenis di terjangkau.
pasaran relatif melimpah. Selain bentuk
visual seperti logo merek, juga diharapkan Desain label baru ini memudahkan
mampu memunculkan keunggulan pada UKM Sumber Urip untuk menerapkan
produk yang diproduksi. Sebagian besar kepada beberapa produknya dan ukuran
UKM tidak memprioritaskan dalam kemasan dengan hanya memberi tanda dan
peningkatan brand awareness, pelaku UKM keterangan pada kolom yang disediakan.
hanya fokus pada aspek penjualan Label tersebut juga disediakan kolom untuk
produknya. Jika produknya terjual dnegan tanggal kadaluwarsa produk sehingga
baik, maka pelaku UKM dapat tetap kualitas produk dapat tetap terjaga dan
bertahan di pasar. Hal tersebut sesuai konsumen lebih terlindungi. Label ini
dengan pendapat Peterson dalam Rahab didesain secara sederhana dengan satu
(2009) bahwa orientasi produk dan warna adalah untuk menekan biaya produksi
penjualan lebih diutamakan daripada khususnya pada kemasan sehingga produk
orientasi pada pemasaran. mitra tetap dapat bersaing di pasaran.

Kemasan UKM Mantap Uenak (MU)


yang dimiliki sudah cukup baik, hanya perlu
menekankan pada sisi orisinalitas cita rasa
Penerapan Branding pada UKM Makanan Ringan di Kabupaten Jepara... | 22

Tabel 3. Alternatif Solusi Pemecahan merek hanya perlu dipikirkan setelah usaha
Permasalahan UKM Makanan Ringan mereka menjadi besar. Padahal
Alternatif
pengembangan mereka tidak hanya
Alternatif dilakukan indsutri skala besar, tetapi juga
Solusi UKM
Permasalahan Solusi UKM diperlukan bagi usaha mikro, kecil dan
Mantap
Sumber Urip
Uenak (MU) menengah.
Produk mudah Workshop: Workshop:
ditiru dan tidak Strategi brand Strategi Kemasan UKM Muantap Uenak (MU)
ada yang awareness pengembangan
istimewa untuk product value.
yang dimiliki sudah cukup baik, hanya perlu
dibanding merek meningkatkan menekankan pada sisi orisinalitas cita rasa
lain. omset yang unik untuk memiliki daya tarik yang
penjualan dan lebih baik. Pelaku UKM juga aktif mencari
loyalitas informasi kegiatan pameran dan pelatihan
konsumen
untuk pengembangan usahanya. UKM
Nilai produk Pemanfaatan Perbaikan
yang kecil Stand / Booth bahan dan tersebut sudah sering mengikuti kegiatan
portable untuk teknik pameran yang diadakan dinas-dinas di
promosi pengemasan Kabupaten Jepara. UKM Sumber Urip perlu
(termasuk yang memperbaiki kemasan produk agar terlihat
perbaikan meningkatkan
lebih rapi dan produknya lebih tahan lama.
materi product value.
promosi). Selain itu, juga perlu merombak label
Produk kurang Pendampingan Melakukan Re- kemasan yang menampilkan informasi
dikenal oleh pemanfaatan branding atau lengkap tentang produk tersebut sehingga
masyarakat luas. media sosial New-Brand meningkatkan daya tarik konsumen.
serta produk untuk
pengembangan menghasilkan
Semakin dikenalnya suatu produk,
materi promosi profit margin
lebih baik. maka semakin memudahkan mitra dalam
Kesulitan Melakukan Memberikan memasarkan produknya secara luas. Adanya
mengembangkan pemetaan tips/saran atas kemajuan teknologi mewajibkan pengusaha
segmen pasar terhadap strategi harus dapat beradaptasi dengan perubahan
yang lebih luas. kondisi suatu pemasaran pola konsumsi. Pemanfaatan e-commerce
produk atau yang efektif
merek. terhadap dalam memasarkan produk juga turut
produk yang menjadi perhatian dan perlu edukasi yang
relah di re- intensif agar para pengusaha UMKM dapat
branding. bertahan dan terus mengembangkan
usahanya.
Kesimpulan
Daftar Referensi
Merek berperan penting bagi suatu
produk agar konsumen dapat membedakan Aaker, D. (2014). Aaker On Branding.
produk yang satu dengan produk yang lain Jakarta: PT Gramedia Pustaka
terutama di era yang serba kompetitif saat Utama.
ini. Sebagian besar pelaku UKM belum
menyadari pentingnya peran merek dalam Durianto, D., Sugiarto, & Lie, J. B. (2004).
peningkatan daya saing produknya. Brand Equity Ten: Strategi
Kurangnya pemahaman terhadap Memimpin Pasar. Jakarta: PT
manajemen merek sehingga menganggap Gramedia Pustaka Utama.
23 | Jurnal Administrasi Bisnis Volume 6 Nomor 1 Maret 2017

Handayani, D., Andrizal, Darmaja, A., Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis
Nasution, R. F., & Ridwansyah, A. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
(2010). Brand Operatipn. Jakarta: dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Erlangga. Sumartik, & Larassaty, A. L. (2016). Geliat
Isnaini, S. (2010). Implementasi Ekonomi Kreatif untuk
Komunikasi Pemasaran Terpadu Meningkatkan Branding UMKM di
sebagai Penyampai Pesan Promosi Sidoarjo. Prosiding Seminar
Usaha Kecil Menengah (UKM) di Nasional INDOCOMPAC (pp. 334-
Indonesia . Jurnal Masyarakat 349). Jakarta: Universitas Bakrie.
Kebudayaan dan Politik. Vol. 22 No. Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa.
4., 324-332. Jakarta: Gramedia Cawang.
Kertajaya, H. (2004). Hermawan Kertajaya
on Brand. Bandung: PT. Mizan
Pustaka.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009).
Manajemen Pemasaran. Jilid 1.
Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.
Kusno, F., Radityani, A., & Kristanti, M.
(2007). Analisa Hubungan Brand
Strategy yang Dilakukan Goota
Japanese Charcoal Grill and Cafe
dan Brand Equity yang Sudah
Diterima Konsumen. Jurnal
Manajemen Perhotelan. Vol. 3 No.1,
43-56.
Morgan, R. (2000). A Consumer-Orientated
Framework of Brand Equity and
Loyalty. International Journal of
Market Research. Vol 42 No. 1, 65-
78.
Rahab. (2009). Penerapan Manajemen
Merek pada Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Jurnal Bisnis
dan Ekonomi (JBE), Vol. 16 No.1,
18-25.
Simamora, B. (2003). Aura Merek. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudarwati, Y., & Satya, V. E. (2013).
Strategi Pengembangan Merek
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Publik, Vol. 4 No. 1., 89-101.

Anda mungkin juga menyukai