Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIFITAS TERAPI INDIVIDU BERCAKAP-CAKAP DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI


PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN
DI RSJ DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Oky Fresa*), Dwi Heppy Rochmawati**), M.Syamsul Arif SN***)

*)
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang
***)
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes KeMenkes Semarang

ABSTRAK

Gangguan jiwa Skizofrenia gejala positifnya yaitu halusinasi, dimana pasien mendengar suara-suara
dengan terapi individu bercakap-cakap dapat mengontrol halusinasi. Menurut WHO 2014 prevalensi
gangguan jiwa 21 juta orang, riskesdas 2013 jawa tengah (0,23%), yang sering terjadi pada laki-laki
12 juta dan perempuan 9 juta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektifitas terapi
individu bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
halusinasi pendengaran. Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimen dengan rancangan One Group
Pretest Posttest with control group, jumlah responden 54 dengan tehnik random sampling. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara kemampuan mengontrol halusinasi Posttest pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol, menggunakan uji statistik mann whitney terlihat nilai p =
0.000 (p kurang dari 0.05). Karakteristik responden yaitu jenis kelamin perempuan 29 (53.7%) dan
laki- laki 25 (46.3%), usia yaitu dewasa 24 (44.4%) dan remaja akhir 5 (9.3%), pendidikan yaitu SD
20 (37.0%) dan tidak sekolah 1 (1.9%), pekerjaan yaitu tidak bekerja 25 (46.3%) dan PNS 1 (1.9%).
Rekomendasi penelitian ini adalah agar pasien mampu meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi dengan terapi individu bercakap-cakap.

Kata kunci : Bercakap–cakap, mengontrol halusinasi, halusinasi pendengaran

Daftar pustaka : 49 (2003 – 2014)

ABSTRACT

The positive symptom of Schizoprenia hallucination, which means patients heard voices with
conversing individual therapy can control hallucination. Based on WHO 2014 the mental disorder
prevalence was 21 million people. Based on Riskesdas 2013 the prevalance of mental disorder of
Central Java Province was 0.23%, 12 million males and 9 million females. This research is meant to
describe the effectiveness of conversing individual therapy to improve the controlling ability of the
auditory hallucination patients. This research design is applying Quasy Experiment with One Group
Pretest Posttest With Control Group design and 54 respondents with Random Sampling technique. The
result of the study indicates that there is a deviation of controlling ability in the posttest of the
intervention group and control group. The result of the Mann Whitney statistic test shows that the
value of p= 0.000 ( p less than 0.05). the characteristic of respondent for female is 29 (53.7%) and
male 25 (46.3%), for age adult 24 (44.4%) and late teenager 5 (9.3%), education primary 20 (37.0%)
no school 1 (1.9%), occupation jobless 25 (46.3%) and state officer 1 (1.9%). The recommendation of
this study is the patients can improve their controlling over their hallucinations by conversing
individual therapy.

Key words : conversing, controlling hallucination, auditory hallucination

Efektifitas Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 2015) 1


Bibliography: 49 (2003 - 2014)

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk didasarkan pada interpretasi yang salah atau
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi tidak realistis dari suatu pengalaman atau
emosi sehinga ditemukan ketidakwajaran persepsi. Tema waham yang umumnya terjadi
dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena adalah waham kejar, referensial, somatik, dan
menurunnya semua fungsi kejiwaan (Nasir, waham kebesaran. Seseorang dengan waham
2011, hlm. 8). Gangguan jiwa merupakan kebesaran mempunyai perasaan yang
suatu sindrom atau pola pikologis atau berlebihan, membesar-besarkan dirinya.
perilaku yang penting secara klinis yang Halusinasi dapat terjadi di lima panca indera,
terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan halusinasi pendengaran paling sering terjadi
adanya distress misalnya gejala nyeri atau pada skizofrenia (Copel, 2007, hlm. 114).
disabilitas yaitu kerusakan pada satu atau lebih Halusinasi pendengaran adalah gangguan
area fungsi yang penting atau disertai stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
peningkatan resiko kematian, yang terutama suara-suara orang, biasanya pasien
menyakitkan, nyeri, disabilitas atau sangat mendengar suara orang yang sedang
kehilangan kebebasan (Videbeck, 2008, membicarakan apa yang dipikirkannya dan
hlm.4). memerintahkan untuk melakukan sesuatu
(Prabowo, 2014, hlm. 129).
Menurut WHO 2014 Angka kejadian
gangguan jiwa pada pasien Salah satu contoh cara mengontrol yang
Skizofreniaprevalensi yang mempengaruhi pernah digunakan untuk pasien halusinasi
lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia, tetapi pendengaran adalah dengan cara bercakap-
tidak seperti biasa kebanyakan gangguan cakap. Bercakap-cakap dengan orang lain
mental lainnya, yang sering mengalami dapat membantu mengontrol halusinasi, ketika
gangguan mental terjadi pada laki-laki (12 pasien bercakap-cakap dengan orang lain
juta), di bandingkan perempuan (9 juta). Di terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan
negara Indonesia orang yang mengalami beralih dari halusinasi ke percakapan yang
gangguan jiwa yang melakukan tindakan dilakukan dengan orang lain. Melakukan
bunuh diri yaitu laki-laki berkisar 3.7 berada di aktivitas yang terjadwal untuk mengurangi
urutan ke 13, perempuan 4.9 berada di urutan risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
7, sedangkan negara yang di urutan pertama menyibukkan diri melakukan aktivitas yang
yaitu Kazakhstan laki-laki 40.6, perempuan teratur. Minum obat secara teratur dapat
9,3. mengontrol halusinasi, Pasien juga harus
dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai
Berdasarkan riset kesehatan dasar (2013) dengan program terapi dokter (Keliat &
prevalensi angka kejadian gangguan jiwa berat Akemat, 2012, hlm. 115).
pada penduduk Indonesia yaitu
psikosis/skizofrenia, di Indonesia adalah Tujuan penelitian ini adalah untuk
sebesar 0,17%. Prevalensi tertinggi terdapat di mengidentifikasi dan menganalisa efektifitas
provinsi DIY (2,7%) dan Aceh (2,7%), terapi individu bercakap-cakap dalam
Sulawesi Selatan (2,6%), Bali (0,24%), Jawa meningkatkan kemampuan mengontrol
Tengah (0,23%). Di Jawa Tengah sendiri halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran
gangguan jiwa yang mengalami skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo
cukup tinggi (Nurhaya, 2008, dalam Raharjo, Provinsi Jawa Tengah.
2010, hlm.3).

Gejala-gejala positif pada penderita


METODOLOGI PENELITIAN
Skizofrenia berfokus pada distorsi fungsi
normal yaitu waham, halusinasi, bicara tidak Penelitian ini menggunakan desain penelitian
teratur, dan kekacauan yang menyeluruh. Quasy Eksperimen (Eksperimen Semu)
Waham merupakan keyakinan salah yang dengan rancangan One Group Pretest Posttest

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


with control group. Pada penelitian ini terdapat test dan untuk menguji hasil posttest pada
dua kelompok yang dipilih secara random, kedua kelompok tersebut menggunakan uji
kemudian diberi pretest untuk mengukur Mann whitney test.
kemampuan mengontrol halusinasi, hal ini
dilakukan untuk mengetahui keadaan awal
adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, HASIL DAN PEMBAHASAN
2013, hlm. 166). Gambaran Umum Tempat Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini Penelitian ini dilakukan di RSJ Dr. Amino
adalah pasien halusinasi pendengaran yang Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
mengalami halusinasi pada bulan januari terletak di jalan Brigjen Sudiarto no 347
sampai desember di RSJD dr. Amino Semarang. Terdapat 14 ruang rawat inap dan
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang dua belas ruangan masing-masing berkapasitas
berjumlah 3496, sehingga rata-rata tiap bulan 25 pasien, 1 ruangan untuk pasien yang
adalah 291 orang. Jadi populasi yang membutuhkan penanganan intensif (UPIP),
digunakan dalam penelitian sejumlah 291. dan ruangan untuk kelas VIP. Sampel
Sampel dalam penilitian ini adalah sebanyak penelitian ini sebanyak 54 responden.
54 responden, pada penelitian ini di bagi 1. Analisi univariat
menjadi 2 kelompok. Kelompok yang pertama a. Karakteristik responden
yaitu kelompok intervensi yang terdiri dari 27 Tabel 1
responden, kelompok kedua adalah kelompok Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kontrol yang terdiri dari 27 responden. Dengan jenis kelamin responden di RSJ Dr.
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: Amino Gondohutomo Provinsi
pasien halusinasi pendengaran; pasien yang Jawa Tengah tahun
belum diberikan tehnik mengontrol halusinasi; 2015 (N=54)
keadaan kooperatif; usia 19-55 tahun; tidak
ada gangguan dalam berbicara. Kemudian Jenis kelamin F %
kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
Laki-Laki 25 46.3
pasien drop out (baik karena pulang, sakit fisik
Perempuan 29 53.7
atau kondisi lain yang tidak memungkinkan
Total 54 100.0
untuk melanjutkan kegiatan penelitian; pasien
yang tidak mentaati peraturan akan
Tabel 1 diketahui bahwa dari 54 responden
dikeluarkan sebagai responden.
didapatkan hasil jenis kelamin terbanyak
Tempat penelitian ini dilakukan di RSJ Dr. adalah perempuan 29 responden (53.7%) dan
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah paling sedikit laki-laki 25 responden (46.3%).
dan dilakukan pada 30 Maret – 12 April 2015
Dalam penelitian ini menggunakan lembar Tabel 2
kuesioner dan lembar observasi yang hasilnya Distribusi frekuensi responden berdasarkan
tertuang dalam lembar evaluasi kemampuan usia responden di RSJ Dr. Amino
mengontrol halusinasi pada responden Gondohutomo Provinsi Jawa
halusinasi pendengaran. Tengah tahun 2015 (N=54)

Analisis univariat pada penelitian ini berupa Usia F %


jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, Remaja Akhir 5 9.3
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi Dewasa Awal 11 20.4
oleh karena data berupa kategorik. Dewasa 24 44.4
kemampuan mengontrol halusinasi juga Dewasa Akhir 7 13.0
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi Pra Lansia 7 13.0
dan disajikan dalam bentuk kategorik agar Total 54 100.0
lebih mudah untuk dibaca. Analisis bivariat
pada penelitian ini kelompok intervensi
menggunakan uji Wilcoxon Test. Sedangkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 54 responden
untuk kelompok kontrol uji Paired Sample T- didapatkan hasil terbanyak adalah pada

Efektifitas Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 2015) 3


kategori usia dewasa sebesar 24 responden Tengah tahun 2015
(44.4%) dan paling sedikit usia remaja akhir 5 (N=27)
responden (9.3%).
Kemampuan Sebelum Sesudah
Tabel 3 mengontrol F % F %
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kemampuan 27 100.0 - -
tingkat pendidikan responden di RSJ Dr. kurang
Amino Gondohutomo Provinsi Kemampuan - - 1 3.7
Jawa Tengah 2015 (N=54) cukup
Kemampuan - - 26 96.3
Pendidikan F % baik
SD 20 37.0 Total 27 100.0 27 100.0
SMP 17 31.5
SMU 14 25.9
Perguruan Tinggi 2 3.7 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 27
Tidak Sekolah 1 1.9 responden didapatkan hasil sebelum diberikan
Total 54 100.0 terapi yang kemampuan kurang berjumlah 27
responden (100.0 %) dan sesudah diberikan
terapi individu bercakap-cakap didapatkan
Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pendidikan hasil yang kemampuan cukup 1 responden
responden paling banyak adalah SD dengan (3.7%), kemampuan baik 26 responden
jumlah 20 responden (37.0%) dan paling (96.3%).
sedikit tidak sekolah 1 responden (1.9%).
Untuk kelompok intervensi,didapatkan nilai
Tabel 4 mean pre test 17.93 dan nilai mean post test
Distribusi frekuensi tingkat pekerjaan sebesar 40.67, sedangkan standar deviasi 0.550
responden di RSJ Dr. Amino dan 2.236, nilai minimum 16 dan 36, dan nilai
Gondohutomo Provinsi Jawa maximum 19 dan 45.
Tengah 2015 (N=54)
Tabel 6
Pekerjaan F % Distribusi frekuensi responden berdasarkan
PNS 1 1.9 kemampuan mengontrol halusinasi
Wiraswasta 5 9.3 sebelum dan sesudah pada kelompok
Buruh 23 42.6 kontrol yang tidak diberikan terapi
Tidak 25 46.3 individu bercakap-cakap di RSJ
Bekerja Dr. Amino Gondohutomo
Total 54 100.0 Provinsi Jawa Tengah
tahun 2015 (N=27)

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Sebelum Sesudah


pekerjaan responden paling banyak adalah mengontrol F % F %
tidak bekerja dengan jumlah 25 responden Kemampuan 27 100.0 - -
(46.3%) dan paling sedikit PNS hanya 1 kurang
responden (1.9%). Kemampuan -- 18 66.7
cukup
b. Gambaran kemampuan mengontrol Kemampuan - - 9 33.3
halusinasi baik
Total 27 100.0 27 100.0
Tabel 5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kemampuan mengontrol halusinasi Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 27
sebelum dan sesudah terap individu responden pada Sebelum di ukur kemampuan
bercakap-cakap pada kelompok mengontrol halusinasi didapatkan hasil
intervensi di RSJ Dr. Amino kemampuan kurang 27 responden (100.0%)
Gondohutomo Provinsi Jawa dan Sesudah didapatkan hasil kemampuan

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


cukup 18 responden (66.7%), kemampuan Untuk kelompok kontrol, didapatkan nilai
baik 9 responden (33.3%) mean pre test 17.33 dan nilai mean post test
sebesar 17.41, sedangkan standar deviasi 2.184
dan 2.358, nilai minimum 12, dan nilai
maximum 20 dan 22.

Tabel 7
Perbedaan kemampuan mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah dilakukan terapi
individu bercakap-cakap pada kelompok intervensi di RSJ Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tahun 2015

Variabel Negative Positive Ties Sebelum Sesudah P Z


ranks ranks ̅ ± SD ̅ ± SD

Kemampuan
mengontrol
halusinasi 27 0 0 1 17.93 ±550 40.67±2.236 0.000 -4.563
kelompok
intervensi

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa halusinasi minggu pertama dan minggu kedua
nilai p = 0.000 (p kurang dari 0.05) yang pada kelompok kontrol tidak diberikan terapi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan individu bercakap-cakap, hasil yang
kemampuan mengontrol halusinasi sebelum didapatkan tidak terdistribusi normal pada
dan sesudah dilakukan terapi individu kelompok kontrol.
bercakap-cakap tidak terdistribusi normal pada
kelompok intervensi. Tabel 9
Post test kedua kelompok yaitu kelompok
Tabel 8 intervensi yang diberikan terapi individu
Perbedaan kemampuan mengontrol halusinasi bercakap-cakap dan kelompok kontrol
sebelum dan sesudah pada kelompok yang tidak diberikan terapi individu
kontrol tidak diberikan terapi individu bercakap-cakap di RSJ Dr. Amino
bercakap-cakap di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 (N=54)
Tengah tahun 2015 (N=27)
Variab Kelompo Kelomp p Z
Varia Sebelum Sesudah p t el k ok
bel ̅ ±SD ̅ ±SD intervens kontrol
Kema ̅ ± SD ̅ ± SD
mpuan Kema
mengo 17.33 ± 17.41 0.646 -465 mpuan 40.66 ± 17.40 ± 0.0 -
ntrol 2.184 ±2.358 mengo 2.23 2.35 00 6.35
halusi ntrol 9
nasi halusi
kelom nasi
pok
kontro
l Berdasarkan tabel 5.9 hasil Mann-Whitney-
Test menunjukkan adanya perbedaan antara
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil kemampuan mengontrol halusinasi setelah
dilakukan terapi individu bercakap-cakap pada
signifikan dengan nilai p = 0.646 (p >
kelompok intervensi dan tidak diberikan terapi
0.05) yang menunjukkan bahwa tidak pada kelompok kontrol, terlihat dari nilai p =
terdapat perbedaan kemampuan mengontrol 0.000 (p kurang dari 0.05). di dapatkan hasil

Efektifitas Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 2015) 5


dengan uji statistik Mann-Whitney Test yaitu – yang di rawat adalah pasien yang hanya
6.359, nilai negatif menunjukkan kemampuan berpendidikan sekolah dasar, pendidikan akan
mengontrol halusinasi setelah dilakukan terapi sangat berpengaruh pada seluruh aspek
individu bercakap-cakap pada kelompok kehidupan manusia baik pikiran, perasaan
intervensi lebih tinggi daripada kemampuan maupun sikapnya.
mengontrol halusinasi kontrol yang tidak
diberikan terapi individu bercakap-cakap. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan Isnaeni (2008, hlm. 34)
Interpretasi dan Hasil Penelitian mengatakan tingkat pendidikan yang paling
banyak pada pasien responden halusinasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden pendengaran adalah sekolah dasar sebanyak 21
halusinasi pendengaran sebagian besar berjenis responden (70%). Dengan latar pendidikan
kelamin perempuan yaitu sebanyak 29 responden yang sebagian besar SD menjadi
responden (53.7%) dan paling sedikit laki-laki pertimbangan bagi perawat dalam memberikan
hanya 25 responden (46.3%). informasi.
Menurut Doenges, Townsend, dan Moorhouse
(2007, hlm. 493) yang menyebutkan bahwa Pekerjaan yang paling banyak adalah tidak
prevalensi gangguan persepsi halusinasi lebih bekerja 25 responden (46.3%) dan paling
tinggi pada pria (awitan di masa kecil) sedikit PNS 1 respodnen (1.9%). Menurut
daripada wanita (dengan awitan di masa Yosep (2007, hlm. 14) penyebab stressor yang
pubertas). Penelitian ini bertolak belakang dilingkungan meliputi saingan pekerjaan,
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan penghasilan kurang dari kebutuhan.
oleh Purba (2013) bahwa paling banyak yang
mengalami halusinasi adalah laki-laki Kemampuan mengontrol halusinasi pada
dibandingkan perempuan dimana laki-laki kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi
mengalami perubuahan peran dan penurunan dengan kategorik kemampuan kurang
interaksi sosial, kehilangan pekerjaan. sebanyak 27 responden (100.0%) dan sesudah
Terapi dengan kategorik kemampuan cukup
Usia responden yang merupakan kategori usia sebanyak 1 responden (3.7%), kategorik
dewasa yaitu berusia 26 - 35 tahun dengan kemampuan baik 26 responden (96.3%).
jumlah 24 responden (44.4%) dan yang paling Sebelum dilakukan terapi individu bercakap-
sedikit berusia remaja akhir 18 – 20 tahun cakap responden berada dalam tahap
berjumlah 5 responden (9.3%). Usia remaja comforting, condeming, controlling (Direja,
dan dewasa memang beresiko, akan tetapi 2011, hlm. 110). Setelah dilakukan terapi
lebih berisiko tinggi terjadinya gangguan jiwa individu bercakap-cakap pada kelompok
terutama halusinasi adalah usia dewasa karena intervensi pasien mulai mampu mengontrol
pada tahap ini kehidupan penuh stressor halusinasinya. Hal ini sesuai dengan teori
(Kaplan, Benjamin, & Grebb, 2004, hlm. 70). yosep yang telah disebutkan diatas, bahwa
Pada penelitian ini didukung oleh penelitian terapi individu bercakap-cakap ini akan terjadi
Hidayati (2014, hlm. 57) dengan responden distraksi dan fokus perhatian pasien akan
terbanyak usia 27 – 34 tahun sebanyak 35 beralih dari halusinasi kepercakapan.
orang. Pada usia tersebut seseorang secara
besar-besaran memodifikasi aktivitas Kemampuan mengontrol halusinasi pada
kehidupannya dan memikirkan tujuan masa kelompok kontrol sebelum kategorik
depan. kemampuan kurang berjumlah 27 responden
(100.0%) dan sesudah kategorik kemampuan
Pendidikan responden yang paling banyak cukup 18 responden (66.7%) dan kemampuan
adalah SD 20 responden (37.0%) dan yang baik 9 responden (33.3%). Responden berada
paling sedikit adalah tidak sekolah 1 pada fase comforting, condemming,
responden (1.9%). Menurut Koesoema (2007, controlling dimana pada fase ini responden
hlm. 53) bahwa pendidikan adalah sebuah masih dikuasai oleh halusinasi dan
proses yang membantu menumbuhkan, kemampuan responden masih kurang, setelah
mengembangkan, mendewasakan, membuat sesudah di ukur kembali kemampuan
yang tidak tertata atau liar menjadi semakin mengontrolnya didapatkan hasil kemampuan
tertata. Sebagian besar responden penelitian ini cukup dan baik, pada kelompok kontrol ini

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


tidak diberikan terapi individu bercakap – 35 tahun yaitu 24 responden (44.4%),
cakap karena kelompok kontrol ini hanya pendidikan paling banyak yaitu SD 20
sebagai pembanding saja. responden (37.0%), pekerjaan yang paling
banyak yaitu tidak bekerja 25 responden
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa (46.3%).
kemampuan mengontrol halusinasi pada 2. Kemampuan mengontrol halusinasi
kelompok intervensi ada perbedaan bermakna sebelum dilakukan terapi individu
antara sebelum dan sesudah diberikan terapi bercakap-cakap pada kelompok intervensi
mengalami peningkatan dalam mengontrol dengan kategorik kemampuan kurang
halusinasinya. Hasil ini menggunakan uji sebanyak 27 responden (100.0%).
wilcoxon yang menunjukkan bahwa nilai p = 3. Kemampuan mengontrol halusinasi
0,000 (p kurang dari 0.05). Penelitian ini sesudah dilakukan terapi individu
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan bercakap-cakap pada kelompok intervensi
oleh Qodir (2013) dengan judul pengaruh kemampuan baik 26 responden (96.3%).
terapi aktivitas kelompok orientasi realitas sesi 4. Pada kelompok kontrol kemampuan
I-III terhadap kemampuan mengontrol mengontrol halusinasi sebelum yaitu
halusinasi pada klien halusinasi di RSJD Dr. kemampuan kurang berjumlah 27
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah responden (100.0%). Sesudah yaitu
p-Value 0.000 yang berarti ada pengaruh kemampuan baik 9 responden (33.3%)
terapi aktivitas kelompok orientasi realitas sesi 5. Analisis post test kelompok intervensi dan
I-III terhadap kemampuan mengontrol post test kelompok kontrol, di dapatkan
halusinasi pada klien halusinasi. hasil dengan uji statistik Mann-Whitney
Test yaitu – 6.359, nilai negatif
Sedangkan, pada kelompok kontrol dengan 27 menunjukkan kemampuan mengontrol
responden menunjukkan bahwa tidak terdapat halusinasi pada kelompok intervensi lebih
perbedaan kemampuan mengontrol halusinasi tinggi daripada kelompok kontrol.
sebelum dan sesudah. Hasil ini menggunakan
uji paired sample T-test yang menunjukkan SARAN
bahwa nilai p = 0,646 (p > 0.05) maka tidak
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti
terdapat perbedaan kemampuan mengontrol
berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
halusinasi antara sebelum dan sesudah yang
berikut:
tidak diberikan terapi individu bercakap-
1. Bagi rumah sakit
cakap. Pada penelitian ini kelompok kontrol
Dilakukan pelatihan terapi individu
hanya sebagai pembanding saja, dimana
bercakap-cakap pada perawat yang belum
kelompok kontrol tidak diberikan terapi
pernah dan yang sudah pernah dilakukan
individu bercakap-cakap, melainkan hanya
review
diukur sebelum dan sesudah.
2. Bagi profesi keperawatan
Pemberian terapi individu bercakap-cakap
Analisis post test kelompok intervensi dan post
mampu meningkatkan kemampuan
test kelompok kontrol di dapatkan hasil
mengontrol halusinasi, sehingga terapi ini
dengan uji statistik Mann-Whitney Test yaitu –
sebagai masukan dalam pelayanan
6.359, nilai negatif menunjukkan kemampuan
perawatan dan pemberian asuhan
mengontrol halusinasi setelah dilakukan terapi
keperawatan
individu bercakap-cakap pada kelompok
3. Bagi peneliti selanjutnya
intervensi lebih tinggi daripada kemampuan
Hasil penelitian dapat sebagai pengetahuan,
mengontrol halusinasi kontrol yang tidak
masukan, yang digunakan sebagai data
diberikan terapi individu bercakap-cakap.
tambahan bagi peneliti berikutnya yang
terkait dengan efektifitas terapi individu
SIMPULAN
bercakap-cakap dalam meningkatkan
kemampuan mengontrol halusinasi pada
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan
pasien halusinasi pendengaran di RSJD Dr.
hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Amino Gondohutom Provinsi Jawa
1. Karakteristik responden terbanyak berjenis
Tengah.
kelamin perempuan yaitu 29 responden
(53.7%), usia terbanyak ada di rentang 26-

Efektifitas Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 2015) 7


DAFTAR PUSTAKA Fakih, M. (2006). Analisis Gender Dan
Transformas Sosial. Yogyakarta:
Anggraini, K. (2013). Pengaruh Menghardik Pustaka Pelajar
Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Dengar Pada Pasien Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar & Aplikasi
Skizofrenia Di RSJD DR. Amino Penulisan Laporan Pendahuluan &
Gondohutomo Semarang. jurnal karina Strategi Pelaksanaan Tindakan
anggraini.pdf diperoleh tanggal 24 Keperawatan (LP & SP) untuk 7
juli 2013 jam 08.03 wib Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
Berat Bagi Program S1 Keperawatan.
Anonim. Jakarta: Salemba Medika
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/1
35/jtptunimus-gdl-ekaanggima-6722- Hardianto.(2009).http://repository.usu.ac.id/bit
2-babii.pdf diperoleh tanggal 14 stream/123456789/39824/5/Chapter%
november 2014 jam 13.00 wib 20I.pdf

Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian


23456789/39824/5/Chapter%20I.p Kebi&an & Teknik Analisis Data.
df diperoleh tanggal 14 november Jakarta: Salemba Medika
2014 jam 14.00 Wib
Hidayati, W, C. (2014). Pengaruh Terapi
Copel, L.K. (2007). Kesehatan Jiwa & Religius Zikir Terhadap Peningkatan
Psikiatri Pedoman Klinis Perawat. Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Alih bahasa Akemat. Jakarta: EGC Pendengaran Pada Pasien Halusinasi
di RSJD. Dr. Amino Gondohutomo
Dalami, E., Suliswati, Rochimah, Suryati, Semarang
K.R, Lestari, W. (2009). Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Hurlock. (2004). Psikologi Pekrembangan
Gangguan Jiwa. Jakarta: TIM Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi Keenam. Jakarta:
Darma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Erlangga
Keperawatan Panduan Melaksanakan
Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Kaplan, H. J. S, Benjamin, J, & Grebb, J. A.
Jakarta: CV. Trans Info Media (2004). Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Ahli bahasa Lydia I Mandera.
Dermawan, D., Rusdi. (2013). Keperawatan Jakarta: EGC
Jiwa Konsep Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: TIM Keliat, B.A., & Akemat. (2012). Model
Gosyen Publishing Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni. (2011).
Medika Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Course).
Doenges,M.E., Townsend,M.C., & Jakarta: EGC
Moorhouse. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Alih bahasa Keliat, B.A.(2011). Keperawatan Kesehatan
Laili Mahmudah. Jakarta: EGC Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Erlinafsiah. (2010). Modal Perawat Dalam Keliat, B.A., & Akemat. (2009). Model
Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Keperawatan Profesional Jiwa.
TIM Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Helena, N., & Farida, P. (2011).
Manajemen Keperawatan Psikososial

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


& Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta : 2-6809-1-SM%20(1).pdf diperoleh
EGC. tanggal 28 November 2014 jam 15.00
wib
Koesoema A, i. (2007). Pendidikan Karakter:
Strategi Pendidikan Anak Di Zaman Qodir, A.M,. 2013. Pengaruh terapi aktivitas
Global. Jakarta: Grasindo kelompok orientasi realitas sesi I-III
terhadap kemampuan mengontrol
Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010). Buku halusinasi pada klien halusinasi di
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : RSJD DR. Amino gondohutomo
Salemba Medika semarang. Stikes Telogorejo
Muhith, A.N,. (2011). Terapi Modalitas Semarang
Keperawatan Jiwa: Pengantar Teori.
Jakarta: Salemba Medika Riskesdas.(2013).http://depkes.go.id/download
s/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%
Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri, M.E. 202013.pdf diperoleh tanggal 24
(2011). Buku Ajar Metodologi april 2014 jam 09.00 wib
Penelitian Kesehatan Konsep
Pembuatan Karya Tulis & Thesis Riyanto, A. (2010). Pengolahan & Analisis
Untuk Mahasiswa Kesehatan. Data Kesehatan. Yogjakarta: Nuha
Yogyakarta: Nuha Medika Medika
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Notoadmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nuha Medika
Notoadmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Setiadi. (2013). Konsep Dasar Penelitian Riset
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Nursalam, dkk. (2003). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Stevens, Schade, Chalk, & Slevin. (2006).
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
Pengantar Riset Pendekatan Ilmiah
& Instrumen Penelitian Keperawatan.
Untuk Profesi Kesehatan. Ahli bahasa
Jakarta: Salemba Medika
Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu
Sudiatmika, K.I. (2011). Efektifitas Cognitive
Keperawatan: Pendekatan Praktis
Behaviour Therapy Dan Rational
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Emotive Behaviour Therapy Terhadap
Klien Dengan Perilaku Kekerasan
Pieter, Z. H. & Namora. (2010). Pengantar
Dan Halusinasi Di Rumah Sakit
Psikologi Dalam Keperawatan.
Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor.
Jakarta: Kencana
lib.ui.ac.id/file=digital/...T%201%Ket
ut%20Sudiatmika%20baru.pdf.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi
diperoleh tanggal 24 januari 2015 jam
Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
10:43 wib
Salemba Medika
Sugiyono. (2013). Cara Mudah Skripsi, Tesis,
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi
& Disertasi. Bandung: Alfabeta, cv
Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Suyanto, Salamah & Ummi. (2009). Riset
Kebi&an Metodologi & Aplikasi.
Purba, N., & utami. (2013). Pengaruh Terapi
Yogyakarta: Mitra Cendikia
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Terhadap Kemampuan Pasien
Syarifah, F, (2014). Risiko Sizofrenia Pada
Mengontrol Halusinasi Di Rumah
Pria Lebih Tinggi Ketimbang Wanita
Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.
http://health.liputan6.com/read/210343
file:///C:/Users/USER/Downloads/348
5/risiko-skizofrenia-pada-pria-lebih-

Efektifitas Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 2015) 9


tinggi-ketimbang-wanita. Liputan 6:
Jakarta

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Wicaksana. (2010). Mengontrol halusinasi.


http://m.kompasiana.com/post
/read/153757/3/mengontrol-
halusinasi.html diperoleh tanggal 14
november 2014 jam 0:48 wib

World Health Organitation (WHO). 2014. The


Mental Health 2014.
http://www.who.int/mental_health/ma
nagement/shizophrenia/en/ diperoleh
tanggal 10 Mei 2014 jam 09:10 wib

Yosep, I. (2007a). Keperawatan Jiwa.


Bandung: Refika Aditama

. (2009b). Keperawatan Jiwa.


Bandung: PT. Rafika Aditama

10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...

Anda mungkin juga menyukai