Volume2Nomor1Maret 2013 PDF
Volume2Nomor1Maret 2013 PDF
Volume 2 Nomor 1
Maret, 2013
Media untuk
mempublikasikan
hasil-hasil penelitian
seluruh dosen dan
mahasiswa
Kimia FMIPA
Unand
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Tim Editorial Jurnal Kimia Unand
Dr. Syukri
Dr. Adlis Santoni
Prof. Dr. Rahmiana Zein
Prof. Dr. Syukri Arief
Dr. Mai Efdi
Sekretariat
Sri Mulya
Alamat Sekretariat
Jurusan Kimia FMIPA Unand
Kampus Unand Limau Manis, Padang-25163
PO. Box 143, Telp./Fax. : (0751) 71 681
Website Jurnal Kimia Unand = www.jurnalsain-unand.com
Corresponding e-mail = syukri@fmipa.unand.ac.id
srimulya@rektorat.unand.ac.id
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
DAFTAR ISI
5. ANALISIS pH, BOD, COD, LOGAM (Pb, Cu, Cd, Fe, dan Zn) 26-33
PADA DRAINASE FAKULTAS MIPA DAN FAKULTAS FARMASI
UNAND.
Ardhiko Amril, Refilda, Bustanul Arifin
i
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
ii
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
iii
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail: maiefdi@yahoo.com
Jurusan Kimia, FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
This study has identified a triterpenoid compound in ethyl acetate extract from the stem bark
of Sandoricum koetjape Merr with cytotoxic activities further explored previously. The
triterpenoid compound contained in ethyl acetate extract of Sandoricum koetjape Merr was
analyze under Liebermann-Burchard, resulting in reddish. The compound gave
252,4 – 253,6 oC in melting point test. Based on Brine Shrimps Lethality Bioassay test, LC50
value of ethyl acetate extract was 164,437 μg/ml. Analysis with UV-Vis produces the
maximum absorption peak at 204 nm refer to presence of double bond (not conjugate).
Analysis IR spectroscopy gives absorption at 3220 cm-1 (-OH), 2931 cm-1 (C-H), 1705 cm-1
(C=O), 1190 cm-1 (C-O), 1384 cm-1 and 1458 cm-1(gem-dimethyl)
I. Pendahuluan
Salah satu dari tumbuhan family Meliaceae
Tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk yang menarik adalah Sandoricum koetjape
produksi kayu, dalam beberapa hal secara Merr . Penelusuran literatur terhadap
langsung ataupun tidak tumbuhan hutan tumbuhan Sandoricum koetjape Merr
dapat dimanfaatkan untuk tujuan non- diketahui bahwa belum banyak penelitian
kayu. Untuk jangka panjang usaha hasil yang mengungkapkan kandungan senyawa
hutan non-kayu ini tidak kalah pentingnya metabolit sekunder yang dapat digunakan
bila dikelola secara tepat. Salah satu usaha sebagai insektisida alami. Adapun
hasil hutan nonkayu yang dapat penelitian yang telah dilaporkan
dikembangkan selain sebagai sumber diantaranya, Gonzales, et al bahwa
bahan bangunan dan bahan obat-obatan melaporkan Sandoricum koetjape Merr asam
tradisional juga dapat dimanfaatkan askorbat2. Kemudian asam katonat dan
sebagai sumber insektisida1 senyawa asam 2-okso-olean-12-en-oat.
Kedua senyawa tersebut menunjukan
Satu diantara ribuan jenis tumbuhan dalam aktivitas sitotoksik terhadap kultur sel P-
hutan tropis yang menarik dari segi 388. Keneda, et al melaporkan tiga senyawa
fitokimia dan biologi adalah famili yang tidak aktif yaitu senyawa (-) –
Meliaceae, tumbuhan ini banyak alloaromadendren, (-) -Karyofilen, dan (+) –
mengandung senyawa yang berfungsi Spatulenol. Asam briononat dan Asam
sebagai insektisida, antifeeding, insect- brionolat, Mesoinositol dan Dimetil mukat
repellent serta juga sebagai antiinflamentory, dilaporkan oleh Sim pada tahun 1972.
antioksidan, sitotoksik, dan antitumor1 Pancharoen, et al juga melaporkan dua
1
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
2
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
diperoleh dengan cara menetaskan telur Ke dalam vial uji dan vial kontrol
udang selama 48 jam dalam wadah dimasukkan 10 ekor larva udang yang telah
pembiakan. Wadah pembiakan terdiri atas ditetaskan selama 48 jam. Volume masing-
dua bagian yaitu bagian terang dan bagian masing vial dicukupkan hingga 5 mL
gelap. Wadah pembiakan ini kemudian dengan air laut. Jumlah larva yang mati
diisi dengan air laut, dan telur udang yang dihitung setelah 24 jam. Dari data tersebut
akan ditetaskan ditempatkan pada bagian dapat dihitung nilai LC50. Skema penelitian
gelap. terlihat pada Gambar 1
3. MeOH 21 Merah
3
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
No. Eluen Rf
1. heksan : EtOAc (8 : 2) 0,52
2. heksan : EtOAc (7 : 3) 0,58
3. Dichlorometan : EtOAc (7 : 0,62
3) Gambar 3. Spektrum Inframerah senyawa hasil
4 Dichlorometan 100% 0,09 isolasi
4
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
5
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: nurdinhazli@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
The isolation and antioxidant test have been carried out from Annona squamosa L leaves. The
antioxidant test was carried by using the method of DPPH radical scavenging. The secondary
metabolite was isolated by maceration and flash chromatography The antioxidant test of aceton
and ether extracts gave inhibition value of 41.7 and 12.1 % respectively. The secondary metabolite
isolated melting at 143.7-144.6 oC. The pure secondary metabolite isolated gave brownish red
color with Liebermann-Burchard reagent this informed that compound is triterpenoid. The UV-
Vis spectrum showed the compound absorbed at λmax 205.6 nm. While IR spectrum showed the
presence of –OH, C–O alcohol, C-H, C=C, and specific absorption gem-dimethyl group. This
compound showed 5.9 % of inhibition.
6
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Dari penelusuran literatur, daun srikaya (Heidolph WB 2000), oven (Fisher Scientific
mengandung senyawa metabolit sekunder Isotemp®, Oven, lampu UV (λ = 254 nm dan
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, 366 nm), spektrofotometer UV-Vis (Secoman
kuinon, tanin, dan steroid/triterpenoid. S1000 PC), FTIR (Perkin Elmer 1600 series),
Ekstrak daun srikaya mampu membunuh alat penentuan titik leleh Fischer- Johns,
Ascaridia galli, mempunyai efek antifertilitas kromatografi kolom flash, shaker, corong
dan embriotoksik pada tikus betina, serta pisah, blender, plat kromatografi lapisan
berpengaruh pada daya reproduksi tipis (KLT), pipa kapiler, dan peralatan gelas
Sitophillus orizae. Ekstrak daun srikaya yang umum digunakan dalam
berefek sebagai antifertilitas dan laboratorium.
embriotoksik terhadap janin apabila
diberikan pada masa mulai kebuntingan 2.3 Prosedur penelitian
sampai selesainya masa organogenesis, 2.3.1 Pengambilan dan Persiapan Sampel
tetapi tidak akan menimbulkan cacat bentuk Sampel yang diperlukan untuk penelitian
luar janin (cacat makroskopis).[4] ini diperoleh di Kecamatan Pauh, Padang,
Sumatera Barat. Daun segar srikaya
Berdasarkan pengujian tersebut serta dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan
kandungan senyawa aktif yang terkandung blender, kemudian ditimbang sebanyak 1,5
pada tanaman tersebut, maka penelitian ini kg.
difokuskan untuk mengisolasi salah satu
metabolit sekunder yang terkandung pada 2.3.2 Pembuatan larutan 2,2-difenil-1-
daun tanaman srikaya serta menguji pikrilhidrazil (DPPH)
aktivitas antioksidan terhadap ekstrak daun Ditimbang sebanyak 2 mg 2,2-difenil-1-
srikaya dengan menggunakan metoda pikrilhidrazil (DPPH) dan dilarutkan
penangkap radikal bebas 2,2-difenil-1- dengan metanol didalam labu ukur sampai
pikrilhidrazil (DPPH). 100 mL sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 51 μM.
II. Metodologi Penelitian
2.1. Bahan kimia 2.3.3 Uji fitokimia
Pelarut organik yang digunakan yaitu Sampel sebanyak 2 gram dipotong halus
aseton (CH3COC2H5) teknis, n-heksana dan dimasukan ke dalam tabung reaksi,
(C6H14) yang didistilasi dan dietil eter kemudian dimaserasi dengan metanol yang
(CH3CH2OCH2CH3) p.a keluaran Merck. telah dipanaskan (di atas penangas air)
Untuk uji fitokimia digunakan metanol selama 15 menit. Kemudian disaring panas-
(CH3OH), kloroform (CHCl3), pereaksi panas ke dalam tabung reaksi lain dan
Meyer (raksa (II) klorida (HgCl2), Kalium biarkan seluruh metanol menguap hingga
Iodida (KI)), akuades (H2O), besi (III) kering. Lalu ditambahkan kloroform dan
klorida (FeCl3), asam sulfat (H2SO4), akuades dengan perbandingan 1:1 masing-
anhidrida asetat (C4H6O3) , ammonia masingnya sebanyak 5 mL, kocok dengan
(NH4OH), pereaksi sianidin (asam klorida baik, kemudian pindahkan ke dalam tabung
pekat (HCl), bubuk magnesium (Mg)), asam reaksi, biarkan sejenak hingga terbentuk
sulfat pekat (H2SO4p), dan natrium dua lapisan kloroform-air. Lapisan
hidroksida (NaOH). Adsorben yang dipakai kloroform di bagian bawah digunakan
pada proses kromatografi kolom adalah untuk pemeriksaan senyawa triterpenoid
silika gel 60 (0,063-0,200 mm) keluaran dan steroid. Lapisan air digunakan untuk
Merck. Untuk zat penarik air digunakan pemeriksaan senyawa flavonoid, fenolik,
natrium sulfat anhidrat (Na2SO4 anhidrat). dan saponin.
Untuk uji antioksidan digunakan 2,2 difenil-
1-pikrilhidrazil (DPPH). 1. Pemeriksaan Flavonoid (Sianidin Tes)
Sebagian dari lapisan air diambil dan
2.2 Alat dipindahkan dengan menggunakan pipet
Peralatan yang digunakan adalah ke dalam tabung reaksi, kemudian
seperangkat alat distilasi, Rotary evaporator tambahkan asam klorida pekat dan
7
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
beberapa butir bubuk magnesium, Sampel sebanyak 2-5 gram dirajang halus
terbentuknya warna jingga sampai dan diekstrak dengan pelarut metanol.
merah menunjukkan adanya flavonoid Hasil ekstrak ditotolkan pada batas
(kecuali untuk flavon). bawah plat KLT dengan menggunakan
2. Pemeriksaan Fenolik pipa kapiler, dibiarkan kering pada
Sebagian dari lapisan air diambil dan udara terbuka. Kemudian dielusi dalam
dipindahkan dengan pipet ke dalam bejana yang berisi 10 mL eluen etil asetat
tabung reaksi kecil, kemudian 100 %. Noda yang dihasilkan dimonitor
tambahkan pereaksi besi (III) klorida, di bawah lampu UV (365 nm). Hasil KLT
terbentuknya warna biru/ungu kemudian disemprot dengan larutan
menandakan adanya senyawa fenolik. natrium hidroksida 1% dalam etanol : air
3. Pemeriksaan Saponin (1:1) dan selanjutnya dilihat dibawah
Dari lapisan air, kocok kuat-kuat dalam lampu UV (365 nm). Adanya fluorisensi
sebuah tabung reaksi, terbentuknya busa yang bertambah terang setelah
yang tidak hilang dengan penambahan disemprot dengan larutan natrium
beberapa tetes asam klorida pekat hidroksida 1% menandakan adanya
menunjukkan adanya saponin. senyawa kumarin.
4. Pemeriksaan Triterpenoid dan Steroid
(Liebermann-Burchard) 2.3.4 Ekstraksi
Dari lapisan kloroform diambil sedikit Daun srikaya dibersihkan, dipotong kecil-
dan dimasukkan ke dalam dua lubang kecil dan dihaluskan dengan blender, lalu
plat tetes, biarkan hingga kering. Ke ditimbang sebanyak 1,5 kg. Zat warna dari
dalam satu lubang plat tetes sampel tersebut di ekstraksi dengan pelarut
ditambahkan asam sulfat pekat, ke aseton, dengan metode maserasi,
dalam lubang plat tetes lainnya perendaman dilakukan selama lebih kurang
ditambahkan setetes anhidrida asetat dan 6 jam, kemudian disaring melalui kertas
setetes asam sulfat pekat. Terbentuknya saring. Residu direndam lagi beberapa kali
warna hijau atau hijau biru menandakan dengan aseton, sampai filtrat menjadi tak
adanya steroid, sedangkan bila berwarna, lalu uapkan asetonnya hingga
terbentuknya warna merah atau merah diperoleh 600 ml ekstrak kental. Terhadap
ungu menandakan adanya triterpenoid. ekstrak kental dilakukan uji fitokimia dan
5. Pemeriksaan Alkaloid. uji antioksidan.
Sampel sebanyak 2 – 4 gram dipotong
kecil-kecil, kemudian dihaluskan dalam 2.3.5 Saponifikasi dan Fraksinasi
lumpang dengan penambahan sedikit Untuk menghilangkan lipid–lipid dan
pasir dan 10 mL kloroform–amoniak klorofil yang mungkin mengganggu, maka
0,05N, kemudian diaduk dan digerus terhadap ekstrak zat warna ini dilakukan
perlahan. Larutan disaring dengan reaksi saponifikasi 20% KOH didalam
corong kecil, di dalamnya diletakkan metanol. Sebanyak 300 mL ekstrak kental
kapas sebagai penyaring dan hasil aseton disaponifikasi dengan 300 mL
saringan dimasukkan ke dalam sebuah larutan saponifikasi (1:1). Setelah itu diaduk
tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 pelan dengan menggunakan alat shaker
tetes asam sulfat 2N dan kocok secara dengan kecepatan 120 rpm, kemudian
perlahan. Biarkan sejenak sampai campuran dibiarkan dalam keadaan gelap
terbentuk pemisahan lapisan asam dan pada temperatur kamar lebih kurang selama
kloroform. Lapisan asam diambil dengan 24 jam.
bantuan pipet dan dipindahkan ke dalam
sebuah tabung reaksi kecil. Kemudian Pigmen difraksinasi dengan eter dan
tambahkan pereaksi Meyer, reaksi positif penambahan akuades didalam corong
ditandai dengan adanya endapan putih pisah. Lapisan eter dicuci dengan akuades
(+4), kabut putih tebal (+3), kabut putih hingga terbebas dari sisa alkali, kemudian
tipis (+2), kabut putih sangat tipis (+1). dikeringkan dengan Natrium sulfat
6. Pemeriksaan Kumarin anhidrat dan pelarut diuapkan dengan
8
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
untuk penentuan aktivitas antioksidan 3 noda terpisah,1 tailing (Rf 0,42; 0,59;0,76)
dipipet sebanyak 0,2 mL larutan sampel •Uapkan pelarut (Padatan berwarna putih
1,997 gram)
dengan pipet mikro dan masukkan kedalam •Rekromatografi kolom
botol vial, kemudian ditambahkan 3,8 mL •Elusi SGP (n-Heksana, aseton)
9
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
10
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
11
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Referensi
12
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: zilfa_58@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
dapat diuraikan oleh ion hidroksida (OH-) Alat yang digunakan dalam penelitian ini
atau basa konjugasi dari H2O2 (HO2-) adalah Spektrofotometer UV/Vis
menjadi radikal HO2 dan OH- yang dapat (Evolution 201 UV-Visible
membantu proses degradasi senyawa Spectrophotometer), Reaktor ozon
organik dalam pestisida.3 (Bioozone space age sterilizer, Natural
Health Science Sdn.Bhd, Malaysia),
Untuk pendegradasian senyawa organik Sentrifus (Profuge 6K, Mini Centrifuge,
dalam pestisida diperlukan katalis untuk Korea), Kaca arloji, pipet gondok, pipet
mempercepat jalan nya proses degradasi. takar, labu ukur, petridish, neraca analitik,
Pada saat ini banyak berkembang gelas piala, erlenmeyer dan peralatan gelas
penggunaan TiO2/Zeolit untuk lainnya.
mendegradasi senyawa organik dalam
limbah cair. 1.2 Prosedur Penelitian
1.2.1 Preparasi Katalis TiO2/Zeolit
TiO2/Zeolit merupakan reaksi 1.2.1.1 Preparasi Na-Zeolit
pembentukan antara TiO2 dan Zeolit. Zeolit alam diayak menggunakan
Penggunaan zeolit sebagai host disebabkan pengayak berukuran 250 mesh. Kemudian
zeolit mempunyai struktur berpori dicuci dengan akuades, disaring, dan
sehingga dapat disusupkan TiO2 ke dikeringkan dalam oven. Sebanyak 25 mg
dalamnya dan dapat memperluas zeolit ini kemudian dijenuhkan dengan
permukaan katalis. Semakin luas NaCl sambil diaduk selama 24 jam,
permukaan katalis maka kemampuannya kemudian dicuci dengan akuabides.
untuk menghasilkan radikal OH semakin Setelah dicuci, pada filtrat ditambahkan
banyak, sehingga degradasi terhadap AgNO3. Pencucian ini dilakukan berulang-
senyawa yang digunakan semakin efektif. ulang sampai tidak lagi didapatkan
Beberapa keuntungan diharapkan dari endapan putih pada filtrat setelah
pengembanan TiO2 pada zeolit alam antara ditambahkan AgNO3.
lain potensi zeolit alam yang melimpah di
Indonesia serta stabilitas yang tinggi pada 1.2.1.2 Pilarisasi Zeolit
kondisi asam. Material TiO2 teremban pada Na-Zeolit ditambahkan ke dalam
zeolit alam (selanjutnya disebut akuabides dan diaduk dengan pengaduk
TiO2/zeolit) memiliki fungsi ganda yaitu magnet selama 5 jam. Na-Zeolit yang telah
sebagai adsorben (dari sifat zeolit yang terdispersikan ke dalam akuabides
berpori dan memiliki kation yang dapat dicampurkan dengan 1 mg TiO2-anatase.
dipertukarkan) serta sebagai fotokatalis. Hasil campuran dipisahkan dengan
penyaring vakum kemudian dikeringkan
Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan dalam oven pada temperatur 110-120oC.
degradasi sipermetrin dalam pestisida Setelah kering, sampel digerus sampai
pestisida Ripcord 5 EC secara ozonolisis halus kemudian diayak menggunakan
dengan menggunakan TiO2/Zeolit sebagai pengayak 100 mesh. Hasil ayakan
katalis. dikalsinasi pada temperatur 350oC selama
12 jam.
14
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
1.2.3 Penentuan Spektrum Serapan dari dan 10:0 larutan pestisida dapat larut dan
Sipermetrin Beberapa Variasi Konsentrasi menghasilkan warna bening. Larutan
Dibuat sederetan variasi konsentrasi bening ini, kemudian diukur absorbannya
sipermetrin dengan mengencerkan larutan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
stok menjadi 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15 mg/L Untuk pengerjaan selanjutnya digunakan
dan dilarutkan dengan pelarut asetonitril : pelarut dengan perbandingan asetonitril :
akuabides (6 : 4). Kemudian dilakukan akuades 6:4.
dilakukan pengukuran spektrum serapan
terhadap lima variasi konsentrasi larutan Tabel 1. Perbandingan Variasi Pelarut
tersebut dengan spektrofotometer UV-Vis.
Asetonitril:Akuabidest Keterangan
1.2.4 Pengaruh Waktu Ozonolisis Terhadap
Degradasi Sipermetrin. 0 : 10 Keruh
Larutan sipermetrin 10 mg/L dimasukkan 1:9 Keruh
kedalam lima buah Erlenmeyer dengan 2:8 Keruh
volume masing-masing sebanyak 10 mL.
3:7 Keruh
Setelah itu, masing-masingnya diozonolisis
dengan variasi waktu yaitu 0; 15; 30; 45; 60 4 :6 Keruh
dan 75 menit, dimana dilakukan degradasi 5:5 Bening kekeruhan
dengan mengalirkan ozon ke dalam 6 :4 Bening
larutan. Hasil ozonolisis diukur dengan
7:3 Bening
Spektrofotometer UV/Vis. Setelah itu
8:2 Bening
dilakukan perhitungan persentase
degradasinya. 9:1 Bening
10 : 0 Bening
1.2.5 Pengaruh Penambahan Jumlah
TiO2/Zeolit Terhadap Degradasi Sipermetrin.
Larutan sipermetrin 10 mg/L dimasukkan
kedalam lima buah Erlenmeyer dengan
volume masing-masing sebanyak 10 mL. 3.2. Kurva Kalibrasi Serapan Beberapa Variasi
Setelah itu, masing-masingnya Konsentrasi Sipermetrin
ditambahkan TiO2/Zeolit sebanyak 5, 10,
15, 20 dan 25 mg. larutan yang telah
ditambah katalis di ozonolisis selama
waktu optimum yang telah didapatkan
sebelumnya yaitu 60 menit. Hasil
ozonolisis disentrifus selama 15 menit
untuk memisahkan filtrat dengan katalis.
Filtratnya diukur dengan Spektrofotometer
UV-Vis. Setelah itu dilakukan perhitungan
persentase degradasinya.
15
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
16
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Referensi
17
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: liona_wilda@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
This research was aimed to enhance the protease activity and to determine the partial
purification of protease from lactic acid bacteria Pediococcus pentosaceus. Enzyme showed
maximum activity at 50o C and pH 7 with casein as a substrate in 10 minutes incubation
period. The result showed that the maximum activity of protease was found at 60-75% of
ammonium sulphate precipitation. In temperature 50o C, the partial purification degree of
protease is 2.135 times higher than crude protease. In pH 7, the partial purification degree of
protease is 2.058 times higher than crude protease. In casein, the partial purification degree of
protease is 1.797 times higher than crude protease. In 10 minutes incubation period, the partial
purification degree of protease is 2.268 times higher than crude protease.
adanya usaha untuk memproduksi enzim alamiah enzim adalah sebagai katalisator di
protease (Suhartono, 1989). dalam reaksi kehidupan. Walaupun
Sumber enzim adalah organisme hidup: demikian,
tanaman, hewan dan mikroba, karena fungsi
enzim dari mikroba mempunyai bakteri asam laktat seperti Lactobacillus
kecenderungan lebih banyak dipakai saat ini bulgaricus, Bacillus lichenoformis, dan
disebabkan beberapa alasan antara lain Streptococcus thermophilus. Epi Supriwardi
adalah kemudahan pertumbuhan, (2011) telah melakukan isolasi dan
produktivitas yang tinggi, sifat yang dapat karakterisasi molekular bakteri asam laktat
diubah ke arah yang lebih menguntungkan Pediococcus pentosaceus hasil fermentasi sirsak
dan berkembangnya pengetahuan mengenai dengan 16S rRNA yang tahan pada pH 2-8
teknik fermentasi, mutasi dan rekayasa dan memiliki aktivitas antimikroba terhadap
genetik (Suhartono, 1989). Escheria coli, Staphylococcus aureus, dan
Salmonella sp.
Penggunaan tumbuhan sebagai sumber
protease dibatasi oleh tersedianya tanah Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi
untuk penanaman dan kondisi yang cocok enzim protease dari Pediococcus pentosaceus
untuk pertumbuhan. Disamping itu proses hasil fermentasi sirsak yang memiliki
produksi protease dari tumbuhan sangat aktivitas proteolitik tinggi yang ditinjau dari
memakan waktu. Protease tumbuhan yang suhu optimum, pH optimum, substrat
dikenal antara lain papain, bromelain, dan optimum, dan waktu inkubasi optimum.
karetinase. Protease hewan yang paling
dikenal adalah tripsin, kimotripsin, pepsin, 2. Metodologi Penelitian
dan rennin. Enzim ini dapat diperoleh dalam 2.1. Bahan kimia, peralatan, dan instrumentasi
keadaan murni dengan jumlah besar (Boyer, Bahan-bahan yang digunakan dalam
1971). penelitian ini adalah Pediococcus pentosaceus
yang telah diisolasi dari proses fermentasi
Enzim protease yang digunakan dalam sirsak oleh Epi Supriwardi (2011), MRS Agar
bidang industri umumnya dihasilkan oleh (Merck), MRS Broth (Merck), trichloro acetic
mikroorganisme karena memiliki beberapa acid (TCA), buffer asetat, buffer fosfat, buffer
keunggulan. Adanya mikroorganisme yang borat, akuades, akuabides, tirosin, kasein,
unggul merupakan salah satu faktor penting reagen Bradford, pereaksi folin fenol
dalam usaha produksi enzim. Oleh karena ciocalteau’s, bovine serum albumin (BSA), susu
itu, penggalian mikroorganisme indigenous skim, susu kedelai, susu cair bear brand, dan
penghasil protease perlu dilakukan di ultramilk.
Indonesia. Keragaman hayati yang tinggi
memberikan peluang yang besar untuk Peralatan yang digunakan dalam penelitian
mendapatkan mikroorganisme yang ini adalah cawan petri, tabung reaksi,
potensial untuk dikembangkan sebagai erlenmeyer, gelas piala, jarum ose, pipet
penghasil enzim. Mikroba yang telah tetes, spatula, bunsen, pengaduk magnetik,
dikembangkan secara komersial sebagai pipet mikro, spektrofotometer UV-VIS
penghasil protease antara lain Bacillus (Thermo Spectronic Genesys 20), sentrifuse
licheniformis, Bacillus stearothermophilus, dingin (Hettich Zentrifugen Universal 320R),
Bacillus pumilus, Aspergillus oryzae, dan neraca analitik (KERN ABJ), inkubator
Aspergillus niger. (Gallenkamp), autoklaf (Certo Clav).
19
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
20
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
(a) (b)
Gambar 1. (a) Kultur bakteri Pediococcus pentosaceus, (b) Zona bening yang menunjukkan aktivitas hidrolitik
enzim protease dari Pediococcus pentosaceus pada media susu skim.
Tabel 1. Pemurnian parsial enzim protease dengan ammonium sulfat pada konsentrasi optimum 60-75 %
Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas Tingkat
Kondisi
optimum Enzim ekstrak Enzim presipitat spesifik ekstrak spesifik presipitat kemurnian parsial
kasar (U/mL) (U/mL) kasar (U/mg) (U/mg) enzim (kali)
Suhu 50o C 0,311 0,501 0,542 1,157 2,135
21
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim
bahwa pemurnian parsial protease dengan Protease
penambahan amonium sulfat dapat Suhu merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan aktivitas protease memengaruhi kerja enzim. Penentuan suhu
dibandingkan ekstrak kasarnya. Hal ini optimum dilakukan dengan mereaksikan
dikarenakan penambahan amonium sulfat enzim pada pH 7. Variasi suhu yang
berpengaruh terhadap protein yang digunakan adalah 30, 40, 50, dan 60 o C.
terendapkan selama proses pemurnian. Ion- Gambar 2 menunjukkan bahwa suhu
ion garam amonium sulfat akan optimum enzim dari ekstrak kasar dan
o
berkompetisi dengan protein untuk menarik presipitat dicapai pada suhu 50 C, dengan
molekul air. Ion-ion garam memiliki nilai aktivitas berturut-turut sebesar 0.311
kelarutan yang lebih besar dibandingkan U/ml dan 0.501 U/ml pada konsentrasi
protein sehingga ion garam akan menarik amonium sulfat 60-75%.
molekul air yang mensolvasi protein enzim.
Protein enzim akan berinteraksi membentuk
gumpalan dan mengendap.
Peningkatan suhu sebelum tercapainya suhu protease dari fraksi murni bakteri Bacillus
optimum akan meningkatkan laju reaksi subtilis dicapai pada pH 7 dan suhu 40 oC (
katalitik enzim karena meningkatnya energi El-Safey, 2004). Enzim protease dari bakteri
kinetik molekul-molekul yang bereaksi. Bacillus cereus strain CA15 bekerja optimum
Sebaliknya, jika suhu dinaikkan sesudah pada pH 8 dan suhu 35 oC ( Uyar, 2011).
suhu optimum kompleks enzim-substrat Sedangkan protease dari bakteri Bacillus
yang melampaui energi aktivasi terlalu subtilis strain EFRL 01 mempunyai suhu
besar, sehingga memecah ikatan sekunder optimum 45 oC dengan pH 8,5 ( Qureshi,
pada konformasi enzim dan sisi aktifnya. Hal 2010).
ini mengakibatkan enzim terdenaturasi dan
kehilangan sifat katalitiknya. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Protease
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa Reaksi enzim dipengaruhi oleh pH.
enzim protease dari berbagai sumber bakteri Peningkatan pH sebelum titik optimum
memiliki suhu dan pH optimum yang menyebabkan terusnya meningkatnya
bervariasi. Aktivitas optimum enzim aktivitas enzim, sampai seluruh tapak enzim
22
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Gambar 3. Kurva pengaruh pH terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim dan presipitat.
Pada Gambar 3 diperlihatkan bahwa pada diikuti oleh susu skim, susu kedelai, susu
kondisi mendekati pH 7 (pH 4, 5, dan 6), merek bear brand, dan ultramilk. Aktivitas
aktivitas enzim kasar dan presipitat enzim protease yang tinggi pada kasein
cenderung meningkat dan mencapai disebabkan oleh kasein yang merupakan
optimum pada pH 7 dengan nilai aktivitas substrat murni. Kasein merupakan protein
sebesar 0,304 U/ml dan 0,472 U/ml pada susu yang terdiri dari fosfoprotein yang
konsentrasi amonium sulfat 60-75 %. Pada berikatan dengan kalsium membentuk
kondisi pH tersebut tapak aktif enzim sudah garam kalsium yang disebut kalsium
seluruhnya berikatan dengan substrat kalseinat. Perbedaan nilai aktivitas enzim
membentuk kompleks enzim-substrat. yang tidak terlalu signifikan antara kasein
dan susu skim disebabkan oleh terdapatnya
Pengaruh Substrat terhadap Aktivitas kandungan kasein yang tinggi didalam susu
Enzim Protease skim.
Nilai aktivitas enzim protease tertinggi
ditunjukkan pada substrat kasein, yang
Gambar 4. Kurva pengaruh substrat terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim dan presipitat.
23
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Penurunan nilai aktivitas enzim yang cukup penelitian ini didapatkan waktu inkubasi
signifikan pada susu kedelai, susu merk bear optimum adalah 10 menit. Jika waktu
brand dan ultramilk disebabkan oleh inkubasi dibawah waktu inkubasi optimum,
perbedaan kandungan nutrisi pada sampel maka reaksi hidrolisis substrat oleh enzim
susu tersebut dibandingkan dengan kasein protease belum sempurna sehingga nilai
dan susu skim. Pada susu skim kandungan aktivitas enzim yang didapat kecil.
lemak pada susu telah dihilangkan, sehingga Sedangkan pada waktu inkubasi diatas
kandungan kaseinnya lebih tinggi waktu optimum dapat menurunkan
dibandingkan dengan susu murni. perolehan produk hasil aktivitas enzim.
Penyebabnya dapat diakibatkan oleh
Pengaruh Waktu Inkubasi terhadap pengaruh lingkungan yang menggangu
Aktivitas Enzim Protease proses enzimatik sehingga hasil hidrolisis
Pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas enzim yang terbentuk menurun.
enzim protease bergantung pada reaksi
hidrolisis substrat oleh enzim protease. Pada
Gambar 5. Kurva pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim dan presipitat.
24
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
V. Ucapan terima kasih 10. Moon, S.H., and Parulekar, S. J., 1993,
Some Observation on Protease Producing
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada in Continuous Suspension Cultures of
Analis Laboratorium Bioteknologi, Jurusan Bacillus firmus. Biotech. Bioeng. 4: 43-54.
Kimia FMIPA, Universitas Andalas. 11. Naiola, E., dan Widyastuti, N., 2002.
Isolasi, Seleksi, dan Optimasi Produksi
Referensi Protease dari Beberapa Isolat Bakteri.
1. Aunstrup, K. 1979. Production, Isolation, Hayati. 6 : 467-473.
and Economic of Extracelullar Enzyme. 12. Putranto, W.S. 2006. Purifikasi dan
Appl. Biochem and Bioeng. 2: 27. Karakterisasi Protease yang Dihasilkan
2. Bergmeyer, H.U., Bergmeyer, J., and Lactobacillus acidophilus dalam Fermentasi
Grassl, M., 1983. Methods of Enzimatic Susu Sapi Perah. Seminar Nasional
Analysis, Enzymes 3: Peptidases, Bioteknologi “Capturing Opportunities
Proteinases and Their Inhibitors. Volume 5. through Biotechnology”, Pusat Penelitian
Weinheim: Verlag Chemie. Bioteknologi – LIPI.15-16 November.
3. Bollag, D.M., Rozycki, M. D., and 13. Qureshi, A.S., Bhutto, M. A., Khushk, I.,
Edelstein, S. J., 1996. Protein Methods. and Dahot, M. U., 2010. Optimization of
New York: Wiley-Liss, Inc. Cultural Conditions for Protease
4. Boominadhan, U., Rajakumar, R., Production by Bacillus subtilis EFRL 01.
Sivakumaar, P.K.V., and Joe, M. M., African Journal of Biotechnology. 10: 5173-
2009, Optimization of Protease Enzyme 5181.
Production Using Bacillus sp Isolated 14. Scopes, R. K. 1987. Protein Purification:
from Different Waste. Botany Research Principles and Practice. Edisi Ke-2. New
International. 2: 83-87. York: Springer-Verlag.
5. Bradford, M. M. 1976. A Rapid and 15. Suhartono, M. T. 1989. Enzim dan
Sensitive Method for Quantification of Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian
Microgram Quantities of Protein Bogor.
Utilizing the Principles of Protein Dye- 16. Syukur, S., dan Utami, D. A., 2011.
Binding. Anal. Biochem. 72: 234 - 254. Karakterisasi Molekular Bakteri Asam
6. Chantawannakul, P., Oncharoen, A., Laktat (BAL) Probiotik dengan Gen 16S
Klanbut, K., Chukeatirote, E., and rRNA yang Berpotensi Menghasilkan
Lumyong. S., 2002, Characterization of Bakteriosin dari Fermentasi Sirsak
Protease of Bacillus subtilis Strain 38 (Annona muricata L.) di Sumatera Barat.
Isolated from Traditionally Fermented Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan
Soybeen in Norhten Thailand. Science (Semirata BKS-PTN B) FMIPA,
Asia. 28: 241-245. Universitas Lambung Mangkurat. 9-10
7. El-Safey, E.M., and Raouf, U.M.A., 2004. Mei.
Production, Purification, and 17. Uyar, F., Porsuk, I., Kizil, G., and Yilmaz,
Characterization of Protease Enzyme E.I., 2011, Optimal Conditions for
from Bacillus subtilis. International Production of Extracellular Protease from
Conferences for Development and the Newly Isolated Bacillus cereus Strain
Environment in the Arab World, Assiut CA15. EurAsian Journal of BioSciences. 5:
Univ., March 23-25. 1-9.
8. Falch, E.A. 1991. Industrial Enzymes 18. Ward, O.P. 1985. Proteolytic enzymes. In:
Developments in Production and Young, M.M., Comprehensive
Application. Biotech. Adv. 9: 643-658. Biotechnology: The principles, Applications,
9. Girindra, A. 1993. Biokimia 1. Jakarta: PT and Regulations of Biotechnology in
Gramedia Pusaka Utama. Hlm. 88−113. Industry, Agriculture and Medicine.
Volume 3. Oxford: Pergamon Press.
25
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
ANALISIS pH, BOD, COD, LOGAM (Pb, Cu, Cd, Fe, dan Zn)
PADA DRAINASE FAKULTAS MIPA DAN FAKULTAS
FARMASI UNAND
e-mail: refilda_59@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Research has been performed on parameters of pH, BOD, COD, metals Pb, Cu, Cd, Fe, and Zn
wastewater laboratory Faculty of Science and Faculty of Pharmacy, Andalas University, and to
monitor the effect of the laboratory activities to the changes of these parameters. The method for
parameters of pH used the potentiometric, BOD used the method of Winkler, while COD used
iodometric, and for Pb, Cu, Cd, Fe, Zn metals used flame AAS method. The results of the analysis
for pH ranged from 6.00 to 7.10, BOD contained was from 2.06 to 8.28 mg/L, COD contained was
from 7.18 to 26.77 mg/L, Pb metal from 0.13 to 0.24 mg/L, Cu from 0.04 to 0.80 mg/L, Cd metal
was undetectable, Fe 0.72 to 2.93 mg/L, Zn metal from 0.03 - 1.44 mg/L. The highest pH values
were obtained in the laboratory of chemistry and pharmacy, while BOD in chemistry laboratory,
COD in pharmaceutical laboratory, Pb, Cu, Zn metals in biological laboratory, and Fe metal in
the chemical laboratory.
Keywords: Laboratory drainage, pH, BOD, COD, Pb, Cu, Cd, Fe, Zn metals
laboratorium namun juga dari kafetaria siap digunakan untuk sampel, dimana
yang keluar melalui saluran drainase. elektroda dibilas dengan air destilasi.
Dikeringkan dengan tisu. Elektroda
Oleh karena itu, berdasarkan hal diatas
dimasukkan kedalam sampel kemudian
peneliti tertarik menganalisis air limbah
nilai pH dibaca pada alat
laboratorium Fakultas MIPA dan Fakultas
Farmasi Unand, serta melihat pengaruh
2.3.2 Penentuan BOD
aktifitas praktikum terhadap pH, BOD,
Sampel dipipet sebanyak 100 mL
COD, logam Pb, Cu, Cd, Fe, dan Zn dalam
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL,
air limbah laboratorium tersebut.
ditambahkan 1 mL MnSO4 10% dan 1 mL
alkali iodida azida, ditambahkan 1 mL
II. Metodologi Penelitian
H2SO4 pekat, dititrasi dengan natrium
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi thiosulfat 0,025 N sampai warna kuning
Bahan yang digunakan adalah Buffer standar muda lalu ditambahkan indikator kanji 1%,
pH (4, 7 dan 10), indikator kanji, , natrium titrasi sampai hilang warna biru, dicatat
hidoksida (NaOH), asam sulfat (H2SO4), pemakaian natrium thiosulfat 0,025N.
larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3), Ditentukan DO0 hari dan DO5 hari, dengan
kalium dikromat (K2Cr2O7), kalium iodida menghitung selisih nilai DO0hari dan
(KI), asam sulfat (H2SO4), bubuk merkuri DO5hari akan didapat nilai BOD
sulfat (HgSO4), kalium permanganat
(KMnO4) , mangan sulfat (MnSO4), alkali 2.3.3 Penentuan COD
iodida azida (KOH-KI-NaN3) , air destilasi, Sampel dipipet sebanyak 50 mL
HNO3 pekat, standar logam (Pb, Cu, Cd, Fe, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL,
Zn) 1000 mg/L. ditambahkan HgSO4 0,1 g dan 5 mL KMnO4
0,1 N. Dipanaskan selama 1 jam kemudian
Peralatan yang digunakan adalah AAS- didinginkan. Ditambahkan 5 mL KI 10%
nyala (Varian AAS240), pH meter (Hach), dan 10 mL H2SO4 4N dititrasi dengan
timbangan analitik (XT 220A Precisa), larutan natrium thiosulfat 0,025 N sampai
thermometer, botol Winkler , pemanas warna kuning muda lalu ditambahkan
listrik, dan peralatan gelas yang biasa indikator kanji 1%, titrasi sampai hilang
digunakan dilaboratorium. warna biru dan dicatat pemakaian natrium
thiosulfat 0,025 N
2.2 Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel untuk 2.3.4 Penentuan Logam Pb, Cu, Cd, Fe, Zn
penelitian ini dilakukan pada 4 titik yaitu : Alat dioperasikan dan dioptimalkan sesuai
1. Drainase jalan laboratorium Kimia petunjuk penggunaan alat untuk
2. Drainase laboratorium Kimia pengukuran masing-masing logam. Larutan
3. Drainase laboratorium Farmasi blanko diaspirasikan kedalam SSA nyala
4. Drainase laboratorium Biologi kemudian diatur serapan hingga nol.
larutan kerja diaspirasikan satu persatu
kedalam SSA nyala lalu ukur serapannya
2.3. Prosedur Penelitian pada panjang gelombang masing-masing
logam, dicatat hasil pengukuran. Dilakukan
2.3.1 Penentuan pH pembilasan pada selang aspirator dengan
pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer larutan pengencer. Dibuat kurva kalibrasi
pH 4, dan 7. Kalibrasi pH meter dilakukan dari data, ditentukan persamaan garis
dengan cara menekan tombol cal pada alat lurusnya.
pH meter, kemudian celupkan elektroda
kedalam buffer pH 7 tunggu sampai terbaca III. Hasil dan Pembahasan
nilai pH 7, lalu celupkan elektroda kedalam
buffer pH 4, lalu selesai kalibrasi pH meter 3.1 Penentuan pH
27
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Hasil pengukuran nilai pH untuk empat sampel 1, 2 dan 3 nilai pH menjadi turun
lokasi dengan empat periode pengukuran untuk empat lokasi tersebut, adanya
tertera pada Tabel 1. perbedaan pH di empat lokasi disebabkan
karena tingkat aktifitas yang lebih banyak
dilakukan pada laboratorium seperti
Tabel 1. Tabel hasil analisis pH pada drainase praktikum dan penelitian serta kafetaria.
Fakultas MIPA dan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas Dari kurva diatas terlihat bahwa dengan
Lokasi Hasil
Periode Periode Periode Periode
adanya aktifitas praktikum dan kafetaria
1 2 3 4 terjadi penurunan pH, yang disebabkan
DJLK 6,11 6,00 6,50 6,30 diperkirakan adanya buangan bahan
DLK 7,10 6,20 6,80 6,10 organik yang berasal dari aktifitas
DLF 7,10 6,49 6,00 6,01 praktikum dan kafetaria, dan buangan
DLB 6,01 6,00 6,40 6,50
bahan anorganik yang umumnya
Hasil pengukuran nilai pH untuk empat lokasi
mengandung asam mineral dalam jumlah
dengan empat periode pengukuran tertera pada tinggi, sehingga pH menjadi turun.
Gambar 1 .
3.2 Penentuan BOD
28
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Dari Gambar 2 terlihat bahwa nilai banyaknya bahan organik yang di degradasi
kebutuhan oksigen biologi sebelum aktifitas oleh mikroorganisme, sehingga nilai
laboratorium dan kafetaria berkisar antara kebutuhan oksigen bilologi menjadi
2,0 - 5,3 mg/L, Namun setelah adanya meningkat. Dan juga diperkirakan adanya
aktifitas praktikum dan aktifitas kafetaria perkembangan mikroba air yang pesat, dan
terjadi kenaikan nilai kebutuhan oksigen membutuhkan supply oksigen yang tinggi
biologi yang berkisar antara 2,4- 8,2 mg/L. sehingga dapat menurunkan kandungan
Sedangkan menurut peraturan pemerintah oksigen yang terlarutkan di dalam tubuh
No. 82 Tahun 2001, nilai kebutuhan oksigen air.
biologi untuk kualitas air limbah yang baik
adalah 12 mg/L, dan hasil analisis
kebutuhan oksigen biologi pada 3.3 Penentuan COD
laboratorium Fakultas MIPA dan Fakultas
Farmasi sesuai dengan standar. Hasil pengukuran nilai kebutuhan oksigen kimia
untuk empat lokasi dengan empat periode
pengukuran tertera pada Tabel 3.
Pada waktu sebelum aktifitas laboratorium
dan kafetaria nilai kebutuhan oksigen Tabel 3. Tabel hasil analisis COD pada drainase
biologi tertinggi terdapat pada drainase Fakultas MIPA dan Fakultas Farmasi
limbah laboratorium kimia dan drainase Uinversitas Andalas
laboratorium kimia, sedangkan nilai
terendah kebutuhan oksigen biologi pada Lokasi Hasil (mg/L)
Periode Periode Periode Periode
drainase laboratorium farmasi dan drainase
1 2 3 4
laboratorium biologi, terjadinya perbedaan DJLK 7,89 23,09 23,63 7,18
nilai kebutuhan oksigen biologi pada empat DLK 9,64 17,85 18,44 17,35
lokasi ini diperkirakan adanya buangan DLF 7,43 11,46 10,86 26,77
yang sangat sedikit pada air limbah masing- DLB 8,91 7,27 8,13 8,92
masing laboratorium sehingga nilai
Hasil pengukuran nilai kebutuhan oksigen kimia
kebutuhan oksigen biologi pada masing-
untuk empat lokasi dengan empat periode
masing lokasi menjadi kecil . Sedangkan pengukuran tertera pada Gambar 3.
pada waktu setelah aktifitas laboratorium
dan kafetaria nilai kebutuhan oksigen
biologi menjadi naik untuk empat lokasi
tersebut, adanya perbedaan nilai kebutuhan
oksigen biologi di empat lokasi disebabkan
karena tingkat pencemar yang dibuang ke
saluran limbah masing-masing laboratorium
tersebut yang berasal dari aktifitas
praktikum dan penelitian terutama bahan
buangan organik.
Dari Gambar 2 diatas terlihat bahwa dengan Gambar 3. Kurva nilai COD drainase
adanya aktifitas praktikum terjadi kenaikan laboratorium Fakultas MIPA dan Fakultas
nilai kebutuhan oksigen biologi, adanya Farmasi Unand
perbedaan laboratorium dan kafetaria hasil
nilai kebutuhan oksigen biologi sebelum Dari Gambar 3 terlihat bahwa nilai
aktifitas dan setelah aktifitas ini kebutuhan oksigen kimia sebelum aktifitas
diperkirakan adanya kandungan zat laboratorium dan kafetaria pada sampel 1
organik yang tinggi pada air limbah berkisar antara 7,4 – 9,6 mg/L, Namun
tersebut yang berasal dari aktifitas setelah adanya aktifitas praktikum dan
praktikum tersebut, sehingga cadangan kafetaria pada sampel 2,3 dan 4 terjadi
oksigen menjadi berkurang karena kenaikan nilai kebutuhan oksigen kimia
29
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
yang berkisar antara 7,1 – 26,7 mg/L. Hasil pengukuran konsentrasi logam Pb untuk
Sedangkan menurut peraturan pemerintah empat lokasi dengan empat periode pengukuran
No. 82 Tahun 2001, nilai kebutuhan oksigen tertera pada Tabel 4.
kimia untuk kualitas air limbah yang baik
Tabel 4. Tabel hasil analisis Logam Pb pada
adalah 100 mg/L, dan hasil analisis
drainase Fakultas MIPA dan Fakultas
kebutuhan oksigen kimia pada laboratorium Farmasi Uinversitas Andalas
Fakultas MIPA dan Fakultas Farmasi sesuai
dengan standar. Lokasi Hasil (mg/L)
Periode Periode Periode Periode
1 2 3 4
Pada waktu sebelum aktifitas laboratorium
DJLK 0,15 0,22 Ttd Ttd
dan kafetaria pada sampel 1 nilai kebutuhan DLK 0,23 0,22 Ttd Ttd
oksigen kimia tertinggi terdapat pada DLF 0,18 0,22 Ttd Ttd
drainase limbah laboratorium kimia dan DLB 0,13 0,24 Ttd Ttd
drainase laboratorium biologi, sedangkan
nilai kebutuhan oksigen kimia terendah Hasil pengukuran konsentrasi logam Pb untuk
terdapat pada drainase laboratorium empat lokasi dengan empat periode pengukuran
farmasi dan pada drainase laboratorium tertera pada Gambar 4.
kimia, terjadinya perbedaan nilai kebutuhan
oksigen biologi pada empat lokasi ini
diperkirakan adanya buangan yang sangat
sedikit pada air limbah masing-masing
laboratorium sehingga nilai kebutuhan
oksigen kimia pada masing-masing lokasi
menjadi kecil Sedangkan pada waktu
setelah aktifitas laboratorium dan kafetaria
pada sampel 2, 3, dan 4 nilai kebutuhan
oksigen kimia menjadi meningkat untuk
empat lokasi tersebut, adanya perbedaan
nilai kebutuhan oksigen biologi di empat
Gambar 4. Kurva konsentrasi logam Pb pada
lokasi diperkirakan adanya buangan zat-zat drainase laboratorium Fakultas MIPA dan
organik maupun anorganik yang dibuang Fakultas Farmasi Unand
ke saluran masing-masing limbah
laboratorium dan kafetaria. Dari Gambar 4 terlihat bahwa konsentrasi
logam Pb sebelum aktifitas laboratorium
Adanya perbedaan nilai kebutuhan oksigen dan kafetaria berkisar antara 0,13 – 0,23
kimia yang cukup besar setelah aktifitas mg/L, sedangkan setelah aktifitas
praktikum ini dibandingkan sebelum laboratorium dan kafetaria konsentrasi
adanya aktifitas praktikum diperkirakan logam Pb berkisar antara 0,22 – 0,24 mg/L
karena adanya kandungan-kandungan sementara pada sampel 3 dan 4 konsentrasi
senyawa kimia yang terdapat pada masing- logam Pb menjadi tidak terdeteksi, ini
masing limbah tersebut, dimana limbah diperkirakan hasil buangan dari kafetaria
hasil dari aktifitas praktikum ini yang pada sampel 3 dan 4 tidak mengandung
dibuang ke outlet kemungkinan logam Pb. Sedangkan menurut peraturan
mengandung mineral dan zat-zat organik pemerintah No. 82 Tahun 2001, konsentrasi
yang terdiri dari sebagian besar terdiri dari logam Pb untuk kualitas air limbah yang
nitrogen, karbohidrat, karbon, posfat, baik adalah 1 mg/L, dan hasil analisis
lemak, dan sabun. logam Pb pada laboratorium Fakultas MIPA
dan Fakultas Farmasi mempunyai kualitas
3.4 Penentuan Logam Pb baik.
30
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Untuk logam Pb sebelum aktifitas baik adalah 0,2 mg/L, dan hasil analisis
laboratorium dan kafetaria mempunyai logam Cu pada laboratorium Fakultas
konsentrasi yang kecil. Namun, setelah MIPA dan Fakultas Farmasi mempunyai
adanya aktifitas laboratorium dan kafetaria kualitas sedang.
terjadi kenaikan konsentrasi logam Pb pada Untuk logam Cu sebelum aktifitas
drainase laboratorium, hal ini disebabkan laboratorium dan kafetaria mempunyai
karena adanya buangan dari hasil aktifitas konsentrasi yang kecil, Namun, setelah
praktikum maupun kafetaria mengandung adanya aktifitas laboratorium dan kafetaria
Pb, konsentrasi logam Pb tertinggi terjadi kenaikan konsentrasi logam Cu pada
didapatkan pada drainase laboratorium drainase laboratorium, hal ini disebabkan
biologi. karena adanya buangan dari hasil aktifitas
praktikum maupun kafetaria mengandung
3.5 Penentuan Logam Cu Cu, untuk konsentrasi logam Cu tertinggi
terdapat pada drainase laboratorium
Hasil pengukuran konsentrasi logam Cu untuk biologi.
empat lokasi dengan empat periode pengukuran
tertera pada Gambar 5.
32
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Referensi
e-mail: refilda_59@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
The content of micro nutrients (Zn, Cu, dan Pb) in compost made from yard plant waste and it’s
aplication tomato plants (Solanum lycopersicum Mill) has been determined. The aim of composting
is to replace inorganic fertilizer on agricutural land especially in tomato plants and to investigate
a good dose’s in composting tomato plants. To study the influence of dose’s, ANOVA 2 variable
with repeat assay has been applied. Micro nutrients (Zn, Cu, and Pb) available in plant growth
were measured by Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS). The compost media mixed
well in soil with composition of compost (6 Kg : 1 Kg) and Zn; Cu, Pb were 1448,14; 155,39; and
353,35 mg/Kg, respectively. While for media inorganic fertilizer it was found to be: inorganic
fertilizer (6 Kg : 0,01 Kg); and Zn, Cu, and Pb were 1553,19; 171,72; 340,31 mg/Kg, rspectvely.
35
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
sempurna. Setelah itu, dipanaskan pada tanah. pH yang didapatkan pada kompos
block digestor/pemanas mulai dengan suhu yang dihasilkan yaitu 7,45; pH kompos
100 0C, setelah uap kuning habis suhu dalam SNI pHnya 6,80 – 7,49 sedangkan
dinaikan hingga 200 0C. Destruksi diakhiri yang didapat 7,45. Kadar air kompos
bila sudah keluar uap putih. Didinginkan didapatkan 44,76 % dimana mendekati SNI
dan diencerkan dengan akuades dan yaitu kadar airnya adalah 50 %.
volume ditepatkan menjadi 50 mL, dikocok
hingga homogen, dan disaring dengan
kertas saring W-41 agar didapat ekstrak
jernih (Larutan A). Larutan A diukur 3.2. Unsur hara mikro (Zn, Cu, Pb) dalam
dengan AAS untuk Zn, Cu, dan Pb pada tanah, kompos, pupuk anoganik
panjang gelombang 213,9; 324,8; dan 283,3 Setelah didapatkan kompos matang
nm. kemudian ditentukan kadar unsur hara
2.2.4.Penentuan komposisi tanah dan kompos mikro didalam kompos tersebut. Selain itu
untuk pertumbuhan tanaman tomat yang cocok. dilakukan juga pengujian unsur hara mikro
Setelah dilakukan perbandingan campuran terhadap tanah dan pupuk anorganik.
dan dianalisa, dilakukan penanaman bibit. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Dimana dilakukan penanaman didalam 1
dosis ada 3 pot. Penyiraman dilakukan 2 Tabel 2. Kadar unsur hara (Zn, Cu, dan Pb) pada
(dua) kali sehari, pagi dan sore. tanah, kompos, pupuk anorganik.
campuran tanah : kompos dengan berbagai Jika pH naik, bentuk ion dari kation hara
perbandingan dapat dilihat hasilnya pada mikro yang semula mudah larut diubah
Gambar 2. menjadi hidroksida atau oksida yang tidak
larut sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman. Semakin basa tanah kebutuhan
Zinknya semakin bertambah.
Penelitian McGrath dan Salam,
memperlihatkan bahwa pada pH yang
sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah
dengan kandungan bahan organik tinggi
daripada di tanah dengan kandungan bahan
organik rendah. Ini menunjukkan bahwa
kandungan bahan organik di dalam tanah
dapat menurunkan ketersediaan unsur hara
mikro.
37
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
38
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
39
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
40
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: zilfa_58@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
A degradation process of profenofos has been studied by ozonolysis method with TiO2-Zeolite
as the catalyst. Profenofos is an active compound in Curacron 500EC and found to be toxic for
insects, plants and for human as well. Ozonolysis is one of many organic compound
degradation methods of by using ozone (O3) that is powerfull to break C=C bond in organic
compounds. In this work, ozonolysis method has been applied and supported by TiO2-Zeolite
catalyst in degradation of profenofos. The products of degradation yielded were measured by
UV-Vis Spectrophotometer at 277 nm. Degradation of 150 mg/L profenofos without the
addition of catalyst was of 13 % after 75 minutes. Surprisingly, when 10 mg TiO2-Zeolite added
into the same portion of solution, 85 % of the organic compound was diminished which can be
concluded that the method applied in this work is good to improve the degradation grade of
profenofos.
absorbannya juga semakin besar. Dari Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa
perhitungan persamaan regresi dan sesuai penambahan jumlah TiO2/Zeolit pada
dengan hukum Lambert-Beer maka proses ozonolisis selama 75 menit, senyawa
didapatkan harga koefisien korelasi (R) = profenofos 150mg/L persen degradasinya
0,997. Konsentrasi yang digunakan untuk semakin naik. Penambahan TiO2/Zeolit
degradasi adalah 150 mg/L dengan yang optimum adalah sebanyak 10 mg
absorban 0,377. dimana persen degradasi sebesar 84,76%.
Degradasi dengan penambahan TiO2/Zeolit
3.2 Pengaruh Waktu Ozonolisis Tanpa Katalis dibawah 10 mg menghasilkan persen
degradasi yang kecil ini disebabkan karena
belum sempurnanya degradasi. Sedangkan
dengan penambahan lebih dari 10 mg
TiO2/Zeolit persen degradasi menurun.
45
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: syukri.darajat@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Catalyst is a compound that is widely used in industry to synthesize chemicals. In this work, a
catalyst namely Mn(II)-acetonitrile immobilized on silica modifications have been successfully
synthesized and applied as catalyst in transesterification of fried oil at its optimum conditions
(catalyst concentration (% w/w)), speed of stirring and time reaction). The modified silica was
characterized by Fourier Transform Infra Red (FT-IR) and Nano-Laser Particle Size Analyzer
(NL-PSA) while Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) was used to determine the metal
loading and leaching of the grafted sample. Transesterfification products were analyzed by Gas
Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS). Based on NL-PSA measurement, particle size of
silica and its modified form showed dominantly around 100 μm. FromAAS analysis, loading
and leaching metal values are 3.472% and 2.218%, respectively. The optimum conditions of the
catalyst was to be 0.5% catalyst concentration, 100 rpm of stirring speed and 5 hours reaction
time.
46
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Pada penelitian sebelumnya, telah berhasil koma), oven, rotary evaporator, corong
dilakukan amobilisasi senyawa kompleks Büchner dan desikator, corong
Mn(II) dengan zat pendukung organik, pisah.Instrument yang digunakan adalah
yaitu poli(4-vinilpiridin) atau P4PV. Katalis AAS (Younglin AAS 8020 Atomic Absorbtion
Mn/P4PV diuji aktivitas katalitiknya Spectrophotometer), Fourier Transformation
terhadap reaksi transesterifikasi Infra-Red (FT-IR) (Jascn FT IR 460 plus), Gas
menggunakan minyak goreng (palm oil) Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS)
yang telah digunakan untuk tiga kali (QP 2010 S Shimadzu), Nano Lazer Particle
penggorengan. Kestabilan dari katalis Size Analyzer (NL-PSA) (Fritszh Analysette
Mn/P4PV terhadap reaksi transesterifikasi 22 Wet Dispersion Unit, Nano Tech Plus).
mengalami penurunan reaktifitas setelah
dipakai ulang untuk dua kali reaksi[9]. 2.2. Prosedur penelitian
Untuk itu perlu dilakukan penelitian 2.2.1 Sintesis Support Silika
lanjutan untuk membandingkan kestabilan Silika gel dipanaskan pada suhu 200 0C
dari katalis menggunakan support P4PV selama 1 jam yang bertujuan memperluas
terhadap support lain (seperti silika permukaan silika dan mengaktifasi
modifikasi) untuk mendapatkan katalis Mn permukaan silika. Kemudian silika gel
yang lebih stabil. teraktifasi tersebut dicampurkan dengan
2,2 mL larutan anilin (dalam 50 mL toluen)
Pada penelitian ini akan diamobilisasi dengan rasio molar anilin : >Si-OH = 1,2 :1.
suatu katalis senyawa kompleks Campuran distirer selama 24 jam sehingga
mangan(II) dengan ligan dan pelarut didapatkan suspensi. Lalu ditambahkan 3,2
asetonitril pada permukaan silika g aluminium klorida anhidrat ke dalam
modifikasi. Silika modifikasi dibuat dengan suspensi dengan perbandingan molar
fungsionalisasi permukaan silika dengan AlCl3 :>Si-OH = 1,2 : 1, dan dilanjutkan
anilin (C6H5NH2) yang bertindak sebagai dengan proses stirring selama 24 jam.
basa BrØnsted kemudian ditambahkan Suspensi yang terbentuk kemudian
aluminium klorida (AlCl3) sebagai asam disaring dengan corong Buchner dengan
Lewis[10]. Aktifitas katalitik dari mangan(II) bantuan pompa vakum, dicuci dengan
yang digrafting pada silika modifikasi diuji toluen sebanyak empat kali, dan disimpan
pada reaksi transesterifikasi minyak dalam desikator. Support ini diberi nama
goreng untuk menghasilkan metil ester [>Si-O-AlCl3][H3NPh] dan selanjutnya
(salah satu biodiesel) sebagai sumber dikarakterisasi dengan menggunakan FT-
energi alternatif. IR.
48
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
49
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Setelah dilakukannya modifikasi maka Gambar 2. Grafik distribusi ukuran partikel dari
rentang ukuran partikel menjadi 0,1 – 100 silika gel, silika modifikasi, dan
katalis [>Si-O-AlCl3]2[Mn(NCCH3)6]
µm yang dominan pada 30 µm yang
merupakan 32,2% dari keseluruhan
3.4 Analisis Optimalisasi Aktifitas Katalitik
ukuran partikel. Distribusi ukuran partikel
Katalis Teramobilisasi dengan GC-MS
dari silika gel ke silika modifikasi
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi
mengalami pergeseran ke arah yang lebih
antara metanol dan minyak yang
kecil. Hal ini disebabkan oleh penambahan
menghasilkan metil ester (biodiesel)
modifier (AlCl3)[22]. Gaya tolakan yang
dengan bantuan katalis hasil amobilisasi.
terjadi antara aluminium klorida di
Metanol berfungsi sebagai pelarut
permukaan dapat memecah ukuran
sekaligus reaktan, yang menyediakan
partikel sehingga ukuran partikel lebih
spesies aktif ion metoksida yang akan
kecil. Ukuran partikel silika modifikasi
terbentuk ketika ditambahkan katalis.
cenderung bergeser ke arah kiri, hal ini
Sedangkan minyak goreng merupakan
menandakan semakin banyak partikel
substrat yang mengandung trigliserida[12].
yang berukuran kecil setelah proses
modifikasi.
Metanol digunakan sebagai reaktan
karena sifatnya lebih reaktif dibandingkan
Hampir mirip dengan silika modifikasi,
dengan etanol, sehingga penggunaan
range ukuran partikel katalis [>Si-O-
metanol akan menghasilkan mono dan
AlCl3]2[Mn(NCCH3)6] juga berada pada
diasilgliserol yang relativ lebih rendah.[13]
range 0,1 µm – 100 µm yang dominan pada
Selain itu, alasan digunakan metanol
30 µm dengan distribusi ukuran partikel
adalah karena metanol merupakan alkohol
37,9%. Kemiripan ini memberikan indikasi
rantai terpendek dan bersifat polar,
bahwa pergantian 2 kation [NH3Ph]+ (Mr =
sehingga dapat bereaksi lebih cepat dan
66) mungkin terjadi dengan sebuah ion
melarutkan hampir semua jenis katalis.
[Mn(NCCH3)6]2+ (Mr = 301) dimana
beberapa komplek Mn(II) sepertinya
Identifikasi menggunakan GC – MS
kehilangan ligan sehingga menjadi naked
dilakukan untuk meyakinkan bahwa hasil
ion. Fenomena diperkuat dengan hilangnya
sintesis yang diperoleh merupakan
pita serapan C-N asetonitril dari katalis
senyawa metil ester.Jumlah senyawa yang
pada analisis dengan FTIR.
terdapat dalam sampel di karakterisasi
50
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
yang ditunjukan oleh jumlah pita adsorpsi mekanisme katalis heterogen (adsorpsi dan
(peak) pada kromatogram, sedangkan desorpsi). Kesetimbangan antara adsorpsi
nama/jenis senyawa yang ada dan desorpsi akan sangat menentukan
diinterpretasikan berdasarkan data spektra aktivitas katalis heterogen.Kecepatan
dari setiap pita absorpsi tersebut dengan pengadukan optimum akan memberikan
menggunakan metode pendekatan pustaka kecepatan adsorbsisubstrat/reaktan
pada database GC – MS. [14] sebanding dengan kecepatan desorpsi
produk, dimana substrat teradsorbsi
3.4.1 Optimalisasi Variasi Konsentrasi Katalis sampai reaksi sempurna sehingga produk
Dari data GC – MS didapatkan 3 metil ester yang dihasilkan akan lebih banyak.
yang dominan yaitu metil palmitat, metil
oleat, metil stearat.Semakin tinggi
konsentrasi katalis semakin tinggi pula
total metil ester yang diperoleh. Tetapi
pada konsentrasi katalis 0,75 %(b/b) terjadi
penurunan yang mungkin disebabkan
proses desorpsi lebih kuat dari adsorbsi
reaktan dan substrat sehingga
menghasilkan metil ester yang lebih
sedikit. Kondisi optimum dari katalis
dalam mengkonversi trigliserida menjadi
metil ester pada konsentrasi 0,5% dengan
jumlah metil ester sebesar 13,72%.
Secara teoritis, semakin lama reaksi, maka 5. Hidayat, H., S.Syukri., dan Admi.,2011.
kemungkinan kontak antar zat semakin Modifikasi Permukaan Silika Sebagai
besar sehingga akan menghasilkan Material Pendukung Bagi Katalis
konversi yang besar. Jika kesetimbangan Senyawa Kompleks Tembaga(II)
reaksi sudah tercapai maka dengan Asetonitril: Sintesis dan Karakterisasi.
bertambahnya waktu reaksi tidak akan Skripsi Sarjana Kimia, Universitas
menguntungkan karena tidak Andalas: Padang.
memperbesar hasil. .[15] 6. X. S. Zhao, X., Ying Bao., Wanping
Guo., and Fang Yin Lee, 2006,
IV. Kesimpulan Immobilizing Catalysts on Porous
Materials. Materials Today, Vol 9, No.3,
Hasil Analisis menunjukkan keberhasilan pp. 32.
proses modifikasi silika dan juga 7. Syukri, S., Fischer. C. E., Al-Hmaideen.
keberhasilan sintesis katalis Mn(II)- A. I., Yang Li., Ying Zheng., and Kühn.
Asetonitril teramobilisasi. Selain itu katalis F. E.,2008, Modified MCM-41-
ini bekerja optimum pada proses Supported Acetonitrile Ligated
transesterifikasi pada konsentrasi 0,5 % Copper(II) and its Catalytic Activity in
b/b dengan kecepatan pengadukan 100 Cyclopropanation of Olefins.
rpm selama 5 jam. Microporous and Mesoporous Materials,
Vol 113, pp. 171-172
V. Ucapan terima kasih
8. Fernandez, B. R., S. Arief., dan S.
Pada kesempatan ini, kami ingin Syukri. 2010. Amobilisasi Kompleks
mengucapkan terima kasih kepada seluruh Kobal (II) Pada Silika Modifikasi dan
analis yang telah bersedia membantu kami Karakterisasinya. Skripsi Sarjana Kimia,
selama proses penelitian ini. Universitas Andalas: Padang.
9. Putri, Ananda., S. Syukri., dan Yetria
Rilda. 2011. Sintesis, Karakterisasi, dan
Referensi Uji Katalitik Mn yang Diamobilisasi
Pada P4PV. Skripsi Sarjana Kimia.
1. Santen. R. A., Moulijn J. A., and Universitas Andalas : Padang.
AverillB. A. 1999, Catalysis: An
Integrated Approach, 2ndEdition. Elsevier 10. Pratika. R. S., S.Syukri., dan Admi.
Science & Technology, pp. 82-87 2012. Penentuan Kondisi Optimum
Aktivitas Katalitik Cu(II)-Asetonitril
52
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
53
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: afrizalitam@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Isolation of triterpenoid and antioxidant activity from leaf of Sonchus arvensis extracts have
been done. The methods used for isolation were maseration, fractionation and column
chromatography. The isolated compound is white solid with melting point at 123.4-124.8 oC
which gave single spot in every eluent. The functional groups of the compound were
conjugated double bond, -OH alcohol, C-O alcohol, C-O ether, C-H and specific absorption for
triterpenoid was geminal dimethyl. Furthermore, determination of antioxidant activity of the
isolated compound was analyzed by DPPH radical scavenging method and have showed that
its activities in methanol, ethyl acetate and hexane were found to be 75.8; 79.5; and 43.1 %,
respectively.
54
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Salah satu tumbuhan yang digunakan nm, kertas saring, plat KLT (silika gel 60
sebagai bahan obat tradisional adalah F254), alumunium foil, kolom kromatografi,
tempuyung (Sonchus arvensis) yang serta peralatan gelas yang umum
memiliki sejarah panjang dalam dunia digunakan dalam laboratorium.
pengobatan herbal. Tempuyung
termasuk tanaman obat asli Indonesia dari Sampel daun tempuyung yang diperlukan
familia Asteraceae, merupakan tanaman untuk penelitian ini diambil di lingkungan
herba menahun, tegak, mengandung getah, kampus Universitas Andalas Padang.
dan mempunyai akar tunggang yang kuat. Sampel dikering anginkan pada udara
Tanaman ini hidup liar di daerah dengan terbuka dan tidak terkena cahaya matahari
ketinggian 50-1.650 m di atas permukaan langsung kemudian dirajang, dihaluskan,
laut. Tumbuh di tempat terbuka atau dan ditimbang. Bahan-bahan yang
sedikit terlindung, di pematang, di pinggir digunakan untuk proses ekstraksi adalah
saluran air, dengan tinggi 0,6-2 m. Batang n-heksana (C6H14), etil asetat (C4H8O2) dan
dan daun tempuyung bisa dimakan metanol (CH3OH) teknis yang telah
sebagai lalapan walaupun rasanya pahit.[6] didistilasi. Untuk uji fitokimia digunakan
Daun atau seluruh bagian tanaman metanol (CH3OH), kloroform (CHCl3),
tempuyung dapat digunakan sebagai obat pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi
batu saluran kencing, batu empedu, Meyer, serbuk magnesium, akuades, besi
disentri, wasir, rematik, radang usus buntu (III) klorida (FeCl3) 5%, asam sulfat (H2SO4)
(apendisitis), radang payudara (mastitis), 2N, natrium hidroksida (NaOH), asam
bisul, darah tinggi (hipertensi), luka bakar, klorida (HCl) p.a, anhidrida asetat
pendengaran kurang (tuli) dan memar. (C4H6O3), ammonia(NH4OH), asam sulfat
Akar tempuyung mengandung senyawa (H2SO4) p.a, kristal iod (I2), radikal DPPH
flavonoid total kira-kira 0,5% dan (C18H12N5O6) dan silika gel 60F254.
flavonoid yang terbesar adalah apigenin-7-
0-glukosida. Senyawa flavonoid 2.2. Prosedur penelitian
menunjukkan aktifitas yang bermacam- 2.2.1. Ekstraksi
macam, diantaranya mempunyai aktifitas Pada penelitian ini proses ekstraksi yang
sebagai diuretik, anti virus, anti histamin, digunakan adalah maserasi dan fraksinasi.
anti hipertensi, bakteriostatik.[7] Sampel sebanyak 1,7 kg yang telah
dihaluskan direndam menggunakan
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan pelarut metanol distilasi. Hasil ekstraksi
dilakukan isolasi senyawa triterpenoid yang didapatkan kemudian dipekatkan
yang terkandung di dalam daun dengan menggunakan rotary evaporator,
tempuyung, kemudian dilakukan juga sehingga didapatkan ekstrak pekat
pengujian antioksidan terhadap ekstrak metanol. Sebanyak 100 gram ekstrak pekat
daun tempuyung dengan menggunakan metanol dilarutkan dengan akuades
metode DPPH (2,2-difenil-1-pikril-hidrazil). sebanyak 200 mL, kemudian difraksinasi
dengan pelarut n-heksan dan etil asetat
yang telah didistilasi, sehingga dihasilkan
II. Metodologi Penelitian dua fraksi yaitu fraksi heksana dan fraksi
etil asetat. Masing-masing fraksi
2.1. Alat dan Bahan dipekatkan kembali dengan menggunakan
Alat yang digunakan adalah seperangkat rotary evaporator, sehingga didapatkan
alat distilasi, Rotary Evaporator Heidolph WB ekstrak pekat heksana sebanyak 75 gram
2000, spektrofotometer UV-1700 Series, FTIR dan ekstrak pekat etil asetat sebanyak 6
(Fourier Transform Infrared) Perkin Elmer gram.
1600 series, Fisher melting point aparatus,
penangas listrik, oven, labu ukur 50 mL 2.2.2 Kromatografi
dan 100 mL, pipet mikro, lampu UV 254
55
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Fraksi etil asetat yang akan di kromatografi Masing-masing sampel (ekstrak metanol,
ditimbang sebanyak 3,5 gram dan etil asetat, dan heksana) ditimbang
dicampur dengan silika gel dengan sebanyak 25 mg dan dilarutkan dengan 50
perbandingan 1 : 1 dan digerus dengan ml metanol dalam labu ukur 50 ml, maka
lumpang sampai terbentuk bubuk. didapatkan larutan ekstrak dengan
Kemudian dimasukkan secara hati-hati ke konsentrasi 500 ppm. Kemudian untuk
dalam kolom kromatografi (diameter 2,5 penentuan aktivitas antioksidan dipipet
cm, tinggi 65 cm) yang sebelumnya telah sebanyak 0,2 ml larutan sampel dengan
disiapkan. Selanjutnya dilakukan pipet mikro dan dimasukan ke dalam vial,
pengelusian menggunakan eluen heksana: kemudian ditambahkan 3,8 ml larutan
etil asetat menggunakan sistem step gradien DPPH 50µM. Campuran dihomogenkan
polarity (SGP). Eluat ditampung dalam dan dibiarkan selama 30 menit ditempat
botol vial. Hasil kromatografi didapatkan gelap, serapan diukur dengan
sebanyak 302 fraksi. Kemudian setiap spektrofotometer UV-vis. Sebagai kontrol
fraksi dianalisa pola pemisahan nodanya dipipet sebanyak 3,8 ml larutan DPPH
dengan KLT. Fraksi yang memiliki pola 50µM dan ditambahkan dengan 0,2 ml
noda dan nilai Rf (retention factor) yang metanol.
sama digabung sehingga didapatkan fraksi
yang lebih sedikit. Penggabungan fraksi-
fraksi tersebut atas dasar analisis KLT III. Hasil dan Pembahasan
menghasilkan fraksi yang lebih sedikit
yaitu sebanyak 24 fraksi. 3.1. Analisis Senyawa Hasil Isolasi
Diperoleh padatan putih pada vial 10 dari
Fraksi E (74-80) kemudian dilakukan hasil rekromatografi kolom. Senyawa hasil
rekomatografi kolom dengan isolasi dianalisi dengan menggunakan uji
menggunakan silika gel sebanyak ± 15 titik leleh, uji fitokimia, spektroskopi UV-
gram dan pengelusian dengan sistem step Vis, dan spektoskopi IR. Dari pengukuran
gradien polarity. Kolom kromatografi yang titik leleh senyawa hasil isolasi
digunakan berdiameter 1,7 cm dengan memberikan rentang titik leleh dari 123,4-
tinggi kolom 17 cm. Hasil rekromatografi 124,8oC.
kolom didapatkan sebanyak 30 vial.
Selanjutnya dilakukan uji KLT untuk Uji fitokimia menggunakan pereaksi
melihat pola noda pada vial 10, yang mana Liebermann-Burchard memberikan warna
pada vial 10 ini terdapat padatan berwarna merah setelah diteteskan pada senyawa
putih yang menempel pada dinding dan dalam plat tetes dan menunjukkan
dasar vial. Diambil sebagian padatan pada senyawa ini golongan triterpenoid.[8]
vial tersebut dan dilarutkan dengan pelarut
etil asetat sehingga semua padatan larut. Hasil pengukuran spektrum UV-Vis (lihat
Kemudian ditambahkan pelarut n-heksana Gambar 1) senyawa hasil isolasi
setetes demi setetes, perlahan-lahan tanpa menunjukkan adanya serapan pada daerah
dikocok, sehingga terbentuk 2 lapisan yang panjang gelombang maksimum 203nm,
kemudian dipisahkan antara lapisan atas menunjukkan adanya ikatan rangkap yang
(n-heksana) dan lapisan bawah (etil asetat) tidak berkonjugasi pada senyawa hasil
menggunakan pipet tetes. Kemudian isolasi.[9]
masing-masing filtrat dilakukan uji KLT
meng-gunakan eluen n-heksana : etil asetat Sementara itu, Spektrum IR (lihat Gambar 2)
(8 : 2) serta penampak noda kristal I2 dan senyawa hasil isolasi memberikan
didapatkan noda tunggal (Rf= 0,45) pada informasi beberapa pita serapan penting,
lapisan atas (heksana). yaitu adanya serapan pada angka
gelombang 3434,60 cm-1 menandakan
2.2.3. Pengujian aktivitas antioksidan adanya gugus fungsi OH alkohol dan
56
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
No
Larutan Inhibisi (%)
1. Ekstrak Metanol 75,8
2. Ekstrak EtOAc 79,5
3. Ekstrak heksan 43,1
4. Vitamin C 83,2
57
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Referensi
*e-mail: syukri.darajat@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Synthesis of Ni(II)-acetonitrile grafted on modified silica and its catalytic activity test in
transesterification of fried oil have been investigated. The obtained catalyst material were
characterized by Fourier Transform Infra Red (FT-IR), Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS), and Nano Laser Particle Size Analyzer (NL-PSA) which showed that Ni complex was
immobilized on the surface of modified silica with Ni loading about 4 % and catalyst particle
size mainly around 100 nm. The product of transesterification which followed by GC-MS
confirmed that the optimum condition to produce methyl ester were 0,3% (b/b) catalyst
concentration, 400 rpm rate of reaction and 3 hours of reaction time.
60
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Katalis yang terbentuk adalah SiO-AlCl3- erlenmeyer terdiri dari dua lapisan. Lapisan
Ni(CH3CN)4] .+2 atas adalah produk biodiesel yang terbentuk
dan lapisan bawah berupa gliserol.
2.2.2. Karakterisasi Katalis Campuran tersebut dimasukkan ke dalam
2.2.2.1. Karakterisasi Katalis Teramobilisasi corong pisah untuk memisahkan biodiesel
Ikatan yang terjadi antara gugus silanol dan gliserol. Kandungan biodiesel (metil
permukaan dari silika serta keberadaan ester) dianalisis menggunakan GS-MS.
kation kompleks diidentifikasi meng-
gunakan FT-IR. Untuk menentukan kan- 2.2.3.2. Kecepatan Pengadukan
dungan logam (metal loading) Ni pada Sebanyak 0,3018 g yang digunakan dalam
katalis yang teramobilisasi dikarakterisasi penentuan kecepatan pengadukan (di-
dengan AAS. Ukuran partikel dari katalis dapatkan dari kondisi optimum variasi
yang sudah diamobilisasi tersebut di konsentrasi), kemudian ditambahkan 5 mL
karakterisasi dengan menggunakan alat metanol dimasukkan kedalam erlenmeyer
Nano Lazer Particle Size Analyzer (NL-PSA) yang tertutup rapat distirer selama 15 menit.
(Fritszh Analysette 22 Wet Dispersion Unit, Minyak ditimbang 10,60 g dimasukkan
NanoTech Plus). kedalam erlenmeyer tersebut dilanjutkan
dengan variasi kecepatan pengadukan 100,
2.2.2.2. Uji Leaching 200, 300, 400, dan 500 (rpm) selama 3 jam
Untuk mengetahui kestabilan katalis yang pada temperatur 600 C. Campuran yang
terbentuk. Katalis ditimbang 0,5 g kemudian terbentuk didalam erlenmeyer terdiri dari
dilarutkan dalam 30 mL asetonitril dalam dua lapisan. Lapisan atas adalah produk
erlenmeyer dan distirer selama 24 jam. biodiesel yang terbentuk dan lapisan bawah
Suspensi disaring dengan corong buchner, berupa gliserol. Campuran tersebut di-
kemudian filtratnya diambil. Kandungan masukkan kedalam corong pisah untuk
logam nikel yang terdapat dalam filtrat memisahkan biodiesel dan gliserol. Kan-
diukur dengan menggunakan alat AAS. dungan biodiesel (metil ester) dianalisis
menggunakan GS-MS.
2.2.3. Optimasi Aktivitas Katalitik Katalis
Teramobilisasi 2.2.3.3. Lama Pengadukan
Kondisi optimum aktivitas katalitik dari Sebanyak 0,3018 g yang digunakan dalam
katalis yang dihasilkan diujikan pada reaksi penentuan lama waktu pengadukan (di-
transesterifikasi minyak untuk membentuk dapatkan dari kondisi optimum variasi
biodiesel (metil ester) dengan parameter uji konsentrasi), kemudian ditambahkan 5 mL
yaitu: konsentrasi katalis (b/b), kecepatan metanol dimasukkan kedalam erlenmeyer
pengadukan (rpm), dan lama waktu yang tertutup rapat distirer selama 15 menit.
pengadukan (jam). Minyak ditimbang 10,60 g dimasukkan
kedalam erlenmeyer tersebut dilanjutkan
2.2.3.1.Pengaruh Konsentrasi Katalis Ter- dengan pengadukan 400 rpm (didapat dari
amobilisasi kondisi optimumnya) kemudian distirer
Katalis (b/b) divariasikan konsentrasinya selama variasi waktu yaitu: 1, 2, 3, 4, dan 5
0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, dan 0,5% terhadap (jam) pada temperatur 600 C. Campuran
minyak, (0,1010 g, 0,2012 g, 0,3018 g, 0,402 g, yang terbentuk didalam erlenmeyer terdiri
0,503 g). Katalis yang ditimbang tersebut dari dua lapisan. Lapisan atas adalah
ditambahkan 5 mL metanol dimasukkan ke produk biodiesel yang terbentuk dan lapisan
dalam erlenmeyer yang tertutup rapat bawah berupa gliserol. Campuran tersebut
distirer selama 15 menit. Minyak ditimbang dimasukkan kedalam corong pisah untuk
10,60 g dimasukkan kedalam erlenmeyer memisahkan biodiesel dan gliserol.
tersebut dilanjutkan dengan pengadukan Kandungan biodiesel (metil ester) dianalisis
pada 300 rpm selama 3 jam pada temperatur menggunakan GS-MS.
600 C. Campuran yang terbentuk di dalam
61
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
ke 800 cm-1. Pada gambar 5c mem- Setelah diuji secara statistik dengan
perlihatkan spektrum FT-IR dari komplek menggunakan tingkat kepercayaan 95%,
[Ni(NCCH3)4]2+ yang diamobilisasi pada dapat disimpulkan bahwa persamaan
silika modifikasi. regresi larutan standar dapat digunakan
karena reksperimen > rtabel.
Keberhasilan proses amobilisasi ditandai
dengan terjadinya pergeseran pita serapan Sebelum dilakukannya uji stabilitas di-
kearah angka yang lebih besar disebabkan dapatkan nilai metal loading yang terdapat
oleh koordinasi asetonitril sebagai ligan pada logam Ni yaitu sebesar 3,976 %. Nilai
pada atom pusat Ni(II), munculnya pita ini menyatakan bahwa sedikit logam Ni
serapan baru dan hilangnya pita serapan yang dapat berikatan dengan support, tetapi
lama. Pita serapan yang bergeser yaitu pita nilai leaching yang didapatkan cukup kecil
serapan Si-OH streching dari 3448 cm-1 ke yaitu 0,025% hal ini menyatakan komplek
3451 cm-1, pita Si-O-Si dari 1094 cm-1 ke 1095 yang terbentuk cukup stabil karena hanya
cm-1. Pita serapan yang hilang yaitu pada sedikit logam yang teramobilisasi terlepas
1493 cm-1 yang menandakan C-N streching kepelarutnya setelah uji stabilitas yaitu kecil
aromatis dari molekul anilin dan pita dari 10% yang mengindikasikan kestabilan
serapan pada 743 cm-1 menandakan serapan dari suatu amobilat.
gugus –NH2 wagging dari anilin. Pita
serapan pada 1382 cm-1 semakin tajam, hal 3.3 Hasil Analisis Particle Size Analyzer
ini menandakan bahwa nitrat yang berasal (PSA)
dari garam logam transisi nikel terikat kuat Analisis menggunakan nano laser bertujuan
pada komplek yang terbentuk. Munculnya untuk mengetahui ukuran partikel dan
pita serapan baru dengan intensitas lemah distribusi ukuran partikel. Pada gambar 2
pada daerah 2300-2400 cm-1 meng- dapat dilihat bahwa ukuran partikel silika
indikasikan pita serapan gugus C-N dari yang lebar pada range 1-200 µm dan
asetonitril. distribusi ukuran partikel silika yang
dominan pada 60%. Ukuran partikel silika
3.2 Hasil Analisis Uji Leaching dan yang melebar ini mengidentifikasikan silika
Penentuan Kadar Logam dengan AAS tersebut bersifat amorf. Setelah dilakukan
Leaching merupakan proses lepasnya logam modifikasi pada silika rangenya menjadi
yang teramobilisasi pada support ke pelarut. lebih kecil yaitu, 1-150 µm dan distribusi
Jadi salah satu tujuan dilakukannya uji ukuran partikel yang dominan 50%. Hal ini
leaching yaitu melihat kestabilan dari atom disebabkan oleh pengaruh penambahan
pusat bertahan pada suatu senyawa. modifier yaitu AlCl3. Gaya tolakan yang
Semakin sedikit logam yang teramobilisasi terjadi antara AlCl3 dipermukaan dapat
pada support terlepas ke pelarutnya, maka memecah ukuran partikel sehingga
semakin stabil senyawa tersebut ter- menyebabkan ukurannya menjadi lebih
koordinasi antara logam dan ligan-ligan kecil.
yang ada demikian juga sebaliknya.
Pada amobilat ukuran partikel menjadi
Sampel yang diukur adalah filtrat dari lebih kecil lagi yaitu pada range 1-100 µm
amobilat sebelum dan sesudah uji stabilitas. dengan distribusi ukuran partikel yang
Karakterisasi AAS ini bertujuan untuk dominan pada 40%. Hal ini dapat di-
menentukan kadar Ni dalam amobilat asumsikan keberhasilan dari proses
sebelum dan sesudah uji stabilitas. Sebelum amobilisasi yaitu didapatkannya ukuran
dilakukan uji stabilitas maka banyaknya partikel amobilat yang lebih kecil di-
kadar Ni yang dapat berikatan dengan bandingkan dengan silika modifikasi dan
support disebut dengan metal loading. silika murni. Ukuran partikel yang semakin
kecil pada amobilat disebabkan oleh
interaksi gaya tolakan yang terjadi antara
63
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
64
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
U., Indolese, A., and Schnyder., 2000, Olefins, Microporous and Mesoporous
Applied Homogeneous Catalysis by Materials, 113, p. 171
Organometallic Complexes, Current 11. Jal, P.K., Patel, S., and Mishra, B.K.,
Science, Vol. 78, No. 11, p. 1336 Chemical modification of silica surface
2. Alhmaideen, A. I. S., 2008, Synthesis, by immobilization of functional groups
Characterization and Application of for extractive concentration of metal ions,
Solvent Stabilized Transition Metal Centre of Studies in Surface Science and
Cations with Weakly Coordinating Technology, Department of Chemistry,
Anions. TU Munchen. Sambalpur University, Jyoti Vihar 768
3. Riadi, J., Syukri dan Emdeniz, 2011. 019, India.
Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 12. Romano, S., 1982, Vegetable Oils-a new
Katalis Bimetal Ni-Co yang alternative. Vegetable oils Fuels-
Diamobilisasi pada Silika Modifikasi. proceedings of the International
Skripsi Sarjana Kimia, Padang, Universitas Conferenceon Plant and Vegetable Oils
Andalas. as Fuels, ASAE publication 4-82, Fargo,
4. Saputra, H. A., dan Syukri, 2011, Sintesis, ND, USA, pp. 106-116
Karakterisasi dan Uji Katalitik Katalis 13. Mcmorn, P., and Hutching, G, J., Chem.
Nikel(II)Asetonitril yang Diamobilisasi Soc. Rev, 2004, 33,, 108
pada Poli(4-Vinilpiridin), Skripsi Sarjana 14. Saito, T., 1996, Inorganic Chemistry.
Kimia, Padang, Universitas Andalas. Iwanami Shoten, Publishers: Tokyo.
5. Zhao, X. S., and Lu, G. X., Enviromental 15. Shuli, Y., Salley, S. O., and Simon K. Y.,
Friendly Catalysts Based On Mesoporous Simultaneous transesterification and
Silicates: Imobilization of Aluminium esterification of unrefined or waste oils
Chloride for the Isopropylation of over ZnO-La2O3 catalysts, Department of
Napthalane., Departement of Chemical Chemical Engineering and Materials Science,
Engineering, The University of Wayne State University, Detroit, MI
Queensland, St Lucia, Brisbane, QLD 48202, USA.
4072, Australia. 16. Sumangat, Djajeng dan Hidayat, T., 2008,
6. Housecroft, C. E. and Sharpe, A. G., 2005, Karakteristik Metil Ester Minyak Jarak
Inorganic Chemistry, 2nd edition. England : Pagar Hasil Proses Transesterifikasi Satu
Pearson Prentice-Hall. Dan Dua Tahap. J.Pascapanen 5(2), 18-26
7. Syukri., Hijazi, A.K., Sakthivel, A., Al- 17. Usman, T., Syahrul, M., Agus, K., and
Hmaideen, A. I. S., and Kuehn, F. E., Winda, R., 2009, Direct Trans -
2006, Heterogenization of Solvent- esterification of Palm Kernel with
Ligated Copper(II) Complexes on Poly Methanol by Using Empty Palm Bunch
(4-vinylpyridine) for the catalytic Ash Catalyst, The First International
Cyclopronation of Olefins, Inorganica Seminar on Science and Technology,
Chimica Acta, Vol. 360, p.197 Yogyakarta, (January 24, 2009).
8. U.S.Environmental Protection Agency.,
1999, Toxicological Review of
Acetonitrile. Washington DC.
9. Zhao, X. S., Bao, X. Y., Guo,W., and Lee,
F. Y., 2006, Immobilizing Catalysts on
Porous Material, Materials Today, Vol. 9,
No. 3, p. 32
10. Syukri, Fischer, C. E., Alhmaideen, A. E.,
Yang Li, Zheng, Y., and Kuehn, F. E.,
2008, Modified MCM-41- Supported
Acetonitrile Ligated Copper(II) and its
Catalytic Activity in Cyclopropanation of
67
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: sumaryatisyukur@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
The effect of probiotic Weisella paramesenteroides was isolated from dadiah may effect as
antidiarrhea has been investigated. Dadiah is tradisonal food of west sumatera region. The
purpose of the research is to determine the effect of using probiotic Weisella paramesenteroides
from dadiah Sitingkai-Palupuah, Agam Sumatera Barat related to frequency of bowel,
microflora usus and histolgi of villus ileum. The experiment was done with five treatments
and two repeating.
The results of this experiment showing the use of probiotic Weisella paramesenteroides was
different as significant interaction (p<0,01). In reducing the frequency of bowel, microflora
balance and the high of ileum villus also conformed. The use of probiotic Weisella
paramesenteroides was able to reduce the frequency of bowel after 24 hours observation. The
highest mean of LAB total colony by supplementation E.coli and Weisella paramesenteroides was
2x108 cfu/ml at 28,50x107 cfu/gr. The highest mean of E.coli total colony by supplementation
E.coli only at 14.63x107 cfu/gr. And the highest measurement villus by Weisella
paramesenteroides treated was 2x108 cfu/ml at 267,85 μm.
68
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
bakteri patogen dalam saluran pencernaan. berpotensi sebagai probiotik. Bakteri probiotik
Keseimbangan mikroflora tercapai jika dalam susu fermentasi/dadih telah terbukti
perbandingan bakteri baik dengan bakteri secara klinis dapat menyehatkan saluran
jahat sebesar 85%: 15% atau 80%:20%. pencernaan manusia 9.
Diare yang terjadi akan dapat merusak
mukosa usus dan juga vili usus sehingga Dadih yang diambil adalah dadih yang
pertumbuhan dari vili usus dapat terganggu berasal dari Kabupaten Agam jorong Sitingkai
karena bakteri patogen didalam usus akan Kecamatan Palupuah. Dari isolasi yang telah
menghambat proses penyerapan pada vili dilakukan peneliti sebelumnya dadih ini
usus halus. mengandung bakteri asam laktat yaitu “
Weisella paramesenteroides” 10. Genus
Probiotik merupakan bakteri hidup bila Weisella pertama kali ditemukan oleh Collin,
dikonsumsi dalam jumlah cukup memberikan berupa kokus gram positif, bersifat obligate
efek yang menguntungkan bagi tubuh yaitu heterofermentative, catalase negative coccobacilli,
menciptakan keseimbangan flora usus, menghasilkan D-or DL isomer asam laktat
sehingga dapat membantu mencegah dan sebagai produk utama fermentasi 11. Weisella
mengobati kondisi patologis usus 3. Bakteri paramesenteroides memproduksi 4450-Da class
yang mempunyai sifat probiotik adalah II bacteriocin yang dinamakan weisellin A
bakteri asam laktat (BAL), efek antagonisme yang bersifat resisten terhadap panas dan
atau antibakteri BAL terdiri atas dua dapat digunakan dalam pasteurisasi dan
mekanisme, yaitu dengan menghasilkan sterilisasi makanan 12.
senyawa metabolit primer seperti asam laktat,
CO2, diasetil, asetaldehida, dan hidrogen
peroksida (H2O2) dan dengan menghasilkan II. Metodologi Penelitian
bakteriosin yang merupakan senyawa protein
yang menunjukkan aktivitas antibakteri 4. 2.1. Alat dan Bahan
Aktivitas probiotik BAL sangat penting dalam Alat yang digunakan : Timbangan elektrik
mengatur keseimbangan ekosistem saluran merk ACS dengan ketelitian 0,01 gram
pencernaan. BAL mampu menjaga dengan maksimal 200 gram untuk
keseimbangan komposisi mikroflora normal menimbang mencit putih jantan. Kandang
usus dan menstimulasi sistem kekebalan di mencit putih jantan (ukuran 30 X 20 X 10cm)
usus.Dalam spektrum antimikroba, BAL 20 buah lengkap dengan tempat pakan dan
mampu memperbaiki ketahanan tubuh minum. Nampan untuk menampung sampel
terhadap bakteri patogen. Jadi dengan adanya feses. Plastik untuk Jurnal Kimia Unand,
bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat Volume 1 Nomor 2 Tahun 2012 50
mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen 5. alas nampan. Jarum sonde untuk memberikan
probiotik dan EPEC (Enteropathogenik
Dadih merupakan produk pangan probiotik Escherichia coli), pipet, mikroskop, mikrotom,
karena hasil fermentasi dan mengandung kaca objek, silet/gunting, alumunium foil,
bakteri asam laktat 6. Dadih adalah produk keranjang metal, lumpang, lemari pendingin,
olahan susu kerbau yang terdapat di daerah keset processor, autoclave (Hirayama),
Sumatera Barat. Produk ini sudah lama Inkubator (Fisher), ependrof, bunsen, vortex,
dikenal dan disukai pula oleh masyarakat erlenmeyer, hockey steak.
setempat 7.
Bahan yang digunakan : Mencit putih jantan
Dadih mengandung zat-zat gizi yang Mus muscullus (yang telah diadaptasi lebih
diperlukan tubuh (khususnya protein dan kurang 7 hari). Bakteri Weisella
lemak), dimana kandungan protein (6,30%), paramesenteroides isolat dadih yang diperoleh
lemak (6,73%) dan vitamin A (80 SI) 8. Dadih, dari Laboratorium Peternakan Universitas
susu fermentasi tradisional asal Sumatera Andalas yang diberikan sesuai dosis yang
Barat, mengandung bakteri laktat yang telah ditentukan. Air minum dan makanan
69
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
mencit putih jantan. EPEC (Enteropathogenik 3. Kejadian diare pada mencit putih jantan
Escherichia coli) strain O157 yang diperoleh dilihat dari frekuensi jumlah feses mencit
dari Laboratorium Peternakan Universitas putih.
Andalas.
B. Pemberian Bakteri Asam Laktat (Weisella
paramesenteroides)
1. Kultur probiotik disimpan dalam gliserol
2.2 Tahap Penelitian pada suhu -40C
Dosis Bakteri Pediococcus pentosaceus dan 2. Kultur disegarkan pada media MRS broth
EPEC (Enteropathogenik Escherichia coli) dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24
Bakteri di beri secara oral dengan jarum sonde jam.
ke mencit putih dari hari 1-21 hari. Dosis 3. Setelah 24 jam, kultur disentrifus selama 5
probiotik mulai dari 2 x 108 CFU/ml sampai 2 menit dengan kecepatan 12000 rpm.
x 1010 CFU/ml dan dosis EPEC sebanyak 1 x 4. Pemberian probiotik dilakukan secara oral
108 CFU/ml. ke mencit putih jantan satu persatu sesuai
dengan dosis perlakuan.
Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan C. Keseimbangan Mikroflora Usus
metode eksperimen dengan Rancangan Acak a). Sterilisasi alat.
Lengkap (RAL) pola faktorial 5 x 4 dengan 2 b). Total Koloni BAL Dadih.
ulangan. Sebagai faktor pertama (A) yaitu Langkah-langkah yang dilakukan dalam
dosis pemberian probiotik dengan level menghitung total koloni BAL adalah :13
tertentu yang terdiri dari : 1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti :
1. A1 = Kontrol (diberi makan seperti biasa) cawan petri (petridish), tabung reaksi,
2. A2 =Pemberian EPEC (tanpa pemberian Erlenmeyer, eppendorf, tip pipet mikro,
probiotik) hockey stick, disterilkan dalam autoclave
3. A3 = Pemberian EPEC dan probiotik pada suhu 121ºC selama 15 menit dengan
dengan dosis 2 x 108 CFU/ml tekanan 15 lbs.
4. A4 = Pemberian EPEC dan probiotik 2. Dengan menggunakan sendok steril dan
dengan dosis 2 x 109 CFU/ml aluminium foil bagian ileum mencit
5. A5 = Pemberian EPEC dan probiotik ditimbang sebanyak 1 g, kemudian
dengan dosis 2 x 1010 CFU/ml dilarutkan dengan 9 ml larutan de Mann
Rogosa Sharpe (MRS) Broth, lalu divortex
Sebagai faktor kedua (B) yaitu lama sampai homogen. Hasil ini disebut
pemberian yang terdiri dari : pengenceran 10-1
a) B1 = Lama pemberian 0 Jam 3. Hasil pengenceran tersebut diambil 1000 μl
b) B2 = Lama pemberian 12 Jam dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
c) B3 = Lama pemberian 24 Jam berisi 9 ml larutan de Mann Rogosa Sharpe
d) B4 = Lama pemberian 36 Jam (MRS) Broth, lalu divortex sampai
homogen. Hasil pengenceran ini disebut
2.3 Cara Kerja dengan pengenceran,10-2begitu seterusnya
A. Pemberian EPEC untuk menginduksi sampai pada pengenceran 10-5
diare pada mencit putih jantan. 4. Dari pengenceran 10-5 diambil 100 μl
1. Kultur EPEC didapat dari Laboratorium sampel dan ditanam dengan metode spread
Teknologi Hasil Ternak Fakultas pada petridish yang telah berisi media MRS
Peternakan Universitas Andalas. Agar beku dengan mikro pipet 100 μl,
2. Bakteri EPEC:O157 1 x 108 CFU/ml kemudian diratakan dengan hockey stick
diberikan pada mencit putih jantan yang sebelumnya telah diberi alkohol dan
sebanyak 0,5 ml secara oral dengan dibakar dengan api, semuanya dikerjakan
menggunakan jarum sonde. di dalam lamina flow dan di dekat bunsen.
70
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
5. Inokulum disimpan dalam anaerob jar lalu 8. Irisan diletakkan di atas permukaan air
dimasukkan dalam inkubator selama 24 biasa dan diusahakan tidak melipat.
jam pada suhu 37 ºC dan dilakukan Dipindahkan sebentar pada permukaan air
pengkodean petridish dengan menandai hangat suhu 45oC untuk menghilangkan
masing-masing petridish. kerutan kecil pada jaringan.
6. Setelah 24 jam, koloni bakteri yang 9. Ditempelkan pada objek glass yang sudah
tumbuh dihitung dengan menggunakan diolesi putih telur dan dibiarkan kering
alat quebec colony counter. Hasil sampai saat akan diwarnai.
perhitungan digunakan rumus CFU 10. Preparat disusun dalam keranjang metal,
dibawah ini: kemudian direndam dalam xylol I, xylol II,
xylol III masing-masingnya selama 10
Total koloni BAL (CFU/Colony Forming menit. Kemudian pindahkan dalam
Unit)/gram) : alcohol absolute I, absolute II selama 10
Jumlah Koloni x 1 x 1 menit.
Pengenceran Berat Sampel 11. Direndam dalam air kran mengalir selama
1 menit. Setelah itu diwarnai dengan
Harri’s Hematoksilin selama 7 menit.
D. Histologi Vili Usus Mencit Kemudian rendam didalam air kran
a. Prosedur pembuatan preparat vili usus selama 1 menit.
halus :14 12. Kemudian rendam dalam larutan scott
1. Mencit dikorbankan dengan pembiusan selama 1 menit. Kemudian rendam lagi
menggunakan kloroform. dalam air mengalir selama 1 menit.
2. Pengambilan jaringan segar, mencit 13. Kemudian rendam dalam larutan eosin
dipotong dan dikeluarkan bagian organ selama 5 menit, dibilas dengan air
dalamnya, diambil usus halus yaitu bagian mengalir selama 1 menit.
ileum sepanjang 5 cm. 14. Dicelupkan dalam larutan alcohol 95%,
3. leum dilakukan pembelahan agar 96%, absolute I, absolute II kira-kira 10
berbentuk lembaran celupan.
4. Bagian yang berbentuk lembaran dijepit 15. Masukkan dalam xylol I, xylol II, selama 3
diatas plastic tebal dan di fiksasi kedalam menit, dan masukkan lagi dalam xylol III
formalin 10% selama 24 jam. selama 5 menit.
5. Jaringan tadi dimasukkan kedalam keset 16. Diangkat dan ditetesi dengan Kanada
processor dan kedalam alat Rotary Tissue balsam lalu ditutup dengan cover glass.
Processor. Dimana didalam alat ini 17. Terakhir diperiksa dan diamati dibawah
jaringan tadi direndam dalam larutan mikroskop optic.
alcohol 70% selama 2 jam, alcohol 80%
selama 2 jam, alcohol 95% I selama 2 jam, b. Pengukuran tinggi vili usus halus
alcohol 95% II selama 1 jam, absolute I, Pengukuran tinggi usus halus dilakukan
absolute II, absolute III masing-masing dengan mikroskop cahaya atau optic yang
selama 1 jam, xylen I, xylen II, xylen III, diukur dari garis atas muskularis mukosa
masing-masing 1 jam, paraffin panas I sampai puncak vili.
selama 2 jam dan paraffin panas II selama
9 jam. Dimana totalnya selama 24 jam.
6. Kemudian setelah itu di blok atau dicetak III. Hasil dan Pembahasan
dalam paraffin dengan menggunakan alat
tissue embedding center, masukkan dalam 3.1 Frekuensi Buang Air Besar (BAB) mencit
freezer supaya paraffin membeku. putih dengan beberapa perlakuan
7. Setelah itu dilakukan pemotongan atau Hasil analisa statistik menunjukkan ada
diiris setipis 5 mikron dengan alat interaksi sangat nyata (p<0,01) antara faktor A
mikrotom. (dosis pemberian) dan faktor B (lama
71
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
pemberian) terhadap frekuensi feses mencit Feses mencit uji terendah terdapat pada
uji , terlihat pada tabel 1. perlakuan A1. Hal ini dikarenakan pada A1
mencit uji tidak diberi E.coli dengan kata lain
Tabel 1 menunjukkan interaksi yang sangat mencit uji A1 dalam keadaan normal dimana
nyata antara faktor A (dosis pemberian) feses mencit dari 0 jam sampai 36 jam hampir
dengan faktor B (lama pemberian) terhadap sama. Semua mencit uji yang diinfeksikan
frekuensi feses mencit uji (p<0,01). Frekuensi dengan E.coli cenderung mengalami diare
feses mencit uji paling tinggi terdapat pada pada jam ke 12. Pada mencit uji A3, A4 dan
faktor A2 (pemberian EPEC saja) dengan A5 pada jam ke 24 terjadi penurunan jumlah
rerata 33,375. feses hal ini karena pada saat diare mencit A3,
A4 dan A5 diberi Weisella paramesenteroides
berturut-turut 2x108,2x109 dan 2x1010 cfu/ml
sehingga pada jam 24 (B3) feses dari masing-
masing perlakuan mengalami penurunan
Tabel 1. Rerata Frekuensi BAB Mencit dengan yang tajam.
Beberapa Perlakuan (kali).
Faktor 3.2 Keseimbangan Mikroflora Usus Mencit Putih
Faktor B (j) Total Rerata
A
Jantan
(i) B1 B2 B3 B4 (yi..) Hasil analisis statistik mennjukkan bahwa
adanya interaksi yang sangat nyata P<0.01
A1 4,00g 5,00g 4,50g 5,00g 18,50 4,63 antara faktor A (dosis) dan faktor B (lama
A2 5,00g 50,50a 41,00b 37,00c 133,50 33,38
pemberian) terhadap rerata keseimbangan
mikroflora usus mencit yang terdiri total
A3 5,50g 48,50a 16,50e 11,00f 81,50 20,38 koloni Bakteri Asam Laktat (BAL), total koloni
Escherichia coli dan total koloni bakteri aerob.
A4 5,00g 30,50d 20,00e 16,00e 71,50 17,88
A. Total Koloni BAL (Bakteri Asam Laktat)
A5 5,50g 28,50d 12,50f 11,00f 57,50 14,38 Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa
Total
ada interaksi yang sangat nyata (p<0,01)
(y.j.) 25,00 163,00 94,50 80,00 362,50 90,63
Rata- antara faktor A dan faktor B terhadap jumlah
rata 5,00 32,60 18,90 16,00 72,50 18,13 koloni BAL di ileum mencit uji. Masing-
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda masing faktor juga memperlihatkan pengaruh
pada kolom dan baris yang berbeda menunjukkan yang nyata (p<0,01) terlihat pada Tabel 2.
berbeda sangat nyata (P<0.01).
Tabel 2. Rerata total koloni BAL pada usus mencit
dengan beberapa perlakuan (x107cfu/gr)
Faktor
Faktor B (j) Total Rerata
A
(i) B1 B2 B3 B4 (yi..)
72
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
faktor B terhadap jumlah koloni arerob. Gambar 4. Koloni bakteri aerob yang tumbuh
Masing-masing faktor juga menunjukkan pada media PCA.
pengaruh yang nyata. Total koloni bakteri
aerob yang paling banyak tumbuh terdapat Pada keadaan normal usus mencit masih
pada perlakuan A2 (pemberian E.coli saja) mengandung bakteri dan jauh beda dengan
pada jam ke 24 kemudian ke jam 36. mencit yang telah diinfeksi dengan E.coli
hanya saja jumlah koloni yang tumbuh pada
Rerata jumlah koloni bakteri aerob pada ileum mencit yang diinfeksi dengan E.coli lebih
usus mencit uji selama penelitian dapat dilihat tinggi dibandingkan dengan keadaan normal.
pada tabel 4. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat kalau
bakteri yang ada di usus sekitar 1014 cfu dan
Pertumbuhan koloni bakteri aerob pada lebih dari 400 spesies yang secara bersama-
media PCA ini menunjukkan tidak hanya sama dapat mencapai berat 1,0-1,5 kg 17.
bakteri E,coli saja yang ada pada ileum mencit
tapi juga ada bakteri yang lain. 3.3 Histologi Vili Usus Mencit Putih (Mus
muscullus)
A5 7,50b 12,00b 9,00b 5,00b 33,50 8,38 A1 222,42l 222,02n 230,98j 233,31i 908,74 227,18
Total
(y.j.) 43,50 45,50 70,00 63,50 222,50 55,63 A2 223,73k 108,66s 182,75p 233,45h 748,59 187,15
Rata-
rata 8,70 9,10 14,00 12,70 44,50 11,13
A3 250,64g 133,43r 312,83d 374,51a 1071,41 267,85
Keterangan: Superskrip huruf kecil yang berbeda
pada kolom dan baris yang berbeda menunjukkan
A4 222,34m 145,36q 258,37f 328,13c 954,20 238,55
berbeda sangat nyata (P<0.01).
Gambar 5. Vili ileum mencit yang diberi Weisella V. Ucapan terima kasih
paramesenteroides 2x108cfu/ml
Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada pihak-pihak yang telah membantu
Keadaan vili ileum A2 paling rendah demi kelancaran penelitian ini.
dibandingkan dari perlakuan lainnya hal ini
disebabkan pada A2 hanya diberi E.coli jadi
keberadaan bakteri patogen didalam usus Referensi
akan menghambat proses penyerapan pada
vili usus halus. 1. Anwar, D., 2008, Hubungan kondiasi
sarana pembuangan tinja terhadap
kejadian diare di wilayah kerja puskesmas
lubuk sikaping Kabupaten Pasaman Barat.
Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas:
Padang.
2. Widjaja, M,C, 2003, Mengatasi Diare dan
Keracunan pada Balita, Kawan Pustaka,
Jakarta Selatan.
3. Firmansyah, A., 2001, Terapi probiotik
dan prebiotik pada penyakit saluran cerna
Gambar 6. Vili ileum diberi EPEC anak. Sari pediatric ;2:210-4.
4. Kaur, I .P., Chopra, K., dan Saini, A., 2002,
Probiotics: potential pharmaceutical
Keadaan diare dapat merusak mukosa usus applications. Eur. J.Pharm. Sci. 15, 1-9.
dan juga vili usus sehingga pertumbuhan dari
75
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
76
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: Syukriarief@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Synthesis and characterization of chitosan-based composite, silica and calcium phosphate have
been conducted. The purpose of this research was to study of the effect of pH and chitosan on the
composite character. Synthesis of materials have carried out by sol-gel method. The optimum pH
for this process was pH = 5. Composite was synthesized using a variation of chitosan: (0.15, 0.25,
and 0.35 g in 34 mL mixture). From optical microscope photoghraphs can be seen the uniformity
of the composite particle obtained from this research decrease as the chitosan content increase.
FTIR show at the availability functional group -OH and -NH of chitosan, phosphate, and Si-OH
and Si-O-Si of silica. The PSA analysis showed that there was no effect of the amount of chitosan
on to the change of particle size.
Sumber Ca dari cangkang telur sebanyak 3 D). Dicampurkan larutan D dengan larutan
gr, kemudian ditambahkan 16 ml asam C dengan perbandingan 1:3 (larutan E),
fosfat 2M dan selanjutnya distirer selama 30 distirer sampai membentuk gumpalan.
menit. Kemudian disaring dengan pompa Kemudian ditambahkan metanol dengan
vakum dan dikeringkan dengan oven pada perbandingan larutan E dengan metanol
suhu 110oC. 20:25 dan diatur pH 5, 7 dan 9 dengan
penambahan NaOH 2M. Distirer selama 30
2.2.3 Pembuatan komposit menit. Kemudian dimasukkan kedalam
2.2.3.1 Pembuatan komposit dengan cetakkan. Dikeringkan dalam desikator.
komposisi hasil komposit yang bagus pada
peneliti sebelumnya, variasi TEOS (11 dan 2.2.4 Karakterisasi sampel
22mL), variasi pelarut yang digunakan Sampel dikarakterisasi dengan beberapa
untuk melarutkan Ca3(PO4)2 dan Kitosan alat karakterisasi diantaranya analisis foto
(asam asetat 1%/HCl), dan variasi pH pada optik, FTIR, dan PSA. Analisis foto optik
pelarutan Ca3(PO4)2 (pH 0, 3, 4, 5, 6, dan 7) untuk melihat bentuk permukaan sampel.
Ca3(PO4)2 sebanyak 0,75 gr, kemudian Analisis FTIR bertujuan untuk mengetahui
ditambahkan HNO3 2M sebanyak 5 mL. serapan pada angka gelombang yang
Distirer selama 30 menit (larutan A). menunjukkan adanya gugus –OH dan –NH
Disiapkan larutan TEOS. Diukur TEOS dari kitosan, silika dan fosfat. Karakterisasi
sebanyak 11 mL, kemudian dilarutkan PSA dilakukan untuk mengetahui ukuran
dengan aquadest 9 mL. Distirer selama 30 partikel dan persentase sebaran ukuran
menit (larutan B). Kemudian dicampurkan partikel.
larutan A kedalam larutan B, distirer selama
30 menit (larutan C). Disiapkan larutan
kitosan dengan menimbang kitosan III. Hasil dan Pembahasan
sebanyak 0,25 gr, kemudian dilarutkan 3.1. Pembuatan Komposit Kitosan, Silika
dalam 5 mL asam asetat 1%. Distirer selama dan Kalsium Fosfat
30 menit (larutan D). Dicampurkan larutan Komposit kitosan, silika dan kalsium fosfat,
D dengan larutan C dengan perbandingan diperoleh dengan hasil pencampuran
1:3 (larutan E), distirer selama 30 menit. kitosan, silika (TEOS sebagai prekursor) dan
Kemudian ditambahkan metanol dengan kalsium fosfat. Kalsium fosfat terlebih
perbandingan larutan E dengan metanol dahulu dibuat dengan mengunakan Ca
20:25. Distirer selama 30 menit. Kemudian yang diperoleh dari hasil sintering
disaring, endapan dimasukkan kedalam cangkang telur, kemudian dicampurkan
cetakkan. Dikeringkan dalam desikator. dengan asam fosfat (H3PO4).
1087 dan 557 cm-1. Hal ini merujuk pada Karakterisasi PSA dilakukan untuk
referensi bahwa absorpsi gugus fosfat mengetahui ukuran partikel dan sebaran
adalah berkisar 900 – 1200 cm-1 dan 550 – ukuran partikel pada komposit. Prinsip dari
650 cm-1.8 Pita absorpsi pada panjang alat ini, mengukur ukuran partikel dari
gelombang 1544 cm-1 (no 4 pada gambar 3) material yang tidak larut dalam air. Analisis
menunjukkan adanya gugus NH2. Pita PSA dilakukan terhadap sampel dengan
absorpsi pada panjang gelombang 965 cm-1 variasi kitosan 0,15, 0,25 dan 0,35 gr (hasil
(no 6 pada gambar 3) menunjukkan adanya karakterisasi PSA pada Gambar 4).
gugus Si-OH. Kemudian pita absorpsi pada
daerah panjang gelombang 795 cm-1 dan 457
cm-1 (berturut-turut no 7 dan 9 pada
gambar 3) menyatakan ada gugus Si-O-Si.
Hal ini berdasarkan pada referensi yang
menunjukkan gugus NH2 memilki pita
absorpsi pada panjang gelombang berkisar
antara 1500 - 1650 cm-1, gugus Si-OH
mengalami absorpsi pada panjang
gelombang 900 – 1050 cm-1, gugus Si-O-Si
pada panjang gelombang 750 – 800 cm-1 dan
400 – 500 cm-1.7 Gambar 4. Grafik sebaran ukuran partikel
sampel membran komposit
variasi kitosan 0,15; 0,25 dan
0,35 gr
81
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
puncak yang cukup besar dibandingkan 3 Krajewska, B., and Olech, A., 1995, Pore
dengan variasi kitosan 0,15 dan 0,35 gr, Structure of Gel Chitosan Membranes. I.
yang menandakan variasi kitosan 0,25 Solute Diff. Measurements, Elsevier, 1.
memiliki ukuran partikel yang lebih besar 4 Handayani, E., 2009, Sintesa Membran
dari yang lain. Dapat disimpulkan bahwa Nanokomposit Berbasis Nanopartikel
peningkatan jumlah kitosan dalam Biosilika dari Sekam Padi dan Kitosan
komposit tidak berpengaruh terhadap sebagai matrik Biopolimer, Sekolah
perubahan ukuran partikel. Kemudian Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 4.
ukuran partikel yang dominan untuk 5 Mourya, V. K., Inamdarand, N. N., and
masing – masing sampel, dapat dikatakan Tiwari, A., 2010, Carboxymethyl
cukup besar. Chitosan and its Applications,
IV. Kesimpulan ADVANCED MATERIALS Letters, 2.
6 Nabilah, S. R., Arief, S., dan Zulhadjri,
pH yang optimum untuk membuat 2012, Sintesis dan Karakterisasi
komposit adalah pH = 5. Komposit dengan Membran Komposit yang Berbahan
variasi kitosan 0,15, 0,25, dan 0,35 gr Dasar Kitosan, Silika, dan CaCO3, J.
dikarakterisasi dengan mengunakan foto Kimia Unand, Vol. 1 No. 1, 4.
optik, FTIR dan PSA. Analisis foto optik 7 Lee, E., Shin, D., Kim, H., Koh, Y., and
menunjukkan dengan bertambahnya Jang, J., 2008, Membrane of Hybrid
kitosan tingkat keseragaman partikel Chitosan–Silica Xerogel for Guided
komposit menurun. Karakterisasi FTIR Bone Regeneration, Elsevier, 3.
menunjukkan adanya gugus fungsi -OH 8 Soejoko, D. S., dan Wahyuni, S., 2002,
dan -NH dari kitosan, fosfat, dan Si-OH dan Spektroskopi Inframerah Senyawa
Si-O-Si dari silika. Dan analisis PSA Kalsium Fospat Hasil Presifitasi,
menunjukkan dengan peningkatan jumlah MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 3, 3.
kitosan dalam komposit tidak berpengaruh
terhadap perubahan ukuran partikel.
Referensi
82
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: sanusi_ibrahim49@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, KampusLimauManis, 25163
Abstract
Isolation and characterization of triterpenoid from n-hexane fraction in Annona squamosa L stem
bark extract has been investigated. The result was obtained as a white crystal with melting point
176.8 – 178.2 oC which has shown single spot to several eluents in some comparisons. LB test has
indicated was of the triterpenoid compound. UV spectra of the compound has shown max
absorption at 206 nm which of non–conjugated double bond. From IR spectra analysis one can
conclude that the appearance of bands at around 3440 cm-1, 2931 cm-1, 1686 cm-1, 1372 cm-1 and
1199 cm-1 indicate the groups of –OH, aliphatic C-H,C=O, geminaldimetil and C-O.
85
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
86
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail: adlis_1962@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Isolation of triterpenoid and antioxidant activity test from extract of steam bark of sourcop
(Annona muricata. Linn.) have done. The purified isolate compound is white crystal that has
melting point distance 129.2 – 130.1 oC and gave single spot at some ratio eluents. Ultraviolet
(UV) spectrum gave absorption at λmax 201.8 nm. Infrared (IR) spectrum data gave some
important band of absorption at wavenumber 3431.71 cm-1, 2928.38 cm-1, 1644.02 cm-1, 1461.78
cm-1, 1375 cm-1, 1111.76 cm-1 and 1050.05 cm-1 that are functional group of hydroxy (-OH) alcohol,
CH3, C=O, C-H alifatis, specific absorption of triterpenoid compound are geminal dimetyl, C-O
eter and vibration of C-O alcohol. The Liebermann-Burchard test of the compound gave red
colour which shows the isolated compound belonging to triterpenoid group. The antioxidant
activities test of each extract have inhibition percent from methanol 90.19%, ethyl acetate 56.16%
and hexane 19.87%.
Antioksidan merupakan senyawa kimia Salah satu spesies fari famili Annonaceae
yang dapat menyumbangkan satu atau lebih adalah Annona muricata Linn. yang biasa
elektron kepada radikal bebas, sehingga dikenal dengan tumbuhan sirsak oleh
radikal bebas dapat diredam. Contohnya, masyarakat Indonesia. Tumbuhan ini
antioksidan dapat juga menghambat banyak digunakan sebagai obat-obatan
oksigen reaktif atau nitrogen reaktif tradisional oleh masyarakat, diantaranya
sebagai anti jamur, efektif melawan
87
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
berbagai jenis parasit/cacing, menurunkan Fourier Transform Infra Red (FTIR Perkin
tekanan darah tinggi, depresi, stress dan Elmer 1600 series).
menormalkan kembali sistem syaraf yang
kurang baik.[11] 2.2. Prosedur penelitian
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam
Walaupun memiliki aktivitas yang besar penelitian ini, diantara adalah :
bagi kesehatan, namun belum banyak
masyarakat yang mengetahui kandungan 1. Pengambilan dan Persiapan Sampel
senyawa yang terdapat pada tanaman ini. Sampel yang diperlukan untuk penelitian
Belum banyak pelaporan mengenai isolasi diperoleh di daerah Pekonina, Kecamatan
senyawa maupun uji bioaktifitas dari Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan yang
tumbuhan ini. Dari penelusuran literatur, diambil pada tahun 2012. Bagian yang akan
sedikit sekali yang telah melakukan isolasi diteliti adalah kulit batang yang telah
dan uji antioksidan terhadap kulit batang dikering anginkan pada udara terbuka
dari tumbuhan sirsak ini. selama ±2 bulan dan tidak terkena cahaya
matahari secara langsung sampai kering.
Untuk persiapan sampel, sampel kering
tersebut kemudian digiling halus sampai
II. Metodologi Penelitian berbentuk serbuk lalu ditimbang. Dan
didapatkan sampel bubuk sebanyak 616
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi gram yang kemudian diekstrak dengan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam metoda maserasi. Sampel ini juga dilakukan
penelitian ini adalah kulit batang sirsak uji fitokimia.
(Annona muricata Linn.). Kemudian, bahan
kimia yang digunakan selama penelitian 2. Metode ekstraksi
diantaranya heksan (C6H12), etil asetat Metoda ekstraksi senyawa metabolit
(CH3CH2OC(O)CH3), metanol (CH3OH), sekunder yang digunakan adalah
(yang ketiganya merupakan pelarut teknis maserasi.[12] Pelarut yang digunakan pada
yang telah didistilasi). Heksan, etil asetat maserasi ini adalah heksan, etil asetat dan
dan metanol digunakan sebagai pelarut saat metanol.
maserasi, sedangkan eluen yang digunakan
untuk kromatografi kolom adalah heksan Ekstrak heksan kemudian dikromatografi
dan etil asetat. Absorben yang digunakan kolom dengan menggunakan sistem SGP
pada kromatografi kolom adalah silika gel (Step Gradient Polarity) [12,13] dengan eluen
60 (0,063-0,200 mm), pereaksi Meyer dipakai yang digunakan dimulai dari heksana : etil
untuk identifikasi alkaloid, pereaksi asetat = 8 : 2 hingga heksan : etil asetat = 5 :
Liebermann- Burchard untuk identifikasi 5. Hasil dari kromatografi kolom ini
triterpenoid dan steroid, HCl pekat dan didapatkan sebanyak 63 vial.
bubuk Mg untuk identifikasi flavonoid dan
FeCl3 untuk identifikasi fenolik. DPPH Hasil ini kemudian dimonitori dengan
digunakan saat uji bioaktifitas antioksidan. menggunakan kromatografi lapis tipis
(KLT) hingga didapatkan fraksi lebih kecil.
Alat yang digunakan adalah seperangkat Fraksi yang paling sederhana kemudian
alat distilasi, rotary evaporator Heidolph WB dimurnikan dengan cara pencucian dan
2000, oven, kertas saring Whatman No.42, rekristalisasi.[12,14]
kolom kromatografi, peralatan gelas yang
umum digunakan dalam laboratorium 3. Karakterisasi
(gelas ukur, erlenmeyer, labu destilasi, dll), Senyawa murni hasil isolasi kemudian diuji
chamber, plat KLT, pembakar spritus, lampu triterpenoid menggunakan pereaksi
Ultraviolet (UV; = 254 dan 356 nm), Fisher Liebermann-Burchard. Selain itu juga
melting point apparatus, spektrofotometer dilakukan uji titik leleh dengan cara
ultraviolet (UV; Secoman S1000 PC) dan mengambil sedikit kristal murni dan
88
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
dimasukan ke dalam pipa kapiler kecil. Titik (SGP) dikarenakan pada hasil uji KLT
leleh diukur ketika kristal mulai meleleh sebelumnya didapatkan pemisahan noda
hingga meleleh sempurna. yang kurang baik. Eluen yang digunakan
selama kromatografi kolom adalah heksan
Senyawa murni hasil isolasi dikarakterisasi dan etil asetat, sedangkan fasa diam yang
dengan diukur spektrumnya menggunakan digunakan adalah silika gel 60 (0,063 – 0,200
spektroskopi UV dan IR. mm). Dari kromatografi kolom ini
didapatkan sebanyak 63 vial. Kemudian
III. Hasil dan Pembahasan senyawa yang terdapat dalam vial-vial ini
dimonitori dengan menggunakan KLT,
3.1. Hasil uji fitokimia sehingga diperoleh fraksi-fraksi yang lebih
Hasil pengujian kandungan senyawa sederhana sebanyak 14 fraksi (I – XIV).
metabolit sekunder yang terdapat dalam
kulit batang tanaman sirsak dapat dilihat Selanjutnya pengerjaan difokuskan pada
pada Tabel 1. fraksi V karena fraksi ini memperlihatkan
adanya kristal dalam jumlah yang relatif
Tabel 1. Profil Fitokimia Kulit Batang Sirsak banyak setelah pelarutnya diuapkan
(Annona muricata Linn.)
dibandingkan fraksi-fraksi yang lain. Selain
N Kandungan Pereaksi Pengamatan Hasil
o Kimia Uji itu juga dikarenakan pola nodanya yang
. sederhana. Kemudian, fraksi V ini
1 Alkaloid Meyer Kabut putih √ dimurnikan dengan pencucian dan
2 Fenolik FeCl3 Warna biru √ rekristalisasi.
3 Flavonoid Sianidin (HCl Warna √
+ Mg) orange
4 Kumarin NaOH 1%, Berfluorisen √ Pada fraksi V ini ditambahkan etil asetat
fluorisensi UV si terang dan dilakukan pengadukan. Penambahan
5 Saponin Air Tidak ada ᵡ etil asetat ini menghasilkan larutan hijau
busa dan kristal. Penambahan etil asetat
6 Steroid Liebermann- Warna hijau √
Burchard
dilakukan hingga tidak ada lagi yang bisa
7 triterpenoid Liebermann- Warna √ larut dalam etil asetat yang
Burchard merah mengindikasikan bahwa pengotor yang
larut pada etil asetat telah habis. Selanjutnya
Keterangan : √ = mengandung senyawa pencucian dilakukan dengan menggunakan
x = tidak mengandung pelarut heksan. Pencucian ini juga
senyawa dilakukan hingga larutan hijau tidak
dihasilkan lagi (artinya pengotor yang larut
Dari Table 1 di atas, dapat disimpulkan dalam heksan telah habis). Setelah itu,
bahwa kulit batang sirsak yang akan diteliti kristal dipindahkan ke dalam vial bersih
mengandung senyawa metabolit sekunder dan didiamkan beberapa hari hingga
diantaranya adalah flavonoid, fenolik, pelarutnya menguap dan terbentuk kristal
triterpenoid, steroid, alkaloid dan kumarin. kembali. Kristal ini kemudian dilakukan uji
Namun tidak mengandung saponin. kemurniannya.
3.2 Hasil isolasi senyawa metabolit sekunder Kristal diuji kemurniannya dengan
Hasil maserasi dan pemekatan dari kulit menggunakan KLT pada berbagai
batang sirsak didapatkan ekstrak heksan perbandingan eluen. Hasil dari uji
berwarna kuning sebanyak 2,996 g, ekstrak kemurnian ini berupa noda tunggal yang
etil asetat berwarna coklat tua sebanyak nilai Retention factor (RF-nya) dapat dilihat
7,817 g dan ekstrak metanol berwarna coklat pada Tabel 2. Noda hasil elusi tidak tampak
sebanyak 11,090 g. pada lampu Ultraviolet (UV) sehingga
digunakan penampak noda H2SO4 2N dan
Ekstrak heksan dikromatografi kolom dipanaskan di atas hotplate. Hasil yang
menggunakan sistem Step Gradient Polarity didapatkan menggunakan metode ini
89
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
No. Eluen Rf
1 DCM 100% 0,375
2 Heksan : EtOAc (5 : 5) 0,325
3 Heksan : EtOAc (7 : 3) 0,5
4 Heksan : EtOAc (8 : 2) 0,39
90
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: olalla.santonella@yahoo.co.uk
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Research on the use of organic and inorganic reducing agents in the synthesis of Fe3O4 nanoparticles
by coprecipitation method has been performed. Rock was crushed and destructed by using HCl 6M at
90 °C for 30 hours and found to be 69.70% dissolved. Some Fe³⁺ cations in the filtrate was partially
reduced by glucose and wheat flour, as well as by inorganic sodium thiosulfate and potassium
oxalate. Coprecipitation then performed using KOH 3M. Analysis by X-Ray Diffraction (XRD) in
accordance with the standard JCPDS No. 19-0629 showed that the resulting product was magnetite
(Fe3O4). Base on Scherer equation, the size of the magnetite crystals by using glucose was 16 nm and
using flour reductant was 18 nm. Analysis by Scanning Electron Microscopy (SEM) showed a
homogeneous morphology of magnetite particles with particle shape cubes and blocks and of micro
size.
93
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
94
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
90°C. Selanjutnya ditambahkan KOH 3M adalah agar endapan terpisah dari ion – ion
sebanyak 15 mL secara perlahan sambil tetap pengganggu. Setelah dikeringkan endapan
distirer. Endapan sukar terbentuk sehingga yang didapat berwarna hitam kecoklatan.
ditambah NH4OH sebanyak 10 mL. Setelah Sedangkan campuran filtrat dengan reduktor
itu biarkan mengendap, saring dan cuci natrium tiosulfat berwarna hitam kecoklatan,
endapan dengan Aquadest dan Eter, dan dengan tepung terigu berwarna hitam pekat
keringkan dengan Oven. dan dengan kalium oksalat berwarna coklat.
Terbentuk atau tidaknya magnetit dapat diuji
III. Hasil dan Pembahasan dengan menggunakan magnet permanen.
Tujuan dari penghalusan sampel adalah untuk Karena endapan - endapan yang terbentuk
memperluas permukaan sehingga tumbukan dapat ditarik oleh magnet permanen maka
dengan HCl semakin besar serta reaksi dapat dianggap endapan tersebut adalah
pelarutan oksida logam yang berada dalam magnetit.
batuan besi semakin cepat. Alasan
penggunaan HCl adalah karena HCl 3.2 Analisis Dari Data XRD (X-Ray Diffraction)
merupakan asam kuat yang punya Pola difraksi sinar-X dari produk yang
kemampuan melarutkan oksida besi dari menggunakan reduktor glukosa dapat dilihat
bijihnya menjadi Fe³⁺. pada gambar 1. Puncak puncak karakteristik
dari 2Ѳ memiliki kecocokan dengan standar
Tujuan proses destruksi dengan HCl adalah magnetit (JCPDS No 19-0629) yang
untuk mendapatkan larutan FeCl3 yang mengindikasikan bahwa produk yang
merupakan sumber ion Fe³⁺. Dari hasil dihasilkan adalah magnetit. Pola ini
destruksi didapatkan filtrat yang berwarna menunjukkan puncak yang jelas dan tajam
coklat kekuningan yang merupakan warna sehingga dapat diasumsikan produk tersebut
dari larutan FeCl3. Massa residu setelah adalah kristal, bukan amorf .
disaring dan dikeringkan adalah 6,818 gram
atau 30,30 % dari massa total sampel. Residu Puncak XRD yang dihasilkan tidak jauh
saat masih basah berwarna hijau kecoklatan berbeda dari data standar namun sedikit
dan dikelilingi oleh padatan abu – abu sebagai melebar. Dengan menggunakan persamaan
silika yang tidak ikut larut. Scherer didapatkan diameter rata - rata kristal
magnetit adalah 16 nm. Puncak yang jelas dan
Persentase sampel batu besi yang terlarut di tajam mengindikasikan bahwa magnetit yang
dalam HCl adalah 69,70 % Persentase ini terbentuk memiliki kristalinitas bagus.
mendekati persentase kandungan Fe2O3 71,12
% di dalam sampel batuan besi.Artinya jika
diasumsikan nilai 69,70 % tersebut adalah nilai
Fe2O3 yang terlarut, berarti hampir semua
oksida yang terlarut adalah oksida besi.
95
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
96
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
kubus dan balok, namun partikel yang 9. Pagnanelli F., 2004. Preminilary
didapat berukuran mikro sehingga dapat screening of purification processes of
dikatakan sebagai magnetit saja. liquor leach solutions from reductive
leaching of low-grade manganese
Perbedaan yang cukup menarik didapat ores, Jurnal of Hydrometallurgy, 71:,
dalam penelitian ini yaitu, magnetit yang 319-327.
didapatkan dengan menggunakan reduktor 10. Sari, 2008, In Situ Syntesis of
organik berukuran nano sedangkan magnetit Composite of Calcium Phospate
yang dihasilkan dengan menggunakan Carbonate Polyglycode, Jurnal
reduktor anorganik berukuran mikro. Jadi Nanosains dan Nanoteknologi, Vol 1. No
untuk mendapatkan magnetit dengan ukuran 2.
nano, dapat dikatakan penggunaan reduktor 11. Svehla, G., 1985. Analisis Anorganik
organik lebih efisien. Kualitatif Makro dan Semi Makro,
Edisi ke 5. PT Kalman Media Pusaka,
Jakarta.
12. Taufik, 2008, Sintesis Partikel Nano
V. Ucapan Terimakasih Fe3-xMnxO4 berbasis Pasir Besi dan
Karakterisasi Struktur serta
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemagnetannya, Jurnal Nanosains dan
analis Laboratorium Kimia Material Jurusan Nanoteknologi, Vol. 1 No 2.
Kimia FMIPA Universitas Andalas. 13. Wei, X and Roger, C., 2007, Syntesis of
Magnetite Nanoparticles with Ferric
Ionrecovered From Acid Mine
Referensi Drainage. Journal of Colloids and
Surfaces A. Physicochem. Eng. Aspects,
1. Abdullah. 2008. Sintesis Nanomaterial 294: 280-286.
Anorganik. Jurnal Nanosains dan 14. Yulianto, 2002. Studi Preliminier
Teknologi, Vol.1 No 2. Mineral Magnetik, Makalah
2. Bob, F., 1997, Fisika Terpadu, Erlangga, diseminarkan di Laboratorium
Jakarta. Kemagnetan Bahan Jurusan Fisika
3. Khopkar S. M., 1990, Konsep Dasar UNNES.
Kimia Analitik, Terj. A. Saptokaharjo,
UI Press.
4. Ladelta, V., .2008, Pengaruh Reduktor
Pada Sintesis Nanopartikel Magnetit
(Fe3O4) dari Batuan Besi yang berasal
dari Sungai Lasi Kabupaten Solok,
Jurnal Nanosains dan Teknologi, Padang.
5. Mizukoshi, 2009, Superparamagnetic
Magnetitite Nanoparticles by reverse
Precipitation, Jurnal Nanosains dan
Nanoteknologi,Vol. 16.
6. Nola, L. D., 2006, Laporan Praktek
Kerja Lapangan di Dinas
Pertambangan dan Energi Propinsi
Sumatera Barat. Padang.
7. Oktaviani, D., 2010, Sintesis dan
Karakterisasi Nanopartikel Magnetit
(Fe3O4) dari Batuan Besi dengan
Metoda Kopresipitasi, Jurnal Penelitian
Nanosains dan Teknologi, Padang.
8. Ozkakya, T, 2008, Syntesis of Fe3O4
nanoparticles at 100oC and its
magnetic characterization. Journal of
Alloy Compounds. In Press.
97
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Abstract
An Optimation in determination of zinc using adsorptive stripping voltammetry (AdSV) has been carried
out for some parameters which are variationsupporting electrolyte, types of ligand, calcon concentration,
pH of solution, accumulation potensial, and accumulation time. The optimum condition found in this
work has determined for supporting electrolyte KCL 0,1 M, ligand calcon with concentration 0,7 mM: the
pH solution is 7; accumulation potensial -0,7 V; and accumulation time 50 second. The level of method
accuracy was calculated from Relative Standar Deviation (RSD) with n=8. The RSD results is 0.86% for
measurement of 10 µg/L Zn(II) which shows that the method has higth level accuracy. This method was
applied for the determination of water sample from Bungus Padang where the concentration of Zn(II)
was found to be 0,01µg/L – 0,4 µg/L with its recovery 99,96%.
98
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
99
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
100
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
S
SDR = x 100 %
x -120n
Zn
S =
( x x) 2
-100n
n 1 -80.0n
Keterangan :
I (A)
S = Standar deviasi/simpangan baku -60.0n
-20.0n
A = Konsentrasi sampel
C= Konsentrasi standar ditambahkan -40.0n
-20.0n
3.1 Variasi Elektrolit Pendukung -0.80 -0.85 -0.90 -0.95 -1.00 -1.05 -1.10
U (V)
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh variasi
larutan elektrolit pendukung terhadap kondisi (b)
optimum pengukuran. Larutan elektrolit yang
digunakan adalah NH4Cl 0,1 M dan KCl 0,1 M. Gambar 1. Voltammogram variasi larutan elektrolit
Hasil pengukuran kedua elektrolit pendukung pendukung, a. KCl 0,1 M; b. NH4Cl 0,1 M.
pada penentuan Zn(II) dengan AdSV dapat Kondisi pengukuran: larutan standar
dilihat pada Gambar 1. Zn(II) 10 μg/L; potensial akumulasi -0,7 V;
waktu akumulasi 60 detik; dan scane rate -
Penambahan elektrolit pendukung berfungsi 0,8 V hingga -1.2 V
sebagai pengantar arus listrik dalam larutan
sehingga analit tidak terpengaruh oleh Arus puncak yang dihasilkan tinggi untuk ion
perbedaan perubahan potensial yang diberikan logam Zn di atas adalah dengan menggunakan
KCl 0,1 M. Hal ini disebabkan karena, ion K+
dengan cepat. Selain itu juga untuk menekan
arus migrasi, mengontrol potensial agar tahanan lebih kecil dari ion NH4+, sehingga
kecepatannya mengatasi gerakan ion dalam
larutan dikurangi serta menjaga kekuatan ion
total konsta.8 Padagambar 1terlihat bahwa, larutan (elektro migrasi) jauh lebih lebih besar
dari ion NH4+. Akibatnya arus puncak yang
penambahan elektrolit pendukung KCl 0,1 M
dan NH4Cl 0,1 M terhadap arus puncak yang dihasilkan dengan menggunakan KCl sebagai
elektrolit pendukung jauh lebih besar dari
dihasilkan untuk ion logam Zn(II), terdapat
perbedaan yang signifikan. menggunakan NH4Cl. Untuk penelitian
101
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
I (A)
I (A)
-60.0n
-40.0n
Elektrolit Pendukung Arus Puncak (Ip) -40.0n
-20.0n
KCl 0,1 M 99,36 -20.0n
95,81
NH4Cl 0,1 M 68,83 -0.80 -0.90 -1.00 -1.10 -1.20 -0.80 -0.90 -1.00 -1.10 -1.20
U (V) U (V)
71,93
(a) (b)
3.2 Variasi Pengompleks
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran -40.0n
terhadap 4 macam ligan, yaitu :kalkon, oksin,
-25.0u Zn
DMG dan APDC yang mempunyai konsentrasi
yang sama, 1 mM. Pengukuran dilakukan pada -30.0n
-20.0u
waktu akumulasi 60 detik. Hasil volmatogram
dan arus puncak dari masing-masing -15.0u
I (A)
I (A)
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 2. -20.0n
-10.0u
Pada Gambar 2dapat terlihat bahwa logam Zn
dapat di deteksi dengan penggunaan kalkon -5.00u -10.0n
sebagai pengompleks, dan memberikan arus
puncak sebesar 99,36 nA. Begitu juga APDC dan 0
DMG dapat membentuk senyawa kompleks -0.80 -0.90 -1.00 -1.10 -1.20 -0.80 -0.90 -1.00 -1.10 -1.20
U (V) U (V)
dengan Zn(II) dan terdeposisi di elektroda kerja,
sehingga arus terbaca. Namun arus puncak (c) (d)
yang diberikan lebih kecil daripada kalkon,
yaitu 95,69 nA untuk APDC dan 29,83 nA untuk Gambar 2. Voltammogram penentuan Zn(II) dan arus
DMG. puncak yang dihasilkan dengan ligan (a) kalkon:
Sedangkan oksin tidak memberikan puncak 99,36 nA, (b) APDC: 95,69 nA, (c) oksin: 0 nA, (d)
untuk penentuan Zn. Hal ini disebabkan oksin DMG: 29,83 nA, pada potensial -0,7 V, waktu
tidak membentuk kompleks dengan Zn dalam akumulasi 60 detik dan scane rate -0,8 V hingga -1.2
penentuan secara AdSV. Kalkon dipilih sebagai V.
pengompleks yang digunakan dalam optimasi
penentuanZn(II) secara AdSV selanjutnya 3.3 VariasiKonsentrasiKalkon
Selanjutnya dipelajari pengaruh konsentrasi
kalkon terhadap kondisi optimum pengukuran.
Kalkon sebagai pengompleks, akan membentuk
kompleks dengan logam dan berperan sebagai
basa lewis yang menyumbangkan pasangan
elektron sunyi pada ion logam. Kestabilan
kompleks akan menentukan jumlah analit yang
terakumulasi pada permukaan elektroda kerja.
Pembentukan kompleks yang stabil dengan ion
logam akan menghasilkan arus puncak yang
102
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
103
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
104
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
3.8 AplikasiPadaSampel
Gambar 8. Kurva kalibrasi pengukuran sampel air
laut pada daerah cendakir bagan dengan metoda
analisa Zn standar adisi.
cendakir bagan
-50.0n
3.9 PerolehanKembali
Zn
Adisi 2 Untuk mengetahui tingkat ketepatan metoda ini
-40.0n perlu dilakukan penentuan nilai perolehan
Adisi 1 kembali. Sampel yang telah diketahui
-30.0n konsentrasinya diadisi dengan sejumlah larutan
I (A)
105
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Referensi
1. Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi
Logam Berat, RinekaCipta.
2. Fardiaz, S., 1995, Polusi Air dan Udara,
Kanisius.
3. Darmono, 1995, Logam dalam Sistem
Makhluk Hidup, Universitas Indonesia.
4. Strobel, H. A. and Heinemann, W. R., 1989,
Chemical Instrumentation, A systematic
Approach, 3rd-ed, John Willey and Sons, pp.
1071-1139
5. Meijes, L., 1962, Handbook of Analytical
Chemistry, Mc.Grow Hill.
Dari Tabel 5 terlihat bahwa nilai perolehan 6. Plambeck, 1962, Electroanalytical
kembali Zn(II) dengan metoda Stripping Chemistry, Willey-Inter Science.
Voltammetri Adsorptif dan diatur pada kondisi 7. Asghari, A, 2008, Simultaneous
optimum yang telah diteliti adalah 99,96%. Nilai determination of trace amounts of lead and
perolehan kembali pada penelitian ini cukup zinc by adsorptive cathodic stripping
baik karena nilai perolehan kembali yang voltammetry, The Malaysian Journal of
didapatkan berada pada rentang 60% sampai Analytical Sciences, 12 (2) : 410 – 418
115%. 8. Wang, J., 2000, Analytical Electrochemistry,
2nd –ed, A John Willey and Sons, Inc.,
Publication, pp. 81-84 and 108-110
IV. Kesimpulan
9. Burgess, R. R. and Deutscher, M. P., 2009,
Methods in Enzymology Guide to protein
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Purificatio, 2nd ed., Elsevier, pp. 50-56.
yaitu Studi Optimasi Penentuan Zn(II) secara
10. Anderson, L. R., 1987, Practical Statistics for
Voltammetri Stripping Adsorptif didapatkan
Analytical Chemists, pp. 12-13
kondisi optimum pengukuran yaitu; elektrolit
pendukung KCl 0,1 M; pengompleks kalkon 0,7
mM ; pH larutan 7; potensial akumulasi -0,7 V;
dan waktu akumulasi 50 detik. Hasil penentuan
standar relatif yang didapatkan adalah 0,86%.
Dari hasil SDR ini dapat disimpulkan bahwa
metoda penentuan seng secara AdSV ini
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi
berdasarkan metoda AOAC karena SDR yang
diperoleh kecil dari 1%.
Penentuan nilai perolehan kembali juga
dilakukan dalam penelitian ini untuk
mengetahui ketepatan metoda yang digunakan,
dan diperoleh persen perolehan kembali yaitu
99,96% Berdasarkan hasil perolehan kembali
yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa
metoda ini memiliki ketepatan yang cukup
tinggi.
106
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: mitra_26102009@yahoo.co.id
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Corn cob is a very abundant and waste containing lignocellulose. Lignocellulosic biomass can be
produced into bioethanol. This research aimed to increase the ethanol content of corn cobs with
pretreatment using a mixture of NaOH and NH4OH with simultaneous saccharification and
fermentation (SSF) method. 10 g of corn cobs pretreated with a mixture of NaOH and NH 4OH
with variations of soaking time. The optimum pretreatment in concentrations of 2 % NaOH and
NH4OH 8 % in 3 days. Saccharification corn cobs using cellulase enzymes from Aspergillus niger.
Cellulase enzymes tested for their ability to produce glucose from corn cobs with Somogy Nelson
method. Production of bioethanol by SSF method using cellulase from Aspergillus niger and
Saccharomyces cerevisae were isolated from fermipan. Ethanol concentration was determined by
gas chromatography. Fermentation results obtained the optimum concentration of 3.2% ethanol
with 96 hours of fermentation.
108
pemindahan ke dalam media yang baru tabung reaksi. Sebagai blanko digunakan 1
sehingga diperoleh Saccharomyces cerevisiae mL aquades. Ke dalam tabung reaksi
murni. Koloni Saccharomyces cerevisiae yang ditambahkan 1 mL reagen-Nelson
telah murni diambil 1 jarum ose lalu kemudian dipanaskan pada air mendidih 20
diinokulasikan ke dalam media PDA menit. Setelah itu pindahkan tabung reaksi
miring. ke dalam air dingin hingga suhu larutan ±
B. Pretreatment tongkol jagung dengan 25oC, lalu ditambahkan 1 mL reagen
Campuran NaOH dan NH4OH fosfomolibdat dan 7 mL aquadest. Larutan
Tongkol jagung dipotong menjadi dikocok dan didiamkan selama 30 menit,
potongan-potongan kecil. Kemudian setelah itu ukur absorban pada panjang
dijemur dan dihaluskan dengan gerinda. gelombang 580 nm dengan
Kemudian diayak sehingga menjadi bubuk spektrofotometer UV-VIS.9
halus. Sampel dengan berat 10 g direndam
di dalam 100 mL campuran larutan E. Sakarifikasi Enzimatik Tongkol Jagung
ammonium hidroksida (NH4OH) dan Sakarifikasi enzimatik tongkol jagung oleh
natrium hidroksida (NaOH) dengan variasi ekstrak enzim kasar Aspergillus niger
konsentrasi NaOH 2% dan NH4OH 2, 4, 8, dilakukan selama 30 menit. Tiga mililiter
dan 10 % pada suhu kamar (28° C) selama (3,0 mL) dari 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3% (b/v) dari
24, 48, dan 72 jam. Campuran disaring, masing-masing sampel dalam buffer
dicuci berulang kali dengan menggunakan natrium asetat 0,1 M (pH 5,0) dan 3,0 mL
air suling sampai pH netral untuk kultur supernatan diinkubasi pada suhu 40o
menghilangkan sisa dari campuran NaOH C dalam penangas air dengan pengocokan
dan NH4OH. Sisa yang didapat dikeringkan selama 30 menit. Konsentrasi glukosa hasil
hingga mencapai berat konstan pada suhu sakarifikasi ditentukan dengan metoda
105° C dalam oven selama 6 jam.3,4 Somogy Nelson. Setelah dapat optimumnya
dilakukan variasi lama sakarifikasi 30
C. Produksi dan Pengujian Aktifitas Enzim sampai 120 menit.
Selulase
Aspergillus niger yang telah diremajakan F. Persiapan inokulum ragi Saccharomyces
selama 3 hari dalam medium agar miring cerevisiae
ditambahkan dengan 10 mL 0,1 % Tween 80 Ragi Saccharomyces cerevisiae sebanyak 3
steril. Kemudian dicampurkan dengan jarum ose diinokulasikan dari agar miring
medium produksi enzim, diinkubasi selama ke dalam medium medium Yeast Peptone
3 hari. Setelah itu, disentrifugasi pada 6000 x Dextrose (YPD) diinkubasi pada suhu
g selama 15 menit pada suhu 4° C. Kultur kamar dengan shaker 130 rpm selama 48
supernatan digunakan sebagai sumber jam. Diambil 10 mL kaldu disentrifugasi
enzim ekstraseluler kasar. pada 4500 rpm selama 5 menit. Supernatan
dituangkan, pellet ditambahkan dengan 10
D. Penentuan aktifitas enzim dengan mL akuades steril, disentrifugasi dan
substrat CMC supernatan dituang. Perlakuan dengan
Carboxymethyl cellulose (CMC) digunakan akuades dilakukan 2 kali. Pelet yang
sebagai substrat enzim. Campuran reaksi diperoleh ditambahkan 10 mL buffer sitrat
yang mengandung 2,0 mL dari 0,1% (b/ v) 50 mM pH 5,0 dan digunakan sebagai
CMC dalam buffer natrium asetat 0,1 M (pH inokulum.10
5,0) dan 2,0 mL ekstrak kasar enzim. G. Variasi lama fermentasi pada SSF
Campuran diinkubasi pada suhu 40° C Tiga gram bubuk tongkol jagung, 1,0 g
dalam penangas air dengan pengocokan ekstrak ragi dan 2.0 g pepton ditempatkan
selama 30 menit. Konsentrasi glukosa yang di masing-masing labu Erlenmeyer 250 mL,
dihasilkan ditentukan dengan metode buffer sitrat 50 mM, pH 5,0 ditambahkan
Somogy Nelson. Sebanyak 1 mL larutan untuk membentuk suspensi 80 mL.
hasil sakarifikasi dimasukkan ke dalam Kemudian diautoklaf pada 121oC selama 20
109
menit. Setelah dingin pada temperatur
kamar, 10 mL dari filtrate kultur Aspergillus
niger dan 10 mL inokulum S. cerevisae
dimasukkan ke tiap erlenmeyer. Erlenmeyer
diinkubasi pada suhu kamar dishaker pada
110 rpm selama 48, 72, 96, 120 jam.
Kemudian disentrifugasi pada 10000 g
selama 10 menit dan supernatan didestilasi.
Destilat disimpan untuk analisis etanol pada
gas kromatografi.11
H. Penentuan Konsentrasi Etanol dengan Gambar 1. Grafik hubungan konsentrasi NH4OH
Kromatografi Gas dengan kehilangan berat tongkol jagung
Konsentrasi etanol ditentukan dengan
menggunakan Kromatografi Gas (GC 2010
SHIMADZHU), dilengkapi dengan detektor
ionisasi nyala (FID). Digunakan sebuah
kolom kromatografi dengan panjang kolom 3.2 Hasil Aktifitas Enzim dengan Substrat CMC
30 m dan diameter 0,25 mm. Gas
pembawanya N2 (nitrogen) dengan laju alir CMC yang dipakai sebanyak 0,1 % dalam
136,3 mL/ menit dan tekanan 100 kPa. buffer natrium asetat 0,1 M pH 5,0.
Suhu injektor, suhu kolom dan suhu Konsentrasi glukosa ditentukan dengan cara
detektor masing-masing 150, 60-240, 200 oC. memasukkan nilai absorban yang terukur
Volume yang disuntikkan 1 µl. Identifikasi ke dalam persamaan regresi yang diperoleh
dan kuantifikasi didasarkan pada dari perhitungan kurva standar glukosa.
perbandingan langsung kromatogram gas Konsentrasi glukosa yang didapatkan
dengan standar etanol. Standar etanol yang adalah 185,4 ppm. Aktifitas enzim dengan
digunakan adalah etanol p.a 96 %. substrat CMC didapatkan 3,09 unit.
3.3 Pengaruh Konsentrasi Substrat Tongkol
III. Hasil dan Pembahasan Jagung Terhadap Konsentrasi Glukosa
111
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 9. S. N. Chinedu, S. C. Y., O. C. Nwinyi, V.
analis Laboratorium Biokimia Jurusan I. Okochi, U. A. Okafor and B. M.
Kimia FMIPA Unand. Onyegeme- Okerenta, 2008, Plant Waste
Hydrolysis by Extracellular Enzymes of
Referensi Aspergillus nigerand Penicillium
1. Morais, S.; Morag, E.; Barak, Y.; chrysogenum: Effect of Ammonia
Goldman, D.; Hadar, Y.; Lamed, R.; Pretreatment. Nigerian Journal of
Shoham, Y.; Wilson, D. B.; Bayer, E. A. Biochemistry and Molecular Biology. Vol 23
2012, Deconstruction of lignocellulose No. 1, pp. 1-7.
into soluble sugars by native and 10. H. D. Zakpaa, E. E. M.-M. a. F. S. J., 2009.
designer cellulosomes. mBio, Vol 3. No 6. Production of bio-ethanol from corncobs
2. Tae Hyun Kim , F. T., Kevin B. Hicks, using Aspergillus niger and Saccharomyces
2008, Bioethanol Production from Barley cerevisae in simultaneous saccharification
Hull Using SAA (Soaking in Aqueous and fermentation. African Journal of
Ammonia) Pretreatment. Bioresource Biotechnology, Vol 8. No 13, pp. 3018-
technology, Vol 99, pp. 5694-5702. 3022.
3. Zuo, Z.; Tian, S.; Chen, Z.; Li, J.; Yang, X., 11. N. Dowe and J. McMillan. 2008, SSF
2012, Soaking pretreatment of corn Experimental protocols- lignocellulosic
stover for bioethanol production biomass hydrolysis and fermentation.
followed by anaerobic digestion process. Laboratory analytical procedure. pp. 1-16.
Applied biochemistry and biotechnology, Vol
167. No 7, pp. 2088-102.
4. Ziyu Wang, D. R. K., Arthur P. Redding,
Jay J. Cheng, 2010, Sodium Hydroxide
Pretreatment and Enzymatic Hydrolysis
of Coastal Bermuda Grass. Biological
Systems Engineering. Vol 143.
5. Mohamad, A. I. a. S. E., Bioethanol From
Second Generation Feedstock
(Lignocellulose Biomass). 2011,
Interdisciplinary Journal Of Contemporary
Research In Business. Vol 3. No 8. pp. 919-
935.
6. Kerstein Stenberg, M. G., Guido Zacchi,
The influence of lactic acid formation on
the simultaneous saccharification and
fermentation (SSF) of softwood to
ethanol. 2000, Enzyme and Microbial
Technology, Vol 26. No 2, pp. 71-79.
7. Sri Rezeki Muriaa , P. S. S., Chairul, Misri
Gozan, Hendri Salmi, Said Zul Amraini,
Sakarifikasi dan Ko-Fermentasi Serentak
(SKFS) untuk Produksi Bioetanol dari
Limbah Padat Industri Pulp dan Paper.
2011, STU, Hal 1-5.
8. Kim, S.; Baek, S. H.; Lee, K.; Hahn, J. S.,
Cellulosic ethanol production using a
yeast consortium displaying
a minicellulosome and beta-glucosidase.
2013, Microbial cell factories. Pp. 12, 14.
112
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: abdi11750@yahoo.co.id
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Biogas is gas produced by biology activity through anaerob fermentation and that is new energy.
Materials of biogas production are chicken waste (KA) and cow waste (KS) as the inoculum, which
is the pollution caused by these wastes have negative effect for environment. The more biogas
production produced by using Floating Dome method. Anaerob fermentation process is done in
biodigester with 3 variations, they were KA : KS 80 : 20 ; KA : KS 70 : 30; KA : KS 50 : 50. The variation
were made to observe production of optimum methane gas in each biodigester. Ratio KA : KS 50 : 50
produced the highest volume of biogas, because full filled optimum condition that is ratio of carbon
and nitrogen as 30,294. The volume of biogas in this ratio was 1,67 L with the content of methane
was 60 %
I. Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan Kandungan biogas didominasi oleh gas
persoalan yang krusial didunia.Peningkatan metana (CH4) yang merupakan hasil
permintaan energi yang disebabkan oleh sampingan dari proses degradasi bahan
pertumbuhan populasi penduduk dan organik, seperti: kotoran ternak, manusia,
menipisnya sumber cadangan minyak dunia, sampah, dan sisa–sisa limbah lainnya.
serta permasalahan emisi dari bahan bakar Pemanfaatan kotoran ternak selain dapat
fosil memberikan tekanan kepada setiap menghasilkan biogas untuk bahan bakar, juga
negara untuk segera memproduksi dan membantu kelestarian lingkungan dan
menggunakan energi terbarukan.Salah satu memperoleh manfaat–manfaat lain, seperti :
sumber energi terbarukan dan jadi alternatif pupuk yang baik untuk tanaman, mencegah
tersebut adalah biogas.Biogas merupakan gas lalat, dan bau tidak sedap yang berarti ikut
hasil aktivitas biologi melalui proses mencegah sumber penyakit2.
fermentasi anaerobyang terjadi di dalam
biodigester. Gas ini berasal dari berbagai Banyaknya usaha peternakan ayam yang
macam limbah organik seperti sampah berada di lingkungan masyarakat dirasakan
biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan, mulai mengganggu warga, terutama
limbah domestik (rumah tangga), peternakan ayam yang lokasinya dekat
sampahbiodegradable atau setiap limbah dengan pemukiman penduduk.Masyarakat
organik yang biodegradable dalam kondisi banyak mengeluhkan dampak buruk dari
anaerob dapat dimanfaatkan menjadi energi kegiatan usaha peternakan ayam ras karena
melalui proses anaerob. Proses ini merupakan masih banyak peternak yang mengabaikan
peluang besar untuk menghasilkan energi penanganan limbah dari usahanya. Limbah
alternatif sehingga akan mengurangi dampak peternakan ayam ras berupa feses, sisa pakan,
penggunaan bahan bakar fosil1. air dari pembersihan ternak menimbulkan
113
pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar selang diberi pentil tubles agar terhubung
lokasi peternakan tersebut. pada balon penampung gas.
Pengolahan kotoran ayam menjadi biogas,
sudah dilakukan beberapa tahun terakhir ini.
Mulai dari negara berkembang sampai negara 2.2.3 Persiapan starter
maju sekalipun, seperti India, Saudi Arabia, Starter dibuat dari campuran kotoran sapi dan
Perugia, Italy, dan lain – lain. Hal ini sangat air dengan perbandingan 1 : 1,5. Untuk setiap
berdampak positif bagi sumber energi 1 kg kotoran sapi ditambahkan air sebanyak
maupun lingkungan.Pemanfaatan kotoran 1,5 L. Starter dimasukkan ke dalam jerigen
ayam menjadi biogas sudah dilakukan dan dibiarkan selama 1 minggu.
sebelumnya dengan paremeter uji yang
berbeda dengan peneliti kerjakan. Disini, 2.2.4 Penentuan Kadar Air
parameter yang digunakan, seperti : Analisis kadar air dilakukan dengan metoda
pengukuran pH, total solid (TS) , padatan gravimetri.
volatil solid (VS), dan pengukuran komposisi
gas menggunakan gas kromatografi (GC)3. 2.2.5 Pembentukan Biogas
Variasi campuran yang telah dibuat masing -
II. Metodologi Penelitian masingnya dimasukkan ke dalam jerigen
2.1. Bahan Kimia, Peralatan dan Instrumentasi yang ditutup rapat.Dibiarkan fermentasi
Bahan yang digunakan diantaranya : kotoran berlangsung sampai 40 hari.. Gas yang
ayam, kotoran sapi, akuades, H2SO4 95% terbentuk akan terlihat pada balon
(Merck), HCl 0,05 N, selenium mixture, penampung. Gas yang terbentuk ini diukur
NaOH, asam borat 1 %, glukosa, indikator volumenya dengan metoda floating dome.
conway, air.Sedangkan, alat yang digunakan
diantaranya : distilasi Bruchgefahr, T 70
spektrofotometer UV-Vis 580,5 nm, oven, Dengan:
kertas saring, alumunium foil, desikator, pH T = jarak lingkaran besar ke lingkaran kecil
meter, termometer, selang plastik, jerigen 20 R = jari-jari lingkaran Besar
L, kran, balon penampung gas, timbangan, r = jari-jari lingkaran kecil
saringan minyak, kayu pengaduk, gayung,
ember, korek api, gelas ukur 1 L, pipet takar 2.2.6 Pemisahan CO2
10 mL, pipet gondok 10 mL, gelas ukur 50 mL, Disini, proses absorbsi dilakukan dalam
dan gelas piala 500 mL. bejana U, yang berisi larutan NaOH 20% yang
diserap oleh Syringe. Bila pelarut yang
2.2. Prosedur Penelitian digunakan adalah NaOH makaabsorbsi yang
2.2.1. Penyediaan sampel terjadi akan secara kimia,
Sampel kotoran ayam diambil di Kelurahan dikarenakanterjadinya reaksi kimia secara
Pisang, Kec.Pauh-kuranji Kota Padang pada langsung antara CO2dengan larutan NaOH.
peternakan ayam, sedangkan feses sapi yang Proses absorbsi atau pemisahan gas CO2 oleh
digunakan pada penelitian ini diambil di UPT NaOH dapat dilihat pada reaksi berikut ini :
Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O
2.2.2 Unit Rangkaian Alat Biogas
Rangkaian alat pembentukan biogas yang Reaksi kimia yangterjadi adalah ineversible,
digunakan dalam penelitian ini berkapasitas dimana CO2 pada fase gasakan diabsorbsi
skala laboratorium ini adalah digester system oleh larutan NaOH pada fase cair.Pada saat
batch (hanya sekali pengisian bahan baku) gas mendekati interfase cair, gas
sebanyak enam unit. Satu unit instalasi biogas CO2akanlarut dan langsung bereaksi dengan
tersebut terdiri dari jerigen plastik volume 20 larutan NaOH.Hasil pemisahan ini,
liter.Pada tangki ini terdapat satu buah pentil menghasilkan CH4, H2S, dan sebagainya 4.
penyambung selang plastik, pada ujung
2.2.7 Pembuatan variasi campuran
114
Dalam penelitian ini akan dilakukan 3 variasi No Parameter Kadar Carbon (%)
campuran kotoran ayam (sampel) dan 1 80 : 20 6,457
kotoran sapi (starter), yaitu perbandingan 80 :
20, 70 : 30 dan 50 : 50. Digester yang akan 2 70 : 30 5,786
digunakan dalam penelitian ini adalah jerigen 3 50 : 50 5,15
20 L. Untuk pembuatan biogas ini jerigen
hanya akan diisi sebanyak 10 kg, dengan isi
Dari hasil terlihat, kandungan carbon
an 5 L air dan 5 kg lagi diisi dengan campuran
optimum pada perbandingan 80 : 20 dengan
sampel dan kotoran sapi. Untuk
nilai 6,457 %. Dengan pertambahan jumlah
perbandingan sampel dan starter dapat
kandungan kotoran sapi, dapat mengurangi
dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
kadar carbon.
Tabel 1. Pembuatan Variasi Campuran
No Sampel : Starter Sampel Starter Kadar carbon dalam kotoran ayam,
(Kg) (Kg) (Kg) tergantung dari asupan makanan dan
1 80 : 20 4 1 lingkungan ayam.Dengan menaikkan tingkat
2 70 : 30 3,5 1,5 produksi biogas melalui penambahan bahan
3 50 : 50 2,5 2,5 organik lainnya seperti kotoran sapi.Kadar
persen carbon, sangat berpengaruh kepada
2.2.8. Analisis sampel aktifnya mikroorganisme. Dimana tingginya
2.2.8.1. Analisis kadar carbon (Walkey & Black) kadar karbon, dapat mempengaruhi nutrien
Metode Walkey & Black, dimana bahan bagi kehidupan mikroorganisme. Dalam
organik dioksidasi oleh kalium dikromat penelitian ini menggunakan penambahan
berlebih diberikan untuk mengoksidasi bahan kotoran sapi sebagai inokulumnya, karena
organik. Karbon sebagai senyawa organik kotoran sapi sangat efisien dalam produksi
akan mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga biogas, yang dapat menaikkan rasio C/N.
menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam
suasana asam. Intensitas warna hijau yang Pada penelitian sebelumnya oleh Fantozzi
terbentuk setara dengan kadar karbon dan et.al (2009), didapatkan kadar carbon kotoran
dapat diukur dengan spektrofotometer pada ayam 15,39 %6. Nilai ini cukup jauh berbeda
panjang gelombang 580,5 nm. dengan penelitian yang dilakukan yaitu 4,84
%. Pada penelitian dari Ahn (2008)
2.2.8.2. Analisis kadar nitrogen(N-Kjeldahl) menghasilkan kadar carbon 18,1 %. Hal ini
Penentunan jumlah nitrogen (N) yang disebabkan pengaruh makanan ayam yang
dikandung oleh suatu bahan dengan cara diberikan berbeda, juga lingkungan hidup
mendegradasi protein bahan organik keberadaan ayam yang berlainan.
menggunakan asam sulfat pekat, untuk Menyebabkan kadar carbon, yang dilakukan
menghasilkan nitrogen sebagai ammonia. pada penelitian sebelumnya menjadi tinggi
Selanjutnya, menghitung jumlah nitrogen pula. Dengan perbedaan kondisi tersebut,
yang terlepas sebagai ammonia, dengan dapat mempengaruhi nilai karbon pada
mengkonversikannya ke dalam kadar protein kotoran ayam7.
dengan mengalikannya dengan konstanta
tertentu 5. Carbon yang akan masuk dalam proses
metabolisme mikroba, berperan sebagai
III. Hasil dan Pembahasan sumber energi bagi mikroorganisme dan akan
3.1. Hasil analisis kadar carbon (Walkey & Black) menjadi salah satu penyusun elemen sel. Oleh
Pada análisis kadar carbon kotoran ayam dan karena itu, karbon lebih dibutuhkan jika
campurannya dapat dilihat pada tabel 2. dibandingkan dengan nitrogen. Pada
umumnya, 2/3 karbon direspirasikan menjadi
Tabel 2. Kadar carbon pada sampel dan CO2 dan 1/3 lainnya dikombinasikan dengan
variasi campuran. nitrogen di dalam sel. Mikroorganisme
menggunakan N, P dan nutrien lainnya untuk
115
membuat komponen sel namun mereduksi N Rasio C/N dari sampel kotoran ayam dan
organik menjadi asam organik dan ammonia. campurannya dapat dilihat pada tabel 4.
Karbon dari material organik yang tidak Tabel 4.Kadar C/N sampel dan campuran
digunakan di dalam sel protein akan No Sampel : Kadar C Kadar N C/N
dibebaskan khususnya untuk memproduksi Starter (%) (%)
gas metan dan sedikit CO2. (Kg)
1 80 : 20 6,457 0,332 19,448
2 70 : 30 5,786 0,258 22,426
3 50 : 50 5,15 0,17 30,294
3.2. Hasil análisis kadar nitrogen (N-Kjeldahl)
Analisis kadar nitrogen pada kotoran ayam
dan variasi campurannya yang didapatkan Dapat dilihat, perbandingan rasio C/N
dapat dilihat pada tabel 3. sampel dan variasi campuran pada tabel
Tabel 3. Kadar nitrogen pada sampel dan 4.Pada hasil tersebut terlihat bahwa
variasi campuran. kandungan C/N dari sampel kotoran ayam
No Parameter Kadar Nitrogen (%) belum baik dalam pembentukan biogas yaitu
17,04 %. Dengan rendahnya kandungan C/N,
maka nitrogen akan bebas dan berakumulasi
1 80 : 20 0,332 dalam bentuk amoniak sehingga akan
2 70 : 30 0,258 menyebabkan bau busuk. Juga, semakin
rendahnya C/N dari suatu bahan isian, maka
3 50 : 50 0,17
semakin rendah pula produksi biogas yang
dihasilkan. Maka dari itu, diperlukan
Pada pencampurannya, didapatkan variasi 80 tambahan bahan lain yang memiliki carbon
: 20 memiliki kadar nitrogen tertinggi. atau serat tinggi, seperti kotoran sapi.
Dimana, dengan cara mendegradasi protein Dengan, dicampurkannya sampel kotoran
bahan organik dengan penambahan asam ayam dengan kotoran sapi dalam masing–
sulfat pekat untuk menghasilkan nitrogen masing digester, pada variabel
sebagai ammonia. Kadar nitrogen yang tertentu.Didapatkan, pada variasi 50 :
didapatkan pada penelitian sebelumnya El- 50memiliki rasio C/N paling tertinggi yaitu
Hadidi et.al (2007) adalah 2,53 %. Nilai ini 30,294, ini dikarenakan kotoran sapi sebagai
jauh berbeda dengan penelitian yang pencampurannya sangat membantu
dilakukan adalah 0,284 %. Dengan rendahnya menaikkan kadar nitrogen didalam
kadar nitrogen dalam sampel, maka biogas campuran, yang akan mempercepat
yang dibentuk juga semakin sedikit. Dimana pembentukan biogas.
senyawa nitrogen sangat dibutuhkan sebagai
sumber energi (nutrien) untuk 3.4. Penentuan kadar air
perkembangbiakan mikroorganisme Tabel 5.Kadar air dan faktor koreksi sampel
pengurai. dan campuran.
Sampel Massa
Nitrogen di dalam substrat memiliki beberapa Massa Kadar Faktor
: Sampel
keuntungan diantaranya menyediakan Sampel Air Koreksi
Starter Awal
Akhir (%) (%)
elemen penting bagi sistesis asam amino, (Kg) (g)
(g)
menetralisasi asam volatil yang diproduksi 80 : 20 5,002 1,849 63,035 2,705
oleh bakteri fermentasi dan juga membantu 70 : 30 5,001 2,3 54,009 2,174
pencapaian pH netral.Jumlah nitrogen 50 : 50 5,001 2,924 41,532 1,710
seharusnya berada dalam batas cukup sebagai
nutrien. Jika jumlah nitrogen terlalu banyak, Dari tabel kadar air dan faktor koreksi diatas
nitrogen tersebut akan terkonversi menjadi dapat dilihat bahwa variasi sampel kotoran
amonia yang bersifat toksik8. ayam mempunyai kadar air yaitu 58,048 %.
Nilai ini lebih rendah dibandingkan penelitian
3.3. Analisis C/N sampel dan campuran sebelumnya dari substrat awal adalah
berkisar 90%. Kadar air mempengaruhi proses
116
dekomposisi secara biologis, terutama dalam produksi gas yang dihasilkan.Rasio C/N yang
hal pencampuran (mixing), ketersediaan optimal dalam pembentukan biogas adalah 30
nutrien dan menjaga agar temperatur dan semakin dekat dengan nilai tersebut,
konstan. Air penting untuk proses fermentasi volume biogas yang dihasilkan juga semakin
metan karena digunakan sebagai pelarut meningkat.
nutrien bagi mikroorganisme. Kadar
kelembaban tidak hanya bertujuan untuk
pergerakan bakteri tetapi juga mempengaruhi
transpor massa dalam high-solids bed serta
keseimbangan produksi volatile fatty acids oleh
bakteri asidogenik dan konversi asam menjadi
metan oleh bakteri metanogen. 3.6 Pemisahan CO2
Nilai CO2 dan CH4 dapat dilihat pada tabel 7.
3.5. Volume biogas Tabel 7. Tabel perbandingan antara kadar
Tabel 6. Volume produksi biogas CO2 dan metana.
No Parameter Produksi Biogas Sampel Kadar Kadar
Biogas
No : Starter CO2 CH4
1 80 : 20 0,98 L total (L)
(Kg) (%) (%)
2 70 : 30 1,34 L 1 80 : 20 0,98 50 50
2 70 : 30 1,34 43,33 56,67
3 50 : 50 1,67 L
3 50 : 50 1,67 40 60
Produksi biogas tertinggi pada perbandingan Adanya CO2 menyebabkan efisiensi panas
50 : 50sebesar 1,67 L. Ini bisa disebabkan yang dihasilkan rendah, sehingga kualitas
adanya pencampuran yang sebanding antara nyala api kurang optimal. Untuk mengurangi
sampel dengan inokulum. Begitu juga dengan kadar CO2 perlu dilakukan pemurnian. Pada
penelitian sebelumnya oleh Adeniran et.al penelitian ini pemurnian dilakukan dengan
(2012) didapatkan hasil optimum dari melakukan penyerapan CO2 menggunakan
perbandingan (50 : 50) sebesar 7,49 mL pada NaOH 20 %. Gas CO2 akan langsung bereaksi
hari ke-6. Dimana inokulum sangat berperan dengan NaOH membentuk Na2CO3 dan H2O.
dalam nilai C/N dan produksi gas metana
yang dihasilkan9. Pada perbandingan 80 : 20 , bakteri
methanogen kurang aktif bekerja, yang dapat
Biogas terendah terdapat pada perbandingan menghasilkan kandungan CO2 sama dengan
80 : 20, karena isian tangki pencerna kandungan metana. Kandungan gas metana
konsentrasi airnya rendah. Hal ini maksimum terdapat pada 50 :50. Pada
menyebabkan bakteri penghasil metan tidak penelitian sebelumnya oleh Sinkora (2011)
dapat berkembang dengan baik. Jika terlalu didapatkan % kandungan metana sebesar
rendahnya konsentrasi air didalam campuran, 60%. Hasil itu sama dengan % metana yang
maka akan terjadi akumulasi asam - asam didapatkan pada penelitian ini.
asetat yang menyebabkan terjadinya Proses absorbsi atau pemisahan gas CO 2 oleh
hambatan pada saat fermentasi berlangsung, NaOH dapat dilihat pada reaksi berikut ini :
yang pada akhirnya mempengaruhi produksi
biogas, disamping itu akan terbentuk padatan CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O
pada dinding biodigester.
Absorbsi di atas merupakan reaksi yang
Dengan diberikannya kotoran sapi, dapat terjadi secara kimia, dikarenakan terjadinya
meningkatkan volume biogas.Hal ini reaksi kimia secara langsung antara CO2
disebabkan karena kandungan rasio C/N dengan larutan NaOH.Reaksi dianggap
dapat meningkat dengan penambahan merupakan reaksi satu arah dan berorde 2.
kotoran sapi.Semakin rendah rasio C/N dari Pada proses ini, kondisi pada fase gas serupa
suatu bahan isian maka semakin rendah dengan absorbsi fisik. Tetapi pada fase cair,
117
selain terdapat lapisan tipis cairan juga using dry anaerobic digestion. Rhode
terdapat zona reaksi. Reaksi kimia yang IslandConvention Center Providence, Rhode
terjadi adalah ineversible, dimana CO2 pada Island.
fase gas akan diabsorbsi oleh larutan NaOH 8. Hadidi, Y. M., 2007. Organic fertilizer and
pada fase cair. Pada saat gas mendekati biogas production from poultry wastes.
interfase cair, gas CO2akan larut dan langsung College of Agriculture and Veterinary
bereaksi dengan larutan NaOH10. Medicin, Qassim University, Buraydah,
P.O.Box 1482, Saudi Arabia , vol 5 (1), 228-
IV. Kesimpulan 233.
Produksi biogas tertinggi pada perbandingan 9. Akanni, A.K.,2012. Relative Effectiveness of
campuran 50 : 50, karena dapat dilihat dari Biogas Production using Poultry Wastes
volume gas yang dihasilkan 1,67 L. Dimana and Cow Dung. Department of Agricultural
dengan penambahan campuran (inokulum) and Biosystems Engineering, University of
akan menaikkan produksi gas metana dan Ilorin, P.M.B. 1515,Ilorin, Kwara State,
rasio C/N nya. Kandungan CO2 yang tinggi Nigeria.
dalam pembentukan biogas, sangat 10. Sinkora, M., 2011. Monitoring of Dry
mempengaruhi gas metana yang dihasilkan. Anaerobic Fermentation in Experimental
Tingginya kadar CO2, maka akan Facility With use or Biofilm Reactor. ACTA
memperkecil kadar metana. University Agriculturae et Silviculturae
Mendelianae Brunensis.
V. Ucapan terima kasih
Terima kasih kepada para analis dan teknisi
laboratorium Bioteknologi FMIPA Universitas
Andalas dan analis Laboratorium Kimia
Kopertis Wilayah X.
Referensi
1. Asyraf, M. A, 2000. Production Of Biogas
From Poultry Manure. Universiti Malaysia
Pahang, Malaysia
2. Haryati, T.,2006. Biogas Sebagai Sumber
Energi Alternatif 160-169.
3. Patil, J.,2011. Molayan Lourdu,
Biomethanation of Water Hyacinth,
Poultry Litter, Cow Manure and Primary
Sludge: A Comparative Analysis.
4. Mada, M. I.2012.Analisis Penyerapan Gas
Karbondioksida (CO2) Dengan Larutan
NaOH Terhadap Kualitas Biogas Kotoran
Sapi, Teknik Mesin ; Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
5.Sulaeman,2005. Analisis Kimia Tanah,
Tanaman,Air dan Pupuk. Balai Peneltian
Tanah.
6. Fantozzi, F.,2009. Biogas Production From
Different Substrates in an Experimental
Continuously Stirred Tank Reactor
Anaerobic Digester. University of Perugia,
Biomass Research Centre (CRB).
7. Ahn, S.,2008. Biogas production potential
from switch grass-animal manure mixture
118
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail: hazlinurdin@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Isolation of triterpenoid and antioxidant test of leaves extracts of Toona sureni (Blume) Merr
have been carried out. The triterpenoid isolated is a white solid which melting at 153.2 oC –
154.4 oC. The compound gives single spot with various eluents. The UV-Vis spectrum showed
maximum absorption at 202.40 nm. The IR spectrum showed the presence of (-OH), C-O
alcohols, C-O carbonyl, CH stretching, CH bending, CO ether, and have specific absorption of
triterpenoid group geminal dimethyl. The treatment with Liebermann-Burchard gives red color
indicated that the compound is triterpenoid. The antioxidant test showed the inhibition percent
are 92.86% (methanol extract), 79.18% (ethyl acetate extract), and 22.45% (hexane extract).
119
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
153,2 oC – 154,4 oC. Rentang titik leleh ekstrak metanol, heksan, dan etil asetat.
senyawa yang didapatkan adalah 1,2 oC ini Serapan larutan diukur dengan
mengindikasikan bahwa senyawa telah spektrofotometer pada panjang
murni karena senyawa dapat dikatakan gelombang 515 nm.
murni apabila titik lelehnya mempunyai Tabel 1. Hasil uji aktifitas antioksidan ekstrak
rentang ± 2 oC. heksan, EtOAc, dan metanol dengan
Uji fitokimia dengan pereaksi Liebermann- metode penangkapan radikal DPPH
No. Larutan Inhibisi (%)
Burchard memberikan warna merah 1 Ekstrak metanol 92,86
kecoklatan apabila diteteskan pada 2 Ekstrak etil asetat 79,18
senyawa di plat tetes dan menunjukkan 3 Ekstrak heksan 22,45
4 Vitamin C 93,88
senyawa ini golongan terpenoid.10
Spektrum UV-Vis yang dihasilkan oleh Dari data pada tabel di atas dapat
senyawa hasil isolasi dengan pelarut diketahui bahwa ekstrak metanol, etil
metanol memberikan serapan maksimum asetat, dan heksan, berturut-turut
pada panjang gelombang 202,40 nm mempunyai persen inhibisi sebesar 92,86
menunjukkan adanya ikatan rangkap yang %, 79,18 %, 22,45 %. Hal ini menunjukan
bahwa ekstrak daun surian (Toona sureni
tidak berkonjugasi yang terdapat pada
(Blume) Merr) mempunyai respon yang
senyawa hasil pemurnian.11 besar terhadap penghambatan radikal
Spektrum IR senyawa hasil isolasi bebas.
memberikan informasi beberapa pita
serapan penting, yaitu adanya pita serapan IV. Kesimpulan
-OH pada angka gelombang 3389,28 cm-1 Beberapa kesimpulan yang dapat diambil
dan diperjelas dengan adanya vibrasi dari hasil penelitian ini adalah senyawa
rentangan C–O alkohol pada angka hasil isolasi merupakan triterpenoid yang
gelombang 1044,26 cm-1. Serapan C–O mempunyai titik leleh 153.2–154,4 oC,
karbonil ditunjukkan pada angka mempunyai ikatan rangkap yang tidak
gelombang 1742,37 cm . Adanya CH
-1 berkonjugasi, dengan gugus fungsi OH, C-
streching pada angka gelombang 2922,59 O alkohol, C-O karbonil, C-H streaching,
cm-1. Adanya CH bending ditunjukkan C-H bending, C-O eter, dan geminal
pada angka gelombang 1461,78 cm-1. dimetil. Data hasil uji antioksidan
Adanya C-O eter ditunjukkan pada angka menggunakan DPPH menjelaskan bahwa
gelombang 1158,04 cm-1.12 ekstrak metanol memiliki aktivitas
Geminal dimetil yang merupakan serapan antoiksidan yang lebih tinggi
khas senyawa golongan triterpenoid dibandingkan ekstrak etil asetat dan
ditunjukkan 1378,85 cm-1 (~1390 cm-1 dan ekstrak heksan.
~1370 cm-1).12
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari V. Ucapan terima kasih
spektrum IR, dapat diindikasikan bahwa Kami mengucapkan terima kasih kepada
senyawa hasil isolasi merupakan senyawa analis laboratorium Kimia Organik Bahan
golongan triterpenoid. Alam Universitas Andalas yang telah
menyediakan semua fasilitas selama
3.2. Pengujian aktivitas antioksidan berlangsungnya penelitian ini.
Uji antioksidan menggunakan metode
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dimana
pengujian antioksidan dilakukan pada
122
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Referensi
123
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
e-mail : djaswirdarwis@yahoo.com
Jurusan Kimia, FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
The sikaduduk fruit (Melastoma malabathricum L) was indentified and found to containing
anthocyanin which can be used as natural dye for beverages. This anthocyanin was extracted by
using maceration method with methanol by the addition of acid (pH 1-2). Extract was characterized
by UV-Vis spectrophotometer in the wavelength range of 240-600 nm. It was shown that the
anthocyanin result of pelargonidin derivate with λmax 510 nm. The stabilization of the compound was
tested at different pH and temperature. The anthocyanin was found to be sable at pH 1-3 and
changed at pH 5-9 as for the temperature was between 30oC untill. Antioxidant test for such species
was examined at concentration vary of 0.2 %; 0.15 %; 0.1 %; and 0,05 % and it was shown that at 0.2 %
it reached inhibition ability. The total anthocyanin resulted from the extraction by acidified methanol
was 290.89 mg/L with hydrochloric acid and 284.21 mg/L with citric acid.
I. Pendahuluan
124
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Ekstraksi Antosianin
Sebanyak 25 gram buah sikaduduk merekah
Gambar 1. Spektrum UV-Vis ekstrak buah
segar dimasukkan ke dalam wadah dan
sikaduduk
dimaserasi dengan menggunakan metanol
yang di asamkan dengan HCl dan dengan
asam sitrat. Kedua jenis pelarut tersebut Puncak ini merupakan ciri khas senyawa
dalam kondisi asam pH 1. Proses maserasi antosianin yaitu pelargonidin. Spectrum ini
dilakukan secara berulang hingga tidak ada mirip dengan hasil spektrum pada jurnal yang
noda dengan pengecekan dengan KLT. ditulis oleh Qin C dkk pada tahun 2010.13
125
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
Analisa terhadap perlakuan pH Hasil spectrum dari suhu 300C – 1000C terjadi
Antosianin lebih stabil pada kondisi asam penurunan absorban terhadap kenaikan suhu,
yaitu pada kisaran pH 1-3. Spektrum UV-Vis hal ini menandakan terjadinya degradasi
ekstrak antosianin buah sikaduduk
antosianin dalam buah sikaduduk terhadap
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
suhu pemanasan yang semakin meningkat.
Uji antioksidan.
Uji antioksidan dilakukan dengan metode
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).
126
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013
dalam kondisi asam. Penggunaan asam kuat 3. Kusdianti., Sheba., L., Nilawati, T.S., 2008,
(HCl) terhidrolisis sempurna sehingga Tumbuhan Obat di Legok Jero Situ Lembang.
senyawa antosianin akan terekstrak lebih Bogor, Penggalang Taksonomi Tumbuhan
Indonesia (PTTI)
banyak dibandingkan dengan asam sitrat yang
4. Jofrry, S. M., 2011, Melastoma
merupakan asam lemah.
malabathricum (L.) Smith Ethnomedicinal
Uses, Chemical Constituents and
Aplikasi minuman.
Pharmacological Properties: A Review.
Dilakukan pada minuman yang ber pH 5, 6,
Department of Pharmaceutics and
dan 9. Pada minuman pH 5 warna putih Pharmaceutical Biotechnology, Faculty of
menjadi pink, minuman pH 6 dari bening Pharmacy, University Teknologi MARA,
menjadi pink, dan pada minuman pH 9 dari Puncak Alam Campus, 42300 Bandar
bening menjadi ungu. Puncak Alam, Selangor, Malaysia.
5. Winarno, F. G., 1993, Pangan, Gizi,
Teknologi dan Konsumen, Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
IV. Kesimpulan 6. Kahkonen, Marja, P., and Heinonen, M.,
2003, Antioxidant Activity of Anthocyanins
Antosianin pada buah senduduk diprediksi and Their Aglycons, J. Agric. Food Chem, 51,
adalah pelargonidin, yang menyerap pada 628-633
λvismaks 510 nm. Kadar total antosianin ekstrak 7. Ramos, L.vA., Lupetti, K.vO., Carvalho, E.
metanol-HCl sebesar 290,89 mg/L dan pada T., and Fatibello-Filho, O., 2000, Utilização
ekstrak metanol-asam sitrat sebesar 284,21 do extrato bruto de frutos de Solanum
mg/L. Kestabilan antosianin pada buah nigrum L. no ensino de química. Ecllética
senduduk berkisar antara pH 1-3 yaitu Química, 25:110-120.
berwarna merah dan pada pH 5-9 berwarna 8. Belitz, H. D dan Grosch, W., 1999, Food
ungu muda-coklat dan stabil terhadap Chemistry, 2nd Edition. Germany, Springer.
perubahan suhu 30°C - 100°C. Penambahan 9. Eskin, M., 1979, Plant Pigment, Flavors
senyawa antosianin ke dalam minuman pH 5 and Texture. London, Academic Presss.
dan pH 6 memberikan warna pink, dan limun 10. Brouillard, R., 1988, Flavonoids and flower
pH 9 memberikan warna ungu. Ekstrak buah colour. In Harborne, J. B., ed. The
senduduk memiliki antioksidan dengan % Flavonoids: advances in research since 1980. pp
inhibisi maksimal pada konsentrasi 0,2 %. 525-538. Chapman and Hall, London.
11. Robert., B., Jane, N., and Kiremire, B., 2009.
Anthocyanin From Leaf Stalks Of Cassava
(Manihot Esculenta Crantz). Makerere
V. Ucapan terima kasih
University, Uganda.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada analis 12. Wiwin, S., 2010, Uji Aktivitas Antioksidan
laboratorium Kimia Bahan Alam Universitas dan Penentuan Kandungan Antosianin
Andalas. Dan semua pihak terkait. Total Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L). Vol 15 : 64-70.
13. Qin C., Li, Y., Niu, W., Ding, Y., Zhang, R.,
Referensi and Shang X., 2010, Analysis and
Characterization of Anthocyanin in
1. Suryani, H., 1991, Kimia dan Sumber Daya Mulberry Fruit, Czech J. Food Sci., 28 : 117-
Alam. Pusat Penelitian Universitas Andalas, 126
Padang. Hal 31.
2. Tensiska., Sukarminah., E., dan Natalia., D.,
Ekstraksi Pewarna Alami Dari Buah Arben
(Rubus Idaeus (Linn.)) Dan Aplikasinya
Pada Sistem Pangan. UNPAD.
127