berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
a. Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
b. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama
bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-masing tahap
perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri, dan meliputi tugas yang
harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang selanjutnya. Menurut Duvall (1977) terdapat
8 tahapan perkembangan keluarga (Eight-Stage Family Life Cycle) :
b. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan seorang anak pertama yang
baru lahir).
c. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)” (Keluarga dengan anak pertama yang
berusia prasekolah).
d. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga dengan anak yang telah masuk
sekolah dasar).
e. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak yang telah remaja).
f. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving home)” (Keluarga dengan
anak yang telah dewasa dan telah menikah).
g. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua yang telah
pensiun).
h. “Aging family members (retirement to death of both spouse)” (Keluarga dengan orang tua yang
telah lanjut usia).
Tugas Perkembangan Setiap Tahapan Keluarga (Duvall, Terdapat perbedaan tugas perkembangan
keluarga pada setiap tahap perkembangan keluarga:
a. Tahap “Married couples (without children)” (pasangan nikah dan belum memiliki anak).
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yakni: keluarga suami, keluarga istri, dan
keluarga sendiri.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan.
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun dengan masyarakat.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Tahap ini merupakan
tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung
jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan anaknya yang berusia remaja.
1. Mempertahankan kesehatan.
Fokus utama dalam usia keluarga ini antara lain: mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat,
diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
Dengan mempertimbangkan adanya keumuman usia perkawinan yang berbeda pada setiap tahapan
tahapan perkembangan keluarga, maka dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada subyek yang
berada pada tiga tahapan perkembangan keluarga, yaitu keluarga tanpa anak, keluarga dengan anak
usia prasekolah dan keluarga dengan usia remaja.
Selain copyng psiko sosial yang bisa dilakukan dalam rangka mengatasi stres, ada dua metode
copyngyang bisa digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis: Pertama, strategi
copyng jangka panjang dan yang kedua, strategi copyngjangka pendek. Strategi Copyng Jangka
Panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam
menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama (Rasmun, 2004: 37). Contohnya
adalah; 1) Berbicara dengan orang lain “curhat” (curahan pendapat dari hati ke hati) dengan
teman, keluarga, atau profesi tentang masalah yang dihadapi; 2) Mencoba mencari informasi lebih
banyak tentang masalah yang sedang dihadapi; 3) Menghubungkan situasi atau masalahyang
dihadapi dengan supra natural; 4) Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau
masalah; 5) Membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi; 6) Mengambil
pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.Strategi Copyng Jangka Pendek, cara ini
digunakan untuk mengurangi stres atau ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu
sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang (Rasmun, 2004: 38),
contohnya adalah; 1) Menggunakan Alkohol atau obat –obatan; 2) Melamun dan fantasi;
3)Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan;4)Tidak ragu, dan merasa
yakin bahwa semua akan kembali stabil; 5) Banyak tidur; 6)Banyak merokok; 7) Menangis;
8)Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.
Mekanisme koping? Cara untuk menghadapi keadaan stres tersebut keluarga harus beradaptasi
dengan stresor. Respon adaptif psikologis dari stresor tersebut disebut sebagai mekanisme
koping (Videbeck, 2008). Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik
secara kognitif maupun perilaku. Perbedaan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu
akan memunculkan mekanisme koping yang berbeda pula. Mekanisme koping berdasarkan
penggolongannya menurut Stuart dan Sundeen (2012) dibagi menjadi dua yaitu mekanisme
koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif yaitu mekanisme
koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan.
Mekanisme koping maladaptif merupakan mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonom dan cenderung menguasai lingkungan
(Stuart dan Sundeen, 1995 dikutip dalam Abdul Nasir 2011).
Dalam pembentukan mekanisme koping sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi strategi koping diantaranya kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif,
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, materi atau
pekerjaan, usia , jenis kelamin serta pendidikan.
7. IRK POLA ASUH DALAM ISLAM/ PENGASUHAN ANAK
Dalam al-qur’an pun telah dijelaskan bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak dalam
islam surah Luqman ayat 13 :
ِاجع
ِ ض َ صالَةِ َو ُه ْم أ َ ْبنَاء ِل
َ سبْعِ ِسنِيْنَ َواض ِْربُو ُه ْم َعلَ ْي َها ِلعَ ْشر ِسنِيْنَ َوفَ ِرقُ ْوا بَ ْينَ ُه ْم فِ ْي ال َم َّ ُم ُروا أ َ ْبنَا َء ُك ْم بِال
Perintahlah anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukulah
mereka bila tidak mau shalat ketika berusia sepuluh tahun, pisahkanlah di antara
mereka tempat tidurnya. Hr. Ahmad, Abu Daud (I h. 133) dan Al-Baihaqi (2: 268)
Majah dari Ibnu Umar. [17]