Anda di halaman 1dari 3

2015/20

PEMUNGUTAN LIAR TERHADAP


PENGENDARA MOTOR 16

KELOMPOK 2 (XII IPA +)


SMA NURUL IMAN
2015/2016
PEMUNGUTAN LIAR TERHADAP PENGENDARA MOTOR

Kelompok dua tidak setuju atau kontra dengan adanya pungutan liar yang terjadi pada
pengendara motor. Karena pungutan liar yang dilakukan oleh penyelenggara aparatur Negara
tersebut dapat merugikan para pengendara motor. Dan perbuatan yang dilakukan oleh aparat
tersebut merupakan suatu bentuk penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan dengan maksud
menguntungkan diri sendiri ataupun orang lain dengan cara memaksa para pengendara motor
untuk memberikan sesuatu atau membayar iuran yang bersifat tidak resmi dan tidak memiliki
landasan hukum.

 Faktor – faktor penyebab terjadinya pungutan liar :

1. penghasilan aparatur yang bisa dikatakan tidak mencukupi kebutuhan hidup yang tidak
sebanding dengan tugas yang diembannya.
2. adanya suatu karakter pada seseorang aparat dalam bertindak, apakah aparat tersebut
dapat mengontrol dirinya sendiri atau tidak untuk melakukan penyalahgunaan
kekuasaan.
3. Kepemilikan wewenang yang menyebabkan aparat terdorong untuk melakukan
tindakan penyalahgunaan.
4. Dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang dilayaninya.
5. Faktor dorongan dari masyarakat yang memancing oknum tersebut agar melakukan
perbuatan yang menyimpang. Yakni adanya kebiasaan dalam masyarakat, rasa takut
dipersulit oleh suatu oknum, dan proses yang cepat serta kemudahan pengurusan.
 Kesimpulan

1. Peranan korban dalam kemungkinan terjadi pungli sangat besar jika ditinjau dari alasan
korban untuk menyetor yakni adanya kebiasaan dalam masyarakat, rasa takut dipersulit
oleh suatu oknum, dan proses yang cepat serta kemudahan pengurusan menjadi alasan
utama korban sehingga pungli ini terjadi. Bukan hanya itu, korban yang merupakan
pelaku bisnis yang pada hakikatnya menghendaki adanya efisiensi waktu dan biaya
yang minim disamping aturan dan prosedur yang panjang merupakan hambatan dalam
menjalankan usahanya tersebut.
2. Kendala dalam upaya penanggulangan pungli diantaranya Pembinaan tidak sepenuhnya
efektif tergantung dari moral masing-masing oknum, pengawasan yang renggang dari
atasan, arahan dan nasehat kadang dilupakan kalau sudah menyangkut masalah
kebutuhan ekonomi, masyarakat pun sebagai pelaku bisnis masih mementingkan
efesiensi waktu dan biaya serta masih rendahnya kesadaran hukum untuk membayar
tilang sesuai dengan prosedur yang berlaku, undang-undang dalam hal ini undang-
undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan masih perlu
dianalisis mengenai sanksi pidana terhadap suatu pelanggaran lalu lintas yang terjadi.

 Saran

Berdasarkan dari hasil pembahasan di atas saran yang perlu dikemukakan adalah, sebagai
berikut:

1. Pungli merupakan suatu tindak pidana pemerasan yang melibatkan jabatan, jika terus
dibiarkan maka pada akhirnya akan merusak moral masyarakat dan aparat penegak
hukum itu sendiri dan merusak citra aparat kepolisian secara luas. Maka dari itu pungli
harus diberantas sampai ke akar-akarnya dan pelaku harus ditindak agar menjadi efek
jera bagi para pelaku untuk tidak melakukan pungli dikemudian hari.
2. Negara Indonesia adalah negara hukum yang siapapun pelaku tindak pidana akan
dipertanggungjawabkan tanpa pandang bulu. berdasarkan azas Equality Before the Law
(Persamaan 62 didepan Hukum) oknum kepolisian yang melakukan pungli pun harus
diberikan sanksi pidana dan dibawa ke hadapan pengadilan apabila terbukti melakukan
pungli, bukan hanya sanksi administrasi atau kode etik sehingga terkesan melindungi
anggota dari jerat hukum.
3. Masyarakat khususnya pelaku bisnis harus menyadari pentingnya ketaatan dan
kesadaran hukum demi terciptanya tujuan hukum yakni keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum.

Anda mungkin juga menyukai