Anda di halaman 1dari 138

Audina Khalda Nabilah

1906347804
Farmasi
Sistem Saraf

1. Struktur dan Fungsi Sel Saraf


dan Sel Penunjang Sistem Saraf
Struktur sel saraf (neuron)

menghantarkan & memproses informasi;


menjalankan fungsi sistem saraf seperti mengingat, berfikir, dan
mengontrol semua aktivitas tubuh
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel (soma atau
perikaryon) yang di dalamnya terdapat sitoplasma yang
mengelilingi inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut
saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).

Dendrit
 Bagian penerima input neuron, berukuran pendek dan bercabang-
cabang. Di SSP mencapai 80-90% luas permukaan total neuron
 berfungsi menerima rangsang dan mengirimkan impuls ke badan
sel saraf. Plasma membran dendrit mengandung banyak situs
reseptor untuk mengikat pesan kimia dari sel lain.
Akson
• berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke neuron lain, otot dan
kelenjar. Berukuran panjang dan berbentuk silinder tipis.
• Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson.
• Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di
seluruh serabut saraf mielin.
• Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi.
• Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus
Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Struktur Sel Penunjang (sel glia)

Memberi support, merawat neuron dan merupakan separuh bagian


Sistem Saraf Pusat, kecil, dan dapat memperbanyak diri
Jenis-jenis sel glia Fungsi
Secara fisik menopang neuron dalam
hubungan spasial yang tepat
Berfungsi sebagai perancah selama
perkembangan otak janin
Memicu pembentukan sawar darah-otak
Membantu memindahkan nutrien ke
neuron
Membentuk jaringan parut saraf
Astrosit Menyerap dan menguraikan
neurotransmiter yang dibebaskan
Menyerap kelebihan K+ untuk membantu
mempertahankan konsentrasi ion CES
otak dan eksitabilitas normal neuron
Meningkatkan pembentukan sinaps dan
memperkuat transmisi sinaps melalui
sinyal kimiawi dengan neuron
Berkomunikasi dengan cara kimiawi
dengan neuron dan antar sel glia sendiri.
Jenis-jenis sel glia Fungsi
Oligodendrosit Membentuk selubung rnielin di SSP
Berperan dalam pertahanan otak sebagai
Mikroglia fagosit
Melepaskan faktor pertumbuhan saraf
Melapisi bagian dalam rongga otak dan
korda spinalis
Berfungsi sebagai sel punca neuron
Sel ependimal
dengan potensi membentuk neuron dan
sel glia baru
Ikut membentuk cairan serebrospinal
2. Klasifikasi Sistem Saraf Secara
Anatomi dan Fisiologi
a. Bagian Sistem Saraf Pusat dan
Fungsi

Terdiri atas bagian:


1. Otak (Ensephalon)
2. Sumsum Tulang Belakang (Medulla spinalis)
yang dilindungi oleh tulang kranium dan kanal
vertebral.
1. Otak
Otak terbagi menjadi:
 Telencephalon/Cerebrum
 Diencephalon/Inter-Brain
 Mesecephalon/Otak tengah
 Metencephalon
 Myelencephalon/Medulla
Oblongata
Anatomi Otak
Otak Besar (Cerebrum)

 Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang


membentuk bagian terbesar otak.
 Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf.
 Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer
serebral.
 Korpus kolosum yang terdiri dari serabut termielinisasi
menyatukan kedua hemisfer.
 Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus
(frontal, parietal, oksipital dan temporal) yang dinamakan
sesuai tempat tulangnya berada.
Lobus frontal (di didepan depan, dahi dahi):
Lobus parietal( di puncak kepala):
Mengatur fungsi penciuman, kegiatan berpikir,
Mengatur kemampuan berbahasa,
perencanaan, penyusunan konsep, dan
bertanggung jawab untuk kegiatan
perilaku sosial.
berpikir, terutama pengaturan memori.

Lobus occipital (di belakang): Lobus temporal (di diseputaran telinga):


Mengatur fungsi penglihatan. Mengatur Intelektual , fungsi emosional, dan
persepsi suara dan bunyi.
Otak tengah (Mesencephalon)

 Terdiri dari penuncles otak,  Mesecephalon berfungsi


tegmentum, tectum dan untuk:
sejumlah fasciculi dan inti, a. bangun/tidur
membentuk wilayah tengah b. Kecemasan
otak.
c. kontrol motor
d. Pendengaran
e. penglihatan
f. pengaturan suhu
Otak kecil (Cerebellum)

 Letak otak kecil terdapat tepat di atas batang otak.


 Terletak di bawah lobus occipital
 Dihubungkan ke otak melalui pedunculus cerebri.
 Berfungsi untuk:
a. Mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan-
gerakan otot tubuh (movement)
b. Keseimbangkan tubuh (balance)
c. Postur (posture)
Medulla Oblongata
 Banyak mengandung ganglion otak.
 Mengatur gerak refleks fisiologis (denyut jantung,
pernafasan, pelebaran dan penyempitan pembuluh
darah, bersin, batuk).
2. Medulla Spinalis
(Sumsum Tulang Belakang)
 Berbentuk silinder berongga
dan agak pipih.
 Panjang rata-rata 42 cm.
 Terdiri dari sebuah inti
substansi abu-abu yang
diselubungi substansi putih.
 Merupakan jalur impuls
saraf dari atau ke otak.
 Merupakan jalur yang
menghubungkan SSP dan
SST.
 Merupakan pusat refleks
utama.
Terdiri dari saraf cranial yang berasal dari otak ; saraf
spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta
reseptor sensorik yang berhubungan.
a. Saraf Cranial
 12 pasang saraf cranial muncul dari berbagai bagian batang
otak.
b. Saraf Spinal
 31 pasang saraf spinal berawal
dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior).
 Saraf spinal diberi nama dan
angka sesuai dengan regia
kolumna vertebra tempat
munculnya saraf tersebut.
o Saraf serviks ; 8 pasang, C1 – C8.
o Saraf toraks ; 12 pasang, T1 – T12.
o Saraf lumbal ; 5 pasang, L1 – L5.
o Saraf sacral ; 5 pasang, S1 – S5.
o Saraf koksigis, 1 pasang.
 Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan
sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron
aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen.
 Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen
intervertebral, saraf kemudian bercabang menjadi empat
divisi yaitu : cabang meningeal, ramus dorsal, cabang ventral
dan cabang viseral.
C. Saraf Otonom

 Merupakan sistem motorik eferen visceral yang menginervasi


jantung; seluruh otot polos, seperti pada pembuluh darah dan
visera serta kelenjar-kelenjar.
 Dikendalikan oleh pusat dalam hipotalamus, medulla dan
korteks serebral serta pusat tambahan pada formasi reticular
batang otak.
 Memiliki 2 bagian, yaitu simpatis dan parasimpatis yang
bekerja saling antagonis.
b. Bagian Sistem Saraf Tepi dan Fungsi
 Meliputi semua jaringan saraf di diluar luar Sistem Saraf
Pusat.
 Fungsi: menerima rangsangan, menghantarkan informasi
sensorik, dan membawa perintah motorik ke jaringan dan
sistem perifer.
3. Pembentukan Potensial
Berjenjang dan Potensial Aksi
Potensial Berjenjang dan Potensial Aksi
• Potensial berjenjang berfungsi untuk sinyal
jarak pendek dan terjadi saat potensial
istirahat mendapatkan stimulus cahaya gelap.
• Potensial aksi berfungsi untuk sinyal jarak jauh
dan terjadi ketika potensial istirahat mendapat
stimulus dari cahaya gelap ke cahaya terang.
Pembentukan Potensial Berjenjang

http://personaleducationpartner.blogspot.com/2017/02/potensial-
berjenjang-pada-sel-saraf.html
Proses Pembentukan Potensial
Berjenjang
1. Potensial berjenjang terbentuk karena adanya aktivitas
listrik yang terdapat pada sel saraf akibat adanya
perbedaan ion negative yang menjadi lebih positif.
2. Perubahan ion ini disebabkan oleh adanya permeabilitas
membrane yang berubah karena adanya saluran yang
terbuka.
3. Saluran yang terbuka menyebabkan ion masuk, terutama
ion Na+.
4. Hal ini mengakibatkan keadaan di dalam menjadi lebih
positif dan daerah disekitarnya tetap negatif.
5. Kemudian sinyal listrik secara perlahan akan kehilangan
daya dan kembali menjadi normal.
Potensial Aksi
• Potensial aksi terbentuk
oleh adanya sensas yang
dirasakan oleh tubuh.
• Potensial aksi dipicu oleh
adanya potensial
berjenjang.
• Setelah terbentuk potensial
aksi, arus listrik disalurkan
melalui neurotransmitter.

http://gadgetyuk.blogspot.com/2014/08/kejaiban-saraf-saat-istirahat-
dan.html
Proses Pembentukan Potensial Aksi
• Tahap Istirahat
Adalah proses potensial membran istirahat. Proses
ini berlangsung sebelum terjadinya potensial aksi.
Potensial membrane negatif pada tahap ini sebesar
-90 mV.

• Tahap Depolarisasi
Pada tahap ini, membran menjadi sangat
permeable terhadap ion Na+. Kemudian, kanal Na+
terbuka dan Na+ masuk ke dalam sel sehingga
potensial membran naik.
Proses Pembentukan Potensial Aksi
• Tahap Repolarisasi
Kanal Na+ mulai tertutup. Kemudian kanal kalium
terbuka sehingga K+ keluar dan potensial membran
kembali normal seperti saat fase istirahat.

• Tahap Hiperpolarisasi
Hal ini terjadi jika repolarisasi berlebihan. Pada saat
ini keadaan potensial membran berada di bawah
nilai normal, sehingga dilakukan pompa Na+ - K+
untuk menaikkan potensial sehingga kembali
normal.
4. Struktur Sinaps, Fungsi, dan
Proses yang Terjadi Pada Sinaps
Sinapsis
• Sinapsis adalah penghubung antara dua
neuron, atau antara neuron dan sel target,
seperti otot dan kelenjar.
Struktur Sinaps
• Terdiri dari:
1. Membran pre-sinaps
2. Celah sinaptik
3. Membran post-sinaps

Sumber: Khan Academy


Sumber: Tortora, 2014
Sumber:Pradnyawati, 2017

Sumber: Khan Academy


Fungsi Sinapsis
• Sebagai penyedia koneksi antara neuron yang
memungkinkan impuls mengalir di antara
mereka (Neuron-neuron).
• Membagi impuls ke beberapa neuron.
• Sebagai pemberi rangsangan ke sel otot.
• Mengatur transmisi neuron.
• Berperan dalam pembentukan ingatan pada
manusia maupun hewan.
Mekanisme
1. Potensial aksi atau impuls saraf sampai ke akson terminal,
impuls tersebut mengaktifkan voltage-gated calcium
channels (gerbang untuk masuknya Ca2+).
2. Ca2+ yang konsentrasinya lebih tinggi diluar sel masuk ke
dalam sel.
3. Kalsium akan memicu terjadinya fusi vesikel ke dalam
membran dan pelepasan neurotransmiter ke celah sinaps
melalui proses eksositosis.
4. Neurotransmiter tersebut akan berikatan dengan protein
reseptor pada post-sinaps.
5. Aktivasi dari reseptor post-sinaps berakibat pada
membuka dan menutupnya saluran ion di membran sel.
6. Impuls diteruskan ke sel neuron lainnya.
5. Pelindung Sistem Saraf Pusat
dan Tepi
• sumsum tulang belakang akan dilindungi oleh
Tulang belakang (vertebrae)
• Otak dilindugi oleh tulang tengkorak,
Meninges (Lapisan selaput otak) dan
cerebrospinal fluid.
Tulang Kranium & Kolumna Vertebra
• Tulang Kranium : Jaringan tulang keras yang
melindungi otak
• Kolumna Vertebra / Kanal Vertebral :
Melindungi korda spinalis / sumsum tulang
belakang
Meninges
Merupakan membran yg melapisi otak &
medula spinalis.
• Ada 3 lapisan Meninges:
1. Duramater:
– Melekat pada tulang tengkorak.
– Merupakan pembungkus terluar yang
mengandung kolagen dan sangat kuat.
– Tersusun atas jaringan penghubung tebal dan
dipisahkan dengan arachnoid oleh ruang tipis
berisi air (ruang subdural)
2. Arachnoid:
– Bantalan yang melindungi otak dari bahaya
mekanik, serta berisi cairan serobrospinal (cairan
limfa)
– Memiliki 2 komponen , yaitu lapisan yang dekat
dengan ruang subdural & sistem serat penunjang
(trabekula) yang membentuk struktur seperti
jaring antara arachnoid & piamater
3. Piamater:
– Penuh dengan pembuluh darah, terdapat di
permukaan otak, sebagai suplai oksigen dan
nutrisi, serta mengangkut sisa metabolisme
– Membran terdalam meninges yang tipis,
transparan & banyak terdapat pembuluh darah
– Diantara piamater & jaringan saraf terdapat
lapisan tipis prosesus neuroglia yang menempel
pada piamater.
Cerebro Spinal Fluid
• CSF merupakan hasil filtrasi dan sekresi dari
jaringan jejaring kapiler yang disebut pleksus
khoroid, terletak didalam ventrikel otak.
• Fungsinya seperti bantalan yang membuat otak
mengapung.
• Mengurangi tekanan otak akibat gravitasi,
melindungi otak dari goncangan.
• Diproduksi secara terus menerus dengan siklus
selama 3 jam.
• Dapat ditemukan di subarachnoid space yaitu
antara piamater dan arachnoid.
6. Pembuluh Darah yang
Memberikan Vaskularisasi pada Otak
Terdiri dari empat arteri
besar menyalurkan darah
ke otak: dua arteri karotis
interna dan dua arteri
vertebralis (yang menyatu
dengan arteri basilaris
untuk membentuk sistem
vertebrobasilar).
Daftar Pustaka
Isman Jusuf, Muhammad. (2012). Islam Sehat dan Menyehatkan Sistem Saraf.
Gorontalo: Universitas negeri gorontalo press. Nugroho. (2013). Anatomi
Fisiologis Sistem Saraf. Diakses dari Universitas Lampung, Situs Web
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/ANATOMI-FISIOLOGI-SISTEM-
SARAF.pdf
Sudibjo, Prijo. (2011). Anatomi Otak. Diakses dari Universitas Negeri
Yogyakarta, Situs Web
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132172719/pendidikan/ANATOMI+OTAK+D
AN+VERTEBRATA.pdf
Kuntarti. (2009). Anatomi Sistem Saraf. Diakses dari Universitas Indonesia,
Situs Web
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/anatomisaraf.pdf
http://digilib.unila.ac.id/6641/15/15.%20BAB%20II.pdf
Nugroho. (2013). Sistem Saraf. Diakses dari Universitas Lampung,
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/SISTEM-SARAF.pdf pada 03
November 19.13
Sherwood, Lauralee. Introductions to Humans Physiology Eighth Edition.
Yolanda Cossio: 2013
Ilham, Mughnifar. (2019). Sinapsis – Struktur, Fungsi, Proses, Jenis, dan
Penjelasannya. Materibelajar.co.id. Diakses pada 3 November 2019, dari
https://materibelajar.co.id/sinapsis/
Khan Academy. khanacademy.org. Diakses pada 3 November 2019, dari
https://www.khanacademy.org/science/biology/human-biology/neuron-
nervous-system/a/the-synapse
Pradnyawati, Ni Putu Winda, dan I Made Agus Kresna Sucandra. (2017).
NEUROFISIOLOGI. simdos.unud.ac.id. Diakses pada 3 November 2019, dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/38a97117b59e84c0
98ce44b92e040968.pdf
Tortora, Gerard J., dan Bryan Derrickson. 2014. Principles of Anatomy &
Physiology 14th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Tim histologi. Jaringan Saraf. staffnew.uny.ac.id. Diakses dari Universitas
Negeri Yogyakarta, Situs Web
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300162/pendidikan/Jaringan_Saraf.pdf
Sistem Indra
1. Struktur yang Berperan dalam Sistem
Pengindraan (umum dan khusus), Sel Reseptor
pada Organ, dan Sebutkan Fungsinya
SISTEM
PENGLIHATA
N

Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of


Anatomy and Physiology, Thirteenth Edition.
Wiley : United States of America

Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of Anatomy and Physiology, Thirteenth
Edition. Wiley : United States of America
FUNGSI KOMPONEN UTAMA MATA
Koroid
Badan Siliaris Fovea
Membentuk badan
Menghasilkan aqueous, Daerah dengan
siliaris dan iris, dan
dan mengandung otot ketajaman tinggi.
memberi makan
siliaris retina.
Iris
Aqueous Humor Ligamentrum
Kontraksi bervariasi
Membawa nutrien bagi Suspensorium
dalam hal ukuran pupil,
kornea dan lensa. Penting dalam
dan berperan pada warna
akomodasi
Viterous Humor mata.

Membantu Makula Lutea


kornea
mempertahankan Memiliki ketajaman
Kemampuan refraksi
bentuk bulat mata. tinggi.
mata.
FUNGSI KOMPONEN UTAMA MATA
Sel Kerucut
Otot Siliaris Ketajaman penglihatan
Penting dalam Sel Batang warna dan siang hari.
akomodasi. Penglihatan hitam putih
Pupil serta malam hari. Sklera
Mengatur jumlah
Membentuk bagian
cahaya yang masuk ke
Sel Bipolar putih mata yang
mata.
Pemrosesan rangsangan terlihat.

Retina cahaya di retina.


Titik Buta
Mengandung fotoreseptor.
Jalan keluar saraf
Sel Ganglion
Saraf optikus optikus dan pembuluh
Membentuk saraf
Jalur penglihatan ke darah.
optikus
otak
FOTORESEPTOR

Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke


sistem / Lauralee Sherwood ; alih bahasa, Lydia I.
Mandera, Huriawati Hartanto ; editor edisi bahasa
Indonesia, Miranti Iskandar … [et al.]. – Ed. 9. –
AKTVITAS
FOTORESEPTOR

Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke


sistem / Lauralee Sherwood ; alih bahasa, Lydia I.
Mandera, Huriawati Hartanto ; editor edisi bahasa
Indonesia, Miranti Iskandar … [et al.]. – Ed. 9. –
Jakarta : EGC, 2018.
SISTEM PENDENGARAN DAN
KESEIMBANGAN

Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem / Lauralee Sherwood ; alih bahasa, Lydia I. Mandera, Huriawati
Hartanto ; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar … [et al.]. – Ed. 9. – Jakarta : EGC, 2018.
Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem /
Lauralee Sherwood ; alih bahasa, Lydia I. Mandera, Huriawati
Hartanto ; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar … [et
al.]. – Ed. 9. – Jakarta : EGC, 2018.
FUNGSI KOMPONEN UTAMA
TELINGA LUAR

Pinna Meatus Auditorius


Mengumpulkan gelombang Eksternus
suara dan menyalurkannya Mengarahkan gelombang
ke saluran telinga. suara ke membran timpani.

Membran Timpani
Bergetar secara sinkron
dengan getaran membrane
timpani.
FUNGSI KOMPONEN UTAMA TELINGA TENGAH DAN BAGIAN KOKLEA
Maleus, Incus, Stapes.
Membran Tektorium
Memicu gerakan berbentuk Duktus Koklearis
Membentuk potensial
gelombang di perlimfe Mengandung endolimfe.
aksi saat getaran
koklea dengan frekuensi
membran basilaris
yang sama.
Membran Basilaris bergerak relatif
Skala Vestibuli
Mengandung organ terhadap membrane
Mengandung perlimfe yang
korti. yang tergantung ini.
digerakkan oleh getaran
tingkap oval.
Tingkap Bundar
Skala Timpani Organ Korti
Tidak berperan dalam
Mengandung perlimfe yang Reseptor untuk suara.
penerimaan suara.
berhubungan dengan skala
vestibule.
FUNGSI KOMPONEN UTAMA TELINGA BAGIAN APARATUS
VESTIBULARIS

Kanalis Semisirkularis Utrikulus


Mendeteksi percepatan dan Mendeteksi perubahan
perlambatan angular. posisi kepala

Sakulus
Mendeteksi perubahan
posisi kepala menjauhi
horizontal dan akselerasi
dan deselerasi linier ke
vertikal
SARAF AUDITORIUS

Terbentuk akibat sel rambut berhubungan dengan


ujung serabut saraf aferen melalui sinaps kimiawi.

Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of Anatomy and Physiology, Thirteenth Edition.
Wiley : United States of America
Aparatus
KESEIMBANGAN
vestibularis berperan dalam
keseimbangan yang terdiri
atas kanalis semisirkularis
dan organ otolit.
Aparatus
vestibularis mendeteksi
perubahan posisi kepala
dan gerakan kepala yang
diatur oleh

Sakulus

Utrikulus
Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of Anatomy and Physiology, Thirteenth Edition.
Wiley : United States of America
SISTEM OLFAKTORI

Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of Anatomy and Physiology, Thirteenth Edition.
Wiley : United States of America
EPITEL OLFAKTORI
Terletak di bagian rongga hidung, serta menutupi
permukaan inferior lempeng berkisi. Epitel Olfaktori
memiliki 3 bagian
SEL RESEPTOR OLFAKTORI
Merupakan Neuron Aferen yang bagian
reseptornya terletak di Mukosa Olfaktorius dan bagian
akson aferen berjalan ke dalam otak. Akson aferen
tersebut membentuk saraf olfaktorius
STRUKTUR SEL RESEPTOR OLFAKTORI

Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem / Lauralee Sherwood ; alih bahasa, Lydia I. Mandera,
Huriawati Hartanto ; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar … [et al.]. – Ed. 9. – Jakarta : EGC, 2018.
MEKANISME KERJA SISTEM
OLFAKTORI
SECARA GENERAL
SISTEM GUSTATORI

Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of Anatomy and Physiology, Thirteenth Edition.
Wiley : United States of America
STRUKTUR PENGECAP DAN
Permukaan Lidah dilindungi oleh
PAPILLAE
membran mukosa yang ditutupi
Lidah memiliki 2 kelompok oleh 3 macam papillae, yaitu :
otot, yaitu : 1. Sirkumvlata, berjajar
1. Intrinsik untuk gerakan membentuk huruf v di dekat
halus, pangkal lidah,
2. Ekstrinsik untuk gerakan 2. Filiformis, menyebar di
kasar saat mengunyah seluruh permukaan lidah,
menelan. 3. dan Fungiformis, bentuknya
seperti jamur.
MEKANISME KERJA INDRA
PENGECAP

Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of


Anatomy and Physiology, Thirteenth Edition. Wiley :
United States of America
RASA PRIMER
Asin
Distimulasi oleh garam kimia terutama

NaCl.
Pahit
Dipicu oleh kelompok tastant yang
Masam secara kimiawi lebih beragam
Disebabkan oleh yang mengandung
ion H+ Umami
Manis Rasa lezat yang dipicu oleh asam amino
terutama glutamat
Sensasi menyenangkan yang dipicu
oleh konfigurasu tertentu glukosa.
SISTEM SOMATOSENSORIK

Menerima
informasi dari kulit,
otot, & organ internal;
dipetakan sesuai
dengan tempat sensasi
dibentuk; terletak di
gyrus postsentralis
lobus parietal.

https://www.dana.org/article/the-senses-the-somatosensory-system/
STRUKTUR KULIT
JENIS MEKANORESEPTOR
PADA KULIT

1. Korpus Meissner 4. Korpus Krausse


Respons rangsang berupa Respons rangsang berupa
sentuhan. dingin.

2. Korpus Paccini 5. Ujung Saraf tanpa Selaput


Respons rangsang berupa Respons rangsang berupa
tekanan. nyeri.

3. Korpus Ruffini
Respons rangsang panas.
Daftar Pustaka
Kuntarti. Anatomi Sistem Saraf. Retrieved [November, 3 2019]
from staff.ui.ac.id
Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem /
Lauralee Sherwood ; alih bahasa, Lydia I. Mandera, Huriawati
Hartanto ; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar … [et
al.]. – Ed. 9. – Jakarta : EGC, 2018.
Tim Klinik Terapi FIK UNY. 2019. Anatomi & Fisiologi. Retrieved
[November, 3 2019] from staffnew.uny.ac.id.

Tortora, Gerald J. [and friends]. 2012. Principles of Anatomy and


Physiology, Thirteenth Edition. Wiley : United States of America
Sistem Muskuloskeletal

1. Jenis-Jenis Tulang Berdasarkan


Bentuknya, dan Contoh
Long Bones (Tulang Pipa)
Karakteristik:
1. Memiliki panjang yang lebih besar
dari lebar
2. Berbentuk sedikit melengkung untuk
kekuatan. Tulang melengkung
menyerap tekanan berat tubuh pada
beberapa titik yang berbeda,
sehingga terdistribusi secara merata.
3. Terdiri dari poros dan sejumlah variabel ekstremitas
(ujung).
4. Sebagian besar terdiri dari jaringan tulang kompak dalam
diafisis, tetapi juga memiliki sejumlah jaringan tulang spons
di dalam epifisis.
5. Sangat bervariasi dalam ukuran.

Contoh: tulang paha, tibia dan fibula (tulang kaki), humerus


(tulang lengan atas), ulna dan jari-jari (tulang lengan
bawah), dan falang (jari dan tulang jari kaki).
Short Bones (Tulang Pendek)
 Berbentuk kubus dan hampir sama
panjang dan lebarnya.
 Terdiri dari jaringan tulang rawan
kecuali di permukaan, yang
memiliki lapisan tipis jaringan
tulang kompak.
 Contoh: tulang karpal (pergelangan
tangan) dan tarsal (pergelangan
kaki).
Flat Bones (Tulang Pipih)
 Berbentuk pipih dan terdiri dari
jaringan tulang kompak yang
menutupi lapisan jaringan
tulang rawan.
 Memberikan perlindungan yang
cukup dan menyediakan area
yang luas untuk perlekatan
otot.
 Contoh: tulang tengkorak,
tulang dada, dan tulang rusuk,
dan skapula (tulang belikat).
Irregular Bones
 Memiliki bentuk yang
kompleks dan tidak dapat
dikelompokkan ke dalam
salah satu kategori
sebelumnya.
 Memiliki jumlah tulang
rawan dan kompak yang
bervariasi.
 Contoh: tulang belakang,
tulang pinggul, beberapa
tulang wajah, dan
kalkaneus.
Sesamoid Bones
Karakteristik:
1. Berbentuk seperti biji
wijen.
2. Tidak selalu benar-benar
keras.
3. Biasanya hanya berukuran
beberapa milimeter
diameter. Pengecualian:
dua patela (tempurung
lutut), sertatulang
sesamoid besar yang
terletak di tendon paha
depan femoris.
 Dapat bervariasi jumlahnya bagi setiap orang.
 Berkembang dalam tendon tertentu di mana ada gesekan yang
cukup besar, ketegangan, dan tekanan fisik, seperti telapak
tangan dan telapak kaki.
 Secara fungsional, tulang sesamoid meningkatkan keunggulan
mekanis pada persendian karena tulang ini sering mengubah
arah tarikan tendon.
2. Substansi Penyusun Tulang
dan Fungsinya
Sel-Sel Osteogenik
 Merupakan sel induk yang tidak
terspesifikasi dan satu-satunya sel
tulang yang mengalami
pembelahan sel (sel yang
dihasilkan berkembang menjadi
osteoblast).
 Berasal dari mesenkim.
 Ditemukan di sepanjang bagian
dalam periosteum, di endosteum,
dan di saluran dalam tulang yang
mengandung pembuluh darah.
Osteoblast
 Merupakan sel pembentuk tulang
yang mensintesis dan
mengeluarkan serat kolagen serta
komponen organik lainnya yang
diperlukan untuk membangun
matriks ekstraseluler jaringan
tulang, serta memulai kalsifikasi.
 Saat osteoblas mengelilingi diri
mereka dengan matriks
ekstraseluler, osteoblas menjadi
terjebak dalam sekresi mereka
dan menjadi osteosit.
Osteosit
 Merupakan sel utama dalam
jaringan tulang dan bertugas
mempertahankan metabolisme,
seperti pertukaran nutrisi dan
limbah dengan darah.
 Seperti osteoblas, osteosit tidak
mengalami sel divisi.
Osteoklas
 Merupakan sel besar berasal dari
50 fusi monosit dan
terkonsentrasi di endosteum.
 Di sisi sel yang menghadap
permukaan tulang, membran  Osteoklas berfungsi
plasma osteoklas terlipat menjadi membantu mengatur kadar
tepi yang acak-acakan. Disini sel kalsium serta menjadi sel
melepaskan enzim lisosom yang target untuk terapi obat
kuat dan asam yang mencerna yang digunakan mengobati
komponen protein dan mineral
osteoporosis.
(komponen matriks tulang).
3.Organisasi Sitem Rangka
1) Skeleton
Aksial
Kerangka poros utama
atau sumbu lurus
 Cranium
 Facialis
 Hyoid bone
 Ossicul Orum Auditus
 Vertebral Column
 Thoracic bones
2) Skeleton 3) Persendian
Apendicular
 Pectoral Girdle
 Upper Limb
 Pelvic Girdle
 Lower Limb
4. Peran Kalsium dalam
Pembentukan Tulang
Tulang adalah cadangan kalsium utama tubuh
karena menyimpan 99% dari total kalsium tubuh. Untuk
mengontrol laju penyerapan kalsium dari tulang ke darah
(resorpsi kalsium) dan dari darah ke tulang (deposisi
kalsium) adalah dengan mengatur kadar kalsium dalam
darah. Karena itu kalsium sangat diperlukan dalam
pembentukan tulang karena kalsium merupakan
komponen utama penyusun tulang.
 Ketika kadar Ca2+ dalam darah di atas normal, sel
parafollicular di kelenjar tiroid mensekresi kalsitonin (CT). CT
menghambat aktivitas osteoklas, mempercepat
pengambilan Ca2+ darah oleh tulang, dan mempercepat
Ca2+ deposisi menjadi tulang. Hasil akhirnya adalah bahwa
CT mempromosikan pembentukan tulang dan menurunkan
kadar Ca2+ darah.

 Meskipun demikian, peran CT dalam homeostasis


kalsium masih belum pasti karena pada suatu kondisi dapat
sepenuhnya absen tanpa menimbulkan gejala. Namun
demikian, CT yang didapat dari salmon (Miacalcin®) adalah
obat yang efektif untuk mengobati osteoporosis karena
memperlambat resorpsi tulang.
Respon
tubuh ketika
kadar ion
Ca2+ dalam
darah tinggi :
Respon
tubuh ketika
kadar ion
Ca2+ dalam
darah
rendah :
Kesimpulan
Jadi, sebenarnya kalsium tidak berperan langsung
dalam deposisi tulang. Yang berperan dalam deposisi
tulang adalah kalsitonin (CT), yang diperoleh dari
tingginya kadar Ca2+ dalam darah. Oleh karena itu
konsumsi kalsium penting karena menstimulasi skeresi
hormon kalsitonin yang memiliki peran :
 Mempercepat pengambilan Ca2+ dari darah ke tulang
(mempercepat deposisi tulang)
 Menghambat aktivitas osteoklas (osteoklas berperan
meresorpsi tulang)
5. Proses Bone Remodeling
 Komponen organik dan mineral dari matriks tulang
terus didaur dan diperbarui sepanjang hidup manusia
melalui proses Bone Remodeling.
 Proses ini terdiri dari 2 tahap, resorpsi tulang dan
deposisi tulang.
 Resorpsi tulang, pengangkatan mineral dan serat
kolagen dari tulang oleh osteoklas.
 Deposisi tulang, penambahan mineral dan serat
kolagen ke tulang oleh osteoblas.
 Secara singkat proses ini mengeluarkan deposit mineral
yang lebih tua dari tulang dan melepaskannya ke dalam
sirkulasi darah. Pada saat yang bersamaan mineral yang
beredar lewat pembuluh darah diserap dan disimpan.
Mekanisme Bone Remodelling
 Selama proses resorpsi tulang, osteoklas menempel
pada permukaan tulang di endosteum atau periosteum
dan membentuk segel anti bocor di tepi perbatasannya
yang acak-acakan :
 Kemudian osteoklas melepaskan enzim lisosom yang mencerna
protein dan beberapa asam ke dalam segel tadi.
Enzim tersebut mencerna serat kolagen dan zat organik lainnya
sementara asam melarutkan mineral tulang.
 Osteoklas membuat terowongan kecil di tulang lama. Protein tulang
yang terdegradasi dan mineral matriks ekstraseluler terutama
kalsium dan fosfor, memasuki osteoklas melalui proses endositosis,
kemudian melintasi sel dalam vesikel, kemudian keluar dari osteoklas
pada sisi yang berlawanan dengan perbatasan yang acak-acakan tadi
lewat proses eksositosis.
 Sekarang dalam cairan interstitial, produk-produk resorpsi tulang
berdifusi ke dalam kapiler darah di dekatnya.
 Setelah area kecil tulang telah diserap, osteoklas pergi dan osteoblas
bergerak untuk membangun kembali tulang di daerah itu (deposisi
tulang).
Secara singkat proses bone remodeling dapat
diilustrasikan seperti gambar dibawah :

Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Bone-remodeling-has-five-distinct-phases-1-quiescence-
2-preosteoclast-recruitment-and+fig3+24188443
6. Komponen Penyusun Sendi
1. Ligamen
yaitu jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut
serabut, bersifat elastis, dan mengikat luar ujung tulang yang
saling membentuk sendi. Ligamen mengontrol rentang gerak
dan menstabilkan sehingga tulang dapat bergerak dengan
baik. Ligamen dapat memanjang dan mengubah bentuk
mereka ketika berada dalam ketegangan kemudian kembali ke
bentuk aslinya ketika ketegangan mereda.

2. Kapsul Sendi
Adalah bagian komponen pembentuk sendi yang tipis tetapi
sangat kuat dan berperan menahan ligamen. Kapsul sendi
memiliki dua lapis,yaitu kapsul sinovial –jaringan tanpa
reseptor pembuluh darah yang bertugas membantu
penyerapan makanan pada tulang rawan sendi— dan kapsul
fibrosa yang memiliki reseptor dan pembuluh darah sehingga
mampu meregenerasi serta memelihara posisi sendi.
3. Tulang Rawan Hialin
berfungsi sebagai bantal agar sendi tidak terasa nyeri ketika digerakkan.
Tulang rawan hialin menyusun sendi antar tulang yang menyusun
pergerakan dan mampu berperan sebagai peredam gerakan gesekan
mekanis antara kedua susunan tulang manusia sehingga dapat menyokong
pergerakan tubuh. Bagian ini berwarna putih dan didominasi oleh serat
kolagen.

4. Cairan Sinovial
Cairan sinovial yaitu cairan dengan struktur lengket dan bening yang
membantu gesekan berjalan lancar, mengandung nutris serta campuran
gas O2, N2, dan CO2. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sendi dan media
untuk menjaga nutrisi. Cairan ini yang menyebabkan sendi pada tubuh
makhluk hidup dapat bergerak ke berbagai arah.

5. Bursa
Yaitu kantong datar tertutup yang dilapisi membran sinovial dan terletak
di rongga sendi, terletak pada sisi yang mengalami gesekan dan
mengandung sangat sedikit cairan. Fungsi utamanya ialah sebagai bantal
pergerakan sendi yang berbentuk seperti kantung gelembung udara,
membuat sendi menjadi fleksibel, mudah untuk bergerak, dan mengurangi
gesekan.
7. Jenis Sendi Berdasarkan
Bentuk dan Gerakannya
Klasifikasi
sendi

Berdasarkan Berdasarkan
bentuk gerakan

Sendi Sendi Sendi


Sinartrosis Amfiartrosis Diartrosis
fibrosa kartilago synovial
Berdasarkan bentuk
1. Sendi Fibrous
tidak memiliki rongga synovial. Antar tulang artikulasi disatukan sangat
erat oleh jaringan ikat padat yang tidak teratur. Sendi fibrous
memungkinkan sedikit Gerakan atau tidak sama sekali. Tiga jenis sendi
fibrous, yaitu :
• Sutures = terdiri dari lapisan tipis jaringan ikat padat tidak beraturan;
hanya terjadi di antara tulang tengkorak.

• Syndesmoses = terdapat jarak yang lebih besar; jaringan ikat lebih


padat daripada fibrous; jaringan ikat diatur sebagai ligament sehingga
memungkinkan gerakan yang terbatas.

• membran interoseus =selembar substansial jaringan ikat padat tak


beraturan yang mengikat tulang panjang yang berdekatan dan
memungkinkan gerakan ringan (amphiarthrosis).
Berdasarkan bentuk
2. Sendi kartilagineus
tidak memiliki rongga sinovial dan memungkinkan sedikit atau tidak ada
gerakan. Tulang artikulasi terhubung erat oleh tulang rawan hialin atau
fibrokartilago. Dua jenis sendi kartilagineus, yaitu :
• synchondroses = dihubungkan oleh tulang rawan hialin; Contohnya
lempeng epifisis yang menghubungkan epifisis dan diafisis tulang yang
sedang tumbuh.

• Symphyses = ujung tulang artikulasi ditutupi tulang rawan hialin.

3. Sendi synovial
Sendi synovial mempuyai ciri khas berupa adanya ruang yang disebut
rongga sinovial atau rongga sendi antara tulang artikulasi. Rongga ini
memungkinkan gerakan yang cukup pada sendi, semua sendi sinovial
diklasifikasikan secara fungsional sebagai bergerak bebas (diarthroses).
Berdasarkan gerakan
1.Sinartrosis
Pertemuan antar tulang yang tidak
dapat digerakkan. Ccontohnya
tengkorak. Sendi ini umumnya
dibungkus oleh jaringan ikat fibrosa dan
kartilago.

2. Amfiartrosis
Pertemuan antar tulang yang memiliki
gerakan terbatas.
Berdasarkan gerakan
3. Diartrosis
Pertemuan antar tulang yang memungkinkan
tulang bergerak secara bebas. Antara lain :
 sendi peluru
 sendi engsel
 sendi putar
 sendi geser
 sendi pelana
8. Jenis Otot, Karakteristik, dan
Fungsinya
Jenis Otot

Otot Lurik Otot Polos Otot Jantung


Otot Lurik
 Struktur:
- Berbentuk memanjang,
silindris, dan ujung tumpul
(serabut)
- Jumlah inti sel banyak di tepi
- Terdapat pola lurik
 Lokasi: melekat ke tulang
 Tingkat kontrol: volunter
(sadar)
 Fungsi: pergerakan tubuh
relatif terhadap lingkungan
eksternal
Otot Polos
 Struktur:
- Berbentuk gelendong,
memanjang, dan ujung runcing
- Jumlah inti sel dan terletak di
tengah
- Tidak mempunyai pola lurik
 Terdapat dua jenis otot:
- Otot polos unit ganda (multi unit)
- Otot polos unit tunggal (single
unit)
karakteristik Otot polos unit multi unit Otot polos unit tunggal
Lokasi Pembuluh darah besar, Dinding organ berongga di
saluran napas halus, mata, saluran cerna, reproduksi,
dan folikel rambut dan kemih serta di
pembuluh darah halus
Tingkat kontrol Involunter Involunter
Fungsi Bervariasi sesuai struktur Pergerakan isi di dalam
yang terlibat organ berongga
Otot Jantung
 Struktur:
- Berbentuk memanjang, silindris,
serabut sel bercabang, dan
menyatu
- Jumlah inti sel banyak terletak di
tengah
- Terdapat pola lurik
 Lokasi: jantung
 Tingkat kontrol: involunter
 Fungsi: memompa darah keluar
jantung
9. Kelompok Otot Berdasarkan
Gerakan yang Dihasilkan
1. Fleksi dan Ekstensi
Fleksi: memperkecil sudut
artikulasi
dihasilkan oleh otot
biceps brachii, brachialis,
dan brachioradialis
Ekstensi: meningkatkan
sudut antara artikulasi
dihasilkan oleh otot
triceps brachii dan
anconeus
2. Abduksi dan Aduksi
Abduksi: menjauh dari garis
batas longitudinal tubuh.
dihasilkan oleh otot gluteus
medius, gluteus minimus, tensor
• fasciae latae, dan Sartorius
Adduksi: mendekat pada garis
batas longitudinal tubuh.
dihasilkan oleh otot pectineus,
adduktorlongus,
• adduktorbrevis, adductor
magnus, dan gracilis
3. Elevasi dan Depresi

Elevasi adalah gerakan menaikkan


anggota tubuh.
Depresi adalah gerakan
menurunkan anggota tubuh.
• Contoh : gerakan mendongak
dan menunduk.
• Otot yang berperan adalah otot
elevator dan depressor
4. Inversi dan Eversi

Inversi adalah gerakan


memiringkan/membuka ke
arah dalam.
Eversi adalah gerakan
memiringkan/ membuka ke
arah keluar
5. Rotasi,Supinasi, dan Pronasi
Rotasi siku:
o Pronasi (memutar lengan
bawah sehingga telapak
tangan
• menghadap ke belakang
atau ke bawah)
o Supinasi (memutar
lengan bawah sehingga
Rotasi kepala: rotasi kiri dan rotasi telapak tangan
kanan • menghadap ke depan
Rotasi tangan: rotasi lateral atau ke atas)
(eksternal) dan rotasi medial
(internal)
10. Proses Kontraksi Otot Rangka
Kontraksi otot secara umum
mengikuti urutan proses
berikut :
1. Potensial aksi
dihantarkan di sepanjang
saraf dan berakhir pada
membran otot
2. Pada ujung saraf
dilepaskan
neurotransmitter
asetilkolin

http://csls-text3.c.u-tokyo.ac.jp/inactive/17_03.html
3. Asetilkolin bekerja pada membran serabut otot dan
membuka gate Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai
terjadinya aksi potensial pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan di sepanjang membran otot
seperti pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot sampai ke
bagian tengah otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma
melepaskan ion Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C yang
mengawali ikatan antara aktin dengan myosin
8. Ikatan antara aktin dan
myosin menyebabkan kedua
filamen ini saling menarik ke
arah tengah (sliding filament
mechanism). Proses ini
disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu,
ion Kalsium dipompa kembali
ke retikulum sarkoplasma,
lalu terjadi pelepasan ikatan
antara aktin dan myosin yang
disebut dengan relaksasi

https://www.researchgate.net/figure/Sliding-filament-mechanism-of-
muscle-contraction-Tortora-and-Grabowski-2002_fig10_256475547
11. Sumber Energi pada Otot
https://www.123rf.com/photo_12416296_structural-formula-of-
adenosine-triphosphate-atp-on-a-white-background.html

1. Adenosin Tri Fosfat (ATP)


Adenosin tri fosfat adalah sumber energi utama bagi otot. ATP
yang tersedia hanya dapat digunakan dalam beberapa detik
saja.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Phosphocreatine

2. Fosfokreatin
Fosfokreatin adalah suatu senyawa fosfat yang memiliki
energy yang tinggi. Fosfokreatin terdapat pada otot dalam
konsentrasi yang tinggi. Untuk dapat digunakan, fosfokreatin
memberikan energinya kepada ADP.
https://contohsoal.co.id/glikolisis/

3. Glikolisis
Proses pembentukan asam laktat dan asam piruvat dari
glikogen melalui proses glikolisis dapat menjadi sumber energi
bagi otot. Namun, otot dapat mengalami kelelahan jika
terdapat akumulasi asam laktat berlebih.
Daftar Pustaka
Christine, Novia Leny. 2014. Pemodelan Cara Kerja Retina
Menggunakan Teknik Phase Plane Analysis: Studi kasus pada
Model Fitzhugh-Nagumo. Yogyakarta. Universitas Sanata
Dharma.
Fox : Human Physiology, 8th edition, The McGraw-Hill
Companies, 2003
Guyton and Hall : Textbook of Medical Physiology, 12 th edition,
Saunder Elsevier, 2011
Kurniatie, Menik Dwi. 2019. Biolistrik Tubuh. Semarang.
Universitas Dian Nuswantoro.
Tortora, Gerard J. [and friends]. 2011. Principles of Anatomy
and Physiology. [14th ed]. Wiley : United States of America
Martini, Frederic H. [and friends]. 2012. Fundamentals of
Anatomy and Physiology. [9th ed]. Pearson : San Fransisco
Pearce EC. 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis.
Jakarta: Gramedia
Sherwood, Lauralee. 2013. Introduction to Human Physiology
8th Edition Edisi Internasional. China: Brooks/Cole, Cengage
Learning.

Anda mungkin juga menyukai