Anda di halaman 1dari 17

RMK Manajemen Koperasi dan UMKM

Gambaran Umum Koperasi dan UMKM di Indonesia

KELOMPOK 1:
1. I Gusti Ngurah Dwi Indra P 1707531042
2. Ariel Suryo 1707531045
3. I Wayan Eka Suartama 1707531058
4. Putu Vidvan Candra Dovani S. 1707531138

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I . Gambaran Umum Koperasi

A. Konsep Koperasi Sebagai Organisasi Bisnis


Pada beberapa literatur dijumpai definisi koperasi yang berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda di antara para penulisnamun bila dikaji secara
mendalam terdapat persamaan yang prinsip, yakni koperasi adalah organisasi usaha yang
dimiliki dan dikelola secara bersama-sama oleh anggota dan untuk kepentingan anggota pula.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian koperasi sebagai organisasi usaha.
Pertama, pada UU No.25 tahun 1992, koperasi dijelaskan sebagai badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan. Beberapa hal yang tersirat dari definisi tersebut adalah :
1. Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan bukan kumpulan modal. Konsekuensi dari
pernyataan ini adalah nilai-nilai demokratis yang dikembangkan dan didasarkan pada
kepentingan orang sebagai anggota, yakni satu orang, satu suara dan pembagian surplus
koperasi harus didasarkan pada jasa anggota. Koperasi berbeda dengan perusahaan lain
yang mendasarkan hak suara tergantung pada jumlah modal yang disetor, karena
koperasi bukan organisasi kumpulan odal tapi kumpulan orang-orang.
2. Koperasi juga merupakan kumpulan badan-badan hukum koperasi. Konsekuensi dari
pernyataan ini adalah koperasi dapat dikembangkan melalui strategi integrasi vertikal.
Para petani, para pengrajin, para pengusaha kecil, atau para pekerja dapat membangun
koperasi primer di lingkungannya. Beberapa koperasi primer yang terbentuk dapat
mendirikan koperasi di tingkat sekunder (Pusat Koperasi) yang mampu menopang bisnis
koperasi primer dan bisnis anggota koperasi primer. Beberapa koperasi sekunder (pusat-
pusat koperasi) dapat berintegrasi vertikal dengan membentuk gabungan koperasi di
tingkat nasional. Gabungan koperasi didirikan untuk menopang bisnis di tingkat koperasi
sekunder, koperasi primer dan bisnis anggota koperasi primer.
3. Aktivitas koperasi harus berlandaskan pada prinsip koperasi yang ditentukan oleh
perkoperasian (UU No 25 Tahun 1992) yakni,
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota,
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal kemandirian
e. Pendidikan perkoperasian
f. Kerjasama antar koperasi
4. Koperasi adalah organisasi ekonomi otonom yang berasal dari anggota , oleh anggota
dan untuk anggota. Artinya, agar dapat berkembang dengan baik koperasi harus tumbuh
dari bawah. Anggota harus memiliki kesadaran akan pentingnya koperasi, memiliki
pengetahuan yang luas tentang koperasi dan memiliki motivasi yang tinggi untuk ikut
serta mengembangkan koperasinya.
5. Dalam koperasi dikembangkan nilai-nilai kerjasama, saling tolong menolong,
solidaritas dan kekeluargaan dalam upaya meningkatkan taraf hidup.

Kedua, International Cooperative Alliance (ICA) mendefinisikan koperasi sebagi


kumpulan orang-orang atau badan hukum, yang bertujuan untuk memperbaiki sosial ekonomi
anggotanya dan memenuhi kebutuhan ekonomi anggota dengan saling membantu antar
anggota, membatasi keuntungan, serta usaha tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip
koperasi. Definisi ini selain mempertegas lima hal yang dijelaskan diatas juga lebih jelas
menunjukkan bahwa tujuan didirikannya koperasi adalah untuk membantu memperbaiki
kehidupan sosial ekonomi anggotanya dengan saling bekerjasama dan tolong menolong.
Batasan keuntngan yang dimaksudkan dalam definisi ini adalah perusahaan koperasi tidak
boleh mengambil keuntungan yang besardari anggota, sebab tugas koperasi membantu
meningkatkan pendapatan anggotanya. Penetapan harga jual yang relatif murah dianjurkan
untuk menopang pertumbuhan bisnis anggota.
Prinsip koperasi dikembangkan oleh ICA sedikit berbeda dengan prinsip koperasi pada UU
No.25 Tahun 1992. Perbedaan itu terletak pada adanya prinsip partisipasi anggota dalam
ekonomi dan bekerja untuk kepentingan komunitas, sedangkan pada UU No. 25 Tahun 1992
prinsip tersebut tidak ada. Secara lengkap prinsip ICA adalah :
1. Keanggotaannya bersifat terbuka dan sukarela
2. Dikelola secara demokratis
3. Partisipasi anggota dalam ekonomi
4. Kebebasan dan otonomi
5. Pengembangan pendidikan, pelatihan dan informasi
6. Kerja sama antara koperasi, dan
7. Bekerja untuk kepentingan komunitas
(ICA New,No.5/6,1995)
Ketiga, jika koperasi dipandang dari sudut organisasi ekonomi, pengertian koperasi
dapat dinyatakan dalam kriteria identitas yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai
pelanggan. Ropke (1985, h.24) menjelaskan “Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang
para pemilik/ anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut. Kriteria identitas
suatu koperasi akan merupakan dalil/prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi
dan unit usaha lainnya.”
Berdasarkan pandangan Ropke tersebut, dikembangkan pengertian koperasi yang sesuai
dengan aktivitas anggotanya:
1. Koperasi pemasaran (Marketing Cooperative) adalah koperasi yang melaluinya para
anggota menjual produk dari bisnis mereka sendiri.

2. Jika produk yang dibeli dari suatu perusahaan adalah barang konsumsi akhir dan para
pelanggan adalah orang-orang itu juga sebagai pemilik perusahaan, makaorganisasi ini
dapat dikatakan sebagai koperasi konsumen (Consumer Cooperative).

3. Koperasi produsen (Productive Coorporation) didefinisikan sebagai suatu perusahaan yang


dimilikioleh para pekerjanya. Anggota dari koperasi jenis ini adalah para produsen yang
secara bersama-sama memproduksi produk tertentu, kemudian produk tersebut dijual ke
pasaran umum atau untuk memenuhi pesanan pelanggan.

4. Koperasi pelayanan (Coorperative Service) yang diorganisasi untuk menyediakan


pelayanan yang baik pada para anggotanya seperti, asuransi, kredit, telepon, listrik, rumah
sakit, fasilitas pengolah data dengan komputer, dan lain-lain. Pelayanan ini dapat dipandang
sebagai Sub Tipe Koperasi Pembelian( Purchasing Cooperative) karena para pemakai dari
suatu perusahaan koperasi bertindak sebagai pelanggan.
Keempat tipe koperasi diatas dapat dikombinasikan menjadi koperasi serba guna. Sebagai
contoh, koperasi yang membeli dan menjual produk kepada anggotanya dapat dikatakan
sebagai Koperasi Pembelian dan Penjualn. Jika suatu koperasi menerima tabungan dari para
anggotanya (marketing) dan juga menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purchasing)
koperasi ini disebut koperasi simpan pinjam.
Bersdasarkan kajian mengenai prinsip-prinsip koperasi, diketahui bahwa prinsip-
prinsip koperasi mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi saat itu. Beberapa prinsip koperasi yang dihasilkan oleh para promotor koperasi,
seperti keanggotaan terbuka dan sukarela, pengelolaan secara demokratis, dan pendidikan
koperasi masih tetap dipakai oleh beberapa promotor. Hal ini menunjukkan prinsip tersebut
merupakan prinsip yang sangat penting bagi gerakan koperasi dalam situasi dan kondisi apa
pun.
Prinsip-Prinsip Koperasi :
1. Keangotaan bersifat sukarela dan terbuka.
Maksudnya setiap keanggotaan / anggota secara sukarela memberikan modalnya sendiri-
sendiri untuk di gabungkan sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
kenggotaan bersifat terbuka maksudnya terbuka untuk siapa saja yang mau menjadi anggota
koperasi tersebut
2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.
Karena setiap kenggotaan koperasi bebas berpendapat, tetapi yang dimaksud bebas
berpendapat harus memakai aturan yang jelas berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan
ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan demi mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota.
Maksudnya setiap hasil usaha (SHU) adalah jasa darj masing-masing anggota dan modal dari
masing-masing anggota ,jadi pembagian SHU setiap anggota harus dibayar secara tunai
karena disini setiap anggota adalah investor atas jasa modal,selain investor anggota koperasi
adalah pemilik jasa sebagai pemakai /pelangan. SHU juga merupakan hak dari setiap anggota
koperasi.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Pembelian balas jasa di dalam anggota koperasi terbatas oleh besarnya modal yang tersedia.
Apabila modal sedikit pembelian balas jasanya juga sedikit dan begitu juga sebaliknya, jadi
dilihat dari besar-kecilnya modal anggota itu sendiri.
5. Kemandirian.
Maksudnya setiap anggota mempunyai peran, tugas dan tanggung jawab masing-masing atas
setiap usaha itu sendiri, selain itu anggota koperasi di tuntut berperan secara aktif dalam
upaya mempertingi kualitas dan bisa mengelola koperasi dan usaha itu sendiri.
6. Pendidikan perkoperasiaan
Maksudnya pendidikan perkoperasiaan memberikan bekal kemampuan bekerja setelah
mereka terjun dalam masyarakat karena manusia disamping sebagai makhluk sosial juga
sebagai makhluk individu, dan melalui usaha-usaha pendidikan perkoperasian dan partisipasi
anggota sangat di hargain dan dianjurkan dalam berkehidupan koperasi, selain itu juga
melalui pendidikan perkoperasiaan setiap orang dapat memenuhi kebutuhannya masing-
masing.
7. Kerjasama antar koperasi
Maksudnya adanya hubungan kerjasama antar koperasi satu dengan koperasi lainnya untuk
mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama
dan dengan adanya kerjasama antar koperasi dapat mewujudkan kesejahteraan koperasi
tersebut
3. Bentuk-bentuk Koperasi
Ada bermacam-macam bentuk atau jenis koperasi. Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992,
ada dua bentuk koperasi, yaitu :
1. Koperasi Primer
Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang.
Orang-seorang pembentuk koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan
dan mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. Koperasi primer dibentuk oleh sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) orang. Persyaratan ini dimaksud untuk menjaga kelayakan usaha
dan kehidupan koperasi.
2. Koperasi Sekunder
Berdasarkan status keanggotaan, koperasi sekunder terdiri atas dua macam yaitu koperasi
yang beranggotakan :
a. Badan Hukum Koperasi primer
Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi primer disebut pusat koperasi. Kerjasama
di antara koperasi-koperasi primer yang setingkat disebut kerjasama yang bersifat sejajar
(horizontal). Misalnya, kerjasama atau gabungan antara Koperasi Unit Desa (KUD) yang
membentuk Pusat KUD (PUSKUD).
b. Badan Hukum Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi sekunder disebut induk koperasi.
Kerjasama antara koperasi primer dengan koperasi sekunder yang sama jenisnya disebut
kerjasama vertical. Sedangkan kerjasama antara koperasi-koperasi sekunder yang setingkat
bersifat horizontal. Misalnya, PUSKUD-PUSKUD bergabung dan membentuk Induk KUD
(INKUD). Selain pusat koperasi dan induk koperasi, ada juga yang disebut gabungan
koperasi. Gabungan koperasi biasanya merupakan kumpulan atau gabungan antara pusat-
pusat koperasi.
Jenis-jenis Koperasi
Menurut Bernhard (2012) koperasi juga dapat dibedakan berdasarkan kepentingan
anggotanya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah jenis koperasi konsumen. Anggota koperasi konsumsi
memperoleh barang dan jasa dengan harga lebih murah, lebih mudah, lebih baik dan dengan
pelayanan yang menyenangkan.
2. Koperasi Produksi
Koperasi produksi disebut juga koperasi pemasaran. Koperasi produksi didirikan oleh
anggotanya yang bekerja di sektor usaha produksi seperti petani, pengrajin, peternak, dan
sebagainya.
3. Koperasi Jasa
Koperasi jasa didirikan bagi calon anggota yang menjual jasa. Misalnya, usaha distribusi,
usaha perhotelan, angkutan, restoran, dan lain-lain.
4. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam didirikan untuk mendukung kepentingan anggota yang
membutuhkan tambahan modal usaha dan kebutuhan finansial lainnya.
5. Single Purpose dan Multipurpose
Koperasi single purpose adalah koperasi yang aktivitasnya terdiri dari satu macam usaha.
Misalnya,
koperasi bahan kebutuhan pokok, alat-alat pertanian, koperasi simpan-pinjam, dan lain-lain.
Sedangkan koperasi multi purpose adalah koperasi yang didirikan oleh para anggotanya
untuk dua atau lebih jenis usaha. Misalnya, koperasi simpan-pinjam dan konsumsi, koperasi
ekspor dan impor, dan lain-lain.

4. Arti Lambang Koperasi Lama Dan Baru


Logo Koperasi Indonesia merupakan salah satu materi wajib yang selalu diajarkan di
berbagai macam mata pelajaran dan mata kuliah yang berhubungan dengan lembaga
Koperasi di Indonesia. Normal nya, logo koperasi memiliki arti – arti tertentu yang mewakili
citra Koperasi Indonesia yang sebenarnya.
Logo Koperasi Indonesia yang Lama
Logo koperasi Indonesia yang lama telah diaplikasikan dan digunakan sejak koperasi
Indonesia pertama kali dikenalkan oleh Bapak Koperasi Indonesia, yaitu Moh. Hatta.
Penggunaan logo ini terus berjalan hingga Tanggal 12 April 2012, dimana pada waktu itu
Kementerian UKM tengah meresmikan logo koperasi yang baru.
Meski pun secara resmi logo koperasi Indonesia yang lama sudah tidak lagi digunakan,
namun dalam praktik nya logo ini masih terus dipelajari dan diperkenalkan dalam mata
pelajaran dan mata kuliah yang terkait dengan koperasi. Hal ini tidak lain dan tidak bukan
adalah sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan sejarah koperasi
Indonesia kepada anak didik dan para calon – calon anggota koperasi Indonesia.
Nah, sama seperti hal nya logo – logo yang lain nya, logo koperasi Indonesia yang lama juga
memiliki arti di setiap bagian nya. Rincian arti logo koperasi Indonesia yang lama adalah
sebagai berikut:
Gerigi
Bagian gerigi roda yang ada pada logo koperasi Indonesia yang lama menggambarkan bahwa
setiap anggota koperasi wajib berusaha dan berupaya dengan keras secara berkesinambungan
dan berkelanjutan. Disamping itu, lambang gerigi ini juga memberikan penegasan jika hanya
orang – orang yang mau bekerja keras saja lah yang cocok / dapat menjadi anggota koperasi
Indonesia dengan jalan memenuhi berbagai macam persyaratan.
Rantai
Lambang rantai memiliki arti berupa ikatan kekeluargaan, persatuan, dan persahabatan antar
sesama anggota koperasi yang terjalin dengan sangat kokoh. Dalam hal ini, logo ini
memberikan kesan bahwa setiap anggota koperasi sejati nya merupakan pemilik dari koperasi
tersebut, dan wajib mematuhi AD dan ART yang berlaku pada koperasi yang diikuti nya.
Kapas dan padi
Lambang kapas dan padi menggambarkan jika koperasi Indonesia merupakan lembaga yang
bertujuan untuk memberikan kemakmuran atau pun kesejahteraan pada setiap anggota nya.
dalam hal ini, kapas dicantumkan sebagai perwakilan untuk kesejahteraan dalam hal sandang
/ pakaian, sedangkan padi dicantumkan sebagai perwakilan untuk kesejahteraan dalam hal
pangan.
Timbangan
Lambang timbangan dalam logo koperasi Indonesia yang lama memiliki arti bahwa setia
anggota koperasi wajib menerapkan prinsip adil dan seimbang untuk setiap hal yang terkait
dengan urusan Koperasi, baik itu internal mau pun eksternal.
Bintang
Lambang Bintang sejati nya dibuat sebagai perwakilan logo pancasila, yang dalam hal ini
mengartikan bahwa setiap anggota wajib mengindahkan nilai – nilai yang terkandung dalam
pancasila.
Pohon Beringin
Pohon beringin menggambarkan simbol kehidupan, yang dalam hal ini menegaskan jika logo
timbangan dan bintang yang ada pada logo koperasi Indonesia wajib dijadikan sebagai nilai
hidup yang selalu dijunjung tinggi.
Tulisan Koperasi Indonesia
Tulisan / teks koperasi Indonesia merupakan identitas dari logo Koperasi Indonesia yang
dalam hal ini digunakan sebagai tanda bahwa logo tersebut merupakan logo koperasi negara
Indonesia, bukan logo koperasi negara lain nya.
Warga Merah dan Putih
Warna merah dan putih yang ada pada logo koperasi Indonesia yang lama menggambarkan
sifat nasional Indonesia yang juga wajib dijunjung tinggi oleh setiap anggota Koperasi.
Logo Koperasi Indonesia yang Baru
Seperti yang telah dituliskan di atas, sejak Tanggal 12 April 2012 yang lalu,
Kementerian UKM secara resmi telah menanggalkan logo koperasi yang lama dan mengganti
nya dengan logo koperasi yang baru.
Secara umum, logo koperasi Indonesia yang baru benar – benar jauh berbeda dengan
logo koperasi yang lama. Bahkan dapat dikatakan, logo koperasi Indonesia yang baru sama
sekali tidak mengandung unsur – unsur logo koperasi yang lama, kecuali pada bagian tulisan
Koperasi Indonesia nya saja.
Arti Logo Koperasi
Logo Koperasi Indonesia yang baru memiliki bentuk seperti bunga. Logo ini
mengensankan ada nya perkembangan serta kemajuan yang jelas mengenai aktivitas
perkoperasian di Indonesia. Logo ini juga memiliki makna bahwa koperasi yang ada di
Indonesia sejati nya wajib berkembang, wajib cemerlang, berwawasan, berpandangan ke
depan, variatif, produktif, dan juga inovatif di setiap aktivitas atau pun kegiatan yang
dijalankan nya, serta wajib berorientasi terhadap berbagai macam keunggulan dan teknologi.
Logo koperasi berupa bentuk gambar bersudut empat yang menggambarkan arah mata angin
memiliki arti bahwa koperasi Indonesia:
1. Merupakan gerakan penyalur aspirasi
2. Merupakan penggerak landasan / dasar ekonomi kerakyatan Nasional
3. Merupakan penjunjung nilai – nilai kebersamaan – nilai keadilan, demokrasi, serta
nilai kemandirian
4. Merupakan lembaga yang berpandangan dan selalu menuju pada keunggulan dalam
hal persaingan global
Tulisan / teks “Koperasi Indonesia” yang ada pada logo koperasi Indonesia yang baru
menggambarkan sifat dinamis dan modern yang diaplikasikan dalam Koperasi Indonesia.
Penggunaan teks ini sekaligus menyiratkan ada nya kemajuan lembaga koperasi dalam upaya
untuk bisa terus berkembang dan dapat mengikuti perkembangan zaman dengan
berlandaskan pada sistem perekonomian yang berdaya juang tinggi.
Peletakan tulisan ‘Koperasi Indonesia” dalam logo koperasi Indonesia yang baru sengaja
dibuat sejajar, rapi, dan juga berkesinambungan untuk melambangkan jika dalam lembaga
Koperasi Indonesia ada ikatan yang sangat kokoh, entah itu di dalam internal Koperasi
Indonesia atau pun antara Lembaga Koperasi Indonesia dengan para anggota – anggota nya.
Penggunaan warna pastel pada beberapa bagian yang ada pada logo koperasi sengaja
dilakukan untuk menghadirkan kesan wibawa dan bersahaja. Disamping itu, penggunaan
warna ini juga memberikan arti ada nya keinginan, ketabahan, dan juga kemauan yang sangat
kuat mengenai peningkatan rasa percaya diri serta kebanggaan yang besar akan para
penggerak ekonomi yang lain nya.
Secara keseluruhan, logo koperasi Indonesia yang baru dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat mewakili falsafah hidup yang wajib dijalankan oleh setiap anggota nya dalam
berkoperasi, yaitu:
Tulisan / Teks “Koperasi Indonesia” yang ada pada logo merupakan identitas lambang yang
sengaja dibuat untuk menandai bahwa logo ini merupakan logo miliki Koperasi Indonesia,
bukan logo milik koperasi negara lainnya.
Logo berupa 4 kuncup bunga yang saling bertautan dan terhubung membentuk lingkaran
memiliki makna bahwa semua pemangku kepentingan yang ada di dalam koperasi wajib
bekerja sama secara terkoordinir, padu, dan harmonis dalam upaya membangun koperasi
Indonesia.
Tidak jauh berbeda dengan logo Koperasi Indonesia yang lama, logo Koperasi
Indonesia yang baru hanya boleh digunakan di tempat – tempat tertentu saja, seperti pada
bendera / umbul-umbul koperasi, pada plang papan kantor koperasi, pada berbagai macam
atribut koperasi (seperti tanda pengenal, pin, dan emblem untuk pengurus / anggota koperasi),
serta pada pataka saja.
A. Konsep UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Pengertian UMKM Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM.1 Pasal 1 dari UU terebut, dinyatakan
bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan anak cabang
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam UU tersebut. Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau usaha besar
yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Di dalam
Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang
tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
a) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp.50 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling
besar Rp.300 juta.
b) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak
Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum Rp.2.500.000, dan.
c) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih dari Rp.500
juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan tahunan di atasRp.2,5 milyar
sampai paling tinggi Rp.50 milyar.
Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintahan
seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS), selama ini juga
menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha
mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Misalnya menurut Badan Puat Statistik
(BPS), usaha mikro adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha
kecil antara 5 sampai 19 pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang.
Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori usaha
besar. Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi
di Indonesia. masa depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha mikro kecil dan
menengah untuk berkembang mandiri. Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada
GDP di Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan kontribusi usaha
kecil dan mikro, serta 18% merupakan usaha menengah. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian
kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis
perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional,
ekonomi dan politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang
semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat mempertahankan
kegiatan usahanya. Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang memiliki daya
saing tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku,
serta dalam permodalan untuk menghadapi persaingan bebas.
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan antara
Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB)
umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-
rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur
ini berbeda menurut negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran
UMKM antar negara. Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan usaha yang berdiri sendiri7 . Beberapa
keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain adalah sebagai berikut.
a) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan
produk.
b) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
c) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya
terhadap tenaga kerja.
d) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah
dengan cepat dibanding dengan perusahaan besar yang pada umumnya birokrasi.
e) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.
Kriteria UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha milik
perorangan yang memenuhi kriteria yakni: 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, 2)
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah)
b. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta`rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan bahwa secara umum, sektor usaha memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah admistrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to
date sehingga sulit untuk menilai kerja usahanya.
b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
c. Modal terbatas
d. Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
e. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan
biaya mencapai titik efisieni jangka panjang.
f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
g. Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah, mengingat keterbatasan
salam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana dipasar modal, sebuah
perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.
Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan adanya kelemahankelemahan
yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai
masalah internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan yang tampaknya sulit untuk
mendapatkan solusi yang jelas.
Kekuatan dan Kelemahan UMKM UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang
merupakan andalan yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang adalah
a. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga kerja patut
diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan 50% tenaga kerja yang
tersedia
b. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini terbukti dapat
mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru
c. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen sederhana dan
fleksibel terhadap perubahan pasar
d. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar memanfaatkan
limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri yang lainnya e. Memiliki
potensi untuk berkembang.
Berbagai upaya pembinaan yang dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan
bahwa industri kecil mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk
mengembangkan sektor lain yang terkait. Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor
penghambat dan permasalahan dari Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor: 1) Faktor Internal
Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu diantaranya:
a. Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.
b. Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri Kecil lebih
memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi pemasaran kurang
mampu dalam mengakseskannya, khususnya dalam informasi pasar dan jaringan pasar,
sehingga sebagian besar hanya berfungsi sebagai tukang saja.
c. Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk Industri Kecil.
d. Kendala permodalan usaha sebagian besar Industri Kecil memanfaatkan modal sendiri
dalam jumlah yang relatif kecil.
2) Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang
dam pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran tidak adanya
monitoring dan program yang tumpang tindih. Dari kedua faktor terebut muncullah
kesenjangan diantara faktor internal dan eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN dan
lembaga pendamping lainnya sudah siap dengan pemberian kredit, tapi UMKM mana yang
diberi, karena berbagai ketentuan yang harus dipenuhi oleh UMKM. Disisi lain UMKM juga
mengalami kesulitan mencari dan menentukan lembaga mana yang dapat membantu dengan
keterbatasan yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih berlangsung meskipun
berbagai usaha telah diupayakan untuk memudahkan bagi para pelaku UMKM meperoleh
kredit, dan ini telah berlangsung 20 tahun. Pola yang ada sekarang adalah masing-masing
lembaga/institusi yag memiliki fungsi yang sama tidak berkoordinasi tapi berjalan sendiri-
sendiri, apakah itu perbankan, BUMN, departemen, LSM, perusahaan swasta. Disisi lain
dengan keterbatasannya UMKM menjadi penopang perekonomian menjadi roda
perekonomian menjadi kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA

Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hal.16

https://endah240395.wordpress.com/2015/01/05/makalah-umkm/

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8370/5/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai