Anda di halaman 1dari 400

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Rindu kami padamu ya Rosul, rindu tiada terpera


Berabad jarak darimu ya Rosul terasa dikau disini
Cinta ikhlasmu pada manusia bagai cahaya suarga
Dapatkah aku membalas cintamu secara bersahaja....
(Bimbo)

--- Kerinduan yang amat sangat ---

eBook ini hanyalah untuk membantu agar dapat dibaca di gadget anda,
mohon untuk membeli buku aslinya setelah anda selesai membaca eBook ini di :
https://www.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-kelengkapan-tarikh-muhammad-
saw-karya-kh-munawar-chalil.htm

1
Bagian 1 Pendahuluan

Jazirah Arab

Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas gurun pasir. Ada banyak tanah subur
yang telah dihuni sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di daerah pantai,
seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah
wilayah subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang
termahsyur di mana-mana.

Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum. Demikian banyak gandum yang
dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab
yang ketika Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk ditanami. Sementara itu, kota Thaif
terkenal karena buah-buahannya.

Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi gunung dan bukit-bukit batu yang besar.
Tidak ada sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas. Karenanya, penduduk Arab
umumnya suka mengembara. Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-hewan ternak mereka.

Unta

Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk gurun pasir. Ia dapat mengarungi
gurun selama 17 hari tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat menempuh
jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau melahap ranting dan rumput pahit yang di
jauhi kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan mengubahnya menjadi susu
bermutu tinggi yang dapat digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan, bulunya
dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai
perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut. Kukunya dibakar dan diulek menjadi
tepung untuk obat luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai bahan bakar.
Unta adalah karunia Allah untuk penduduk gurun pasir.

Letak Mekah

Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia
menghadapkan diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi Muhammad ‫ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ‬
‫وﺳﻠﻢ‬, dilahirkan.

Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit
mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma ada tiga jalan untuk
keluar dan masuk Mekah. Jalan pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.

Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan
kafilah, baik yang datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya, yang datang dari

2
Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi
sebuah kota.

Pakaian Orang Arab

Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian mereka longgar, hangat pada musim
dingin, dan sejuk pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari sengatan matahari serta
angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah
ketiak. Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai kaki dan terbuat dari bulu domba
atau unta. Warnanya krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat longgar. Selendang melilit pinggang,
jubahnya berlurik merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna hitam atau putih.
Tudung kepala berwarna merah, putih, atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung
dari debu dan badai pasir.

Badui

Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka adalah prajurit pengelana yang
tangguh. Tinggi mereka sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam alam yang
keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas, para lelaki Badui akan segera membalas
pembunuhnya. Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam kekalahan.

Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang memberi, dan sangat menghormati
tamu. Mereka juga tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga sangat
mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang Badui mudah terpanggil pada kebenaran.
Mereka adalah orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan wadah makanan di
lutut. Dengan demikian, tidak bisa dibedakan mana majikan dan mana bawahan.

Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi Muhammad ‫ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬, diutus.


Berkat bimbingan Nabi Muhammadlah orang orang Badui dari padang pasir yang sunyi ini
mampu mengguncang dunia. Merekalah yang akhirnya menyebarkan agama Islam ke
seluruh dunia. Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang besar dan
dihormati.

Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi, perjalanan umat Islam di Jazirah Arab
َ َ َ
dimulai oleh kisah Nabi Ibrahim ‫اﻟﺴ ُم‬ ‫ﻋﻠ ْ ِﻪ‬.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ‫ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 2

3
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Nenek Moyang Nabi Muhammad ‫ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬

Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah
pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan
menghormatinya.

"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim
dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi
ke Syam yang sejuk!" demikian keputusan Hasyim.

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang
mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat
itu makanan amat sulit didapat.

"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru
penduduk Mekah.

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang


makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang
dan pergi silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian
pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu
menyaingi mereka.

Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami
kemunduran luar biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias
masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul
terakhir-Nya di tempat ini.

Pembagian Urusan

Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:


Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah,
Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,
Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin,
Qiyadah : Mengatur urusan peperangan.

Percaya Takhayul

"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!" umpat seseorang, orang
itu kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri.
Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum
tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka
percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka.

4
Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan
semacam ini disebut At Tathayyur

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka
juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam
perut sehingga orang merasa lapar.

"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada temannya dengan bangga, "Cincin ini
adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar
membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin
ini, aku merasa jauh lebih kuat!".

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat
menyembah berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan kepada
berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan
darahnya di tubuh berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak-
anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal
yang merusak.

Awal Mula Penyembahan Berhala

Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay
membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah,
berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga
ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.

Gemar Mabuk dan Berjudi

Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah
peminum kecuali beberapa saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang
berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat
mereka mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit.
Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut.
Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab
saat itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk
baru agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.

5
Barm

Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu
dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah
dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang
biasa disebut barm

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 3

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Perampok Kejam dan Tidak Sopan

Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa. Hanya sebagian kecil saja orang yang
tidak pernah melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi
juga orang yang dirampok. Perampok biasa menjadikan orang orang yang telah
dirampoknya menjadi tawanan dan budak belian.

Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai melewati batas perikemanusiaan. Anak-
anak perempuannya sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke dalam tanah,
ada pula yang ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika
mempunyai anak perempuan.

Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang mati, keluarganya mengikat unta diatas
kuburan dan tidak memberikan makan serta minum sampai si unta mati. Mereka
beranggapan unta itu kelak akan menjadi tunggangan si mati.

Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam. Mereka biasa mengikat musuh pada
seekor kuda dan membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang diikat itu mati
terseret-seret. Telinga atau hidung musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya
dijadikan tempat minum arak.

Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun, Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa
memakai pakaian.

Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.


Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas, membuat
obat, ahli astronomi, serta mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan
buruk.

6
Memakan Bangkai Binatang

Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang dilarang. Segala macam binatang boleh
dimakan. Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka
juga suka meminum darah, binatang, dan makanan darah yang dibekukan.

Muthalib

Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika melewati Yatsrib, (di kemudian
hari disebut Madinah), Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan terpandang.

"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang Yatsrib.

"Dia adalah Salma binti Amr."

"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."

Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun menerimanya. Mereka lalu menikah.
Hasyim tinggal di Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim melanjutkan
perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak
pernah kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.

Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Syaibah. Sementara itu,
sepeninggal Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah dipegang oleh adik
Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang
Quraisy menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya yang tinggal di Yatsrib, sedang
tumbuh remaja.

"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,


"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka Mekah, maka dia harus pulang
untuk melanjutkan kekuasaan ayahnya menggantikan aku."

Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia tersentak,


"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."

"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.

"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan tetap tinggal di sini," jawab Syaibah

Syaibah

Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban) di kepalanya sejak dia kecil. Selain
Syaibah, Hasyim telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal di Mekkah.

ABDUL MUTHALIB

7
"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab Salma.
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang senantiasa mengingatkan aku akan wajah
ayahnya".

"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,


"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga menyayanginya. mereka pasti akan
senang sekali menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat wajah anak ini, rasa
sayangku timbul kepadanya. Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan berdiri di
hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah adalah kerajaan ayahnya dan Mekah
adalah tanah suci yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah pantas putramu pergi ke
sana dan melanjutkan pemerintahan ayahnya?".

Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca. Hatinya ingin agar putra satu-
satunya itu tetap tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah bukan di Yatsrib,
melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."

Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya itu pulang. Syaibah duduk
membonceng unta di belakang pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka bahwa anak yang duduk di
belakang Al Muthalib adalah budaknya.

"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!" panggil mereka kepada Syaibah.

"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku, Hasyim!"

Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian sehingga akhirnya nama Syaibah pun
terlupakan. Setelah itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak menjadi kakek
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 4

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Harta Abdul Muthalib

Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana
Hasyim, bapaknya.

8
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang
terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak.
Abdul Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib. Orang-orang
Yatsrib mengirimkan 80 pasukan berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta
Hasyim kepada Abdul Muthalib

Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan
dikenang orang sepanjang zaman.

Sumber Air Mekah

Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah.
Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa
sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.

MENGGALI SUMUR ZAMZAM

Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun. Namun,
Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air
yang menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.

"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku harus menemukan kembali Sumur
Zamzam yang telah dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan
bagi penduduk Mekah."

Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya, "Aku harus menemukannya! Aku harus
menemukannya!"

Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang)
dan memanggil putra satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan menggali kembali
Sumur Zamzam!"

Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam
berada. Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam tidak
juga ditemukan.

"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata Harits.

"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya! Orang-orang
Mekah akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"

Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.


Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.

"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang
kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil?"

9
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail ‫ ﻋﻠ ﻪ ااﺳﻼم‬pernah mencoba
menggali Zamzam tapi tidak berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana
berpangkal emas agar Sumur Zamzam ditemukan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 5

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Bernadzar

Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah
semuanya dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur
Zamzam, maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai
kurban untuk Tuhan."

Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10


orang anak laki-laki. Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak memperoleh anak.
Dipanggilnya kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi
dan dicintainya.

"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan
memberiku 10 orang anak laki-laki."

Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat
kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.

"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh
karena, aku berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya."

Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (Nanak panah) meminta setiap anak
menulis namanya masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut
di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.

Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan
itu.

"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa
membatalkan nadzarmu!"

10
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang
yang menyetujui niatnya itu?

Menemukan Zamzam

Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia
bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan Sumur Zamzam itu,
wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"

Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak
Harits menggali dan menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.

"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu
sama lain.

Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.

"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"

Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang
pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy
datang berbondong-bondong.

"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.

"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan
permainan qidh (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat
kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat
apa-apa."

Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah.
Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib
dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan
keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.

Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak
anak laki-laki yang dapat membantunya.

Pedang dan Pelana Emas

Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana


emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.

11
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 6

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

TEBUSAN SERATUS UNTA

Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di
dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah
biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka.
Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya.
Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.

"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"

"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin
Abdullah dari suku Makhzum.

Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.

"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.

"Sepuluh ekor unta."

"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta
dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi
sampai nama unta yang keluar."

Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar
adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata,
lagi lagi nama Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan
menambah terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama
unta yang keluar.

"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.

"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan sampai 3 kali."

Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun
disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka
beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.

12
Keturunan Dua Orang yang Disembelih

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,


"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.

Si Penguasa Yaman

Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula
dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman
diperintah oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.

"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?"
seru Abrahah kepada para menterinya.

"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu
disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke
sanalah mereka pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah
seorang menteri.

"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita,
Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu
menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan orang!"

"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"

"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling
mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu
singkat!"

Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang
Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.

"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan
seindah ini!"

Bendungan Ma'rib

Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah
terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal
adalah Bendungan Raksasa Ma'rib. Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah
sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.

13
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 7

Penyerbuan

Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat
mencintai rumah purba Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang
lain, betapa pun indahnya bangunan itu dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka
tidak sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak
mengindahkan rumah suci baru itu. Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong
berziarah ke Mekah.

"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.

"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan Ka'bah! Aku sendiri yang akan
memimpin! Jika bangunan tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab tidak
akan punya pilihan lain selain datang ke tempat kita!"

Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena pasukan gajah yang dimilikinya.
Abrahah sendiri naik di atas gajah yang paling besar dan kuat.

"Maju!" perintahnya.

Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju
ke medan perang.
Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah
Arab terkejut. Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-
orang Arab menjulang tinggi di hadapan musuh.

Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak
maju Abrahah. Akan tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.

Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia
juga dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.

Al Qullayus

Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke
Mekah, tetapi ke gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena
kecintaan mereka pada Ka'bah sudah mendarah daging.

14
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat
kerusakan di dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk menghancurkan
Ka'bah.

Sikap Penduduk Mekah

"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada setiap orang untuk
bertempur!"

Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk
bertempur. Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia.
Pasukan Mekah akan ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak,

"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan
keterangan bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin
menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak menghalanginya. Aku sarankan semua
orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."

Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka
Mekah.

"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada
Abrahah.

"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?" tanya Abrahah.

"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika engkau mau, kami akan berikan
sepertiga harta dari daerah Tihama yang subur."

Abrahah menggeleng, "Tidak."

"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab
Abdul Muthalib, lalu dia pergi.

Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah
untuk menghancurkan Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.
Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu

Catatan

Abrahah Al Asyram

Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika,
kemudian menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman. Akan tetapi,
Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman.

15
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 8

Kehancuran Abrahah

Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat,
gajah Abrahah berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk
tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.

"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini!
Kamu bahkan tampak ketakutan! Ada apa sebenarnya?"

"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk
panik.

Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya
menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat. Burung-
burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap
orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam *surat Al Fil* :

‫ﺎب اﻟ ِﻔ ِﻞ‬ َ ْ َ ‫ْ ََ ْ َ َ َ َ َﱡ‬


ِ ‫أﻟﻢ ﺗﺮ ﻛ ﻒ ﻓﻌﻞ ر ﻚ ِ ﺄﺻﺤ‬

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah?
Surah Al-Fil (105:1)
ْ َ ُ َ
‫أﻟ ْﻢ َ ْﺠ َﻌ ْﻞ ﻛ ْ ﺪﻫ ْﻢ ِ ﺗﻀ ِﻠ ٍﻞ‬

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-
sia?
Surah Al-Fil (105:2)
َ
‫َوأ ْر َﺳ َﻞ َﻋﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻃ ْ ا أ َ ِﺎﺑ َﻞ‬

dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,


Surah Al-Fil (105:3)
َ
‫ﺗ ْﺮ ِﻣ ِﻴﻬ ْﻢ ِ ِﺤ َﺠ َﺎر ٍة ِﻣ ْﻦ ِﺳ ﱢﺠ ٍﻞ‬

yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

16
Surah Al-Fil (105:4)

‫ﻮل‬ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ
ٍ ‫ﻓﺠﻌﻠﻬﻢ ﻛﻌﺼ ٍﻒ ﻣﺄ‬

lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).


Surah Al-Fil (105:5)

Wabah Penyakit

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman
wabah penyakit cacar. Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak
seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti
pasukannya.

Kembali ke Mekah

Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100
ekor unta.

Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik
perhatian gadis-gadis Mekah. Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah
ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami
seorang pun sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan
Abdullah tetap terjaga.

Gadis yang Meminang

Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah
Wahb bin Abdul Manaf. Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib
sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.

Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah, "Engkau akan pergi ke
mana, wahai Abdullah?"

"Aku akan pergi bersama ayahku."

Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata, "Kulihat engkau memang dituntun
ayahmu, tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau, aku akan
menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga."

Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.

"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal,
ia pasti seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh
seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Apa yang harus kukatakan kepadanya?"

17
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar
Abdullah terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis .

"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.

Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada
gadis yang ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat
menjodohkan Abdullah dengan Aminah.

Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah
menyapanya, "Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin?"

Gadis itu menjawab dengan ketus, "Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu
sudah tidak ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu!"

Sinar Kenabian

Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah
adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi
berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 9

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Pernikahan Abdullah dengan Aminah

Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat untuk Abdullah adalah Aminah
binti Wahb. Aminah adalah gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di kalangan
suku Quraisy.

Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang gandum di Yaman tumbuh
menjulang tinggi. Dedaunan kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu, padang-
padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang tumbuh di kebun-kebun.

Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan dan dimulainya lagi
perdagangan musim panas ke Syria. Abdullah pun berniat pergi musim ini.

18
"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas kepergianmu. Entah mengapa hatiku
diliputi kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap dapat menemukan suatu
alasan untuk menahan kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.

Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu
begitu besar rasa sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus berada di
sisiku."

"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu, Kanda."

Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku
adalah pemuda tak berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor kambing perah. Selain
itu, tak ada lagi kekayaan yang dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan
daging kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk pergi berniaga dan menambah
penghasilan kita."

Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia memandang kepergian Abdullah


dengan sendu, seolah itu adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah suaminya.

Hamzah bin Abdul Muthalib

Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul Muthalib pun menikahi sepupunya
yang bernama Hala. Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah yang seusia
dengan beliau.

Abdullah Meninggal

Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza. Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia
singgah di Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara ibunya. Namun, ketika
kawan-kawannya dari Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.

"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang," kata Abdullah kepada kawan-
kawannya. "Kalian berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa aku jatuh
sakit."

Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan pesanmu. Baik-baiklah engkau di


sini."

Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di rumah, mereka menyampaikan pesan
Abdullah kepada Abdul Muthalib.

"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah
keadaan adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."

Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah paman-pamannya di Yatsrib, yang
ditemuinya adalah wajah-wajah duka.

19
"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya, "mari, kami antar engkau ke
pusaranya."

Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah. Melelehlah air mata di pipi Abdul
Muthalib. Namun, kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah. Apalagi di saat itu ia
tengah menantikan kelahiran bayinya.

"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu.
Kini, tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi kita."

Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang kelak ditakdirkan Allah menjadi orang
besar yang mengubah jalannya sejarah dunia.

Peninggalan Abdullah

Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan
seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh Rasulullah.
Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal dari Habasyah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 10

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Kelahiran Muhammad ‫ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﺻ‬

Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun yang sama dengan penyerbuan
Abrahah (tahun gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat itu bertepatan
dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi. (Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah
melahirkan pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).

Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah kepada Abdul Muthalib dan katakan,
'Sesungguhnya telah lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan lihatlah '."

Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi itu dari pelukan Aminah, dadanya
bergemuruh dipenuhi rasa sayang.

"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh, di hatiku kini dirimu hadir
sebagai pengganti Abdullah."

Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong cucunya berthawaf, mengelilingi
Ka'bah. Kali ini tidak kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib berdoa dan
bersyukur.

20
"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.

Muhammad berarti terpuji, sebuah nama yang tidak umum di kalangan masyarakat Arab,
tetapi cukup dikenal.

Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih unta dan mengundang makan


masyarakat Quraisy.

"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya seseorang kepada Abdul Muthalib.

"Muhammad"

"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek moyang kita?"

"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di
bumi," jawab Abdul Muthalib.

Cahaya Aminah

Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat seberkas sinar keluar dari
perutnya dan dengan sinar tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.

Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku tradisi yang baik, yakni mereka mencari
wanita-wanita desa yang bisa menyusui anak-anaknya.

Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari penyakit, memiliki tubuh yang kuat
dan agar dapat belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.

Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan wanita dari kabilah bani Sa'ad
mencari bayi untuk disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama Halimah binti Abu
Dzu'aib.

"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun kering tak ada tersisa sedikit pun hasil
panen di kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi menghasilkan susu sehingga
anak-anak menangis pada malam hari karena lapar."

"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang dapat memberi kita upah yang
layak untuk menanggulangi kesengsaraan ini," jawab sang suami.

Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi bangsawan kaya telah diambil
oleh teman-teman serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam gendongan ibunya
yang mereka temui.

21
"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan tersebut "ia anak yatim tinggal aku
dan kakeknya yang merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza saling
berpandangan.

Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada Ayah yang dapat memberi mereka
upah yang layak. Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi lain, Aminah
memandangi bayi dalam dekapannya dengan sendu. Setiap wanita Bani Saad yang
mendapat tawaran untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak yatim.

Tsuwaibah

Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad disusui Tsuwaibah budak
perempuan Abu Lahab.
Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.

Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya Muhammad selalu memperlakukan


Tsuwaibah dengan baik.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 11

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Halimah

Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka melihat semua kawan mereka
telah mendapatkan bayi untuk dibawa pulang dan disusui.

Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,


"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku
akan pergi kepada anak yatim itu dan mengambilnya."

"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga Allah memberi kita keberkahan
melalui anak yatim tersebut."

Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah dan membawa Muhammad ke
dusun mereka. Aminah melepas bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega
karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya
selama dua tahun ke depan.

"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah dengan pipi yang hangat dialiri air
mata.

22
Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku tidak merasa repot
membawanya, seakan-akan tidak bertambah beban."

Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.

"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah kepada suaminya.

Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya sendiri. Bayi itu juga menyusu
dengan lahap. Setelah itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.

"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada suaminya, "padahal, sebelumnya kita
hampir tidak bisa tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."

Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata kini menghasilkan
susu.

"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak menghasilkan susu setetes pun,"
gumam Harits.

Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.

"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur
lelap dan kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."

"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah."

"Demi Allah, aku pun berharap demikian."

Kebanggaan Rasulullah

Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni. Kelak Rasulullah pun dapat berkata
dengan bangga, "Aku adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku anak suku
Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin Bakr."

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Keberkahan

Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti sampai di situ.


Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad, terjadi hal yang mengherankan.

"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada keledai tungganganku?" tanya
Halimah.

23
"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali," Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat
berjalan cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang dibawanya cukup berat."

Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa menyusul dan melewati rombongan wanita
Bani Sa'ad lainnya yang telah berjalan lebih dulu.

"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu keheranan, "tunggulah kami!
Bukankah ini keledai yang engkau tunggangi saat kita pergi?"

"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang keledaiku yang dulu."

"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"

Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah terkejut.

"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.

"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur! Padahal, saat kita berangkat, tak ada
sepetak tanah pun yang lebih gersang dari ini!"

"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita jadi gemuk dan susunya penuh. Kini
kita dapat memerah dan meminum susu mereka setiap hari."

Begitulah keberkahan yang mereka terima selama mengasuh Muhammad. Namun, dua
tahun pun berlalu, kini tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 12
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Muhammad Kembali Ke Dusun

Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada Aminah. Alangkah bahagianya


Aminah bertemu lagi dengan putra tunggalnya itu.

"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan sehat!" ujar Aminah.

Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata berbinar-binar penuh rasa
terimakasih," Kalian telah merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus
berterimakasih?"

24
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah. Sebenarnya mereka merasa berat
berpisah dengan Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu, sejak
Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi keberkahan.

"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami
hingga menjadi besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit menular yang kudengar
kini sedang mewabah di Mekah," pinta Halimah.

Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan ada benarnya, tetapi hatinya
bimbang karena hampir tak sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul Muthalib
datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan cucunya yang begitu bagus di daerah
pedalaman, maka ia berkata:

"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai ia berusia lima tahun," kata
Abdul Muthalib, "agar ia di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa mendengarkan
bahasa Arab yang murni dengan fasih pula."

Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas Muhammad demi masa depan putranya
sendiri.

"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah itu bolehlah kalian membawanya
kembali," kata Aminah.

Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani Sa'ad. Namun, di sana ia
mengalami sebuah peristiwa yang sangat mengguncangkan.

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Pembelahan Dada

Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu
umur Muhammad belum lagi genap tiga tahun.
Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing bersama saudara-saudaranya.
Tiba-tiba salah seorang putra Halimah datang berlari-lari sambil menangis.

"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.

"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh seorang laki-laki berbaju putih. Dia
dibaringkan. Perutnya dibelah sambil dibalik-balikkan!"

Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad. Mereka menemukan anak itu
sedang sendiri. Wajah Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya memperhatikan
wajah Muhammad baik-baik.

"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.

25
"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian putih. Aku dibaringkan lalu perutku
dibedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang mereka cari."

Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad pulang. Hatinya dipenuhi
kecemasan.

"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin" kata Halimah kepada suaminya.

"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab Harits

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 13

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Percakapan dengan Aminah

Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada
ibunya. Aminah menerima kedatangan mereka dengan rasa heran,

"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya


engkau meminta ia tinggal denganmu?"

"Ya," jawab Halimah,

"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa yang menjadi
tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia aku
kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan."

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah, "berkatalah dengan benar kepadaku."

Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa berat, "Ada dua orang berbaju putih
membawanya ke puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu dari dalam
dadanya."

Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya memandang Aminah, tetapi ia


terkejut melihat wajah Aminah demikian tenang.

"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?" tanya Aminah.

Halimah mengangguk,

26
"Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga cepat-cepat mengembalikannya
kepadamu."

Aminah menarik napas.

"Demi Allah," katanya,

"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad.
Sesungguhnya, anakku akan menjadi orang besar di kemudian hari. Ketika aku
mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku. Dengan sinar tersebut aku bisa
melihat istana-istana Busra di Syam menjadi terang-benderang.
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan lebih
mudah seperti yang kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah
dan kepalanya menghadap ke langit."

Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah menyentuh tangan Halimah dan
berkata lembut,

"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."

Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-lagi terjadi sebuah peristiwa
yang akhirnya membuat Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad
kepada ibunya.

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Orang-Orang Habasyah

"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni bukit. Saat itu, usia Muhammad
sudah 5 tahun. Ia sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu anak-anak Halimah.
Mereka sedang menggembala kambing.

"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima, anak perempuan sulung Halimah
sambil tertawa.

Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa orang Nasrani dari Habasyah sedang
memerhatikan mereka.

"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.

Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat Halimah datang menjemput.


Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai beberapa bayangan yang sedang
mengintai sambil berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar ketika orang-orang
Habasyah itu datang mendekat. Tanpa memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati
Muhammad.

"Paman mau apa?" tanya Muhammad.

27
"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!" perintah salah seorang dari mereka.

Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah itu saling pandang dengan
wajah terkejut. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula dan kembali
berunding berbisik-bisik.

"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa yang mereka bicarakan!" kata Halimah
kepada Muhammad dan saudara-saudaranya.

Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang Habasyah itu berada dan terkejut
mendengar apa yang mereka katakan,

"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada raja di negeri kita. Kita telah
mengetahui seluk beluk tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan anak ini
kelak akan menjadi orang besar."

Diam-diam, Halimah menjauh,

"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang juga!"

Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada Injil

Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang Rasul terakhir akan dibangkitkan
dan mereka diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada Injil di bagian Kitab
Ulangan (18): 15-22,
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku
ini, yaitu akan dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia haruslah kamu
dengar."
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Muhammad Menghilang

Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun dari kejauhan orang-orang


Habasyah itu terlihat bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal daerah itu
dengan baik, sehingga mereka bisa melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah
walaupun dengan susah payah.

Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas menyiapkan Muhammad untuk segera
kembali ke Mekah.
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-saudaranya. Syaima, Unaisah, dan
Abdullah.

"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima dengan mata berkaca-kaca.

28
Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu persatu. Kemudian, berangkatlah
Muhammad meninggalkan dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang tidak akan
pernah hilang dari benaknya seumur hidup.

Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang,


"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan ibu dan kakekmu."

Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba. Saat melalui kerumunan orang
itulah, Muhammad terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut orang-orang
Habasyah itu diam-diam masih mengikuti mereka dan mengambil kesempatan ini untuk
menculik Muhammad.

Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib, "Sungguh, pada malam ini, aku
datang dengan Muhammad, namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang dariku.
Demi Allah, aku tidak tahu di mana kini ia berada."

Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul Muthalib berdiri di samping Ka'bah,
lalu berdoa kepada Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.
َ َ
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 14

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Bertemu Kakek dan Ibunda

Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama Waraqah bin Naufal dan seorang
temannya dari Quraisy. Keduanya menyerahkan Muhammad kepada Abdul Muthalib,

"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."

Alangkah lega dan gembiranya Abdul Muthalib.

"Cucuku!" katanya sambil mendekap Muhammad.

Abdul Muthalib memperhatikan cucunya dengan wajah berseri-seri, "Apakah kamu mau
kakek ajak menunggangi unta yang hebat?"

"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"

29
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan mendudukkannya di atas bahu.

"Kau kini telah menduduki untanya, Nak! Ha....ha....ha...."

"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"

"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat unta ini mampu mengajakmu berthawaf
mengelilingi Ka'bah."

Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di Kabah. Setelah itu ia memintakan


perlindungan Tuhan untuk cucunya itu dan mendoakannya.

"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul Muthalib.

Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka saling bertemu. Walaupun demikian,
tersisip kesedihan di hati Muhammad ketika ia melepas Halimah As Sa'diyah, ibu susu yang
selama ini telah merawatnya dengan limpahan kasih yang demikian besar.

"Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang besar seperti yang pernah dikatakan ibumu,"
kata Halimah sambil beranjak pergi.

Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah memutuskan tali silaturahim dengan ibu susunya
itu.

Gembala Kambing

Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya di Mekah, hidup Nabi Muhammad
dilalui sebagai seorang gembala.

Waraqah bin Naufal

Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah


(kelak menjadi istri Muhammad).
Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail, menjadi hamba Allah yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia bermurah hati terhadap orang orang
miskin yang membutuhkan pertolongannya.

Di Bawah Asuhan Kakek

Sejak itu, Abdul Muthalib bertindak sebagai pengasuh cucunya. Ia mengasuh Muhammad
dengan sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih sayangnya.

Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan
hamparan khusus tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak beliau, paman-

30
paman Muhammad, tidak ada yang berani duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling
hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.

Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di atas hamparan tersebut. Serentak
paman-paman beliau langsung memegang dan menahan Muhammad agar tidak duduk di
atas hamparan. Namun, ketika Abdul Muthalib datang dan melihat kejadian tersebut,
berkata:

"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan
yang agung."

Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas hamparan tersebut sambil memangku


Muhammad. Dielus-elusnya punggung Muhammad penuh sayang. Abdul Muthalib
bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.

Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu timbul ketika Aminah kemudian berniat
membawa Muhammad ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara ibunya dari
keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah, ayah Muhammad. Sudah lama
Aminah memendam keinginan untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia akan
berangkat dengan ditemani putranya seorang.

Aminah Wafat

Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak perempuan peninggalan
Abdullah. Sesampainya di Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah. Kepada
Muhammad diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia
dikuburkan.

Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa dirinya sebagai anak yatim.
Apalagi ia mendengar ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah tercinta yang
setelah beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia.

(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga Rasulullah SAW menceritakan kepada
sahabat-sahabatnya tentang kisah perjalanan masa kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah
berubah nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya itu, kisah perjalanan penuh cinta
pada Madinah, kisah penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)

Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun bersiap pulang. Mereka berjalan
dengan menggunakan dua ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat bernama Abwa*), Aminah menderita
sakit hingga kemudian meninggal di tempat itu.

"Ibu! Ibu!" panggil Muhammad kepada ibunya yang sudah wafat.

31
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh, Muhammad menyaksikan tubuh
ibunya dikuburkan di tempat itu.

Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi seorang anak yatim piatu.

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

*) Abwa

Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km
dari Madinah

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 15

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Abdul Muthalib Wafat

Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang sambil menangis hatinya pilu
karena kini sebatang kara. Muhammad makin merasa kehilangan. Ia menjalani takdir
sebagai seorang anak yatim-piatu. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin
sedih.

Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya cerita keluhan duka kehilangan
ayahandanya semasa ia dalam kandungan.
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi untuk tidak kembali lagi, sebagaimana
ayahnya dulu. Muhammad yang masih kecil itu kini memikul beban hidup yang berat,
sebagai seorang yatim-piatu.

Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut kedatangan cucunya itu dengan rasa iba
yang dalam. Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah kepada Muhammad.

Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup
lebih lama lagi. Namun, Allah ‫ﺳ ﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎل‬
sudah menentukan lain.
Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia. Saat itu, Muhammad berusia delapan
tahun. Ia mengiringi jenazah kakeknya ke kubur sambil berlinangan air mata.

32
Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas begitu dalam pada diri Rasulullah,
sehingga di dalam Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan Rasulullah ‫ ﷺ‬akan
nikmat yang dianugerahkan kepadanya di tengah kesedihan itu,
َ َ ْ
‫أﻟ ْﻢ َ ِﺠﺪك َﻳ ِ ﻤﺎ ﻓ َو ٰى‬

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?


Surah Ad-Duha (93:6)
َ َ َ َ َ
‫َو َو َﺟﺪك ﺿﺎ ﻓ َﻬﺪ ٰى‬

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Surah Ad-Duha (93:7)

Keluarga Umayyah

Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat bagi keluarga Hasyim. Tidak ada
anak-anak Abdul Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan, pandangan tajam,
terhormat, dan berpengaruh di kalangan Arab seperti dirinya.

Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil tampuk pimpinan yang memang
sejak dulu mereka idam-idamkan, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari keluarga
Hasyim.

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Diasuh Abu Thalib

Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang anaknya untuk mengasuh
Muhammad. Ia tidak menunjuk Abbas yang kaya, namun agak kikir. Ia juga tidak menunjuk
Harist, putranya yang tertua karena Harist adalah orang yang tidak mampu.
Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh Muhammad karena sekalipun
miskin, Abu Thalib memiliki perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan Quraisy.

Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi pekerti Muhammad yang luhur,
cerdas, suka berbakti, dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia bahkan lebih
mendahulukan kepentingan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.

Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai pamannya. Ia tahu pamannya memiliki
banyak anak kecil dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya tidak pernah
berhutang kepada orang lain. Abu Thalib lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk
menafkahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu, Muhammad ikut bekerja seperti anak-
anak Abu Thalib yang lain. Ia ikut membantu pekerjaan keluarga Abu Thalib,
menggembalakan kambing, dan mencari rumput.

Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi orang yang bersih hatinya dan
dijauhkan dari dosa. Ia yakin, jika mengajak Muhammad berdoa, Tuhan akan mengabulkan

33
permohonannya. Seperti yang dilakukannya ketika orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu
Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah berdoa meminta
hujan".

Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad. Ia menempelkan punggung Muhammad ke


dinding Ka'bah dan berdoa. Kemudian, mendung pun datang dari segala penjuru, lalu
menurunkan hujan yang sangat deras hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi
gembur.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 17
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Percakapan Buhaira

Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu yang kurang dari rombongan
Quraisy itu. Maka, ia kembali mengulangi permintaannya,

"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak makan makananku ini."

Salah seorang Quraisy berkata,

"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak
muda yang paling kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan rombongan."

Buhaira menggeleng-geleng kepala,


"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."

Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata,

"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra Abdullah bin Abdul Muthalib tidak
ikut makan bersama kami."

Setelah Muhammad dipanggil, Buhaira memeluknya dan mendudukkannya bersama


rombongan Quraisy yang lain. Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata
Buhaira tertuju kepada Muhammad dengan seksama. Dari hasil pengamatannya itulah,
Buhaira mengambil kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat kenabian."

Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih, rombongan Quraisy pun membubarkan


diri menuju tempat perkemahan mereka untuk beristirahat.

34
Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad pergi. Diajaknya anak itu untuk duduk dan
bicara.

"Hai anak muda," panggil Buhaira,

"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepadamu dan engkau harus menjawabnya."

Wajah Muhammad tampak berubah dan ia menjawab,

"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil menyebut nama Lata dan Uzza. Demi
Allah, tidak ada yang sangat aku benci melainkan keduanya."

Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya, "Baiklah, kalau begitu aku akan
bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah dan engkau harus menjawab
pertanyaanku."

Wajah Muhammad berubah cerah dan ia mengangguk,


"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau tanyakan."

‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Saran Buhaira kepada Abu Thalib

Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad, tentang tidur Muhammad,
tentang postur tubuh Muhammad, dan banyak lagi hal lainnya.
Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu sesuai benar dengan perkiraan
Buhaira. Kemudian, Buhaira melihat punggung Muhammad dan mendapati tanda kenabian
di antara kedua bahu Muhammad. Tanda kenabian itu seperti bekas orang berbekam.

Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya kepada nya, ''apakah anak muda ini
anakmu? ''

''Iya, dia anakku." Jawab Abu Thalib

Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas mempunyai ayah yang masih hidup"

Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk.


"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"

Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi.


"Apa yang dikerjakan ayahnya?"

"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada dalam kandungan ibunya "

35
"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia
menyampaikan sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.

"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara mu ini ke negeri asalmu sekarang
juga! Jaga dia dari orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat padanya seperti apa
yang aku lihat, mereka pasti akan membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang
besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera bawa pulang dia ke negeri asalmu!"

Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan
Buhaira itu benar. Maka dari itu, segera setelah urusan perdagangannya selesai, Abu Thalib
segera membawa Muhammad pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak
pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.

Bushra (kota di mana Buhaira tinggal)

Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah,
Madyan, Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi sebagai ibu kota wilayah Hauran,
untuk menahan serbuan Badui pedalaman.
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan mengumpulkan pajak dari para kafilah.
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan paling ramai sebelum tiba di Syria
yang terletak lebih ke Utara.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 18
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤ ﱠﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perlindungan Allah

Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh Buhaira, karena peringatan itu
memang beralasan.

Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan rumah Buhaira, datanglah 3
orang ahli kitab bernama Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya
menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada Buhaira apakah ia juga melihat
seorang anak dengan ciri-ciri seperti ini dan itu.

Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya, ketiga orang ini juga telah
mendengar tentang Muhammad. Buhaira memandang senjata2 yang mereka bawa dengan
perasaan ngeri.

36
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud membunuhnya. Oleh karena itu,
Buhaira berusaha memberikan perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya akan adanya kekuasaan Allah.
Diingatkannya bahwa bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu mendekati
Muhammad untuk membunuhnya.

Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam perkataan Buhaira. Batallah niat mereka
untuk mengejar dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari hadapan
Buhaira.

Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-kotoran jahiliyah. Allah membimbing
Muhammad tumbuh menjadi orang yang paling ksatria, paling baik akhlaknya, paling mulia
asal-usulnya, paling baik pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling murni
kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga
semua orang menjulukinya *"Al Amin"* karena Allah mengumpulkan sifat-sifat itu pada diri
Muhammad.

*Kelak setelah menjadi Rasul,* Muhammad bercerita tentang perlindungan Allah kepadanya
sejak masa kecil dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,

"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkut batu untuk satu
permainan yang biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas baju untuk alas di atas
pundak (sebagai ganjalan) untuk memikul batu.

"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba seseorang yang belum pernah
aku lihat sebelumnya menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan. Ia berkata,
'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil pakaianku dan memakainya. Setelah itu,
aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian dan tidak seperti
teman temanku."

Membantu Paman

Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk membantu Abu Thalib yang hidup
dalam kemiskinan

Perang Fijar

Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan Jazirah Arab. Muhammad juga
mengalami perang. Perang itu disebut Perang Fijar.
Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima belas tahun.

Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.


Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin,
hanya karena Barradz jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin kafilah dagang Nu'man
bin Mundhir yang kaya.
Diam diam , Barradz mengikuti kafilah Urwa dari belakang dan membunuh Urwa.

37
Padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan yang tidak diperkenankan bagi siapa pun untuk
menumpahkan darah.

Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy
untuk membalas kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci. Selama empat tahun
berturut-turut, kedua belah pihak saling menyerang.

Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas memunguti anak panah lawan yang
berjatuhan dan memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada tahun-tahun
berikutnya, dia juga meluncurkan panah ke arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.

Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman: pihak yang menderita lebih sedikit
korban manusianya harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sejumlah selisih
kelebihan korban. Dalam hal ini, pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban harus
membayar kelebihan korban sebanyak dua puluh orang Hawazin.

Barradz bin Qois

Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah seorang pemabuk.


Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat naungan suku lain. Namun di sana,
dia juga mabuk berat dan membuat onar kemudian diusir lagi.

Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan, menampungnya walaupun hampir saja
Barradz bin Qois diusir lagi, karena terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah, Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika
Barradz bin Qois membunuh Urwa bin Utba.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 20

Khadijah

Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan anggun. Setelah ayah dan ibunya
meninggal, saudara-saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan peninggalan
orangtuanya. Namun, Khadijah sadar bahwa kekayaan dapat membuat orang hidup
menganggur dan berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan sikap untuk mengatasi godaan
harta. Maka dari itu, Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya sendiri
berbekal warisan orangtuanya.
Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa kalau pun tidak mendapat harta
warisan, dia mampu mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya sendiri.

38
Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu orang-orang miskin, janda, anak-anak
yatim, dan orang-orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu, Khadijah
menikahkan dan memberi mas kawinnya. Khadijah lembut dan ramah. Walau menjadi
pemimpin tertinggi dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya, dia juga mau
menerima saran-saran orang lain. Khadijah tidak menyukai adanya jarak hubungan antara
atasan dan bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai rekan kerja yang pantas dihormati.

Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu, biasanya dia minta bantuan seorang
agen, jika sebuah kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar negeri. Orang yang
dimintai bantuan itu bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya untuk dijual
ke pasar-pasar asing. Khadijah sangat teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai
merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan tempat tujuannya sebab barang akan
terjual dengan cepat pada waktu dan tempat yang tepat.

Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar, sampai-sampai jika sebuah kafilah
Quraisy berangkat dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya adalah harta
perdagangan milik Khadijah. Dia seperti mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia
menyentuh debu, debu ini akan berubah menjadi "emas". Karena itu penduduk Mekah
menjulukinya "Ratu Quraisy" atau "Ratu Mekah".

Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah tidak akan menjadikan Khadijah
*(kelak)* sebagai istri seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama yang membuatnya
sepadan dengan Muhammad

Catatan

Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung bergerak. Hewan beban berjumlah
1000 sampai 2500 ekor dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah perlu organisasi
yang baik, biaya besar, dan keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh anggota
kafilah harus berani menyabung nyawa untuk mempertahankan harta yang dibawanya.

Wanita Suci

Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah sanak
saudara Khadijah yang paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab Jahiliah yang
menyembah berhala sehingga menyimpang jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail. Waraqah sendiri adalah hamba Allah yang setia dan lurus. Dia tidak pernah
meminum minuman keras dan berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin yang
membutuhkan pertolongannya.

Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin Naufal. Khadijah juga sangat
membenci berhala dan patung-patung sesembahan.
Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut setia ajaran Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail.

Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur hidup-hidup. Waraqah dan
Khadijah akan segera menemui sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan

39
yang menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah dan Waraqah akan membeli anak
itu dan membesarkannya seperti anak kandung sendiri.

Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak menyesali perbuatannya dan
mengambil putrinya kembali. Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak itu
akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah itu barulah dia mengizinkan sang Ayah
membawa pulang anaknya kembali.

Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan penuh keteladanan ini membuat
semua orang menjulukinya juga sebagai *Khadijah At Thahirah* atau Khadijah yang suci.
Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita dijuluki demikian, padahal orang Arab
pada masa jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan merendahkan wanita.

Catatan

Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita terkenal.


Di antaranya adalah:
~ Hindun, istri Abu Sofyan dan
~ Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl.

Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual keperluan wanita, seperti pakaian, parfum,
perhiasan emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang ini tidak memerlukan
banyak ruang, ringan dan laku keras di mana-mana.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 21

Pembicaraan Abu Thalib

Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah kembali mulai menyusun kafilah
perdagangan musim panas mereka, untuk membawa barang dagangan ke Syria. Khadijah
juga sedang mempersiapkan barang dagangannya, tetapi ia belum menemukan seseorang
untuk menjadi pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang, namun, tidak satu
pun yang berkenan di hatinya.

Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan menawarkan kepadanya Muhammad,
keponakannya yang baru berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu Thalib tahu
bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman, tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad
lebih dari sekadar mampu.

Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun telah mendengar nama Muhammad.
Satu hal yang Khadijah yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Mekah

40
menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui
tawaran Abu Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali lipat kepada Muhammad
dari yang biasa diberikan kepada orang lain. Oleh karena itu, Abu Thalib pulang dengan
gembira.

Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah yang kemudian menerangkan
tentang seluk beluk perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan tangkas. Ia
segera memahami semuanya. Tidak satu penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan
ulang.

Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah. Khadijah menyertakan seorang
pembantu laki-lakinya yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad di
perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya yang lain, Muhammad datang pada
hari yang telah ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khadijah yang sedang menanti
mereka dengan surat-surat perdagangan.

Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera berangkat. Pada musim panas,
kafilah Mekah berangkat menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari. Mereka
beristirahat pada siang hari karena perjalanan siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah ditempuh bersama
pamannya 13 tahun yang lalu.

Imbalan untuk Muhammad

Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu
Thalib minta empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak kusukai saja akan kukabulkan, apalagi
buat orang yang dekat dan kusukai."

Berdagang ke Syam

Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah adalah teman yang baik. Dengan
senang hati, Maisarah menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat menarik
yang mereka lewati. Muhammad juga menemui bahwa anggota kafilah yang lain sangat
ramah dan akrab terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Syria.

Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini
adalah pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung dengan tugasnya.
Maisarah tercengang melihat kelihaian Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang
tajam, serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku terjual dengan jumlah
keuntungan yang belum pernah didapatkan Khadijah sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang berkualitas yang akan dibawa pulang ke
Mekah untuk dijual dengan harga tinggi.

Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad pasti sangat terkesan olehnya.
Penampilan Muhammad sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya pada

41
setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu, Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu
memanfaatkan setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir. Ini benar-benar tidak
lazim bagi Maisarah. Ia tidak menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat terbiasa
meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat manusia.

Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai kelompok Nasrani di Syria.
Setiap masing-masing dari mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal seharusnya
mereka bergabung dalam satu kelompok. Manakah yang paling benar dari semuanya itu.
Pikiran-pikiran seperti ini membuat mata Muhammad selalu terbuka pada saat orang-orang
lain terlelap tidur.

Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk handai tolan pun dibeli dan semua
barang dikemas. Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan karena mereka
akan berjumpa lagi dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar
lagi mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti dan mereka sadar jika waktu
itu tiba, tidak akan kuat lagi mereka menahan air mata.

Hari Jum'at

Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka ria di seluruh jazirah. Semua orang
sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi, khutbah Jum'at Rasulullah hampir
terganggu, karena saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah semua orang pada saat itu.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 22

Perasaan Khadijah

Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang kembali. Di tempat perhentian Marr Al
Zahran, sehari perjalanan dari Mekah, para agen biasanya mendahului datang ke Mekah
untuk memberi laporan perdagangan. Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu tiba di
Mekah. Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu tujuh keliling mengelilingi
Ka'bah.

Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas datang menyambut dan Muhammad
pun melaporkan hasil penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai pengalaman kecil dalam
perjalanan. Saat itu, Khadijah sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh
Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad pulang, Maisaråh
menceritakan sendiri kesan-kesannya terhadap Muhammad.

42
"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang demikian sempurna memandang masa
depan. Keputusan-keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak pernah salah. Ia juga
sangat jujur dan sopan," demikian sebagian kisah Maisaråh.

Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen barunya itu. Waraqah bin Naufal pun
datang dan mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad. Ada hal yang aneh pada
diri Maisarah. Biasanya, ia sangat menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis.
Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah
kali ini hanya tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad. Padahal, keuntungan
yang mereka dapat kali ini benar-benar luar biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki
"Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut memiliki "Sentuhan penuh berkah".

Ketika Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam dalam pemikiran yang sungguh-
sungguh. Setelah cukup lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,

"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad dan juga dari apa yang
kulihat sendiri, aku berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan kemampuan sebagai
seorang utusan Allah. Mungkin dialah yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di
antara para rasul pada masa yang akan datang."

Pernikahan Agung

Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan bernama Nafisah binti Munyah.
Nafisah tahu setelah suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan Quraisy yang
melamarnya, namun Khadijah menolak. Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran
itu hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu, Nafisah juga tahu bahwa yang
diinginkan Khadijah adalah seorang laki-laki berakhlak agung. Nafisah juga tahu bahwa ada
satu laki-laki yang seperti itu di Mekah, ia adalah Muhammad.

Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya tentang Muhammad, Nafisah tidak
terkejut lagi. Khadijah meminta Nafisah mencari jalan untuk mengetahui bagaimana
pandangan Muhammad tentang dirinya. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang
dari Ka'bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun bertanya,

"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda. Banyak lelaki yang lebih muda
dari Anda telah menikah dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak.
Mengapa Anda tidak menikah?"

"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum mempunyai kekayaan yang cukup
untuk menikah."

"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik, kaya, dan terhormat mau menikah
dengan Anda walaupun Anda belum mampu?"

Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,


"Siapakah wanita itu?"

43
Nafisah tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri Khuwailid."

Alis Muhammad tambah terangkat,

"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah denganku? Bukankah Anda tahu
bahwa banyak bangsawan kaya raya dan kepala-kepala suku di Arab ini yang telah
melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"

"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan semuanya kepadaku. Aku akan
mengurus semuanya."

Ketika itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun mengiyakan Nafisah. Maka,
pernikahan pun dilangsungkan.
Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman-pamannya yang ikut berbahagia.

Perawakan Muhammad

Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung. Dalam acara itu, semua pemimpin
Quraisy dan pembesar Mekah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda yang gagah
diiringi para pemuda Bani Hasyim yang menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita
Bani Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah mempelai wanita.

Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi cahaya lilin dalam lampion-lampion
yang digantung dengan rantai-rantai emas. Setiap lampion terdiri atas 7 batang lilin.

Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk menyambut para tamu yang
datang menjelang sore hari. Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan brokat
digantung begitu serasi. Lantainya tertutup karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.

Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya seperti matahari terbit. Ia
mengenakan pakaian pengantin yang sangat indah dan jarang ada duanya saat itu. Abu
Thalib adalah wakil mempelai laki-laki dalam memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin
Naufal adalah wakil pengantin wanita.

Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya tampan dan indah. Perawakannya
sedang, tidak terlampau tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam sekali dan
bergelombang. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang alis yang lengkung, lebat dan
bertaut. Sepasang matanya lebar dan hitam, di tepi putih matanya agak kemerahan, tampak
lebih menarik dan kuat. Pandangannya tajam dengan bulu mata yang hitam
pekat. Hidungnya halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.
Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang
bidang. Warna kulitnya terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kaki yang tebal.
Jika berjalan, badannya agak condong ke depan, melangkah cepat-cepat, dan pasti. Air
mukanya membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan matanya menunjukkan
kewibawaan, membuat orang patuh kepadanya.

Bersambung

44
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 23

Sifat Muhammad

Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan pernikahan ini. Dari seorang pemuda
tidak kaya, Allah telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan tinggi dengan harta
yang mencukupi.

Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa
hormat. Semua undangan yang hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini
kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama Quraisy.

Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan
kasih sayang dan harta berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa Muhammad
yang bijak dan cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup.

Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu dalam pergaulan yang baik dengan
masyarakat membuat orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat
kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang yang rendah hati. Itu adalah
sifatnya yang menonjol. Jika ada yang mengajaknya berbicara, tidak peduli siapa pun itu, ia
akan mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja
mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan memutar badannya untuk menghadap
orang yang mengajaknya berbicara.

Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia justru lebih banyak mendengarkan
pembicaraan orang lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang tidak bisa diajak
bergurau. Ia sering juga membuat humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang
ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu yang benar.

Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak pernah sampai terlihat
gerahamnya. Apabila marah, tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia
marah hanya dari keringat yang tiba-tiba muncul di keningnya. Muhammad selalu menahan
marah dan tidak menampakkannya keluar.

Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada, berkemauan baik, dan


menghargai orang lain. Ia bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan siapa
saja. Namun, dibalik semua kelembutan itu, ia mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan
keras, tegas, dan tidak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian berpadu
dalam dirinya sehingga menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang yang
bergaul dengan Muhammad.

Mahar Pernikahan

45
"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal dengan suara agak keras. "Saksikanlah
bahwa aku menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin senilai 12 ekor
unta betina."

Kambing Sedekah

Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad memerintahkan agar seekor kambing
disembelih di depan pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin.
Itu belum termasuk para undangan yang menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun dapat membawa pulang ke rumah
beberapa kantung daging.

Baqum Si Pedagang Romawi

Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan, tetapi aktif bergaul dalam
masyarakat. Suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad
menjadi semakin harum. Peristiwa itu didahului oleh banjir besar yang melanda Mekah.
Bukit-bukit di sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang jarang turun itu ke
kota yang tepat berada di bawah. Banjir itu menyebabkan dinding Ka'bah yang memang
sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.

Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi
orang-orang takut apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa dielakkan lagi
bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga tersiar berita ada sebuah kapal Romawi
terdampar di laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten kapal Romawi itu
adalah seorang Nasrani yang berasal dari Mesir. Baqum, namanya.

Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan serombongan orang untuk membeli
kapal itu, membongkar kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun kembali
Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai ahli kayu.

Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar dinding Ka'bah walau sedikit, karena
takut dikutuk Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa yang menimpa Abrahah
dan pasukan gajahnya saat ingin menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan diri merombak sudut bangunan
bagian selatan. Setelah itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia tidak juga
dikutuk, mereka pun mulai melakukan pembenahan Ka'bah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 24

46
Membangun Ka'bah

Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi menjadi empat bagian. Setiap kabilah
masing-masing mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali.

Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung Hubal dan patung kecil lainnya.
Setelah itu, pekerjaan dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan membongkar
dinding serta fondasi. Muhammad ikut terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-
hari itu.

Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang tidak bisa dibongkar dengan cara apa pun.
Karena itu, batu itu mereka biarkan. Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu granit biru dari
bukit sekitarnya. Sebuah bahan pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari
Syria pun mulai digunakan.

Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail.

Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah satu jengkal atau sekitar dua
meter. Dalamnya diuruk tanah menjadi lantai yang sulit dicapai air apabila banjir datang
kembali. Bersamaan dengan itu, pintu di sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi.
Dinding dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai diberi atap bekas kapal yang
kandas itu. Sebuah tangga untuk naik turun juga disiapkan. Kini Ka'bah bebas dari banjir.
Isinya terlindungi dari hujan, panas dan tangan jahil pencuri.

Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana sampai dinding tembok mencapai
tinggi satu setengah meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad, ditempatkan kembali
ke tempatnya semula di sudut timur.

Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan, berebut lah setiap kabilah untuk
melaksanakannya. Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah lain sehingga
kedua kelompok saling beradu mulut sampai suasana menjadi semakin panas.

Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al Mughirah. Ia adalah orangtua yang
dihormati dan dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui oleh semua pihak,
"Serahkanlah putusan ini di tangan orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."

HAJAR ASWAD

Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa adalah Muhammad. Orang-orang pun
bersorak lega.

"Ini dia Al Amin" seru mereka.


"Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia bisa memecahkan persoalan ini. Kami
akan menerima putusannya."

47
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang mereka alami. Muhammad yang
saat itu belum berumur 30 tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan
bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan pada mata setiap orang dari
masing-masing kabilah Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah mengambil
keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di antara kabilah-kabilah itu.

Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,


"tolong bawakan sehelai kain."

Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan menghamparkan kain itu. Dia lalu
mendekati Hajar Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di tengah-tengah.

"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini," kata beliau lagi.

Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkat Hajar
Aswad. Di tempat Hajar Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan
meletakkannya kembali.

Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad yang adil itu. Demikianlah,
pada waktu muda. Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan bijaksana.

Putra Putri Muhammad

Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau wanita yang penuh kasih, setia, dan
menyerahkan seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga wanita yang subur.
Setelah lima belas tahun berumah tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka
adalah:
Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fatimah, Qasim dan Abdullah.

Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi, sedangkan keempat anak perempuan
yang lain tetap hidup hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya
Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.

Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah, Muhammad sering melihat
kesedihan di wajah istrinya itu. Saat itu, mempunyai anak laki-laki bagi masyarakat jahiliah
adalah hal yang amat penting dan dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya,
mempunyai anak perempuan adalah hal yang amat memalukan, bahkan banyak orang yang
memilih mengubur bayi perempuannya hidup-hidup dari pada membesarkannya.

Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu memiliki anak-anak perempuan.
Mereka menyayangi semua anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu mereka,
Fatimah, yang saat itu masih berusia lima tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya.
Hanya saja kehilangan dua anak laki-laki yang masih bayi merupakan derita yang berat bagi
orangtua mana pun.

Kekayaan Terbesar

48
Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar adalah istri yang salehah. Khadijah
adalah kekayaan terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam hidup beliau.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 25

Rumah Tangga Muhammad

Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan
keramahan. Beliau suka berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-
putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.

Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat
orang-orang di sekitar beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju berwarna
merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau putih. Rasulullah juga gemar memakai
surban dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera.

Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah sayangi. Begitu sayangnya sampai
beliau mengangkatnya sebagai anak.

Zaid bin Haritsah

Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak
laki-laki bernama Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan
mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda.
Bunda Khadijah membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.

Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak
dengan cara diculik.

Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang
para perampok gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai seorang
budak yang diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan
Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.

Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya
itu. Khadijah yang bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai
pengganti Qasim dan Abdullah yang telah tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid.
Namun, secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.

49
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat
menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang anaknya
itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.

"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada Haritsah. "Tetapi, seandainya
Zaid memilih tetap bersama saya, saya tidak akan menolaknya."

Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad. Muhammad amat bahagia
sehingga mengangkat Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin
Muhammad.

Di kemudian hari, Allah melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah
wafat. Harta seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha
adil Allah Yang Agung.

Gua Hira

"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor
lalat sekali pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?"
demikian pikir Muhammad.

"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan
tebaran bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar kilauan
matahari? Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan
dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa pembuat ombak yang berdebur dan
penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua keindahan ini?"

Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para
pendeta. Ia mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan
pergi ke Gua Hira.

"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena
dikuasai khayal tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-
sianya hidup manusia karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada
berguna.'"

Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan
Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu
ketika, saat usia Muhammad menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari
dunia ini menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat
terkejut melihatnya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

50
Bagian 26

Diangkat Menjadi Utusan Allah

Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang
sedang tidur karena kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra (Bacalah)!"

Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."

Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan
dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"

Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang
harus saya baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat
kelima:
َ َ ْ ‫ْاﻗ َﺮأ‬
‫ﺎﺳ ِﻢ َ ﱢر ﻚ اﻟ ِﺬي ﺧﻠ َﻖ‬ ِ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,


Surah Al-'Alaq (96:1)
َ ْ ْ َ
‫ﺧﻠ َﻖ ِاﻹ َﺴﺎن ِﻣ ْﻦ َﻋﻠ ٍﻖ‬

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.


Surah Al-'Alaq (96:2)
َْ َ ْ
‫اﻗ َﺮأ َو َ ﱡر ﻚ اﻷ َﺮ ُم‬

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,


Surah Al-'Alaq (96:3)
َ
‫اﻟ ِﺬي َﻋﻠ َﻢ ِ ﺎﻟﻘﻠ ِﻢ‬

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,


Surah Al-'Alaq (96:4)
َ ْ ْ
‫َﻋﻠ َﻢ ِاﻹ َﺴﺎن َﻣﺎ ﻟ ْﻢ َ ْﻌﻠ ْﻢ‬

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


Surah Al-'Alaq (96:5)

Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad
yang hatinya terhujam oleh firman Allah tadi.

Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-
tanya dalam hati, "Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"

51
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar
dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil
mengulang pertanyaan dalam hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"

Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil. Panggilan tersebut terasa dahsyat


sekali. Beliau memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam bentuk manusia.
Muhammad tertegun ketakutan dan terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di
seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa malaikat yang indah itu tidak juga
berlalu.

Ketulusan Khadijah

Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau


mengutus orang untuk mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.

Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang, Muhammad berjalan pulang dengan hati
yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati
berdebar ketakutan, beliau pulang ke rumah.

"Selimuti aku," pinta Muhammad kepada Khadijah.

Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam.
Setelah rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta
kekuatan dan perlindungan.

"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.

Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa
ia takut semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.

"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan
hatimu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan
menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah
yang mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau selalu mau
memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta menolong mereka yang dalam
kesulitan atas jalan yang benar."

Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang
sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau
malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.

Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih
dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.

52
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu,
kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang *Rasulullah,
utusan Allah*.

Kabar dari Waraqah bin Naufal

Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang
tertidur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja
dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!

"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar
dari kegelapan," demikian pikir Khadijah.

Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang,
berganti rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa
suaminya itu apabila orang-orang ramai menentangnya.

Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah.
Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang
dipercayanya.

Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani
yang jujur, dan menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.

Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang
memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar'
1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan
kepadanya supaya tetap tabah."

Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur. Dipandanginya suaminya itu dengan
rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh suaminya
menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.

___________________
1) Namus Besar

Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya
kitab undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al
Qur'an.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 27

53
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Orang yang Berselimut

Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril
membawakan wahyu kepadanya,
‫ﱠﱢ‬
‫َ ﺎ أ ﱡﻳ َﻬﺎ اﻟ ُﻤﺪﺛ ُﺮ‬

Hai orang yang berkemul (berselimut), (QS: Al-Muddassir 74:1)


ْ َ ُ
‫ﻗ ْﻢ ﻓﺄﻧ ِﺬ ْر‬

bangunlah, lalu berilah peringatan! (74:2)

ْ ‫َو َ ﱠر َﻚ َﻓ ﱢ‬

dan Tuhanmu agungkanlah! (74:3)


َ َ َ
‫َو ِﺛ َ ﺎ َ ﻚ ﻓﻄ ﱢﻬ ْﺮ‬

dan pakaianmu bersihkanlah, (74:4)


ْ َ
‫اﻟﺮ ْﺟ َﺰ ﻓﺎﻫ ُﺠ ْﺮ‬
‫َو ﱡ‬

dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (74:5)

ُ ِ ‫َو َ َﺗ ْﻤ ُ ْ َ ْﺴ َﺘ‬

dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak. (74:6)
ْ َ َ ‫َ َﱢ‬
ْ ‫ﺎﺻ‬
ِ ‫و ِﻟ ﻚ ﻓ‬

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (74:7)

Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang bertambah besar. Beliau perlahan
mendekati suaminya. Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.

"Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, Khadijah," demikian jawab Rasulullah.

"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak
mereka, dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang akan
kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"

54
Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya. Diceritakannya apa yang tadi dikatakan
Waraqah. Dengan penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang yang
mengimani Rasulullah.

Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah
Khadijah.

Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta suaminya memberitahu dirinya


apabila malaikat datang.

Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya. Khadijah
mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan.
Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah. Namun, ketika Khadijah melepas penutup
wajahnya, Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.

Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar
malaikat, bukan jin.

Bertemu Waraqah

Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah
sedang melaksanakan thawaf. Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah
berkata, "Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini.
Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa.
Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai pada waktu
itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang
sudah diketahui-Nya pula."

Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun Rasulullah.

Kini Rasulullah memalingkan wajah ke sekitarnya, melihat orang-orang yang menyembah


patung-patung batu. Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan harta anak yatim.
Mereka jelas-jelas berada dalam kesesatan. Kepada orang orang inilah Rasulullah
diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghentikan perbuatan perbuatan itu.

Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar-benar
amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.

Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan
mereka. Untuk itu, Rasulullah memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.

Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang
lagi untuk waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali
muncul. Beliau takut jika Allah melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah kembali
pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung tinggi
dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan.

55
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata
menjadi kering. Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus asa.

Surat Adh Dhuha

Tiba-tiba, wahyu itu turun:


‫َ ﱡ‬
ٰ َ ‫اﻟﻀ‬‫و‬

Demi waktu matahari sepenggalahan naik,


Surah Ad-Duha (93:1)

ٰ َ ‫َواﻟﻠ ْ ِﻞ ِإ َذا َﺳ‬

dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (93:2)

ٰ ‫َﻣﺎ َو ﱠد َﻋ َﻚ َ ﱡر َﻚ َو َﻣﺎ َﻗ‬

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (93:3)
ُْ ْ
ٰ ‫َوﻟﻶ ِﺧ َﺮ ُة َﺧ ْ ٌ ﻟ َﻚ ِﻣ َﻦ اﻷو‬

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). (93:4)
َ
ٰ َ ْ َ ‫ف ُ ْﻌ ِﻄ َﻚ َ ﱡر َﻚ ﻓ‬
َ ‫َوﻟ َﺴ ْﻮ‬

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi
puas. (93:5)
َ َ ْ
‫أﻟ ْﻢ َ ِﺠﺪك َﻳ ِ ﻤﺎ ﻓ َو ٰى‬

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (93:6)
َ َ َ َ َ
‫َو َو َﺟﺪك ﺿﺎ ﻓ َﻬﺪ ٰى‬

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (93:7)
َ ً
ٰ َ ‫َو َو َﺟ َﺪ َك َﻋ ِﺎﺋ ﻓﺄ ْﻏ‬

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan. (93:8)
َْ ََ َ
‫ﻓﺄ ﱠﻣﺎ اﻟ َﻴ ِ َﻢ ﻓ ﺗﻘ َﻬ ْﺮ‬

Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.


(93:9)

56
َْ ََ
‫اﻟﺴ ِﺎﺋ َﻞ ﻓ ﺗﻨ َﻬ ْﺮ‬
‫َوأ ﱠﻣﺎ ﱠ‬

Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.


(93:10)
ْ ‫َ َ ﱢ‬
‫َوأ ﱠﻣﺎ ِﺑ ِﻨ ْﻌ َﻤ ِﺔ َ ﱢر ﻚ ﻓ َﺤﺪث‬

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (93:11)

Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang sudah. Betapa damainya firman Allah itu
terasa di hati beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan mungkar dan
membersihkan pakaian. Beliau harus mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah
menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku
lembut kepada anak yatim.

Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu Allah melindunginya lewat asuhan
kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.

Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan. Allah pula yang telah
menyandingkan beliau dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan semasa
beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa
kasih sayang.

Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian.
Cukuplah semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada
kebenaran, sedapat mungkin, sekuat mungkin.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Bagian 28

Shalat

Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Suatu saat, ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah sedang melaksanakan shalat, datanglah Ali bin
Abu Thalib. Ali yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah
rukuk, sujud, serta membaca ayat-ayat Al Qur'an.

"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah selesai shalat.

57
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah telah mengutusku dan memerintahkan
aku mengajak manusia menyembah Allah."

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak sepupunya itu untuk beribadah kepada Allah semata
serta meninggalkan berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Rasulullah pun membacakan
beberapa ayat Al Qur'an yang membuat Ali bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu
demikian indah.

Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali
merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah bahwa ia akan mengikuti
mereka berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu Thalib.

"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib," demikian kata
Ali, "apa gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?"

Jadi, *Ali* adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, *Zaid bin Haritsah*, bekas
budak yang ikut Rasulullah ‫ﷺ‬, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau,
serta bekas budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam
lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy
menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka.

Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.

Keislaman Abu Bakar

Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah teman akrab Rasulullah ‫ ﷺ‬sejak
zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah amat menyukai
sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.

Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau segera keluar
mencari sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah,

"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak
lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa engkau telah
berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan."

"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada
agama Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang
kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah
Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada
selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya."

58
Rasulullah ‫ ﷺ‬memperdengarkan beberapa ayat Al Qur'an. Selesai Rasulullah berbicara, Abu
Bakar langsung memeluk Islam. Melihat keislaman sahabatnya itu, Rasulullah amat gembira.
Tidak seorang pun yang ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya melebihi
kegembiraan Rasulullah saat itu.

Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga
mengajak mereka mengikuti Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan
Sa'ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.

Keislaman Utsman bin Affan

Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang keislamannya:

"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit.
Tidak lama kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat itu juga dan aku perhatikan beliau.
Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan berkata,
"Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu rupa?"

"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di
antara kami. Aku juga kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai dirimu."

Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi
Allah, mendengar kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan
ayat,
َ َُ ُ َ َ ْ ُْ ‫ﱠ‬ َ
٢٢ ‫ﻮﻋﺪون‬ ‫اﻟﺴ َﻤ ِﺎء رزﻗ ﻢ وﻣﺎ ﺗ‬ ِ‫و‬
َ ُ َْ ‫ﱠ‬ ْ ُ‫ﱠ‬ َْ ‫َﻓ َﻮ َر ﱢب ﱠ‬
٢٣ ‫اﻟﺴ َﻤ ِﺎء َواﻷ ْرض ِإﻧﻪ ﻟ َﺤ ﱞﻖ ِﻣﺜ َﻞ َﻣﺎ أﻧ ْﻢ ﺗﻨ ِﻄﻘﻮن‬

"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka,
demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang
kamu ucapkan."
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan pergi keluar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang.
Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."

Pengorbanan Seorang Istri

Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak
akan dibenci oleh orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan
menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau
nikmati.

Bersambung

59
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 29
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kaum Muslimin Awal

Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang Quraisy, kaum Muslimin permulaan


(Assaabiquunal Awaluun), melaksanakan ibadah mereka secara sembunyi-sembunyi. Jika
hendak shalat mereka pergi ke celah-celah gunung di Mekah. Keadaan ini berlangsung
selama tiga tahun berturut-turut. Sementara itu, sedikit demi sedikit Islam semakin meluas.
Firman Allah yang turun satu demi satu semakin memperkuat keyakinan kaum Muslimin.

Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah ‫ﷺ‬, yang
beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh bakti dan penuh
kasih sayang. Beliau juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur kata beliau
lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana mestinya.
Perlakuan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap orang-orang yang lemah, yatim piatu, orang sengsara, dan
orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan sayang.

Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang
disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga
merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh
permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang
sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan semakin
kukuh keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan sesembahan nenek
moyang mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.

Kalau orang lain telah Rasulullah ‫ ﷺ‬dakwahi bagaimana dengan keluarga beliau? Apakah
beliau juga berdakwah kepada paman-paman beliau yang sebagiannya merupakan para
pembesar Quraisy yang disegani? Apa yang mereka lakukan ketika mereka tahu bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak meninggalkan sesembahan berhala yang telah begitu lama
diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Jamuan Makan Untuk Kerabat

Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ‫ ﷺ‬daripada kaum kerabatnya sendiri. Setelah tiga
tahun, turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah kepada
kerabatnya.
َ ْ َ ََ َ ْ ْ َ
َ َ ‫اﻷ ْﻗ‬
ِ ‫وأﻧ ِﺬر ﻋ ِﺸ ﺗﻚ‬

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,

60
Surah Asy-Syu'ara' (26:214)

َ ‫ﺎﺣ َﻚ ﻟ َﻤﻦ ﱠاﺗ َ َﻌ َﻚ ﻣ َﻦ اﻟ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬


َ ‫ﺾ َﺟ َﻨ‬ ْ َ
ْ ‫اﺧﻔ‬
ِِ ِ ِ ِ ‫و‬

dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.
Surah Asy-Syu'ara' (26:215)
َ َ ٌ ‫َﻓﺈ ْن َﻋ َﺼ ْﻮ َك َﻓ ُﻘ ْﻞ إ ﱢ َﺑﺮ‬
‫يء ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗ ْﻌ َﻤﻠﻮن‬ ِ ِ

Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan;
Surah Asy-Syu'ara' (26:216)

‫َو َﺗ َﻮ ْﻞ َﻋ اﻟ َﻌ ﺰ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ِﺣ ِﻢ‬

Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
Surah Asy-Syu'ara' (26:217)

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengundang makan keluarga besar beliau. Mereka pun datang,

"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.

Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah ‫ﷺ‬
berdiri dan berkata,

"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini.
Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak
kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?"

Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun
mereka kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya
berseru lantang,

"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menepuk bahu Ali sambil berkata kepada yang lain,

"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya. Ikuti dan patuhilah dia!"

Mendadak tawa hadirin meledak. Seseorang berkata kepada Abu Thalib,

"Ia memerintahkan engkau supaya mendengar dan mematuhi anakmu sendiri"

61
Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang
tertawa terbahak-bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan ditebas Ali memang
bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu.

Walid bin Mughirah

Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat
yang merupakan penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan
Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.

Penduduk Mekah Tidak Hirau

Meski ajaran Rasulullah ‫ ﷺ‬meluas dengan cepat, penduduk Mekah masih berhati-hati dan
tidak terlalu hirau. Mereka menduga ajakan Rasulullah ‫ ﷺ‬akan hilang dengan sendirinya
dan orang akan kembali menyembah kepercayaan nenek moyang mereka. Yang akhirnya,
yang menang pasti Hubal, Latta dan Uza pikir mereka, tidak sadar bahwa keimanan murni
yang diajarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak dapat dikalahkan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 30
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Seruan dari Bukit Shafa

Rasulullah ‫ ﷺ‬menaiki Bukit Shafa. Kemudian dengan suara lantang, beliau memanggil-
manggil,
"Wahai orang-orang Quraisy! Wahai orang-orang Quraisy!"

Penduduk Mekah yang sibuk dengan urusannya terkejut dan menoleh.


"Muhammad berseru dari atas Shafa!" seru mereka.

Seketika, orang-orang datang berduyun sambil bertanya-tanya khawatir,


"Ada apa?"

Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah
penuh tanda tanya.

"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda
yang siap menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

62
"Kami percaya!" jawab orang-orang yang di berkerumun itu.

"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta."

Rasulullah ‫ ﷺ‬menarik napas dan menyampaikan seruannya,

"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat! Wahai orang-orang
Quraisy, Allah memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa yang
terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah
Muhammadurrasulullah."

Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab yang juga hadir di situ, dengan
cepat naik darah. Ia berseru keras-keras mencaci Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah seluruh hari-harimu! Hanya untuk
omong kosong itukah kamu mengumpulkan kami?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berkata apa-apa dihina sekeras itu. Beliau hanya menatap tajam wajah
Abu Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang Quraisy seperti disadarkan dari rasa
terpesonanya. Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang mengerutkan kening,
ada yang berbisik-bisik, ada yang melirik Rasulullah SAW sambil tersenyum mencibir.

Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah firman yang mengutuk perbuatan itu.

Turunnya Surat Al-Lahab

Allah berfirman: mengutuk Abu Lahab

‫َﺗ ﱠ ْﺖ َ َﺪا أ ﻟ َﻬﺐ َو َﺗ ﱠ‬


‫ﺐ‬ ٍ ِ

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Surah Al-Lahab (111:1)
ُ َُْ ْ
‫َﻣﺎ أﻏ َ ٰ ﻋﻨﻪ َﻣﺎﻟﻪ َو َﻣﺎ ﻛ َﺴ َﺐ‬

Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.


Surah Al-Lahab (111:2)
َ َ َ
‫َﺳ َ ْﺼ ٰ ﻧﺎرا ذات ﻟ َﻬ ٍﺐ‬

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.


Surah Al-Lahab (111:3)
َ َ ُُ
‫َو ْاﻣ َﺮأﺗﻪ َﺣ ﱠﻤﺎﻟﺔ اﻟ َﺤﻄ ِﺐ‬

Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.

63
Surah Al-Lahab (111:4)
َ
‫ِ ِﺟ ِﺪﻫﺎ َﺣ ْ ٌﻞ ِﻣ ْﻦ َﻣ َﺴ ٍﺪ‬

Yang di lehernya ada tali dari sabut.


Surah Al-Lahab (111:5)

Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau katakan? Dengarlah, keponakanmu
Muhammad tidak akan pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya.
Keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi menerima caci maki dan hinaan dari siapa
pun sekali pun dari pamannya sendiri. Jika caci maki itu ditujukan pada ajaran Allah yang
dibawanya. Keponakanmu Muhammad bahkan siap terjun ke medan laga untuk
menghadapi orang-orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.

Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman Allah yang baru turun itu! Bukankah
firman itu seperti gelegar petir yang menyambar dirimu?

Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-harimulah yang binasa! Binasalah kedua
tanganmu dan sungguh engkau akan benar-benar binasa!

Abu Lahab

Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab artinya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dihina Abu Lahab. Abu Lahab adalah
paman Rasulullah ‫ﷺ‬.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum
dengan ke dua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.

Ummu Jamil

Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia
adalah Ummu Jamil, istri Abu Lahab. Begitu mendengar bunyi Surat Al Lahab
yang disampaikan orang kepadanya, hati Ummu Jamil menggelegak marah. Ia keluar rumah
dan berjalan ke sana kemari mencari sasaran pelampaisan kemarahan. Tidak lama
kemudian, ia bertemu dengan Abu Bakar. Amarahnya naik ke ubun ubun.

"Apa maksud temanmu melantunkan syair tentang diriku?" bentak Ummu Jamil kepada Abu
Bakar.

Abu Bakar mengerti bahwa yang dimaksud Ummu Jamil adalah Rasulullah. Sebenarnya, saat
itu Rasulullah ada di sisi Abu Bakar, tetapi Allah menutupi beliau dari pandangan Ummu
Jamil.

"Demi Allah, temanku itu tidak pandai bersyair!" sanggah Abu Bakar.

"Bukankah temanmu itu mengatakan bahwa di leherku ada tali dari sabut yang dipintal?"

64
Ummu Jamil meraba-raba lehernya. Di leher itu, ada untaian kalung yang amat indah. Ia
mempertontonkan perhiasannya itu kepada Abu Bakar sampai Abu Bakar merasa jengah
dan memalingkan wajahnya.

"Inilah tali sabut yang dimaksud temanmu itu?" ejek Ummu Jamil sambil tersenyum.
"Tidakkah ini merupakan tali sabut paling indah di dunia?"

Ummu Jamil kemudian berlenggak-lenggok genit sambil mempermainkan kalungnya. Ia


tertawa dengan congkak. Abu Bakar tidak membalas, beliau cuma memejamkan mata.

Melihat Abu Bakar yang tetap tenang, Ummu Jamil melengos pergi sambil mengomel,

"Semua orang Quraisy tahu bahwa aku adalah putri kebanggaan mereka!"

Ummu Jamil adalah wanita yang sangat cantik. Ummu Jamil berarti "Ibu Kecantikan".
Namun, seperti suaminya, Ummu Jamil sangat membenci Rasulullah dan kaum Muslimin.
Begitu bencinya sampai ia menyuruh budak-budaknya melemparkan kotoran dan batu
kepada Rasulullah setiap kali beliau lewat.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 31
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Minta Mukjizat

Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-orang Quraisy sering meminta


mukjizat kepada Rasulullah.

"Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti akan beriman kepadamu!" demikian
seru salah seorang dari mereka kepada Rasulullah.

"Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap Bukit
Shafa dan Marwa menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.

"Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup membuat bukit emas, cobalah turunkan
ayat-ayat Allah itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung dari langit! Itu pun sudah
akan membuat kami beriman!"

Rasulullah tidak menanggapi permintaan-permintaan aneh itu. Melihat Rasulullah yang


tetap diam dan tenang, orang-orang Quraisy jadi semakin kesal. Dari waktu ke waktu, sering

65
di muka umum dan disaksikan orang banyak, mereka mengajukan permintaan-permintaan
lain yang lebih mustahil.

"Muhammad, kami dengar engkau sering membicarakan Jibril. Mengapa engkau tidak
menampakkan Jibril di hadapan kami agar kami yakin?"

"Muhammad, kalau Tuhammu memang sehebat yang engkau katakan, mintalah Ia


menghidupkan orangtua-orangtua kami yang sudah mati!"

"Muhammad, katamu engkau membawa agama kasih sayang buat seluruh alam! Kalau
begitu, mintalah Tuhanmu agar memunculkan mata air yang lebih sedap dari sumur
Zamzam! Bukankah engkau tahu bahwa penduduk Mekah sangat memerlukan air?"

"Ya, setidaknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-bukit yang mengurung Mekah agar
kota ini dapat mudah dicapai orang dari arah mana pun!"

Jawaban untuk Kaum Quraisy

Allah sendirilah yang menjawab permintaan-permintaan itu melalui firman-Nya:


‫َ ْ َ َ َ ﱠ َ َ َ ُ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َْ ُ َ َ ْ َ َ َ ﱠ َ ﱡ ُ ْ َ ﱠ‬ َْ ُ ْ َ ْ ُ
‫ا ِإ ﻣﺎ ﺷﺎء ا ۚ وﻟﻮ ﻛﻨﺖ أﻋﻠﻢ اﻟﻐ ﺐ ﺳﺘ ت ِﻣﻦ اﻟﺨ وﻣﺎ ﻣﺴ ِ اﻟﺴﻮء ۚ إن أﻧﺎ إ‬ ‫ﻧﻔﻌﺎ و‬ ِ ‫ﻗﻞ أﻣ ِﻠﻚ ِﻟﻨﻔ‬
َ ِ ُ ْ ِ َ َ
‫ﻧ ِﺬ ٌﻳﺮ َو َ ِﺸ ٌ ِﻟﻘ ْﻮ ٍم ُﻳﺆ ِﻣﻨﻮن‬

Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira
bagi orang-orang yang beriman.
Surah Al-A'raf (7:188)

Melalui ayat ini, Allah menyuruh Rasulullah mengatakan, "Wahai orang Quraisy, aku
hanyalah seorang pemberi peringatan. Bukankah aku tidak meminta kepadamu hal-hal di
luar kemampuan akal? Mengapa kamu justru memintaku menunjukkan hal-hal yang tidak
masuk akal?

"Wahai orang Quraisy, bukankah Al Qur'an itu sendiri merupakan sebuah mukjizat?
Kemudian, mengapa kamu masih meminta mukjizat yang lain? Apakah jika mukjizat itu
benar-benar diturunkan, kamu akan beriman kepadaku? Bukankah jika mukjizat itu turun,
kamu akan mengatakan bahwa aku hanyalah seorang penyihir yang mengada-ada?

"Wahai orang Quraisy, kalau kamu tidak mau menyembah Allah dan tetap menyembah
berhala, mengapa tidak kamu minta saja mukjizat-mukjizat tadi kepada para berhala itu?
Bukankah kamu tahu bahwa berhala-berhala itu tidak dapat mendatangkan kebajikan?
Bukankah mereka tidak bergerak, tidak hidup, dan hanya terbuat dari batu dan kayu?
Bukankah mereka tidak dapat membela diri jika ada orang yang datang dan
menghancurkannya?

66
Demikianlah, Rasulullah menjawab dengan kata-kata yang tidak dapat lagi dibantah
kebenarannya. Namun, apakah orang-orang kafir itu seketika mau menerima Islam? Tidak,
mereka bahkan melakukan hal-hal lain untuk menyingkirkan Rasulullah.

Ammarah bin Walid

Sekali pun tidak memeluk Islam, Abu Thalib adalah pelindung Rasulullah. Jika ada orang
yang membahayakan Rasulullah, Abu Thalib dan kabilahnya siap membelanya sampai titik
darah penghabisan. Tidak ada musuh Rasulullah yang berani membunuh beliau tanpa
menghadapi Abu Thalib dan kabilahnya. Karena mengetahui kokohnya perlindungan Abu
Thalib ini, para pemuka Quraisy mendatangi orangtua itu di rumahnya.

"Abu Thalib," demikian mereka mengajak bicara,

"keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencaci agama kita, dan
menganggap sesat nenek moyang kita. Engkau harus menghentikan dia sekarang. Jika tidak,
biarlah kami yang akan menghadapinya. Kalau kamu melindunginya juga, biar kabilah-
kabilah kami yang akan menghadapi kabilahmu."

Abu Thalib menghela napas berat,


"Demi Tuhan Ka'bah, biar seluruh Mekah menghalangi jalanku, aku akan tetap melindungi
kemenakanku itu."

Para pemimpin Quraisy itu saling berpandangan, lalu pergi tanpa berkata apa-apa.
Bagaimanapun, mereka belum sanggup menghadapi perang saudara yang akan
menghancurkan kota Mekah. Mereka memutar akal dan menemukan muslihat lain.

Para pemimpin Quraisy itu kembali mendatangi Abu Thalib sambil membawa serta
Ammarah bin Walid. Ia adalah pemuda Quraisy yang gagah perkasa dan paling tampan
wajahnya.

"Ambillah dia! Jadikan dia sebagai anak. Ia jadi milikmu. Namun, serahkanlah keponakanmu
yang menyalahi agama kita dan agama nenek moyang kita, yang memecah belah persatuan
kita itu untuk kami bunuh!"

"Bagaimana, Abu Thalib? Bukankah ini pertukaran yang adil? Seorang laki-laki ditukar pula
dengan seorang laki-laki!"

Wajah Abu Thalib berubah murka. Dengan mata menyala, ditatapinya para bangsawan itu
satu demi satu.

"Betapa buruknya tawaran kalian kepadaku ini!" geram Abu Thalib.

"Bayangkan, kalian memberikan anakmu kepadaku untuk aku beri makan, sedangkan aku
harus menyerahkan anakku untuk kalian bunuh! Demi Tuhan Ka'bah, ini adalah hal yang
tidak boleh terjadi buat selamanya!"

67
Abu Thalib adalah pemimpin kabilah Bani Hasyim. Kini Bani Hasyim terpecah dua. Kaum
miskinnya membela Abu Thalib, sedang kaum kayanya membela Abu Lahab.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 32
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Dahsyatnya Iman

Abu Thalib memanggil Rasulullah dan berkata,

"Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku dan mengatakan, 'Wahai Abu
Thalib, engkau adalah orang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Oleh karena itu,
kami meminta baik-baik kepadamu untuk menghentikan keponakanmu itu, tetapi tidak juga
engkau lakukan. Ingatlah, kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek
moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita.
Suruh diam dia atau kami lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa! ' "

Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat, hampir seperti memohon, lalu
katanya,

"Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku dibebani dengan hal-hal yang tidak dapat
kupikul. "

Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah sudah tidak berdaya lagi membelanya.
Pamannya hendak meninggalkan dan melepasnya. Sementara itu, kaum muslimin masih
lemah dan belum mampu membela diri. Namun, semua diserahkan pada kehendak Allah.
Rasullullah bertekad untuk terus berdakwah. Lebih baik mati membawa iman daripada
menyerah atau ragu-ragu.

Oleh karena itu, dengan seluruh kekuatan jiwa, Rasulullah berkata,

"Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan. Biar nanti
Allah yang akan membuktikan apakah kemenangan itu ada di tanganku atau aku binasa
karenanya."

Begitulah kedahsyatan iman Rasulullah. Abu Thalib sampai tertegun dan gemetar
mendengar tekad keponakannya itu. Rasulullah pergi sambil menitikkan airmata, tetapi Abu
Thalib memanggilnya kembali sambil berkata,

68
"Anakku katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau apa pun yang
terjadi."

Utsman dan Ruqayyah

Sore itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan hati yang sangat sedih. Seharian, beliau
melihat para pengikutnya disiksa.

Betapa berat penderitaan orang-orang Muslim saat itu. Khadijah menghampiri suaminya
tercinta. Dihibur dan dikuatkannya kembali diri Rasulullah .

Tiba-tiba, pintu terbuka. Ruqayyah, putri kedua Rasulullah, tiba-tiba masuk sambil
menangis. Ruqayyah mendekap pangkuan ibunya sambil menangis tersedu-sedu.

"Ada apa, sayang?" tanya Khadijah begitu lembut, menutupi kekhawatirannya sendiri akan
berita buruk yang dibawa putrinya itu.

"Suamiku menceraikan aku, Bunda," isak Ruqayyah. "Ayah mertuaku, Abu Lahab, menyuruh
suamiku menceraikan aku dan suamiku menurut. Ia dijanjikan akan dinikahkan kembali
dengan putri bangsawan."

Rasulullah dan Khadijah saling bertatapan sedih. Sudah sekejam itu Abu Lahab bertindak
untuk menyakiti Rasulullah dan keluarganya.

"Ummu Jamil, ibu mertuaku, merobek-robek bajuku," lanjut Ruqayyah pilu. "Abu Lahab
memukuliku. Abu Lahab, Ummu Jamil, dan suamiku, Utbah, bersumpah tidak akan
menerima lagi kehadiranku selama ayah masih tetap mendakwahkan Islam."

Seberapa pun tabahnya Khadijah, akhirnya air matanya menitik juga melihat putrinya yang
kini menjadi orang terusir. Dengan lembut, Rasulullah memeluk putrinya itu dan menghapus
air mata di pipinya.

"Aku lebih sayang Ayah dan Bunda daripada siapa pun di dunia ini," bisik Ruqayyah kepada
Rasulullah.

Dengan hati pilu, Rasulullah pergi menemui Abu Bakar. Rasulullah menceritakan kejadian
yang menimpa Ruqayyah.

"Ya Rasulullah," kata Abu Bakar dengan lembut.

"Sebenarnya, dari dulu, Utsman bin Affan sudah menaruh hati pada Ruqayyah, tetapi Utbah
mendahuluinya. Utsman sangat menyesal tidak dapat menyunting putri Anda."

Mendengar penuturan Abu Bakar, Rasulullah pun kemudian menikahkan Utsman dengan
Ruqayyah. Untuk sementara, berakhir satu kesedihan.

69
Masih banyak lagi cobaan dan ujian lain yang akan mendera Rasulullah, keluarga, dan para
sahabatnya.

Duri-duri di Jalan

Gangguan Ummu Jamil dan Abu Lahab semakin menjadi jadi. Setiap kali Rasulullah ‫ﷺ‬
berjalan untuk menemui para pengikutnya, setiap itu pula beliau menemukan duri-duri
bertebaran di jalan. Perlahan dan berhati-hati, Rasulullah ‫ ﷺ‬melangkah agar duri tidak
menembus kakinya. Namun, hampir setiap kali pula dalam keadaan itu, kotoran dan batu
melayang ke arah beliau.

Suara tawa melengking terdengar jika Rasulullah ‫ ﷺ‬tengah sibuk menghindari lemparan
batu dan kotoran. Sambil menghapus kotoran yang melekat di pakaian, Rasulullah menoleh
ke arah suara tawa. Ummu Jamil dan Abu Lahab kelihatan begitu menikmati penderitaan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Ummu Jamil berpakaian mencolok dan selalu menatap Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan
tatapan menghina.

"Lihat!" lengking Ummu Jamil,

"Inilah Muhammad, anak gembel yang berani membawa agama baru! Agama yang dikiranya
dapat menyamakan kedudukan para bangsawan dan budak!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berkata apa-apa untuk membalas. Beliau hanya balik menatap dengan
tatapan yang tajam.

"Percuma kamu banyak berkata, istriku! Telinganya sudah tuli!" Sembur Abu Lahab. "Hai,
para budak! Lanjutkan kesenangan kalian!”

Seketika itu juga, budak-budak kuat bertubuh besar milik Abu Lahab dan Ummu Jamil
kembali melempari Rasullulah ‫ ﷺ‬dengan batu, kotoran, dan pasir. Diperlakukan seperti itu,
Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak membalas sedikit pun. Beliau hanya menghindar, menahan sakit, seraya
bersabar dan terus bersabar.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 33
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Bilal bin Rabbah

70
Beberapa pengikut Rasulullah yang pertama berasal dari kalangan miskin dan lemah. Ajaran
Islam yang melarang penindasan membuat banyak budak dengan segera menjadi seorang
Muslim. Namun, jika tuan mereka tahu akan hal ini, para budak itu dipaksa harus memilih:
kembali menyembah berhala atau disiksa habis-habisan.

"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir!" raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi.
Rupanya, ia sangat murka mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah, menjadi
pengikut Rasulullah. Lebih murka lagi ia ketika tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih
memilih menghadapi siksa dan membangkang kehendaknya daripada harus keluar dari
agama barunya itu.
Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju Bilal. Kemudian, budak malang itu
ditelentangkan di atas padang pasir yang panasnya begitu menyengat saat matahari berada
di atas kepala.

"Budak jelek, engkau akan diperlakukan seperti ini hingga engkau mati atau engkau
mengingkari Muhammad dan kembali menyembah Lata dan Uzza!".

Menghadapi ancaman itu, Bilal hanya berkata,


"Ahad! Ahad!" ("Maha Esa Allah! Maha Esa Allah! ")

Suara cambuk memerihkan telinga ketika Bilal disiksa, "Ahad! Ahad!"

"Letakkan batu besar di atas dadanya!" raung Umayyah.

Bilal merasa dadanya hampir remuk dan terasa sesak sekali, sehingga nyaris ia tidak dapat
lagi bernapas atau pun bersuara, tetapi ia tetap melantunkan kalimat juangngya. "Ahad!
Ahad! Ahad!"

Ibu Bilal, Hamamah, juga disiksa tuannya. Menurut suatu riwayat, ia gugur dalam
penyiksaan itu dan wafat sebagai syuhada.
(Dalam riwayat yang lain, Hamamah, dimerdekakan Rasulullah).

Khalid bin Sa'id

Seperti Bilal, Khalid bin Sa'id termasuk orang-orang pertama yang beriman. Khalid adalah
orang ke kelima yang masuk Islam. Ia bermimpi akan jatuh ke jurang api, tapi diselamatkan
oleh seseorang yang ternyata ia adalah Rasulullah SAW.

Siksaan Demi Siksaan

Setelah melihat Umayyah menyiksa Bilal sedemikian kejam, para pemilik budak dan
pembesar Quraisy yang lain ikut menyiksa para budak mereka yang ketahuan memeluk
agama Islam. Beragam siksaan sangat kejam ditimpakan kepada para pemeluk Islam
pertama itu.

"Hukuman apa yang harus kutimpakan kepada budak pembangkang ini, Tuan?" Tanya
algojo.

71
Sang Tuan tersenyum sinis, "Cambuk dia sampai tanganmu tidak mampu lagi!"

Algojo melaksanakan tugasnya dengan patuh. Suara lecutan cambuk disertai erangan orang
terdengar dari detik ke detik. Setiap lecutan membuat rasa sakit lebih perih dari lecutan
sebelumnya. Sebagian orang yang kuat bertahan hingga pingsan. Sebagian yang lain gugur
karena tidak kuat menahan derita.

Lebih dari itu, ternyata bukan hanya cambuk yang bicara.

"Buka pakaiannya!" perintah seorang bangsawan kepada tukang pukulnya.

Beberapa budak Muslim yang malang itu segera saja menjadi tidak berbaju.

"Pakaikan mereka pakaian besi yang ketat menempel di kulit!" seringai sang bangsawan.

Para tukang pukul segera menurut.

"Sekarang, bakar baju besi yang telah dikenakan itu!" seru bangsawan dengan buas.

Jerit kesakitan budak-budak Muslim itu amat memilukan karena baju besi yang dibakar itu
menghanguskan seluruh kulit tubuh mereka.

Ummu Ubais dan Zinnirah

Ummu Ubais dan Zinnirah adalah dua perempuan Muslim yang disiksa sampai jadi buta.
Orang-orang Quraisy mengejek dengan mengatakan bahwa kebutaan itu disebabkan
mereka dikutuk berhala.
Akan tetapi, dengan izin Allah, keduanya kemudian dapat melihat lagi sehingga orang-orang
Muslim dapat membalas ejekan orang-orang kafir.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 34
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Syahidah Pertama

Sabar, demikian sabda Rasulullah ‫ﷺ‬, setiap kali para pengikutnya mengadukan penderitaan
mereka. Saat itu memang tidak ada lagi yang dapat diperbuat selain sabar sampai mati.
Sabar yang demikian membuat para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita
siksa di luar batas kemampuan fisik manusia.

72
Khabbab bin Al Arat pernah meminta agar Rasulullah ‫ ﷺ‬berdo'a kepada Allah dalam
menghadapi penindasan ini. Mendengar ini, Rasulullah duduk dengan wajah merah padam
seraya bersabda,

"Sungguh telah terjadi sebelum kamu, ada orang yang disisir badannya dengan sisir besi
hingga dagingnya mengelupas dan terlihat tulang-tulangnya. Akan tetapi, ia tetap teguh
َ ُ َ
memegang keyakinannya. Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬akan menyempurnakan urusan ini sampai
seorang penunggang kuda berjalan dari Shan'a ke Hadramaut dan ia tidak takut kecuali
kepada Allah. Ingatlah, serigala akan tetap ada di tengah-tengah gembalaan, hanya saja
kalian lengah."

Sumayyah adalah ibu Ammar bin Yasir. Beserta suami dan anaknya, Sumayyah disiksa
karena mengikuti ajaran Rasulullah. Ia diseret di jalan-jalan Kota Mekah, lalu dilempar ke
padang pasir.

"Pukuli dia! Pukuli dia sekuat-kuatnya!" Perintah Abu Jahal.

Sumayyah pun dipukuli sampai pingsan. Kejadian ini dilakukan berulang-ulang selama
berhari-hari. Namun, semakin sakit tubuhnya, iman Sumayyah malah semakin tinggi.

"Engkau mengikuti Muhammad karena tertarik pada ketampanannya!" ejek Abu Jahal.

"Tidak," geleng Sumayyah,


"Aku mengikuti Rasulullah karena percaya pada apa yang beliau sampaikan. Aku mengikuti
Rasulullah karena beliau mengajarkan ada Tuhan yang lebih patut disembah daripada
berhala-berhala kalian!"

Akhirnya, kesabaran Abu Jahal pun habis. Dia mengambil tombak dan menusuk Sumayyah.

Sumayyah tercatat dalam sejarah sebagai perempuan muslim pertama yang syahid
(syahidah) karena membela Islam.

Surga Untuk Keluarga Yasir

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬menyaksikan Yasir, Sumayyah dan putra Yasir yang bernama Ammar
disiksa habis-habisan, beliau bersabda, "Sabar wahai keluarga Yasir, tempat yang telah
dijanjikan bagi kalian adalah surga."

PENEBUSAN

Melihat saudara-saudara baru mereka disiksa demikian kejam, Abu Bakar, Utsman bin Affan,
dan semua orang kaya yang beriman segera bertindak. Abu Bakar mendatangi Umayyah bin
Khalaf yang sedang menyiksa Bilal.

"Bebaskan dia," pinta Abu Bakar.

73
"Tidak!" Cibir Umayyah.
"Engkau dan temanmu telah meracuni pikirannya! Justru aku yang minta kamu
menghentikan pengaruh jahatmu terhadap budakku ini!"

Abu Bakar merasa bahwa hati Umayyah tidak mungkin dibujuk lagi, maka dia segera
mengajukan penawaran.

"Kubeli Bilal darimu! Lihat, ini lima uqiyah emas! Ambil uang itu, dan berikan Bilal
kepadaku!"

Dengan seringai penuh kemenangan, Umayyah menyambar uang-uang emas itu.

"Wahai Abu Bakar! Andaikata engkau menawar satu uqiyah saja, sudah tentu aku
menjualnya! Dia sudah tidak berharga lagi bagiku!"

Wajah Abu Bakar memerah, bukan karena marah, melainkan karena dipenuhi rasa bahagia
bisa menolong saudaranya yang tertindas.

"Jangan hanya lima uqiyah" ujar Abu Bakar sepenuh hatinya, "Andaikan engkau menjual
seratus uqiyah pun, aku akan tetap membelinya!"

Kini giliran wajah Umayyah yang memerah. Terbayang keuntungan yang akan didapatnya
seandainya ia menawar lebih tinggi lagi.

Abu Bakar yang baik hati kemudian membebaskan Bilal. Tidak berhenti sampai di situ, beliau
pun terus menggunakan hartanya untuk membebaskan lima kaum muslimin lain yang
tengah disiksa. Budak terakhir yang dibebaskan adalah budak milik Umar bin Khattab.

Orang-orang Quraisy mengejek Abu Bakar, "Alangkah sia-sianya Abu Bakar itu! Dia
membuang-buang uang untuk membebaskan orang!"

Namun, semangat Abu Bakar justru membakar kaum muslimin lain untuk turut berusaha
keras membebaskan saudara-saudara mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 35
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Darul Arqam

74
Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah ‫ ﷺ‬mulai berbuah, sedikit demi sedikit,
para pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah Rasulullah yang kecil itu mulai terasa sempit.

"Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan tempat pertemuan ke rumahku,"
usul Arqam. "Rumahku cukup luas untuk menampung jumlah kita yang sudah puluhan
orang. Lagi pula, letaknya ada di puncak bukit. Orang-orang jahat tidak mudah mencapai
tempat itu untuk mengganggu kita."

Rasulullah pun setuju. Oleh karena itu, pertemuan setiap malam pun pindah ke rumah
Arqam. Sebagian pemeluk Islam waktu itu adalah orang-orang lemah: para budak, buruh,
orang miskin, perempuan-perempuan fakir, serta orang tertindas lain. Sisanya adalah
golongan orang terpelajar dan pedagang kaya.

Sebenarnya, kebanyakan pedagang mulanya agak ragu.

"Bagaimana jika nanti ajaran baru ini menutup Mekah dari rombongan saudagar dari
tempat-tempat lain? Kalau demikian yang terjadi, kita akan bangkrut." Ujar seorang
pedagang.

Namun, keraguan itu ditepis Rasulullah. Islam tidak akan menutup Mekah. Islam juga tidak
akan mengubah musim ziarah ketika justru banyak pedagang mancanegara berdatangan ke
Mekah. Islam tidak melarang semua itu.

Hal yang dilarang adalah:


1. Menyembah berhala
2. Menyerahkan persembahan dan korban kepada bangsawan Quraisy
3. Bertelanjang ketika thawaf di Ka'bah
4. Menyelenggarakan pelacuran
5. Mengeluarkan kata-kata kotor dan tindakan buruk lain saat melaksanakan ziarah

*Rencana Para Pemuka Quraisy*

Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, para pedagang pun merasa lega. Kebanyakan
mereka bukan pedagang budak dan tidak menarik untung dari korban yang dipersembahkan
untuk bangsawan-bangsawan Quraisy. Iman mereka pun semakin kuat.

Melihat Islam semakin dicintai para pengikutnya, para pembesar Quraisy pun menyusun
rencana lain...

"Apa yang harus kita lakukan?" teriak seorang pemuka Quraisy.


"Abu Bakar dan teman-temannya terus membebaskan budak-budak kita! Tidak ada jalan
lain, bunuh budak-budak itu agar yang lain ketakutan!"

"Tidak," geleng Abu Jahal lemah. "Sumayyah telah kubunuh, tapi itu tidak membuat yang
lain takut. Cari saja cara yang lain!"

75
Seorang pemuka Quraisy berdiri cepat,
"Pukuli Muhammad sampai remuk! Dengan demikian, wibawanya akan hancur dan
pengikutnya pun bubar ketakutan!"

"Namun, keluarga Muhammad dari Bani Hasyim akan membelanya!" lengking yang lain.

"Siapa? Abu Thalib sudah terlalu tua! Yang harus kita takuti dari Bani Hasyim adalah
Hamzah! Namun, engkau lihat sendiri, Hamzah sibuk berfoya-foya sendiri! Ia tidak peduli
pada nasib keponakannya itu! Pilihlah dua orang yang paling ditakuti di Mekah untuk
melaksanakan tugas ini!"

Sejenak, orang-orang terdiam sambil memandang berkeliling. Kemudian, seorang dari


mereka menunjukkan jarinya kepada pemuda bertubuh tinggi besar,
"Engkau, Umar bin Khattab! Engkau dan Abu Jahal! Tidak ada orang lain yang berani
melawan kalau kalian memukuli Muhammad!"

Orang-orang berseru "setuju."

"Sabar," tiba-tiba seseorang berseru,


"langkah awal bukanlah serangan fisik! Hancurkan dulu wibawanya! Ku usulkan agar kita
suruh para budak melempari Muhammad dan meneriakinya sebagai pembohong, orang
gila, dan tukang sihir!"

Usul itu disetujui. Mulai hari itu, setiap Rasulullah melewati jalan-jalan di Mekah, para
budak, para wanita yang nasibnya justru sedang diperjuangkan Rasulullah, meneriaki beliau,
"Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"

Suara mereka keras dan tajam layaknya orang sedang mengusir kucing yang masuk dapur.
Kemudian, apa yang terjadi jika Abu Jahal atau Umar mulai memukuli Rasulullah

Kuda Jantan

Saat itu merupakan masa yang berat bagi Rasulullah. Beliau pergi ke sebuah tempat yang
teduh, berbaring di atas batu, dan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Tidak
ada yang lebih menyakitkan dibanding cacian dan celaan dari orang-orang yang justru
sedang diperjuangkan Rasulullah mati-matian.

Sementara itu, di depan Ka'bah, Abu Jahal berkoar di depan teman temannya,
"Aku bersumpah untuk menghantam kepala Muhammad dengan sebuah batu ketika dia
sedang sujud kepada Tuhannya!"

Beberapa orang bersorak memberi semangat, sedangkan yang lain saling pandang dengan
terkejut. Itu adalah sebuah tindakan kejam yang dapat menimbulkan kematian. Jika
Muhammad meninggal, Bani Hasyim pasti akan menuntut balas dan Mekah akan terpecah
oleh perang saudara. Namun, Abu Jahal telah mengucapkan sumpah yang tidak dapat
ditarik lagi tanpa mencoreng mukanya sendiri. Oleh karena itu, mereka memilih untuk
mengamati apa yang terjadi dengan dada berdebar-debar.

76
Kesempatan yang ditunggu Abu Jahal pun tiba. Saat itu, Rasulullah sedang shalat di depan
Ka'bah. Ketika beliau sujud, Abu Jahal dengan cepat melangkah mendekat. Kedua tanganya
yang menggenggam batu terangkat tinggi-tinggi, matanya menyala buas.

Namun, ketika batu akan dihujamkan sekuat tenaga, mendadak Abu Jahal berbalik pergi.
Batu di tangannya lepas dan wajahnya pucat ketakutan.

"Ada apa?" semua teman- temannya bertanya kebingungan.

Dengan napas tersendat-sendat, Abu Jahal berkata,


"Demi Tuhan, di depanku tadi berdiri seekor kuda jantan. Belum pernah aku menyaksikan
seekor kuda jantan serupa itu. Kepala, tengkuk, dan giginya sungguh mengerikan. Aku yakin
dia akan menelanku seandainya batu tadi kuhantamkan!"

Abu Jahal pergi cepat-cepat untuk menenangkan diri.

Orang-orang memandang Rasulullah dengan heran dan takjub. Sementara itu, Rasulullah
tetap melanjutkan shalat dengan khusyuk. Wajah beliau begitu teduh dan tenteram.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 36
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Singa Padang Pasir

Orang-orang terus menertawakan Rasulullah setiap kali lewat. "Pembohong besar! Orang
gila! Tukang sihir!"

Abu Jahal terus menyemangati orang-orang yang mengejek sambil kerap kali melontarkan
caci maki juga.

Rasulullah mendadak berhenti melangkah. Beliau berpaling dengan tenang menghadap Abu
Jahal, dengan sorot matanya tajam. Abu Jahal berhenti dan terdiam. Dengan wajah sayu
penuh belas kasihan, Rasulullah memandang orang-orang kecil yang mengejeknya. Seketika,
sorak-sorai pun mereda. Semua orang yang berada di sekitar tempat itu terpesona melihat
keadaan Rasulullah. Baru kali ini mereka seolah disadarkan, betapa menyakitkannya ejekan
mereka itu diterima Rasulullah.
Sorot mata Rasulullah seolah berkata, "Mengapa kalian mengejekku? Bukankah aku sedang
berjuang menyelamatkan kalian dari kekejaman bangsa Quraisy dengan membawa Islam
yang mulia? Seandainya kalian tahu, ejekan Abu Jahal itu tidak begitu menyakitkan

77
dibanding kata-kata kalian, sebab kepada kalianlah Allah meyuruhku menebar kasih
sayang."

Tanpa sepatah kata pun, Rasulullah berlalu. Orang-orang bubar dengan membawa perasaan
masing-masing. Tatapan Rasulullah tadi sangat berkesan di hati seorang budak perempuan.
Ketika budak itu berjalan pulang, ia melihat Hamzah bin Abdul Muthalib datang.

Hamzah adalah paman Nabi, usia mereka hampir sebaya. Dari kecil, Rasulullah dan Hamzah
dibesarkan bersama, bermain bersama, dan menjadi sahabat karib. Karena itulah Hamzah
begitu menyayangi Rasulullah.

Hamzah berjalan gagah dan bangga memasuki Mekah. Ia betul-betul laki-laki perkasa
dengan perawakan tinggi dan kekar. Dengan wajah angkuh, Hamzah melangkah sambil
menyandang busurnya. Ia habis berburu.

Orang-orang yang melihatnya pun berbisik kagum. Namun, budak perempuan tadi merasa
ada yang janggal, mengapa orang segagah ini tidak membela Muhammad, keponakannya
sendiri?
Mengapa ia bisa setenang itu?
Tahukah ia bahwa Muhammad keponakannya, dicaci maki orang?
Muhammad dihina pemimpin kabilah lain yang menjadi saingan Bani Hasyim!
Pantaskah ia disebut sebagai pemuda perkasa yang pantang menyerah pada lawan,
sedangkan ia tidak berbuat apa pun ketika seorang keluarga Bani Hasyim dicaci maki orang?

Dengan dada hampir meluap, budak perempuan itu menegur Hamzah, "Tuan, tidak tahukah
Anda apa yang menimpa kemenakanmu itu?"

Hamzah berhenti dan budak perempuan itu menceritakan apa yang dilihatnya. Dalam
sekejap saja, wajah Hamzah memerah. Tanpa berkata apa pun, ia berbalik menuju Ka'bah
dengan langkah bergegas. Ia mencari Abu Jahal.

Kebimbangan Hamzah

Di depan Ka'bah, Abu Jahal bercerita kepada beberapa temannya, "Puas rasanya melihat
Muhammad dicaci begitu banyak orang", ujar Abu Jahal, "Kalau kuberi semangat sedikit lagi,
bukan tidak mungkin mereka akan memukulinya."

Teman-temannya terlihat ikut bersemangat. Beberapa orang mulai ikut bicara, tetapi
mendadak semuanya terdiam dan memandang ke satu arah. Abu Jahal ikut menoleh dan
seketika kerongkongannya tercekat. Hamzah bin Abdul Muthalib, sang pahlawan Bani
Hasyim, menjulang di belakangnya dengan mata menyala tanpa ampun.

"Beraninya engkau mencaci maki Muhammad, padahal aku telah memeluk agamanya? Coba
lakukan penghinaanmu kepadaku jika engkau benar-benar jantan!"

Setelah berkata begitu, Hamzah melayangkan busurnya. Bunyinya mendecit, cepat , dan
keras sehingga kepala Abu Jahal pun terluka.

78
Beberapa teman Abu Jahal serempak berdiri. Tampaknya, perkelahian tidak terhindarkan
lagi. Ketika Abu Jahal melihat ini, ia mengangkat tangan untuk mencegah teman temannya.
Abu Jahal yakin, dalam keadaan seperti itu, Hamzah tidak akan ragu-ragu membunuh orang.

Dengan napas tersengal, Abu Jahal memegangi kepalanya. Ia berkata sambil menahan
marah, "Kita tinggalkan saja dia! Aku memang telah mencaci maki kemenakannya."

Mereka pun pergi dengan geram dan murung. Namun, hati Hamzah belum lagi lega. Ia
pulang dengan bimbang, "Mengapa begitu mudah kutinggalkan agama nenek moyangku?"

Setelah melewati malam yang gelisah, Hamzah akhirnya berdoa, "Ya Tuhan, jika Muhammad
benar, teguhkanlah hatiku. Jika Muhammad salah, jauhkanlah aku darinya!"

Hamzah menemui Rasulullah dengan sedih dan menceritakan semua kegelisahan hatinya.
Rasulullah lalu membacakan beberapa ayat Al Qur'an.

Perlahan, hati Hamzah dipenuhi rasa tenang, haru, dan kagum. Dengan bulat hati, ia pun
berkata,

"Aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh benar, maka itu tampakkanlah agamamu, hai
anak saudaraku!"

Bukan main bersyukurnya Rasulullah. Kini, Islam telah memiliki benteng yang kuat dalam
menghadapi kekerasan Quraisy. Hamzah memeluk Islam pada akhir tahun ke enam
kenabian (nubuwwah).

Orang-orang Quraisy tidak putus asa, Mereka mempunyai cara lain untuk menekan
perjuangan Rasulullah.

Singa Allah dan Singa Rasul-Nya

Kemudian seluruh kegagahan Hamzah dibaktikannya untuk membela Allah dan agama-Nya,
sehingga Rasulullah memberi Hamzah julukan istimewa, Singa Allah dan Singa Rasulullah.
Hamzah adalah komandan Sariyah yang pertama.
Sariyah adalah pasukan Muslim yang berangkat tanpa disertai Rasulullah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 37
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

79
Tawaran Utbah bin Rabi'ah

"Sesak dadaku melihat Muhammad dan para pengikutnya!" teriak seorang pembesar
Quraisy. "Setiap hari mereka semakin kuat!" geram yang lain. "Semua gangguan dan siksaan
kita seolah tidak berpengaruh apa-apa. Sangat mengherankan!" gerutu yang lain
menggelengkan kepala.

Ketika suasana bertambah panas, Utbah bin Rabi'ah berdiri. Semua orang memandangnya
dan menunggu.

"Kalau jalan kekerasan tidak membuahkan hasil, sudah saatnya kita mencoba cara lain, "
kata Utbah bin Rabi'ah.
Suaranya pelan dan tenang.

"Kalau kalian setuju, aku akan bicara dengan Muhammad dan menawarkan beberapa hal
menarik kepadanya. Apakah kalian setuju?"

Setelah terdiam sejenak, akhirnya orang orang Quraisy itu pun setuju.

"Coba laksanakan usulmu! Kami bersedia memberi apa saja asal Muhammad mau
bungkam!" kata mereka.

Utbah bin Rabi'ah pun menemui Rasulullah.

"Anakku," katanya lembut,

"engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau membawa soal besar sehingga
masyarakat kita tercerai-berai. Sekarang dengarlah, kami menawarkan kepadamu beberapa
hal, mungkin sebagiannya bisa engkau terima. Anakku, kalau yang engkau inginkan adalah
harta, kami siap mengumpulkan dan memberikan harta kami sehingga engkau akan menjadi
seorang paling kaya. Kalau engkau ingin kedudukan, akan kami angkat engkau sebagai
pemimpin kami sehingga kami tidak akan mengambil keputusan tanpa persetujuanmu.
Kalau engkau ingin menjadi raja, akan kami nobatkan engkau menjadi raja kami. Jika engkau
diserang penyakit yang tidak dapat engkau sembuhkan sendiri, akan kami biayai
pengobatannya dengan harta kami sampai engkau sembuh."

Rasulullah terdiam sejenak. Utbah bin Rabi'ah merasa kata katanya yang berbunga itu
seolah menguap tanpa jejak ke udara.

Surat Fushilat

Rasulullah lalu membaca ayat-ayat Al Qur'an Surat Fushilat mulai dari ayat pertama:

‫اﻟﺮ ْﺣﻤﻦ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ِﺣ ِﻢ‬ ‫ﷲ ﱠ‬ِ ‫ِ ْﺴ ِﻢ‬

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

80
(1). ‫ﺣﻢ‬
Haa Miim. (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.

‫َﺗ ْ ٌﻞ ِﻣ َﻦ ﱠ‬
‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ٰ ﻦ ﱠ‬
(2). ‫اﻟﺮ ِﺣ ِﻢ‬
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

َ َ ُ ُُ ْ ُ ٌ َ
(3). ‫ﺎب ﻓ ﱢﺼﻠﺖ آ َ ﺎﺗﻪ ﻗ ْﺮآﻧﺎ َﻋ َ ِ ﺎ ِﻟﻘ ْﻮ ٍم َ ْﻌﻠ ُﻤﻮن‬ ‫ِﻛﺘ‬
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui,

َ َ َ ُ َ َ َْ َ َ
(4). ‫ض أ ُ ﻫ ْﻢ ﻓ ُﻬ ْﻢ َ ْﺴ َﻤ ُﻌﻮن‬‫َ ِﺸ ا َوﻧ ِﺬﻳﺮا ﻓﺄﻋﺮ‬
yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka
berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.

َ َ َ‫ﱠ‬ ْ َ ٌ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َْ ‫ﱠ‬ َ ُ َ
(5). ‫ﺎب ﻓﺎﻋ َﻤ ْﻞ ِإﻧﻨﺎ ﻋ ِﺎﻣﻠﻮن‬ ‫َوﻗﺎﻟﻮا ﻗﻠ ُ ﻨﺎ ِ أ ِ ﻨ ٍﺔ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗﺪﻋﻮﻧﺎ ِإﻟ ْ ِﻪ َو ِ آذ ِاﻧﻨﺎ َوﻗ ٌﺮ َو ِﻣ ْﻦ َﺑ ْ ِﻨﻨﺎ َو َ ْ ِﻨﻚ ِﺣﺠ‬
Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru
kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding,
maka lakukanlah (sesuai kehendak kamu); sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai
kehendak kami)".

Rasulullah terus membacakan ayat-ayat lanjutannya yang menuturkan tentang Rasulullah


hanyalah seorang pemberi peringatan, tentang gunung-gunung yang kokoh, tentang
penciptaan langit dan tujuh lapisannya, tentang azab petir yang menimpa kaum Tsamud,
tentang ngerinya nasib kaum kafir yang menolak wahyu dari Allah.

Ayat-ayat itu begitu memesona Utbah sampai ia lupa pada apa yang ia tawarkan kepada
Rasulullah. Hatinya semakin hanyut, larut, dan...

"Cukuplah Muhammad. Cukuplah sekian saja!" seru Utbah. Ia diam sejenak, lalu kemudian
bertanya lagi,

"Apakah engkau dapat menjawab selain yang tadi engkau baca?"

"Tidak".

Utbah terpana.

"Jadi, inilah Muhammad," pikirnya.


"Laki laki ini bukanlah orang yang ingin memiliki gunungan harta, kedudukan, kerajaan, dan
sama sekali bukan orang sakit. Ia hanyalah orang yang ingin mempertahankan tugasnya
dengan baik sekali dan ia tadi mengucapkan kata kata penuh mukjizat..."

81
Begitulah, akhirnya Utbah bin Rabi'ah kembali dengan tangan hampa. Para pembesar
Quraisy pun kecewa karena Rasulullah menolak tawaran mereka. Kemudian, penganiayaan
dan siksaan terhadap kaum Muslimin pun berlanjut dan semakin ganas.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 38
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ke Habasyah

Gangguan terhadap kaum Muslimin semakin berat dari hari ke hari. Bahkan, beberapa orang
gugur karena disiksa terlalu keras. Berdasarkan wahyu dari Allah, Rasulullah pun
memerintahkan agar mereka berhijrah.

"Wahai Rasulullah, ke mana kami akan pergi?"

Rasulullah menasehati agar mereka pergi ke Habasyah yang rakyatnya menganut agama
Kristen.

"Tempat itu diperintah oleh seorang raja dan tidak ada orang yang dianiaya di situ. Itu bumi
yang jujur, sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua," demikian sabda
Rasulullah.

Mematuhi perintah Rasulullah, berangkatlah rombongan pertama kaum Muslimin ke


Habasyah pada bulan Rajab, tahun ke lima kenabian. Rombongan itu terdiri atas 12 orang
pria dan 4 perempuan. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka meninggalkan Mekah,
menyeberangi laut ke benua Afrika, dan tiba di pantai Habasyah. Seperti yang dikatakan
Rasulullah, Najasyi, Raja Habasyah itu, memberi mereka perlindungan dan tempat yang
baik.

Kelak, ketika mendengar bahwa orang Quraisy tidak lagi menyiksa kaum Muslimin, mereka
kembali pulang. Namun, ternyata berita itu tidak benar.
Di Mekah, keadaan justru semakin buruk bagi kaum Muslimin. Mereka pun berangkat
kembali ke Habasyah, kali ini dengan jumlah rombongan yang lebih besar, terdiri atas 83
orang pria dan 18 wanita dipimpin oleh Ja'far bin Abu Thalib.

Habasyah

Saat itu Habasyah adalah negara yang meliputi bagian selatan Mesir, Erytrea, Ethiopia, dan
Sudan. Habasyah artinya 'persekutuan'. Dahulu Habasyah bersekutu dengan kerajaan Saba
atau Himyar. Kaum Muslimin berangkat dari Teluk Syu'aibah, sebelah selatan Jeddah.

82
Amarah Umar

Umar bin Khattab duduk termenung di rumahnya. Di seluruh Mekah, tidak ada seorang pun
yang mampu melunakkan hati Umar. Ia begitu cepat naik pitam dan garang. Ia tidak pernah
luluh oleh rayuan gadis-gadis penghibur setiap kali ia mendatangi para penjual khamr.
Ia tidak pula pernah terbujuk ikut bergabung dengan para pejalan malam yang suka
bergerombol di pelataran rumah sambil mendengarkan para penabuh rebana.

Segalanya tidak mampu melembutkan kekerasan hatinya yang suka bertindak garang dan
menakutkan.

Namun kini, ia tengah duduk termenung sendiri.

"Hamzah, apa yang terjadi padamu? Engkau menaklukkan dan mempermalukan Abu Jahal,
temanmu sendiri! Apa yang membuatmu jadi seperti ini? Bahkan, engkau berani
meninggalkan agama nenek moyang kita dan bergabung dengan Muhammad! Ini jelas akan
membuat pengikut agama baru ini jadi sombong dan besar kepala!
Hamzah, bukankah engkau, Abu Jahal, Khalid bin Walid dan aku telah bersama membuat
Quraisy jadi suku paling disegani? Semua itu berkat kerja keras dan keuletan kita berempat.
Suku-suku yang lain iri kepada Quraisy karena Quraisy memiliki kita. Ini semua gara-gara
Muhammad! Hamzah tidak lagi mau minum-minum bersamaku. Betapa sepinya malam-
malam tanpa Hamzah!"

"Muhammad, engkau membuat pusing kepala orang-orang miskin, para budak, buruh kasar,
dan para perempuan lemah! Engkau membuat mereka berani menentang para majikan!
Apa yang engkau sampaikan pasti sebuah sihir.
Muhammad, tegakah engkau melihat para pengikut mu pergi meninggalkan tanah air nya ke
Habasyah yang begitu jauh?
Ini benar-benar keterlaluan! Aku harus membunuh Muhammad sekarang juga! Meski aku
harus berhadapan dengan Hamzah, aku akan membunuhmu dan membuat Mekah kembali
seperti dulu!"

Setelah berpikir begitu, Umar bin Khattab mencabut pedangnya. Amarahnya dengan cepat
naik ke ubun-ubun. Dengan langkah-langkah yang tidak bisa dirintangi, Umar berjalan cepat
menuju Darul Arqam. Matanya mengandung api dan pedangnya membara! Tidak seorang
pun bisa menghalangi Umar jika ia sudah bertekat dengan sunguh-sunguh!

Duka Umar

Ummu Abdillah adalah seorang perempuan tua. Ia juga tetangga Umar bin Khattab. Setelah
ia sekeluarga memeluk Islam, Umar suka mengganggunya. Padahal sebelum itu, Umar cukup
hormat dan bahkan menyayanginya.
Saat itu, Ummu Abdillah tengah membereskan barang-barang untuk dibawa hijrah ke
Habasyah. Tiba-tiba, hatinya berdebar. Ia melihat Umar bin Khattab melangkah dengan
pedang terhunus! Karena tidak ada waktu lagi untuk lari ke dalam rumah, Ummu Abdillah

83
bersembunyi di balik barang-barangnya. Hatinya berdebar tidak karuan. Tanpa sadar, ia
menahan napas ketika Umar semakin mendekat.

Akan tetapi, Umar melihatnya dan berhenti.

"Jadi engkau benar benar akan berangkat, wahai Ummu Abdillah?"

Ummu Abdillah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia heran karena suara Umar tidak
terdengar marah seperti biasanya.

"Ya, demi Allah. Engkau telah menyakitiku dan menindasku. Aku akan benar-benar pergi ke
bumi Allah hingga Allah memberikan jalan keluar bagiku," sahut Ummu Abdillah.

Sesaat, Umar tampak merenung, "Ini dia tetanggaku, mereka akan pergi juga meninggalkan
Mekah."

Umar berpaling, menatap wajah tua Ummu Abdillah dan berkata dalam hati, "Begitu jauh
jalan yang akan ditempuh orang tua ini, begitu sedikit barang yang bisa dibawanya."

Akhirnya Umar melangkah pergi sambil berkata parau, "Semoga Allah senantiasa
menyertaimu."

Ummu Abdillah terpana. Belum pernah Umar berlaku selembut ini sejak mereka memeluk
Islam.

"Tidakkah engkau melihat kelemahlembutan dan kedukaan Umar terhadap kita?" tanya
Ummu Abdillah kepada putranya.

"Apakah Ibu berharap ia akan memeluk Islam?" tanya sang putra. "Dia tidak akan pernah
memeluk Islam sebelum keledai bapaknya juga masuk Islam!"

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 39
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Berita untuk Umar

Umar melanjutkan langkahnya menuju Darul Arqam.


"Sudah jelas, Muhammad-lah yang menyebabkan semua kesengsaraan ini! Aku harus
membunuhnya agar Mekah kembali damai dan tenang. Mengenai Hamzah, aku akan
bertarung dengannya. Aku yang mati atau Hamzah yang mati, itu tidak terlalu membuatku
risau."

84
Tiba-tiba, lamunannya buyar ketika Nu'aim bin Abdullah menegurnya, "Hendak kemana,
wahai putra Khattab?"

"Aku akan menemui Muhammad! Dia yang menukar agama nenek moyang kita. Dia yang
memecah belah masyarakat Quraisy. Dia memiliki banyak angan-angan bodoh. Dia yang
mencaci tuhan-tuhan kita. Untuk semua kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!"

"Demi Allah, engkau telah tertipu oleh dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah tindakanmu
membunuh Muhammad akan dibiarkan saja oleh Bani Abdi Manaf? Tidakkah lebih baik
engkau pulang dan mengurusi keluarga mu sendiri?"

Umar berhenti melangkah dan bertanya tajam, "Keluarga ku yang mana?"


"Saudara sepupumu sendiri, Sa'id bin Zaid bin Ammar dan istrinya yang tak lain adalah adik
perempuanmu, Fathimah binti Khattab. Mereka telah mengikuti ajaran Muhammad, urusi
saja mereka dulu!"

Umar segera membalikkan badan dan melangkah cepat menuju ke rumah adiknya.

"Kalau itu benar, aku akan bertindak pada Sa'id bin Zaid seperti yang pernah dilakukan oleh
ayahku yang garang. Al Khattab, kepada ayah Sa'id, Zaid bin Ammar! Berani-beraninya dia
memeluk Islam, sedangkan dia tahu aku membenci agama itu!"

Dengan keras, Umar bin Khattab menggedor pintu rumah Sa'id bin Zaid dan Fatimah.
Suaranya berdentum-dentum keras mengejutkan siapa saja yang ada di dalam rumah.
Sudah bisa diduga, kali ini akan jatuh lagi korban dalam penganiayaan yang menimpa kaum
Muslimin.

Amuk Umar bin Khattab

Di dalam rumah, Sa'id dan Fathimah binti Khattab sedang mengikuti ayat Al Qur'an yang
dibacakan oleh Khabbab bin Al Arat. Begitu pintu berguncang diketuk Umar, Sa'id dan
Fathimah segera menyembunyikan Khabbab. Fathimah segera menyembunyikan lembaran-
lembaran yang tadi mereka baca di bawah pahanya.

Sa'id membuka pintu dan Umar bergegas masuk.


"Suara apa yang baru kudengar itu?" bentak Umar.

" Tidak.... kami tidak mendengar suara apa pun tadi "

Seketika amarah Umar bin Khattab meledak, "Kudengar kalian telah mengikuti ajaran
Muhammad!"

Belum sepatah kata pun keluar dari mulut kedua suami istri itu, pedang Umar sudah terayun
dan gagangnya mengenai Sa'id hingga ia jatuh terjerembab di lantai dan luka. Melihat
suaminya berdarah, Fathimah bangkit berusaha melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali
menampar wajahnya.

85
Fathimah jatuh di samping suaminya dengan darah mengucur dari wajahnya.
Meski garang, Umar terkenal lembut dan penyayang kepada keluarganya sendiri. Melihat
darah Fathimah, Umar tertegun.

"Fathimah berdarah," pikirnya, "Mengapa aku bisa sampai begitu? Aku menyayangi adikku
itu sepenuh hati, bahkan lebih mirip rasa sayang antara ayah kepada putrinya!"

Fathimah yang lembut dan biasanya selalu patuh kepada Umar, kali ini mengangkat wajah,
menentang langsung paras kakaknya itu.

"Baiklah," seru Fathimah


"lakukanlah apa saja yang engkau kehendaki!"

Fathimah sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Ia siap disiksa
oleh kakaknya sendiri yang dari kecil begitu menyayanginya, ia bahkan siap untuk mati.
Kedua tangannya terentang, seolah siap menerima tikaman pedang Umar ke dadanya.

Al Qur'an bukan Mantra Syair

Suatu malam, Umar bin Khattab diam-diam mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca Al Qur'an
pada malam hari, Umar terpesona. Namun, ia berkata dalam hati, "Ah, ini pasti ucapan
seorang penyair". Bisik hati Umar.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca surah Al Haqqah ayat 41,


َ ُ ُْ ً َ َ َ ُ
‫َو َﻣﺎ ﻫ َﻮ ِ ﻘ ْﻮ ِل ﺷﺎ ِﻋﺮ ۚ ﻗ ِﻠ َﻣﺎ ﺗﺆ ِﻣﻨﻮن‬

"Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman
kepadanya."

Kembali, Umar bin Khattab diam-diam datang ke rumah Rasulullah pada tengah malam dan
mendengar Rasulullah membaca Al Qur'an. Umar berkata dalam hati, "Kalau ini bukan
ucapan tukang tenung, ini pasti ucapan Muhammad, bukan Firman Tuhan."
Namun, sesegera itu juga, Rasulullah membaca Surah Al Haqqah ayat 43:

َ ‫َﺗ ْ ٌﻞ ﻣ ْﻦ َر ﱢب اﻟ َﻌﺎﻟﻤ‬
ِ ِ

"Ia (Al Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 40

86
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Surat Thohaa

Akan tetapi, Umar tidak bisa melawan rasa sayang kepada adiknya. Amarahnya padam
seperti api terguyur hujan. Ia duduk, diam dalam penyesalan. Ditatapnya wajah adiknya
dalam-dalam, disesalinya luka akibat tamparannya tadi.

"Perlihatkan lembaran-lembaran tadi yang kalian baca agar aku tahu apa yang Muhammad
bawa," pinta Umar.

"Kami khawatir engkau merampas lembaran-lembaran itu."

"Tidak perlu takut, perlihatkanlah. Aku bersumpah akan mengembalikannya."

Saat itu, timbul harapan di hati Fatimah agar kakaknya memeluk Islam.

"Kakak engkau adalah penyembah berhala, karena itu engkau kotor. Sesungguhnya,
lembaran ini tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci."

Tanpa berkata lagi, Umar berdiri lalu mandi. Setelah itu ia kembali dan membaca lembaran-
lembaran yang berisi surat Thohaa.

‫ﻃﻪ‬

Thaahaa.
َ ُْ َ ْ َ َ َْ َ
ٰ َ ‫آن ِﻟ َ ْﺸ‬‫ﻣﺎ أﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠ ﻚ اﻟﻘﺮ‬

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
ً َْ ‫ﱠ‬
ٰ َ ‫ِإ ﺗﺬ ِﻛ َﺮة ِﻟ َﻤ ْﻦ َ ْﺨ‬

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

‫ات اﻟ ُﻌ‬ َ َ ‫َﺗ ْ ً ﱠ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ﱠ‬


ِ ‫ِﻣﻤﻦ ﺧﻠﻖ اﻷرض واﻟﺴﻤﺎو‬

yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
َ
‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ٰ ُﻦ َﻋ اﻟ َﻌ ْﺮش ْاﺳﺘ َﻮ ٰى‬
‫ﱠ‬

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy.


‫َ َ ﱠ‬ َ َْ َ ُ
‫ات َو َﻣﺎ ِ اﻷ ْرض َو َﻣﺎ َﺑ ْ ﻨ ُﻬ َﻤﺎ َو َﻣﺎ ﺗ ْﺤﺖ اﻟ َ ٰى‬ َ َ ‫ﱠ‬
ِ ‫ﻟﻪ ﻣﺎ ِ اﻟﺴﻤﺎو‬

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah.

87
َ ْ َ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ﱠ ُ َْ ُ ﱢ ﱠ‬
‫و ِ ن ﺗﺠﻬﺮ ِ ﺎﻟﻘﻮ ِل ﻓ ِﺈﻧﻪ ﻌﻠﻢ اﻟ وأﺧ‬

Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan
yang lebih tersembunyi.
َْ ‫َ َ ﱠ‬
ٰ َ ‫ا ُ ِإﻟ ٰ َﻪ ِإ ُﻫ َﻮ ۖ ﻟ ُﻪ اﻷ ْﺳ َﻤ ُﺎء اﻟ ُﺤ ْﺴ‬

Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al
asmaaul husna (nama-nama yang baik),

............

Umar terus membaca sebagian besar lembaran-lembaran tadi, lalu berhenti. Tangannya
terkulai. Matanya sayu.
Dikembalikannya lembaran-lembaran tadi ke tangan Fatimah. Dengan rasa heran dan penuh
harap, Fatimah memerhatikan wajah kakaknya.

Kemudian di dengarnya Umar mendesah. "Alangkah bagus dan agung kata-kata ini."

Seolah mendadak matahari yang terang benderang muncul dari balik awan. Khattab bin Al
Arat segera keluar dari persembunyiannya.

"Wahai Umar!" serunya meluap-luap, "aku sungguh berharap mudah-mudahan Allah


mengistimewakan dirimu. Kemarin kudengar Rasulullah berdoa, "Ya Allah! kuatkanlah Islam
dari dua Umar, Abu Jahal bin 'Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab!"

Mendengar itu, Umar segera bangkit dan bergegas menuju Darul Arqam. Namun, tangannya
masih menghunus pedang dan wajahnya seperti singa padang pasir yang siap bertarung.

Keislaman Umar bin Khattab

Berdentum-dentum pintu Darul Arqam diketuk Umar. Sebelum membuka pintu, seorang
sahabat mengintip keluar dan terkejut, seperti baru mengalami mimpi buruk.
"Pengetuk pintu adalah Umar bin Khattab!" desisnya panik kepada Rasulullah dan orang-
orang di dalam, "Dia datang dengan pedang terhunus!"

Hamzah bin Abdul Muthalib berdiri dan berkata tenang. "Biarkan saja dia masuk. Jika dia
datang dengan maksud baik, kita sambut dengan baik. Namun, jika dia datang dengan
maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan pedangnya"

Setelah berkata begitu, tangan Hamzah bergerak meraba gagang pedangnya. Suasana
tambah mencekam ketika pintu dibuka. Namun, Umar tidak juga masuk, ia tetap berdiri
dengan sikap garang di depan pintu.

88
Melihat itu, Rasulullah pun berdiri dan berjalan cepat menghampiri Umar. Dengan
kecepatan yang bahkan tidak terduga oleh Umar sendiri, tangan Rasulullah yang mulia
bergerak dan mencengkeram leher baju Umar dengan kuat.

Dengan suara tegas yang tidak bisa dibantah, Rasulullah berkata,

"Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi Allah, aku tidak akan melihat
engkau berhenti dengan sikap dan tindakanmu terhadap kami hingga Allah menurunkan
bencana untukmu"

Kerongkongan Umar tersekat karena begitu terkejut. Kesombongannya runtuh, bahkan rasa
takut menguasai dirinya. Dengan suara lirih ia berkata "Wahai Rasulullah....... "

Semua orang di Darul Arqam tercengang. Mereka lebih tercengang lagi mendengar Umar
bin Khattab, sang Singa Quraisy, melanjutkan kata-katanya,

"Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Utusan-Nya"

Rasulullah melepaskan cengkeramannya dan berkata penuh rasa syukur, "Subhanallah ....."

Takbir Hamzah membahana. Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian itu, Umar bin
Khattab, Sahabat berperang dan teman minumnya, menjadi saudara seiman. Hati mereka
terikat dalam tali yang tidak bisa putus lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang
tiada tara, Rasulullah mengusap dada Umar agar sahabat barunya itu tetap dalam
keimanan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 41
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Berdakwah Terang-Terangan

Keesokan harinya, Umar mengingat-ingat siapa yang paling keras memusuhi Rasulullah.
Jawabannya pun langsung ditemukan, "Abu Jahal!" Tanpa membuang waktu, Umar pergi
mengetuk pintu rumah Abu Jahal. Abu Jahal keluar dan menyambut Umar,

"Selamat datang, wahai kemenakanku! Kabar apakah gerangan yang engkau bawa?"

"Aku datang untuk memberitahukan kepadamu bahwa aku telah memercayai ajaran-ajaran
Muhammad!"

Wajah Abu Jahal pucat. Sambil membanting pintu, ia berseru lantang,

89
"Mudah-mudahan tuhan mengutukmu. Alangkah buruknya kabar yang engkau bawa!"

Tidak berhenti sampai disitu, di sepanjang jalan, Umar memberi tahu setiap orang bahwa ia
telah memeluk Islam.

Setelah itu, Umar pergi ke Ka'bah dan mengumumkan keislamannya. Rasa takut bercampur
benci semakin membengkak di hati orang-orang Quraisy yang masih kafir.

Setelah masuk Islam, Umar bertanya,

"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran mati maupun hidup?"

Ketika Rasulullah membenarkannya dengan tegas, Umar meminta agar Rasulullah dan kaum
Muslimin keluar secara terang-terangan. Rasulullah menyetujui hal itu. Beliau dan umatnya
pun keluar ke jalan-jalan Kota Mekah dalam dua barisan menuju Masjidil Haram. Barisan
sebelah kanan Rasulullah dipimpin oleh Hamzah dan barisan di sebelah kiri dipimpin oleh
Umar bin Khattab.

Sejak itulah Umar digelari Al Faruq (sang pembeda kebenaran dan kebathilan).

Islam Mengajarkan Kebaikan

Islam kemudian menjadi bahan diskusi hangat di Kota Mekah. Mereka yang penasaran terus
bertanya kepada temannya yang Muslim. Sementara itu, mereka yang benci tidak henti-
hentinya menjelekkan agama ini.

"Apa yang diajarkan agama baru ini? Katakan kepadaku, Sobat. Biar aku paham mengapa
kamu begitu mudah meninggalkan agama nenek moyang kita," kata seseorang kepada
sahabatnya.

"Engkau tahu bahwa hidupku sangat sulit," jawab teman Muslimnya,

"setiap kali kulihat orang-orang kaya mengendarai kuda-kuda istimewa, mengenakan


pakaian mewah, dan memasuki rumah megah, aku jadi bertanya, untuk apa sebenarnya
Tuhan menciptakan aku ini? Aku tidak bisa menikmati hidup kecuali bekerja keras untuk
makan sehari-hari. Aku tidak tahu setelah aku mati akan ke mana aku pergi. Sungguh sulit
rasanya menjadi orang yang berharga dan mulia."

Sang muslim menoleh dan melihat wajah temannya itu tampak bersungguh-sungguh.

"Namun kemudian, Islam datang dan mengajarkan bahwa kemuliaan bukan terletak pada
tumpukan emas dan perak kita, akan tetapi pada sebanyak apa kebaikan yang telah kita
buat. Islam tidak melarang perdagangan dan orang menjadi kaya, tetapi Islam mengajarkan
bahwa nilai cinta kasih, persaudaraan, tolong-menolong, dan kebersamaan berada jauh di
atas nilai setumpuk harta.

90
Tahukah engkau, setelah datangnya Islam, aku merasa menjadi yang lebih berarti daripada
sebelumnya."

Sang teman mengangguk-angguk.

"Lebih dari itu," lanjut si Muslim,


"Islam mengenalkan aku kepada siapa sebenarnya Pencipta alam yang patut disembah:
bukan berhala yang tidak bisa apa-apa, melainkan Allah.
Melalui Rasulullah, Allah menurunkan perkataan-Nya buat kita. Coba dengarkan beberapa
ayat berikut ini. Engkau akan tahu bahwa tidak seorang penyair pun yang mampu
menandingi keindahan bahasanya apalagi kebenaran isinya."

Kemudian, beberapa ayat Al Qur'an mengalun dari mulut si Muslim dan langsung
menembus hati temannya yang kini kian larut dan kian dekat pada kebenaran.

Kesaksian Musuh

Bahkan para musuh Rasulullah pun tidak dapat mengingkari kejujuran Rasulullah.
Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada
Rasulullah,
"Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, tapi kami mendustakan apa yang engkau
bawa."

Utusan Quraisy

Apa yang terjadi dengan Muslim yang berhijrah ke Habasyah.

"Kita tidak bisa membiarkan mereka berlindung di Habasyah!" Seru seseorang pembesar
Quraisy.
"Dengan perlindungan yang diberikan Raja Najasyi, aku khawatir mereka akan bertambah
kuat dan membahayakan kita!"

"Kirim utusan kepada Najasyi!" Sambut pembesar yang lain,


"bujuk dia, katakan apa saja agar dia memulangkan para pengikut Muhammad itu!"

Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah diutus menemui Raja Habasyah, Najasyi. Tiba di
Habasyah, mereka mempersembahkan hadiah-hadiah berharga untuk raja dan para
pembesarnya.

"Paduka Raja," kata mereka, "kaum Muslim yang datang ke negeri Paduka ini adalah budak-
budak kami yang tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya dan tidak pula
menganut agama Paduka. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri yang
tidak kami kenal dan tidak juga Paduka kenal. Kami diutus kepada Paduka oleh pemimpin-
pemimpin masyarakat mereka, oleh orangtua-orangtua mereka, paman mereka, dan
keluarga mereka sendiri, agar Paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada kami.
Kami lebih mengetahui betapa orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki tuhan-
tuhan kami.

91
Sebenarnya, kedua utusan tersebut telah menyogok para pembesar istana untuk membantu
meyakinkan raja. Namun, Najasyi adalah raja yang bijaksana. Dia sama sekali tidak
terpengaruh hadiah-hadiah yang dibawa kedua utusan Quraisyi. Dia tidak mau mengusir
kaum Muslimin kembali sebelum ia mendengar sendiri apa alasan mereka pergi
meninggalkan Mekah.

"Bawa para pengungsi itu ke hadapanku!" perintah Najasyi.

Seluruh kaum Muslimin menghadap, Raja bertanya, Agama apa ini yang sampai membuat
Tuan-Tuan meninggalkan masyarakat Tuan sendiri, tetapi tidak juga Tuan-Tuan menganut
agamaku atau agama lain?"

Bersambung

KISAH RASULULLAH

Bagian 42
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Jawaban Kaum Muslimin

Saat itu, yang menjadi juru bicara kaum Muslimin adalah sepupu Rasulullah yang amat
tampan, Ja'far bin Abu Thalib.

"Paduka Raja," Ucap Ja'far penuh hormat,


"ketika itu, kami masyarakat yang bodoh, kami menyembah berhala, bangkai pun kami
makan, segala kejahatan kami lakukan, memutuskan hubungan dengan kerabat, dengan
tetangga pun kami tidak baik, yang kuat menindas yang lemah.
Demikian keadaan kami sampai Tuhan mengutus seorang utusan-Nya dari kalangan kami
yang sudah kami kenal asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih pula.
Dia mengajak kami menyembah Allah Yang Mahatunggal, meninggalkan batu-batu dan
patung-patung yang selama ini kami dan nenek moyang kami menyembah.
Dia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, untuk berperilaku jujur, mengadakan
hubungan baik dengan keluarga dan tetangga, menyudahi pertumpahan darah, serta
menghentikan perbuatan terlarang lainnya.
Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta,
melarang memakan harta anak yatim, dan melarang mencemarkan perempuan-perempuan
bersih.
Dia minta kami menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Selanjutnya, disuruhnya
kami melakukan shalat, zakat, dan shaum (lalu Ja'far menyebut beberapa ketentuan Islam).
Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang diperintahkan Allah. Lalu, yang kami
sembah hanya Allah Yang Mahatunggal, tidak menyekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun
juga.
Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Oleh karena itulah,
masyarakat kami memusuhi kami, menyiksa kami, dan menghasut kami, dan supaya kami

92
meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala supaya kami membenarkan
segala keburukan yang pernah kami lakukan dulu.
Oleh karena mereka memaksa kami, menganiaya kami, menekan kami, dan menghalang-
halangi kami dari agama kami, maka kami pun keluar, pergi ke negeri Tuan ini. Tuan jugalah
yang menjadi pilihan kami. Senang sekali kami berada di dekat Tuan, dengan harapan, di sini
tidak akan ada penganiayaan."

Najasyi mendengarkan penuh dengan kesungguhan, lalu katanya, "Adakah ajaran Tuhan
yang dibawanya itu yang dapat Tuan-tuan bacakan kepada kami?"

Surat Maryam

"Ya," jawab Ja'far.


Lalu, ia membaca surat Maryam, ayat 29-33:
َ ُ َ ْ َ ْ َ َ
‫ﻒ ﻧ ﻠ ُﻢ َﻣ ْﻦ ﺎن ِ اﻟ َﻤ ْﻬ ِﺪ َﺻ ِ ﺎ‬ ‫ﻓﺄﺷ َﺎرت ِإﻟ ْ ِﻪ ۖ ﻗﺎﻟﻮا ﻛ‬

maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?
Surah Maryam (19:29)
َ َ ‫َآﺗﺎ َ اﻟ َﺘ‬ َُْ ‫َ َ ﱢ‬
‫ﺎب َو َﺟ َﻌﻠ ِ ﻧ ِ ﺎ‬ ِ ِ ِ ‫ﻗﺎل ِإ ﻋ ﺪ ا‬

Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi,
Surah Maryam (19:30)
ُ ُ َ ‫ﱠ‬ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ َُ
‫ﺎﻟﺼ ِة َواﻟ ﱠﺰ ِﺎة َﻣﺎ د ْﻣﺖ َﺣ ﺎ‬ َ َ َ
ِ ِ ‫وﺟﻌﻠ ِ ﻣ ﺎر ﺎ أﻳﻦ ﻣﺎ ﻛﻨﺖ وأوﺻﺎ‬

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
Surah Maryam (19:31)
َ َ
‫َو َ ﺮا ِﺑ َﻮ ِاﻟﺪ ِ َوﻟ ْﻢ َ ْﺠ َﻌﻠ ِ َﺟ ﱠ ﺎرا ﺷ ِﻘ ﺎ‬

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Surah Maryam (19:32)
ُ ُ ُ ْ َ َ ‫َو ﱠ‬
‫اﻟﺴ ُم ﻋ ﱠ َﻳ ْﻮ َم ُو ِﻟﺪت َو َ ْﻮ َم أ ُﻣﻮت َو َ ْﻮ َم أ ْ َﻌﺚ َﺣ ﺎ‬

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku
meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.
Surah Maryam (19:33)

Ayat-ayat Al-Qur'an itu membenarkan kitab Injil. Semua pemuka istana dibuat terkejut.
Mereka berkata,

93
"Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih."

Penuh haru, Najasyi membenarkan para pembesar istananya,

"Kata- kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama."

Najasyi berpaling kepada kedua utusan Quraisy,

"Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada Tuan-Tuan!"

Kaum Muslimin saling berpandangan penuh syukur. Sementara itu, Amr bin Ash dan
Abdullah bin Rabi'ah berjalan keluar istana dengan wajah murung.

"Tidak bisa begini," keluh Abdullah.


"Tidak bisa kita jauh-jauh datang kesini untuk kemudian pulang dengan tangan hampa dan
terhina."

Amr bin Ash, yang terkenal lihai dalam bersiasat, merenung sejenak.

"Rasanya, aku masih punya siasat lain," katanya. "Namun, biar kita kembali esok hari.
Biarkan para pengikut Muhammad itu merasa senang. Besok, akan kita kejutkan mereka
dengan pertanyaan yang akan kita ajukan kepada Najasyi."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 43
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kaum Muslimin Menang

Siasat para utusan Quraisy itu sederhana saja.


"Paduka" kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya, sesungguhnya kaum Muslimin
menuduh keji terhadap Isa anak Maryam."

Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung memanggil Ja'far dan teman-temannya.

"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang jelek?" tanya Najasyi.

Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia, pendapat adalah seperti yang
dikatakan Nabi kami. "Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-Nya
yang disampaikan perawan Maryam. "

94
Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia mengambil sebuah
tongkat dan membuat garis lurus diatas tanah.

"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh gembira bercampur haru,
"sebenarnya tidak lebih dari garis ini."

Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, mengenal adanya Kristen, dan
menyembah Allah.

Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada celah bagi tuduhan atau
siasat yang mereka lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai kepada para pemuka
Quraisy di Mekah.

Setelah itu kaum Muslimin tinggal di Habasyah dengan perasaan aman dan tentram.

Sempat Kembali

Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat kembali ke mekah karena mendengar
berita bahwa orang Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah dan
pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahwa orang Quraisy malah bersikap semakin
keras, mereka kembali berhijrah ke Habasyah.

Ajakan Saling Menyembah Tuhan

Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab,
Utbah bin Rabi'ah, Walid bin Mughirah, dan Ummayah bin Khalaf mengundang Rasulullah ke
pertemuan mereka. Sejenak, hati Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari
ini mereka akan tersentuh oleh Islam.

Alangkah kecewanya Rasulullah ketika lagi-lagi yang mereka tawarkan kepadanya adalah
soal harta dan kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata,

"Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang
memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada maksud sama sekali
untuk mencari harta kekayaan, tidak pula kemuliaan, dan kekuasaan.
Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mau menerima
ajaran-ajaran yang kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat.
Jika kalian semua menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang
terjadi di antara aku dan kalian."

Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad bicara tentang
Tuhannya. Salah seorang di antara mereka pun akhirnya bicara,

"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam persoalan ketuhanan ini.
Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan memperoleh
keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah,
engkau akan memperoleh keuntungan darinya."

95
Orang itu menarik napas sejenak, lalu melanjutkan lagi,

"Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan menjalankan perintah-


perintahnya. Kami akan menyembah Tuhanmu dan menjalankan perintah-Nya."

Rasulullah tidak menunggu sejenak pun untuk menanggapi. Beliau mengutip sebuah ayat Al
Qur'an (surah Al-Kafirun),
َ ُ َ ُ َ
‫أ ْﻋ ُ ﺪ َﻣﺎ ﺗ ْﻌ ُ ﺪون‬

Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.


Surah Al-Kafirun (109:2)
ُ َ ُ ُْ َ
‫َو أﻧﺘ ْﻢ َﻋﺎ ِ ﺪون َﻣﺎ أ ْﻋ ُ ﺪ‬

Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.


Surah Al-Kafirun (109:3)
ُ ْ َ ٌ َ َ َ
‫َو أﻧﺎ ﻋﺎ ِ ﺪ َﻣﺎ ﻋ َ ﺪﺗ ْﻢ‬

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
Surah Al-Kafirun (109:4)
ُ َ ُ ُْ َ
‫َو أﻧﺘ ْﻢ َﻋﺎ ِ ﺪون َﻣﺎ أ ْﻋ ُ ﺪ‬

dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Surah Al-Kafirun (109:5)
ُ
‫ﻟ ْﻢ ِدﻳﻨ ْﻢ َو ِ َ ِدﻳﻦ‬

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.


Surah Al-Kafirun (109:6)

Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu merasa tidak ada jalan lagi untuk
melakukan perubahan. Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begitu kerasnya
sampai Muhammad dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!

Pemboikotan

"Kalian bayangkan!" seru seorang pemuka Quraisy kepada yang lainnya. "Jumlah pengikut
Muhammad kian bertambah! Budak-budak kita telah berani mengangkat muka di hadapan
tuan-tuannya sebab mereka dilindungi para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita
menyiksa budak itu, pasti datang salah seorang pengikut Muhammad yang tanpa berat hati
akan membebaskan mereka!"

"Itu yang membuatku khawatir!" sahut yang lain,

96
"bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin banyak dan mereka diberi senjata,
kita pasti akan kewalahan menghadapinya!"

Pembesar yang lain terdiam. Mereka mengakui ancaman besar itu.

"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-benar kekurangan kekuatan,"
keluh seseorang.

Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi para pembesar itu, puluhan budak
yang masuk Islam tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah atau Umar.

"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari Bani Hasyim tidak melindunginya!"
geram seseorang.

"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut Muhammad, mereka harus menerima
akibatnya! Kita boikot mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk mencari
nafkah! Kita buat mereka semua miskin dan sengsara!"

Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar. Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah
pengumuman yang mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang seluruh manusia
menjalin hubungan pernikahan dan jual beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka
gantungkan di dinding Ka'bah.

Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar. Keputusan ini akan membuat Bani
Hasyim terkucil, kelaparan dan tertekan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 44
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Derita Pemboikotan

Pemboikotan kecil-kecilan terhadap kaum Muslimin sebenarnya telah lama dijalankan.


Kalau ada seseorang saudagar menjadi Muslim, Abu Jahal akan mengatakan, "Akan kami
boikot barang-barangmu dan mengubahmu sampai jadi pengemis."

Rasulullah ‫ﷺ‬, Bani Hasyim dan kaum Muslimin diasingkan ke dalam Syi'ib, benteng kecil
milik Abu Thalib. Kaum Quraisy menegaskan bahwa jika Bani Hasyim menyerahkan
Rasulullah ‫ﷺ‬, pemboikotan kepada mereka akan dicabut. Namun, bukannya merasa takut,

97
Bani Hasyim malah semakin setia kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang merupakan anggota keluarga
mereka.

Pemboikotan ini berjalan tiga tahun lamanya. Selama itu, hanya musim haji saja Rasulullah
‫ ﷺ‬dan para pengikutnya bebas berdakwah keluar Syi'ib. Itu pun selalu diikuti Abu Lahab
sambil mengolok-olok Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan kata-kata kasar. Pada musim haji itu, Mekah
ramai didatangi para peziarah dari pelosok jazirah.

Akibat adanya pelarangan hubungan dagang, saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak dapat membeli
makanan yang cukup. Pada waktu-waktu yang sulit, mereka sering terpaksa makan daun-
daunan dan kulit-kulit pohon yang tipis. Anak-anak menangis pada malam hari karena
kelaparan. Semetara itu, orang-orang dewasa mengganjal perutnya dengan batu agar tidak
masuk angin.

Perbuatan kejam itu juga menimbulkan rasa kasihan sebagian orang Quraisy. Apalagi yang
memiliki hubungan saudara dengan Bani Hasyim. Orang-orang itu sering dengan berbagai
cara menolong keluarga mereka di dalam Syi'ib.

Suatu ketika Abu Jahal sedang meronda di sekitar Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin
Khuwailid dan budak laki-lakinya berusaha meyelundupkan gamdum dan makanan lain
untuk bibinya yang tidak lain Khadijah istri Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tanpa ampun, Abu Jahal memukuli budak laki-laki itu dan merampas karung gandumnya.

"Aku bersumpah....!" teriak Abu Jahal terengah-engah sambil terus memukul. "Aku
bersumpah tidak seorang pun dapat menyelundupkan makanan kepada Muhammad!"

Pada saat itu, Al Bakhtari datang sambil berseru kepada Abu Jahal. " Hei makanan ini tadinya
milik bibinya. Bibinya lalu mengirimkan kepadanya, mengapa engkau melarangnya
mengantarkan makanan tersebut kepada bibinya lagi?"

Kemudian keduanya berkelahi Abu Jahal terluka karena dipukul dengan tulang unta.

Syi'ib Abu Thalib

Syi'ib Abu Thalib, tempat kaum muslimin digiring, dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding
batu tinggi yang tidak dapat dipanjat. Letaknya di Bukit Abu Qubays, sebelah timur Mekah.
Pintu masuknya berupa celah sempit dengan tinggi kurang dari dua meter yang hanya dapat
dimasuki unta dengan susah payah.

Derita di Pengasingan

"Ibuuu aku lapar,"...tangis seorang anak di dalam Syi'ib.

"Besok ya nak! Besok kita dapat kiriman makanan," jawab ibunya.

98
"Tidak mau, aku mau makan sekaraaaang....." Karena tidak kuat menahan perutnya yang
perih, anak itu menangis dan menjerit-jerit.

Tangis dan jerit anak-anak terdengar hampir setiap malam dari dalam Syi'ib. Sebagian
penduduk Mekah mulai tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, tetapi mereka takut
untuk membantu.

Ada empat ratus orang keluarga Bani Hasyim yang bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan
mereka begitu keras dan penuh dengan kekurangan, tetapi tidak satupun yang berniat
mengkhianati Rasulullah ‫ﷺ‬. Padahal, tidak semua anggota keluarga telah memeluk agama
Islam, termasuk Abu Thalib, sang pemimpin Bani Hasyim.

Kehadiran Rasulullah ‫ ﷺ‬di tengah-tengah mereka sudah cukup membuat mereka lupa akan
segala kecemasan dan membuat mereka selalu berbahagia. Mereka mengerti bahwa Allah
telah memilih mereka untuk melindungi utusan-Nya dari semua musuh. Bagi Bani Hasyim,
itu sebuah kehormatan yang membuat mereka tidak mau menukar Rasulullah dengan apa
pun, bahkan dengan sebuah kerajaan sekali pun. Mereka bahkan menjalankan tahun-tahun
pengasingan yang pahit itu dengan rasa bangga.

Tidak satu pun dari empat ratus orang itu berniat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Padahal, mereka tidak tahu kapan pengasingan itu akan berakhir. Hari demi hari, minggu
demi minggu, bulan demi bulan dijalani dengan penuh harapan. Mereka semua sudah
bertekad mengikuti Rasulullah ‫ ﷺ‬kemana pun. Mereka lebih suka menjadi tawanan dari
pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka, hidup tanpa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah hidup yang
tidak layak di jalani.

Selama masa-masa sulit itu, ada sosok penting selain Rasulullah ‫ ﷺ‬yang menjadi sosok
teladan bagi semua penghuni Syi'ib, bagaimana mereka harus menjalani hidup dengan
penuh ketabahan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 45
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ketabahan Khadijah

Khadijah-lah yang menjadi teladan bagi semua orang pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah
keturunan bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungan yang mewah. Namun, ketika harus
meninggalkan rumahnya yang luas dan tinggal di lembah yang sempit. Khadijah sama sekali
tidak menunjukkan keengganan. Beliau mengumpulkan segala kekuatan, keberanian,
kemampuan, serta bangkit penuh semangat.

99
Pada saat-saat itu, air adalah hadiah yang sangat berharga. Khadijah memberikan kepada Ali
bin Abu Thalib keping-keping emas untuk membeli air yang kemudian beliau bagikan secara
merata kepada semua yang membutuhkan.

Khadijah adalah bidadari pelindung bagi kaumnya. Beliau amat memerhatikan nasib anak-
anak, keluarga Bani Hasyim. Setiap kali ada bahan makanan yang berhasil di dapatkan,
Khadijah mengatur agar anak-anak mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa.
Setelah itu, beliau mendahulukan kepentingan para orang tua dibandingkan kepentingannya
sendiri.

Khadijah selalu menjadikan sabar dan shalat sebagai sumber kekuatannya. Beliau memohon
pertolongan Allah setiap saat. Ketika berdoa, Khadijah tidak hanya mendapatkan
pertolongan, tetapi juga keberanian, kekuatan, kedamaian, ketenangan dan kepuasan.

Selama tiga tahun di pengasingan itu, kekayaan Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian
besar harta itu digunakan untuk membeli air. Beliau amat berbahagia karena dapat
menggunakan kekayaannya itu untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia,
Muhammad ‫ ﷺ‬dan keluarganya.
Beliau menganggap semua itu adalah sebuah kehormatan, sehingga sangat mensyukurinya.

Di tengah-tengah bencana dan kesusahan itu, Khadijah tetap tegar dalam keimanan. Hal
itulah yang menjadi sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan bagi orang-orang di sekitar
beliau. Khadijah selalu berhubungan dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia
keberanian beliau. Perilaku beliau yang tenang dan lembut menjadi pendorong (kekuatan)
bagi seluruh anggota Bani Hasyim di tengah-tengah kesulitan itu.

Perhiasan Terindah di Dunia

Islam sangat memuliakan kaum wanita. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


"Seindah-indahnya perhiasan di muka bumi ini adalah wanita sholihah."

Hikmahnya "Wanita adalah tiang sebuah bangsa. Apabila wanitanya baik, baik pulalah suatu
bangsa. Namun, apabila wanitanya jelek, jelek pulalah bangsa itu."

Harta Abu Bakar

Ketika masuk Islam, Abu Bakar memiliki harta sebanyak 50.000 dirham. Beliau
membebaskan tujuh budak dengan 400 dirham per orang. Jadi, uang beliau terpakai
sebanyak 2.800 dirham, sebagian besar sisanya dipergunakan untuk mempertahankan
hidup bersama kaum muslimin di dalam Syi'ib

Thufail Ad Dausi

Di tengah-tengah kesulitan itu, Rasulullah yang tidak pernah menyerah, sedikit demi sedikit
terus mendapatkan kemenangan. Suatu hari, datanglah seorang bangsawan dan penyair
cendekia dari luar Mekah, bernama Thufail Ad Dausi. Seketika itu juga, orang-orang Quraisy
memberinya peringatan,

100
"Hati-hati terhadap Muhammad, jangan dengar kata-katanya. Dia telah memecah belah
orang dengan keluarganya. Kami takut jika kamu mendengarnya, kaum kamu juga akan
terpecah-belah. Hati-hati dan jangan sekali-kali mendengarkannya!"

Diperingatkan seperti itu, membuat Thufail penasaran.

"Namun, aku adalah cendikiawan dan penyair. Aku dapat mengenal mana yang baik dan
mana yang buruk. Apa salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan
orang itu? Jika ternyata baik akan aku terima, kalau buruk akan kutinggalkan."

Setelah berfikir begitu, Thufail Ad Dausi mengikuti Rasulullah sampai ke rumahnya.

"Tuan benarkah Anda seperti dituduhkan orang?" tanya Thufail,


"Apa yang Anda bawa dan Anda sampaikan kepada mereka?"

Rasulullah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Hati


Thufail segera luluh dan dia pun memeluk Islam. Ketika kemudian ia kembali kepada
kaumnya, sebagian mereka langsung memeluk Islam, sebagian yang lain tampak ragu.

Selain Thufail ada dua puluh orang yang diutus masyarakat beragama Nasrani untuk
mencari tahu tentang Rasulullah. Begitu bertemu dan berbincang dengan beliau, mereka
langsung menyambut, menerima, dan beriman kepada beliau.

Orang-orang Quraisy menjadi geram dan memaki-maki mereka.

"Kalian ini utusan yang gagal! Kalian disuruh oleh masyarakat seagamamu mencari berita
tentang orang itu. Sebelum kamu kenal benar-benar siapa dia, agama kamu sudah kamu
tinggalkan dan lalu percaya saja apa yang dikatakannya."

Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Akhnas

Melihat orang-orang di luar Mekah seperti Thufail Ad Dausi dan orang-orang Nasrani
memeluk Islam, para Pembesar Quraisy yang paling gigih memusuhi Rasulullah pun jadi
bertanya-tanya,

"Benarkah yang dibawa Muhammad itu benar?"

Diam-diam Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendekati kediaman Rasulullah. Dia tahu
Rasulullah selalu bangun malam dan membaca Alquran. Saat Abu Sufyan mendengar ayat-
ayat Alquran dibacakan, begitu tenang dan damai hatinya. Suara Rasulullah yang merdu
menggema di kalbunya.

Fajar pun tiba dan Abu Sufyan bergegas pulang. Namun saat itu, dia memergoki Abu Jahal
juga sedang mendengarkan bacaan Rasulullah. Mereka saling pandang tanpa mampu
berkata, lewatlah Akhnas bin Syariq. Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan
Rasulullah membaca Alquran. Mereka bertiga pun saling menyalahkan.

101
"Kejadian ini tidak boleh terulang lagi," ujar salah satu dari mereka.
"Jika masyarakat kita tahu, kedudukan kita akan lemah dan mereka akan berpihak kepada
Muhammad."

Ketiganya pun berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu.


Namun, pada malam berikutnya, mereka terbawa perasaannya masing-masing seperti
kemarin. Tanpa dapat menolak bisikan hati, mereka kembali ke tempat semalam dan
mendengarkan ayat Alquran dibacakan. Hampir Fajar, mereka mereka bertemu dan saling
menyalahkan laki.

Perbuatan itu terulang lagi pada malam ketiga. Ketika mereka saling bertemu pada waktu
fajar, kembali mereka saling tuduh.
Rasa takut kemudian timbul di hati masing-masing. Mereka takut kehilangan kedudukan jika
masyarakatnya memeluk Islam. Rasa takut inilah yang membuat mereka berteguh hati
untuk membuang jauh-jauh perasaan tenang dan damai yang mereka rasakan saat
mendengar bacaan Alquran.
Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang kembali ke rumah Rasulullah pada tengah
malam untuk mendengarkan beliau secara diam-diam.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 46
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mengejek Al Qur'an
‫َٰ َ َ ْ ٌ ُ ًُ ْ َ َ َ ُ ﱠ ﱡ‬
‫ﻮم‬
ِ ‫أذ ِﻟﻚ ﺧ ﻧﺰ أم ﺷﺠﺮة اﻟﺰﻗ‬

(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.
Surah As-Saffat (37:62)

َ ‫ﺎﻫﺎ ﻓ ْﺘ َﻨ ًﺔ ﻟﻠﻈﺎﻟﻤ‬
َ َ َ َ ‫ﱠ‬
ِ ِ ِ ِ ‫ِإﻧﺎ ﺟﻌﻠﻨ‬

Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang
zalim.
Surah As-Saffat (37:63)
ْ َ ٌ َ ‫ﱠ‬
‫ِإﻧ َﻬﺎ ﺷ َﺠ َﺮة ﺗﺨ ُ ُج ِ أ ْﺻ ِﻞ اﻟ َﺠ ِﺤ ِﻢ‬

Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.
Surah As-Saffat (37:64)

102
‫ﺎﻃ‬ َ ‫َ َُ ﱠ ُ ُُ ُ ﱠ‬
ِ ‫ﻃﻠﻌﻬﺎ ﺄﻧﻪ رءوس اﻟﺸ‬

mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.


Surah As-Saffat (37:65)

Surat Ash-shaffat ayat 62-65 menjelaskan tentang makanan orang di neraka berupa buah
zaqqum.
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya seperti kurma Yatsrib yang dapat
kamu santap.

Kemudian, Allah menghina Abu Jahal dalam Surat Ad-Dukhan ayat 43 - 49 .


‫ﱠ َ َ َ َ ﱠﱡ‬
ِ ‫ِإن ﺷﺠﺮت اﻟﺰﻗ‬
‫ﻮم‬

Sesungguhnya pohon zaqqum itu,


Surah Ad-Dukhan (44:43)
َْ َ
‫ﻃ َﻌ ُﺎم اﻷ ِﺛ ِﻢ‬

makanan orang yang banyak berdosa.


Surah Ad-Dukhan (44:44)
ُُ َْ ُْ
‫ﻮن‬
ِ ‫ﺎﻟﻤﻬ ِﻞ ﻐ ِ ِ اﻟ ﻄ‬

(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut,


Surah Ad-Dukhan (44:45)
َ
‫ﻛﻐ اﻟ َﺤ ِﻤ ِﻢ‬

seperti mendidihnya air yang amat panas.


Surah Ad-Dukhan (44:46)
ْ َ ُ ُ ُ
ُ ‫ﺎﻋﺘﻠ‬
‫ﻮە ِإ ٰ َﺳ َﻮ ِاء اﻟ َﺠ ِﺤ ِﻢ‬ ِ ‫ﺧﺬوە ﻓ‬

Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka.


Surah Ad-Dukhan (44:47)
ََ ْ َ َ َْ ‫ُﱠ ُ ﱡ‬
‫اب اﻟ َﺤ ِﻤ ِﻢ‬
ِ ‫ﺛﻢ ﺻﺒﻮا ﻓﻮق رأ ِﺳ ِﻪ ِﻣﻦ ﻋﺬ‬

Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:48)
َ ْ َ ‫ُ ْ ﱠ‬
‫ُﻢ‬ ‫ذق ِإﻧﻚ أﻧﺖ اﻟ َﻌ ُﺰ اﻟ‬

Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.


Surah Ad-Dukhan (44:49)

103
Abdullah bin Ummi Maktum

Seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum bertanya,


"Ada seseorang bernama Muhammad yang membawa ajaran baru?" Temannya
mengiyakan.

"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?" tanya Abdullah bin Ummi
Maktum lagi.

"Benar"

"Tuhan itu tidak bisa diraba seperti berhala?"

"Betul, Abdullah bin Ummi Maktum. Begitulah yang diajarkannya."

Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-gosok ujung jemari tangannya.

"Tuhan yang tidak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin Ummi Maktum,
"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul berhala-berhala. Aku bahkan bisa
membedakan Latta dan Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku bisa
bertemu sendiri dengan Muhammad!"

Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi Maktum menemui Rasulullah.
Sayang sekali, saat itu Rasulullah sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an kepada Walid
bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar Quraisy yang sangat diharapkan keislamanannya.

Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum tidak mengetahui kehadiran Walid, karena buta,
dia terus mendesak, mendesak dan mendesak Rasulullah agar saat itu juga menerangkan
tentang Islam kepadanya.

Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau sedang mendakwahi seorang tokoh
penting, Rasulullah membuang wajah beliau.

Saat itu, firman Allah turun untuk menegur beliau,


(QS 'Abasa, 80 ayat 1-6)

ٰ ‫ﺲ َو َﺗ َﻮ‬
َ َ ‫َﻋ‬

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,


Surah 'Abasa (80:1)
َْ
ٰ َ ‫أ ْن َﺟ َﺎء ُە اﻷ ْﻋ‬

karena telah datang seorang buta kepadanya.


Surah 'Abasa (80:2)

104
ٰ ‫َو َﻣﺎ ُ ْﺪر َﻚ ﻟ َﻌﻠ ُﻪ َﻳ ﱠﺰ‬

Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),


Surah 'Abasa (80:3)
‫ﱠ َََْ ُ ﱢ‬
‫أ ْو َ ﺬﻛ ُﺮ ﻓﺘﻨﻔ َﻌﻪ اﻟﺬﻛ َﺮ ٰى‬

atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Surah 'Abasa (80:4)

ٰ َ ‫أ ﱠﻣﺎ َﻣﻦ ْاﺳ َﺘ ْﻐ‬

Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,


Surah 'Abasa (80:5)
‫َ ْ َ ُ َ ﱠ‬
‫ﻓﺄﻧﺖ ﻟﻪ ﺗ َﺼﺪ ٰى‬

maka kamu melayaninya.


Surah 'Abasa (80:6)

Demikianlah, Allah sangat menjaga utusan-Nya dari kesalahan, bahkan untuk kesalahan
sekecil itu. Apalagi Rasulullah adalah orang yang sangat halus perasaanya sehingga jika akan
merugikan orang miskin atau orang lemah, beliau merasa takut.

Karena Dengki

Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti Nabi bukan karena lebih yakin
dengan berhala, melainkan lebih karena dengki, mengapa Muhammad diangkat menjadi
Nabi, bukan mereka?

Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada Muhammad bukan kepadaku,
padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair
Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 47
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Hisyam bin Amr

Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya sambil menggerutu, "Tiga tahun
sudah Bani Hasyim diasingkan! Padahal, mereka masih bersaudara dengan suku-suku
Quraisy yang lain. Ada yang sebagai sepupu, ipar, paman, bibi.

105
Kalau saja tidak ada aku dan beberapa orang lain yang suka menyelundupkan makanan
dengan diam-diam, Bani Hasyim tentu sudah kelaparan! Sudah saatnya aku harus berbuat
sesuatu!"

Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui sahabatnya, Zuhair bin Umayyah.
Zuhair adalah adalah anggota bani Makhzum, tapi bibinya adalah Atikah binti Abdul
Muthalib dari Bani Hasyim.

"Zuhair," tegur Hisyam,


"Aku heran engkau masih bisa tenang menikmati makanan, pakaian, dan lainnya, padahal
engkau tahu keluarga ibumu dikurung sedemikian rupa hingga tidak boleh berhubungan
dengan orang lain, tidak boleh berjual beli, tidak boleh saling menikahkan! Aku bersumpah
kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibuku, keluarga Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak
untuk mengasingkan mereka, tentu aku tolak mentah-mentah!"

Zuhair terperangah,
"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan hatiku," kata Zuhair kemudian.

"Jadi apa lagi yang engkau tunggu?" tanya Hisyam.

Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan piagam kejam itu. Namun, itu
tidak cukup. Mereka harus mendapat dukungan juga dari yang lain.
Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui Mut'im bin Adi dari Bani Naufal,
Abu Al Bakhtary bin Hisyam, dan Zam'a bin Aswad dari Bani Asad. Kelima orang itu
membulatkan tekad untuk membatalkan piagam yang telah tiga tahun dipasang di dinding
Ka'bah.

Merobek Piagam

Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali seraya berseru, "Hai penduduk Mekah!
Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian, padahal Bani Hasyim binasa, tidak bisa
membeli atau menjual sesuatu pun! Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam
yang kejam ini dirobek!"

Ketika itu, Abu Jahal berada tidak jauh dari tempat Zuhair, dengan cepat, datang
menghampiri sambil berteriak,
"Engkau pendusta! Demi Allah, piagam itu tidak boleh dirobek!"

"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami tidak rela!"

"Zam'a benar!" dukung Abu Al Bakhtary,


"dulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu dan kami pun tidak ikut
menetapkannya!"

"Zam'a dan Abu Al Bakhtary benar!" sahut Mut'im bin Adi,


"dan siapa yang berkata selain itu dialah sang pendusta.

106
"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri dari piagam itu dan apa yang
tertulis di dalamnya!"

Mata Abu Jahal berkilat-kilat dan bahunya gemetar menahan marah.


"Kalian pasti sudah bersekongkol tadi malam!" tuduhnya.
"Kalian diam-diam berkumpul ditempat tersembunyi dan memutuskan untuk mengingkari
piagam bersama ini!"

Perang mulut hampir memuncak ketika Abu Thalib yang ketika dari tadi diam di pojok,
berjalan mendatangi mereka. Sikapnya yang tenang membuat orang-orang yang sedang
bertengkar terdiam.

Mereka memandang Abu Thalib dan menanti yang akan dikatakan pemimpin Bani Hasyim
itu.

"Semalam Muhammad menyampaikan sebuah pesan kepadaku mengenai piagam itu,


"demikian kata Abu Thalib.

Rayap yang Diutus Allah

"Muhammad menyampaikan kepadaku bahwa Allah telah mengutus rayap untuk


memusnahkan piagam itu", lanjut Abu Thalib dengan tenang.
Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran bercampur takjub. Benarkah kabar ini?

Abu Thalib cepat berkata lagi,


"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa yang ada di antara kalian dan dia.
Biarlah kami menanggung pengasingan selamanya. Namun jika Muhammad benar, kalian
harus berhenti memboikot dan berbuat semena-mena terhadap kami."

Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan perkataannya sehingga bersedia
menanggung boikot sampai mati jika perkataan Rasulullah tidak benar.
Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus mengagumi rasa saling percaya dan
kesetiaan yang demikian tinggi antara Abu Thalib dan Rasulullah.

"Baiklah, engkau adil," kata mereka,


"kami terima perkataanmu tadi, Abu Thalib."

Berbondong-bondong, mereka pergi ke Ka'bah dan menemui bahwa yang dikatakan


Rasulullah memang benar. Rayap telah memakan isi piagam itu, kecuali sebagian kecil yang
bertuliskan "Bismika allahumma (Dengan nama-Mu ya Allah)."

Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan. Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali
berada di tengah-tengah masyarakat seperti semula.

107
Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa bernafas lebih lega? Apalagi adanya
kekuasaan Allah melalui rayap, mungkinkah hati orang-orang musyrik berubah? Ternyata
sama sekali tidak! Justru kekufuran mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seperti yang
tercantum dalam firman Allah:
َ ُ ُ ً ْ
‫َو ِ ن َﻳ َﺮ ْوا آ َ ﺔ ُ ْﻌﺮﺿﻮا َو َ ﻘﻮﻟﻮا ِﺳ ْﺤ ٌﺮ ُﻣ ْﺴﺘ ِﻤ ﱞﺮ‬

Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling
dan berkata: (Ini adalah) sihir yang terus menerus.
Surah Al-Qamar (54:2)

Bulan-Bulan Suci

Ada empat bulan suci dalam setahun ketika Rasulullah dan kaum Muslimin dibebaskan dari
pemboikotan. Bulan-bulan suci itu adalah bulan pertama, Muharram (saat diharamkannya
kekerasan), lalu bulan ketujuh, Rajab (yang dihormati), kemudian bulan kesebelas,
Dzulqa'dah (bulan damai), terakhir bulan kedua belas Dzuhijjah (bulan haji).

Tetap Berdakwah

Bulan-bulan suci (Muharram, Rajab Dzulqa'dah, Dzulhijjah) itulah dimanfaatkan Rasulullah


untuk semakin giat berdakwah selama pemboikotan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 48
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ketegaran Tiada Banding

Suatu ketika, di tengah jalan, Rasulullah berpapasan dengan Umayyah bin Khalaf. Umayyah
bin Khalaf adalah seorang pemuda berperangai buruk. Ia suka bermusuhan dan tidak punya
rasa takut kepada siapa pun. Sekali pun Umar bin Khatthab dan Hamzah bin Abdul Muthalib
telah bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Umayyah menganggap enteng-enteng
saja. Dia bahkan telah sesumbar akan membunuh Rasulullah dengan tangannya sendiri.

Oleh karena itu, ketika berpapasan dengan Rasulullah, Umayyah langsung menggertak
sambil menunjuk kuda yang dituntunnya, "Aku beri makan kuda ini, tidak lain adalah untuk
membunuhmu!"

Rasulullah menatap Umayyah dengan tajam sambil membalas cepat, "Tidak, justru akulah
yang akan membunuhmu dengan izin Allah."

108
Kini Rasulullah tidak segan lagi menjawab setiap ejekan dan ancaman orang-orang Quraisy.
Beliau semakin gencar dan tekun berdakwah tanpa memperdulikan resikonya lagi.
Keberanian Rasulullah ini meruntuhkan wibawa musuh-musuh beliau yang selama ini selalu
membangga-banggakan diri.

Masyarakat kecil perlahan mulai terpengaruh dengan keberanian Rasulullah ini. Mereka
merasa, jika bergabung dengan kaum Muslimin, mereka tidak akan diejek dan disakiti
semena-mena lagi. Kekukuhan hati Rasulullah dalam menghadapi bahaya merambah ke hati
orang-orang yang tertindas.

Suatu hari, seorang pria asing menjerit, "Wahai orang-orang Quraisy! Adakah orang yang
bersedia menolong diriku? Hakku dirampas oleh Amr bin Hisyam (Abu Jahal)! Aku adalah
pendatang dan telah dilakukan sewenang-wenang!"

Siapa orang Quraisy yang berani menantang keganasan Abu Jahal untuk menolong laki-laki
malang ini?

Keberanian Rasulullah

Memang tidak ada yang berani! Tidak seorang pun! Namun, mereka menyarankan kepada
laki-laki asing itu,
"Carilah Muhammad dan minta tolong kepadanya."

Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin, Rasulullah akan mampu
melakukannya. Semua tahu bahwa Abu Jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat dan
beringas.

"Ada apa, Saudara? Apa yang bisa kubantu?" Demikian sapa Rasulullah ketika orang asing
itu datang.

"Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam tidak mau membayar unta yang dibeli
dariku!"

Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal. Melihat mereka, orang-orang tertawa
gaduh. Mereka yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk menghadapi
Abu Jahal. Muhammad pasti akan mengecewakan laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap
melontarkan ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa Rasulullah di hadapan
para pengikutnya.

Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah Abu Jahal, ia sedang berada ditengah-
tengah budak dan para penunggang kudanya. Tiba-tiba pintu diketuk dengan keras. Wajah
Abu Jahal memerah menahan marah,

"Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak tahu dia kalau aku sedang bersama
bawahanku! Dengan mudah, mereka bisa kusuruh melumatkan orang itu!"

109
Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat Rasulullah di depannya. Saat itu wajah
Rasulullah tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah bulat untuk membela orang
yang teraniaya ini.

Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun. Ia masuk ke rumah dan keluar lagi untuk
membayar pembelian unta laki-laki asing itu.

Orang asing itu sangat berterimakasih kepada Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita
kepada orang-orang di sekitar Ka'bah. Mau tidak mau, keberanian Rasulullah ini
menimbulkan rasa kagum di hati mereka. Mereka yang tadi sudah siap mengejek pun
membubarkan diri dengan perasaan bercampur aduk, kesal, geram, tetapi sekaligus hormat
dan kagum.

Laki-laki dari Suku Ghifar

Kabar tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia. Suatu
hari, datanglah seorang laki-laki berwajah ramah dan bijaksana. Abu Thalib melihatnya, lalu
menegur, "Sepertinya Anda laki-laki asing?"

"Betul, namaku Abu Dzar dari suku Ghifar."

Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang saudaranya untuk mencari tahu
tentang Rasulullah. Sesudah melihat apa yang dilakukan Rasulullah, saudara Abu Dzar
melaporkan,

"Demi Allah, aku telah melihat orang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari
keburukan."

Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun datang ke Mekah. Ali bin Abu Thalib
mengajak Abu Dzar bermalam di rumahnya. Esok harinya, Ali bertanya kepada Abu Dzar,

"Jika Anda tidak berkeberatan bercerita, apa yang mendorong Anda datang ke negeri ini?"

"Kalau Anda berjanji untuk merahasiakannya, aku akan menceritakannya."


Ali mengangguk.

Kemudian, Abu Dzar berkata,

"Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang bernama Muhammad. Orang
mengatakan bahwa ia membawa ajaran baru. Aku ingin menemuinya. Namun, aku tahu
pemerintah Quraisy akan menindak setiap orang asing yang sengaja menemuinya."

"Ikuti saya," bisik Ali bin Abu Thalib, masuklah ke tempat saya masuk. Jika saya melihat
orang yang saya khawatirkan akan mengganggu keselamatan Tuan, saya akan merapat ke
tembok dan Tuan silahkan berjalan terus."

110
Malam itu juga, Abu Dzar bertemu Rasulullah.

"Hatiku sangat pedih melihat orang-orang kaya yang congkak, budak-budak yang sengsara,
kaum perempuan yang tertindas, kaum miskin yang tidak mampu berbuat apa-apa. Apa
yang Islam tawarkan untuk mengatasi semua ini?" tanya Abu Dzar.

Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu Dzar merasa sangat puas. Saat itu
juga, Abu Dzar menyatakan keimanannya dengan semangat menggelora.

Ketika Abu Dzar berpamitan, Rasulullah berpesan.


"Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu. Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam,
dan rahasiakanlah pertemuan kita ini dari penduduk Mekah karena aku khawatir mereka
akan mengganggu keselamatanmu."

Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru mengajak orang masuk Islam.

Anjuran bersabar kepada Abu Dzar

Suatu hari, Rasulullah bertanya kepada Abu Dzar,

"Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai para pembesar yang mengambil
barang upeti untuk mereka pribadi?"

Jawab Abu Dzar,

"Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan
pedang saya!"

Sabda Rasulullah,

"Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Yaitu bersabarlah sampai kamu
menemuiku."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 49
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Abu Thalib Sakit Keras

Beberapa bulan setelah piagam dihapus, Rasulullah kembali mengalami ujian besar. Kali ini
bukan penyiksaan dari pihak lawan, melainkan berupa kehilangan orang yang beliau cintai.

111
Karena sudah lanjut usia dan menderita kehidupan berat di pengasingan selama tiga tahun,
Abu Thalib jatuh sakit. Saat itu usianya sudah delapan puluh tahun. Mengetahui Abu Thalib
sakit keras, orang-orang Quraisy khawatir akan terjadi perang antara kaum Quraisy dan
Rasulullah beserta para pengikutnya. Apalagi dipihak Rasulullah ada Hamzah dan Umar yang
terkenal garang dan keras. Selama ini, Abu Thalib selalu bisa menjadi penengah kedua belah
pihak.

Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib dipembaringan dan berkata,

"Abu Thalib, engkau adalah keluarga kami juga. Sekarang ini, keadaan antara kami dan
kemenakanmu sudah sangat mencemaskan kami. Panggilah dia. Kami dan dia akan saling
memberi dan menerima. Biarlah dia dengan agamanya dan kami dengan agama kami pula".

Rasulullah Kemudian datang. Mengetahui maksud kedatangan mereka, Rasulullah bersabda,

"Sepatah kata saja saya minta yang akan membuat mereka merajai semua orang Arab dan
bukan Arab."

"Katakanlah, demi ayahmu," kata Abu Jahal,


"sepuluh kata sekali pun silahkan!"

Rasulullah bersabda,

"Katakan, tidak ada ada Tuhan selain Allah dan tinggalkan segala penyembahan selain
Allah."

"Muhammad," seru mereka,


"maksudmu tuhan-tuhan itu dijadikan satu saja?"

Para Pembesar Quraisy Saling pandang dengan kecewa menghadapi keteguhan Rasulullah.

"Pulanglah," kata mereka satu sama lain,


"orang Ini tidak akan memberikan apa-apa seperti yang kamu kehendaki. Pergilah Kalian!"

Abu Thalib Wafat

Rasulullah duduk di sisi pembaringan pamannya. Dengan sedih, ditatapnya wajah bijaksana
orang tua itu. Hati Rasulullah dipenuhi rasa duka, tidak hanya karena melihat sakit sebelum
maut yang diderita Abu Thalib, tetapi juga karena sampai saat itu, pamannya belum juga
membuka hatinya kepada Islam.

Rasulullah menggenggam tangan pamannya dengan lembut. Inilah Abu Thalib yang dulu
mengajaknya berdagang ke Syam karena tidak tega berpisah dengannya. Inilah pamannya
yang dulu merawatnya penuh kasih sayang, bahkan mencintainya melebihi kecintaan
kepada anak-anaknya sendiri. Inilah Abu Thalib yang membuka jalan pertemuannya dengan

112
Khadijah dan mendorongnya menjadi pemimpin kafilah dagang Khadijah. Inilah Abu Thalib
yang selalu menjadi pelindungnya sejak dirinya menjadi yatim sampai menjadi utusan Allah.

Abu Thalib membuka matanya yang sayu dan memandang Rasulullah, "Demi Allah, wahai
anak saudaraku, aku tidak melihatmu menawarkan sesuatu yang berat kepada para pemuka
kaummu."

Sejenak timbul harapan Rasulullah akan keislaman pamannya itu,

"Wahai pamanku, ucapkanlah satu kalimat maka dengan kalimat tersebut engkau berhak
mendapat syafaatku pada Hari Kiamat."

Akan tetapi, Abu Thalib tetap enggan menerima ajakan tersebut. Kemudian wafatlah ia.
Kini, hilang sudah seorang pelindung Rasulullah. Mulai saat ini, Rasulullah harus menghadapi
semuanya sendiri.

Kata-Kata Terakhir Abu Thalib

Ketika Rasulullah mengajak Abu Thalib mengucapkan syahadat pada saat-saat terakhirnya,
Abu Thalib berkata,

"Kalau saja aku tidak khawatir nasib keluargaku akan dianiaya setelah kepergianku dan
kaum Quraisy bakal mengatakan, bahwa aku berucap karena gentar menghadapi sakaratul
maut, aku tentu mengucapkannya. Kalau pun kuucapkan, itu sekadar menyenangkan
hatimu."

Khadijah Wafat

Seusai penguburan Abu Thalib, Rasulullah kembali ke rumah dan menemukan Khadijah
jatuh sakit. Rasulullah menggenggam tangan Khadijah yang kini terasa panas. Dari hari ke
hari, wajah Khadijah semakin pucat dan gemetar, Rasulullah amat terharu. Pada saat-saat
seperti ini, istrinya itu tetap berusaha menguatkan hatinya. Seolah-olah Khadijah tahu
bahwa perjuangan suaminya masih sangat panjang dan berliku, sedangkan perjuangannya
sendiri sudah mencapai titik akhir.

Akhirnya saat perpisahan sepasang suami istri yang mulia itu pun tiba. Hanya beberapa hari
setelah Abu Thalib meninggal, Khadijah pun wafat dengan tenang.

Dalam beberapa hari saja, Rasulullah kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, paman yang mengasuh dan melindunginya serta istri yang setia mendampingi
dalam menempuh semua suka dan duka, terutama setelah beliau diangkat menjadi Rasul
selama sepuluh tahun terakhir kehidupan mereka. Masa-masa duka ini dikenal dengan
nama 'Amul Huzni (tahun kesedihan).

113
Saat itu, seolah-olah semua kegembiraan di hati Rasulullah pudar. Indahnya kehidupan
seolah-olah ikut terkubur bersama jasad dua orang kesayangan itu. Rasulullah tertunduk di
samping pusara Khadijah. Air mata beliau mengalir tanpa tertahan.

Beliau ingat, betapa besar penderitaan pamannya dan kesengsaraan yang dipikul istrinya
saat mereka bertindak melindungi beliau. Rasanya, hidup Khadijah lebih banyak dilalui
dengan menanggung begitu berat beban perjuangan dibanding menikmati manisnya
kehidupan.

Keluarga dan sahabat merasakan betul kesedihan Rasulullah. Sekuat tenaga, mereka
berusaha menghibur Rasulullah. Inilah saat-saat ketika para pengikut, yang biasanya dihibur
dan dikuatkan hatinya oleh Rasulullah, berganti menghibur dan menguatkan hati Rasulullah.
Sungguh pada saat yang mengharukan, tetap ada keindahan yang tampak dalam
persaudaraan mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 50
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kenangan akan Khadijah

Kenangan akan Khadijah tetap hidup di hati Rasulullah sampai beliau wafat. Rasulullah ingat
pernikahan mereka yang penuh berkah. Itulah satu-satunya pernikahan di dunia ini yang
dipenuhi berkah surga dan dunia sekaligus.

Saat pernikahan itu, Khadijah mengadakan jamuan buat semua orang, mulai dari yang paling
kaya sampai yang paling miskin. Bangsa Arab yang saat itu hanya mengenal air putih, dalam
walimah pernikahan Rasulullah dan Khadijah, disuguhi minuman segar sari buah dan sirup
mawar.

Selama beberapa hari, semua orang, baik tua maupun muda, makan di rumah Khadijah.
Kepada orang-orang miskin, Khadijah memberikan beberapa keping uang emas dan perak
serta pakaian. Kepada para janda, Khadijah menyumbangkan kebutuhan hidup yang belum
pernah mereka rasakan sebelumnya.

Rasulullah juga terkenang saat setelah menikah, Khadijah tidak lagi tertarik pada
perdagangan serta kesuksesan yang diraihnya. Pernikahan telah mengganti perhatian
Khadijah. Beliau telah mendapatkan Muhammad Al Musthafa sebagai hartanya yang paling
berharga di dunia ini. Begitu Khadijah menjadi istri Rasulullah semua perak, emas, dan
berlian kehilangan harga di matanya. Rasullullah menjadi satu-satunya yang Khadijah
sayangi, perhatikan, dan cintai. Beliau mengabdikan diri sepenuhnya pada kehidupan
Rasulullah.

114
Saat-saat didampingi Khadijah boleh dikatakan merupakan sat-saat yang sangat
membahagiakan Rasulullah. Dari rahim Khadijah-lah lahir dua orang putra dan empat orang
putri Rasulullah, termasuk puteri terkecil mereka Fatimah Az Zahra, yang menjadi cahaya
mata ayahnya.

Tidak ada laki-laki lain yang cocok mendampingi Khadijah selain Rasulullah. Begitu serasinya
mereka sampai ada ahli sejarah yang menduga bahwa seandainya Khadijah tidak bertemu
Rasulullah dalam hidupnya, kemungkinan besar Khadijah tidak akan menikah sampai akhir
hidupnya, karena bukanlah kekayaan, ketampanan, dan keturunan yang menarik hati
Khadijah, melainkan keluhuran budi yang mampu meluluhkan hatinya. Itulah yang ada
dalam diri Rasulullah.

Rumah di Surga

Dalam Shahih Al Bukhari, Abu Hurairah berkata, Jibril mendatangi rumah Rasulullah seraya
berkata, "Wahai Rasulullah, inilah yang datang Khadijah sambil membawa bejana yang di
dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika ia datang, sampaikan salam padanya
dari Rabb-nya dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di Surga yang di
dalamnya tidak ada hiruk-pikuk dan keletihan."

Khadijah Wanita Sempurna

Sebelum kedatangan Islam, Khadijah dijuluki Ratu Mekah. Namun, ketika cahaya Islam
terbit, Allah memberi beliau kedudukan sebagai ibu kaum beriman *(ummulmukminin)*.
Saat itu, sebagian kaum Muslimin adalah orang-orang miskin. Mereka tidak bisa mencari
nafkah, karena orang-orang kafirlah yang menguasai perdagangan. Orang-orang itu tidak
memberikan kesempatan bagi kaum Muslimin untuk bekerja. Pada saat itu, kaum Muslimin
bisa terhindar dari kelaparan berkat bantuan Khadijah.

Khadijah juga memberi mereka tempat tinggal. Khadijah menggunakan begitu banyak
uangnya untuk orang-orang Muslim di Mekah yang miskin akibat boikot orang-orang
musyrik. Pertolongan Khadijah telah mematahkan tujuan orang-orang musyrik untuk
menarik para pengikut Rasulullah yang miskin pada kekafiran lagi.

Khadijah tidak pernah menyisakan sampai uang terakhir yang dimilikinya demi
kesejahteraan para pemeluk Islam. Cinta Khadijah kepada mereka tidak berbeda dengan
cinta ibu kepada anaknya. Kalian tahu, seorang ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri
demi keselamatan anak-anaknya. Seorang ibu bisa merasakan lapar, namun jika anak-
anaknya kelaparan, ia akan mengutamakan anak-anaknya lebih dulu. Ia akan memberikan
jatah makannya untuk anak-anaknya dan rela menahan lapar. Bahkan jika anak-anaknya
merasa kenyang dan senang, itu sudah cukup membuat seorang ibu juga merasa senang dan
kenyang sehingga ia lupa rasa lapar yang dideritanya sendiri. Cinta seorang ibu tidak
mengenal syarat. Cinta seorang ibu penuh perlindungan dan penuh kasih.

115
Dengan keluhuran budi istrinya yang begitu agung sangat wajar jika Rasulullah merasa amat
berduka ketika Khadijah wafat.

Rasulullah Amat Mencintai Khadijah

Begitu besarnya cinta Rasulullah kepada Khadijah sampai beliau bersabda, "Demi Allah!
Allah tidak menggantikan Khadijah dengan seorang yang lebih baik. Ia telah beriman
kepadaku pada saat orang-orang mengingkari risalahku. Ia percaya kepadaku pada saat
orang-orang nendustaiku. Ia telah mengorbankan hartanya padahal orang lain tidak mau
melakukannya, dan Allah telah melimpahkan karunia bagiku anak-anak melalui Khadijah.

Setelah Abu Thalib Tiada

Ketika ibunya wafat, Fatimah Az Zahra baru berusia tiga tahun. Anak perempuan yang
matanya masih basah karena baru kehilangan ibunya itu kini melihat ayahnya dihina orang
sejadi-jadinya. Para tetangga mereka seperti Hakam bin Ash, Uqbah bin Abu Muith, Adi bin
Hamra, dan Abu Lahab sangat sering melempar batu ketika ayahnya sedang shalat. Bahkan
tidak cuma batu, tetapi juga jeroan kambing. Jeroan kambing itu pernah mereka
melemparkan ke dalam panci masakan Rasulullah yang siap disajikan.

Kejadian paling ringan yang pernah menimpa Rasulullah adalah ketika seorang Quraisy
pandir mencegatnya di jalan dan secara tiba-tiba menyiramkan tanah ke atas kepala beliau.
Rasulullah tidak membalas hinaan itu. Beliau pulang ke rumah dengan kepala yang penuh
tanah.

Di rumah, Fatimah membersihkan kepala ayahnya sambil menangis.

Tidak ada yang lebih pilu rasanya hati seorang ayah dibanding mendengar tangis anaknya.
Apalagi yang menangis ini adalah anak perempuan yang baru saja ditinggal mati ibunya.
Hampir kaku rasanya Rasulullah karena begitu pilu, bahkan beliau hampir saja ikut
menangis.

Muhammad adalah ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang pada putri-putrinya. Tak
ada lagi yang beliau lakukan menghadapi tangis pilu putrinya selain memohon pertolongan
kepada Allah dengan keimanan sepenuh hati.

"Jangan menangis, putriku," begitu yang Rasulullah bisikkan kepada Fatimah sambil
menghapus air matanya,
"sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu."

Rasulullah kemudian berkata,


"Sebelum wafat Abu Thalib, orang-orang Quraisy itu tidak seberapa menggangguku."

Apa yang kemudian beliau lakukan untuk melepaskan diri dari tekanan Quraisy yang
semakin menjadi-jadi?

116
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 51
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tindakan Bengis Abu Lahab

Sepeninggal Abu Thalib, Abu Lahab terpilih sebagai ketua Bani Hasyim. Segera setelah ia
terpilih, Abu Lahab menyatakan melepas perlindungan terhadap diri Rasulullah dengan
memberikan pengumuman secara terbuka di Pasar Ukazh dan di Ka'bah. Ini adalah tindakan
yang amat kejam, sampai Rasulullah sempat minta perlindungan dari keluarga selain Bani
Hasyim.

Bani Hasyim adalah satu di antara sekian banyak kabilah. Pemimpin sebuah kabilah dipilih
karena bijak, berani, dan tegas. Pemimpin kabilah menduduki kedudukan terhormat.
Pemimpin kabilah biasanya dipilih setelah berusia 40 tahun.
Dalam pertempuran, kaum muda berjuang di garis depan melindungi pemimpin kabilah dan
sesepuh di garis belakang.

Cara Rasulullah Berdakwah

Ada 6 cara yang dilakukan Rasulullah untuk berdakwah:


1. Mengumpulkan orang.
2. Mendatangi tempat-tempat pertemuan dan keramaian.
3. Mendatangi kota-kota lain.
4. Menugasi setiap muslim untuk berdakwah.
5. Menugasi muslim pilihan untuk mengajar.
6. Mengirimkan surat dan utusan kepada para raja dan pemimpin.

Tha'if

Rasulullah berdakwah ke Tha'if pada tahun 10 kenabian (akhir Mei 619). Tha'if terletak 100
kilometer sebelah Tenggara Mekah. Tha'if adalah kota pegunungan dengan ketinggian
hampir 2.000 meter diatas permukaan laut. Tha'if adalah kota dagang dengan hasil bumi
dan perkebunan buah seperti anggur.

117
Rasulullah mencoba mengalihkan dakwah langsung keluar Kota Mekah. Bersama Zaid bin
Haritsah, Rasulullah pergi ke kota Tha'if. Tiba di kota itu, Rasulullah menemui tiga orang
pembesar kota dan menawarkan Islam kepada mereka. Apa tanggapan mereka?

"Bahkan akan kusobek-sobek selubung Ka'bah untuk membuktikan bahwa demikian tidak
percayanya aku padamu!" ujar seseorang.

Mendengar temannya bicara seperti itu, yang lain tersenyum mengejek sambil berkata,
"Apakah Tuhan tidak mendapatkan orang yang lebih baik daripada kamu? Kalau engkau
seorang nabi, pastilah engkau terlalu mulia untuk menjadi teman bicaraku. Kalau bukan,
maka engkau terlalu rendah kulayani."

Rasulullah meminta tiga pembesar Tha'if yaitu Mas'ud, Abdu Yalail, dan Habib, tidak
mengumumkan kepada masyarakat penolakan mereka terhadap beliau. Akan tetapi, ketiga
pembesar itu tidak mengabulkan permintaan Rasulullah. Mereka malah menghasut agar
para pemuda mengolok-olok Rasulullah.
Mereka keluar dan berteriak kepada orang banyak,
"Wahai penduduk Tha'if! Lihat orang ini! Ia mencoba mengganti para berhala kita dengan
satu Tuhan baru yang tidak terlihat!"

Para pemuda mulai datang bergerombol dengan wajah memerah karena murka.

"Orang ini rupanya berniat menipu dan membodohi kalian! Apa yang akan kalian perbuat?"

"Usir dia!"

"Jangan cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera dan tidak berani membawa
kegilaannya kemari!"

Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah dengan batu. Melihat hal itu, orang-
orang kaya tidak mau ketinggalan. Mereka menyuruh budak-budaknya,

"Hei, tunggu apalagi? Ambil batu dan lempari dia! Sekaranglah saatnya kalian bersenang-
senang!"

Rasulullah dan Zaid berlari di sepanjang jalan ke luar Kota Tha'if. Mereka diikuti hujan batu
disertai gemuruh caci maki dan cemooh gerombolan pemuda dan budak. Batu-batu terbang
berbunyi debag-debug menghantam seluruh tubuh Rasulullah meski sudah dilindungi Zaid.
Darah suci Rasulullah berceceran di sepanjang jalan.

Doa Rasululllah

Setelah jauh keluar dari kota, gerombolan orang yang mengejar Rasulullah pun
membubarkan diri dengan senyum puas dan mengejek. Saat itu Rasulullah bertemu dengan
seorang istri pembesar Tha'if dari Bani Jumah yang sedang lewat. Perempuan itu
memandang Rasulullah dengan rasa kasihan bercampur heran.

118
"Lihatlah, apa yang ditimpakan kepada kami oleh rakyat suamimu," sabda Rasulullah.

Mendengar orang Tha'iflah yang menganiaya beliau, perempuan itu berlalu dengan
perasaan takut jika diketahui orang bahwa ia menunjukkan belas kasihan kepada Rasulullah.

Untuk melepas lelah dan membasuh luka, Rasulullah dan Zaid berlindung di sebuah kebun
anggur milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak Rabi'ah, seorang pembesar Quraisy. Saat
itu, keluarga Rabi'ah memerhatikan Rasulullah dari jauh, tetapi mereka tidak berbuat apa
pun.

Setelah napasnya kembali normal, Rasulullah mengangkat kepala dan menengadah ke


langit. Beliau memanjatkan doa yang amat mengharukan.

"Allahuma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya


kemampuanku, serta kehinaanku di hadapan manusia."

"Oh Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Engkaulah Pelindungku."

"Kepada siapa hendak Engkau serahkan aku? Kepada orang jauh yang berwajah muram,
kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku?"

"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, karena sungguh luas kenikmatan
yang Engkau limpahkan kepadaku."

"Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dunia, dan akhirat."

"Janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku."

"Kepada-Mu lah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai kehendak-Mu. Tiada yang
lebih kuat dan kuasa dari pada-Mu."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 52
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Di Kebun Anggur

Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami Rasulullah, Utbah dan Syaibah merasa iba.
Mereka menyuruh seorang budak mereka untuk memberikan buah anggur kepada
Rasulullah.

119
Rasulullah menjulurkan tangan untuk memgambil anggur seraya mengucap, "Bismillah."

Budak itu terkejut keheranan mendengar ucapan itu.

"Kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini." ujarnya.

Kemudian, Rasulullah bertanya kepada sang budak siapa namanya dan dari negeri mana dia
berasal, serta apa agamanya.

"Namaku Addas, aku berasal dari Niniveh di Mesopotamia. Aku beragama Nasrani."

Rasulullah kemudian berkata lagi, "Dari negeri baik-baik, Yunus bin Matta."

Dengan rasa heran yang lebih besar daripada sebelumnya, Addas bertanya, "Darimana Tuan
tahu nama Yunus bin Matta?"

"Dia saudaraku," jawab Rasulullah, "dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi."

Mendengar itu, hati Addas dipenuhi rasa haru yang menyengat. Tanpa berkata apa-apa lagi,
dia mencium kepala, tangan, dan kaki Rasulullah.

Utbah dan Syaibah memerhatikan hal itu dengan heran.

"Lihat, ia merusak budakmu," kata Syaibah.

Ketika Addas kembali, mereka bertanya dengan marah,


"Mengapa pula engkau cium kepala, tangan, dan kaki orang itu?"

"Itulah laki-laki yang paling baik di negeri ini," jawab Addas.


"Ia mengatakan sesuatu yang hanya diketahui oleh para nabi."

Utbah dan Syaibah saling pandang sebelum berkata dengan keras,


"Addas, jangan sampai orang itu memalingkan engkau dari agamamu. Agamamu itu lebih
baik daripada agamanya."

Saat Paling Getir

Jibril dan Malaikat Penjaga Gunung, menawarkan diri untuk menghancurkan Tha'if. Namun,
Rasulullah menolak, beliau bahkan mendoakan kebaikan bagi penduduk Tha'if.

Kembali ke Mekah

Setelah Abu Thalib meninggal, Abu Lahab lah yang terpilih sebagai pemimpin kabilah Bani
Hasyim. Abu Lahab langsung mengumumkan kepada khalayak bahwa Bani Hasyim kini tidak

120
lagi melindungi Rasulullah. Hal itu berarti Rasulullah boleh dianiaya, bahkan sampai dibunuh
oleh siapa pun tidak akan ada yang menuntut balas kematiannya.

Dalam perjalanan kembali ke Mekah, keadaan Nabi yang tanpa perlindungan ini merisaukan
Zaid. Zaid pun bertanya,

"Wahai Rasulullah, apa yang akan kita lakukan jika kita kembali ke Mekah tanpa
perlindungan? Aku khawatir jika orang akan berbuat sewenang-wenang kepada Anda."

Rasulullah menatap Zaid dengan pandangan menghibur sambil berkata dengan keyakinan
penuh,

"Allah akan melindungi agama dan Rasul-NYA."

Tiba-tiba di luar Mekah, melalui seorang penduduk, Rasulullah menghubungi Al Akhnas bin
Syariq untuk menanyakan apakah ia mau memberi perlindungan. Namun, Al Akhnas
menolak.
Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari Bani Amr bin Lu'ay, tetapi ia juga
menolak.
Akhirnya *Al Muth'im bin Adi* bersedia memberi perlindungan.

Esok paginya, Al Muth'im menuju Ka'bah dan memgumumkan perlindungannya. Abu Lahab
datang dan memprotes dengan ejekan,

"Kamu memberi perlindungan atau menjadi pengikutnya?"

"Kami memberi perlindungan kepada orang yang seharusnya engkau lindungi", jawab Al
Muth'im.

Suatu hari, Rasulullah pergi ke Ka'bah, Abu Jahal melihatnya dan berseru kepada
sekumpulan orang Quraisy dengan nada menghina,

"Wahai keturunan Abdu Manaf, inilah Nabi kalian."

Menanggapi olokan itu, Utbah bin Rabi'ah berkata,


"Peduli apa pula engkau, apakah kita ini mempunyai seorang nabi atau raja?"

Rasulullah mendekati keduanya dan berkata,

"Wahai Utbah, demi Allah ucapanmu adalah tanggunganmu sendiri. Sementara untukmu,
Abu Jahal, nasib jelek akan menimpamu sehingga kelak engkau akan sedikit tertawa dan
banyak menangis."

Saat Penuh Perjuangan

121
Setelah Abu Thalib meninggal ruang gerak dakwah Rasulullah di Mekah semakin sempit.
Beliau pun mencoba mengalihkan dakwah Islam ke suku-suku Arab lain yang sering
berdatangan ke Mekah pada bulan-bulan haji.

Setiap hari Rasulullah mengunjungi perkemahan Badui, setiap kali itu pula Abu Lahab
mengikuti beliau. Setelah beliau beranjak pergi, Abu Lahab mendekat dan berkata,

"Orang yang tadi hanya ingin menukar kepercayaan Anda kepada Latta dan Uzza, serta jin-
jin sekutu Anda, dengan agama sesat yang dibawanya."

Seorang pemuka kabilah Badui pernah bertanya kepada Rasulullah,

"Kalau kami jadi pengikutmu dan Tuhan memberimu kemenangan menghadapi lawanmu,
apakah kami akan berkuasa setelah Anda?"

Rasulullah menjawab,

"Kekuasaan adalah pemberian Allah ketika Ia menghendaki."

Dengan muka masam, pemimpin kabilah itu berkata ketus,

"Dugaan saya, Anda ini mengharap kami melindungi Anda dari orang Badui dengan dada
kami, lalu kalau Anda menang orang lain akan memetik untung! Tidak, terima kasih."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 53
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Aisyah dan Saudah

Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang dengan gigih. Namun demikian,
semakin gigih pula suku-suku pengembara Arab menolak beliau.

Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah dengan Aisyah, putri Abu Bakar.
Pernikahan itu bertujuan mempererat tali persaudaraan dengan para pendukung Islam yang
setia. Tali persaudaraan yang erat itu sangat penting pada saat-saat sulit seperti itu.

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan penghargaan setingi-tingginya bagi Abu


Bakar, ayah Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah. Pernikahan ini merupakan suatu bentuk
kemenangan dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah
sejak masa sebelum diangkat menjadi Rasul.

122
Sebelumnya Rasulullah menikahi Saudah. Saat itu Saudah telah menjadi janda setelah
suaminya meninggal di Habasyah. Tujuan pernikahan itu adalah untuk menolong Saudah
yang hampir hidup terlunta-lunta setelah suaminya wafat. Saudah adalah wanita yang
pertama dinikahi Rasulullah sepeninggal Khadijah.

Setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Khadijah, kesukaran yang dihadapi Rasulullah
bertambah dengan semakin kerasnya orang Quraisy memusuhi beliau. Pada saat itulah,
Allah menghibur Rasulullah dengan sebuah perjalanan luar biasa yang tidak pernah kita
temui lagi kedasyatannya dalam sejarah.

Isra'

Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah. Wajahnya putih
berseri dan berkilau seperti salju. Demikian heningnya saat itu sampai tidak terdengar suara
burung malam, gemericik air, dan siulan angin.

"Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!" sapa Malaikat Jibril.

Rasulullah bangun. Saat itu, beliau sedang tidur di rumah sepupunya, Ummu Hani binti Abu
Thalib.

Jibril membawa Buraq kehadapan Rasulullah. Buraq adalah hewan yang bentuknya lebih
kecil dari kuda tapi lebih besar dari keledai dengan sayap dikedua sisi tubuhnya. Warnanya
putih. Setiap kali ia melangkah, jauhnya sama dengan jarak pandang.

Setelah Rasulullah naik ke punggungnya. Buraq pun meluncur seperti anak panah,
sedangkan Jibril terbang mengiringi dalam jarak yang dekat sekali. Mereka terbang melintasi
padang-padang pasir menuju ke utara.

Ifrit
Dalam perjalanan Isra', satu Ifrit mengejar Rasulullah sambil membawa obor. Ifrit adalah
bangsa jin yang amat jahat. Jibril mengajarkan sebuah doa kepada Rasulullah yang membuat
obor Ifrit padam dan Ifrit tersungkur jatuh.

Akhirnya Rasulullah tiba di Baitul Maqdis, Yerusalem, Palestina. Di atas Baitul Maqdis
Rasulullah bertemu Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Ketiga nabi mulia itu ditemani
nabi-nabi lain. Rasulullah kemudian memimpin shalat semua nabi dan rasul itu.

Selesai shalat, dibawakan kehadapan Rasulullah tiga buah bejana. Satu berisi khamr, satu
berisi air, dan satu lagi berisi susu.

Mi'raj

123
Rasulullah mendengar sebuah suara berkata, "Kalau ia memgambil air, ia akan tenggelam
dan begitu juga umatnya. Kalau ia mengambil khamr, ia akan tersesat dan begitu pula
umatnya. Kalau dia mengambil susu, ia akan dibimbing dan begitu juga umatnya."

Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi susu dan meminumnya dengan
menyebut nama Allah. Jibril pun berkata kepada Rasulullah, "Anda telah diberkati dan
begitu pula umat Anda, Muhammad."

Setelah itu, beliau dibawa naik sampai ke langit. Tangga dipancangkan di atas batu Yaqub.
Mi'raj berarti tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah meniti Mi'raj, bukan lagi menaiki Buraq.
Buraq menunggu di bawah ditambatkan di pintu Baitul Maqdis. Oleh Jibril, tangga ini
diletakkan di atas batu besar dan ujungnya terus menjulang sampai ke langit.
Dengan tangga itu, Rasulullah naik ke atas langit berlapis tujuh. Setiap tingkatan langit di
jaga oleh malaikat agar tidak ada setan yang bisa mencuri-dengar rahasia-rahasia langit.

Di langit pertama, Rasulullah melihat semua malaikat tersenyum, kecuali satu saja.
Rasulullah bertanya kepada Jibril, lalu Jibril menjawab bahwa itu adalah Malik, malaikat
penjaga neraka, Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril,

"Bisakah engkau memerintahkannya untuk memperlihatkan neraka?"

"Malik, perlihatkan neraka kepada Muhammad."

Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar tinggi sampai Rasulullah mengira
bahwa ia akan membakar segalanya.

Illiyyin dan Sijjin

Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga tertinggi. Sementara itu, Sijjin adalah tempat
yang terletak di bawah Neraka Jahanam.

Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik mengendalikan kobaran api yang
sangat dasyat itu. Malaikat Malik pun melakukannya dan menutup kembali pintu neraka.

Setelah itu, Rasulullah melihat seorang laki-laki sedang duduk melihat roh-roh manusia yang
lewat dihadapannya. Jika roh itu baik, ia akan mengucapkan selamat seraya berkata,

"Roh yang baik dari tubuh yang baik."

Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki itu jadi keruh sambil berkata,

"Huh! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek!"

"Siapa laki-laki itu, wahai Jibril?" tanya Rasulullah.

124
Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang sedang menilai roh keturunannya. Roh
orang yang beriman membuat Nabi Adam gembira, sedangkan roh orang kafir dan murtad
membuat beliau kesal dan murung.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 54
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ke Langit Berikutnya

Rasulullah melanjutkan perjalanannya bersama Jibril. Beliau melihat orang-orang berbibir


seperti bibir unta. Di mulut mereka ada potongan api berbentuk batu yang mereka telan lalu
keluar lagi lewat duburnya, kemudian ditelan lagi begitu seterusnya.

"Siapakah mereka ini?" Rasulullah bertanya-tanya.

"Mereka adalah para pendosa yang memakan harta anak yatim."

Setelah itu, beliau melihat orang-orang seperti keluarga Fir'aun. Perut mereka membesar,
sedangkan serombongan unta-unta gila menginjak-injak perut mereka di neraka. Orang-
orang itu tidak mampu lagi menghindar.

"Siapakah orang-orang ini?" tanya Rasulullah.

"Orang-orang itu adalah para pemakan riba. Mereka biasa meminjamkan uang kepada
orang lain, tetapi meminta uang pinjaman itu dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan uang yang dipinjam."

Setelah itu, Rasulullah melihat orang-orang yang di hadapan mereka ada dua jenis daging,
satu empuk dan lezat, sedang yang satu lagi kesat dan busuk. Akan tetapi, orang-orang itu
memakan daging yang busuk.

"Siapakah mereka ini?" kembali Rasulullah bertanya.

Dijelaskan kepada beliau bahwa orang-orang itu menelantarkan istrinya dan mendekati
perempuan lain yang tidak halal.

Dalam perjalanan berikutnya, Rasulullah dibawa ke langit kedua. Beliau berjumpa dengan
Nabi Isa dan Nabi Yahya (Putra Nabi Zakaria). Keduanya adalah saudara sepupu dari garis
ibu.

125
Di langit ketiga, beliau berjumpa dengan seorang nabi yang wajahnya begitu tampan seperti
bulan purnama.
Itu adalah Nabi Yusuf.

Di langit keempat, Rasulullah bertemu dengan Nabi Idris yang telah dimuliakan Allah dengan
diangkat dari dunia ke tempat yang tinggi.

Di langit kelima, Rasulullah bertemu Nabi Harun (putra Imran). Nabi Harun adalah nabi yang
dikasihi kaumnya.

"Belum pernah saya bertemu orang segagah dia," demikian sabda Rasulullah tentang Nabi
Harun.

Menerima Perintah Shalat

Di langit keenam, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa.

Lalu, di langit ketujuh, beliau bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang duduk di atas
singgasana gerbang surga (Baitul Makmur). Setiap hari, 70 ribu malaikat masuk lewat
gerbang itu dan tidak keluar lagi sampai Hari Kebangkitan.

"Belum pernah saya melihat orang yang lebih menyerupai saya,"


Laki-laki itu ayah saya, Nabi Ibrahim.

Kemudian, ia membawa saya ke surga dan disitu saya melihat seorang gadis berbibir merah
gelap, dan saya tanyakan dia, milik siapa ia sebab ia begitu gembira ketika berjumpa dengan
saya, dan jawabnya,

"Saya milik Zaid bin Haritsah."

Kemudian Rasulullah dibawa ke hadapan Arasy sehingga bertemu Allah. Segalanya tidak
dapat dilukiskan dengan lidah dan di luar jangkauan daya otak manusia. Bertemu dengan
Allah Yang Maha Agung membuat Rasulullah merasakan kesejukan sampai ke tulang
punggungnya. Kemudian, rasa tenang dan damai membanjiri perasaan beliau, begitu terasa
nikmat. Pada saat itulah, Rasulullah, Allah memerintahkan agar setiap Muslim melakukan
shalat lima puluh kali sehari semalam.

Begitu Rasulullah turun dari Arasy, beliau bertemu Nabi Musa yang berkata,

"Bagaimana engkau mengharap pengikut-pengikutmu akan melakukan shalat lima puluh kali
setiap hari? Sebelum engkau, aku sudah punya pengalaman, sudah kucoba terhadap Bani
Israil sekuat daya. Percayalah dan kembalilah kepada Allah, minta supaya dikurangi jumlah
shalat itu."

Kemudian Rasulullah kembali menemui Allah. Kemudian jumlah shalat dikurangi jadi empat
puluh kali setiap hari.

126
Namun, Nabi Musa menganggap masih di luar kemampuan orang. Dia sarankannya lagi
Rasulullah kembali meminta keringanan. Demikianlah, beberapa kali Rasulullah bolak-balik
menemui Allah sampai akhirnya jumlah shalat ditetapkan menjadi lima kali sehari semalam.

Kemudian, Rasulullah kembali ke Bumi dengan menuruni tangga. Buraq pun membawa
Rasulullah kembali ke Mekah.

Mengabarkan Isra Mi'raj

Menjelang fajar Rasulullah membangunkan Ummu Hani dan keluarganya.


"Oh Ummu Hani," sabda Rasulullah,

"seperti engkau maklum, semalam aku shalat malam terakhir bersama kamu. Kemudian aku
ke Baitul Maqdis dan shalat di sana. Baru saja, saat ini, kita shalat subuh bersama."

Rasulullah kemudian bangkit, meninggalkan Ummu Hani yang masih terperangah. Ummu
Hani tahu beliau akan keluar dan mengabarkan Isra' dan Mi'raj kepada orang banyak.
Rasulullah berdiri dan berjalan ke pintu begitu cepat seolah-olah tidak sabar lagi untuk
mengabarkan perjalanan ini. Padahal, beliau tahu apa akan dikatakan orang Quraisy yang
selama ini memusuhinya. Namun, semangat Rasulullah tidak terhalangi oleh hal-hal
semacam itu.

Rasa khawatir Ummu Hani menggunung seketika. Begitu cepatnya langkah Rasul sehingga
Ummu Hani terpaksa menarik jubah Rasul dengan tergesa-gesa.

"Ya Rasulullah, jangan mengatakannya pada khalayak ramai. Nanti mereka menuduh engkau
berdusta dan mereka akan menghinamu."

Rasulullah tersenyum menentramkan, "Demi Allah, saya akan tetap mengatakannya."

Ummu Hani tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat tekad Rasulullah yang sudah demikian
kuat. Ketika Rasulullah pergi, dilihatnya beliau dengan pandangan khawatir. Ummu Hani
segera memanggil seorang hamba sahayanya, seorang perempuan dari Habasyah.

"Pergilah, ikuti Rasulullah dan dengar yang dikatakan kaumnya terhadap beliau."

Hamba sahaya itu pun bergegas pergi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 55

127
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Quraisy Gempar

Saat itu, di dekat Ka'bah telah berkumpul para pembesar Quraisy. Mereka melihat
Rasululllah, Abu Jahal bertanya dengan congkak,

"Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara baru lagi?"

"Ya, aku baru mendapat suatu perkara yang baru."

"Apa itu? Ceritakanlah," Abu Jahal bersiap mengejek.

"Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis."

Senyum Abu Jahal melebar,


"Ke Baitul Maqdis dan pagi-pagi begini sudah kembali tiba disini?"

"Ya, semalam aku pergi di Baitul Maqdis."

Abu Jahal tertawa sambil menggeleng-geleng heran,

"Apakah kamu berani menyatakan hal ini di muka kaumku? Kalau memang berani, saya akan
memanggil mereka. Ceritakanlah kepada mereka hal yang telah kamu katakan kepadaku
tadi!"

"Baik panggil mereka kemari," tegas Rasulullah.

Seketika itu juga, Abu Jahal pergi memanggil semua pembesar Quraisy dan orang-orang
biasa.

Dalam waktu singkat, semua orang berduyun-duyun ke hadapan Rasulullah.

"Hai Muhammad!" Seru Abu Jahal.


"Katakanlah kepada kaumku sekarang seperti yang kamu katakan tadi kepadaku!"

Rasulullah pun bersabda,


"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."

Orang-orang terperangah. Semua orang yang hadir disitu bersikap seolah-olah kurang jelas
mendengar kata-kata Rasulullah.

"Pergi kemana, Muhammad?"

"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."

128
Seketika itu, gemparlah suasana. Suara tawa dan cemooh menggemuruh. Mengalahkan
suara-suara itu Abu Jahal berteriak,

"Muhammad itu memang selalu mengada-ada dengan ucapannya!"

Olok-olok makin terdengar riuh. Ada yang mengejek. Ada yang tertawa. Ada yang bertepuk
tangan.
Bagi bangsa Arab, tepuk tangan adalah bukan tanda semangat. Tepuk tangan atau menaruh
tangan diatas kepala adalah tanda mengejek dan hinaan bagi seseorang yang kata-katanya
dianggap tidak bisa dipercaya.

Orang-orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu yang akan dikatakan Abu Bakar,
orang yang selama ini begitu kukuh kepercayaannya kepada Rasulullah.

*Abu Bakar Membenarkan Cerita Rasulullah*

"Kalian berdusta," kata Abu Bakar kepada orang-orang yang datang kepadanya.

"Sungguh, Muhammad kini berada di Ka'bah sedang berbicara dengan orang banyak."

"Kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakar,


"Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku bahwa ada berita dari Tuhan,
dari langit ke bumi pada waktu malam atau siang aku percaya. Padahal tadi itu lebih
mengherankan daripada berita sekarang ini."

Abu Bakar kemudian mendatangi Rasulullah. Saat itu, orang-orang Quraisy sedang meminta
Rasulullah menggambarkan bentuk Baitul Maqdis. Mereka tahu, Rasulullah belum pernah
satu kali pun berkunjung ke tempat itu. Sementara itu, beberapa orang dari mereka telah
terbiasa berdagang sampai ke Syam dan melewati Baitul Maqdis berkali-kali. Abu Bakar
adalah salah seorang yang pernah berdagang ke sana.

Mendengar Rasulullah begitu tepat menggambarkan keadaan Baitul Maqdis, Abu Bakar
berkata di hadapan semua orang,

"Rasulullah, saya percaya!"

Bahkan, orang-orang kafir sekali pun menggeleng-geleng kepala, heran bercampur kagum
mendengar kata-kata Abu Bakar. Mereka menghormati kesetiaan dan tingginya rasa
percaya Abu Bakar kepada Rasulullah.

Rasulullah sendiri sangat gembira mendengar perkataan Abu Bakar. Padahal saat itu, semua
orang dihadapannya tengah bertanya-tanya, mengejek, dan mencaci. Bahkan yang lebih
menyakitkan, beberapa orang yang sudah memeluk Islam kembali murtad karena tidak
percaya dengan apa yang Rasulullah sampaikan.

129
Sejak saat itu Rasulullah memberi julukan kehormatan dan kesayangan "As-Shiddiq" kepada
Abu Bakar. Artinya adalah "yang tulus hati", "yang sangat jujur."

Bukti dari Kafilah

Merasa belum cukup mendengar betapa tepat gambaran Rasulullah tentang Baitul Maqdis,
orang-orang Quraisy meminta bukti yang lain.

Rasulullah mengatakan, bahwa dalam perjalanan, beliau melewati beberapa kafilah yang
sedang dalam perjalanan menuju Mekah atau ke arah Syam. Rasulullah mengatakan bahwa
di salah satu kafilah, seekor unta terjerembab karena terkejut oleh kehadiran Buraq.
Rasulullah juga mengatakan tempat kafilah itu berada.

"Saya melanjutkan perjalanan," demikian sabda Rasulullah,


"sampai tiba di Dhajanan, melewati sebuah kafilah bani fulan. Kutemukan mereka semua
sedang tertidur. Mereka mempunyai sebuah guci yang tertutup. Saya membuka tutupnya
dan meminum air itu lalu menutupnya kembali."

Sudah menjadi kebiasaan kafilah Arab untuk menyediakan guci minum yang bisa dinikmati
oleh siapa pun tanpa perlu izin lagi. Bahkan biasanya yang disediakan adalah susu.

"Sebagai bukti kafilah itu sekarang sedang menuruni dataran tinggi Baydha di celah Tan'im.
Kafilah itu dipimpin seekor unta berwarna kelabu dengan muatan dua kantong, yang satu
hitam dan yang lain belang."

Orang-orang kemudian bergegas menuju celah itu. Mereka menemukan bahwa unta
pertama yang mereka jumpai sedang memimpin kafilah memang persis seperti yang
digambarkan Rasulullah.

Orang-orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu tentang guci air.

"Ketika kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu masih tertutup, tetapi isinya kosong.
Padahal semalam guci itu penuh berisi air," jawab anggota kafilah.

Orang-orang saling berpandangan mengakui yang Rasulullah katakan. Terlebih lagi setelah
itu, mereka bertanya pada rombongan kafilah lain tentang unta yang terjerembab.

"Kami memang terkejut mendengar sesuatu seperti apa yang bergerak cepat di langit.
Sesuatu itu membuat seekor unta kami terkejut dan terjerembab."

Demikian bukti-bukti kebenaran Isra' Mi'raj sudah begitu kuat. Namun, orang-orang seperti
Abu Jahal tidak bisa berubah menjadi orang beriman.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

130
Bagian 56
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rintangan dari Abu Lahab

Selain terus-menerus berdakwah kepada orang-orang Mekah, Rasulullah juga


menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang yang datang ke Mekah. Bangsa Arab
berkumpul di Mekah pada pekan-pekan tertentu beberapa kali dalam setahun, misalnya di
Pasar Ukazh, yang diadakan selama bulan Syawal, kemudian Pasar Mujannah, yang
berlangsung setelah bulan Syawal selama dua puluh hari.

Jika Rasulullah tahu ada rombongan datang, Beliau segera pergi mendatangi mereka sambil
berkata,

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian supaya


menyembah kepada-NYA dan janganlah kamu menyekutukan Dia dengan sesuatu."
"Wahai sekalian manusia ucapkanlah olehmu, Tiada Tuhan melainkan Allah, supaya kamu
berbahagia!"

Namun, di mana pun Rasulullah datang pasti di belakang beliau Abu Lahab datang mengikuti
sambil berseru keras-keras,

"Hai sekalian manusia, sesungguhnya orang ini memerintahkan kamu sekalian supaya
meninggalkan agama orangtua-orangtuamu terdahulu! Hai sekalian manusia, janganlah
kamu dengarkan perkataan orang ini karena dia itu pendusta!"

Bahkan sesekali jika marahnya sudah memuncak, Abu Lahab melempar kepala Rasulullah
dari belakang dengan batu!

Akibat tindakan Abu Lahab ini, sangat sedikit orang yang mau menerima seruan Islam.
Orang-orang Islam pun bahkan belum berani menunjukkan keislamannya secara terang-
terangan. Kebanyakan orang mencaci, mencemooh, mengusir, dan mendustakan Rasulullah.

Akan tetapi, beliau tidak pernah berputus asa. Beliau terus berdakwah semakin gencar dan
semakin bersemangat. Berkat kegigihan yang luar biasa inilah, Allah mulai menunjukkan
tanda-tanda kemenangan dari sebuah kota bernama Yatsrib.

Utbah bin Rabi'ah

Selain Abu Lahab, salah seorang yang memusuhi Rasulullah adalah Utbah bin Rabi'ah.
Namun, Utbah lebih lembut. Utbah memberi Rasulullah anggur ketika beliau diusir dari
Tha'if.

131
Orang-Orang Yatsrib

(Suatu saat kelak, Rasululllah mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah). Orang-orang
Yatsrib termasuk rombongan orang Arab yang sering datang ke Mekah. Mereka terpecah
menjadi dua golongan orang Aus dan orang Khazraj.

Kedua suku ini saling berperang satu sama lain selama 120 tahun. Suatu saat kaum Aus
menang. Pada saat lain, orang Khazraj yang mengalahkan Aus.

Suatu malam di Bukit Aqabah, Mina, Rasulullah bertemu dengan enam orang Khazraj. Mula-
mula beliau mengajukan pertanyaan, kemudian orang-orang itu menjawab dengan sopan.
Kemudian Rasulullah memperkenalkan diri dan bertanya,

"Bagaimana keadaan kalian di Yatsrib?"

Sesudah itu beliau mengajak mereka duduk bersama dan memenuhi ajakan itu dengan
penuh rasa ingin tahu. Sesudah saling bertanya, Rasulullah mengajak mereka ke tempat
yang sunyi, sedikit jauh dari penglihatan orang. Di tempat itu, Rasulullah membacakan ayat-
ayat Al-Qur'an. Keenam orang Khazraj itu mengerti dan tertarik segala apa yang beliau
serukan.

Setelah Rasulullah yakin dengan kesungguhan orang-orang ini, beliau mengajak berpindah
tempat lagi ke bawah Bukit Aqabah. Tempat itu benar-benar terlindung dari jangkauan
penglihatan orang. Di tempat aman itulah, Rasulullah mengajak mereka mendukung
kenabian beliau. Rasulullah meminta agar mereka ikut menyebarkan ajaran Islam di kota
asal mereka, Yatsrib.

Orang-orang itu minta waktu untuk berunding.

"Rupanya ini adalah jalan yang diberikan Tuhan," demikian salah satu dari mereka berkata,

"Aku sudah bosan berperang dengan Aus, mudah-mudahan ajaran Islam ini akan
menyatukan kita dan Aus dalam perdamaian."

Setelah selesai, mereka menyatakan percaya dan sungguh-sungguh mendukung penyebaran


Islam di Yatsrib. Rasulullah kemudian menasihati agar mereka seiya sekata, tolong-
menolong, dan bantu-membantu dalam menjalankan tugas mulia ini.

Baiat Aqabah Pertama

Keenam orang itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan Islam kepada seluruh penduduknya.

"Muhammad adalah nabi terakhir utusan Tuhan yang didustakan kaumnya sendiri,"
demikian kata mereka.

Segera saja nama Rasulullah menjadi terkenal di kalangan penduduk Yatsrib.

132
Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu kembali ke Mekah bersama tujuh
orang rekan mereka. Dua berasal dari Aus dan sepuluh orang berasal dari Khazraj. Mereka
menemui Rasulullah di Bukit Aqabah. Saat itu, sudah dua belas tahun lamanya Rasulullah
menyebarkan Islam.

Setelah Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mereka menyatakan percaya akan


seruan beliau. Rasulullah pun kemudian membaiat (sumpah setia) mereka.
Inilah yang terkenal sebagai Baiat Aqabah pertama.

Dalam baiat ini, Rasulullah mengajak mereka bersumpah untuk:


1. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-NYA
2. Tidak mencuri
3. Tidak bergaul dengan wanita yang belum dinikahi
4. Tidak membunuh anak-anak, seperti yang saat itu banyak terjadi
5. Tidak berdusta dan tidak membuat kedustaan
6. Tidak menolak perkara yang baik
7. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik saat senang maupun susah
8. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik terpaksa maupun sukarela
9. Jangan begitu saja merebut suatu perkara kecuali Allah memberikan bukti tanda-tanda
kekafiran kepada orang yang mengerjakannya
10. Hendaklah mengatakan kebenaran di mana pun berada dan tidak takut akan celaan
orang

Sebagai penutup, Rasulullah bersabda,

"Hendaklah kalian menepati janji-janji ini, kelak kalian akan menerima balasan Allah berupa
surga. Namun, jika ada yang menyalahi janji ini, aku serahkan urusannya kepada Allah
semata."

Ucapan Baiat

Ucapan baiat atau sumpah setia ini sebenarnya adalah menjulurkan tangan kanan ke depan
telapak tangan menghadap keatas, sedangkan pembaiat menjabat dengan posisi tangan
disebelah atas.
Baiat Aqabah yang pertama dikenal dengan nama baiat wanita sebab Rasulullah belum
meminta mereka membela beliau dengan berperang.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 57

133
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Pengiriman Mush'ab bin Umair

Setelah baiat terlaksana dengan sempurna, semua orang kembali ke perkemahan masing-
masing sambil menyimpan kejadian itu baik-baik di dalam hati.

Musim haji pun segera selesai. Ketika rombongan Muslim Yatsrib berangkat pulang.
Rasulullah menyertakan seorang duta pertama. Tugas duta ini adalah mengajarkan syariat
Islam dan pengetahuan agama kepada kaum Muslimin. Selain itu, ia juga berkewajiban
menyebarkan ajaran Islam kepada orang-orang yang masih menyembah berhala.

Rasulullah memilih Mush'ab bin Umair untuk melaksanakan tugas ini. Mush'ab termasuk
pemeluk Islam pertama dan terpercaya dalam pengetahuan tentang hukum-hukum Allah,
bacaan Al-Qur'an, serta ketaatannya.

Setelah sahabat Rasulullah itu datang, semakin banyak orang Yatsrib memeluk Islam. Seiring
dengan itu, persatuan Aus dan Khazraj semakin kuat sampai akhirnya hilanglah rasa
permusuhan di hati mereka masing-masing.

Jum'at Pertama

Melihat Islam berkembang demikian pesat, orang-orang Yahudi Yastrib amat khawatir.
Mereka takut agamanya lenyap terdesak oleh Islam. Oleh karena itu, setiap hari Sabtu
mereka berkumpul di suatu tempat dan mengadakan keramaian untuk menunjukkan
keagungan agama mereka.

Ketika mendengar hal ini, Rasulullah memerintahkan Umair untuk mengumpulkan kaum
Muslimin setiap hari Jum'at untuk mengerjakan shalat dua rakaat berjamah. Mush'ab segera
mengumpulkan kaum Muslimin di Hazmun-Nabit.
Itulah shalat jum'at pertama dalam sejarah Islam. Shalat pertama itu diikuti oleh empat
puluh orang.

Abdurrahman bin Auf

Rasulullah juga pernah memerintahkan Abdurrahman bin Auf secara diam-diam pergi ke
daerah Damatul Jandal untuk berdakwah. Selama tiga hari, Abdurrahman bin Auf
berdakwah sampai akhirnya pemimpin mereka Al Ashbag pun masuk Islam.

Baiat Aqabah Kedua

Satu tahun berikutnya, jumlah jama'ah haji dari Yatsrib lebih banyak, termasuk dalam
rombongan itu tujuh puluh lima muslim. Dua di antaranya kaum perempuan.

134
Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah Rasulullah berdakwah dengan lemah
lembut, mengalah terhadap segala siksaan, serta menanggung semua kesakitan dengan
kesabaran dan pengorbanan.

Tidak selamanya Allah mengajarkan umat-NYA untuk terus mengalah. Suatu saat pukulan
harus dibalas pukulan, serangan pun harus dibalas serangan. Dengan tujuan inilah
Rasulullah mengadakan pertemuan dengan ketujuh puluh lima Muslim itu.

Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit Aqabah pada hari-hari tasyriq. Hari
Tasyriq adalah tiga hari berturut-turut setelah hari Raya Qurban (Idhul Adha).

Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang mendaki
lereng-lereng Aqabah yang curam, termasuk kedua Muslimah tersebut. Saat itu, Rasulullah
disertai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat
berakibat perang terhadap orang yang memusuhi keponakannya.

"Saudara-saudara dari Khazraj," demikian Abbas berkata, "posisi Muhammad di tengah-


tengah kami sudah diketahui bersama. Kami dan mereka yang sepaham dengannya telah
melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di
kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Namun, dia ingin
bergabung dengan Tuan-Tuan juga. Jadi, kalau memang Tuan-Tuan merasa dapat menepati
janji seperti yang Tuan-Tuan berikan kepadanya dan dapat melindungi dari mereka yang
menentangnya, silahkan Tuan-Tuan laksanakan. Akan tetapi kalau Tuan-Tuan akan
menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat Tuan-Tuan, dari
sekarang lebih baik tinggalkan saja."

Orang-orang Yatsrib pun menjawab, "Sudah kami dengar yang Tuan katakan. Sekarang
silahkan Rasulullah bicara. Kemukakanlah yang Tuan senangi dan disenangi Allah."

Setelah membaca ayat Al-Qur'an dan memberi semangat Islam, Rasulullah bersabda,

"Saya minta ikrar Tuan-Tuan untuk membela saya seperti membela istri-istri dan anak-anak
Tuan-Tuan sendiri."

Kesetiaan Kaum Anshar

Saad bin Ubadah, seorang pemimpin Anshar berkata kepada Rasulullah,

"Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada ditangan-
NYA, andaikan engkau menyuruh agar kami menceburkan diri ke dalam samudra, tentulah
kami akan melakukannya."

Dialog Sebelum Ikrar

Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara' bin Ma'rur, berkata,

135
"Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur yang
sudah kami warisi dari leluhur kami."

Namun, sebelum Al Bara' selesai bicara, Abu Haitham bin Tayyihan menyela,

"Rasulullah, kami memutuskan perjanjian dengan orang-orang Yahudi. Namun, apa jadinya
kalau apa yang kami lakukan ini lalu kelak Allah memberikan kemenangan kepada Tuan,
apakah Tuan akan kembali kepada masyarakat Tuan dan meninggalkan kami?"

Rasulullah tersenyum dan berkata,

"Tidak, saya sehidup semati dengan Tuan-Tuan. Tuan-Tuan adalah saya dan saya adalah
Tuan-Tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang Tuan-Tuan perangi dan saya akan
berdamai dengan siapa saja yang Tuan-Tuan ajak berdamai."

Tatkala mereka siap berikrar, Abbas bin Ubadah menyela,

"Saudara-saudara dari Khazraj, untuk apakah kalian memberikan ikrar kepada orang ini?
Kamu menyatakan ikrar dengan dia untuk melakukan perang terhadap yang hitam dan yang
merah (perang habis-habisan melawan siapa pun). Kalau Tuan-Tuan merasa bahwa jika
harta benda Tuan-Tuan binasa dan para pemuka Tuan-Tuan terbunuh, Tuan-Tuan hendak
menyerahkan dia kepada musuh, lebih baik dari sekarang tinggalkan saja dia. Kalau pun itu
yang Tuan-Tuan lakukan, ini adalah perbuatan hina dunia dan akhirat.
Sebaliknya, jika Tuan-Tuan dapat menepati seperti yang Tuan-Tuan berikan kepadanya itu,
sekali pun harta benda Tuan-Tuan habis dan para pemimpin Tuan-Tuan terbunuh, silahkan
saja Tuan-Tuan terima dia. Itulah suatu perbuatan yang baik, dunia dan akhirat."

Orang-orang pun menjawab,

"Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis dan bangsawan kami terbunuh.
Namun, Rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami peroleh?"

Rasulullah menjawab dengan tenang dan pasti, "Surga."

Kepribadian yang Mengagumkan

Kesetiaan kaum Anshar pada saat baiat menunjukkan begitu dalamnya kepercayaan yang
tertanam dalam hati mereka kepada Rasulullah. Rasulullah memiliki kepribadian yang daya
pesonanya tidak dapat dijangkau kedalamannya. Siapa pun yang bergaul dengan beliau,
pasti akan luluh dalam pesona itu.

Bersambung

136
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 58
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ikrar

Mereka mengulurkan tangan kepada Rasulullah dan berikrar. Inilah yang tercatat dalam
sejarah sebagai Baiat Aqabah kedua. Dalam Ikrar kedua ini, mereka berkata,

"Kami berikrar mendengar dan setia pada waktu suka dan duka, pada waktu bahagia dan
sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan kami tidak
takut kritik siapa pun atas jalan Allah ini."

Rasulullah menjabat tangan para lelaki, tetapi tidak menyentuh tangan wanita. Setelah itu,
beliau berkata,

"Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan Tuan-Tuan yang akan menjadi
penanggung jawab masyarakatnya."

Mereka lalu memilih sembilan orang Khazraj dan tiga orang Aus. Kepada para pemimpin itu,
Rasulullah berkata,

"Tuan-Tuan adalah penanggung jawab masyarakat seperti pertanggungjawaban pengikut-


pengikut Isa binti Maryam. Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggung jawab."

Peristiwa ini selesai tengah malam di celah Gunung Aqabah, jauh dari masyarakat ramai.
Saat itu,mereka berharap hanya Allah saja yang mengetahui urusan mereka. Namun,
ternyata ada orang lain yang kebetulan sedang lewat dan merasa curiga dengan suara-suara
dari puncak bukit. Orang itu memanjati lereng gunung dan menyaksikan baiat Aqabah kaum
Muslimin.

Ketentuan Perang

Salah satu isi penting ikrar Aqabah kedua ini adalah dicantumkannya ketentuan tentang
perang. Pihak Anshar berjanji akan membela Rasulullah sekali pun harus berperang dan
mengorbankan jiwa. Semua itu dilakukan kaum Anshar tanpa pamrih sama sekali tidak
mengharapkan apa pun dari Rasul kecuali keridhaan Allah.

Quraisy Terkejut

Orang yang mengintai peristiwa ikrar tadi berteriak, memberi tahu penduduk Quraisy yang
tinggal di Mina, tidak jauh dari Aqobah

137
"Muhammad dan orang-orang yang pindah agama itu sudah berkumpul! Mereka akan
memerangi kamu!"

Walau cuma mendengar selintas, orang itu mengetahui maksud kaum Muslimin. Dengan
berteriak keras-keras, ia bermaksud mengacaukan baiat kaum Muslimin. Orang itu berharap
kaum Muslimin jadi takut, gelisah, dan membatalkan perjanjian mereka dengan Rasulullah.

Namun, tekad kaum Muslimin sudah tidak lagi tergoyahkan. Bahkan, dengan semangat
menyala, Abbas bin Ubadah berkata kepada Rasulullah,

"Demi Allah yang telah mengutus Tuan atas dasar kebenaran, kalau sekiranya Tuan
berkenan, penduduk Mina itu besok akan kami habiskan dengan pedang kami!"

Rasulullah menjawab, "Kami tidak diperintahkan untuk itu. Kembalilah ke kemah Tuan-
Tuan."

Dengan cepat dan diam-diam, kaum Muslimin kembali ke kemah mereka dan tidur sampai
pagi, seolah-olah tidak pernah terjadi apa pun.

Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy sudah mengetahui berita adanya ikrar. Mereka benar-
benar sangat terkejut. Para pemuka Quraisy berkumpul dengan cepat dan segera bertindak.
Mereka mendatangi para pemimpin rombongan Aus dan Khazraj.

"Apa yang terjadi? Kami dengar tadi malam kalian menjanjikan sesuatu kepada
Muhammad!" ujar pemimpin Quraisy setengah menuduh.

Tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah Muslim. Kebetulan para pemimpin
rombongan adalah mereka yang belum beriman.

"Tidak! Kalian pasti salah! Tidak seorang pun dari rombongan kami keluar perkemahan tadi
malam!" bantah para pemimpin rombongan dari Yatsrib itu.

Tadi malam, kaum Muslimin memang bergerak diam-diam. Mereka tidak memberi tahu
anggota rombongan yang belum beriman tentang perjanjian mereka dengan Rasulullah.
Akhirnya, orang-orang Quraisy kembali dengan hati ragu. Sementara itu, dengan tenang,
anggota rombongan dari Yatsrib berkemas dan berangkat pulang.

Hijrah

Kaum Anshar atau 'para penolong', demikianlah Rasulullah menjuluki para sahabat barunya
dari kota Yatsrib.
Sebelum kaum Anshar datang, rasanya dakwah Islam akan berputar di sekitar Mekah saja.
Padahal, seluruh penduduk Mekah sudah diancam habis-habisan oleh para pemimpin
Quraisy agar tidak menjadi pengikut Rasulullah. Di mata orang Quraisy, tiba-tiba saja Islam
sudah menjadi kuat nun jauh di Yatsrib sana dan itu di luar jangkauan mereka.

138
Tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya menyusul kaum
Anshar ke Yatsrib. Dengan sangat cerdik, beliau memerintahkan kaum Muslimin hijrah
dengan berpencar-pencar dan diam-diam agar tidak menimbulkan kepanikan Quraisy.

Mulailah mereka berhijrah sendiri-sendiri dalam kelompok-kelompok kecil. Cara seperti itu
berbeda dengan yang dilakukan Nabi Musa yang membawa kaumnya berhijrah dalan
kelompok besar sekaligus. Ketika orang Quraisy tahu, mereka mulai panik.

"Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu! Kurung orang yang mencoba pergi!" perintah
seorang pemimpin.

"Mengapa tidak kita bunuh saja?" seru yang lain.

"Apa kamu sudah tidak waras? Kalau kita bunuh, kabilahnya akan menuntut balas!
Quraisy akan dipecah dalam perang saudara! Itu sudah pasti akan menguntungkan
Muhammad! Tidak, tidak ada yang di bunuh. Bujuk saja supaya mereka kembali kepada
sesembahan lama. Iming-imingi dengan harta kalau perlu. Jika tidak mau juga, siksa dengan
keras!"

Demikian keras orang Quraisy bertindak, sampai-sampai ada istri yang dipisahkan dari
suaminya. Kalau istrinya orang Quraisy, ia tidak boleh ikut suaminya hijrah. Jika tidak
menurut, wanita itu akan mereka kurung.

Semua itu rela dijalani kaum Muslimin. Mereka rela berpisah dari keluarga bahkan
meninggalkan harta untuk berhijrah demi kebebasan menyembah Allah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 59
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Umar dan Hamzah Hijrah

Akhirnya berangkatlah kaum Muslimin secara berangsur-angsur.


Yang tinggal di Mekah saat itu hanyalah Rasulullah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Hamzah,
Umar bin Khattab, dan beberapa gelintir orang yang tidak menemukan cara untuk
meloloskan diri. Ketika Abu Bakar meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah menjawab,
"Jangan tergesa-gesa, mungkin saja Allah memerintahkan aku berhijrah dengan disertai
seorang kawan."

Akhirnya, Hamzah pun berangkat bersama beberapa orang. Namun, beda dengan saudara-
saudara Muslimnya yang berangkat dengan sembunyi-sembunyi. Hamzah bin Abdul

139
Mutthalib berangkat terang-terangan sambil menyandang pedang. Sorot matanya seolah-
olah berkata,

"Siapa pun yang berani mencegahku pergi, akan menghadapi tebasan pedang!"

Melihat sorot mata itu, tidak seorang Quraisy pun yang berani bertanya-tanya.

Setelah itu, Umar bin Khattab pun menyusul. Ia pergi bersama beberapa orang lemah dan
miskin yang tidak mungkin dibiarkan pergi jika dikawal seorang pelindung yang disegani
Quraisy.

Sambil menyandang pedang, meletakkan busurnya di pinggang. Umar bin Khattab pergi
melewati Ka'bah. Tangannya menggenggam anak-anak panah. Di hadapan para pembesar
Quraisy yang sedang duduk-duduk disitu, ia berkata,

"Siapa di antara kalian yang ingin ibunya merasakan kematian anaknya, yang ingin anaknya
menjadi yatim, dan istrinya menjadi janda, temuilah aku di belakang lembah ini."

Namun, tidak seorang pun beranjak memenuhi tantangan itu. Melihat tantangannya tidak
terjawab, Umar bin Khattab melompat ke atas kuda dan pergi memimpin rombongan hijrah.
Kepergiannya diikuti tatapan penuh rasa takut sekaligus benci orang-orang yang memusuhi
Islam.

Kini, tinggallah Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin Abu Thalib yang belum berhijrah. Melihat
Rasulullah sendirian, para pemuka Quraisy merencanakan sesuatu yang jahat untuk
mencelakakan beliau.

Quraisy Mengincar Rasulullah

Pada sebuah pertemuan bernama Darun Nadwah, para pemimpin Quraisy berkumpul untuk
menentukan sikap terhadap Rasulullah.

"Sudah berkali-kali kita membicarakan kepergian Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib,


tetapi sampai saat ini tidak ada satu pun tindakan yang bisa kita lakukan!" ujar seseorang.

"Betul, padahal persoalan ini begitu gawat buat kita. Sadarilah oleh kalian, jika Muhammad
dan pengikutnya berkumpul di Yatsrib, suatu saat bisa saja mereka datang ke sini untuk
menyerang kita!"

"Dan kafilah-kafilah dagang kita!" jerit yang lain. "Kafilah-kafilah dagang kita harus melalui
daerah pinggiran Yatsrib untuk bisa sampai ke Syam! Apa jadinya jika perdagangan kita
mereka tutup? Kita akan kelaparan dan menderita! Persis seperti kita mengurung
Muhammad dan keluarganya selama beberapa tahun di Syi'ib Abu Thalib!"

Semua orang bergidik ngeri membayangkan kemungkinan itu. Sejenak tidak seorang pun
tahu harus berkata apa. Sampai akhirnya, seseorang memecahkan keheningan,

140
"Kita harus segera bertindak! Kemukakan usul kalian tentang apa yang harus kita lakukan!"

"Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya rapat-rapat, kemudian kita awasi
biar dia mengalami nasib seperti penyair-penyair semacamnya sebelum dia, seperti Zuhair
dan Nabighah!"

Namun pendapat ini tidak mendapat dukungan yang lain.

"Kita usir dia! Buang saja dia keluar Mekah!"

Namun, nanti dia bisa bergabung dengan pengikutnya di Yatsrib!"

Akhirnya mereka menyetujui usul Abu Jahal yang sangat kejam,

"kita ambil seorang anak muda yang tangguh dan terpandang dari setiap suku. Kemudian
suruh mereka menusuk Muhammad secara bersama-sama dengan pedang-pedang yang
telah diasah setajam mungkin. Bani Abdu Manaf dan Bani Hasyim tidak akan bisa membalas
kematian Muhammad karena seluruh suku di sini terlibat pembunuhan itu! Paling-paling
kita hanya harus membayar ganti rugi yang bisa kita tanggung bersama-sama!"

Persiapan Hijrah Rasulullah

Pada hari dilaksanakannya rapat untuk membunuh Rasulullah. Jibril turun dan
menyampaikan firman Allah yang membongkar rencana Quraisy tersebut. Setelah itu, Jibril
berkata,

"Ya Rasulullah! Jangan Anda tidur malam ini di atas tempat tidur yang biasa, sesungguhnya
Allah menyuruh Anda agar berangkat hijrah ke Yatsrib."

Jibril juga menyampaikan bahwa kawan hijrah Rasulullah adalah Abu Bakar. Setelah
mendengar perintah tersebut, tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah pergi ke rumah Abu
Bakar.

Saat itu, tengah hari. Panas matahari terasa membakar kepala. Rasulullah berjalan sambil
menutup muka dan kepala. Begitu tiba di depan rumah Abu Bakar, beliau segera
memanggil-manggil sahabatnya itu.

Abu Bakar terkejut,

"Rasulullah sampai memerlukan datang di tengah panas yang amat menyengat begini, pasti
ada sesuatu yang penting."

Tergesa-gesa Abu Bakar keluar menyambut Rasulullah dan menyilakan beliau masuk.
Rasulullah duduk dan berkata,

141
"Allah telah mengizinkan aku keluar dan hijrah."

Dengan hati berdebar dan penuh harap, Abu Bakar bertanya,

"Berkawan dengan ..... saya ya Rasulullah?"

Rasulullah tersenyum, " Ya dengan izin Allah."

Saat itu juga, Abu Bakar menangis karena begitu bahagia. Sudah berbulan-bulan lamanya ia
berharap agar Allah memberinya kehormatan untuk menemani hijrah Rasulullah. Saat ini,
impiannya itu menjadi kenyataan.

Abu Bakar bangkit dan menunjukkan dua ekor unta yang sangat bagus,

"Ya Rasulullah ambillah salah satu dari kedua ekor unta ini untuk kendaraan Tuan."

Rasulullah kemudian memilih seekor unta dan beliau namakan Al-Qushwa. Abu Bakar
segera berkemas. Beliau memerintahkan kedua putrinya, yaitu Aisyah dan Asma, untuk
membantu menyiapkan bekal.

Rasulullah cepat-cepat kembali ke rumah dan memanggil Ali bin Abi Thalib. Beliau berpesan
agar Ali mengembalikan semua barang orang-orang yang sebelumnya dititipkan kepada
Rasulullah.

Pemandu

Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang pemandu atau penunjuk jalan bernama
Abdullah bin Uraiqith. Ia termasuk orang Quraisy yang tinggal di luar kota Mekah. Ia hafal
benar jalan-jalan dan situasi di daerah itu. Ia masih seorang musyrik, tetapi dapat dipercaya.

Daya Tahan Rasulullah

Hijrah menandai berakhirnya periode Mekah dalam dakwah Rasulullah. Selama 13 tahun
berdakwah di Mekah, Rasulullah telah menunjukkan daya tahan, kesabaran, dan ketabahan
yang luar biasa. Beliau menerima semua perlakuan buruk orang kafir selama bertahun-
tahun tanpa amarah, apalagi hingga patah semangat.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 60
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

142
Dikepung

Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar setiap hari mendengarkan rencana-
rencana Quraisy saat mereka tahu Rasulullah telah berangkat hijrah:

"Abdullah, setiap petang pergilah ke Gua Tsur tempat Rasulullah dan aku bersembunyi.
Ajaklah adikmu, Asma. Suruh ia membawa makanan untuk kami."

Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira, agar menggembalakan kambing-
kambingnya di dekat Gua Tsur selama Rasulullah dan Abu Bakar sembunyi di situ. Amir
bertugas memerah susu kambing untuk minum Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus
memberi peringatan jika orang-orang Quraisy itu mendekat.

Malam pun tiba, Rasulullah telah besiap-siap. Beliau meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur
di atas tempat tidur beliau dan menggunakan selimut yang biasa beliau kenakan.

Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah. Mereka adalah para pemuda
kekar yang berasal dari berbagai kabilah. Pembunuh-pembunuh itu bersenjata lengkap dan
mengepung rumah Rasulullah dari segala penjuru: depan, belakang, dan samping. Disertai
para ketua kabilah, jumlah semuanya hampir seratus orang. Tampaknya tidak ada celah
sedikit pun untuk meloloskan diri.

Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka mengintai ke dalam rumah Rasulullah
dengan memanjat. Konon, setiap kali ia memanjat, terdengarlah suara tangis seorang anak
perempuan. Orang itu pun segera turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali.

Menurut adat kesopanan Quraisy, terhinalah seorang ksatria yang memasuki rumah
orang yang akan dibunuhnya dan hinalah seorang ksatria yang sampai merusak keamanan
seorang perempuan. Anak perempuan tadi adalah seorang keluarga Rasulullah yang
terbangun dari tidurnya.

Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai untuk memastikan apakah


Rasulullah masih berada di rumah atau tidak. Ketika melihat Ali bin Abu Thalib yang tidur
dengan berselimut, mereka menyangka itu adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah
mereka.

Rasulullah Meloloskan Diri

Ketika saatnya tiba, Rasulullah keluar rumah dengan sangat perlahan. Beliau mengambil
segenggam pasir dan menaburkannya ke kepala para pengepung sambil membaca doa.
Dengan pertolongan Allah, para pengepung itu tidak dapat melihat Rasulullah ke luar
rumah. Bahkan semuanya jadi mengantuk dan tertidur. Rasulullah pun pergi.

Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu apa yang terjadi, Abu Bakar segera
menyusul Rasulullah dan berhasil menemui beliau di tengah perjalanan menuju Gua Tsur.

143
Pagi hampir tiba ketika tiba-tiba muncul seorang laki-laki tua yang tidak seorang pun pernah
melihatnya. Orang tua itu berseru nyaring untuk membangunkan para pengepung, "Hai
orang banyak! Kamu semua di sini sedang menunggu apa? Mengapa kalian tertidur
demikian pulas?"

"Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih tidur di dalam!"

Orang itu menggeleng-geleng,


"Kasihan .... kasihan .... kasihan sekali kalian! Muhammad sudah pergi dari tadi setelah
menaburkan pasir di kepala kalian!"

Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan pasir di kepala mereka,
"Aduh, pasir di kepala kita! Sungguh keterlaluan! Keterlaluan!"

Salah seorang dengan gemas menggedor-gedor pintu rumah Rasulullah. "Muhammad!


Muhammad! Muhammad!"

Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus. Hanya dalam waktu
beberapa detik, mereka mengelilingi tempat tidur Rasulullah.
Dengan kasar, selimut ditarik dan pedang-pedang terangkat siap untuk dihujamkan. Namun,
Ali bin Abu Thalib yang tidur di tempat Rasulullah itu segera melompat bangun dan siap
menghadapi maut.
Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan Rasulullah yang berbaring.

"Mana Muhammad?" hardik mereka kasar.

"Aku tidak tahu!" jawab Ali bin Abu Thalib.

Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib ke dekat Ka'bah. Di sana mereka
memukul, menendang, dan menampar wajah beliau. Namun, Ali lebih baik mati daripada
mengatakan di mana Rasulullah berada. Dengan putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin
Abu Thalib yang telah bertahan demikian berani.

Di Gua Tsur

Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur. Selama berjalan, Abu Bakar sebentar-
sebentar melangkah di muka Rasulullah, lalu disamping, kemudian pindah ke belakang.
Demikian berulang-ulang.

"Abu Bakar, saya tidak mengerti perbuatanmu ini?" ucap Rasulullah.

"Ya Rasulullah, saya takut kita diikuti pengintai. Untuk mengelabuhi mereka, saya
berpindah-pindah berjalan di dekat Anda."

Saat itu Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang. Padahal beliau tidak biasa berjalan tanpa
alas kaki. Akibatnya, kaki Rasulullah dipenuhi luka. Tiba di Gua Tsur, Abu Bakar meminta

144
Rasulullah menunggu sebentar di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni binatang-
binatang liar, buas, dan berbisa seperti ular dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun
berani masuk ke dalamnya.

Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa menghiraukan bahaya yang
mengancam. Ia merobek pakaiannya secarik demi secarik untuk menutup semua lubang
yang terlihat. Setelah itu, dengan pakaian terkoyak-koyak, ia menyingkirkan batu-batu.
Mendadak seekor ular yang bersembunyi di balik bebatuan itu menggigit kakinya dengan
keras. Sakit sekali bekas gigitan itu seperti hendak meledakkan kepalanya. Namun, Abu
Bakar menahan rasa sakit itu dan terus bekerja tanpa bersuara.

Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian lelahnya beliau hingga tertidur dengan
meletakkan kepala di pangkuan Abu Bakar. Saat itu, rasa sakit bekas gigitan ular semakin
terasa menyengat sampai-sampai air mata Abu Bakar menetes-netes. Setitik air mata itu
menetes di muka Rasulullah. Beliau bangun dengan terkejut.

"Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?"

"Saya digigit ular, ya Rasulullah."

"Oh, mengapa tidak engkau katakan dari tadi?"

"Saya takut membangunkan engkau."

Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya. Seketika itu juga, bengkak dan rasa
sakitnya lenyap. Kemudian, Rasulullah bertanya,

"Kemana pakaianmu?"

Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah terharu. Beliau pun berdoa, "Ya
Allah, letakkan Abu Bakar kelak pada hari Kiamat pada derajatku!"

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 61
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Memburu Rasulullah

Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sepagi mungkin.
Dengan segera, pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan seputar Mekah, untuk
mencari Rasulullah.

145
"Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepung begitu rapat sampai
tidak seekor ular gurun pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.

Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari jawabannya. Namun, tidak seorang pun
bisa menjelaskan apa yang terjadi.

"Sudahlah, itu tidak penting!" akhirnya seseorang berseru.

"Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada
yang punya usul?"

"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!"

Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan
Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya dengan wajah tidak sabar.
Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap
Rasulullah.

Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng, "Jejaknya
sudah terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!"

"Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain, pencari jejak?"

"Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!"

Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam, "Abu Bakar!"

Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu Bakarlah
yang keluar membukakan pintu.

"Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal.

"Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani.

"Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?"

"Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya."

"Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar wajah Asma keras-keras.

Sarang Laba-Laba

Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan
jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu sampai
tiba di kaki Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.

146
"Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan. "Apakah Muhammad
masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?"

"Aku tidak tahu," geleng si Pencari Jejak.

Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka menanyainya.

"Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang gembala.


"Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke sana."

Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar, ketika mendengarnya,

"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamtanku yang aku
khawatirkan, melainkan keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.

Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir
lepas. Ia berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan
terlihat."

Rasulullah menjawab mantap, "jangan takut Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita."

Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.

"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin.

"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa
merusaknya!"

"Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang lain. "Jika
Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."

Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain sambil menghela napas, "Baiklah,
naik kudamu! Kita cari ke arah lain!" Pasukan pun menjauh.

Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua itu adalah pertolongan yang
diberikan Allah. Padahal sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada laba-laba dan
burung merpati yang bersarang.
Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon
yang menghalangi sebagian jalan masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin
bertambah kuat.

Perjuangan Anak Muda

Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika mereka
membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas mencari berita di tengah

147
kaum Quraisy, sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda
Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun beribadah ritual, tetapi juga
mengerahkan seluruh kesanggupanya untuk berjuang.

Menenteramkan Kakek

Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah
mendatangi Asma. Sang kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan sepeser pun untuk
putrinya.
Memang demikian, karena Abu Bakar membawa semua uangnya untuk perjuangan Islam di
Madinah.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami.
Abu Quhafah meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia menyangka Abu Bakar
memang meninggalkan uang yang banyak.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 62
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Menuju Yatsrib

Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari
itu pula, musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar menjalankan tugasnya
dengan sangat baik. Setiap hari ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan
menyampaikan ke Gua Tsur ketika petang tiba. Asma binti Abu Bakar setiap sore
mengantarkan makanan bersama Abdullah. Sementara itu, Amir bin Fuhairah yang
menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu memerah susu kambing agar Rasulullah
dan Abu Bakar tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang yang mendekat. Ketiga
orang itu menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy yang
mencurigai gerak-gerik mereka.

Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak mereda. Saat itu lah Rasulullah dan
Abu Bakar berangkat ke Madinah. Mereka diiringi Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk
jalan yang saat itu masih kafir. Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada tali yang dapat
digunakan untuk menggantungkan makanan dan minuman di pelana unta. Asma
memecahkan masalah itu. Dengan sigap ia merobek sabuknya menjadi dua helai kain
panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).

148
Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan tidak bisa dilalui orang. Beliau
memilih jalan memutar ke tepi laut. Mereka berusaha secepatnya menjauhi Mekah dan
menghindari daerah pemukiman.

Di Mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang sangat menarik,


"Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan membawanya sampai ke Mekah, akan
mendapat hadiah 100 ekor unta."

Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-dusun yang jauh. Suraqah bin Malik,
kepala kabilah Bani Mudlij, turut mendengar berita itu.

Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilahnya yang datang tergopoh-gopoh.

"Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin itulah
Muhammad!"

"Bukan, itu orang lain!" kata Suraqah.

Namun, setelah berkata begitu, Suraqah cepat-cepat pulang dan mengambil senjata
lengkap. Ia pacu kudanya ke arah yang ditunjukkan orang tadi.
Ternyata yang di buru Suraqah memang benar rombongan Rasulullah.

Suraqah bin Malik

Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang
selalu waspada menoleh dan melihat musuh mendekat,

"Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu akan tertangkap!"

Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke belakang, beliau bersabda,

"Tenanglah sahabatku, jangan bersusah hati. Sesungguhnya Allah bersama kita."

Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (Suraqah) sekehendak
Engkau."

Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam
sejenak. Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya bangkit dan
mengejar lagi.

Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir tidak mampu bangkit.
Ia lalu kembali mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah terjatuh lagi. Saat itu
hilanglah niat jahat dalam hatinya. Ia memanggil-manggil Rasulullah.

Beliau pun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat.

149
"Maafkan saya, beribu-ribu maaf!" kata Suraqah.
"Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad! Berilah saya sebuah surat
jaminan bahwa engkau tidak akan membalas saya saat engkau dan agamamu kelak telah
menguasai seluruh jazirah Arab."

Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.

"Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa pun yang
dapat membawa Anda kembali" ucap Suraqah.

Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan hati.


Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan bekal dan peralatan untuk perjalanan jauh.
Namun, Rasulullah menolaknya dengan halus. Beliau hanya berpesan agar Suraqah
merahasiakan pertemuan ini.

Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda,

"Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai perhiasan, gelang,
serta emas yang biasa di pakai raja-raja Persia."

Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang pergi
menjauh.

Memerah Susu

Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati kemah seorang ibu yang bernama
Ummu Ma'bad. Mereka pun berhenti untuk membeli kurma, daging, dan susu. Tempat
seperti itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk para musyafir yang lewat. Namun
sayang, apa yang mereka inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang baik hati
merasa iba.

"Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan butuhkan, silahkan


mengambilnya,Tuan-Tuan tidak perlu membayar."

Rasulullah melihat kambing kurus dan bertanya,

"Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia bisa mengeluarkan susu?"

"Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan. Ia sama sekali tidak menghasilkan
susu."

"Apakah engkau memperkenankan saya memerah susunya? tanya Rasulullah lagi.

"Silahkan jika memang Tuan mengira ia dapat menghasilkan susu."

150
Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu menghasilkan susu ketika Rasulullah
memerahnya. Susu itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin Uraiqith, dan
terakhir untuk beliau sendiri. Sesudah itu, beliau memerahkan susu untuk Ummu Ma'bad.
Dan, beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu Ma'bad.

"Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia datang."

Setelah itu, Rasulullah dan rombongannya pun meneruskan perjalanan. Sesudah matahari
terbenam, datanglah Abu Ma'bad. Melihat segelas susu telah disediakan untuknya, ia
keheranan dan bertanya pada istrinya, dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?"

"Ini dari kambing kita yang sakit-sakitan."

Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu Ma'bad segera keluar dan memerah
susu kambing yang kurus itu.

Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak susu.

Abu Ma'bad berkata kepada istrinya,

"Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang kau
ceritakan itu, saya hendak menjadi pengikut dan sahabatnya."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 63
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Buraidah

Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah
Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar mencari beliau. Ia
memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu
tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka bertemu rombongan Rasulullah.

"Kepung!" perintah Buraidah. Beberapa detik kemudian, tujuh puluh pedang, tombak, dan
panah mengurung Rasulullah dan memaksa beliau berhenti. Buraidah menegur Rasulullah.
Beliau pun menjawabnya. Kemudian, sebelum Buraidah sempat bertanya lagi, Rasulullah
mendahuluinya, "Siapa Anda?"

"Saya Buraidah bin Al Hasib."

151
Dengan tenang Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, "Mudah-mudahan suasana
mencekam ini kembali menjadi lebih baik."

Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan bertanya, "Dari keturunan siapa
Anda?"

"Dari desa Aslam, keturunan Sahmin."

Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata, "Kita telah selamat
dan keluar dari jangkauan panah mereka."

"Siapakah engkau?" Kali ini Buraidah yang bertanya.

"Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib."

Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat dan
memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung pun
mengikuti jejaknya.

Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal rombongan Rasulullah sampai keluar dari
wilayah mereka.

Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan pengikut,
berkat ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan Allah.

Penyebaran Islam di Yatsrib

Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus
Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas dan berhati lembut
mampu membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan.

Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair.

Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin
Umair sedang mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun Bani Zafar. Sa'ad bin
Muadz tidak senang mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair. Kedua
orang ini adalah para pemimpin kaumnya.

"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama baru
kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin bangkit
melawan kita."

Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin
Umair dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang, "Maukah kau duduk dulu
dan mendengarkan? Kalau kau tidak menyukainya, aku bersedia pergi dari sini."

152
Usaid berpikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil."

Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, hati Usaid makin tertarik.
Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin Muadz.

"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad marah.

Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang pedangnya. Namun, apa yang
terjadi pada Usaid, terjadi pula pada Sa'ad. Begitu mendengar penjelasan Mush'ab tentang
Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi Muslim saat itu juga.

Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai Banu
Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang diriku?"

"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya pendapat
dan pengalaman yang terpuji."

Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian beriman
kepada Allah dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.

Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk Islam.

Amr bin Jamuh

Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di luar dugaan kaum Muslimin di Mekah.
Para pemuda di sana dengan sangat berani mempermainkan berhala-berhala orang-orang
yang masih musyrik.

Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Ia mempunyai sebuah
berhala bernama Manat yang terbuat dari kayu. Setelah itu para pemuda dari Banu Salamah
masuk Islam, diam-diam mereka mengambil Manat pada malam hari dan memasukkan
berhala kayu itu ke dalam lubang penuh lumpur.

"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke
tempat penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang. Setelah mencari kesana
kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang sangat kotor.

Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih dan
meletakkannya lagi di tempat semula.

"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin Jamuh
kepada orang-orang disekitarnya.

153
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan memasukkan
Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-
ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan tuhannya.

Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik pada
Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada tuhannya itu, "Kalau
kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan pedang ini bersamamu!"

Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat. Ia menemukan tuhannya itu di
dalam sumur bersama bangkai seekor anjing. Sementara itu, pedangnya hilang.

"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?" keluh Amr
tidak berdaya.

Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr dan
memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia selama ini.
Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang taat.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 64
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Tiba di Quba

Kaum Muslimin di Yatsrib sudah mendengar bahwa Rasulullah telah meninggalkan Mekah.
Oleh sebab itu mereka menanti-nanti dan berharap-harap kedatangan beliau. Bahkan
beberapa dari mereka pergi ke Quba, suatu kampung yang letaknya beberapa mil dari
Yatsrib untuk menyambut Rasulullah.

Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu. Jika sampai siang Rasulullah belum
datang, mereka pergi dan berteduh sebentar di tempat lain. Ketika petang tiba, dan
Rasulullah belum juga tiba, mereka pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap hari.

Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ketika panas
matahari tengah begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu, penduduk Quba juga sudah
banyak yang memeluk Islam. Mereka juga tengah menanti-nanti kedatangan Rasulullah.
Namun, tidak seorang pun yang sudah mengenal wajah Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh
sebab itu, ketika beliau dan Abu Bakar berteduh di bawah pohon kurma, tidak seorang pun
yang datang menyambut. Sampai akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang mengetahui
Rasulullah dan Abu Bakar yang tengah berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang
tinggi dan berteriak sekeras-kerasnya,

154
"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-harap dan kamu nanti-nanti
kedatangannya! Ia telah berada di sini! Ia telah datang!"

Demikian teriak orang Yahudi itu berulang-ulang. Orang-orang Quba datang berduyun-
duyun ke tempat Rasulullah berteduh. Ketika tiba, mereka memberi hormat kepada Abu
Bakar. Melihat itu, Abu Bakar segera membuka selendangnya dan meneduhi Rasulullah.
Barulah orang-orang sadar bahwa mereka telah salah menyalami orang.

Orang-orang meminta Rasulullah beristirahat selama beberapa hari di Quba. Rasulullah pun
mengabulkan permintaan itu. Beliau tinggal di rumah seorang sahabat Anshar bernama
Kaltsum bin Hadam.

Kerinduan pada Rasulullah

Banyak penduduk Muslim Yatsrib yang belum melihat Nabi Muhammad. Kerinduan akan
sosok Rasulullah melambung saat menanti kedatangan beliau. Mereka ingin bertemu laki-
laki yang telah menderita jiwa dan raga dalam berjuang, terusir dari kampung halaman,
tetapi tetap bersemangat, percaya diri, kokoh, berhati tulus, dan terus berdakwah, tanpa
pernah berhenti.

Hijrah Ali bin Abu Thalib

Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan pesan Rasulullah, setelah
mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib berangkat
hijrah. Ali pergi mengawal keluarga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Mereka adalah
Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya, Usamah. Selain itu juga turut
istri Abu Bakar, Ummu Ruman dan anak-anaknya, Aisyah, Asma, dan Abdullah. Juga ada
orang-orang Muslim lain yang lemah dan tidak berdaya.

Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin Abu Thalib saat berhijrah. Apalagi
mereka semua kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan kaki menempuh jarak
lebih dari 400 kilometer di tengah padang pasir itu.

Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi pada siang hari untuk menghindari
kejaran pasukan Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat dan meneruskan
perjalanan.

Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib di Quba. Di sana, mereka berjumpa
dengan Rasulullah yang masih berada di tempat itu.

Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu Thalib membengkak dan dipenuhi luka
di sana-sini.

155
Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini. Beliau berdoa kepada Allah memohon
agar Allah berkenan menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan memulihkan kekuatannya
seperti sedia kala.
Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah mengusap kaki Ali bin Abu Thalib.
Alhamdulillah, segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak, dan lenyaplah semua
rasa sakit dari kaki Ali bin Abu Thalib.

Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah telah
berhenti di sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh hari itu, beliau dan para
sahabat yang lain telah membangun sebuah masjid. Itulah masjid pertama dalam sejarah
Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu dengan nama Masjid Taqwa. Sampai
kini, masjid itu dikenal sebagai Masjid Quba.

Masjid Quba

Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu untuk mendirikan Masjid Quba.
Setelah itu, beliau menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan setelahnya Utsman bin
Affan. Ammar bin Yasir adalah orang yang pertama kali membangun temboknya. Kemudian,
para sahabat Muhajirin dan Anshar membangunnya bersama-sama.

Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka Rasulullah akan tinggal di Quba
lebih lama lagi. Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat ke Yatsrib. Begitu
mengetahui hal itu, dengan wajah sedih, Kaum Muslimin Quba mendatangi Rasulullah dan
bertanya pelan,

"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah yang lebih baik daripada rumah
kami?"

Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum Muslimin Quba terhadap dirinya. Beliau
pun menjawab dengan kata-kata yang sangat halus,

"Oh tidak begitu, Allah memerintahkan saya berangkat ke Yatsrib. Karenanya, hendaklah
Tuan-Tuan membiarkan unta saya terus melanjutkan perjalanan."

Sebelum berangkat, Rasulullah berdiri di Masjid Quba. Para sahabat berkumpul dihadapan
beliau. Rasulullah bertanya kepada mereka,

"Apakah Anda sekalian orang-orang beriman?"

Semuanya terdiam, tidak seorang pun yang berani menjawab. Kemudian, Rasulullah
bertanya lagi,

"Apakah Anda sekalian orang-orang yang beriman?"

Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab. Saat itu Umar menjawab,

156
"Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka semua orang-orang beriman dan saya termasuk salah
seorang dari mereka."

Rasulullah bertanya lagi,

"Apakah anda sekalian percaya pada keputusan Allah?"

Kali ini semuanya menjawab, "Ya."

"Apakah Anda sekalian bersabar akan malapetaka yang menimpa?"

"Ya, ya Rasulullah."

"Dan apakah Anda sekalian bersyukur saat mendapat kebahagiaan?" "Bersyukur saat
mendapat kebahagiaan?"

"Ya, kami bersyukur ya Rasulullah."

"Demi Tuhan, kalau begitu Anda sekalian orang-orang beriman."

Mengapa Masjid Dibangun Lebih Dulu?

Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada masjid. Oleh karena itu, perbedaan
pangkat, kekayaan, kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat Islam selalu bertemu
setiap hari di masjid untuk menyembah Allah. Masjid juga merupakan tempat
berkumpulnya kaum Muslimin untuk mempelajari syariat Allah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 65
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Shalat Jum'at Pertama

Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan
Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki. Ketika waktu shalat Jum'at tiba,
Rasulullah tengah melewati Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan perkampungan Bani
Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya.
Itulah shalat Jum'at pertama yang didirikan Rasulullah.

Dalam shalat itu, Rasulullah berkhutbah,

157
"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian
sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu hari
ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan
harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan berfirman kepadanya langsung
tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-halangi. Firman-Nya, "Tidaklah telah
datang seorang Rasul kepadamu lalu ia menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah
memberikan harta kepadamu serta Aku telah memberikan banyak karunia kepadamu.
Namun, semua itu kamu gunakan untuk dirimu sendiri."

"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun. Namun, ketika
melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang dapat menjaga
wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak
menyebut kalimat thayyibah karena kalimat thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang
akan diberi balasan sampai tujuh ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta
barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah."

Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru pada
kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan sebelum shalat
Jum'at dilakukan.

Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Setiap kali melewati sebuah perkampungan, orang-
orang selalu berebut menawarkan tempat bersinggah dan beristirahat kepada beliau.
Namun, selalu mengulang jawaban yang sama,

"Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia diperintah Allah agar berhenti ditempat yang
dikehendaki-Nya."

Tiba di Madinah

Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk menyambut kedatangan Rasulullah.
Ketika beliau tiba, seluruh kaum Muslimin perempuan dan laki-laki, anak-anak dan budak
belian, keluar rumah untuk menyambut kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka
nantikan.

Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya bersorak,

"Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya Muhammad! Ya Rasulullah!"

Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda siap mati
membela Rasulullah.

Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba berseru bersama,

"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!"

158
Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah seraya bersama membaca syair,

"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga dengan
Nabi Muhammad!"

Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah bertanya,

"Apakah kalian semua cinta kepadaku?"

"Ya, sudah tentu ya Rasulullah!" jawab semuanya.

Dengan hati bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda,

"Allah mengetahui bahwa hatiku sangat mencintai kalian semua."

Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar pernyataan cinta
dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan yang begitu mereka
rindukan. Maka rebana-rebana pun berbunyi dan kaum wanita berpantun.

‫ ﻣﻦ ﺛ ﺔ اﻟﻮداع‬¤ ‫ﻃﻠﻊ اﻟ ﺪر ﻋﻠﻴﻨﺎ‬

Thola’al badru ‘alaynâ min tsaniyyatil wadâ’i

‫داع‬ ‫ ﻣﺎ دﻋﺎ‬¤ ‫وﺟﺐ اﻟﺸﮑﺮ ﻋﻠﻴﻨﺎ‬

Wajabasy-syukru ‘alaynâ mâ da’â lillâhi dâ’î

‫ ﺟﺌﺖ ﺎﻷﻣﺮ اﻟﻤﻄﺎع‬¤ ‫أﻳﻬﺎ اﻟﻤ ﻌﻮث ﻓﻴﻨﺎ‬

Ayyuhâl mab’ûtsu fînâ ji'ta bil amril muthô’i

Telah terbit purnama di atas kita.


Dari kampung Tsaniyyatil Wada.
Wajiblah kita bersyukur akan apa yang diserukan penyeru.
Duhai orang yang diutus kepada kami.
Engkau datang dengan perintah yang ditaati.

Demikian seterusnya, pantun-pantun kehormatan diucapkan oleh kaum Muslimin laki-laki


dan perempuan ketika mereka menyambut kedatangan Rasulullah. Itu adalah suatu saat
yang amat membahagiakan dan tidak akan pernah terulang lagi dalam sejarah, suatu
penyambutan yang begitu tulus dan penuh cinta.

Muhajirin yang Pertama

159
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah. Setelah itu,
menyusul Amir bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah. Beliaulah wanita
Muhajirin yang pertama tiba di Madinah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 66
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tempat Rasulullah Menginap

Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri menjadi tuan rumah kepada Rasulullah.
Semuanya ingin agar Rasulullah bersedia tinggal di lingkungan mereka. Rasulullah
mengetahui bahwa jika ia menentukan pilihan, keluarga yang tidak terpilih akan malu dan
kecewa. Karena itu, beliau memasrahkan pilihan itu kepada Allah. Dengan halus, beliau
berkata kepada semua kepala keluarga,

"Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan berhenti ditempat
yang Allah kehendaki."

Kaum Muslimin mengikuti Al Qushwa yang berjalan perlahan-lahan. Di suatu tempat milik
dua orang anak yatim, unta Rasulullah itu berhenti dan merebahkan perutnya ke pasir.
Rasulullah mengajak Al Qushwa berjalan lagi. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali ke
tempat semula dan merebahkan perutnya lagi ke pasir.

"Inilah tempat kediamanku, in syaa Allah," demikian sabda Rasulullah. Kemudian, beliau
berdoa empat kali,

"Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat kediaman yang diberkahi dan
Engkaulah sebaik-baik yang memberi tempat kediaman."

Rasulullah membeli tanah dari kedua anak yatim tersebut.

Rasulullah turun dan bertanya,

"Di mana rumah saudaraku yang paling dekat dari sini?"

Dengan penuh gembira,

"Abu Ayyub segera menjawab, "Saya, ya Rasulullah! Itu rumah saya!"

Rasulullah tersenyum dan berkata,

160
"Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan tinggal di rumah Anda untuk sementara
waktu. Silahkan sediakan tempat untukku."

Abu Ayyub tergopoh-gopoh memasuki rumahnya karena begitu gembira. Disiapkannya


tempat untuk Rasulullah serapi mumgkin. Kemudian, ia kembali menghadap Rasulullah dan
berkata,

"Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat beristirahat bagi Tuan. Dengan
berkah Allah, silahkan berdiri dan masuk ke dalam."

Gentong Pecah

Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub. Abu Ayyub ingin Rasulullah tinggal di lantai atas,
tetapi Rasul menolak. Suatu ketika gentong Abu Ayyub pecah dan airnya tumpah. Abu
Ayyub dan istrinya segera menggunakan selimut satu-satunya untuk menyerap air agar tidak
menetes ke tempat tinggal Rasulullah. Setelah itu, Abu Ayyub mendesak Rasulullah agar
tinggal di atas. Akhirnya Rasulullah pun bersedia tinggal di atas.

Mendirikan Masjid

Tujuh bulan lamanya, Rasulullah dan keluarganya tinggal di rumah Abu Ayyub. Selama itu,
Abu Ayyub, Sa'ad bin Ubadah, As'ad bin Zurarah, dan yang lainya mengirim makanan untuk
keluarga Rasulullah secukup-cukupnya. Setiap pagi dan petang, Ummu Ayyub memasak
makanan dan tidak mereka makan sebelum terlebih dahulu mereka sajikan kepada
Rasulullah dan keluarganya. Demikianlah budi Abu Ayyub dan keluarganya kepada
Rasulullah.

Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub sampai beliau mendirikan masjid dan rumah sendiri.
Ketika akan mendirikan masjid, Rasulullah memgumpulkan Bani Najjar yang menjadi pemilik
tanah ditempat itu.

"Wahai Bani Najjar," demikian sabda Rasulullah,

"hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini kepadaku karena aku akan membelinya."

"Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun itu karena mengharap ridha Allah
saja."

Namun, Rasulullah tetap meminta mereka memberikan harga walaupun


rendah. Akhirnya, Abu Bakar membayar harganya sebesar sepuluh dinar.

Setelah itu, bersama para sahabat, Rasulullah membenahi tanah itu, membersihkan pohon,
dan membongkar serta memindahkan kuburan yang sudah rusak. Setelah itu barulah
mendirikan masjid.

161
Rasulullah meletakkan batu pertama, lalu beliau meminta Abu Bakar meletakkan batu
selanjutnya, kemudian beliau menyuruh Umar bin Khattab, setelah itu Utsman bin Affan,
dan terakhir Ali bin Abu Thalib. Beliau bersabda,

"Mereka itulah khalifah-khalifah setelah aku."

Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh semangat. Sambil
bekerja, Rasulullah bersyair,

"Ya Allah sesungguhnya pahala itu pahala akhirat,


maka kasihilah sahabat-sahabat Anshar dan Muhajirin."

Para sahabat menjawab syair Rasulullah,

"Jika kami duduk termenung, padahal Nabi bekerja,


yang demikian itu sungguh perbuatan yang tidak pantas."

Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan sampai akhirnya masjid pun selesai.
Pagarnya dari batu dan tanah, tiangnya dari batang-batang kurma, atapnya pelepah kurma.
Kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis. Ketika itu, Ka'bah belum menjadi kiblat.
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah dan keluarganya.
Sungguh, sebuah masjid sederhana yang penuh berkah.

Warna Masjid

Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana sebuah masjid dibangun. Kata beliau,

"Lindungilah orang-orang dari tampias hujan. Janganlah kalian mewarnai (dinding masjid)
dengan warna merah atau kuning sehingga dapat menimbulkan fitnah."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 67
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Nama Yatsrib Menjadi Madinah

Yatsrib berasal dari nama Yatsrib bin Mahlail. Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang
dahulu pernah berkuasa di kota itu. Setelah Rasulullah hijrah, beliau mengganti nama
Yatsrib menjadi Madinah.

162
Cuaca di Kota Madinah sangat kering. Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada
musim panas suhunya jauh lebih panas dari pada Mekah. Banyak sahabat Muhajirin yang
tidak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh sakit. Mereka dilanda demam tinggi yang
melemahkan tubuh. Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.

Saat sakit, Abu Bakar sering berkata,


".....mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."

Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit. Namun, ketika sakitnya
hilang, ia sering menangis karena merindukan Mekah sambil berkata,

"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada pohon-pohon
idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekah). Dan apakah pada suatu hari
aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung
Syamah dan Gunung Thafil (dua buah gunung dekat Mekah)."

Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering bersyair,

"Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya...."

Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca panas tersebut.
Beliau juga mendengar keluhan-keluhan mereka. Karena itu, Rasulullah pun berdoa kepada
Allah,

"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta kami pada
Mekah, atau bahkan lebih! Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan kami untuk mencari
nafkah, sehatkanlah Kota Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat
lain yang Engkau kehendaki."

Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan panas Kota Madinah ke Dusun
Juhfah yang letaknya 82 mil dari Madinah.

Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal lain yang sangat
indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa cintanya pada Madinah.

Tabarruk

Tabarruk adalah mengaharapkan berkah.


Suatu ketika, saat Rasulullah tidur, datanglah Ummu Sulaim. Melihat keringat Rasulullah
yang sangat harum menetes, Ummu Sulaim menadahnya. Tidak lama kemudian, Rasulullah
bangun dan bertanya,

"Apa yang sedang kamu lakukan, wahai Ummu Sulaim?"

Ummu Sulaim menjawab,

163
"Kami mengharap berkahnya untuk anak-anak kecil kami,"

Rasulullah kemudian berkata, "Engkau benar."

Saling Bersaudara

Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar. Di hadapan
mereka, beliau bersabda,

"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang."

Para sahabat saling pandang. Beberapa di anatara mereka tersenyum. Kemudian, Rasulullah
bersabda,

"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan Zaid bin
Haritsah, putra angkat Rasulullah."

Kemudian Rasulullah menyebut nama-nama sahabat lain yang saling dipersaudarakan.


Seorang Muhajirin dipersaudarakan dengan seorang dari Anshar. Tercatat dalam sejarah,
ada seratus orang yang saling dipersaudarakan. Lima puluh dari Anshar dan lima puluh dari
Mihajirin.

Tujuan Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya adalah untuk menghilangkan rasa


asing dalam diri sahabat Muhajirin di Kota Madinah. Selama itu, persaudaraan ini ditujukan
untuk menunjukkan bahwa semua orang Islam bersaudara. Selain itu, juga agar setiap
Muslim menjadi saling menolong yang kuat menolong yang lemah, yang mampu menolong
yang kekurangan.

Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak ditempuh
Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah. Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan
sikap ramah yang luar biasa kepada saudara-saudara Muhajirin mereka.

Sudah sejak semula golongan Anshar menyambut gembira kaum Mihajirin. Mereka begitu
mengerti bahwa kaum Muhajirin meninggalkan segala yang mereka miliki, termasuk harta
benda dan seluruh kekayaan di Mekah. Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah
dengan perut lapar tanpa ada lagi yang dapat dimakan. Apalagi mereka memang bukan
orang berada dan berkecukupan.

Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin tidak begitu saja terlena dengan
bantuan saudara-saudara Anshar mereka. Kaum Muhajirin berusaha melakukan banyak
pekerjaan agar mereka bisa kembali mandiri secepatnya.

Persaudaraan Sejati

164
Aqidah Islamiyah adalah dasar persaudaraan sejati. Tidak mungkin dua orang yang berlainan
agama bisa bersaudara seerat dua orang yang sama agamanya. Rasulullah menghimpun hati
para sahabatnya begitu dekat, sehingga tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali
ketakwaan dan amal shalih.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 68
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Bertani dan Berdagang

Pada awal kehidupan mereka di Madinah, kaum Muhajirin benar-benar mengalami masa
yang sulit. Sampai suatu hari, pernah paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib, datang
kepada beliau dengan perut lapar sambil bertanya kalau-kalau Rasulullah punya sesuatu
untuk dimakan.

Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak dikuasai kaum Muhajirin. Abdurrahman
bi Auf yang sudah dipersaudarakan Rasulullah dengan Sa'ad bin Rabi pernah ditawari Sa'ad
separuh hartanya. Namun, Abdurrahman menolak pemberian itu. Ia hanya minta
ditinjukkan jalan ke pasar. Di sana, mulailah Abdurrahman berdagang mentega dan keju.
Dalam waktu tidak terlalu lama, berkat kepandaiannya berdagang, Abdurrahman bin Auf
berhasil meraih kekayaannya kembali. Dapat pula ia menikahi dan memberikan mas kawin
kepada seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah itu, Abdurrahman bin Auf pun memiliki
kafilah-kafilah yang pulang dan pergi membawa barang perdagangan.

Selain Abdurrahman, banyak pula kaum Muhajirin yang melakukan pekerjaan serupa. Begitu
pandainya penduduk Mekah berdagang sampai orang mengatakan bahwa dengan
perdagangan, orang Mekah dapat mengubah pasir menjadi emas.

Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali bin Abu Thalib
memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun menggarap tanah milik
orang-orang Anshar bersama pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin yang
tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun begitu, mereka tidak mau menjadi beban
orang lain. Mereka membanting tulang melakukan pekerjaan apa pun yang halal.

Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan masuk Islam.
Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan sampai ada yang tidak
mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan tempat tinggal untuk mereka di selasar
masjid yang di sebut shuffah. Mereka yang tinggal di tempat itu di sebut ahli Shuffah.
Belanja mereka diberikan oleh kaum Muslimin yang berkecukupan, baik dari kaum
Muhajirin maupun dari kaum Anshar.

165
Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima waktu. Namun, dengan jumlah
yang semakin banyak, sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah tiba.

Riwayat Adzan

"Kita gunakan saja bendera, ya Rasulullah," usul seorang sahabat.

"Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja terompet," usul yang lain.

"Terompet mungkin terlalu keras, bagaimana dengan lonceng?" tambah sesorang.

"Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh seseorang berseru, 'Ash Shalah!" usul
sahabat yang lain.

Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal, bangunlah dan
panggillah orang dengan 'Ash Shalah!"

Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu jami'ah! Shalatlah
berjamaah! Shalatlah berjamaah!"

Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan setengah tertidur
melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya untuk memanggil
shalat.
Orang itu berkata,

"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alasshalah!
Hayya 'alal falah! Hayya 'alal falah! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"

Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak jauh dan mengajarkan bacaan
iqamat. Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya kepada Rasulullah.
Dengan wajah berseri, Rasulullah bersabda,

"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena Bilal itu suaranya
lebih tinggi dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang diucapkan orang dalam
mimpimu itu. Hendaklah Bilal memanggil orang shalat dengan cara demikian itu!"

Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seperti yang diajarkan Abdullah
bin Zaid kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang tergopoh-gopoh menemui
Rasulullah sambil berkata,

"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh semalam saya
telah bermimpi bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang diucapkan Bilal."

166
Rasulullah pun bersabda,
"Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih tetap."

Seorang Laki-Laki Penduduk Syurga

Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah, yang kemudian menyatakan Bilal
sebagai seorang laki-laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak berubah. Ia tetap
seorang yang mulia, besar hati, dan selalu memandang dirinya tidak lebih dari seorang
Habasyah yang pernah menjadi budak belian.

Perjanjian dengan Kaum Yahudi

Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja, melainkan juga
kaum Yahudi. Ada tiga keluarga besar Yahudi yang menetap di Madinah. Bani Quraizhah,
Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang Arab yang tinggal di Madinah dari suku Aus dan
suku Khazraj pernah saling bermusuhan selama puluhan tahun. Setiap suku dipengaruhi
oleh orang-orang Yahudi. Namun, ketika Islam datang mempersaudarakan mereka,
lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak saat itu, kaum Yahudi kehilangan
pengaruh mereka atas orang Arab di Madinah.

Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak diterima dengan
rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri untuk menghalangi
kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik ini, Rasulullah pun mengirimkan surat perjanjian
kepada orang Yahudi.

Isinya kurang lebih sebagai berikut :


1. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling mendengki.
2. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling membenci.
3. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin hidup bersama satu bangsa.
4. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin mengerjakan ajarannya masing-masing dan tidak
saling mengganggu.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar, Muslimin wajib membantunya.
6. Jika kaum Muslimin yang diserang, Yahudi wajib datang membantu.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus
mempertahankannya bersama-sama.

Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila timbul perselisihan antara kedua
belah pihak, Rasulullah akan menjadi hakimnya.

Demikian dalam perjanjian ini tercantum kebebasan beragama, keselamatan harta benda,
dan kebebasan mengutarakan pendapat. Kota Madinah dan sekitarnya menjadi tempat
yang terhormat bagi seluruh penduduk karena penghuninya saling menghormati dan saling
membela.

167
Perjanjian ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah pemimpin yang sangat cerdas.
Perjanjian ini belum pernah dilakukan oleh rasul-rasul terdahulu.

Suka Menipu dan Berkhianat

Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh tabiat kaum Yahudi
yang suka menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak senang dengan isi perjanjian
yang telah disepakati tersebut, lalu mereka melanggarnya dengan berbagai penipuan dan
pengkhianatan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 69
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Menikah dengan Aisyah

Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah Rasulullah yang
sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah, merayakan pernikahan beliau tersebut.
Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut
dengan air muka yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul.
Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin
erat.

Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya ke rumah Rasulullah di samping
masjid. Tidak terkira rasa bahagia Aisyah. Ia melihat pada diri Rasulullah ada sesuatu yang
lain dibandingkan kebanyakan orang.

"Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku," demikian pikir Aisyah dalam hati.
"Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga tidak berkeberatan ikut bermain-main
bersamaku. Subhanallah, beliau benar-benar manusia yang luar biasa. Aku benar-benar
mencintainya setulus hatiku untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak."

Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang, beban pikiran Rasulullah
terkurangi. Mengurus umat satu kota penuh memerlukan konsentrasi yang amat tinggi
hingga menyebabkan rasa lelah yang luar biasa. Namun, jika beliau pulang ke rumah dan
bertemu Aisyah, segala lelah dan beban berat terasa hilang. Canda, senyum, dan bakti
Aisyah menumbuhkan rasa riang dan semangat baru dalam hati Rasulullah. Tidak terkira
besarnya kasih sayang Rasulullah kepada Aisyah.

168
Suasana hati Rasulullah yang tenteram mengimbas luas kepada penduduk Madinah. Mereka
merasakan kehidupan bersama Rasulullah jauh lebih baik daripada kehidupan mereka
dahulu. Mungkin saat ini sebagian orang justru dalam keadaan lebih miskin dari dahulu.
Akan tetapi, ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh lebih mahal daripada
apa pun, tidak akan terbeli oleh seberapa besar pun harta yang dapat dikumpulkan.

Maka dari itu, kaum Muslimin pun melaksanakan tugas-tugas agama dengan penuh
semangat. Mereka mulai menunaikan zakat dan mengerjakan shaum. Sedikit demi sedikit,
ajaran Islam mulai menemukan kekuatannya.

Ummu Abdillah

Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena tidak memiliki putra dan agar istri
tercintanya itu merasa diperhatikan dan disayang, Rasulullah mengizinkan Aisyah
mengangkat putra saudarinya, Asma binti Abu Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama
Abdillah sehingga Aisyah dikenal orang dengan panggilan Ummu Abdillah.

Akhlaq dan Budi Pekerti Rasulullah

Rasulullah mengajarkan bahwa kehidupan dalam Islam itu dilandasi oleh rasa persaudaraan.
Beliau bahkan mengatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai
saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.

Seseorang bertanya kepada Rasulullah,


"Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?"

Beliau menjawab,
"Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak
engkau kenal."

Rasulullah menjadikan dirinya teladan tertinggi bagi setiap Muslim. Beliau amat rendah hati
dan tidak mau diagung-agungkan walaupun beliau adalah manusia terbaik.
Beliau bersabda,

"Jangan memujaku seperti orang-orang Nasrani yang memuja anak Maryam. Aku adalah
hamba Allah. Sebut saja aku hamba Allah dan utusan-Nya."

Pernah suatu ketika, beliau mengunjungi para sahabat yang sedang berkumpul. Serempak
mereka berdiri menyambutnya seperti layaknya orang lain menyambut orang yang mereka
hormati. Namun, Rasulullah tidak menyukai hal itu. Beliau bersabda,

"Jangan kamu berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan."

Setiap kali mengunjungi para sahabatnya, Rasulullah tidak pernah memilih-milih tempat
duduk. Beliau duduk begitu saja di mana pun ada tempat luang. Ia bergurau dengan para

169
sahabat, bergaul erat dengan mereka, diajaknya mereka berbincang-bincang. Jika para
sahabat kebetulan disertai anak-anak mereka, Rasulullah mengajak anak-anak itu bermain-
main. Kemudian, didudukkannya anak-anak itu dipangkuan beliau.

Rasulullah tidak pernah menolak undangan. Beliau selalu datang apabila diundang, baik oleh
orang merdeka, budak sahaya, maupun orang miskin.

Dikunjunginya orang yang sakit walaupun letaknya jauh di ujung kota. Orang yang datang
minta maaf selalu beliau maafkan. Beliau selalu yang memulai memberi salam kepada orang
yang dijumpai. Beliau pasti selalu yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-
sahabatnya.

Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin yang begitu lembut dan begitu
menyayangi rakyatnya, pemimpin yang hidup sederhana seperti kebanyakan rakyatnya,
pemimpin yang mampu memberi nasihat dan teladan, pemimpin yang selalu siap memberi
dan mendapat tempat di lubuk hati terdalam setiap orang yang mengenalnya.

‫وف َر ِﺣ ٌﻢ‬ ٌ ‫ﻮل ﻣ ْﻦ أ ْﻧ ُﻔﺴ ْﻢ َﻋ ٌﺰ َﻋﻠ ْ ﻪ َﻣﺎ َﻋﻨ ﱡﺘ ْﻢ َﺣ‬


ٌ ‫ﺺ َﻋﻠ ْ ْﻢ ﺎﻟ ُﻤ ْﺆﻣﻨ َ َر ُء‬ ٌ ُ َ ْ َ َ ْ َ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻟﻘﺪ ﺟﺎء ﻢ رﺳ‬

"Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keislaman)
bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman."
Surah At-Taubah (9:128)

Shalat Rasulullah

Shalat Rasulullah adalah shalat yang paling indah dibanding semua sahabatnya. Beliau
melakukan shalat seakan sedang berjumpa dengan orang yang paling ia sayangi sehingga
sulit rasanya untuk berpisah. Shalat beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan
terakhir dengan orang yang dicintainya. Shalat beliau begitu khusyuk, seolah-olah beliau
sedang bercakap-cakap dan memandang Allah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 70
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasa Sayang Rasulullah

Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada orang yang sedang
menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau percepat shalat itu dan beliau tanya apa

170
keperluannya. Sesudah beliau memenuhi keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali
ibadahnya.

Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut mencari pakaian,
menambal baju yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau juga membetulkan
sendiri sepatunya yang rusak. Beliau penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai
mengambil minum sampai mengurus unta.

Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus keperluan orang
yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada orang yang membutuhkan sesuatu,
beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak
ada sesuatu yang disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau
sedang tergadai di tangan seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang untuk belanja
keluarga.

Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji. Suatu ketika ada
delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau sendiri yang melayani
mereka. Para sahabat datang menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah ada
orang lain untuk mengerjakannya?"

"Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita ketika berhijrah ke tempat mereka,"


jawab Rasulullah. "Saya ingin membalas sendiri kebaikan mereka."

Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah, kenangan indah
muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada seorang wanita datang. Beliau
menyambutnya begitu gembira dan beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu
sudah pergi, beliau berkata, "Ketika masih ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami.
Mengingat hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman."

Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut hatinya, sampai beliau biarkan cucunya
bermain-main dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau shalat dengan
membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab. Umamah beliau taruh di atas bahu. Saat beliau
sujud, beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri, Umamah ditaruh lagi keatas bahunya.

Rasulullah Menyayangi Binatang

Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah tidak terbatas kepada sesama manusia saja, tetapi
juga kepada binatang. Suatu ketika, beliau pernah bangun dan membukakan pintu untuk
seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Beliau juga pernah merawat seekor
ayam jantan yang sedang sakit-sakitan.

Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa sayang dengan lengan baju beliau.
Suatu ketika, dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa sukar mengendalikan
unta yang agak bandel itu sehingga Aisyah menarik-narik tali kekang dengan tidak sabar.
Kemudian, Rasulullah mendekat dan menegur lembut,
"Hendaknya engkau berlaku lemah lembut, ya Aisyah."

171
Meskipun demikian, kasih sayang, kelembutan, dan rasa persaudaraan yang Rasulullah
ajarkan bukan berarti menunjukkan kelemahan. Rasa kasih sayang dan kelembutan selalu
harus bersama sikap yang adil. Rasulullah mengajarkan bahwa tanpa keadilan, persaudaraan
sejati tidak mungkin ada.

Sabda beliau,
"Barang siapa menyerang kamu, seranglah dengan seimbang, seperti mereka menyerang
kamu."

Pada saat lain, Rasulullah juga berkata,


"Hukum qishas (membalas perbuatan dengan seimbang, misalnya pembunuh yang terbukti
bersalah harus dibalas dibunuh pula) berarti kelangsungan hidup bagi kamu, hai orang-
orang yang mengerti."

Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah juga mengandung unsur kekuatan. Oleh sebab
itu, seorang Muslim bisa bersikap lemah lembut sekaligus tegas jika memang diperlukan.
Jika seseorang tidak dapat bersikap tegas, ia akan menjadi bulan-bulanan orang-orang
berhati jahat.

Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus kuat, tidak mengenal kata
menyerah kecuali kepada Allah. Seorang Muslim yang taat kepada Allah tidak merasa lemah
apabila menghadapi rintangan.

Menangkap Burung untuk Permainan

Dalam hadist riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban, Rasulullah bersabda,

"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk bermain-main, kelak pada hari
kiamat, burung itu akan mengadu kepada Allah, "Wahai Tuhanku, orang itu telah
membunuh aku untuk mainan belaka, tidak untuk mengambil manfaat dariku."

Keseharian Rasulullah

Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut dalam hati seorang
Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu tidak akan menjadi
kuat jika berada dalam kekuasaan orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para
sahabatnya berhijrah ke Madinah.

Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta, kendaraan,
pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai harta dunia seperti itu,
kekuatan rohaninya melemah dan tidak lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti
layaknya seorang Muslim sejati.

172
Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam mengendalikan hawa nafsu. Jiwa
Rasulullah sudah begitu kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang dimilikinya akan
habis akibat beliau sangat suka memberi kepada orang lain. Sampai-sampai, ada orang yang
berkata,
"Dalam memberi, Rasulullah seperti sudah tidak takut kekurangan."

Rasulullah mengajarkan agar kitalah yang menguasai kehidupan dunia, bukan kehidupan
dunia yang menguasai kita. Beliau tidak menganjurkan kita agar hidup miskin, tetapi hidup
sederhana dan tidak berlebihan.

Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri atas kulit yang
dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang. Beliau selalu menyudahi
makannya sebelum kenyang. Tidak pernah Rasulullah makan roti dari tepung gandum dua
hari berturut-turut. Sebagian besar makanan beliau adalah bubur.

Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya dapat makan roti
sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali beliau harus menahan
lapar. Beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat
pinggangnya agar rasa laparnya tertahan.

Namun, bukan berarti Rasulullah berpantang makan makanan enak. Beliau dikenal suka
sekali makan kaki kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat jarang beliau
dapatkan. Begitulah cara Rasulullah mengendalikan diri terhadap makanan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 71
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kesederhanaan Rasulullah

Kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian sama dengan kesederhanaan beliau dalam hal
makanan. Suatu hari, ada seorang wanita memberikan sehelai pakaian kepada beliau.
Kebetulan saat itu beliau memang memerlukan pakaian. Namun, kemudian datang seorang
laki-laki yang meminta pakaian itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Rasulullah pun memberikan
pakaian itu.

Pakaian beliau biasanya terdiri atas sebuah baju dalam dan baju luar yang terbuat dari wol,
katun, atau sebangsa serat. Sesekali, beliau tidak menolak pakaian agak mewah yang dibuat
dari tenunan Yaman jika ada acara yang menghendaki demikian. Alas kaki yang digunakan
Rasulullah juga amat sederhana. Tidak pernah beliau menggunakan sepatu kecuali hadiah
dari Najasy.

173
Sungguh pun begitu, bukan berarti beliau menyiksa diri dengan semua kesederhanaan itu.
Beliau hanya mengendalikan dan menjaga diri agar tidak berlebih-lebihan.

Allah berfirman,
َ ُْ ُ َ َ ََْ َ‫ْ َ ﱢ‬ َ ‫َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َْ َ َ ْ ُ َ ﱠ َ ﱠ‬
‫ﺎت َﻣﺎ َرزﻗﻨﺎ ْﻢ ۖ َو َﻣﺎ ﻇﻠ ُﻤﻮﻧﺎ َوﻟ ٰ ِ ْﻦ ﺎﻧﻮا أﻧﻔ َﺴ ُﻬ ْﻢ َ ﻈ ِﻠ ُﻤﻮن‬
ِ ‫وﻇﻠﻠﻨﺎ ﻋﻠ ﻢ اﻟﻐﻤﺎم وأﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠ ﻢ اﻟﻤﻦ واﻟﺴﻠﻮ ٰى ۖ ﻠﻮا ِﻣﻦ ﻃﻴ‬

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa.
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah
mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Surah Al-Baqarah (2:57)
َ َ َ َْ ََ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ْ َ َْ ‫َ َ َ ُ ﱠ َ ْ َ َ ََ َْ َ َ َ َ َ ﱡ‬ َ
َِ ‫ﻚ ۖ ُو ﺗﺒﻎ اﻟ ْﻔﺴﺎد‬ ‫َو ْاﺑﺘﻎ ِﻓ ﻤﺎ آﺗﺎك ا اﻟﺪار اﻵ ِﺧﺮة ۖ و ﺗ ﺲ ﻧ ِﺼ ﻚ ِﻣﻦ اﻟﺪﻧ ﺎ ۖ وأﺣ ِﺴﻦ ﻤﺎ أﺣَﺴﻦ ا ِإﻟ‬
َ َ ‫ﱠ‬ ْ
‫ِﺤ ﱡﺐ اﻟ ُﻤﻔ ِﺴ ِﺪﻳﻦ‬ ‫اﻷ ْرض ۖ ِإن ا‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
Surah Al-Qasas (28:77)

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib bertanya tentang sunnah Rasulullah. Rasulullah pun
menjawab,

"Makrifat (mendekatkan diri kepada Allah) adalah modalku, akal pikiran adalah sumber
agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berzikir kepada Allah
adalah kawan dekatku, keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu
adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, fakir adalah
kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku, kejujuran
adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, dan hiburanku
adalah shalat."

Rantai Emas

Suatu ketika Rasulullah melihat Fathimah Az-Zahra, putrinya, sedang memakai rantai emas.
Rasulullah bersabda,

"Fathimah, gembirakah jika orang berkata, Di tangan putri Rasulullah ada seikat rantai dari
api neraka?"

Fathimah kemudian menjual rantai itu dan uangnya digunakan untuk membebaskan
seorang budak. Rasulullah pun berkata,

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fathimah dari api neraka."

174
Rasulullah Belajar Bertani

Rasulullah tidak menempatkan dirinya sebagai seorang raja, meskipun banyak orang Anshar
menginginkannnya. Seorang raja biasanya tinggal menikmati uang dan makanan. Tidak
demikian dengan Rasulullah. Beliau mewajibkan bagi dirinya sendiri bekerja agar bisa
makan. Beliau ikut belajar bertani, padahal saat itu usianya sudah di atas 53 tahun. Apalagi
seperti kebanyakan orang Mekah, bertani adalah suatu pekerjaan baru yang masih asing
bagi beliau.

Rasulullah juga menganjurkan agar kaum pria meringankan beban pekerjaan kaum wanita.
Demikian pula sebaliknya, beliau juga mempersilahkan kaum wanita yang tidak sedang sibuk
dengan urusan rumah tangga, untuk turut membantu pria bekerja. Maka, banyaklah kaum
wanita yang bekerja, termasuk mereka yang di Mekah dulu terbiasa hidup berkecukupan di
balik dinding rumahnya.

Asma binti Abu Bakar adalah contoh Muslimah yang bekerja dengan tangannya sendiri. Ia
tidak peduli meski ayahnya adalah saudagar kaya yang sukses. Abu Bakar membawa seluruh
kekayaannya saat berhijrah, tetapi beliau infakkan semuanya untuk memberikan santunan
kepada mereka yang tidak mampu bekerja.

Rasulullah segera menghimbau sahabat-sahabatnya yang mampu untuk mengikuti jejak Abu
Bakar. Tidak pantas rasanya jika ada Muslim berpakaian mewah, sedangkan saudaranya
keluar rumah dengan bajunya compang-camping. Malu rasanya jika ada Muslim kenyang
memakan daging dan roti, sedangkan saudara-saudaranya hanya mampu memakan kurma
basah.

Kesejahteraan kaum Muslimin pun meningkat dengan pasti. Apalagi setelah Rasulullah
meminta para saudagar kaya dari Muhajirin dan Anshar membeli tanah-tanah kosong untuk
dijadikan lahan pertanian. Maka, sejumlah besar kaum Muhajirin pun mendapat lahan
pekerjaan. Akibatnya, hasil panen meningkat dan membanjiri pasar-pasar Madinah. Dengan
cepat kaum Muhajirin sudah tidak lagi menjadi beban saudara-saudara Anshar mereka.

Namun, ada kalangan yang tidak menyukai perubahan ini.

"Jika dibiarkan begini, orang-orang miskin itu akan meremehkan kita! Bayangkan,
Muhammad mengajarkan bahwa dalam tiap harta orang kaya ada hak orang miskin! Enak
betul mereka!" demikian kata salah seorang yang tidak suka itu.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 72
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

175
Orang Yahudi Khawatir

Mereka yang tidak suka itu adalah orang-orang Yahudi. Padahal, suasana damai di Madinah
sejak Rasulullah datang sangatlah menguntungkan perdagangan kaum Yahudi. Namun,
orang-orang Yahudi tidak rela melihat kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam
semakin menguat. Dakwah Islam sulit sekali menembus kalangan Yahudi karena kaum
Yahudi tidak mengakui adanya seorang nabi yang bukan dari bangsa mereka. Itulah ajaran
mereka.

Begitu pun, seandainya saja para pemimpin Yahudi sudah menghalangi dakwah Rasulullah,
tentu banyak umat mereka yang memeluk Islam. Di antara segelintir yang berislam itu
adalah seorang rabbi (pendeta Yahudi) yang bernama Abdullah bin Salam.

Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam pun mengajak keluarganya untuk turut serta.
Usahanya berhasil. Seluruh keluarga Abdullah bin Salam bersama-sama memeluk Islam.
Namun, Abdullah bin Salam masih merahasiakan keislamannya kepada teman-teman
Yahudinya.

"Ya Rasulullah, saya khawatir kaumku akan menghinaku dan merendahkan aku jika mereka
tahu aku masuk Islam," demikian kata Abdullah kepada Rasulullah,
"sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada kaum saya."

Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau menanyakan kepada orang Yahudi
mengenai pendapat mereka tentang Abdullah bin Salam.

Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik tentang Abdullah bin Salam.
"Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan kami."

Mendengar hal itu, Abdullah bin Salam pun keluar menemui kaumnya dan berkata,
"Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku sebagai pemimpin, pendeta, dan
cendekiawan, kalian bisa memercayaiku bahwa sungguh agama yang dibawa Rasulullah
adalah agama yang benar."

Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi pucat kehilangan darah karena begitu
terkejut. Sesaat, tidak seorang pun yang bicara. Kemudian, bukannya berpikir jernih, mereka
menanggapi Abdullah bin Salam dengan marah,
"Kamu pasti sudah dihinggapi kegilaan dengan meninggalkan agama kita."

Setelah itu, kata-kata kotor dan tidak baik mulai mereka lontarkan. Abdullah bin Salam
dicaci dengan berbagai fitnah dan diumpat dengan kata-kata yang amat kasar.

Demikianlah, sejak saat itu, kaum Yahudi mulai bersepakat untuk menghancurkan Islam.

Orang Yahudi Kecewa

176
Sebelum Rasulullah diutus, orang-orang Yahudi sudah mengetahui dari Taurat bahwa dalam
waktu dekat akan ada seorang nabi yang diangkat Allah. Namun, mereka menduga bahwa
nabi itu akan lahir dari kalangan Yahudi. Mereka suka membanggakan diri terhadap orang-
orang Arab,

"Sesungguhnya hampir datang seorang nabi yang akan segera dibangkitkan. Kami akan
mengikutinya dan membantunya memerangi kalian, sebagaimana dulu kami memerangi
kaum 'Ad dan 'Iram."

Namun, justru ketika nabi yang diharapkan itu datang, mereka malah ingkar, tidak mau
percaya, dan mendustakan segala apa yang telah mereka katakan dan mereka ketahui
sendiri. Para pendeta Yahudi mengejek dan menggunakan segala tipu daya untuk
menghalangi seruan Rasulullah.

Beberapa ketua Yahudi mendatangi Rasulullah dan bertanya congkak,

"Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap makhluk, lalu siapa yang
menciptakan Allah?"

Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah berubah karena menahan marah.
Seketika, turunlah Malaikat Jibril menenangkan Rasulullah seraya menyampaikan firman
Allah yang pernah diturunkan di Mekah untuk menjawab,

ٌ ُ ُ
‫ﻗ ْﻞ ﻫ َﻮ ا ُ أ َﺣﺪ‬

Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.


Surah Al-Ikhlas (112:1)
ُ ‫ُ ﱠ‬
‫اﻟﺼ َﻤﺪ‬ ‫ا‬

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.


Surah Al-Ikhlas (112:2)
ْ ْ
‫ﻟ ْﻢ َ ِﻠﺪ َوﻟ ْﻢ ُﻳﻮﻟﺪ‬

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,


Surah Al-Ikhlas (112:3)
ٌ ُ ُ
‫َوﻟ ْﻢ َ ْﻦ ﻟﻪ ﻛﻔﻮا أ َﺣﺪ‬

dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.


Surah Al-Ikhlas (112:4)

Sesudah Rasulullah membaca ayat tersebut, para ketua Yahudi terdiam dan saling
mengejek, ia berkata,

177
"Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana Allah itu. Berapa hasta tinggi-
Nya, bagaimana lengan-Nya, bagaimana...."

Sudah tentu Rasulullah menjadi sangat marah, lebih marah daripada yang pertama. Namun,
Jibril kembali turun memadamkan rasa marah Rasulullah sambil menyampaikan firman Allah
untuk menjawab pertanyaan lancang itu,
َ ْ َ َُ ٌ ْ ُ ‫ض َﺟﻤ ﻌﺎ َﻗ ْ َﻀ ُﺘ ُﻪ َﻳ ْﻮ َم اﻟﻘ َ َﺎﻣﺔ َو ﱠ‬ َْ َ َْ ‫َ َ ﱠ‬ ََ
‫اﻟﺴ َﻤ َﺎوات َﻣﻄ ﱠ ﺎت ِﺑ َ ِﻤ ِﻴﻨ ِﻪ ۚ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َوﺗ َﻌﺎ ٰ َﻋ ﱠﻤﺎ ُ ﻛﻮن‬ ِ ِ ِ
ُ ‫اﻷ ْر‬ ‫َو َﻣﺎ ﻗﺪ ُروا ا ﺣﻖ ﻗﺪر ِە و‬

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal
bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan.
Surah Az-Zumar (39:67)

Ajaran Yahudi tidak pernah menarik hati orang Arab karena orang Yahudi kurang
mengajarkan nilai-nilai kesatriaan yang dijunjung tinggi orang Arab. Mereka juga sering
menyembunyikan Taurat dan tidak mau mengajarkannya kepada orang lain.

Bani Israil

Dalam Al Qur'an, orang Yahudi disebut Bani Israil, artinya keturunan Israil. Israil adalah
panggilan orang untuk Nabi Ya'qub. Nabi Ya'qub-lah yang menurunkan bangsa Yahudi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 73
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Orang-orang Yahudi Mengejek Rasulullah

Suatu saat, Rasulullah berdakwah kepada orang Yahudi. Saat itu, beliau diiringi oleh
beberapa orang sahabat. Setelah Rasulullah berseru dengan panjang lebar, orang-orang
Yahudi menyangkal dan tidak mempercayai beliau. Maka dari itu, para sahabat maju dan
berkata,

"Hai kaum Yahudi, hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah! Demi Allah, sesungguhnya
beliau adalah utusan Allah. Kamu dulu pernah menyebut-nyebut nama beliau kepada kami
dan kamu dulu pernah juga menerangkan sifat-sifat beliau ini kepada kami, tetapi mengapa
sekarang kamu ingkar?"

Saat itu, seorang Yahudi bernama Wahab bin Yahudi menyahut,

178
"Kami sekali-kali belum pernah berkata begitu kepada kamu. Dan Allah tidak akan
menurunkan kitab lagi sesudah kitab Taurat dan tidak pula akan membangkitkan seorang
utusan dan nabi lagi sesudah nabi Musa. Perkataanmu seluruhnya bohong! Begitu juga
dengan seluruh perbuatan kamu, dan sahabatmu yang mengaku rasul itu?"

Seketika itu juga, Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah yang berbunyi:
ْ ََ َ َ َ َُ ْ ‫َ ﺎ أ ْﻫ َﻞ اﻟ ِ َﺘﺎب َﻗ ْﺪ َﺟ َﺎء ْﻢ َر ُﺳﻮﻟ َﻨﺎ ُﻳ َﺒ ﱢ ُ ﻟ ْﻢ َﻋ ٰ َﻓ ْ َ ة ِﻣ َﻦ ﱡ‬
‫اﻟﺮ ُﺳ ِﻞ أن ﺗﻘﻮﻟﻮا َﻣﺎ َﺟ َﺎءﻧﺎ ِﻣ ْﻦ َ ِﺸ َو ﻧ ِﺬﻳﺮ ۖ ﻓﻘﺪ َﺟ َﺎء ْﻢ‬ ٍ ِ
َ َ َ
‫َ ِﺸ ٌ َوﻧ ِﺬ ٌﻳﺮ ۗ َوا ُ َﻋ ٰ ﱢﻞ ْ ٍء ﻗ ِﺪ ٌﻳﺮ‬

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari´at
Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan:
Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang
pemberi peringatan. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Surah Al-Ma'idah (5:19)

Masih sangat banyak ejekan dan bantahan orang Yahudi terhadap dakwah Rasulullah
beserta para sahabatnya. Orang Yahudi mengatakan bahwa Allah itu fakir, sedangkan
mereka kaya. Ada yang meminta agar Allah menurunkan Al Qur'an dalam bentuk catatan
dari langit dan minta agar Allah memancarkan beberapa sungai di tanah Arab untuk orang
Yahudi.

Dengan mengejek dan menghina, mereka menyangka bisa merendahkan Islam dan utusan-
Nya. Mereka bahkan berharap kepercayaan kaum Muslimin kepada Rasulullah dan firman
Allah bisa digoyah. Namun, Rasulullah dan para pengikutnya tetap tegar.

Kedengkian orang-orang Yahudi tidak berhenti sampai di situ. Mereka bahkan berani
melakukan perbuatan yang sangat berbahaya bagi kaum Muslimin.

Merasa Lebih Tinggi

Keangkuhan orang Yahudi berasal dari kepercayaan mereka kepada Allah menjadikan
mereka bangsa pilihan, bangsa yang lebih tinggi dari semua bangsa lain. Sikap ini membuat
orang Yahudi sangat sulit menyatu dengan masyarakat di setiap negeri yang mereka tinggali.

Yahudi Menghasut

Syas bin Qais adalah salah satu pemimpin Yahudi yang paling keras memusuhi Rasulullah.
Suatu hari, ia melewati tempat berkumpul kaum Muslimin. Hatinya panas melihat para
pemuda Anshar dari suku Aus dan Khazraj duduk bersama dalam persaudaraan yang erat.
Padahal, dahulu kedua suku itu bermusuhan.

Syas bin Qais berkata kepada kawan-kawannya ,

179
"Orang-orang Bani Qaila (Aus dan Khazraj) sudah bersatu. Demi Allah, kita tidak berarti apa-
apa kalau para pemuka Aus dan Khazraj telah terikat persatuan."

Kemudian Syas mengirim seorang pemuda Yahudi yang berkawan karib dengan para
pemuda Anshar. Dengan halus dan licik, pemuda Yahudi itu menyinggung-nyinggung
kembali Perang Buath yang dahsyat di masa saat itu, pihak Aus dapat mengalahkan Khazraj.
Ternyata, hal itu memang membangkitkan ingatan masa lampau yang pahit. Para pemuda
Anshar dan Aus dan Khazraj lalu bersitegang, saling membanggakan diri, dan hanyut dalam
pertengkaran.

"Demi Allah! Kalau kamu mau, mari kita hidupkan kembali peperangan hebat itu!" sahut
salah satu pihak berteriak marah.

"Marilah kita lakukan! Marilah kita lakukan! Perjanjian kamu di Adh Dhahirah! Senjata!
Senjata!" sahut yang lain panas.

Dengan cepat peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah. Segera saja beliau pergi menemui
kedua kelompok itu bersama beberapa orang sahabat.

"Wahai kaum Muslimin! ALLAH! ALLAH!" demikian seru beliau.


"Apakah kamu menyerukan kembali ke masa jahiliah sedang saya masih ada di hadapan
kamu? Setelah Allah memberi petunjuk Islam kepadamu? Dan setelah Allah memuliakan
kamu dengan Agama ini? Dan Ia telah memutuskan dari kamu urusan-urusan jahiliah? Dan
Ia telah menyelamatkan kamu dari kekafiran? Dan Ia telah mempersatukan dan
menjinakkan hati-hati kamu dengan Islam?"

Rasulullah mengingatkan mereka bahwa Islam telah mempersatukan dan membuat mereka
benar-benar bersaudara, membuat semua saling mencintai.
Lalu, luruhlah segala kemarahan. Di depan Rasulullah, mereka berpelukan sambil menangis.
Semuanya lalu beristighfar dan memohon semoga kiranya Allah mengampuni mereka.

Wujud Ukhuwah

Ukhuwah adalah persaudaraan. Salah satu wujudnya dalam Islam adalah mengucapkan
salam kepada sesama Muslim, menengok yang sakit, menghibur orang yang tertimpa
musibah, bersama menolak kejahatan, berbagi kegembiraan, memaafkan orang yang
bersalah, dan menghentikan gosip tentang tetangga, entah gosip itu baik atau buruk.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 74

180
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mengalihkan Kiblat ke Ka'bah

Orang-orang Yahudi pun mendatangi Rasulullah dan berkata, "Muhammad, tentu sudah
engkau ketahui bahwa semua nabi dan rasul sebelummu pergi ke Baitul Maqdis. Di sanalah
sebetulnya tempat tinggal mereka. Jika engkau benar-benar seorang rasul, engkau pasti
akan pergi ke sana, bukan? Anggap saja Madinah ini sebagai perantara hijrah kamu dan
umatmu dari Mekah ke Baitul Maqdis!"

Namun, saat itu juga Rasulullah tahu bahwa mereka berusaha melakukan tipu daya kepada
beliau. Apalagi saat itu kiblat shalat kaum Muslimin adalah Baitul Maqdis, bukan Ka'bah di
Mekah.

Namun, sekali lagi, pendapat orang-orang Yahudi tadi dipecahkan oleh firman Allah yang
memerintahkan Rasulullah dan kaum Muslimin menghadap Ka'bah saat sedang shalat. Saat
itu, genap tujuh belas bulan Rasulullah berhijrah ke Madinah. Allah berfirman,
َ ُْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ً َ ‫َ ُ ﱠ‬ َ َ ‫َﻗ ْﺪ َﻧ َﺮ ٰى َﺗ َﻘﻠ‬
‫اﻟﺴ َﻤ ِﺎء ۖ ﻓﻠﻨ َﻮﻟ َﻴﻨﻚ ِﻗ ْ ﻠﺔ ﺗ ْﺮﺿﺎﻫﺎ ۚ ﻓ َﻮ ﱢل َو ْﺟ َﻬﻚ ﺷﻄ َﺮ اﻟ َﻤ ْﺴ ِﺠ ِﺪ اﻟ َﺤ َﺮ ِام ۚ َو َﺣ ْ ﺚ َﻣﺎ ﻛﻨﺘ ْﻢ ﻓ َﻮﻟﻮا‬
‫ﱠ‬
ِ ‫ﺐ َو ْﺟ ِﻬﻚ‬
َ َ ُ ُ‫َ ﱠ‬ َ ‫وﺗﻮا اﻟ َﺘ‬ ُ َ ‫ﱠ‬ ْ َ َ
‫ﺎب ﻟ َ ْﻌﻠ ُﻤﻮن أﻧﻪ اﻟ َﺤﻖ ِﻣ ْﻦ َ ﱢر ـ ِﻬ ْﻢ ۗ َو َﻣﺎ ا ِ ﻐ ِﺎﻓ ٍﻞ َﻋ ﱠﻤﺎ َ ْﻌ َﻤﻠﻮن‬
‫ﱡ‬ ‫ُو ُﺟﻮﻫ ْﻢ ﺷﻄ َﺮ ُە ۗ َو ِ ن اﻟ ِﺬﻳﻦ أ‬
ِ

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya;
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Surah Al-Baqarah (2:144)

Kaum Muslimin menyambut gembira peralihan kiblat ini. Sementara itu, orang-orang Yahudi
sangat menyesalkan keputusan ini. Sekali lagi, mereka berusaha melakukan tipu daya
dengan mengatakan,

"Kami akan menjadi pengikutmu Muhammad, apabila kamu berada kembali mengubah
kiblat ke arah Baitul Maqdis!"

Kembali firman Allah turun membalas kata-kata berbisa ini:

ُ َ َ ْ َ َْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َْ َ ُ ُ ْ ْ َ ْ ُ ‫َ َﱠ‬ ‫َ َُ ُ ﱡ ََ ُ َ ﱠ‬
ٍ َ ِ ٰ ‫ﺎﻧﻮا ﻋﻠﻴﻬﺎ ۚ ﻗﻞ ِ ِ اﻟﻤ ق واﻟﻤﻐﺮب ۚ ﻳﻬ ِﺪي ﻣﻦ ﺸﺎء ِإ‬
‫اط‬ ِ ‫ﺳ َﻘﻮل اﻟﺴﻔﻬﺎء ِﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻣﺎ و ﻫﻢ ﻋﻦ ِﻗ ﻠ ِﺘ ِﻬﻢ اﻟ‬
‫ُﻣ ْﺴﺘ ِﻘ ٍﻢ‬

Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: Apakah yang
memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah
berkiblat kepadanya? Katakanlah: Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

181
Surah Al-Baqarah (2:142)
َ ْ َ َ َ َ ََ ‫ﱠ‬ َ ُ ُ َ ً َ َ َ
‫ْﻢ ﺷ ِﻬ ﺪا ۗ َو َﻣﺎ َﺟ َﻌﻠﻨﺎ اﻟ ِﻘ ْ ﻠﺔ اﻟ ِ ﻛﻨﺖ َﻋﻠ ْﻴ َﻬﺎ‬ ْ ‫ﻮل َﻋﻠ‬ُ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬
‫ﻮن ﱠ‬ ‫َو ٰﺬ ِﻟﻚ َﺟ َﻌﻠﻨﺎ ْﻢ أ ﱠﻣﺔ َو َﺳﻄﺎ ِﻟﺘ ﻮﻧﻮا ﺷ َﻬﺪ َاء َﻋ اﻟﻨﺎس و‬
َ ‫ﺎن ا ُ ﻟ ُ ﻀ‬َ َ َ ُ َ َ َ ‫ﱠ‬ ً ْ َ ْ َ ُ ‫إ ﱠ ﻟ َﻨ ْﻌﻠ َﻢ َﻣ ْﻦ َﻳ ﱠ ﺒ ُﻊ ﱠ‬
ُ ‫ﻮل ﻣ ﱠﻤ ْﻦ َﻳ ْﻨ َﻘﻠ‬
‫ﻴﻊ‬ ِ ِ ‫ﻳﻦ ﻫﺪى ا ۗ وﻣﺎ‬ ‫اﻟ ِﺬ‬ ‫ﺐ َﻋ ٰ َﻋ ِﻘ َﺒ ْ ِﻪ ۚ َو ِ ن ﺎﻧﺖ ﻟ ِﺒ َ ة ِإ َﻋ‬ ِ ِ ‫اﻟﺮﺳ‬ ِ
‫ِ َ َ ْ ﱠ َِ ﱠ‬
ٌ ‫ﺎﻟﻨﺎس ﻟ َﺮ ُء‬
‫وف َر ِﺣ ٌﻢ‬ ِ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫إ‬ِ ۚ ‫ﻢ‬ ‫ﺎﻧ‬ ‫ِإ ﻤ‬

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Surah Al-Baqarah (2:143)

Yahudi Mengejek Firman Allah

Di tengah pertentangan yang seru antara kaum Muslimin dan Yahudi di Madinah, datanglah
delegasi Nasrani dari Najran. Mereka mengendarai enam puluh buah kendaraan. Dengan
pakaian dari Yaman yang indah, memakai cincin emas dan selendang sutera, orang-orang
Nasrani itu langsung menuju ke masjid dan mengerjakan shalat dengan menghadap ke
Timur. Beberapa sahabat hendak menegur, tetapi Rasulullah mengisyaratkan agar mereka
dibiarkan.

Setelah shalat, orang-orang Nasrani menghadap Rasulullah dan memberi hadiah berupa
permadani indah yang bergambar dan beberapa buah tikar dari bulu. Rasulullah menolak
permadani bergambar dan menerima tikar dari bulu.

Sebenarnya, tujuan orang-orang Nasrani ini adalah untuk menambah keributan antara kaum
Muslimin dan orang Yahudi sehingga orang-orang Nasrani dapat diuntungkan. Begitu
bertemu Rasulullah, orang-orang Nasrani berusaha menjelaskan mengapa mereka
menganggap Nabi Isa adalah anak Allah dan mengapa mereka menyembah tiga tuhan. Satu
per satu alasan itu dipatahkan Rasulullah. Bahkan, Rasulullah berbalik mengajak mereka
menyembah Allah Yang Maha Esa dan menjelaskan kerasulannya.

Namun, walau sudah demikian jelas Rasulullah menyampaikan kebenaran, para pendeta
Nasrani itu terus bersikeras mendustakan beliau. Mereka tetap mengatakan bahwa Nabi Isa
adalah putra Allah dan Allah itu hanya salah satu dari tiga tuhan.

Akhirnya, atas perintah Allah, Rasulullah mengajak mereka ber-mubahalah dengan


bersabda,

"Marilah, kami ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita kami dan wanita kamu,
diri-diri kami dan diri-diri kamu bersama sungguh-sungguh berdoa, lalu kita jadikan laknat
Allah menimpa kepada siapa di antara kita yang berdusta."

182
Orang-orang Nasrani itu hendak menerima, namun Al Aqib, penasihat tertinggi mereka
berkata,

"Sesungguhnya, Muhammad itu adalah nabi yang diutus dan kamu telah mengetahui itu
dengan pasti. Tidak ada suatu kaum yang ber-mubahalah dengan seorang nabi kecuali ia
pasti hancur binasa."

Mendengar itu, orang-orang Nasrani memutuskan untuk menolak usul Rasulullah. Mereka
memilih untuk kembali ke Najran dengan tetap memeluk agama mereka.

Sepupu

Orang Arab dan Yahudi (Ibrani) bisa dikatakan merupakan sepupu. Nenek moyang mereka
adalah Nabi Ibrahim. Putra sulung Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ismail ditempatkan di Mekah
dan menjadi leluhur orang Arab. Sementara itu, putra Nabi Ibrahim yang lain, yaitu Nabi
Ishaq, menurunkan bangsa Yahudi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 75
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Merindukan Mekah

Dapatkah kita bayangkan perasaan kaum Muhajirin yang terusir paksa dari Mekah, tanah
kelahiran mereka sendiri. Rasa rindu akan Mekah semakin lama semakin besar. Banyak
sekali hal yang membuat kaum Muhajirin merasa demikian sebab Mekah bukan sekedar
tempat lahir, melainkan juga merupakan kota yang luar biasa.

Di Mekah terdapat Ka'bah, rumah Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, tempat para
penduduk dan bahkan seluruh orang Arab berziarah. Kewajiban berziarah ke Ka'bah sudah
begitu mendarah daging dalam diri orang Arab, baik itu Muslim maupun bukan. Kewajiban
suci itu tidak bisa dilepaskan begitu saja, meski orang Quraisy pasti akan mencegah
kedatangan setiap Muslim.

Selain itu, di Mekah masih tertinggal keluarga yang mereka cintai walaupun masih dalam
kehidupan syirik karena menyembah berhala. Keluarga inilah yang sudah sangat ingin
mereka ajak ke dalam kehidupan Islam. Di Mekah pula masih tertinggal harta benda dan
barang perdagangan yang disita Quraisy tatkala mereka berhijrah.

183
Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin besar karena mereka telah keluar dari kota
itu akibat tindakan keras Quraisy. Bukan menjadi adat orang-orang Mekah untuk menyerah
terhadap ketidakadilan tanpa melakukan pembalasan.

Bahkan Rasulullah sendiri tidak kuasa melupakan Mekah. Di Mekah sana terkubur jasad
Khadijah, kekasih yang sangat beliau cintai. Tidak ada negeri yang lebih beliau sayangi
melebihi Mekah, tanah tumpah darah yang menimbulkan begitu banyak kenangan.

Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari Mekah. Ia menemui Rasulullah dan Aisyah.

"Bagaimana situasi Mekah saat kau tinggalkan?" tanya Aisyah.

Laki-laki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah, padang-padang tandus, jalan, pasar-


pasar yang hiruk pikuk, serta bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan menuju perbukitan.
Suaranya penuh pilu dan sedih. Kerinduan Rasulullah begitu memuncak sehingga kedua
mata beliau berkaca-kaca penuh linangan air mata.

"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku," demikian ucap Rasulullah.


Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus umat, Rasulullah juga dibahagiakan
dengan pernikahan putri bungsunya, Fathimah Az Zahra.

Orang-orang Munafik

Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin
Salul Al-Aufi, salah seorang dari Bani Al-Hubla. Sebelum dan sesudahnya orang-orang Al-Aus
dan Al-Khazraj tidak pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin Ubay bin Salul,
sampai akhirnya Islam datang.

Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh lainnya yg ditaati dan dihormati kaumnya
yaitu Abu Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An Nu'man, beliau adalah orangtua dari sahabat
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bernama Hanzhalar Al-Ghasil. Abu Amir Bin Shaifi biasa dipanggil sebagai
Pendeta oleh kaumnya.

Adapun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah mempersiapkan mutiara sebagai
mahkota untuk disematkan padanya dan menjadikan dia Raja mereka. Maka ketika
kaumnya berpaling kepada Islam, dia menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬
dan menuduh Rasul telah mengambil mahkota kepemimpinannya.

Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin Salul ikut masuk Islam namun tetap
menyimpan kemunafikan dan dendam kesumat.

Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada kekafirannya, ia pergi bersama belasan
kaumnya ke Mekah dengan meninggalkan Islam dan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Rasul bersabda

"Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta), tetapi panggilah dia Fasiq."

184
Sebelum berangkat ke Mekah Abu Amir menemui Rasulullah dan bertanya,

"Agama apa yang engkau bawa?"

Rasulullah bersabda,
"Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama Ibrahim."

Abu Amir berkata,


"Aku juga menganut agama Ibrahim."

Rasulullah bersabda,
"Engkau tidak menganut agama Ibrahim."

Abu Amir menjawab,


"Betul, aku menganut agama Ibrahim!"
"Wahai Muhammad, Engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus
(hanifiyah) yang bukan merupakan bagian darinya."

Rasulullah bersabda,
"Aku tidak pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan
putih suci."

Abu Amir berkata,


"Seorang pendusta akan Allah matikan dalam keadaan terusir, terasing, dan sendirian."

Rasulullah bersabda,
"Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu."

Demikianlah yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir, ia beranjak ke Mekah.

Abdullah Bin Ubay

Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya. Hanya saja dia
selalu ragu-ragu hingga ia dikalahkan Islam. Dan dia masuk Islam secara terpaksa.

Suatu hari, Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi menunggang keledai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah,
di atas keledainya ada kain pelana yang di atasnya terdapat selimut asal Fadak yang diikat
dengan serat palem.
Rasulullah berjalan melewati Abdullah Bin Ubay Bin Salul yang sedang bernaung di bawah
benteng kecil yang bernama Muzahim.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala
Rasulullah melihat Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Beliau ‫ ﷺ‬merasa malu melewatinya dengan
mengendarai keledai, maka Rasulullah turun dari keledainya, dan mengucapkan salam lalu
duduk sejenak.

185
Rasulullah membacakan Al Quran kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul, dan mengajaknya
kepada agama Allah, mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan keras, memberi
kabar gembira, dan ancaman padanya.

Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa. Setelah Rasulullah selesai berbicara,
Abdullah Bin Ubay Bin Salul berkata,

"Wahai Muhammad sesungguhnya tidak ada orang yang lebih baik perkatannya dari
perkataanmu. Apabila yang engkau katakan itu benar, duduk sajalah di rumahmu. Siapa pun
yang datang menemuimu, bicaralah engkau kepadanya. Sedangkan orang yang tidak datang
menemuimu, tidak usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya dan mengatakan
sesuatu yang orang itu tidak menyukainya."

Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama beberapa dari kaum Muslimin berkata,

"Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke majelis-majelis, kampung dan rumah-
rumah kami. Demi Allah, inilah suatu hal yang kami sukai, sesuatu yang dengannya Allah
jadikan kami mulia. Dan Dia memberi petunjuk bagi kami padanya."

Ketika Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya menentang pendapatnya, ia
bersyair:

"Kala tuanmu menjadi musuhmu.


Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu.
Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya.
Jika suatu hari bulunya dicabut, ia kan jatuh."

Rasulullah beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke rumah Sa'ad Bin Ubadah. Ucapan
Abdullah Bin Ubay Bin Salul masih terbersit di wajah Rasulullah. Sa'ad Bin Ubadah berkata,

"Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu terbersit di wajahmu, apakah Engkau baru
mendengar hal yang tidak engkau sukai?"

Rasulullah bersabda,

"Betul sekali."

Sa'ad Bin Ubadah berkata,

"Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi
Allah ketika engkau datang kepada kami, kami telah mempersiapkan mahkota yang akan
kami berikan padanya sebagai pemimpin. Ia beranggapan Engkau telah merampas mahkota
kepemimpinan itu darinya."

Bersambung

186
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 76
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Sahabat-sahabat Rasul yang sakit

Aisyah ‫ ر ﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ‬mengisahkan saat Rasulullah sampai di Madinah, Madinah kala itu


merupakan bumi Allah yang paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya
banyak sahabat Rasulullah yang terjangkit sakit demam.

Allah menjaga Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga beliau tidak terjangkit wabah demam.


Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu rumah. Mereka semua terjangkit wabah
demam. Lalu Aisyah menjenguk mereka.

Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.


Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah saja yang tahu.

Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya,


"Bagaimana kabar ayahanda?"

Abu bakar menjawab:


Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari.
Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya sendiri.

Aisyah berkata,
"Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan."

Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan bertanya,


"Bagaimana kabarmu wahai Amir?"

Amir Bin Fuhairah menjawab:


Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya.
Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari atasnya
Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya
Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya.

Aisyah berkata,
"Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang dikatakannya."

Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di emperan rumah, dengan


mengangkat suaranya sambil berkata:
Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat di luar Mekah),

187
Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon beraroma wangi) dan Jalil (nama
tumbuh-tumbuhan),
Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?
Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku?

Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada Rasulullah.

Doa untuk Para Sahabat

Aisyah ra berkata kepada Rasulullah,

"Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat
serangan demam tinggi."

Rasulullah SAW berdoa,

"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana telah Engkau jadikan kami
mencintai Mekah, atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah. Berilah kami
keberkahan di dalam mud, dan sha' Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan
wabahnya ke Mahyaa'h."

Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.

Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang mengerjakan shalat dengan cara duduk.

Rasulullah SAW keluar menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara
duduk dan berkata,

"Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya
setengah shalat orang yang berdiri."

Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin walaupun mereka demikian
lemah dan sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala.

Penanggalan Hijrah

Rasulullah sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul Awwal. Pada saat waktu Dhuha
berakhir, saat matahari tidak begitu panas.
Rasulullah sampai di Madinah saat usia beliau 53 tahun, 13 tahun setelah beliau diutus
menjadi Nabi dan Rasul.
Rasulullah tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil
Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul Hijjah.
Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun berikutnya Rasulullah tidak berperang
melawan kaum musyrikin.

188
Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan Rasulullah ke Madinah, beliau keluar
untuk berperang dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah perintahkan,
serta memerangi orang-orang musyrik.
Rasulullah menunjuk Sa'ad Bin Ubadah sebagai penggantinya di Madinah selama beliau
berada di medan jihad.

Diijinkan Berperang

Dalam situasi genting yang dapat mengancam eksistensi kaum muslimin di Madinah di mana
kaum Quraisy tidak sadar dari kesesatannya dan sama sekali tidak mau menghentikan
kejahatannya, Allah mengizinkan kaum muslim untuk berperang. Allah berfirman,
َ َ ‫ﱠ‬ ‫َ َ َ َ ﱠ‬ َ
‫ﻳﻦ ُ ﻘﺎﺗﻠﻮن ِ ﺄﻧ ُﻬ ْﻢ ﻇ ِﻠ ُﻤﻮا ۚ َو ِ ن ا َ َﻋ ٰ ﻧ ْ ِﻫ ْﻢ ﻟﻘ ِﺪ ٌﻳﺮ‬‫أ ِذن ِﻟﻠ ِﺬ‬

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka
telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
Surah Al-Hajj (22:39)

Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang menunjukkan kepada mereka bahwa izin
tersebut hanyalah untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar-syiar Allah.
ُْ ُ ْ َ َ َ َ ‫ﱠ َ َ َ َُ ﱠ‬ ُ َ َْ ْ ْ ُ ‫َ ْ َ ﱠ‬
‫وف َوﻧ َﻬ ْﻮا َﻋﻦ اﻟ ُﻤﻨ ﺮ ۗ َو ِ ِ َﻋ ِﺎﻗ َ ﺔ اﻷ ُﻣﻮر‬ ْ َ
ِ ‫اﻟ ِﺬﻳﻦ ِإن ﻣ ﻨﺎﻫﻢ ِ اﻷرض أﻗﺎﻣﻮا اﻟﺼ ة وآﺗﻮا اﻟﺰ ﺎة وأﻣ ُﺮوا ِ ﺎﻟﻤﻌ ُﺮ‬

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Surah Al-Hajj (22:41)

Pendapat yang benar dan tidak ada pilihan lain bahwa izin tersebut diturunkan di Madinah,
setelah hijrah tidak di Mekah.

Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi saat itu di mana sumber utamanya
adalah kekuatan dan kesewenang-wenangan kaum Quraisy.

Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka pada jalur perdagangan dari
Mekkah ke Syam. Dalam hal ini Rasulullah ‫ ﷺ‬menempuh dua langkah yaitu:

Pertama mengadakan perjanjian persekutuan atau perjanjian untuk tidak melakukan


permusuhan dengan kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur perdagangan itu.
Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau tidak mengadakan permusuhan
dengan kabilah Juhairah, sebelum melakukan kegiatan militer.

Kedua melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian ke jalur tersebut

Bersambung

189
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 77
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Peperangan dan Ekspedisi Sebelum Badr

Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum muslimin mulai melakukan gerakan-
gerakan militer. mereka melakukan patroli militer yang bertujuan menyingkap dan
mengenal jalan-jalan yang mengelilingi Madinah, serta jalan-jalan yang dapat
mengantarkan ke Mekah, mengadakan perjanjian-perjanjian dengan kabilah-kabilah yang
berdomisili di sepanjang jalan tersebut, memberikan kesan kepada orang-orang Yahudi dan
Arab badui yang berdomisili di sekitarnya bahwa kaum muslimin telah memiliki kekuatan
dan mereka telah terbebas dari kelemahan mereka serta memperingatkan kepada orang-
orang Quraisy terhadap akibat kebohongan mereka sehingga mereka sadar dari kesesatan
mereka, dan merasakan adanya bahaya yang mengancam perekonomian mereka, agar
mereka cenderung untuk berdamai dan menghentikan keinginan mereka untuk menyerang
kaum muslimin, menghalangi jalan menuju Allah serta menyiksa kaum muslimin yang lemah
di Mekah, agar kaum muslimin pun menjadi bebas untuk menyampaikan risalah Allah di
seluruh Jazirah.

Secara ringkas ihwal ekspedisi-ekspedisi itu adalah sebagai berikut :

1. Ekspedisi Saiful Bahar yaitu pada Bulan Ramadhan tahun pertama Hijriah Rasulullah ‫ﷺ‬
mengangkat Hamzah bin Abdul Muthalib untuk memimpin ekspedisi ini, ekspedisi ini
berkekuatan 30 orang yang terdiri atas kaum Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy
yang datang dari Syam yang dipimpin oleh Abu Jahal dengan kekuatan 300 Orang. Setelah
sampai di Saiful Bahri di sekitar daerah Laut Merah bertemulah pasukan kaum muslimin
dengan kafilah Quraisy dan siap untuk bertempur. Namun Majdi bin Amru al-juhani sekutu
Quraisy dan kaum muslimin berjalan di tengah-tengah mereka dan menghalangi mereka
sehingga pertempuran pun tidak terjadi.

Bendera Hamzah adalah bendera pertama yang dikibarkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬warnanya
putih dan dibawa oleh Abu Mursyid Kinas Bin Hushain Al Ghanawi.

Setelah ekspedisi Al Kharrar terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

Perang Al Abwa' atau Waddan

Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun kedua Hijriyah atau Agustus tahun 623 M. Setelah
mewalikan urusan kota Madinah kepada Saad bin Ubadah Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin
langsung pasukan yang berkekuatan 70 orang, khusus orang-orang Muhajirin untuk
mencegah kafilah Quraisy. Setelah tiba di Waddan, beliau tidak menjumpai pasukan
Quraisy.

190
Dalam peperangan tersebut Beliau mengatakan perjanjian persekutuan dengan Bani
Dhamrah, yang ketika itu pemimpinnya adalah Amru bin Makhsya Adh Dhamri. Naskah
perjanjian tersebut adalah sebagai berikut

Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad ‫ ﷺ‬kepada Bani Dhamrah, sesungguhnya harta
dan diri mereka aman dan mereka berhak mendapatkan pertolongan jika diserang. Kecuali
apabila mereka memerangi agama Allah.

Apabila Nabi ‫ ﷺ‬mengajak mereka untuk menolongnya, mereka akan menyambutnya.


Waddan terletak antara Mekah dan Madinah. Antara Waddan dan Rabigh setelah Madinah
29 mil dan Abwa' terletak di dekat Waddan.

Inilah peperangan pertama yang diikuti oleh Rasulullah. Kepergian beliau itu selama 15
malam benderanya berwarna putih dan pembawanya adalah Hamzah bin Abdul Mutholib.

Setelah Perang Al Abwa' atau Waddan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

Perang Buwath

Perang Buwath terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September 623
M. Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 200 orang dari para sahabatnya,
untuk mencegah kafilah Quraisy yang berkekuatan 100 orang di bawah pimpinan Umayyah
bin Khalaf Al-Jami.

Kafilah itu membawa 2500 unta. Setibanya di Buwath di sekitar Ridhwa, beliau tidak
menjumpai kafilah.
Dalam peperangan tersebut beliau mewakilkan urusan kota Madinah kepada Saad bin
Muadz. Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Saad bin Abi Waqqash radliyallahu
anhu.

Perang Sawan

Perang Sawan terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September tahun
623 M. Karz bin Jabir Al Fihri dengan pasukannya dari kaum muslimin menyerang pinggiran
kota Madinah dan merampas beberapa binatang ternak.

Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dengan para sahabatnya bersekutukan 70 orang untuk
mengejar pasukan Karz hingga tiba di lembah Safwan yang letaknya tidak jauh dari Badr.
Namun beliau tidak menjumpai Karz dan teman-temannya, lalu pulang tanpa melakukan
pertempuran. Perang ini disebut juga dengan *Perang Badr pertama*. Dalam perang ini
urusan kota Madinah diwakilkan kepada Zaid bin Haritsah. Benderanya berwarna putih dan
dibawa oleh Ali bin Abi Tholib.

Setelah Perang Buwath dan Perang Sawan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

Perang Dzil Usyairah

191
Perang Dzil Usyairah terjadi pada bulan Jumadil Ula dan bulan Jumadil Akhir tahun kedua
Hijriyah atau November dan Desember tahun 623 M. Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin
pasukan berkekuatan 150 (dalam riwayat lain 200) orang kaum Muhajirin. Dalam hal ini bisa
tidak memaksa seorang pun untuk ikut serta dalam peperangan tersebut.

Mereka keluar membawa 30 Onta yang dikendarai secara bergantian untuk mencegah
kafilah Quraisy yang berangkat ke Syam. Telah terdengar berita tentang keberangkatan
mereka dari Mekah membawa barang-barang dagangan kaum Quraisy. Setibanya di Dzil
Usyairah, beliau tidak menjumpai kafillah tersebut, mereka telah lolos beberapa hari
sebelumnya. Kafilah inilah yang dicari sepulang mereka dari Syam, dan menjadi penyebab
terjadinya *Perang Badr Kubro*.

Menurut Ibnu Ishaq, Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat pada akhir Jumadil Ula dan kembali pada Awal
Jumadil Akhir.
(inilah yang menjadi penyebab perbedaan pendapat ahli siroh dalam menentukan bulan
terjadinya peperangan ini).

Dalam peperangan ini Rasulullah ‫ ﷺ‬mengadakan perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij
dan sekutunya, yaitu Bani Dhamrah.

Pada saat peperangan itu urusan kota Madinah diwakilkan kepada Abu Salamah bin Abdul
Asad Al Makhzumi. Bendera peperangan itu berwarna putih dan dibawa oleh Hamzah bin
Abdul muththalib ‫ر ﷲ ﻋﻨﻪ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 78
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Badr Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

Dua Pasukan saling Berhadapan

Setelah selesai merapikan barisan beliau mengeluarkan instruksi kepada pasukannya agar
tidak memulai peperangan sebelum menerima perintah terakhir dari beliau. Kemudian,
beliau memberikan pengarahan kepada mereka secara khusus tentang persoalan perang.
Beliau berkata:

"Apabila mereka mendekati kalian, hujanilah mereka dengan panah. Janganlah kalian
menghunuskan pedang sebelum mereka mendatangi kalian."

192
Kemudian beliau kembali ke lembah ditemani oleh Abu Bakar secara khusus. Sa'ad bin
Muadz pun dengan kelompoknya melakukan pengawalan di pintu kemah beliau.

Adapun kaum musyrikin pada hari itu, Abu Jahal meminta keputusan, beliau mengatakan,

"Ya Allah dia telah memutuskan tali persaudaraan dan membawa sesuatu yang tidak kami
kenal, maka binasakanlah dia. Ya Allah tolonglah pada hari ini orang yang paling engkau
cintai dan paling kau ridhoi di antara kami."

Tentang hal ini Allah berfirman:


َ ‫ُ ْ ﱠ‬ َ َُ ْ ُْ ْ َ ُ َ ْ َ َ ََْ ْ ُ َْ ْ ََ َْ َ ْ
‫ِإن ْﺴﺘﻔ ِﺘ ُﺤﻮا ﻓﻘﺪ َﺟ َﺎء ُﻢ اﻟﻔﺘﺢ ۖ َو ِ ن ﺗ ﺘ ُﻬﻮا ﻓ ُﻬ َﻮ ﺧ ْ ٌ ﻟ ْﻢ ۖ َو ِ ن ﺗ ُﻌﻮدوا ﻧ ُﻌﺪ َوﻟ ْﻦ ﺗﻐ ِ َ َﻋﻨ ْﻢ ِﻓﺌﺘ ْﻢ ﺷ ْ ﺌﺎ َوﻟ ْﻮ ﻛ َ ت َوأن ا‬
َ ‫َﻣ َﻊ اﻟ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬
ِِ

Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan
kepadamu; dan jika kamu berhenti; maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika kamu
kembali, niscaya Kami kembali (pula); dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat
menolak dari kamu sesuatu bahaya pun, biar pun dia banyak dan sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang beriman.
Surah Al-Anfal (8:19)

Awal pemicu pertempuran

Awal pemicu pertempuran adalah Al Aswad bin Abdul Asad al Makhzumi (orang yang
berperangai buruk) keluar dengan mengatakan,

"Aku berjanji kepada Allah aku harus bisa minum dari tempat penampungan air mereka,
atau aku harus menghancurkannya, dan aku harus mati karenanya."

Ketika ia keluar ia dihadapi oleh Hamzah bin Abdul Mutholib ‫ر ﷲ ﻋﻨﻪ‬. Setelah bertemu,
Hamzah segera menyabetkan pedangnya pada kaki Al Aswad, yaitu pada pertengahan
betisnya ketika ia berada di depan penampungan air.

Al-Aswad pun jatuh dan kakinya mengucurkan darah, kemudian berangkat menuju
penampungan air sambil memasukinya karena ingin memenuhi sumpahnya. Tetapi Hamzah
mengulangi pukulannya pada bagian yang lain, ketika ia berada di dalam penampungan air.

Perang Tanding

Terbunuhnya Al Aswad merupakan pembunuhan pertama yang menyulut api pertempuran.


Setelah itu tiga orang dari pasukan Quraisy tampil ke depan semuanya dari satu keluarga
yaitu Utbah dan Saibah dua lelaki bersaudara anak Rabi'ah dan Al Walid anak Utbah.

Mereka menantang untuk perang tanding, maka untuk menghadapi mereka tampilah tiga
pemuda ansor yaitu Auf dan Muawidz, dua lelaki bersaudara anak Al Haris dan ibunya
bernama Afra dan Abdullah bin Rawahah.

193
Tiga orang dari pasukan musyrikin itu bertanya kepada tiga pemuda anshar itu,

"Siapa kalian?"

Mereka menjawab,

"Sekelompok orang dari kaum Anshar"

Tiga pasukan musyrikin itu berkata,

"Kami tidak butuh kalian, kami menginginkan orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat
kami sendiri."

Juru bicara mereka kemudian berteriak,

"Hai Muhammad keluarkanlah orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri."

Selanjutnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Bangkitlah hai Ubaidillah bin Al Haris, bangkitlah hai Hamzah dan bangkitlah hai Ali."

Setelah ketiganya bangkit dan menghadapi pasukan-pasukan musyrikin itu, pasukan


musyrikin itu bertanya kepada mereka,

"Siapa kalian?" Setelah dijawab mereka mengatakan,


"Kalian orang-orang yang sepadan dengan kami."

Ubaidillah orang yang tertua di antara mereka tampil berperang tanding dengan Utbah bin
Rabi'ah, Hamzah melawan Saibah dan Ali melawan Alwalid

Hamzah dan Ali tidak menemui kesulitan untuk membunuh lawannya, Utbah dan kawannya
masing-masing berhasil melukai lawannya, kemudian Ali dan Hamzah menyerang Utbah dan
berhasil membunuhnya, lalu mengangkut Ubaidah yang terputus kakinya.

Ubaidah senantiasa diam sampai mati syahid di Shafra' setelah empat atau lima hari dari
Perang Badr, dan dalam perjalanan pulang menuju Madinah.

Ali berkata bahwa ayat berikut ini turun berkenaan dengan mereka yaitu

ُُ َْ ْ ‫ُﱢ َ ْ ُ ْ َ ٌ ْ َ ُ َ ﱡ‬ َ َ َ ْ ‫َﱢ‬ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
‫وﺳ ِﻬ ُﻢ اﻟ َﺤ ِﻤ ُﻢ‬
ِ ‫ﻫ ٰ ﺬ ِان ﺧﺼﻤ ِﺎن اﺧﺘﺼﻤﻮا ِ ر ـ ِﻬﻢ ۖ ﻓﺎﻟ ِﺬﻳﻦ ﻛﻔ ُﺮوا ﻗﻄﻌﺖ ﻟﻬﻢ ِﺛ ﺎب ِﻣﻦ ﻧﺎر ﺼﺐ ِﻣﻦ ﻓﻮ ِق رء‬

Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling
bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka
pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala
mereka.
Surah Al-Hajj (22:19)

194
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 79
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Serangan Umum

Perang tanding tersebut merupakan permulaan yang buruk bagi kaum musyrikin. Mereka
kehilangan tiga Pemimpin sekaligus. Maka meluaplah kemarahan mereka, kemudian
menyerang kaum muslimin secara serentak.

Adapun kaum muslimin setelah meminta pertolongan kepada Rabb mereka, mengikhlaskan
niat kepada-Nya dan merendahkan diri kepada-Nya, mereka menerima serangan dari kaum
musyrikin secara bertubi-tubi, dengan sikap bertahan. Tetapi mereka berhasil memberikan
banyak kerugian kepada kaum musyrikin. Mereka meneriakkan kata-kata "Ahad, ahad."

Rasulullah memohon pertolongan kepada Rabbnya

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri sekembalinya dari mengatur barisan, beliau memohon kepada


Rabbnya pertolongan yang telah dijanjikan-Nya. Beliau berkata

"Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepada aku. Wahai Allah
Sesungguhnya aku memohon janji-Mu,"

Ketika perang berkecamuk, dia berdoa

"Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, engkau tidak akan di
sembah lagi (oleh manusia) Wahai Allah, jika engkau menghendaki, engkau tidak di sembah
lagi setelah ini."

Beliau bersungguh-sungguh dalam memohon, sehingga kain selendangnya jatuh dari


pundaknya. Kain itu kemudian disampirkan kembali oleh Abu Bakar As Siddiq ke pundak
beliau seraya berkata,

"Wahai Rasulullah, cukuplah permohonanmu kepada Rabbmu." Kemudian Allah wahyukan


kepada para malaikat-nya
ََْْ َ َْ ُ ْ َ َ ْ ‫ﱡ‬ َُ َ ُ َ َُ َ ُ‫ﱢ َ َ ْ ََﱢ‬ ََ َ ْ
ِ ‫ﻮب اﻟ ِﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮوا اﻟﺮﻋﺐ ﻓﺎ ﻮا ﻓﻮق اﻷﻋﻨ‬
‫ﺎق‬ ِ ‫ِ ﻗﻠ‬ ِ ‫اﻟ َﻤ ِﺋﻜ ِﺔ أ ﻣﻌ ﻢ ﻓﺜ ﺘﻮا اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا ۚ ﺳﺄﻟ‬ ‫ِإذ ُﻳﻮ ِ َرﱡ ﻚ ِإ‬
ْ
‫ﱠﻞ َﺑﻨﺎ ٍن‬ ‫َوا ْ ُ ﻮا ِﻣﻨ ُﻬ ْﻢ‬

195
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku
bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan
Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala
mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
Surah Al-Anfal (8:12)

Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya, secara silih berganti, tidak sekaligus.

Jumat 17 Ramadhan

Seorang pemuka Quraisy bernama Utbah bin Rabi'ah tiba-tiba berpendapat bahwa
berperang sekarang tidak ada gunanya. Abu Jahal kembali mengamuk. Ia yang menjuluki
Utbah sebagai penakut. Pertengkaran itu terlihat dari jauh oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
pasukannya. Perlahan keyakinan mereka akan pertolongan Allah semakin kuat.

Pendapat Utbah dibicarakan secara kilat oleh para pemuka Quraisy. Merasa malu jika
mundur setelah berhadapan, para pemimpin Quraisy memutuskan untuk maju bertempur.
Apalagi saat itu pasukan Quraisy jauh lebih banyak dengan persenjataan yang jauh lebih
kuat.

Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa saat itu, datanglah iblis yang menyerupai
wajah Suraqah bin Malik, pemimpin Bani Mudlij, bersama puluhan anak buahnya.

Iblis berkata kepada para pemuka Quraisy,


"Jangan takut memerangi Muhammad dan para sahabatnya. Kalau kamu kalah kami akan
membantumu dari arah belakang!"

Tiba-tiba Malaikat Jibril turun dan mendatangi iblis dengan cepat. Seketika itu juga Suraqah
gadungan dan anak buahnya melarikan diri. Seorang Quraisy berteriak heran,

"hendak kemana engkau, hai Suraqah? Bukankah engkau tadi hendak membela kami?"
"Mengapa engkau sekarang hendak pergi dari sini?"

"Sudahlah," jawab iblis gusar,


"Aku melihat sesuatu yang tidak kau lihat!"

Setelah itu kedua pasukan pun saling berhadapan. Hari itu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan.
Rasulullah bersabda,

"Demi Dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur
dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia gugur, dan
Allah akan menempatkannya di dalam surga."

Semangat pasukan pun melambung kekuatan iman yang diberikan Allah melebihi kekuatan
apa pun. Walaupun demikian, beberapa orang pahlawan Quraisy menunjukkan keberanian
mereka.

196
Geram akibat tidak mendapatkan air, karena sumur-sumur yang ada telah ditutup oleh
kaum muslimin, seorang pahlawan Quraisy bernama Aswad bin Abdul Asad Al makhzumi
keluar dari barisan seraya berucap,

"Aku bersumpah demi nama Tuhan. Akan ku rusak kolam-kolam mereka! Jika tidak dapat
melakukannya, lebih baik aku mati!"

Dengan tangkas Aswad berlari ke kolam kaum muslimin.

Bilal

Di dalam pertempuran sengit itu banyak sekali sesama saudara sedarah harus saling
berhadapan. Beberapa orang pasukan muslim menahan pedangnya agar tidak mengenai
saudara-saudara mereka dari pihak Quraisy. Namun beberapa pahlawan yang imannya telah
begitu kuat tidak lagi peduli dengan siapa mereka berhadapan.

Mereka menyadari, apabila mereka baru melepaskan kesempatan untuk merobohkan


musuh di hadapannya. Musuh itu bisa membunuh tentara Islam yang lain. Padahal, saudara
Muslim itulah yang seharusnya mereka bela melebihi saudara sedarah.

Umar Bin Khattab berhadapan dengan pamannya sendiri dan berhasil membunuhnya.
Ali Bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa orang saudaranya.

Abu Ubaidah bin Jarrah berhadapan dengan ayahnya. Abu Ubaidah mencoba mengingatkan
agar ayahnya pergi menjauh, tapi sang ayah malah berdiri menghadangnya dengan pedang
terhunus. Mereka kemudian bertarung dan Abu Ubaidah berhasil mengalahkan ayahnya
sendiri.

Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya Umayyah bin Khalaf yang dahulu pernah
menyiksanya habis-habisan.

Bilal mendekat dengan cepat. Melihat mata Bilal yang menatapnya dengan sangat tajam,
Umayyah ketakutan. Kemudian, ia meminta perlindungan seorang sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬.
Abdurrahman bin Auf.

Di Mekah dulu Abdurrahman adalah sahabat baik Umayyah. Abdurrahman pun melindungi
Umayyah dan hendak menjadikannya tawanan perang yang sudah menyerah. Namun, Bilal
memprotes sambil berteriak,

"Saudara-saudara muslim! ini dia Umayyah bin khalaf, si Gembong kekafiran!"

Orang-orang yang dahulu pernah disiksa Umayyah berlari mendekat. Mereka memprotes
tindakan Abdurrahman bin Auf.

"Tidak akan selamat aku jika Umayyah masih hidup!" demikian tekad kuat Bilal.

197
Akhirnya, Umayyah menerima tantangan Bilal untuk berduel, Keduanya bertarung dengan
pedang terhunus. Bilal berhasil menusukkan pedangnya ke celah baju besi Umayyah dan
mengalahkan dia.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 80
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Hamzah

Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat
kolam pasukan muslim. Kolam itu merupakan tempat penting dalam pertempuran Badar.
Jika pasukan Quraisy berhasil merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan
muslimlah yang akan kehausan.

Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat. Dua penunggang kuda terdepan berhasil
ditaklukan Hamzah. Namun, penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka celah
pertahanan untuk diterobos para penunggang lain yang terkenal tangguh. Namun Hamzah
sendiri berdiri menutup celah tersebut dengan pedang siaga di tangan. Satu demi satu para
penunggang Quraisy yang kehausan maju. Namun, semuanya tumbang di ujung pedang
Hamzah.

Setelah memukul mundur para penunggang Quraisy, Hamzah menerjunkan diri ke medan
tempur dengan niat untuk menghabisi para jagoan Quraisy yang dilihatnya. Tidak lama
kemudian, Hamzah berhasil merobohkan Handhalah Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.

Tiba-tiba Naufal Bin Khuwailid berhasil menerobos ke tengah barisan pasukan muslimin.
Dengan kudanya yang menggila, ia menyerang beringas, menerjang dan menginjak-
injak. Topi dan baju besi yang dipakai Naufal sulit ditembus pedang pasukan muslim.
Namun Hamzah datang dan menyerangnya. Naufal segera menggebrak kudanya dan
menyerang. Hamzah melompat ke belakang, berputar, dan balik menyerang. Pedangnya
berkelebat membelah udara. Beberapa tentara kedua belah pihak berhenti bertempur dan
memperhatikan pertarungan yang mengerikan itu. Kuda Naufal roboh, tetapi Naufal
melompat berdiri dan meneruskan pertarungan dengan ganas. Akhirnya, Hamzah berhasil
menebas leher Naufal.

Pekik takbir ُ َ ‫ ا ُ ا‬membahana. Selangkah demi selangkah, pasukan Quraisy mundur.


Pasukan muslim yang tanpa perisai, topi, dan baju besi mendesak barisan musuh mundur
yang kebanyakan mengenakan baju besi lengkap.

198
Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai beberapa pasukan Quraisy yang mundur
saling bertanya,

"Siapakah laki-laki yang berbulu-bulu dadanya halus dan wajahnya tertutup debu?"

"Itulah Hamzah!" sahut yang lain dengan suara tercekat.

"Dialah yang sebenarnya banyak menyerang kita," Sahut yang lain sambil terus berlari.

Tewasnya Abu Jahal

Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu Jahal berusaha menata kembali barisan. Ia
mendengar seseorang berseru:

"Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka tidak mengenakan pakaian pelindung,
kecuali pedang belaka. Namun, setiap kali ada yang terbunuh di antara mereka, pasti ada
yang terbunuh di pihak kita! Kemudian, jika dari pihak kita gugur 300 orang, kita tidak
punya peluang untuk hidup! mundur! mundur!"

Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong barisan-barisan Quraisy agar bertahan
seraya mengingatkan bahwa merekalah para pemimpin Arab. Namun pasukan Muslim terus
maju tidak tertahankan. Dua prajurit muda muslim bahkan berhasil mendekati Abu Jahal
dan menyerangnya. Abu Jahal yang sombong dan gagah dengan senjata lengkap tak mampu
mengalahkan dua pemuda itu dan ia pun terbunuh.

Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan Abdullah Bin Mas'ud. Mereka membawa kepala
Abu Jahal ke hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬seraya berkata,

"Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh Allah!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan
selain-Nya. Demi Allah, kalian lah yang membunuh Abu Jahal?"

Saat mereka menjawab,

" Ya."

segera Rasulullah ‫ ﷺ‬bersujud kepada Allah seraya mengucapkan,

"Segala puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hambanya yang telah
mengalahkan tentara musuhnya."

Setelah itu, pasukan musuh mundur dalam keadaan kocar-kacir. Pasukan besar dan
persenjataan lengkap itu telah lumpuh, mundur tergesa-gesa meninggalkan benda-benda
berharga di dalam perkemahan. Hanya keselamatan diri yang kini mereka pikirkan.

199
Strategi yang diterapkan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap pasukannya adalah bertahan di tempat
tanpa bergerak sedikit pun pada awal pertempuran. Maka untuk pertama kali dalam sejarah
perangnya, orang Quraisy melihat ada pasukan pejalan kaki yang mampu menahan
gelombang-gelombang serbuan pasukan berkuda.

Rasulullah ‫ ﷺ‬terus memerintahkan pasukannya bertahan sampai serangan musuh


melemah. Setelah itu barulah beliau yang memerintahkan serangan balasan. Lalu pasukan
muslim pun maju dan tidak memberikan kesempatan lagi kepada musuh untuk membenahi
barisan.

Setelah Perang

Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus beberapa pengintai


untuk mengikuti ekor pasukan Quraisy. Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin benar-benar yakin bahwa
mereka benar-benar mundur ke Mekah, bukan melakukan tipu daya untuk kemudian
menyerang kembali atau malah bergerak ke arah Madinah.

Setelah mendengarkan laporan dari pasukan pengintai barulah beliau benar-benar bisa
merasa tenang karena ternyata musuh kembali ke kota mereka dengan menanggung semua
beban kekalahan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak Ammar bin Yasir Melihat mayat Abu Jahal Seraya bersabda,

"Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh ibumu."

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬meninjau langsung bekas medan pertempuran. Beliau menemukan


14 sahabatnya gugur sebagai syahid. Sedangkan 70 orang Quraisy terbunuh, 70 lainnya
menjadi tawanan kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar para syuhada yang gugur di
kuburkan, sementara itu mayat-mayat Quraisy dimasukkan ke dalam sebuah sumur kering
lalu ditimbun batu.

Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang. Rasulullah


‫ ﷺ‬memperhatikan raut wajah para sahabat yang berseri-seri kecuali Hudzaifah bin Utbah
yang telah membunuh ayahnya sendiri. Rasulullah ‫ ﷺ‬mendekati Hudzaifah dan bertanya,

"Barangkali saja duka menyelimuti hatimu karena kematian ayahmu?"

"Hatiku sama sekali tak merasa goyah, mengenai Ayahku atau kematiannya. Ya Rasulullah.
Akan tetapi aku mengenal pemikiran kesabaran dan keutamaannya. Aku sebenarnya sangat
berharap dia akan mendapat hidayah Allah. Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa
Ayahku, aku merasa sangat berduka," demikian jawab Hudaifah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk lalu menghibur hati Hudzaifah dan mendoakannya. Kemudian


beliau mendekati barisan para tawanan. Kening beliau berkerut menyaksikan sebagian
sahabatnya mengikat para tawanan dengan kuat dan menertawakan mereka.

200
"Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan baik, "demikian Sabda beliau.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 81
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Masih dalam Perang Badar Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

Meninggalnya Ruqayyah

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabat tentang para tawanan. Umar Bin Khattab
mengusulkan agar para tawanan itu dibunuh. Sangat berbahaya jika melepaskan mereka,
walau keluarganya menebus dengan gunung harta, sebab mereka dapat kembali
memerangi kaum muslimin.

Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para tawanan dibiarkan ditebus
keluarganya, dengan harapan mudah-mudahan suatu saat kelak mereka mau mengikuti
ajaran Islam. Lagipula uang yang dibayarkan dapat digunakan untuk melengkapi
persenjataan kaum muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬cenderung pada pendapat Abu Bakar.


Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk menunggu tebusan dari pihak Quraisy.
Para tawanan pun ditebus dengan uang dan mereka kembali bebas, namun setelah itu
Rasulullah ‫ ﷺ‬mendapat berita, bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan
penyerbuan dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar. Sebagian besar para tawanan
bergabung dengan pasukan baru itu.

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahwa saran Umar lebih tepat, tidak pantas bagi seorang
Rasulullah ‫ ﷺ‬mempunyai tahanan sebelum menghancurkan musuh-musuhnya di muka
bumi.

Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan rata kepada pasukan. Mereka pun
kembali ke Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung menuju masjid untuk memberitakan
kemenangan serta mengumumkan nama-nama bangsawan Quraisy yang mati. Setelah itu
Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke rumah Utsman bin Affan untuk menjenguk Ruqayyah putrinya yang
sudah lama terbaring sakit. Utsman bin Affan memang diminta Rasulullah menjaga istri dan
anaknya sehingga Usman tidak mengerti pertempuran Badar. Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba,
Usman malah menangis sambil memeluk Rasulullah ‫ﷺ‬, karena ternyata Ruqayyah telah
wafat ketika beliau masih di luar Madinah.

201
Rasulullah ‫ ﷺ‬diantar ke makam Ruqayyah, beberapa sahabat berusaha menghibur
kesedihan yang membebani dada beliau. Mereka menemani pula beliau pulang ke rumah.

Di tengah permalink pulang, seorang Yahudi memandang Rasulullah dengan sinis, sambil
berkata para bangsawan Quraisy memang tidak mempunyai keahlian dalam perang. Kalau
saja kalian berperang melawan kami, Kalian baru akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-
benarnya prajurit.

Para sahabat tidak membalas perkataan sinis itu, karena tidak tega melukai kesedihan di
hati Rasulullah ‫ﷺ‬.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tidak menghiraukan ejekan dengki itu dan terus melangkah menuju
rumah.

▪Dzun Nuraini▪

Setelah duka ditinggal Ruqayyah, Utsman kemudian menikahi adik Ruqayyah, Ummu
Khultsum. Ummu Khultsum juga diusir oleh kedua mertuanya, Abu Lahab dan istrinya
Ummu Jamil serta suaminya Utaibah, adik Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah
Utsman digelari Dzun Nuraini, 'Si Pemilik Dua Cahaya'.

Rasulullah ‫ ﷺ‬Hampir Dikultuskan

Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah terserang sakit dan tidak kunjung sembuh.
Musuh-musuh Rasulullah dari kalangan Yahudi dan orang-orang munafik mulai
menyebarkan desas-desus,

"Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia dengan mudah bisa menyembuhkan
penyakit putrinya."

"Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi, melainkan tukang sihir," timpal yang lain,
"Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang, tetapi di sini ternyata tidak
mempan."

Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan sebagian orang mulai goyah. Orang-
orang munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay semakin bersemangat mengatakan ini dan
itu tentang pribadi Rasulullah. Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya. Mereka
melawan desas-desus itu dengan sanjungan pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah.

"Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati pun tentu Rasullulah bisa,"
demikian kata mereka.

Mendengar hal-hal seperti itu, Rasullulah ‫ ﷺ‬segera datang dan berkata, "Janganlah kalian
menyanjung-nyanjung diriku."

"Bagaimana kami tidak akan menyanjung dirimu ya Rasulullah, bukankah engkau adalah
pemimpin kami semua?"

202
Beliau menggeleng. Beliau kemudian berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia
tidak dapat menolak atau menyembuhkan penyakit apabila hal itu memang sudah dikendaki
Allah. Beliau adalah manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan, kesegaran,
tidur, marah, senang, lapar, dahaga, makan, dan perlu pergi ke pasar seperti orang lain.

Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang tabib dipanggil datang untuk melakukan
penyembuhan. Tabib itu melakukan pembekaman agar darah yang mengandung penyakit
keluar. Namun, begitu darah Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu menjilati
darah beliau. Segera saja Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang tabib itu dengan keras sambil berkata,

"Semua darah haram! Semua darah haram!"

Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci Rasulullah, sementara disisi lain banyak
orang yang justru memuja beliau secara berlebihan.

Sehari sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Madinah, berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin
Haritsah dan Abdullah bin Rawahah dari dua jurusan yang berlainan. Kaum Muslimin segera
keluar rumah dan bergembira menyambut kemenangan besar ini.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 82
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mekah Terkejut

Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i
tergesa-gesa memasuki Mekah. Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan bencana
yang telah menimpa para pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka. Mulanya orang
Mekah tidak percaya, tetapi setelah yakin bahwa Al Haisuman tidak mengigau, seluruh kota
menjadi penuh dengan jerit tangis.

Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat terpukul mendengarkan berita mengerikan itu.

"Tidak mungkin!"
"Tidak mungkin!" demikian igaunya. Keesokan harinya, ia jatuh sakit dan menderita demam
selama tujuh hari sebelum akhirnya meninggal.

Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan yang akan mereka lakukan.

203
"Ingat sesedih apa pun hati kita jangan menunjukkan duka cita secara berlebihan," demikian
kata salah seorang di antara mereka.
"Jika Muhammad dan teman-temannya mendengar ini, mereka akan mengejek kita habis-
habisan,"

"Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan untuk membebaskan para tawanan," usul
yang lain.
"Nanti Muhammad akan meminta harga yang terlampau tinggi! Kita tunggu kesempatan
baik untuk menebus mereka."

Setelah beberapa lama barulah orang-orang Quraisy berdatangan untuk menebus para
tawanan. Salah seorang di antaranya adalah Mikraz bin Hafz. Dia datang untuk menebus
Suhail bin Amir. Suhail dikenal suka menjelek-jelekkan Rasulullah ‫ﷺ‬. Begitu mengetahui
Suhail akan dibebaskan Umar Bin Khattab menjadi sangat geram.

Ia mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata,

"Rasulullah ijinkan saya mencabut 2 gigi seri Suhail bin Amir supaya lidahnya tidak terjulur
keluar dan tidak lagi berpidato mencercamu di mana-mana."

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab permintaan Umar itu dengan kata-kata yang sangat agung,

"Aku tidak akan memperlakukannya secara kejam, supaya Allah tidak memperlakukan aku
demikian, Sekali pun aku seorang nabi.

Hindun

Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy menutupi kesedihannya, luka yang dalam itu
tidak terbendung juga. Para wanita Quraisy selama sebulan penuh menangisi mayat-mayat
para pejuang mereka. Mereka menggunting rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan
unta orang yang sudah mati. Setelah itu mereka menangis sambil mengelilinginya.

Hampir semua wanita yang kehilangan kerabatnya berlaku demikian, kecuali Hindun binti
utbah, Istri Abu Sufyan.
Ketiga orang yang mati dalam duel sebelum pertempuran adalah orang-orang terdekat yang
sangat disayangi Hindun. Utbah bin Rabiah adalah ayahnya, Syaibah bin Rabiah adalah
pamannya, dan Walid Bin Utbah adalah kakaknya.
Belum lagi beberapa keluarganya yang lain yang juga mati dalam pertempuran. Bisa
dikatakan di antara wanita Quraisy Hindunlah yang paling banyak kehilangan sehingga
pantaslah jika ia menunjukkan duka cita lebih banyak dibanding yang lain.

Melihat Hindun tidak menangis, para wanita Quraisy keheranan. Beberapa dari mereka
mendatangi Hindun sambil bertanya,

"Kau tidak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan keluargamu yang lain?"

204
Hindun berpaling dan menatap kawan-kawannya dengan tajam. Para wanita itu terkejut
mengetahui bahwa bukan air mata yang mereka lihat di mata Hindun, melainkan api
dendam yang berkobar-kobar.
Hindun menjawab dengan kata-kata keras,

"Aku menangisi mereka supaya nanti didengar oleh Muhammad dan teman-temannya
sehingga mereka bisa menyoraki kita, begitu? Dan supaya wanita-wanita Khazraj juga bisa
menyoraki kita? Tidak! Aku harus menuntut balas kepada Muhammad dan teman-
temannya! Haram bagi kita memakai minyak wangi sebelum kita dapat memerangi
Muhammad."

"Sungguh kalau aku dapat mengetahui bahwa kesedihan dapat hilang dari hatiku, tentu aku
menangis. Tetapi kesedihan ini baru akan hilang, kalau mayat orang yang telah membunuh
orang-orang yang kucinta itu sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri!"

Setelah itu, Hindun benar-benar menjalankan sumpahnya. Ia tidak memakai minyak wangi
atau mendekati suaminya. Ia terus dan terus membakar semangat dendam orang-orang
Quraisy sampai kemudian tiba saat Perang Uhud. Abu Sufyan sendiri bersumpah tidak akan
mencuci kepala dengan air sebelum ia memerangi kembali Rasulullah.

Kisah Menantu Rasulullah

Salah seorang tawanan perang Badar adalah Abul Ash bin Rabi Ia adalah menantu
Rasulullah. Karena ia menikahi Putri beliau Zainab, untuk menebus suaminya, Zainab
mengirimkan Seuntai kalung peninggalan ibunya kepada Rosulullah. Ketika melihat kalung
milik Khadijah itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬amat terharu, air mata pun menetes di pipi beliau.

Melihat duka Rasulullah ‫ﷺ‬, para sahabat setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi
tanpa harus membayar tebusan. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengembalikan kalung Khadijah kepada
Abul Ash dan meminta agar Abul Ash menceraikan Zainab.
Menurut hukum Islam, seorang wanita Mukmin memang tidak boleh menikahi laki-laki kafir.
Abul Ash menyetujui permintaan itu.

Bersambug

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 83
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ketika kembali ke Mekkah, keluarganya berkata,

205
"Biarlah engkau menceraikan istri mu itu, dan kami akan mencarikan bagimu gadis yang jauh
lebih cantik daripada nya".

Namun Abul Ash amat mencintai Zainab sehingga ia berkata,

"Di Suku Quraisy tidak ada gadis yang dapat menandingi istriku,"

Walau dihalang-halangi orang Quraisy, Abul Ash melepaskan Zainab ke Madinah. Di tengah
jalan beberapa orang Quraisy mengganggu unta Zainab sehingga putri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang
sedang hamil itu jatuh. Ketika itulah Zainab mengalami keguguran kandungannya.

Beberapa waktu kemudian, Abul Ash pergi membawa barang-barang dagangan Quraisy,
namun saat tiba di dekat Madinah, sebuah pasukan patroli muslim memergokinya. Mereka
pun menyita semua barang bawaan.

Abul Ash diam-diam berlindung dalam gelapnya malam. Abul Ash masuk ke Madinah dan
meminta perlindungan kepada Zaenab. Zainab pun melindunginya.

Mengetahui hal itu kaum muslimin mengembalikan barang-barang dagangan yang dibawa
Abul Ash, dia pun segera pulang ke Mekah dan mengembalikan semua barang itu, kemudian
berkata,

"Masyarakat Quraisy! Masih adakah dari kamu yang belum mengambil barangnya?"

"Tidak ada," jawab mereka.


"Engkau ternyata orang jujur dan murah hati."

Ketika itu Abul Ash pun masuk Islam dan kembali ke Madinah. Dengan bahagia Rasulullah ‫ﷺ‬
mengembalikan Zainab kepada Abul Ash sebagai seorang istri.

Al Qur'an Berbicara Seputar Peperangan

Berkenaan dengan peperangan tersebut turunlah surat Al Anfal. Surat ini merupakan
"komentar Ilahi" terhadap peperangan tersebut. Komentar tersebut sangat berbeda dengan
komentar-komentar yang dikemukakan oleh para raja dan panglima perang setelah meraih
kemenangan.

Pertama, Allah mengalihkan pandangan kaum muslimin untuk melihat segala kekurangan
akhlak yang masih ada pada diri mereka dan sebagainya, agar mereka berupaya untuk
menyempurnakan jiwa mereka dan membersihkannya dari kekurangan kekurangan
tersebut.

Kemudian, Allah memuji segala hal yang ada dalam kemenangan tersebut berupa
Pertolongan Allah secara ghaib kepada kaum muslimin. Hal itu dikemukakan kepada mereka
agar mereka tidak terpedaya dengan keberanian mereka, sehingga jiwa mereka menjadi

206
sombong. Bahkan agar mereka bertawakkal kepada Allah, menaati-Nya dan menaati
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kemudian, Dia menjelaskan tujuan mulia yang melandasi Rasulullah ‫ ﷺ‬terjun dalam
peperangan berdarah tersebut, dan menunjukkan kepada mereka sifat-sifat dan akhlak yang
dapat menyebabkan kemenangan dalam peperangan.

Kemudian, berbicara kepada kaum musyrikin, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi,


dan para tawanan perang. Dia menasehati mereka secara baik, dan membimbing mereka
untuk tunduk kepada kebenaran. Selanjutnya, berbicara kepada kaum muslimin seputar
masalah perampasan barang dan menetapkan prinsip-prinsip masalah tersebut kepada
mereka.

Setelah itu Dia menjelaskan dan menetapkan undang-undang peperangan dan perdamaian
yang sangat mereka butuhkan setelah dakwah Islam memasuki fase tersebut, sehingga
peperangan kaum muslimin berbeda dengan peperangan orang-orang jahiliyah. Kaum
muslimin memiliki kelebihan dalam hal akhlak dan nilai dan menegaskan kepada dunia
bahwa Islam bukan sekedar teori namun juga mendidik penganutnya secara praktis di atas
asas dan prinsip yang diserukan oleh-Nya.

Kemudian menetapkan beberapa ketentuan dari undang-undang negara Islam yang


menjelaskan tentang perbedaan antara kaum muslimin yang tinggal di dalam batas negara
Islam dan kaum muslimin yang tinggal di luar batas negara Islam.

Pada tahun kedua Hijriah diwajibkan *Shaum Ramadhan*, diwajibkan *zakat fitrah* dan
dijelaskan nisab-nisab zakat yang lain. Diwajibkannya zakat fitrah, serta meringankan beban
yang dipikul oleh sejumlah besar kaum Muhajirin, karena mereka adalah kaum fuqara yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di antara peristiwa yang terindah adalah *hari raya pertama* bagi kaum muslimin jatuh
pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah meraih kemenangan dalam Perang Badar.

Alangkah indahnya hari raya yang membahagiakan itu, yang Allah berikan kepada mereka
setelah mereka meraih kemenangan dan kemuliaan. Alangkah indahnya pemandangan
sholat Ied yang mereka lakukan setelah mereka keluar dari rumah-rumah mereka sambil
mengumandangkan takbir, tauhid, dan Tahmid. Hati mereka penuh dengan harapan kepada
Allah rindu kepada rahmat dan keridhaan-Nya. Setelah Allah berikan berbagai nikmat
kepada mereka dan didukung dengan pertolongan-Nya. Hal itu diingatkan kepada mereka
dengan firman-Nya: Quran surat

Al-Anfal 8:26 (‫)اﻷﻧﻔﺎل‬


‫ﱠ‬ ََ َ َ َ ُ ‫َ َ ُ ۡ َ ۡ ﱠَ َ ﱠ َ ُ ﱠ‬ َۡ َ ُ ۡ َ َ ُۡ ۡ ۤ ۡ
‫ﺎس ﻓﺎ ٰوﯨ ۡﻢ َو ا ﱠ ﺪ ۡﻢ ِﺑﻨ ۡ ٖە َو َرزﻗ ۡﻢ ﱢﻣ َﻦ اﻟﻄ ﱢﯿ ٰ ِﺖ‬ ‫َو اذ ُﺮ ۡوا اِ ذ اﻧﺘ ۡﻢ ﻗ ِﻠ ۡ ٌﻞ ﱡﻣ ۡﺴﺘﻀ َﻌﻔ ۡﻮن ِ ا ۡرض ﺗﺨﺎﻓﻮن ان ﯾﺘﺨﻄﻔ ﻢ اﻟﻨ‬
َ ۡ َ
‫ﻟ َﻌﻠ ۡﻢ ﺸﮑ ُﺮ ۡون‬

"Dan ingatlah para Muhajirin ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka
bumi (Mekah) kamu takut orang-orang Mekah akan menculik kamu maka Allah

207
memberikan kamu tempat menetap (Madinah), mendukung kamu dengan pertolongan-Nya
dan memberi rizki kamu dari yang baik-baik agar kamu bersyukur."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 84
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Berbagai Operasi Militer Antara Badar dan Uhud

Perang Badar merupakan awal pertarungan bersenjata antara kaum muslimin dan kaum
musyrikin, dan merupakan peperangan yang menentukan, kaum muslimin memperoleh
kemenangan besar yang diakui oleh seluruh orang Arab. Orang yang menyesali akibat
perang tersebut adalah mereka yang secara langsung memperoleh kerugian berat, yaitu
kaum musyrikin atau orang-orang yang memandang kemuliaan dan kemenangan kaum
muslimin merupakan pukulan telak terhadap eksistensi keagamaan dan perekonomian
mereka yaitu kaum Yahudi.

Sejak kaum muslimin meraih kemenangan dalam Perang Badar dua kelompok tersebut
menyimpan amarah terhadap kaum muslimin.
‫ﱠ‬ َ َ َُ َ ً‫ﱠ‬ ْ ‫َ َ ﱠ‬ ْ َ َ َُ َ ً ََ ‫َ َ ﱠ َ ﱠ ﱠ‬
‫ﻳﻦ ﻗﺎﻟﻮا ِإﻧﺎ‬‫آﻣﻨﻮا اﻟ ِﺬ‬ ‫َ ﻮا ۖ َوﻟﺘ ِﺠﺪن أﻗ َ َ ـ ُﻬ ْﻢ َﻣ َﻮدة ِﻟﻠ ِﺬﻳﻦ‬ ‫آﻣﻨﻮا اﻟ َﻴ ُﻬﻮد َواﻟ ِﺬﻳﻦ أ‬ ‫ﻟﺘ ِﺠﺪن أﺷﺪ اﻟﻨﺎس ﻋﺪ َاوة ِﻟﻠ ِﺬﻳﻦ‬
َ َ َ ‫ﱠ‬ ْ ْ ‫َ َ ﱠ‬ َ
‫ِ ُ ون‬ ‫ﻧ َﺼ َﺎر ٰى ۚ ذ ٰ ِﻟﻚ ِ ﺄن ِﻣﻨ ُﻬ ْﻢ ِﻗ ﱢﺴ ِﺴ َ َو ُرﻫ َ ﺎﻧﺎ َوأﻧ ُﻬ ْﻢ َ ْﺴﺘ‬

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-
orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya
kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu
disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta
dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.
Surah Al-Ma'idah (5:82)

Di Madinah terdapat para pendukung dua kelompok tersebut, dan mereka berpura-pura
masuk Islam tatkala tidak ada tempat lagi untuk meraih kewibawaan mereka. Mereka
adalah Abdullah bin Ubay dan teman-temannya, kelompok ketiga ini lebih besar lagi
kemarahannya daripada dua kelompok di atas.

Di samping itu terdapat kelompok keempat, mereka adalah orang-orang Baduy yang tinggal
di sekitar Madinah. Masalah kekufuran dan keimaman mereka tidaklah menjadi perhatian
bagi mereka, tetapi mereka adalah para perampok dan perampas. Mereka mulai goncang
karena kemenangan yang diraih kaum muslimin. Mereka khawatir akan tegak di Madinah

208
suatu negara yang kuat, yang akan menghalangi mereka untuk meraih kesuksesan atau
kekuatan melalui perampokan dan perampasan. Sehingga mereka pun membenci kaum
muslimin dan menjadi musuh mereka.

Perang Bani Sulaim

Berita pertama yang disampaikan oleh utusan dari Madinah kepada Nabi ‫ ﷺ‬setelah Perang
Badar adalah Bani Sulaim. Bani Sulaim ini berasal dari kabilah Ghathafan. Mereka
menggalang kekuatannya untuk menyerang Madinah.

Nabi ‫ ﷺ‬dengan pasukan kavaleri yang berkekuatan 200 personel mendatangi kabilah
tersebut di perkampungannya. Sesampainya beliau di wilayah mereka di daerah al-Kudr,
Bani Sulaim melarikan diri dan meninggalkan 500 ekor unta. Mereka meninggalkan untanya
di suatu lembah yang dikuasai oleh pasukan Madinah.

Unta-unta tersebut diambil seperlimanya oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Rasulullah membagikan unta-
unta tersebut kepada para sahabatnya. Setiap orang mempunyai dua ekor onta.

Beliau juga mendapatkan seorang budak yang bernama Yasar yang kemudian dibebaskan.

Di perkampungan Bani Sulaim tersebut Nabi ‫ ﷺ‬tinggal selama tiga hari. Kemudian beliau
kembali ke Madinah.

Peperangan tersebut terjadi pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah 7 hari setelah pulang
dari Perang Badar. Dalam peperangan tersebut Nabi ‫ ﷺ‬menyerahkan urusan Madinah
kepada Siba' bin Arfatah.

Persekongkolan untuk Membunuh Nabi Muhammad

Kekalahan kaum musyrikin dalam Perang Badar menimbulkan dampak yang mendalam.
Kaum Quraisy di Mekah menjadi marah dan mulai meluap-luap emosinya terhadap Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬.

Ada dua orang tokoh Quraisy yang melakukan persekongkolan untuk membunuh nabi
Muhammad ‫ﷺ‬.

Tidak beberapa lama seusai Perang Badar, Umair bin Wahab Al jami' dan Safwan Bin
Umayyah duduk bersama di sebuah batu. Umair adalah salah seorang *"Syaithan"* Quraisy
yang selalu menyakiti Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan para sahabat beliau ketika masih berada di
Mekkah. Sedangkan anaknya yang bernama Wahab bin Umair menjadi tawanan Badar.
Umair menyebutkan para tokoh korban perang Badar, lalu Sofwan berkata,

"Sesungguhnya setelah kematian mereka akan datang kehidupan yang baik."

Umair berkata kepadanya,

209
"Sungguh, kamu benar. Demi Allah, seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang,
dan tidak khawatir terlantar setelah aku mati, pasti aku akan mendatangi Muhammad dan
membunuhnya. Aku mempunyai alasan yaitu anakku yang menjadi tawanan mereka."

Safwan pun menjawab,


"Utangmu aku tanggung, aku yang akan melunasinya, dan keluargamu
bersama keluargaku selama mereka masih hidup. Hal itu tidak berat bagiku".

Umair kemudian berkata,


"Rahasiakanlah persoalan ini, Akan kulakukan,"

Selanjutnya Umair mengambil pedangnya, lalu dia berangkat ke Madinah. Ketika sudah
sampai di pintu masjid dia menderumkan untanya. Terlihat olehnya Umar Ibnul Khattab
yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang dari kaum muslimin tentang
kemenangan perang Badr.

Maka Umar berkata,


"Ini musuh Allah."
"Umair tidaklah datang kecuali untuk maksud jahat."

Kemudian Umar masuk mendatangi Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬seraya berkata,

"Wahai nabi Allah, Umair musuh Allah telah datang dengan menyandang pedangnya."

Nabi menjawab,
"Suruhlah masuk menemui aku."

Umar pun menemui Umair, dan sambil menarik tali pedang Umair ia berkata kepada
beberapa orang dari kaum Anshor,

"Masuklah, temui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan duduklah di sisi beliau, serta jagalah beliau dari orang
jahat ini, karena dia perlu diwaspadai."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 85
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Setelah melihatnya dan Umar memegang tali pedang yang berada di lehernya, Nabi
‫ ﷺ‬berkata,

210
"Lepaskanlah wahai Umar, dan mendekatlah hai Umair."

Umair kemudian mendekat dan berkata,


"Selamat pagi."

Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,
"Allah telah memuliakan kami dengan suatu penghormatan yang lebih baik dari
penghormatanmu hai Umair, yaitu dengan salam penghormatan penduduk surga."

Beliau kemudian bertanya,


"Hai Umair, ada keperluan apa kamu datang?"

Umair menjawab,
"Aku datang karena anakku menjadi tawananmu."
"Perlakukanlah ia secara baik."

Nabi ‫ ﷺ‬bertanya,
"Lalu untuk apa pedang yang ada di lehermu itu."

Umair menjawab,
"Semoga Allah memperburuk pedang tersebut. Apakah pedang ini berguna bagi kami?"

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Berkatalah secara jujur, kamu datang dalam rangka apa?"

Umair menjawab,
"Aku tidaklah datang kecuali untuk keperluan tersebut."

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Tidak, kamu dengan Safwan bin Umayyah telah duduk di sebuah batu, dan kalian telah
menyebut-nyebut tentang para korban Perang Badar dari kaum Quraisy, kemudian kamu
berkata, "Seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang dan keluarga, aku akan
keluar untuk membunuh Muhammad." Kemudian Sofwan menanggung hutang dan
menjamin keluargamu dengan syarat kamu membunuhku. Allah pasti menghalangi
rencanamu itu."

Umair berkata,
"Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah wahai Rasulullah, sebelumnya aku
mendustakan berita-berita langit yang Kau bawa kepada kami dan wahyu yang diturunkan
kepadaMu. Rencanaku ini tidak ada yang mengetahui selain aku dan Sofwan, demi Allah
aku mengetahui tidak ada yang memberitahukan padaMu kecuali Allah."

"Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan aku kepada Islam dan membawa aku ke
tempat ini kemudian mengucapkan syahadat secara benar."

Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu berkata

211
"Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkan Alquran kepadanya dan bebaskanlah
tawanannya."

Adapun Sofwan mengatakan,


"Bergembiralah dengan suatu peristiwa yang datang kepada kalian sekarang, pada hari-hari
yang akan melupakan kalian dari peristiwa Badar."

Dia bertanya tentang Umair kepada orang-orang yang berpergian, sehingga salah seorang
yang berpergian memberitahukan kepadanya tentang keislaman Umair.

Sofwan bersumpah untuk tidak berbicara kepadanya selamanya, dan tidak akan
memberikan suatu manfaat kepadanya selamanya.

Umair kembali ke Mekah dan tinggal di sana menyerukan Islam. Kemudian banyak orang
yang masuk Islam melalui dakwahnya.

Perang Bani Qainuqa

Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah
disebutkan bahwa beliau dan kaum muslimin sudah berusaha untuk melaksanakan isi
perjanjian tersebut.
Tetapi sebaliknya orang-orang Yahudi tak ada seorang pun yang mematuhi isi perjanjian.
Mereka selalu melakukan penghianatan sehingga meresahkan kaum muslimin.

Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi yang sangat kufur dan sangat
membenci serta dengki kepada kaum muslimin melewati beberapa orang sahabat
Rasulullah ‫ ﷺ‬dari kabilah Aus dan Khazraj yang berada dalam suatu majelis yang telah
menyatukan mereka.

Mereka sedang berbincang-bincang di dalam majelis tersebut. Melihat persatuan dan


hubungan baik sesama mereka di atas dasar Islam, telah membangkitkan kemarahan Syas
bin Qais. Dia berkata dalam hati,

"Para tokoh telah bersatu di negeri ini. Demi Allah, saya tidak akan bersama mereka Apabila
para tokoh mereka bersatu di negeri ini karena suatu ketetapan".

Ia kemudian menyuruh seorang pemuda Yahudi yang ikut bersamanya untuk mendatangi
mereka dengan mengatakan,

"Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka, kemudian Ingatkan akan
peristiwa Bu'ats dan peristiwa-peristiwa sebelumnya, dan alunkan kepada mereka beberapa
syair yang berisi tentang pertengkaran mereka."

Pemuda Yahudi itu pun melakukannya, maka kaum muslimin ketika itu menjadi bertengkar
sampai dua orang dari dua kabilah itu melompat ke atas suatu kendaraan lalu terjadi perang
mulut. Dua kelompok tersebut menjadi marah semuanya dan berkata,

212
"Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan."
"Senjata, senjata."

Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir terjadi peperangan.

Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu Beliau bersama para sahabat
mendatangi mereka seraya mengatakan,

"Wahai kaum muslimin, ingat Allah, Allah! Apakah kalian menyerahkan seruan jahiliyah
sementara aku masih di tengah-tengah kalian, setelah Allah menunjukkan kalian kepada
Islam dan memuliakan kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah,
menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan hati kalian?"

Mendengar itu semua, akhirnya kaum muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu
merupakan tipu daya setan dari musuh mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 86
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj,
kemudian meninggalkan tempat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan penuh ketaatan. Allah telah
memadamkan dari mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan
permusuhan di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah islam. Dalam
hal ini mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada
pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati
kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan


keuangan dengan mereka. Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang
mukmin dan tidak dapat melunasinya mereka mengatakan sesungguhnya hutangku
kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu,
apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu tidak akan kubayar lagi.

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud sekali pun mereka terikat perjanjian dengan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka
mau sadar, di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

213
Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di
medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh
maupun yang dekat. Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara
terang-terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah saat Kaab bin Asyraf, sebagaimana
halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok
Yahudi. Bani Qainuqa tinggal di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan
pembuat bejana. Dengan profesi tersebut setiap orang dari mereka memiliki alat-alat
perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang. Mereka adalah Yahudi Madinah yang
paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka
semakin brutal. Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap
muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita
kaum muslimin.

Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumpulkan mereka,


menasehati mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan
kesombongan mereka semakin menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas ‫ﷲ ﻋﻨﻪ‬ ‫ ر‬berkata,

"Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar,


beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata,
"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah kedalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang
telah menimpa kaum Quraisy."
Mereka mengatakan,
"Hai Muhammad, Janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy
mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam
َ
peperangan niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah ‫ﺗ َﻌﺎ‬
menurunkan ayat
ُ َ ُ َ ْ َُ َ ُ ُْ َ َُ َ
َ ْ ‫ون إ ٰ َﺟ َﻬ ﱠﻨ َﻢ ۚ َو‬ ُ
‫ﺲ اﻟ ِﻤ َﻬﺎد‬ ِ ِ ‫ﻗ ْﻞ ِﻟﻠ ِﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮوا ﺳﺘﻐﻠﺒﻮن وﺗﺤ‬

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan
akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.
Surah Ali 'Imran (3:12)
َ ُ َ ْ َ ٌ ْ َُ ٌَ َََ ََ ٌ َ َْ
‫ﻗﺪ ﺎن ﻟ ْﻢ آ َ ﺔ ِ ِﻓﺌﺘ ْ ُاﻟﺘﻘﺘﺎ ۖ َ ِﻓﺌﺔ ﺗﻘ ِﺎﺗ ُﻞ ِ َﺳ ِ ِﻞ ا ِ َوأﺧ َﺮ ٰى ِﺎﻓ َﺮة َﻳ َﺮ ْوﻧ ُﻬ ْﻢ ِﻣﺜﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َرأ َي اﻟ َﻌ ْ ۚ َوا ُ ُﻳ ﱢ ﺪ ِﺑﻨ ْ ِە َﻣ ْﻦ‬
ْ ً َ َ ‫ﱠ‬ َ
‫َ ﺸ ُﺎء ۗ ِإن ِ ذ ٰ ِﻟﻚ ﻟ ِﻌ ْ َ ة ِﻷو ِ اﻷ ْ َﺼﺎر‬

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu
(bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang
dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka.
Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.

214
Surah Ali 'Imran (3:13)

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk
berperang, tetapi Nabi ‫ ﷺ‬menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum
muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau
batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian
mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum
Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke
pasar Bani Qainuqa untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan
duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka
penutup mukanya. Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu secara diam-
diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita
Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian
belakangnya.
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian
berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu salah seorang dari kaum Muslimin
menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan membunuhnya.

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan


membunuhnya. Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum
muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.

Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa,
Rasulullah hilang kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin
Abdul Mundzir, menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib,
dan bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa.

Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng
benteng mereka.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 87
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat yaitu pada hari Sabtu
pertengahan bulan Syawal tahun kedua Hijrah.

215
Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal bulan Dzulqaidah. Allah timpakan
rasa takut ke dalam hati mereka.

Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukumannya yang akan diputuskan
oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬menyangkut budak, harta, istri, dan anak keturunan mereka.

Ketika itu Bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul memainkan peran kemunafikannya. Dia
mendesak Rasulullah ‫ ﷺ‬agar memaafkan mereka, dengan mengatakan,

"Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik". (Mereka adalah para
sekutu kabilah Khazraj yang salah seorang pemimpin nya adalah Abdullah bin Ubay).

Permintaannya itu tidak ditanggapi oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Abdullah bin Ubay mengulangi
permintaannya tetapi beliau berpaling darinya, sambil memasukkan tangannya ke dalam
baju besinya lalu berkata kepadanya,

"Tinggalkan aku!" Beliau marah dan wajahnya tampak berubah, lalu berkata lagi,
"Celakalah kau, tinggalkan aku!"

Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada keinginannya dan berkata,

"Tidak, demi Allah aku tidak akan meninggalkan Engkau sebelum Engkau memperlakukan
para sahabatku itu dengan baik."

"400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap
semua musuh-musuhku itu, apakah Engkau habisi nyawanya dalam waktu sehari? Demi
Allah aku betul-betul menghawatirkan terjadinya bencana itu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memperlakukan si munafik tersebut yang baru sebulan menampakkan


keislamannya dengan memberikan perhatian kepadanya.
Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya dengan syarat mereka harus keluar dari
Madinah dan tidak boleh hidup berdekatan dengan kota Madinah.

Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam, dan tidak lama kemudian sebagian besar
dari mereka meninggal dunia.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima harta kekayaan mereka. Dari harta tersebut beliau mengambil tiga
keping uang, dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima ghanimah. Orang yang
bertanggung jawab mengumpulkan ghanimah adalah Muhammad bin Maslamah.

Perang Sawiq

Ketika Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang munafik melakukan
makar, Abu Sufyan berfikir untuk melakukan suatu tindakan yang kecil resikonya, tetapi
jelas pengaruhnya.

216
Ia berupaya untuk segera melakukan tindakan untuk memelihara kedudukan kaumnya, dan
menunjukkan kekuatan mereka.

Abu Sufyan bernazar tidak akan membasahi rambutnya dengan air karena junub sebelum
menyerang Muhammad. Maka ia pun keluar membawa 200 tentara untuk memenuhi
nadzarnya.

Mereka tiba di suatu terusan yang menghadap ke gunung Naib, dari Madinah sekitar satu
barid atau 12 mil. Tetapi ia tidak berani menyerang Madinah secara terang-terangan.

Ia melakukan suatu tindakan seperti tindakan pembajakan yaitu memasuki pinggiran


Madinah secara sembunyi-sembunyi di tengah-tengah kegelapan malam.

Dia mendatangi Huyai bin Al-Khattab dan meminta dibukakan pintu, namun Huyai tak mau
dan merasa ketakutan. Kemudian ia mendatangi Salam bin Musykam, pemimpin Bani Nadlir
pada saat itu.

Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun diberi izin, diberi minum khamer dan
memperoleh informasi tentang keadaan kaum muslimin pada saat ini darinya.

Kemudian pada malam itu juga Abu Sufyan keluar dan menemui para sahabatnya, lalu
mengutus satu pasukan dari mereka dan menyerang suatu tempat di pinggiran kota
Madinah yang bernama Aridl.

Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan di sana mereka membunuh
seorang lelaki Anshor dan sekutunya yang sedang berada di kebun mereka. Setelah itu
mereka melarikan diri ke Mekah.

Peristiwa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah ‫ﷺ‬. Lalu Beliau segera mengejar Abu
Sufyan dan kawan-kawannya.

Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan sangat cepat, mereka melemparkan bekal
makanan mereka yang berupa tepung (sawiq) dalam jumlah yang banyak untuk
memperingan beban dan agar dapat lari lebih cepat lagi.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali pulang, dan kaum
muslimin membawa tepung (sawiq) yang dilemparkan oleh orang-orang kafir itu. Sehingga
peristiwa ini dinamakan dengan perang sawiq.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun kedua Hijriyah dua bulan setelah peristiwa
Badar.

Dalam perang ini Rasulullah menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul
Mundzir.

Bersambung

217
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 88
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Dzi Amar

Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬, sebelum
Perang Badar. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah.

Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬,
bahwa ada sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk
melancarkan serangan di pinggiran Madinah. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mendorong kaum
muslimin untuk keluar berperang, Kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang
berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada
Utsman bin Affan.

Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa'labah bernama


Jabbar. Ia pun dibawa kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬. Lalu Beliau menyerukan Islam kepada-nya, dan
ia pun masuk Islam.

Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum
muslimin menuju daerah musuh.

Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ketika mendengar kedatangan pasukan


kaum Muslimin. Nabi ‫ ﷺ‬bersama pasukannya sampai di tempat berkumpulnya mereka,
yaitu di Dzi Amar.

Di sana beliau tinggal selama sebulan penuh, Bulan Safar tahun ketiga Hijriah, untuk
menunjukkan kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar mereka
merasa takut. Setelah itu beliau kembali ke Madinah.

Pembunuhan Ka'ab Bin Al Asyraf

Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum
muslimin, paling keras gangguannya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyerukan untuk
memerangi beliau.

Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir.
Ia adalah seorang yang kaya raya, di kalangan orang-orang, terkenal dengan ketampanannya
dan juga seorang penyair.

Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di belakang perkampungan Bani Nadhir.

218
Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan
terbunuhnya para pemimpin Quraisy di Badar ia berkata,

"Apakah berita ini benar? Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja
manusia. Demi Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya berhasil menundukkan
mereka, perut bumi ini sungguh lebih baik daripada punggungnya."

Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak
untuk mencaci Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muslimin, memuji musuh-musuh kaum Muslimin,
dan membangkitkan mereka untuk memusuhi kaum Muslimin.

Ia tidak puas dengan sekedar berbuat seperti itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang
Quraisy dan singgah di tempat Al Muthalib Bin Abi Wada'ah ah Sahmi. Di sana ia
mengalunkan syair-syair ratapan para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan
ke dalam sebuah sumur badar.

Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan


kedengkian mereka terhadap Nabi ‫ﷺ‬, serta mengajak mereka untuk memeranginya.

Ketika berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin,

"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya?
Dan manakah yang benar jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya?

Ka'ab menjawab,
"Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik.

Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:


َ ‫ﻳﻦ ﻛ َﻔ ُﺮوا َﻫ ٰ ُﺆ َ ء أ ْﻫ َﺪ ٰى ﻣ َﻦ اﻟﺬ‬
‫ﻳﻦ‬
َ
َ ‫ﻮن ﻟﻠﺬ‬ ََُ ُ ‫ْ َ ﱠ‬ َ ُ ُْ َ َ َ ُ َ ََ ْ
ً ِ َ ُِ َ ِ ِ ‫ﺎب ﻳﺆ ِﻣﻨﻮن ِ ﺎﻟ ِﺠ ِﺖ واﻟﻄﺎﻏ‬
ِ ِ ‫ﻮت و ﻘﻮﻟ‬ ِ ‫أﻟﻢ ﺗﺮ ِإ اﻟ ِﺬﻳﻦ أوﺗﻮا ﻧ ِﺼ ﺎ ِﻣﻦ اﻟ ِ ﺘ‬
ِ ‫آﻣﻨﻮا ﺳ‬

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka
percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik
Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
Surah An-Nisa' (4:51)

Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian. Di dalam syair-syairnya


mulai berani merayu-rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti para sahabat dengan
kelancangan lidahnya yang keras.

Ketika itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Siapakah yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah
dan Rasulnya"

219
Maka Muhammad bin Maslamah bangkit dan mengatakan,
"Saya, wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila saya membunuhnya?"

"Ya," jawab Beliau.

Muhammad bin Maslamah mengatakan,


"Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)."

"Katakanlah," sahut Beliau.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 89
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengizinkan Muhammad bin Maslamah mengatakan apa saja yang ia ingin
katakan kepada Ka'ab bin Al Ashraf.

Muhammad bin Maslamah kemudian mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengatakan,

"Orang itu (yakni Muhammad ‫ ) ﷺ‬meminta shodaqoh kepada kami. Dia sangat
memberatkan kami."

Ka'ab berkata:
"Rupanya, engkau telah bosan kepadanya."

Muhammad bin Maslamah berkata,

"Kami telah mengikuti dia, dan kami tidak ingin meninggalkannya sampai kami melihat
sendiri bagaimana akhir persoalannya nanti. Kami menginginkan engkau bersedia memberi
pinjaman kepada kami satu atau dua wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60
gantang)."

"Baiklah tetapi engkau harus memberikan barang jaminan kepadaku," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,


"Jaminan apa yang kau inginkan?"
"Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai jaminan," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,


"Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami sementara engkau adalah orang
yang paling tampan."

220
"Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku," sahut Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,


"Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan. Mereka akan
mencela karena digadaikan dengan satu atau dua wasaq. Ini adalah aib bagi kami. Kami akan
menyerahkan senjata saja kepadamu sebagai barang jaminan."

Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab

Abu Na'ilah juga melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad bin maslamah. Dia
mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu berkata,

"Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu keperluan. Aku akan
mengatakannya hanya kepadamu, tetapi rahasiakanlah."

Ka'ab menjawab, "Baik akan kurahasiakan."

Abu Nailah berkata, "Kedatangan orang itu (yakni kedatangan Muhammad ‫ ﷺ‬di Madinah)
membawa bencana bagi kami. Kami dimusuhi oleh orang-orang Arab, kami diisolasi, kami
hidup serba susah, sehingga kami dan keluarga harus bekerja membanting tulang."

Selanjutnya saling dialog seperti dialog antara Ka'ab dan Muhammad bin maslamah.
Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Nailah mengatakan,

"Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang sependapat dengan aku. Aku ingin
membawa mereka kepadamu, lalu engkau memberi mereka yang berlaku baik dalam hal
tersebut."

Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu Naila telah berhasil mencapai
apa yang diinginkannya. Karena setelah dialog tersebut Ka'ab tidak mencurigai senjata dan
para sahabat yang mereka bawa.

Pada malam bulan purnama, malam ke 14 dari bulan Rabiul awal tahun ke-3 Hijriyah, tim
tersebut berkumpul menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬, beliau kemudian mengantar mereka sampai
ke Baqi' Gharqad, lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan,

"Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka."


Setelah itu beliau pulang dan terus melakukan sholat dan bermunajat kepada Rabbnya.

Tim itu pun tiba di benteng (tempat tinggal Ka'ab bin Al Ashraf) Abu Na'ila kemudian
memanggilnya, dan Ka'ab pun bangkit untuk mendatangi mereka.
Istrinya berkata,

"Mau kemana pada saat seperti ini? Aku mendengar seperti suara yang dapat meneteskan
darah."

Ka'ab berkata,

221
"Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara susuku Abu Na'ilah.
Sesungguhnya orang yang mulia itu apabila dipanggil untuk bertempur, pasti bersedia
menghadapinya."

Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang harum semerbak.

Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya,

"Apabila ia telah datang, aku akan membelai rambutnya dan menciumnya. Dan apabila
kalian melihat aku telah dapat memegang kepalanya, renggutlah dan bunuhlah dia."

Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara sejenak, kemudian Abu Na'ilah
berkata,

"Wahai Ibnu Ashraf, bagaimana kalau kita berjalan jalan di jalanan kampung untuk
berbincang-bincang menghabiskan malam-malam kita?"

"Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin Asyrof.

Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah perjalanan Abu Nailah berkata,

"Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini."

Kaab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia berkata,


"Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."

Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu?" "

"Boleh," jawab Kaab.

Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para
sahabatnya.

Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata,


"Bolehkah aku mengulanginya lagi?"

"Silahkan," jawab Kaab.

Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia berseru,

"Renggutlah musuh Allah ini!"

Seketika itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya tetapi tidak memberikan manfaat
sedikit pun.

Lalu Muhammad bin maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian
bawah perut lalu dia tekan sampai menembusnya.

222
Kaab pun terkapar dan mati seketika. Ketika itu Kaab meraung keras sehingga dapat
membuat ketakutan orang-orang yang berada di sekitarnya. Tidak lama kemudian, semua
lampu dalam benteng dinyalakan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 90
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tim itu kemudian kembali, Ketika itu Al Haris bin Aus terkena ujung pedang sebagian
sahabatnya sehingga terluka dan mengucurkan darah.
Setelah tiba di Hurrotul Aridl, ternyata Al Haris tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka
kemudian mencarinya, lalu mereka gotong.

Setelah tiba di Baqi' Gharqad, mereka bertakbir dan takbir mereka didengar oleh Rasulullah
‫ ﷺ‬. Sehingga, beliau mengetahui bahwa mereka telah berhasil membunuh Kaab, dan beliau
kemudian bertakbir.

Setelah mereka sampai di hadapan beliau, beliau berkata,

"Wajah kalian berseri-seri."

"Wajah Anda juga wahai Rasulullah." sahut mereka.

Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di hadapan beliau, dan beliau memuji
Allah atas terbunuhnya sang Thoghut itu. Beliau kemudian mengobati luka Al Haris dan
sembuh seketika itu juga.

Setelah orang-orang Yahudi mengetahui kematian pemimpinnya, Kaab bin Asyraf, mereka
sangat ketakutan. Mereka baru menyadari bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak segan-segan untuk
menggunakan kekuatan ketika nasehat sudah tidak diindahkan lagi oleh orang-orang yang
ingin menghancurkan keamanan, menimbulkan keresahan, dan tidak menghormati
perjanjian.

Mereka tidak berani bertindak sesuka hati, Bahkan mereka menunjukkan sikap seolah-olah
mentaati perjanjian. Mereka bersembunyi di benteng bagaikan ular yang terburu-buru
masuk ke dalam liangnya untuk bersembunyi.

Demikianlah untuk sementara waktu Rasulullah ‫ ﷺ‬dapat mencurahkan seluruh


perhatiannya dalam menghadapi berbagai bahaya yang kemungkinan muncul di luar
Madinah. Beban kaum muslimin semakin berkurang, sebagian besar masalah-masalah
intern mereka telah terselesaikan.

223
Ekspedisi Zaid Ibnul Harits

Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir dan paling berhasil yang dilakukan
oleh kaum muslimin sebelum Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir
Tahun ketiga Hijrah.

Urutan peristiwa tersebut adalah kaum Quraisy selalu dirundung kesedihan setelah
terjadinya peristiwa Badar. Ketika tiba musim panas dan musim dagang Islam telah dekat,
mereka dirundung kesedihan yang lain yakni perniagaannya merasa terancam.

Safwan Bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy,

"Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi perniagaan kita. Kita tidak tahu apa
yang harus kita perbuat terhadap mereka, karena mereka tidak membiarkan daerah pantai.
Penduduk daerah pantai berdamai dengan mereka, dan sebagian besar dari mereka telah
memeluk Islam. Kita tidak tahu cara menanggulangi, apa yang dapat ditempuh kalau kita
tetap tinggal dirumah.
Modal kita akan habis dimakan, sementara penghidupan kita di Mekkah tergantung pada
perniagaan kita ke Syam di musim panas dan ke Habasyah di musim dingin."

Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin Abdul Muthalib berkata kepada
Sofwan,

"Tinggalkan jalan lewat daerah pantai, dan ambillah jalan lewat Irak."

Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewati Najad sampai ke Syam, dan
melewati sebelah timur Madinah. Orang-orang Quraisy sangat tidak mengetahui jalur
tersebut, maka Al Aswad bin Abdul-Muththalib menyarankan agar menjadikan Farat bin
Hayyan dan Bani Bakar bin Wa'il sebagai pemandunya, dan dia sendiri adalah pemimpin
dalam perjalanan tersebut.

Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin Umayyah lewat jalan baru. Namun
berita tentang keberangkatan kafilah ini telah sampai ke Madinah. Sebab Khalid bin an-
Nu'man telah masuk Islam. Dia bertemu dengan Nu'aim Bin Masud Al Asyja'i (ketika itu
belum memeluk Islam) di sebuah tempat minum khamr (ketika itu khamr belum
diharamkan) Dalam kesempatan tersebut Shalith bin Nu'man mendengar informasi dari
Nu'aim bin Mas' tentang perjalanan kafilah Quraisy. Maka Salith bin Numan segera
menghadap Nabi ‫ ﷺ‬menyampaikan informasi yang didengarnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100 personil lengkap dengan
kendaraannya di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al Kilabi. Zaid pun segera berangkat, dan
di daerah Najad yakni di Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah.

Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan para pengawalnya melarikan diri
tanpa perlawanan.

224
Kaum muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat bin Hayyan. Dikatakan pula bahwa
kaum muslimin juga menangkap 2 orang yang lain. Mereka mengangkut bahan ghanimah
besar berupa perak dan barang-barang berharga lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua.
Barang itu nilainya sekitar 100.000.

Rasulullah ‫ ﷺ‬membagi-bagikan barang-barang ghanimah tersebut kepada para personil


ekspedisi itu, setelah beliau ambil seperlimanya, Farrat bin Hayyan akhirnya masuk Islam di
hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Peristiwa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi orang-orang Quraisy, sehingga
mereka semakin resah dan bertambah sedih. Di hadapan mereka tidak ada jalan kecuali dua
pilihan:

~ Menghentikan kesombongan dan mengambil langkah perdamaian dengan kaum muslimin

~ Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan kewibawaan mereka dan


melumpuhkan kekuatan kaum muslimin.

Namun mereka memilih langkah yang kedua sehingga tekat mereka semakin kuat untuk
melakukan tindakan pembalasan.
Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum muslimin dengan kekuatan
maksimal, semua itu, merupakan penyebab terjadinya Perang Uhud.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 91
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Abdullah Bin Ubay

Semua keberhasilan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu membuat hati Abdullah bin Ubay berubah semakin
sesak karena dengki.

"Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk menjadi pemimpin Madinah lagi seperti
dulu!" demikian pikirnya.
"Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad dari umatnya."

Abdullah bin Ubay mulai menyebarkan desas-desus,


"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi bagian harta rampasan kepada Utsman bin Affan?
Padahal, Utsman tidak ikut ke Perang Badar! Ini pasti karena Utsman lebih dicintai dari kita
semua!"

225
"Namun para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya
peringatan agar tidak menyebarkan desas-desus.

"Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar tinggal di
rumah dan merawat Rukayah, putrinya yang sedang sakit! Jadi, sebenarnya Utsman juga
berhak atas rampasan perang!" demikian kata beberapa sahabat.

Abdullah bin Ubay terdiam, tetapi ia pun mencari jalan lain. Kemudian disebarkannya
desas-desus,
"Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari harta dunia, tapi sebenarnya harta
tebusan yang banyak itu ia gunakan untuk makan dan minum enak serta memiliki perabotan
rumah yang mewah layaknya Kaisar Persia!"

Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay diam-diam mendatangi seorang
wanita Anshor dan menyuruhnya memberikan permadani yang indah dan sangat mahal
kepada Aisyah.
Tanpa ada rasa curiga, Aisyah yang masih muda dan lugu pun menerimanya dengan senang.

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar berita ini, beliau segera pulang dan menemui istrinya
Aisyah yang sedang duduk-duduk di atas permadani yang mahal itu. Wajah Aisyah berseri-
seri memiliki perabotan seindah itu.

"Aisyah, apa ini?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬

"Seorang wanita Anshor datang ke sini dan melihat tikarmu," jawab Aisyah.
"Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan permadani ini kepadaku."

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh Aisyah untuk mengembalikan permadani itu. Kemudian beliau tidur
di atas tikarnya yang biasa kembali.

Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri sebagai Muslim dia tetap bersikap keras
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, dan menganggap Rasulullah tidak adil karena dianggap telah
merampas kekuasaannya yang dipegangnya sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke Madinah.

Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan manusia dari ajaran Islam.

Tidur di atas Tikar

Umar Bin Khattab bergegas mendatangi rumah Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia ingin membuktikan bahwa
desas-desus yang disebarkan orang tentang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memiliki perabot mewah itu
sama sekali tidak benar.

Ketika Umar sampai di rumah Rasulullah ‫ﷺ‬, sama sekali tidak dilihatnya perabot-perabot
mewah yang didesas-desuskan itu. Rumah Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap seperti dulu, tidak ada sama
sekali yang berubah.

226
Mengetahui Umar Bin Khattab datang, Rasulullah ‫ ﷺ‬bangun dari atas tikarnya. Seketika itu,
Umar melihat bekas-bekas tikar yang kasar membekas pada tubuh Rasulullah ‫ﷺ‬. Tidak kuat
menahan haru akhirnya Umar menangis.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpaling heran lalu beliau bertanya lembut,

"Ya Umar, Apa yang menyebabkan engkau menangis?"

"Bagaimana aku tidak akan meneteskan air mata jika aku melihat bekas-bekas tikar itu
melekat pada tulang rusukmu. Hanya inilah harta kekayaanmu yang aku tahu. Sedangkan
Kaisar Romawi dan Persia hidup dalam gelimangan harta benda."

Rasulullah ‫ ﷺ‬merasakan betul kesedihan Umar. Beliau lalu menghibur Umar dengan
memberikan pelajaran bahwa nilai seseorang tidaklah ditentukan oleh harta kekayaan yang
dimilikinya, tetapi tergantung pada kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan
kepada orang lain. Kebajikan akan membuat seseorang menjadi kekal. Orang yang terus-
menerus melakukan kebaikan, akan menghasilkan buah kebaikan pula untuk selama-
lamanya.

Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬agar kita selalu bersyukur:

"Apabila di antara kamu sekalian melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa, maka
hendaklah ia melihat orang yang lebih rendah dari mereka, karena hal itu lebih pantas agar
kamu tidak merasa kekurangan nikmat yang Allah berikan kepadamu."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 92
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kesedihan Umar

Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda karena suaminya gugur. Rasulullah
‫ ﷺ‬berusaha meringankan beban para wanita itu dengan memberikan santunan dari hasil
rampasan perang. Bagi wanita yang masih muda, Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha menikahkan
mereka dengan sahabat lain yang mampu.

Hafshah putri Umar Bin Khattab, adalah salah seorang wanita muda yang ditinggali
suaminya yang telah syahid. Umar tentu sangat sedih memikirkan nasib putrinya. Maka, ia
pun pergi menemui Utsman bin Affan dan bertanya apakah Utsman bersedia menikahi
Hafshah?

227
"Maaf, saya sedang tidak bersedia untuk menikah lagi." demikian jawab Utsman.

Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah Abu Bakar bersedia menikahi
Hafshah. Namun, Abu Bakar diam saja. Dengan sedih, Umar Bin Khattab menemui
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengadukan nasib Hafshah serta penolakan kedua sahabatnya itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum menghibur,


"Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman."

Umar Bin Khattab menatap Rasulullah tidak mengerti. Siapakah yang lebih baik daripada
Abu Bakar dan Utsman?

Ternyata, Rasulullah sendiri yang melamar Hafshah.

Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Khattab meluap dengan kegembiraan yang
tidak terlukiskan. Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu Abu Bakar dan menyampaikan
berita gembira itu.

Abu Bakat berkata:


"Memang, Rasulullah sudah pernah membicarakan hal itu kepadaku. Karena itu, aku tidak
ingin membuka rahasianya. Andaikata saja beliau tidak meminang Hafshah, sudah tentu
akulah yang akan memperistrinya," demikian jawab Abu Bakar.

Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ‫ ﷺ‬maka saat itu Ibu kaum muslimin pun menjadi
tiga orang:

Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Rasulullah ‫ ﷺ‬menetap di tempat ketiganya secara bergantian.
Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar nasihat Rasulullah ‫ﷺ‬.
Pada Sore harinya, mereka kembali berkumpul dan menceritakan semua yang mereka alami
hari itu. Hal demikian menambah indah suasana rumah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sejak saat itu Umar Bin Khattab dengan gencar menganjurkan para sahabat yang lain agar
mau menikahi para janda syuhada.

Persiapan Perang Quraisy

Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan orang-orang Quraisy di Mekah sejak
kekalahan Badar. Akhirnya para pembesar mereka berkumpul di Darun Nadwah.

"Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual! Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk
menyiapkan Angkatan Perang agar kita bisa memukul Muhammad!" demikianlah usul
seorang pembesar.

Usul itu pun diterima dengan suara bulat.

228
Rapat-rapat perang terus diadakan. Ada yang berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut.
"Biar kaum wanita bertugas membakar kemarahan dan mengingatkan kepada korban-
korban Badar. Kita adalah masyarakat yang sudah bertekad mati tidak akan pulang sebelum
sempat melihat mangsa kita atau kita sendiri mati untuk itu!"

"Saudara-saudara Quraisy," demikian sahut yang lain,


"melepaskan wanita-wanita kita ke hadapan musuh bukanlah suatu pendapat yang baik,
Apabila kalian mengalami kekalahan wanita-wanita kita pun akan tertawan."

Tiba-tiba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak,

"Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali bertemu istrimu, itu sebabnya kamu
tidak berjuang mati-matian. Ya kami kaum wanita akan berangkat dan ikut menyaksikan
peperangan. Jangan ada orang yang menyerukan pulang seperti gadis-gadis kita dulu dalam
perjalanan ke Badar. Mereka disuruh pulang ketika sudah sampai di Juhfah. Akibatnya
orang-orang kesayangan kita terbunuh karena tidak ada orang yang dapat memberikan
semangat kepada mereka!"

Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan ikut dalam peperangan. Maka Hindun
memanggil Wahsyi seorang budak hitam dari Habasyah. Wahsyi terkenal sebagai pelempar
tombak yang lihai.

"Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil membunuh Hamzah," demikian kata Hindun.

Majikan Wahsyi Jubair bin Mut'im juga berkata,

"Kau juga akan ku bebaskan jika berhasil membunuh Hamzah. Paman ku telah dibunuh
orang itu dalam Perang Badar."

Pasukan Quraisy Berangkat

Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun berangkat. Mereka terdiri atas 3000
orang dengan 3000 unta. 200 di antaranya menunggang kuda dan 700 orang berbaju besi.
Di barisan belakang para wanita Mekah dan budak-budak perempuan yang cantik berjalan
mengiringi.
Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan wewangian semerbak. Di tengah-
tengah barisan wanita itu, berjalan Hindun binti Utbah dialah yang memegang komando
dari barisan wanita untuk menabuh rebana dan menyanyi.

"Kalian tidak boleh mendekati kami wahai kaum laki-laki," teriak Hindun. Sorot matanya
memancarkan kobaran api.

"Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki tidak boleh mendekati kami sebelum mereka
menumpas Muhammad dengan semua pasukannya sehingga kami dapat pulang sambil
menjinjing kepala Hamzah!"

229
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 93
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Semangat Quraisy

Semangat membalas dendam menyala berkobar-kobar di hati setiap tentara Quraisy.


Apalagi, mereka ingin memamerkan kemampuan tempur di hadapan bunga-bunga Quraisy
yang kini terus menyanyi mengorbankan semangat. Genderang bertalu-talu dan wewangian
nan semerbak merebak. Belum pernah sebelumnya orang-orang Quraisy berangkat perang
dengan tekad sekuat ini.

Di depan, Abu Sufyan memegang komando. Dua pasukan berkuda kavaleri yang dipimpin
Khalid bin Walid dan Iqlima Bin Abu Jahal mengawali Sisi kiri dan kanan.

Di dusun Abwa, beberapa prajurit Quraisy hampir saja membongkar kuburan Aminah,
ibunda Rasulullah ‫ﷺ‬. Untung para Pembesar Quraisy segera datang dan melarang.

"Nanti mereka juga akan membongkar makam-makam kita," cegah pembesar itu.

Pasukan tersebut terus bergerak semakin dekat ke Madinah, mereka sudah siap beraksi
bagai angin puyuh yang akan menerjang. Angin puyuh yang diliputi nyala api kemarahan dan
angan-angan kemenangan yang memabukkan.
Mereka mendekati Madinah dari dataran tinggi. Di tempat itu, gunung Uhud yang kasar
menggunduk bagai makhluk besar yang siap menerkam.

Kaum muslimin di Madinah pasti akan sangat terkejut, jika mereka tidak mengetahui
meningkatnya pasukan yang jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada pasukan yang pernah
mereka taklukan di Badar. Apakah kaum muslimin mengetahui gerakan ini?
Jika mereka mengetahui, strategi apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ? ﷺ‬Akankah beliau
memimpin kaum muslim bergerak menyongsong musuh atau bertahan di Madinah?

Kaum Muslimin Bermusyawarah

Paman Rasulullah ‫ ﷺ‬, Abbas bin Abdul Muthalib ikut dalam pasukan Quraisy itu. Ia memang
masih mencintai agama nenek moyangnya, tapi hatinya sudah semakin kagum kepada
keponakannya itu. Abbas ingat ketika ia diperlakukan dengan baik sebagai tawanan pada
Perang Badar.

230
Karena itulah sebelum pasukan Quraisy berangkat, diam-diam Abbas mengirimkan surat
kepada seorang Bani Ghifar untuk disampaikan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Surat ini berisi berita
pemberangkatan pasukan Quraisy.

Seorang utusan Abbas memberitakan keberangkatan Quraisy kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.


Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengajak para sahabat bermusyawarah.
Kita akan pergi ke luar kota atau menyongsong di dalam kota. Abdullah bin Ubay
mengatakan ingin bertahan di dalam kota.

Musyawarah membuat semua orang jadi mengetahui sepenuhnya bahaya dan kesulitan
yang mereka hadapi. Hal itu akan membuat anggota pasukan saling mempercayai. Setiap
orang akan menganggap dirinya benar-benar bagian dari pasukan, sehingga mampu
berjuang saling bahu-membahu.

Keberanian Para Pemuda

Para sesepuh Anshor angkat bicara,

"Ya Rasulullah, tetaplah tinggal di Madinah. Jangan pergi menghadapi musuh karena itu
berarti musuh sudah menang. Andaikata musuh yang datang menyerbu, kita pasti yang
menang. Biarkan saja mereka di sana mengepung kita. Jika mereka memaksakan diri
bertahan, berarti mereka justru berada dalam keadaan merugikan diri sendiri."

Sebetulnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar kaum Muslimin menyepakati usul ini. Para sesepuh
Anshor yang telah berjuang mempertahankan kota selama puluhan tahun tentu tahu benar
bahwa mereka lebih baik bertahan di dalam kota.
Namun tidak demikian halnya dengan para pemuda Muslim yang semangatnya sedang
menyala-nyala. Mereka terpukau atas kemenangan 300 orang sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬
menghadapi 1000 orang musuh pada Perang Badar.

Sebenarnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memang cenderung pada pendapat para sesepuh Anshar itu.
Akan tetapi, di balik itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mengetahui bahwa apabila mereka bertahan di
dalam kota, sangat mungkin akan terjadi penghianatan dari kaum munafik atau orang
Yahudi.

Tiba-tiba Bilal mengumandangkan adzan.


Rapat perang pun dihentikan dan Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin mereka melaksanakan shalat
Jum'at. Khutbah Rasulullah ‫ ﷺ‬kali itu berisi ajakan agar kaum muslimin menabahkan hati
untuk memperoleh kemenangan. Kemudian dimintanya kaum muslimin bersiap
menghadapi musuh.

Setelah sholat Jumat, rapat dilanjutkan lagi, Saad bin Khaitsama berkata,

"Semoga Allah memberikan kemenangan atau mati syahid.


Dalam perang Badar saya amat mendambakan mati syahid, tapi ternyata meleset. Justru
anak saya yang mendapatkannya. Semalam, saya bermimpi bertemu dengan anak saya dan

231
dia berkata, "Ayah susullah kami dan kita bertemu di dalam surga." Sudah saya dapatkan
apa yang dijanjikan Allah kepada saya."
"Ya Rosulullah, sungguh rindu saya akan menemui anak saya di dalam surga. Saya sudah tua,
tulang sudah rapuh. Saya ingin bertemu Allah."

Kata-kata itu semakin menguatkan semangat kaum Muslimin untuk menyongsong musuh ke
luar kota.

"Saya khawatir kamu akan kalah jika pergi ke luar kota," demikian Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Namun suara terbanyak kaum muslimin adalah agar mereka menyongsong musuh.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun segera mengetahui keputusan mana yang akan diambil.

Setiap pemuda tentulah tidak sama. Pemuda yang berangan-angan memiliki mobil mewah
uang yang banyak dan hidup berfoya-foya dengan pemuda yang bertekat buat dan kuat
untuk mewujudkan kemenangan serta kemuliaan Islam.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 94
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Baju Perang Rasulullah

Selepas sholat Asar, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar
dan Umar membantu Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenakan sorban, pedang, dan baju besi. Ketika
Rasulullah ‫ ﷺ‬di rumah para sahabat di luar sedang ramai kaum muslimin bertukar pikiran.
Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik
bertahan di dalam kota.

Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat menyongsong musuh ke luar.

"Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ‫ ﷺ‬berpendapat mau bertahan dalam kota namun tuan-
tuan berpendapat lain lagi dan memaksa beliau bertempur ke luar. Padahal lihatlah
Rasulullah ‫ ﷺ‬agak enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah soal ini ke tangan
Beliau. Apa yang diperintahkan-nya kepadamu, jalankanlah!"

Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin menyongsong musuh pun melunak.
Mereka sadar bahwa mereka telah menentang pendapat Rasulullah ‫ﷺ‬, padahal sangat
mungkin pendapat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu datang dari Allah. Maka ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬telah
keluar rumah sambil mengenakan baju besi, mereka berkata,

232
"Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan. Lakukanlah apa yang tuan
kehendaki. Juga kami tidak bermaksud memaksa tuan. Kami tahu bahwa kehendak tuan
َ َُ
mungkin berasal dari Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ

"Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-tuan, tetapi tuan-tuan menolak,"
demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan
menanggalkannya kembali sebelum Allah memberikan putusan antara dirinya dan
musuhnya. Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian ikuti.
Atas ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu."

Demikianlah, Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu memegang keputusan hasil musyawarah, keputusan


seperti itu tidak dapat dibatalkan oleh keinginan-keinginan tertentu. Keputusan hasil
musyawarah harus dilaksanakan dengan cara sebaik-baiknya.

Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬ke arah Uhud. Di suatu
tempat bernama Syaikhan dia berhenti. Dilihatnya dari kejauhan di atas pasukan tentara
yang belum dikenal, siapakah mereka itu? lawan atau kawan?

Kaum Muslimin Berangkat

Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ‫ﷺ‬,


"Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin Ubay."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam melawan orang-orang musyrik
sebelum mereka masuk Islam."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan Yahudi itu pulang ke Madinah. Sebelum pulang,


orang-orang Yahudi itu berkata kepada Abdullah bin Ubay,

"Kau sudah menasehati Muhammad dan Kau Berikan pendapatmu berdasarkan pengalaman
orang-orang tua dahulu. Sebenarnya, dia sependapat denganmu lalu ia menolak dan
menuruti kehendak pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."

Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat itu.

"Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku sudah menasehati Muhammad dan
dia tidak menurut, jadi sudah sepantasnya jika aku tidak ikut dalam perang ini.

Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus untuk
membuat hati sebagian orang menjadi ragu.

Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik
diri dari pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kembali ke Madinah menyusul pasukan Yahudi.

233
Kini tinggal Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 700 orang sahabat yang melanjutkan perjalanan ke
gunung Uhud untuk menyongsong musuh.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasihat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.

Saat itu pasukan muslimin sebenarnya sangat membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay
telah menggiring sebagian besar kuda dan dibawa pulang. Kini mereka semakin dekat ke
uhud.

Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan muslimin bergerak maju ke Uhud dan
memotong jalan sedemikian rupa, sehingga musuh berada di belakang mereka.
Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih dulu tiba di Gunung uhud sehingga bisa lebih
leluasa menempatkan pasukan.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasehat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.

Dalam Perang Badar pihak muslim hanya memiliki 3 ekor kuda ini berarti satu kuda untuk
setiap 100 orang namun berkat usaha keras Nabi dalam waktu 7 tahun pasukan muslim
memiliki 10000 ekor kuda untuk setiap 30.000 tentara berarti satu kuda untuk setiap 3
orang.

Penempatan Pasukan Panah

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengatur barisan para sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di


lereng gunung, kepada mereka Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi perintah,

"Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan pernah meninggalkan tempat ini.
Kalau kalian melihat kami dapat menghancurkan mereka sehingga dapat memasuki
pertahanannya, kamu jangan meninggalkan tempatmu. Jika kamu melihat kami yang
diserang, jangan pula kami dibantu, juga jangan kami dipertahankan. Tugas kamu adalah
menghujani pasukan berkuda mereka dengan panah. Dengan serangan panah itu pasukan
berkuda tidak dapat maju."

Selain pasukan pemanah, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar pasukan yang lain tidak
menyerang siapa pun, sebelum Beliau memberi perintah menyerang.

Pasukan Quraisy yang tiba belakangan, juga segera menyusun barisan. Sayap kanan
dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dikomando Ikrimah bin Abu Jahal.
Pasukan utama di tengah dipimpin oleh Abu Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul
Uzza Talhah bin Abi Talhah.

Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan rebana berjalan di tengah-tengah


barisan itu. Kadang mereka di depan dan kadang di belakang. Hindun binti Utbah Istri Abu
Sufyan berteriak-teriak,

234
"Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan belakang! hantamlah dengan segala yang
tajam!"

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 95
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh
kekuatan terbaiknya kepada lawan.
Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peristiwa Badar dan korban-
korbannya. Sementara itu yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah serta
pertolongan-Nya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi


pertempuran. Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan
mereka tabah.

Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya,

"Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?"

Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula diberikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Siapakah
kiranya pendekar muslim yang mendapatkan kehormatan untuk menggunakan pedang
Rasulullah ‫ ﷺ‬tersebut?

Abu Dujanah

Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya,

"Apa tugasnya, ya Rasulullah?"

"Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!" demikian jawab


Rasulullah ‫ﷺ‬."

Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memberikan pedang itu kepadanya.
Abu Dujanah adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-
temannya bergumam,

235
"Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!"

Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah
mengeluarkan pita merahnya itu. Pita itu diikatkan di kepala, kemudian ia berjalan dengan
angkuh dan berlagak di tengah-tengah pasukan seperti yang biasa ia lakukan apabila sudah
siap menghadapi pertempuran.

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda,

"Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seperti ini."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang


bendera pasukan. Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan didampingi
Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah
bin Jarrah.

Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al
Ausi. Ia sebenarnya berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekkah
untuk mengobarkan semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia tidak ikut dalam
Perang Badar. Kini a terjun dalam Perang Uhud dengan membawa limabelas orang dari
suku Aus. Selain itu beberapa budak penduduk Mekah juga bergabung dengan regunya.

Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus.
Menurut dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya dan
memihak Quraisy.

"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!" demikian panggilnya berkali-kali.
Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula,

"Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"

Kemudian pertempuran pun pecah!

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama 1 hari lebih baik daripada dunia
dan segala isinya!" Beliau juga berkata,

"Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada
di bagian terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus bertambah sampai hari
kebangkitan."

Pertempuran

700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik!

236
Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu
Jahal pun bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan muslim dari samping.
Namun, pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir
dan para pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang.

Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan
teriakan tempur Uhud yang terkenal. "Mati! Mati!"

Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak,


"Siapa yang akan berduel denganku?"

Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu
sampai terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi lega.
Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan muslimin. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan
pasukan muslim melancarkan serangan.

Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan. Barisan orang musyrik jadi kacau balau.
Kemudian ia melihat seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim dengan amat
keji.

Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali
ayunan. Tapi saat itu dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah
mundur dan menyerang ke arah lain. Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ‫ﷺ‬
dihantamkan pada seorang wanita.

Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih
mengingat kematian para pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum
wanita mengorbankan semangat.

Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan
dendam kematian seorang bapak, saudara suami, atau orang orang tercinta dari majikan
mereka.

Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar
dan kebebasan kepada seseorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi
mulai menjalankan tugasnya. Ia mengendap dengan lincah kesana kemari untuk mencari di
mana Hamzah bin Abdul-Muththalib berada.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 96
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

237
Syahidnya Hamzah

Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk Islam, Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud
dengan air mata duka dan penyesalan.

"Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan, aku berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku
adalah orang Habasyah yang jika sudah melemparkan tombak dengan cara Habasiyah,
jarang sekali meleset.

Ketika terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia. Kemudian, kulihat dia di tengah-
tengah orang banyak itu, seperti seekor unta kelabu sedang membabati orang dengan
pedangnya. Lalu tombak ku ayun-ayun kan, dan setelah merasa pasti sekali arah sasaran,
baru kulemparkan tombak itu tepat mengenai bagian bawah perut Hamzah dan keluar di
antara kedua kakinya. Kubiarkan tombak itu sampai dia mati. Sesudah itu ku hampiri dia dan
ku ambil tombak ku itu, lalu aku kembali ke markas dan berdiam di sana sebab sudah tidak
ada lagi tugas selain itu. Kubunuh dia hanya supaya aku dimerdekakan saja dari perbudakan.
Sesudah pulang ke Mekah, aku memang dimerdekakan."

Hamzah bin Abdul Muththalib adalah pahlawan Arab yang terkenal dan paling berani. Pada
Perang Uhud itu, ia yang menjelma menjadi singa Allah yang perkasa.
Dibunuhnya Artha bin Abdul Syurahbil dan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya. Setiap
lawan di hadapannya dirobohkan dengan pedangnya dan setelah itu dihadapinya lawan
yang lain.

Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa Hindun mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu
kemudian mengambil jantung Hamzah dan memakannya begitu saja, sambil menari-nari.

Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam keadaan tercabik-cabik.

Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi tidak semuanya mendapatkan surga.
Contohnya adalah Qusman. Ia adalah seorang munafik. Semula, Ia tidak berangkat perang,
tetapi para wanita menghinanya.

"Qusman tidak malu kau seperti perempuan saja, semua orang berangkat perang, sedang
kau berdiam diri dalam rumah!"

Dengan berang Qusman mengambil panah dan pedang, lalu pergi bertempur. Ia bertempur
dengan gagah dan berhasil membunuh banyak sekali lawan. Menjelang senja, setelah
membunuh paling sedikitnya 7 orang musuh, ia pun membunuh dirinya.

"Qusman, beruntung engkau mati syahid," ujar Abdul Khaidaq melihat Quzman sekarat.

"Tidak, jawab Qusman sebelum mati,


"Saya bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga kehormatan saya dan untuk
menjaga nama baik keluarga kami. Kalau tidak karena itu, saya tidak akan berperang."

238
Quraisy Terpukul

Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud pada pagi hari itu benar-benar di luar
dugaan. Benar sekali bahwa kemenangan pada pagi itu disebabkan kepandaian Rasulullah
‫ ﷺ‬dalam mengatur pasukannya. Beliau yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga
barisan berkuda musuh tertahan tidak bisa maju.

Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa kemenangan pagi itu disebabkan keimanan yang
sungguh-sungguh. Pasukan muslim begitu yakin bahwa mereka berada di pihak yang benar,
sehingga walaupun dengan perlengkapan yang minim, mereka dapat mendesak pasukan
musuh yang hampir 5 kali lipat lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat kepahlawanan yang tidak
bisa digunakan oleh kekuatan materi sebesar apa pun.

Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah kelabakan mulai mundur.


Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian tengah.
Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah berlarian mundur.

Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di sayap kanan yang masih menjaga diri di tempat
yang agak jauh. Kelihatannya, Khalid masih menghindarkan diri dari bentrokan dan ia
menunggu kesempatan baik untuk melancarkan serangan.

Kenangan pahit akan kekalahan Badar tiba-tiba terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy
yang berlarian mundur. Pasukan muslim mendesak terus sampai ke jantung pertahanan
musuh.

Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh bersimbah darah, orang lain segera
menggantikannya. Namun, Ia juga segera ditebas jatuh. Orang ketiga tampil bertahan tetapi
tidak lama kemudian Ia pun segera jatuh tak bernyawa.

Hindun berteriak-teriak memberi semangat dan berusaha mencegah orang-orang yang


mundur.
Pasukan Quraisy sudah tidak ingat lagi, bahwa mereka dikerumuni para wanita. Sudah tidak
peduli lagi melihat berhala-berhala yang mereka bawa agar memberikan restunya, tetapi
malah terjatuh dari atas unta.

Pasukan Quraisy tidak lagi memusingkan kenyataan bahwa wanita-wanita mereka akan
tertawan dan harta benda mereka yang jumlahnya melimpah itu akan dirampas musuh.
Semua dihantui rasa takut, Mundur! Mundur! Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu
yang mereka pikirkan.

Sayang sekali, Justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal.

Bersambung

239
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 97
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tergiur Harta

Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata.
Harta benda dan rampasan berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang
tangguh, Baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan
lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal, Belum lagi para wanita Quraisy yang dengan mudah
dapat mereka tawan.

Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. Harta yang
berserakan itu membuat mereka lupa bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka
harus terus mengejar musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga
tidak mampu berkumpul lagi untuk balas menyerang.

Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan
keinginan untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana.

"Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan tidak mendapatkan apa-apa?" tanya salah
seorang.

"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut
markas musuh. Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu."

Namun salah seorang membentak:

"Bukankah Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berpesan "Jangan meninggalkan tempat kita ini?"


"sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!" Bukankah demikian kata beliau?"

"Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghendaki kita tinggal di sini terus menerus setelah Allah
menghancurkan kaum musyrik itu."

Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu
jangan melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.
Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun
dari lereng gunung yang masih tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja.
Pasukkan yang bergegas turun itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut
memperebutkan harta rampasan.

240
Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau
kedisiplinan dan keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka
tengah melupakan iman dan memperebutkan harta dunia.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan
gagah.

Bencana

Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam
pertempuran, kini melihat kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk
bergerak. Khalid bergerak sekuat-kuatnya memberi Komando. Pasukan berkudanya pun
mulai bergerak. Semakin cepat dan semakin cepat. Mereka memutari gunung uhud yang
kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah. Dengan ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang
pasukan muslim dari belakang.

Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur
kini kembali lagi. Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat
untuk tidak membiarkan harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.

Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.
Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, setiap muslim melemparkan harta
yang telah mereka kumpulkan, dan kembali mencabut pedang. Namun sayang, sayang
sekali! Barisan Muslim sudah pontang-panting. Komandan-komandan kesatuan muslim
sudah tidak lagi melihat pasukannya, ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya
berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini berjuang tercerai-berai untuk menyelamatkan
diri. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat, kini berjuang tanpa
pemimpin lagi.

Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah
menghantam saudaranya sendiri dengan pedang. Keadaan tambah mengguncangkan Iman
ketika mendengar ada yang berteriak-teriak, "Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah
terbunuh !"

Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di
tempat aman. Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah dari awal,
seperti Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang lainnya.

**Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat
terjadi pemberontakan di mana-mana.
Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata,

"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan Kawan
sepergaulan ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang
ditembuskan kepada orang-orang kafir dan munafik.

Bersambung

241
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 98
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Terluka

Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬. terbunuh, seperti banjir, mereka mengalir
ke tempat di mana Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Semuanya berlomba ingin mengakui bahwa
merekalah yang membunuh Rasulullah ‫ ﷺ‬atau ikut memegang peranan di dalamnya. Tentu
hal itu akan dapat mereka banggakan sampai ke anak cucu mereka.

Ketika itulah, kaum muslimin yang berada di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬tersentak sadar.
Mereka bergerak mengelilingi, menjaga, dan melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬yang amat mereka
cintai. Iman mereka kembali tergugah memenuhi jiwa. Semangat mereka melambung lagi
untuk meraih surga. Kekhawatiran yang amat sangat akan keselamatan Rasulullah ‫ﷺ‬
membuat mereka kembali mendambakan mati. Hidup di dunia ini terasa tak ada artinya lagi
jika Rasulullah ‫ ﷺ‬gugur dalam lindungan mereka.

Saat itu, sebuah batu melayang dan menghantam wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Batu itu dilemparkan
oleh Utbah bin Abi Waqqash. Gigi geraham Rasulullah ‫ ﷺ‬rontok dan wajah beliau berdarah.
Bibir Rasulullah ‫ ﷺ‬pecah-pecah. Dua keping lingkaran topi besi yang menutupi wajah beliau
bengkok menghimpit pipi Rasulullah ‫ﷺ‬. Melihat hal itu, iman dan keberanian para sahabat
di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬semakin besar. Harga diri mereka sangat terluka melihat luka yang
dialami Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman batu yang demikian keras. Rasulullah ‫ﷺ‬
kembali dapat menguasai diri. Beliau terus berjalan ke tempat aman dikelilingi para sahabat
yang setia. tiba-tiba Rasulullah ‫ ﷺ‬terperosok ke dalam sebuah lubang. Lubang itu sengaja
digali oleh Abu Amir untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat, Ali bin Abi Tholib
menghampiri, meraih dan memegang tangan Rasulullah ‫ﷺ‬. Thalhah bin Ubaidillah
membantu mengangkat beliau hingga dapat berdiri kembali. Kemudian, bersama para
sahabatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan terus mendaki gunung Uhud. Tempat itu merupakan
satu-satunya peluang bagi beliau untuk menghindari kejaran musuh.

Keadaan mengenaskan yang menimpa Rasulullah ‫ ﷺ‬itulah yang menghidupkan kembali


semangat juang di hati para sahabat.

Rela Mati demi Rasulullah

Hari sudah menjelang tengah hari. Saat itu, Ummu Umaroh seorang muslimah
Anshar, tengah berkeliling membagikan air kepada kaum muslimin yang tengah berjuang.

242
Namun, begitu dilihatnya kaum muslimin mundur. Ummu Umarah melemparkan tempat
airnya. Ia mencabut pedang dan terjun ke dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu,
melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬walau harus mati. Ummu Umarah menebas musuh dan
menembakkan panah sampai tubuhnya sendiri dipenuhi banyak luka.

Sementara itu Abu Dujanah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah ‫ﷺ‬.
Beberapa panah yang melayang ke arah Rasulullah ‫ ﷺ‬tertahan di punggung Abu Dujannah.
Di samping Rasulullah ‫ﷺ‬, Saad bin Abi Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk
menahan musuh. Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan anak panah ke pada Saad sambil berkata,

"Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan Ibu bapakku untukmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terus menembakkan anak panah sampai ujung busurnya patah.

Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar Bin Khattab, tidak mengetahui kalau
Rasulullah ‫ ﷺ‬masih hidup. Mereka mengira Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur mengingat begitu
membanjirnya pasukan musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Keduanya pergi
ke arah gunung dengan kepala tertunduk pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kepada mereka,

"Mengapa kalian duduk-duduk di sini?"

"Rasulullah sudah terbunuh," jawab keduanya.

"Perlu apalagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah kita juga mati untuk tujuan
yang sama!"

Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir menyerbu musuh, bertempur dengan gagah tiada
taranya. Dia baru mendapatkan Syahid setelah ditebas 70 kali. Begitu rusak tubuh Anas bin
Nadhir sampai tidak seorang pun mengenali jasad nya kecuali adik perempuannya yang
mengenali Anas dari ciri yang terdapat pada ujung jarinya. Abu Sufyan yang yakin sekali
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur, sibuk mencari-cari mayat beliau di tengah korban-korban
Muslim.

Akhir Pertempuran

Ketika orang Quraisy berteriak-teriak bahwa Muhammad telah mati. Rasulullah


‫ ﷺ‬menyuruh para sahabat agar tidak membantahnya. Hal itu untuk menghindari lebih
banyak lagi serbuan musuh ke arah beliau. Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang mendekat,
ia mengenali Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika melihat mata Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berkilau di balik helm
bajanya, kemudian ia berteriak,

"Saudara-saudara kaum muslimin!" teriak Ka'ab amat gembira.

"Selamat! Selamat! ini Rasulullah ‫ﷺ‬."

243
Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi syarat agar Ka'ab berhenti berteriak. Kaum muslimin berdatangan
dan mengangkat Rasulullah ‫ ﷺ‬tercinta. Kemudian bersama-sama beliau mereka mendaki
gunung Uhud ke sebuah celah Bukit.

Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak Quraisy. Sebagian besar dari mereka tidak
mempercayai teriakan itu. Namun, ada beberapa yang segera pergi mengikuti rombongan
Rasulullah ‫ ﷺ‬dari belakang. Ubay bin Khalaf dapat menyusul rombongan Rasulullah ‫ﷺ‬
sambil bertanya,

"Mana Muhammad, Aku tidak akan selamat kalau dia masih hidup."

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil tombak Haris bin Shimma, lalu dengan sangat
cepat Rasulullah ‫ ﷺ‬melemparnya ke arah Ubay Bin khalaf. Ubay pun terhuyung-huyung di
atas Kudanya, lalu berusaha kembali pulang dan mati di tengah jalan.

Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit, Ali bin Abi Tholib pergi mengambil air. Air
dalam perisai kulitnya. Ali membasuh darah di wajah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyiram kepada
beliau dengan air.
Dua keping besi di pipi Rasulullah ‫ ﷺ‬dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah. Begitu
kerasnya sampai 2 gigi seri Abu Ubaidah tanggal.

Tiba-tiba pasukan berkuda Khalid bin Walid tiba di atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin
Khattab dan beberapa prajurit Muslim menyerang dan mengusir mereka untuk mundur.

Kaum muslimin telah begitu tinggi mendaki gunung, keadaan mereka begitu payah dan letih
sampai Rasulullah memimpin mereka sholat sambil duduk.

Pihak Quraisy amat gembira dengan kemenangan mereka. Mereka menganggap telah
sungguh-sungguh membalas dendam atas kekalahan di Badar.

Abu Sufyan berkata,

"Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 99
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Dukacita untuk Hamzah

244
Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun binti Utbah bersama wanita-wanita lain
menganiaya mayat kaum muslimin. Melihat semua itu Abu Sufyan menghampiri seorang
muslim dan berkata,

"Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan tetapi aku sungguh tidak senang
juga tidak benci. Aku tidak melarang, juga tidak memerintahkan."

Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum
muslimin kembali ke garis depan untuk menshalatkan dan menguburkan mayat-mayat para
syuhada. Rasulullah ‫ ﷺ‬berkeliling medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah. Ketika
dilihatnya jasad Hamzah sudah dianiaya dengan perut yang sudah terurai, beliau merasa
sedih, sedih sekali sampai beliau berkata,

"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti ini."


"Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku
seperti kejadian ini."

Selanjutnya beliau bersabda,

"Demi Allah kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan
mereka, akan ku aniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang
Arab."

Nah saat itulah turun firman Allah Quran surat An Nahl 16 ayat 126-127 yang artinya:
‫َو ْن َﻋ َﺎﻗ ْﺒ ُﺘ ْﻢ َﻓ َﻌﺎﻗ ُﺒﻮا ﻤ ْﺜﻞ َﻣﺎ ُﻋﻮﻗ ْﺒ ُﺘ ْﻢ ﻪ ۖ َوﻟ ْ َﺻ َ ْ ُﺗ ْﻢ ﻟ ُﻬ َﻮ َﺧ ْ ٌ ﻟ ﱠ‬
‫ﻠﺼ ِﺎﺑ َﻦ‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ

Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik
bagi orang-orang yang sabar.
Surah An-Nahl (16:126)
َ َ ُ َ َ ْ َ َ ‫َ ﱠ‬
‫اﺻ ِ ْ َو َﻣﺎ َﺻ ْ ُ ك ِإ ِ ﺎ ِ ۚ َو ﺗ ْﺤ َﺰن َﻋﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َو ﺗﻚ ِ ﺿ ْﻴ ٍﻖ ِﻣ ﱠﻤﺎ َ ْﻤ ُﺮون‬
ْ ‫َو‬

Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan
Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula)
kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Surah An-Nahl (16:127)

Setelah Firman itu turun Rasulullah ‫ ﷺ‬memaafkan pihak musuh. Ditabahkannya hatinya dan
beliau melarang orang melakukan penganiayaan.

Di jalan, Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar para wanita bani Asyhal menangisi para syuhadanya.

"Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul.

Mendengar ini Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani Asyhal menangis untuk Hamzah.

245
Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas menemui mereka dan bersabda,
"Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, Semoga Allah memberikan rahmat dan tidak
boleh menangis lagi setelah hari ini."

Abdullah bin Ubay

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang ke Madinah dengan beban pikiran yang cukup berat. Fatimah Az-Zahra
putri beliau membasuh luka-luka ayahnya dengan air.

Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu dikasihani dan dibebaskan kembali
memerangi kaum muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat lagi kata-kata Umar Bin Khattab dulu,


"Ya Rasulullah bunuh orang-orang ini agar tidak seorang pun berpidato mengobarkan api
kebencian terhadap dirimu."

Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Karena itu, beliau
memerintahkan untuk membunuh seorang tawanan yang tertangkap. Orang itu adalah
tawanan perang Badar yang sudah dibebaskan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memikirkan belas kasihan yang diberikan kaum muslimin kepada pihak
musuh. Semua muslim menahan pedang ketika mereka menemui Hindun di medan perang.
Padahal jika dia dibunuh tidak akan terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa.

Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya juga tidak tahu wajah Hamzah.
Hindunlah yang menunjukkannya.

Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga tidak akan kembali lagi untuk
menyerang, apabila tidak dikejar oleh Hindun dan diberitahukan bahwa kaum muslimin
tengah diserang Khalid bin Walid dari belakang.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke masjid. Di sana, beliau melihat ada tangis penyesalan
pasukan panah yang telah jelas-jelas melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.
Hati beliau amat lembut karena itu beliau memaafkan mereka semua.

Sebelum itu di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay tengah berpidato agar orang-orang
mencintai Rasulullah ‫ﷺ‬.
Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300 Orang prajurit kembali ke
Madinah. Beberapa sahabat yang ikut ke Uhud melompat ke arah Abdullah bin Ubay, lalu
menarik bajunya sampai terhuyung-huyung.

"Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan kepada orang-orang agar
patuh dan cinta kepada Muhammad?" demikian Abdullah bin Ubay menjerit.

246
Umar Bin Khattab meminta izin untuk membunuh si penghianat itu, namun sekali lagi
Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang nya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 100
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Mengejar Musuh

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik dan


orang-orang Yahudi mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud.

"Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas
kerasulannya maka apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?"

Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin akan kuat seperti sedia kala.
Sehari setelah perang Uhud Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan seorang muadzin nya untuk
kembali mengumpulkan pasukan. Namun hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut.
Tujuannya untuk memburu pasukan Abu Sufyan yang belum lagi tiba di Mekah.

Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat sampai ke telinga Abu Sufyan.
Seketika itu juga ketakutan melanda pasukan Mekah mereka mengira kaum muslimin
berangkat dari Madinah dengan bantuan baru. Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh
dari Mekkah.

Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad
Al Khuza'i yang saat itu belum masuk Islam. Ia baru saja melewati tempat pasukan Madinah
berkemah. Abu Sufyan bertanya tentang keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab,

"Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu dalam jumlah
yang belum pernah kulihat semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut, sekarang
menggabungkan diri dengan dia. Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram
kepada orang-orang yang hendak membalas dendam!"

Kebingungan melanda Abu Sufyan Apa yang harus saya lakukan sekarang ini.

Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja.
Padahal baru saja mereka merebut kemenangan. Namun apabila mereka memaksakan diri
kembali menghadapi kaum muslim, Abu Sufyan yakin mereka tidak akan mampu
menghadapi kemarahan musuh. Karena itu Ia melakukan sebuah siasat licik.

247
Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah suku Abdul Qais yang sedang menuju
Madinah, kafilah Itu diminta memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui pasukan
Islam di Hambra Al-Assad dan akan menyerang habis-habisan.

Mendengar itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan
api unggun. Namun pada saat yang sama orang-orang Quraisy terus pulang ke Mekah.

Pasukan Abu Salamah

Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena
ternyata musuh tidak berani kembali untuk menghadapi mereka. Akan tetapi, segera tersiar
berita bahwa Tulaihah dan Salamah bin khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk
menyerang Madinah dan menggempur Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai ke rumahnya sendiri.
Selain itu tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang
digembalakan di ladang-ladang sekeliling Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera bertindak, beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang
memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya
bersembunyi. Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang.

Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ‫ ﷺ‬secermat dan
secepat mungkin. Ia pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam keadaan
tidak siap.

Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena tiba-tiba saja tanpa
peringatan, pekik takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka.
Banu Assad berusaha bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur
sambil membawa apa pun yang bisa dibawa.

Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar.

Sementara itu ia dan pasukan ketiga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali
dengan membawa harta rampasan.

Seperti yang sudah diatur dalam Islam seperlima harta rampasan itu diberikan untuk
Rasulullah ‫ﷺ‬, orang-orang miskin, dan orang orang yang kehabisan bekal di perjalanan.
Sisanya dibagikan kepada anggota pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan
membawa kemenangan.

Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama, sesudah itu, luka-lukanya pada perang
Uhud kembali ternganga dan ia syahid karenanya.

248
Judi dan Minuman Keras

Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa.
Namun kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang
sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih
kemakmuran. Mereka membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak
sekali minuman keras.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki
muslim yang datang ke rumah-rumah judi. Mereka banyak menghabiskan uang untuk
berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh
kekalahan pada perang Uhud dan lepasnya harta rampasan yang sudah mereka kumpulkan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 101
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahaya dari keadaan ini. Yahudi Bani Nadhir berhasil
memanfaatkan kekecewaan orang muslim pada perang Uhud dan mereka meraih banyak
sekali keuntungan. Hampir setiap malam, rumah-rumah judi itu dipenuhi orang. Keadaan ini
tidak saja akan membuat muslimin kehilangan banyak uang. Tetapi juga akan membuat
hancur misi mereka untuk menjadi umat yang terbaik. Bisnis jelek orang Yahudi ini tidak saja
akan membuat orang miskin, tetapi juga menghancurkan jiwa manusia.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyerukan bahwa judi dan khamer dilarang. Orang-orang Bani
Nadhir segera mengajukan protes,

"Muhammad, kebijakan mu akan membuat kami bangkrut. Kalau memang demikian,


Ijinkanlah kami berdagang dengan orang Quraisy agar produksi Khamer dan peternakan
babi kami tidak gulung tikar!"

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghiraukan protes itu. Beliau tidak peduli dengan
hancurnya pabrik-pabrik khamer dan peternakan babi. Semua itu tidak ada artinya
dibandingkan hancurnya jiwa para sahabatnya akibat judi dan mabuk-mabukan.

Yahudi Bani Nadhir mengancam akan memutuskan perjanjian dan akan menjual senjata
kepada orang-orang Quraisy,
Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap pada pendiriannya. Kaum muslimin sejak itu diharamkan berjudi dan
mabuk-mabukan. Apalagi masih sangat banyak masalah yang harus dihadapi.
Lebih dari 70 keluarga Syuhada Uhud masih menangisi kepergian anggota keluarganya.

249
Khamer adalah minuman yang diharamkan. Yang termasuk Khamer adalah minuman keras,
minuman yang memabukkan, minuman yang membahayakan yang dibuat dari semacam
buah-buahan dan lain-lain.

Ummu Salamah

Untuk menghibur hati para sahabat dan keluarganya yang ditinggalkan para syuhada,
Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu menegaskan bahwa mereka memiliki masa depan gemilang. Mereka
harus yakin bahwa kebenaran yang mereka perjuangkan akan menang. Kaum muslimin
harus kembali giat bekerja. Benih-benih di ladang sudah menunggu untuk ditanam dan
kemudian dituai.

Kaum muslimin yang masih hidup semestinya menjadi pelipur lara. Anak-anak juga ada yang
kehilangan ayah mereka. Maka dari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat menganjurkan, agar para
sahabatnya senantiasa menolong orang lain karena sesungguhnya orang yang bisa
menolong nasib para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan
Allah atau seperti orang yang mengerjakan shalat pada malam hari dan shaum pada siang
hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menemukan para sahabat yang bersedia menikahi para janda
syuhada, tetapi ada juga janda yang dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin menikah
lagi. Janda itu adalah Hindun bin Umayyah istri almarhum Abu Salamah. Usianya baru 30
tahun, cerdas, anggun, dan bijaksana. Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berusaha agar Ummu Salamah,
demikian ia dipanggil, mau menerima lamaran para sahabat terkemuka, baik dari Anshar
maupun Muhajirin, bahkan Umar Bin Khattab dan Abu Bakar As Siddiq pun mengajukan
lamaran. Namun semua itu ditolak oleh Ummu Salamah.

Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah, demikian selalu yang ia katakan.
Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu bahwa sebetulnya Ummu Salamah dan anaknya sangat memerlukan
perlindungan seorang laki-laki, hanya saja Ummu Salamah sulit melepaskan diri
dari bayang-bayang Abu Salamah yang sangat dia cintai.

Karena tidak ada jalan lain Rasulullah ‫ ﷺ‬pun mengajukan diri untuk menjadi suami Ummu
Salamah. Awalnya Ummu Salamah menolak, alasannya dirinya sudah tua dan pencemburu,
namun Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan bahwa beliau bahkan sudah berusia dua kali lipat dari
Ummu Salamah. Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mendoakan agar Allah menghilangkan sifat pencemburu
dari hati Ummu Salamah.

Akhirnya Ummu Salamah pun bersedia menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬. Menjadi Ibu bagi seluruh
kaum Mu'minin.
Demikianlah dengan terjun memberi contoh akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat banyak janda
miskin dan anak yatim tertolong dan terlindungi masa depannya.

Ustman bin Affan Membeli Sumur

250
Di Mekah orang-orang Quraisy menggembar-gemborkan kemenangan mereka dalam Perang
Uhud. Mereka menyuruh para penyair mengumandangkan kemenangan itu, sekaligus
mengejek Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin.

Suasana kegembiraan mewarnai hampir seluruh rumah di Mekah, penyanyi dan penari
terdengar di setiap halaman. Khamar dituangkan, hewan-hewan disembelih, dan orang-
orang Arab dari berbagai penjuru diundang untuk merasakan kegembiraan itu.

Uang yang sangat besar diberikan kepada penyair-penyair suku lain yang bersenandung
mengejek Rasulullah ‫ﷺ‬. Para penyair itu juga membakar semangat orang untuk
mengerahkan seluruh kekuatan untuk menghadapi kaum muslimin setahun yang akan
datang.

Semua ini bergema di seluruh pelosok Jazirah. Beberapa suku yang tadinya takut kepada
kaum muslimin kini mulai berani mengangkat wajah. Getaran semangat ini juga dirasakan
kaum Yahudi di Madinah. Oleh sebab itu timbullah keberanian mereka untuk meremehkan
Rasulullah ‫ﷺ‬, terutama di kalangan Yahudi Bani Nadhir.

Sejak Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang pengikutnya pergi ke rumah-rumah judi, kemarahan Bani


Nadhir semakin memuncak. Puncaknya, salah seorang hartawan Bani nadhir telah melarang
kaum muslimin mengambil air dari sumur yang dimilikinya.

Kaum muslimin tersentak dengan perlakuan ini. Kini, harga segelas air lebih mahal dari
sebotol khamer. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menganjurkan para sahabatnya yang berharta untuk
membeli sumur tersebut.

Utsman bin Affan-lah yang pertama kali menyambut seruan ini. Namun orang Yahudi itu
menolak menjual lebih dari setengah sumurnya. Usman menaikkan tawaran harga sebuah
sumur itu tiga kali lipat harga sumur biasa. Begitu orang Yahudi itu mengizinkan, Utsman bin
Affan segera menghibahkan separuh sumur ini kepada kaum muslimin. Semua orang boleh
mengambil air untuk diri sendiri maupun ternak tanpa harus membayar.

Rasulullah ‫ ﷺ‬amat bahagia dengan tindakan Utsman ini, sehingga beliau berucap,

"Sesudah ini tidak ada bahaya apa pun bagi Utsman untuk setiap hal yang dilakukannya."

Tindakan Utsman bin Affan merupakan buah dari rasa persaudaraan yang tulus.
Persaudaraan seperti ini akan melahirkan muslim yang saling mengutamakan, saling
menyayangi dan memaafkan saling membantu dan saling melengkapi antara yang satu
dengan lainnya.

Namun suku-suku yang membenci kaum muslimin pun mulai berulah dengan berbagai
siasat kejam dan licik.

Bersambung

251
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 102
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Peristiwa Ar Raji

Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu siap mengirim para sahabatnya untuk mengajarkan Islam kepada setiap
suku yang memerlukan. Karena itu dengan prasangka baik Rasulullah memenuhi permintaan
Bani Hudzail.
Saat itu utusan Hudzail berkata,

"Muhammad di kalangan kami ada beberapa orang Islam, kirimkanlah beberapa orang
sahabat Tuan bersama kami yang kelak akan dapat mengajarkan hukum Islam dan Alquran
kepada kami.

Enam orang sahabat besar diutus dan pergi bersama rombongan penjemput dari Hudzail.
Penghianatan terjadi ketika mereka sampai di pangkalan air Ar Raji milik Bani Hudzail, Enam
orang sahabat itu dikepung. Begitu sadar bahwa mereka masuk dalam perangkap, keenam
dai itu mencabut pedang. Hanya senjata itu yang mereka bawa namun di wajah mereka
tidak terlihat terasa gentar sedikit pun.

Orang-orang Hudzail berkata,

"Demi Tuhan, kami tidak ingin membunuh kalian. Kalian akan kami jual kepada penduduk
Mekah sebagai tawanan. Kami berjanji Atas nama Tuhan kami bahwa kami tidak bermaksud
membunuh kalian, karena itu menyerahlah."

Keenam sahabat itu saling berpandangan mereka menyadari bahwa apabila mereka dibawa
ke Mekah sebagai tawanan, mereka pasti akan disiksa habis-habisan dan dibunuh. Itu
berarti penghianatan besar yang lebih berat daripada pembunuhan biasa.

Setelah saling sepakat dalam hati, salah seorang sahabat menjawab,

"Kami tidak akan menyerah, lakukan apa yang kalian mau kami sudah siap bertarung
membela kehormatan agama dan nabi kami."

Maka orang-orang Hudzail yang jauh lebih banyak jumlahnya itu pun menyerang. Keenam
sahabat itu bertarung dengan gigih, pedang mereka ayunkan dengan tangkas untuk
menebas hujan panah atau menangkis tusukan tombak. Pertarungan tidak seimbang itu pun
berakhir, tiga orang syahid dan tiga orang lagi berhasil ditangkap hidup-hidup.

252
Mereka yang ditangkap itu adalah Abdullah bin Thariq, Zaid bin Adatsinah, dan Khubaib bin
Adiy. Kemudian mereka segera dibelenggu dengan kuat dan dibawa ke Mekah.

Namun di tengah jalan Abdullah bin Thariq berhasil melepaskan diri dari pengikat.

"Harus ada yang memberitahu Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang penghianatan ini!" demikian pikir
Abdullah.

"Aku harus berusaha meloloskan diri sekarang, namun jika gagal aku sudah siap menyusul
ketiga temanku yang lain ke akhirat."

Zaid bin Adatsinah

Abdullah bin Thariq menyerang seorang pengawal dan berhasil merebut pedangnya.
Dengan pedang itu ia berusaha merebut seekor kuda, namun orang-orang Hudhail segera
pulih dari rasa terkejutnya. Mereka mengambil batu dan melempari Abdullah dari belakang.
Batu-batu sebesar kepalan tangan menghantam tubuh dan kepala sahabat mulia itu.
Abdullah jatuh bersimbah darah dan gugur dalam keadaan yang sangat diimpikan setiap
muslim. Syahid membela agama.

Kedua tawanan yang lain terus dibawa ke Mekah dan dijual. Zaid bin Adatsinah dijual
kepada Shafwan bin Umayyah.

"Aku akan membunuhnya sebagai balasan terbunuhnya ayahku di tangan mereka," geram
Safwan dengan mata menyala-nyala.

Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf dibunuh Bilal bin Rabah dalam Perang Badar.

"Nastas," panggil Shafwan keras-keras.

Seorang Budak berbadan tegap datang.

"Siksa dan bunuh orang ini," perintah Shafwan kepada Nastas.

"Bawa dia ke tempat di mana semua orang bisa melihatnya!" ujar Shafwan.

Zaid pun diseret-seret melalui jalan-jalan di Mekah. Sebagian orang menyoraki dan
mencemoohnya. Sebagian lain menaruh kagum, dalam hati melihat ketabahan Zaid. Tak
terlihat sedikit pun rasa takut di wajah Zaid.

Di tengah siksaan itu, Zaid tetap tampak berwibawa dan teguh seperti Bukit Cadas.
Di tempat Zaid akan dibunuh, Abu Sufyan datang mendekat.

"Zaid, orang segagah engkau tidak pantas mati begini," ujar Abu Sufyan.

253
"Bersediakah engkau memberikan tempatmu itu pada Muhammad? dia-lah yang harus
dipenggal lehernya, sedang kau dapat kembali kepada keluargamu!"

Zaid menatap Abu Sufyan seakan heran dengan pertanyaan itu.

"Tidak," jawab Zaid.

"Seandainya Rasulullah ‫ ﷺ‬di tempatnya sekarang ini akan menderita karena tertusuk duri
sekali pun, sedang aku ada di tempat keluargaku, aku tidak akan rela!"

Abu Sufyan terpana sambil menggeleng kagum. Ia berkata,

"Belum pernah aku melihat seorang begitu mencintai sahabatnya sedemikian rupa seperti
sahabat-sahabat Muhammad mencintai Muhammad."

Zaid pun dipenggal. Ia gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Rasulullah.

Diriwayatkan oleh Tabrani dari Ibnu Abbas Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda sekuat-kuat ikatan iman
َ ُ َ ُ cinta karena Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤ َﺎﻧ ُﻪ َو َﺗ َﻌﺎ‬dan
adalah persaudaraan karena Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬,
َ َُ
membenci karena Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 103
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Khubaib bin Adiy

Khubaib bin Adiy sedang berada di dalam penjara. Orang-orang Mekah menyeretnya keluar
untuk disalib di hadapan umum.

Sebelum naik kayu salib, Khubaib bertanya,

"Dapatkah kamu membiarkan aku sekedar melakukan shalat dua rakaat?"

Permintaan itu dikabulkan. Khubaib melakukan sholat dua rokaat dengan baik dan
sempurna. Setelah sholat ia membalikkan badannya, menghadapi semua orang. Lalu
berkata,

"Kalau bukan karena kamu akan menyangka aku sengaja memperlambat karena takut
dibunuh, niscaya aku masih akan shalat lebih banyak lagi."

254
Setelah itu, orang-orang Quraisy menaikkan ke atas tunggak kayu.

Dengan mata sayu, Khubaib memandangi orang-orang yang menontonnya sambil berseru,

"Ya Allah hitungkan jumlah mereka itu, binasakan mereka dalam keadaan tercerai berai,
jangan biarkan hidup seorang pun!"

Mendengar suara yang keras itu, para penonton gemetar. Sebagian dari mereka bahkan
merebahkan diri seolah-olah takut terkena kutukan. Sesudah itu, Khubaib dibunuh.

Seperti halnya Zaid, Khubaib pun gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Allah
َ َُ
‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ Dua roh suci ini melayang memasuki surga yang dijanjikan.

Seandainya mau, terus saja mereka dapat menyelamatkan diri mereka. Keduanya tinggal
berkata bahwa mereka akan kembali ke agama nenek moyang, dan orang-orang Quraisy
bersenang hati menerima para prajurit segagah mereka.
َ َُ
Namun keyakinan keduanya kepada Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬dan hari kemudian sudah sedemikian
tinggi. Keimanan mereka sudah sekokoh karang dan tidak bisa lagi dikikis oleh siksaan atau
tawaran harta duniawi.

Mereka melihat maut bukan sebagai akhir segalanya, namun justru sebagai cita-cita hidup di
dunia ini. Lagi pula mereka yakin bahwa darah mereka yang tumpah akan memanggil-
manggil saudara-saudara muslim mereka supaya memasuki Kota Mekah sebagai pemenang.

Saudara-saudara muslim mereka akan menghancurkan pertahanan dan perbuatan syirik.


Kesucian sebagai rumah Allah akan dipulihkan. Tidak ada lagi nama berhala yang disebut
kecuali nama-nama Allah yang Mahasuci.

Rasulullah Berduka

Rasa duka menyelimuti Madinah, awan tampak bergumpal-gumpal. Mendung di hati


Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin membuahkan air mata duka yang membasahi pipi.
Penyair Rasulullah, Hasan bin Tsabit membacakan syair-syair duka untuk mengenang
kepergian enam orang syuhada itu.

Beban di benak Rasulullah terus bertambah berat. Beliau khawatir kejadian seperti itu akan
terulang lagi. Orang-orang Arab yang masih membenci kaum muslimin akan terdorong
melakukan hal serupa di kemudian hari.

Tiba-tiba datanglah Abu Bara Amir bin Malik seorang pemuka masyarakat di daerah Najd.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menawarkan kepadanya, agar ia mau memeluk agama yang mulia ini.
Namun Abu Bara menolak.

255
Meskipun demikian Abu Bara tidak menunjukkan sikap yang memusuhi Islam. Ia bahkan
berkata,

"Muhammad saya mempersilahkan engkau mengutus sahabat-sahabatmu ka Najd dan


mengajak mereka itu mau menerima ajaranmu.
Saya berharap banyak orang yang akan memeluk Islam."

Ini adalah sebuah peluang besar, namun Rasulullah ‫ ﷺ‬masih khawatir. Beliau takut akan
terjadi penghianatan lagi terhadap para sahabatnya. Dia tidak bisa segera menjawab
permintaan Abu bara. Melihat keraguan di wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Abu Bara pun mengerti.

"Saya menjamin mereka!" tegas Abu Bara.


"Kirimkanlah utusan ke sana untuk mengajak mereka menerima ajaranMu"

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat kejujuran di mata Abu Bara, beliau juga tahu bahwa Abu Bara adalah
orang yang dapat dipercaya. Dia adalah orang yang ditaati masyarakatnya. Setiap kata-
katanya akan dituruti orang-orang Najd. Siapa pun yang sudah pernah diberikan
perlindungan oleh Abu Bara, tidak pernah diganggu oleh orang lain.

Berdasarkan pertimbangan ini dan peluang besar berkembangnya Islam di Jazirah Arabia.
Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Al Mundir bin Amr dari bani Sa'idah. Beliau menugasi Al Mundir
memimpin 70 orang muslim pilihan untuk menyebarkan ajaran Islam di Najd.

Rombongan dai itu pun berangkat dengan penuh harap akan datangnya kebaikan. Apakah
benar mereka akan diterima dengan baik atau sebaliknya, malah dikhianati.

Tragedi Bi'ir Maunah

Ketika tiba di Najd, tepatnya di Bi'ir Ma'unah, ke 70 muslim itu berhenti. Daerah itu terletak
di antara wilayah Bani Amir dan Bani Sulaim. Al Mundir mengutus Haram bin Milhan
menemui Amir bin Ath Thufail, pemimpin bani Sulaim. Haram ditugasi menyampaikan surat
Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada pemimpin-pemimpin Najd, Namun Amir bin Ath Thufail sama sekali
tidak membaca surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu. Ia bahkan memerintahkan agar Haram bin Milhan
dibunuh.

Setelah itu Amir meminta bantuan Bani Amir untuk membunuh kaum muslimin yang lain.
Bani Amir menolak karena mereka adalah suku Abu Bara. Mereka tidak ingin melanggar
perlindungan yang diberikan pemimpin mereka sendiri.

Amir bin Ath Thufail cepat berpaling ke suku-suku Najd yang lain. Beberapa suku
menyatakan dukungan atas penghianatan Amir. Dengan cepat mereka berkumpul dan
berangkat mengepung sahabat-sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬di Bi'ir Mau'nah.

Mulai curiga karena Haram bin Milham tidak kunjung kembali, kaum muslimin di Bi'ir
Mau'nah mulai meningkatkan kewaspadaan. Namun segala tindakan untuk menarik diri dari

256
tempat itu sudah terlambat, karena dari segala penjuru para prajurit Najd muncul
mengepung.

Segera saja kaum muslimin mencabut pedang dan siap bertarung. Pertempuran tidak
seimbang segera pecah. Para Dai itu bertempur mati-matian tanpa sedikit pun niat untuk
menyerah. Al Mundir yang saat itu tengah menengok ternak yang menjadi perbekalan
mereka, berlari dan terjun ke pertempuran. Hampir seluruh sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬di Bi'ir
Mau'nah gugur kecuali dua orang.

Kaab bin Said disangka telah mati, namun begitu pasukan Najd pulang, Ka'ab bangun dan
pulang ke Madinah dengan tubuh di penuhi luka.
Satu orang lagi bernama Amir bin Umayyah.

Di tengah perjalanan pulang ke Madinah Amir bin Umayyah bertemu dua orang yang
mencurigakan. Dikiranya kedua orang itu termasuk pasukan yang menyergap dan
membunuh para sahabatnya. Pada tengah malam Amir menyerang dan berhasil membunuh
kedua orang itu.

Sampai di Madinah Amir mengakui semuanya, termasuk dua orang yang ia bunuh. Namun
kedua orang itu ternyata bukanlah musuh. Mereka justru termasuk suku bani Amir yang
telah terikat perjanjian jiwar atau bertetangga baik dengan kaum muslimin.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 104
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Membayar Diyat

Alangkah berdukanya Rasulullah ‫ﷺ‬. Pilu yang amat sangat terasa oleh Beliau akibat
pembantaian itu. Alangkah susah payahnya beliau menahan duka cita. Dengan lirih Beliau
berkata ini adalah tanggung jawab Abu Bara, sudah sejak semula aku berat hati dan
khawatir sekali.

Abu Bara juga sangat terkejut. Terpukul sekali dengan penghianatan yang dilakukan Amir
bin Ath Thufail. Abu Bara merasa amat terhina, tidak disangkanya Amir bin Ath Thufile
melanggar perlindungan yang diberikan kepada kaum muslimin. Tindakan itu sama dengan
mencoreng arang di dahi Abu Bara, Anak Abu bara sangat memahami perasaan ayahnya.
Pemuda bernama Rabi'a itu bangkit.

"Aku akan menghukum Amir bin Ath thufail dengan kedua tanganku sendiri."

257
Setelah berkata begitu Rabi'a pun pergi sambil memanggul tombak. Sampai di tempat Amir
bin Ath Thufail, Rabi'a menghampiri orang itu. Dengan mata menyala. Tanpa sempat
dicegah siapa pun, Rabi'a menghantamkan tombaknya. Dan Amir bin AthThufail pun rubuh.

Begitu dalamnya duka cita Rasulullah ‫ ﷺ‬atas kematian para sahabatnya sampai selama 30
Hari penuh beliau harus mendoakan mereka. Dalam doa yang dibacakan setiap selesai
sholat subuh itu, beliau juga berdoa, semoga Allah mengadakan pembalasan terhadap
mereka yang telah membunuh para sahabatnya.

Namun di tengah duka yang begitu dalam Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak lupa untuk berbuat adil.
Begitu mendengar bahwa ada dua orang sahabat kaum muslimin yang terbunuh dengan
tangan Amir bin Umayyah, Rasulullah ‫ ﷺ‬segera berkata

"Engkau telah membunuh dua orang berarti aku harus membayar diyat (uang tebusan)
kepada keluarga mereka."

Peristiwa Bi'ir Maunah ini menimbulkan keberanian di hati musuh-musuh kaum muslimin di
Madinah. Gugurnya para sahabat Rasulullah ini membuat orang-orang Yahudi bani Nadhir
semakin berani. Padahal setelah Bani Qainuqa terusir. Bani Nadhir lebih memilih diam
karena dicekam ketakutan. Namun setelah perang Uhud dan terakhir di tragedi di Bi'ir
Maunah mereka mulai bertindak lebih berani.

Mereka menunggu kesempatan untuk membunuh Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri.


Tanpa mereka duga kesempatan itu segera datang.

Pengkhianatan Yahudi

Sesuai dengan perjanjian antara kaum muslimin dan orang Yahudi. Bani Nadhir diharuskan
ikut membayar diyat yang harus dibayarkan kaum muslimin kepada keluarga orang yang
terbunuh dari bani Amir.

Karena itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat Bani Nadhir di Quba. Beliau disertai 10
sahabat terkemuka di antaranya Abu Bakar, Umar Bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib.
Setelah sholat berjamaah di Masjid Quba, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan rombongannya memasuki
perkampungan Bani Nadhir.

Setelah mengetahui maksud kedatangan beliau orang-orang Bani Nadhir menunjukkan


wajah yang manis,

"Kami akan membantumu Muhammad, sekarang duduklah di sini biar kami menyiapkan
dulu keperluanmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya duduk di tepi rumah beratap tinggi milik salah seorang
Yahudi.

258
Sementara itu orang-orang Bani Nadhir tidak menyiapkan uang untuk membantu membayar
diyat, melainkan malah berkasak-kusuk perihal rencana jahat mereka.

"Tidak ada lagi kesempatan sebagus ini untuk membunuh Muhammad," ucapan salah
seorang pemuka Yahudi.

"Engkau benar," ujar seorang Yahudi lain dengan mata berkilat.

"Pada waktu lain, sangat susah membunuh Muhammad karena ia selalu berada di tengah-
tengah sahabatnya. Kini justru Muhammad datang di tengah kita. Jika kita biarkan
kesempatan ini akan berlalu begitu saja."

Akhirnya orang-orang Yahudi itu sepakat untuk membunuh Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wasallam.

"Namun bagaimana cara kita membunuh dia?" tanya seorang kebingungan.

Semua terdiam sejenak, lalu seseorang yang berwajah licik berjalan mengambil batu
penggilingan yang besar dan berat sambil berkata,

"Siapakah di antara kalian yang mau mengambil batu penggilingan ini Lalu naik ke atap
rumah dan menjatuhkannya ke kepala Muhammad sampai remuk?"

Majulah seseorang yang paling jahat di antara mereka Amir bin Jahsy. "Aku!"

"Jangan lakukan itu!" cegah Sallam bin Miskam. Rupanya ia salah satu orang yang berpikiran
jernih di tempat itu.

"Demi Allah, Allah pasti memberi tahu Muhammad tentang rencana kita. Sesungguhnya,
perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antara kita dan dia!"

Namun yang lain tidak peduli, mereka tetap menjalankan rencana jahat itu.

Rasulullah Selamat

Jibril pun turun memberitahu Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang rencana jahat itu. Seketika itu juga
beliau bangkit dan pergi dengan cepat seolah-olah ada sesuatu keperluan. Para sahabat
yang menyertai beliau sama sekali tidak diberi tahu apa-apa. Karena itu mereka menunggu
Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali.

Kini giliran orang-orang Yahudi yang kebingungan. Mendadak saja rencana mereka gagal
karena itu mereka bermanis-manis wajah kepada para sahabat yang menunggu untuk
menghilangkan kesan buruk.

259
Setelah cukup lama menunggu Rasulullah tidak kembali, para sahabat Rasulullah
memutuskan untuk pulang mencari beliau. Mereka menemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬telah berada
di masjid Madinah.

"Ya Rasulullah, tiba-tiba saja Tuan pergi sedangkan kami tak menyadari," kata para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu rencana jahat Yahudi Bani Nadhir terhadap dirinya. Beliau pun
memanggil Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan pesan beliau kepada Bani
Nadhir.

Muhammad bin Maslamah berkata di hadapan orang-orang Yahudi,

"Tinggalkan Madinah dan jangan hidup bertetangga dengan ku. Kuberi waktu 10 hari. Siapa
saja yang masih ku temui setelah itu akan ku penggal lehernya."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 105
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Bani Nadhir pun tercekam rasa takut dan bingung. Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain
menyiapkan diri untuk pergi. Mereka mulai mengemas barang-barang ke atas unta-unta
mereka.

Ketika Abdullah bin Ubay datang. Gembong orang-orang munafik itu berkata,

"Kuatkan hati kalian bertahanlah dan jangan tinggalkan rumah kalian. Aku mempunyai dua
ribu orang yang siap bergabung di benteng kalian. Mereka siap mati demi membela kalian.
Jika kalian diusir, kami juga akan pergi bersama kalian dan sekali-kali kami tidak akan patuh
kepada seseorang untuk menyusahkan kalian. Jika kalian diperangi, pasti kami akan
membantu kalian. Orang-orang Bani Quraizhah dan sekutu kalian dari Ghatafan tentu juga
akan mengeluarkan bantuan kepada kalian."

Mendengar ini orang-orang Bani Nadhir pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Rasa
percaya diri mereka bangkit dan mereka pun siap bertempur.
Tindakan Yahudi Bani Nadir adalah pelanggaran perjanjian damai dengan kaum muslimin,
dari Alquran disimpulkan bahwa kaum muslimin harus menyatakan perang dengan pihak
yang berkhianat pada perjanjian dan kaum muslimin harus membatalkan perjanjian dengan
pihak yang terlihat patuh pada perjanjian tetapi terus menerus merongrong dan
menimbulkan bahaya.

260
Bani Nadhir Terusir

Huyya bin Akhtab pemimpin Bani Nadhir mengirimkan utusan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk
mengatakan,

"Kami tidak akan keluar dari tempat tinggal kami berbuatlah menurut kehendakmu!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya bertakbir dan berangkat ke perkampungan Bani Nadhir
bendera pasukan diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib, sedangkan pemerintahan Madinah
dipercayakan kepada Ibnu Ummi Maktum.

Duabelas malam lamanya pasukan muslim mengepung dan bertempur. Orang-orang Bani
Nadhir bertempur dengan gigih dari rumah ke rumah. Setiap kali sebuah rumah sudah tidak
bisa dipertahankan mereka robohkan rumah itu dan mundur ke rumah berikutnya. Namun,
bantuan yang dijanjikan Abdullah bin Ubay tidak juga tiba.

Untuk lebih menekan lawan, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar para sahabat menebangi
dan membakar kebun kebun kurma Bani Nadhir.

Orang-orang Bani Nadhir memprotes keras,

"Muhammad! Tuan melarang orang berbuat kerusakan. Tuan cela orang yang berbuat
begitu akan tetapi, mengapa pohon-pohon kurma kami ditebangi dan dibakar?"
َ َُ
Kemudian turunlah firman Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬untuk menjawab kata-kata Yahudi itu,

َ ‫ﻮﻫﺎ َﻗﺎﺋ َﻤ ًﺔ َﻋ ٰ أ ُﺻﻮﻟ َﻬﺎ َﻓﺒ ْذن ا َوﻟ ُ ْﺨﺰ َي اﻟ َﻔﺎﺳﻘ‬


َ ُُ ََ ْ َ ْ ُْْ َ َ َ
‫ﻣﺎ ﻗﻄﻌﺘﻢ ِﻣﻦ ِﻟﻴﻨ ٍﺔ أو ﺗﺮ ﺘﻤ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ

Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu
biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan
karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. Surah Al-Hasyr (59:5)

Setelah itu, pertempuran tidak berlangsung lebih lama semangat orang-orang Yahudi pun
luruh, berserakan seperti dedaunan kering. Mereka pun membuat pernyataan menyerah.

"Muhammad kami siap pergi dari Madinah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi mereka kesempatan untuk pergi dengan membawa segala harta
yang dapat dimuat ke atas seekor unta. Sisanya disita kaum muslimin termasuk senjata dan
perlengkapan perang sebanyak 50 Baju besi dan 340 bilah pedang, menjadi milik kaum
muslimin.

Hanya dua orang Yahudi yang memilih masuk Islam, Yamin bin Ahmad dan Abu Saad bin
Wahab. Harta kedua orang ini dikembalikan kepada mereka.

Perang Bani Nadhir ini terjadi pada bulan Rabiul awal tahun 4 Hijriyah Agustus 625 Masehi.

261
Setelah Terusir Bani Nadhir pindah ke Khaibar. Dari sana mereka meneruskan tindakan
memusuhi kaum muslimin dengan gigih. Merekalah yang kemudian menghasut dan
mendorong Quraisy mengerahkan pasukan yang sangat besar untuk menyerang Madinah.

Ketentraman

Tanah-tanah milik Bani Nadhir bukanlah tanah harta rampasan perang yang bisa dibagikan,
melainkan menjadi milik Rasulullah ‫ﷺ‬. Pembagian tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah menyisihkan hak kaum fakir dan miskin beliau membagi-bagikan tanah itu untuk
kaum Muhajirin yang hidup menumpang dan tidak mempunyai tanah garapan. Dengan
demikian kaum Muhajirin kini bisa mandiri tanpa harus lagi menggantungkan bantuan
kepada kaum Anshor.

Hanya ada dua orang Anshor yang mendapat pembagian tanah ini, Abu Dujana dan Sahl bin
Hunaif. Mereka memang sudah terdaftar sebagai orang-orang miskin.

Sampai sebelum Bani Nadhir terusir, sekretaris Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah seorang Yahudi.
Pengangkatan orang Yahudi ini bertujuan untuk memudahkan penulisan dan pengiriman
surat dalam bahasa Ibrani dan Asiria.

Akan tetapi setelah orang-orang Yahudi pergi, Rasulullah ‫ ﷺ‬khawatir apabila jabatan
penting itu masih ada di tangan orang di luar Islam. Karena itulah beliau memilih Zaid bin
Tsabit seorang pemuda cerdas untuk menjadi sekretaris beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menugasi Zaid bin Tsabit mempelajari kedua bahasa itu.

(Di kemudian hari, Zaid bin Tsabit inilah yang mengumpulkan Al Quran pada masa Khalifah
Abu Bakar dan dia pula yang kembali mengawasi pengumpulan Al-Quran pada masa
Khalifah Usman bin Affan.)

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 106
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Suasana Madinah pun menjadi tentram setelah Bani Nadhir dikeluarkan. Hati mereka semua
lega dengan suasana yang begitu tenang tentram dan aman. Al Muhajirin kini dapat hidup

262
mandiri berkat tanah-tanah yang dibagikan dan itu membuat orang-orang Anshor turut
bergembira.

Namun peristiwa Perang Uhud sudah hampir setahun berlalu, Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat
ancaman Abu Sufyan yang diucapkan ketika Perang Uhud berakhir, "Yang sekarang ini untuk
peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa tahun depan."

Kata-kata itu adalah tantangan untuk bertempur lagi di lembah Badar. Rosululloh ‫ﷺ‬
mewaspadai apa yang akan dilakukan orang-orang Quraisy. Kekhawatiran beliau ternyata
benar-benar terjadi karena tidak lama kemudian, tibalah seorang utusan Quraisy dan
membawa sebuah pesan

Badar Terakhir

Utusan Quraisy itu bernama Nu'aim bin Mas'ud. Ia tiba di Madinah dan mengabarkan:

"orang-orang Quraisy telah mengerahkan tentaranya dalam jumlah yang begitu besar dan
tidak ada taranya dalam sejarah bangsa Arab.
Tentara besar itu kini sudah bergerak ke lembah Badar, mereka siap memerangi kalian
sekaligus meluluhlantakkan kalian hingga tidak bersisa. Jika kalian berani pergi ke lembah
Badar."

Mendengar berita itu banyak kaum muslimin menunjukkan keengganannya.

"Lebih baik kita abaikan saja tantangan itu."

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi marah terhadap sikap lemah dan ingin mundur itu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bahkan bersumpah bahwa beliau akan tetap pergi ke Badar walau seorang
diri.

Melihat kemarahan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu, lenyaplah rasa ragu dan takut di hati kaum muslimin.
Mereka segera pulang ke rumah dan menyiapkan segala sesuatunya. Bekal makanan senjata
dan berpamitan kepada keluarga yang ditinggalkan.

Setelah itu 1500 orang prajurit muslim di bawah komando Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung berangkat
meninggalkan Madinah.

Sebenarnya Abu Sofyan sendiri enggan berperang pada tahun ini, musim kering tengah
mengganas. Harapan Abu Sufyan sebenarnya agar perang diadakan pada waktu lain saja.
Namun ia terlanjur melepaskan kata-kata tantangan pada Perang Uhud akhir itu.

Karena itu ia tidak mungkin tidak berangkat memenuhi tantangannya sendiri. Hal itu akan
membuat cemar Quraisy di mata orang-orang Arab. Akhirnya Abu Sufyan memutuskan
untuk mengirim Nu'aim masuk ke Madinah. Nu'aim disuruhnya mengeluarkan kata-kata
untuk menggertak kaum muslimin dan melemahkan semangat mereka.

263
Walaupun demikian Abu Sufyan tetap memimpin pasukan sebesar 2000 orang. Mereka
keluar dari Mekkah tidak dengan semangat sebesar dulu ketika menyongsong Perang Uhud.
Apalagi mereka juga mendengar bahwa kaum muslimin telah menanti mereka di lembah
badar dengan semangat tinggi.

Syaja'ah adalah keberanian. Orang yang disebut berani adalah orang yang tidak gentar
menghadapi bahaya dan menghindarkan bahaya yang lebih besar. Ia maju menghadapi
kesulitan karena yakin bahwa dibalik kesulitan itu akan lahir sebuah kebahagiaan.

Kemenangan

Pasukan Quraisy sudah berjalan selama 2 hari dan tiba di Zahran dan bermalam di
Majannah, sebuah pangkalan air di daerah itu. Namun hati Abu Sufyan semakin berat. Ia
memikirkan lagi akibat perperangan dengan kaum muslimin. Ketakutan membayangi
hatinya. Puncaknya Abu Sufyan berusaha mencari alasan untuk pulang.

Abu Sufyan berkata kepada teman-temannya, "Saudara-saudara Quraisy, sebenarnya yang


cocok buat kita hanyalah dalam musim subur, sedang sekarang kita dalam musim kering.
Saya sendiri mau kembali pulang, maka dari itu pulang sajalah kamu sekalian."

Tidak ada yang menentang pendapat itu karena semua prajurit Mekah juga dilanda
ketakutan yang sama. Akhirnya pasukan Quraisy pun kembali pulang. Sementara itu
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin terus-menerus menantikan mereka selama 8 hari.

Kesempatan itu digunakan kaum muslimin untuk berdagang. Perdagangan itu menghasilkan
keuntungan yang banyak. Kaum muslimin pun kembali ke Madinah dengan gembira, karena
Allah telah memberikan keberuntungan yang demikian besar.

"Berita mengejutkan, saudara-saudara!" seru seorang Arab pedalaman kepada orang-orang


di sukunya.

"Orang-orang Quraisy mengundurkan diri sebelum bertempur, sementara Muhammad dan


para sahabatnya menunggu mereka di Badar selama berhari-hari!"

Temannya berdiri dan meludah ke tanah,

"Pengecut! Padahal mereka telah memukul Muhammad di Uhud! Jika terus begini,
kesudahan orang-orang Mekkah sudah dapat diramalkan dari sekarang!"

Dengan demikian, Perang Badar terakhir itu benar-benar telah menghapus kemenangan
Quraisy pada perang Uhud. Tindakan pengecut Quraisy yang menarik diri sebelum tiba di
tempat pertempuran telah membuat nama mereka tercemar melebihi ketika mereka kalah
pada Perang Badar pertama.

Sementara itu walaupun pasukannya mendapatkan kemenangan. Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap


waspada.

264
Terbukti, tidak lama setelah itu terdengar berita bahwa pasukan Bani Ghafatan dari Najd
tengah berkumpul untuk menyerang Madinah dalam jumlah yang sangat besar.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 107
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Sobekan Kain

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan kepemimpinan Madinah kepada Abu Dzar Al-Ghifari, kemudian


Beliau berangkat bersama pasukannya secara diam-diam. Tujuannya menyergap musuh
sebelum mereka sempat mempersiapkan diri.

Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan perang itu."Waktu itu, setiap 6 orang dari kami
bergantian menaiki seekor unta. Kemudian telapak kaki pecah-pecah. Telapak kaki saya
sendiri pecah dan kuku-kukunya copot. Waktu itu, kami membalut kaki-kaki kami dengan
sobekan kain, karena itu aku menyebut peperangan ini dengan Dzatur Riqo atau sobekan
kain.

Sejumlah 400 orang sahabat dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil melakukan serangan mendadak
َ َُ
terhadap kumpulan pasukan Bani Ghatafan di Nakhl. Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬menurunkan rasa
takut di hati pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar itu sehingga mereka lari
pontang-panting tanpa bertempur sama sekali. Harta dan kaum wanita ditinggalkan begitu
saja untuk ditawan pasukan muslim.

Setelah kemenangan gemilang itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya bersiap diri
menghadapi serangan balik musuh. Dalam keadaan seperti itu Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin
sahabatnya melakukan shalat khauf (shalat dalam keadaan takut).

Satu kelompok berbaris bersama Rasulullah ‫ﷺ‬, sedangkan kelompok yang lain menghadap
musuh. Kelompok pertama kemudian sholat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu Beliau berdiri tegak
ketika kelompok pertama menyempurnakan shalatnya. Setelah itu kelompok pertama tadi
mundur dan berbaris menghadapi musuh sedangkan kelompok kedua maju dan Rasulullah
‫ ﷺ‬mengimami mereka meneruskan sholatnya yang belum selesai. Kemudian Rasulullah ‫ﷺ‬
duduk sementara mereka menyempurnakan shalat, kemudian mereka mengikuti
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dalam pertempuran ini, dua orang sahabat, satu dari Muhajirin dan satu dari Anshar
mendapat giliran jaga malam, sedangkan saudara-saudara mereka yang lain beristirahat.
Sahabat Muhajirin melakukan salat malam dan terkena panah musuh, tetapi dicabutnya

265
panah itu dengan tenang dan meneruskan sholatnya. Demikian sampai tiga kali. Ketika
sahabat Anshar itu mengetahuinya dia bertanya,

"Mengapa kamu tidak memberi tahu aku?"

"Engkau sedang membaca satu surat dan aku tidak ingin memutuskannya," jawab sahabat
Muhajirin.

Sifat pengecut tidak akan kita temukan dalam kisah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya.
Jika menjadi pengecut, ilmu kita akan padam. Orang lain bahkan diri sendiri tidak akan
mendapat manfaatnya. Orang pengecut pekerjaannya akan sia-sia. Duduknya di bawah
tidak berani di atas dia hanya menjadi pengikut tidak berani diikuti.

Bani Musthaliq

Setelah kemenangan pada Perang Badar kedua Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan para penyair
muslim untuk menyebarkan syiar Islam tentang kemenangan dan kegagalan pasukan
Quraisy. Tidak hanya sampai di situ para penyair itu juga mencela Abu Sufyan dan
pasukannya.

Hal itu tidak dibiarkan oleh sekutu Quraisy yang paling kuat yaitu Bani Musthaliq. Bani
musthaliq adalah penguasa perdagangan. Mereka mempunyai banyak harta dan budak-
budak kulit hitam, selain itu mereka membiarkan orang-orang Quraisy menjadi pemimpin
mereka karena orang-orang Quraisy-lah yang tinggal di dekat Kabah tempat patung-patung
Tuhan mereka diletakkan.

Bani musthaliq mengutus para penyairnya menemui Abu Sufyan untuk menghibur
pemimpin Quraisy itu. Para penyair melantunkan kata-kata cacian bagi Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
para sahabatnya. Al Haris pemimpin Bani Musthaliq juga mengajak suku-suku di sekitar Bani
Musthaliq untuk berkumpul menyusun pasukan. Semua suku yang mendukungnya adalah
mereka yang bertempat tinggal di tepi laut merah.

Selanjutnya Bani Musthaliq maju sebagai komandan perang Pasukan gabungan itu. Bendera
kini diserahkan orang Quraisy kepada Al Haris. Dari kemampuan tempur Al Haris memang
lebih pantas menjadi Panglima dibandingkan Abu Sufyan. Di bawah kepemimpinannya
semua persiapan pasukan di lakukan dengan sungguh-sungguh.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa pasukan ini akan menyerang Madinah, maka Rasulullah ‫ﷺ‬
pergi meninjau wilayah musuh untuk mengetahui tempat terbaik bagi kaum muslimin
apabila harus bertempur.
Setelah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memutuskan
untuk menyambut pasukan musuh.

Yang menakjubkan adalah cara Rasulullah ‫ ﷺ‬menjinakkan hati Abdullah bin Ubay yang
sebenarnya sangat membenci kaum muslimin. Abdullah bin Ubay ditugasi pemimpin
pasukan Anshor dari suku Khazraj.

266
Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengundi di antara istri-istrinya, Siapakah di antara mereka yang
akan diajak mengikuti pertempuran. Ternyata nama Aisyah yang keluar. Maka Aisyah bisa
dinaikkan ke unta yang khusus disediakan untuk beliau.

Penyair berperan penting dalam Perang urat syaraf. Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah berkata kepada
Hasan bin Tsabit seorang penyair.

"Wahai Hasan, engkau berjuang melawan orang kafir dan Jibril selalu bersamamu. Ketika
sahabatku bertempur menggunakan senjata, engkau bertempur dengan kata-katamu."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 108
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Juwairiyah binti Harits

Sejumlah1500 pasukan muslim diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk bergerak dengan cepat


sehingga musuh kesulitan mengetahui di mana pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Kemudian di
sebuah tempat yang memang sudah ditetapkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬saat meninjau musuh,
pasukan muslim menyerang dengan kecepatan tinggi secepat kilat. Pertempuran itu terjadi
di Medan terbuka. Hujan panah jarak jauh pasukan muslim membuat musuh tercerai-berai,
sehingga begitu pasukan utama muslim tiba, dengan mudah mereka membuat kocar-kacir
barisan musuh.

Pada akhir pertempuran 200 orang prajurit Bani Musthaliq tertawan. Sejumlah harta berupa
unta, kuda dan barang-barang lain dapat direbut. Al Haris komandan tertinggi musuh, jatuh
tersungkur dihantam panah. Putrinya ikut menjadi tawanan.

Para tawanan dan harta dibagi-bagikan kepada pasukan. Putri Al Haris bernama Barrah
menjadi bagian seorang muslim yang miskin. Muslim ini menghendaki keluarga Barrah
menebusnya dengan harta. Namun Barrah sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Karena itu,
Barrah menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengadu,

"Saya adalah Putri Al Haris pemimpin Bani Musthaliq. Lelaki yang menawan saya lebih
menginginkan harta daripada menjadikan saya istri atau budaknya, bantulah saya untuk
memerdekakan diri saya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬Alaihi Wasallam berpikir dalam-dalam. Apabila Barrah dibebaskan dan kembali
ke tengah kaumnya, ia sangat mungkin akan membangkitkan kaumnya untuk membalas

267
kekalahan mereka. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui dari wajah Barrah yang matanya
memancarkan kecerdasan dan keberanian bahwa ia bukan gadis biasa. Dia akan mampu
menerjang berbagai rintangan.

"Apa kamu mau jalan keluar yang lebih baik dari itu?" tanya Rasulullah.

"Apa itu?"

"Aku akan membayar uang tebusan mu, lalu akan menikahimu."

Barras setuju dan ia masuk Islam. Setelah menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬, namanya menjadi
Juwairiyah. Kini Bani Musthaliq sekutu dekat orang quraisy, menjadi sekutu dekat Rasulullah
‫ ﷺ‬berkat pernikahan ini. Mereka merasa terhormat tuan putrinya menjadi istri Rasulullah.
Setelah itu, banyaklah kaum Bani Musthaliq yang memeluk Islam. Subhanallah.

Hasutan Abdullah bin Ubay

Setelah memetik kemenangan gemilang itu. Pasukan muslim kembali berbaris pulang ke
Madinah. Di Telaga Al Muraisy mereka singgah sebentar untuk beristirahat dan memberi
minum ternak. Di tempat itu terjadi pertengkaran antara pelayan Umar bin Khattab
bernama Jahjah Bin Said Al Ghifari dengan Sinan bin Webr Al Jasni. Keduanya saling
bertengkar hebat sampai Sinan berteriak memanggil kaumnya,

"Wahai kaum Anshar!"

Jahjah pun membalas dengan teriakan,

"Wahai kaum Muhajirin!"

Orang-orang pun berdatangan termasuk Abdullah bin Ubay, Dengan berang, Abdullah bin
Ubay berkata kepada orang-orang munafik yang mengelilinginya,

"Mereka (Muhajirin) adalah menyaingi dan mengungguli kita di negeri kita sendiri. Demi
Allah antara kita dan orang-orang Quraisy ini (Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muhajirin adalah suku
Quraisy) tak ubahnya seperti yang dikatakan orang, "Gemukkan anjingmu agar
menerkammu!" Demi Allah, jika kita telah sampai di Madinah, orang yang mulia pasti akan
mengusir kaum yang hina (Muhajirin)!"

Zaid bin Arqam mendengar kata-kata yang sangat berbahaya ini lalu ia cepat-cepat
melaporkan hal itu kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Mendengar itu Umar bin Khattab yang berada di
samping Rasulullah berkata,

"Wahai Rasulullah, perintahkan saja Abbad bin Bisyr untuk membunuh Abdullah bin Ubay!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab,

268
"Bagaimana, wahai Umar jika kelak orang-orang bicara bahwa Muhammad telah membunuh
salah seorang sahabatnya? tidak aku tidak akan membunuhnya!"

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengeluarkan perintah agar kaum muslimin segera
berangkat. Walau dengan keheranan karena belum cukup beristirahat pada hari sepanas itu,
kaum muslimin segera mengikuti perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Hari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin berjalan terus melampaui malam sampai
keesokan harinya. Ketika Rasulullah memerintahkan pasukannya berhenti untuk beristirahat
semua orang jatuh tertidur karena begitu lelah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sengaja mengajak pasukannya berjalan terus sehari semalam agar kelelahan,
ini akan membuat semua orang melupakan hasutan Abdullah bin Ubay yang mengatakan
bahwa nanti di Madinah orang Anshar akan mengusir kaum Muhajirin.

Surat Al Munafiqun

Saat itu turunlah Surat Al Munafiqun,


َ َ َ َ ْ
‫ﻮﻟ ِﻪ َو ِﻟﻠ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻨ َ َوﻟ ٰ ِ ﱠﻦ اﻟ ُﻤﻨ ِﺎﻓ ِﻘ َ َ ْﻌﻠ ُﻤﻮن‬ ُ َ َ ُ‫ﱠ‬ َ ‫َ َ ُ ْ َ ﱠ َْ َ ﱡ َْ ََْ ﱠ‬ َْ َ َ ْ َ َُ
ِ ‫ﻘﻮﻟﻮن ﻟ ِ رﺟﻌﻨﺎ ِإ اﻟﻤ ِﺪﻳﻨ ِﺔ ﻟ ﺨﺮﺟﻦ اﻷﻋﺰ ِﻣﻨﻬﺎ اﻷذل ۚ و ِ ِ اﻟ ِﻌﺰة و ِﻟﺮﺳ‬

Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang
kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah
bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu
tiada mengetahui.
Surah Al-Munafiqun (63:8)

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 109

َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Sesampainya di Madinah, putra Abdullah bin Ubay yang juga bernama Abdullah, menemui
Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Ya, Rasulullah," panggil Abdullah,


"Saya dengar Tuan ingin membunuh ayahku. Jika benar Tuan ingin melakukannya,
perintahkanlah aku. Aku bersedia membawa kepalanya di hadapanmu. Demi Allah, tidak
ada orang dari suku Khazraj yang dikenal lebih baik sikapnya kepada orangtuanya daripada
aku. Aku takut engkau akan memerintahkan orang selain aku untuk membunuhnya sehingga

269
jiwaku tidak tahan melihat pembunuh ayahku berjalan di tengah masyarakat, lalu aku
membunuhnya pula. Ini berarti aku membunuh seorang mukmin karena seorang kafir
sehingga aku menjadi penghuni neraka."

Akan tetapi, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Bahkan kita akan bertindak lemah lembut dan berlaku baik kepadanya selama dia masih
tinggal bersama kita."

Justru setelah itu, sempitlah ruang gerak Abdullah bin Ubay. Setiap kali ia mengemukakan
pendapat, seketika itu pula kaumnya menentang dan mengencamnya.

Melihat keadaan itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya sambil tersenyum kepada Umar bin Khattab,

"Bagaimana pandanganmu sekarang, wahai Umar? Demi Allah, seandainya engkau


membunuhnya pada hari kau katakan kepadaku, 'Bunuhlah dia' niscaya orang-orang akan
ribut. Namun, seandainya aku perintahkan kamu untuk membunuhnya sekarang, apakah
kamu akan membunuhnya juga?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya demikian karena saat itu lidah bercabang Abdullah bin Ubay sudah
habis kekuatannya. Tidak usah dibunuh pun ia sudah sama sekali tidak berdaya.

Umar Bin Khattab pun mengakui pandangan jauh Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Demi Allah, aku telah mengetahui bahwa keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih besar berkahnya
daripada pendapatku."

Bunda Aisyah Kehilangan Kalung

Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah melawan Bani Musthaliq inilah, terjadi suatu
peristiwa yang mengganggu ketentraman hati Rasulullah ‫ﷺ‬. Kejadian ini mengenai istri
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang ikut dalam peperangan kali ini, yaitu Aisyah.

Penuturan Aisyah kejadian ini, setelah selesai peperangan, Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas pulang
dan memerintahkan orang-orang agar segera berangkat pada malam hari. Pada saat semua
orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat aku keluar untuk membuang hajat,
kemudian aku kembali hendak bergabung dengan rombongan. Pada saat itu kuraba
raba kalung di leher ku, ternyata sudah tak ada lagi. Kemudian aku kembali lagi ke tempat
aku mau buang hajat tadi, untuk mencari-cari kalung hingga dapat ku temukan kembali.

Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani
unta tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya, mereka menduga aku telah berada
di dalam haudaj (rumah kecil yang terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam
perjalanan.

270
Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian diikatkan pada punggung unta. Mereka
sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj, karena itu mereka
segera memegang tali kekang lalu mulai berangkat!

Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak ku jumpai seorang pun yang masih tinggal.
Semua telah berangkat.

Dengan berselimutkan jilbab Aku berbaring di tempat itu. Aku berpikir pada saat mereka
mencari-cari aku tentu mereka akan kembali ke tempatku.

Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba Shafwan bin Mu'atthal lewat. Agaknya
ia bertugas di belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat
lalu berdiri di depanku. Ia sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan
wajib berhijab. Ketika melihatku, Ia berucap,

"Innalillahi wa innailaihi roojiun! Istri Rasulullah?" Aku pun terbangun oleh ucapannya itu.
Aku tetap menutup diriku dengan jilbabku.

"Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan
dari nya kecuali ucapan innalillahi wa innailaihi roojiun itu. Kemudian dia merendahkan
untanya lalu aku menaiki unta itu ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki
sampai kami tiba di Nahri Adh Dhahirah tempat pasukan turun beristirahat."

Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah bin
Ubay bin Salul."

Aisyah Jatuh Sakit

"Lihat Mengapa istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berjalan bersama orang yang
bukan muhrimnya?" seru Abdullah bin Ubay. Mungkinkah mereka ternyata saling
menyukai?"

Beberapa orang muslim termakan oleh hasutan ini sehingga berita bohong itu tersiar
dengan cepat. Kali ini, bukan saja oleh Abdullah bin Ubay, tetapi juga diperkuat oleh orang-
orang lain. Aisyah sendiri tidak mengetahui adanya berita bohong itu karena beliau jatuh
sakit begitu tiba di Madinah.

Aisyah menuturkan,
"Setibanya di Madinah, kesehatanku terganggu selama sebulan. Saat itu rupanya orang-
orang sudah banyak mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku belum
mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja, aku tidak melihat kelembutan dari Rasulullah
‫ ﷺ‬yang biasa ku rasakan ketika aku sakit. Beliau hanya masuk lalu mengucapkan salam dan
bertanya,

"Bagaimana keadaanmu?"

271
Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam bersama ummy Masthah untuk
membuang hajat. Waktu itu kami belum membuat kakus. Pada saat kami pulang tiba-tiba
kaki ummu Masthah terantuk hingga kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya, "Celaka
si Masthah!"

Ia pun ku tegur,

"Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seseorang dari kaum Muhajirin yang turut
serta dalam Perang Badar!"

Ummu Masthah bertanya,

"Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?"

Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang tersiar sehingga sakitku bertambah
parah....
Malam itu aku menangis hingga pagi. Air mataku terus menetes dan aku tak dapat tidur.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabatnya tentang Aisyah

"Wahai Rasulullah, Para istrimu adalah keluargamu kami tidak mengetahui tentang mereka
kecuali kebaikan," jawab para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Bariroh pelayan perempuan bunda Aisyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya,

"Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?"

Barirah berkata, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali bahwa Aisyah adalah orang yang
sangat baik, akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri di atas mimbar.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 110
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah pun Terganggu

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Wahai kaum muslimin siapa yang akan membela ku dari laki-laki yang telah menyakiti
keluargaku (dengan menyebarkan berita bohong)? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari
keluargaku kecuali yang baik. Sesungguhnya mereka orang-orang yang menyebarkan berita

272
bohong itu telah menyebut nama seorang laki-laki (shofwan) yang aku tidak mengenal yaitu
kecuali sebagai orang yang baik."

Berita bohong tersebut telah menyakiti hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dan keluarganya. Kemudian
Rasulullah ‫ ﷺ‬datang mengunjungi Aisyah yang saat itu memang sedang dirawat di rumah
orangtuanya.

Aisyah menuturkan. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke rumahku. Saat itu Ayah Ibuku
berada di rumah. Ayah Ibuku menyangka bahwa tangisku telah menghancurluluhkan hatiku.
Sejak tersiar berita bohong itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah duduk di sisiku. Selama sebulan
dia tidak mendapatkan wahyu tentang diriku. Ketika duduk Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca puji
َ َُ
syukur ke hadirat Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬lalu bersabda,

"Ya Aisyah aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang tentang dirimu. Jika
َ َُ
engkau tidak bersalah Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah
َ ُ َ
melakukan dosa minta ampun kepada Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬dan bertobatlah kepada Nya."

Selesai Rasulullah ‫ ﷺ‬mengucapkan itu, tanpa kurasakan, air mataku bertambah bercucuran.
Kemudian aku katakan kepada Ayahku,

"Ayah, berilah jawaban kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenai diriku."

Ayahku menjawab,
"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Aku katakan pula kepada Ibuku,


"Ibuku berilah jawaban mengenai diriku"

Dia pun menjawab,


"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Lalu aku berkata,


"Demi Allah Sesungguhnya kalian telah mendengarkan itu, sehingga kalian telah
membenarkannya. Jika aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah, Allah Maha
Mengetahui bahwa aku tidak bersalah. Pasti kalian akan membenarkan aku. Demi Allah aku
tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan kalian, kecuali sebagaimana yang
dikatakan oleh Nabi Yusuf Alaihissalam, "Sebaiknya aku bersabar kepada Allah sajalah aku
mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan."

Air mata Abu Bakar pun berlinang ketika putrinya difitnah. Dia berkata,

"Demi Allah belum pernah disebut-sebut ada persoalan semacam ini pada masa jahiliyah,
padahal ketika itu orang tidak menyembah Allah. Tetapi sekarang pada masa memancarkan
sinar Kemuliaan Islam orang-orang mengabarkan berita bohong seperti ini kepada keluarga
kita!"

273
Firman Allah

Setelah itu Aisyah berbaring di atas tempat tidur, ia dalam keadaan lemah. Saat itu
َ ُ َ
mendadak Rasulullah ‫ ﷺ‬juga terkulai lemah karena Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬sedang menurunkan
firmannya. Keringat beliau bercucuran karena beratnya Wahyu yang diturunkan,
ْ ْ َ ْ َ ُ َ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ٌَ ْ ُ ْ ْ ُ َ َ ‫ﱠ‬
‫ﻮە ا ﻟ ْﻢ ۖ َ ْﻞ ﻫ َﻮ ﺧ ْ ٌ ﻟ ْﻢ ۚ ِﻟ ﱢﻞ ْاﻣﺮئ ِﻣﻨ ُﻬ ْﻢ َﻣﺎ ا َﺴ َﺐ ِﻣ َﻦ ِاﻹﺛ ِﻢ‬ ‫ﺎﻹﻓ ِﻚ ﻋﺼ ﺔ ِﻣﻨ ﻢ ۚ ﺗﺤﺴﺒ‬ ِ ِ ‫ۚ ِإن اﻟ ِﺬﻳﻦ ﺟﺎءوا‬
َ َ
ٌ ‫َواﻟﺬي ﺗ َﻮ ٰ ﻛ ْ َ ُە ﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ﻟ ُﻪ َﻋﺬ‬
‫اب َﻋ ِﻈ ٌﻢ‬ ِ ِ ِ

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu
juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik
bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam
penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
Surah An-Nur (24:11)
ُ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ ‫َْ ْ َ ُُْ ُ ﱠ‬
ٌ ‫ﺎت ﺄ ْﻧ ُﻔﺴﻬ ْﻢ َﺧ ْ ا َو َﻗﺎﻟﻮا َﻫ ٰ َﺬا إ ْﻓ ٌﻚ ُﻣﺒ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻟﻮ ِإذ ﺳ ِﻤﻌﺘﻤﻮە ﻇﻦ اﻟﻤﺆ ِﻣﻨﻮن واﻟﻤﺆ ِﻣﻨ‬

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan
mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:
Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.
Surah An-Nur (24:12)
َ ُ َْ َ َ َ َ ‫ﱡ‬ ُ ْ َ َ ُ َ
‫ﻟ ْﻮ َﺟ ُﺎءوا َﻋﻠ ْ ِﻪ ِ ﺄ ْرَ َﻌ ِﺔ ﺷ َﻬﺪ َاء ۚ ﻓ ِﺈذ ﻟ ْﻢ َ ﺄﺗﻮا ِ ﺎﻟﺸ َﻬﺪ ِاء ﻓﺄوﻟ ٰ ِﺌﻚ ِﻋﻨﺪ ا ِ ﻫ ُﻢ اﻟ ﺎ ِذ ُﺑﻮن‬

Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita
bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada
sisi Allah orang-orang yang dusta.
Surah An-Nur (24:13)
َ ٌ ََ ُ ْ َ ْ ْ‫ﱡ‬ ُ ُ َ ْ َ َ
‫اب ﻋ ِﻈ ٌﻢ‬ ‫َوﻟ ْﻮ ﻓﻀ ُﻞ ا ِ ﻋﻠ ْ ْﻢ َو َر ْﺣ َﻤﺘﻪ ِ اﻟﺪﻧ َ ﺎ َواﻵ ِﺧ َﺮ ِة ﻟ َﻤ ﱠﺴ ْﻢ ِ َﻣﺎ أﻓﻀﺘ ْﻢ ِﻓ ِﻪ ﻋﺬ‬

Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di
akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita
bohong itu.
Surah An-Nur (24:14)
َْ ُ َ َُ َ َ ْ ‫ﻮن ﺄ ْﻓ َﻮ ِاﻫ ْﻢ َﻣﺎ ﻟ‬
‫ﺲ ﻟ ْﻢ ِ ِﻪ ِﻋﻠ ٌﻢ َوﺗ ْﺤ َﺴ ُﺒﻮﻧﻪ ﻫ ﱢﻴﻨﺎ َوﻫ َﻮ ِﻋﻨﺪ ا ِ َﻋ ِﻈ ٌﻢ‬
َ ََُ ْ َ ُ َْ ‫ْ َ ﱠ‬
ِ ‫ِإذ ﺗﻠﻘﻮﻧﻪ ِ ﺄﻟ ِﺴ ِﺘ ﻢ وﺗﻘﻮﻟ‬

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu
katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu
menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
Surah An-Nur (24:15)
ٌ َ َ َ َ َ َ ََ ْ َ ُ ُ ُ ُ ُُْ َ ْ َْ َ
‫ﻮە ﻗﻠﺘ ْﻢ َﻣﺎ َ ﻮن ﻟﻨﺎ أن ﻧﺘ ﻠ َﻢ ِﺑ َﻬ ٰ ﺬا ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻚ ﻫ ٰ ﺬا ُﺑ ْﻬﺘﺎن َﻋ ِﻈ ٌﻢ‬‫وﻟﻮ ِإذ ﺳ ِﻤﻌﺘﻤ‬

274
Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: Sekali-kali
tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah
dusta yang besar.
Surah An-Nur (24:16)
َ ‫ﻮدوا ﻟﻤ ْﺜﻠﻪ أ َ ﺪا إ ْن ﻛ ْﻨ ُﺘ ْﻢ ُﻣ ْﺆﻣﻨ‬
ُ َُ ْ ُ ُ
‫َ ِﻌﻈ ﻢ ا أن ﺗﻌ‬
ِِ ِ ِِ ِِ

Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-
lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
Surah An-Nur (24:17)
َ ُ ْ ُ
‫َو ُ َﺒ ﱢ ُ ا ﻟ ُﻢ اﻵ َ ﺎ ِت ۚ َوا ﻋ ِﻠ ٌﻢ َﺣ ِﻜ ٌﻢ‬

dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.
Surah An-Nur (24:18)
َ َ َ ُْ ْ ْ‫ﱡ‬ ٌ ‫آﻣ ُﻨﻮا ﻟ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺬ‬ َ ‫ﻴﻊ اﻟ َﻔﺎﺣ َﺸ ُﺔ اﻟﺬ‬
َ ‫ﻮن أ ْن َ ﺸ‬
َ ‫َ ُ ﱡ‬ ‫ﱠ‬
‫اب أ ِﻟ ٌﻢ ِ اﻟﺪﻧ َ ﺎ َواﻵ ِﺧ َﺮ ِة ۚ َوا ُ َ ْﻌﻠ ُﻢ َوأﻧﺘ ْﻢ ﺗ ْﻌﻠ ُﻤﻮن‬ َ ‫ﻳﻦ‬
ِ ِ ِ ِ ‫ِإن اﻟ ِﺬﻳﻦ ِﺤﺒ‬

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.
Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.
Surah An-Nur (24:19)
ٌ ‫َوﻟ ْﻮ َ َﻓ ْﻀ ُﻞ ا َﻋﻠ ْ ْﻢ َو َر ْﺣ َﻤ ُﺘ ُﻪ َوأ ﱠن ا َ َر ُء‬
‫وف َر ِﺣ ٌﻢ‬ ِ

Dan sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah
Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).
Surah An-Nur (24:20)
ْ َ َ ْ َ َ ُ ‫َ ﱠ‬ َ ‫ﱠ‬ َ ُ ُ ْ ‫اﻟﺸ ْ َﻄ َ َ ْ َ ﱠ‬
‫ﱠ‬ َ ُ ُ ُ ‫َ َُ َ َﱠ‬ َ‫َ ﱡ‬
‫ات اﻟﺸ ْ ﻄ ِﺎن ﻓ ِﺈﻧﻪ َ ﺄ ُﻣ ُﺮ ِ ﺎﻟﻔ ْﺤﺸ ِﺎء َواﻟ ُﻤﻨ ﺮ ۚ َوﻟ ْﻮ ﻓﻀ ُﻞ‬ِ ‫ﺎن ۚ َ وﻣﻦ ﻳ ِﺒﻊ ﺧﻄﻮ‬
ِ ‫ات‬ ِ ‫ﺎ أﻳﻬﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا ﺗ َ ِ ﻌﻮا ﺧﻄﻮ‬
َ ُ َ َ ْ َ ُ َ ‫ﱠ‬ َ ْ ْ ُ ُ
ٌ ‫ا ﻋﻠ ْ ْﻢ َو َر ْﺣ َﻤﺘﻪ َﻣﺎ ز ٰ ﻣﻨ ْﻢ ﻣﻦ أ َﺣﺪ أ ﺪا َوﻟ ٰ ﻦ ا ﻳﺰ َﻣﻦ ﺸ ُﺎء ۗ َوا َﺳﻤ‬ َ
‫ﻴﻊ ﻋ ِﻠ ٌﻢ‬ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang
siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh
mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah
dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Surah An-Nur (24:21)

Setelah menerima wahyu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memandang Aisyah dengan
tersenyum sambil bersabda, "Bergembiralah, ya Aisyah Sesungguhnya Allah telah
membebaskan kamu."

Bersambung

275
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 111
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ibu Aisyah berkata,


"Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Aisyah menjawab, "Tidak. demi Allah aku tidak akan berterima kasih kepada Rasulullah ‫ﷺ‬,
Sebab aku tidak akan memuji siapa pun kecuali Allah. Karena Dia-lah yang menurunkan
pembebasanku."

Sebelum peristiwa itu Abu Bakar membiayai Masthah karena kekerabatannya dan
kemiskinannya. Namun setelah peristiwa itu Abu Bakar berkata,

"Demi Allah saya tidak akan membayarnya lagi karena ucapannya kepada Aisyah."

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman


َ َ ُ ُ ُْ ْ ‫َو َ َ ﺄ َﺗﻞ أوﻟﻮ اﻟ َﻔ ْﻀﻞ ﻣ ْﻨ ْﻢ َو ﱠ‬
‫اﻟﺴ َﻌ ِﺔ أن ُﻳﺆﺗﻮا أو ِ اﻟﻘ ْﺮ َ ٰ َواﻟ َﻤ َﺴﺎ ِ َ َواﻟ ُﻤ َﻬ ِﺎﺟ َﻦ ِ َﺳ ِ ِﻞ ا ِ ۖ َوﻟ َ ْﻌﻔﻮا َوﻟ َ ْﺼﻔ ُﺤﻮا ۗ أ‬ ِ
ٌ ‫ﻮنِ أ ْن َ ْﻐﻔ َﺮ ا ُ ِ ﻟ ْﻢ ۗ َوا ُ َﻏ ُﻔ‬
‫ﻮر َر ِﺣ ٌﻢ‬
َ ‫ُ ﱡ‬
‫ﺗ ِﺤﺒ‬
ِ

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya),
orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah
mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
Surah An-Nur (24:22)

Mendengar firman ini Abu Bakar berkata,

"Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan Allah."

Setelah itu ia kembali membiayai Masthah. Sementara itu Rasulullah ‫ ﷺ‬segera


membacakan firman Allah itu kepada kaum muslimin.
Para penyebar fitnah yaitu Masthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy,
dihukum hadd (didera) sebanyak 80 kali cambukan.

Yahudi Menghasut

Selain orang Quraisy yang menyembah berhala, pihak lain yang paling keras memusuhi
kaum muslimin adalah orang Yahudi.

276
Para pemuka Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir tidak tinggal diam dari tempat tinggal
mereka yang baru di Khaibar, mereka mulai melancarkan permusuhan. Rencana baru para
Yahudi ini adalah menghasut orang-orang Arab agar memerangi Madinah.

Para pemuka Bani Nadhir datang ke Mekah menemui para Pembesar Quraisy.

"Pasukan kami akan bergabung dengan tuan-tuan untuk menyerang Madinah," kata para
pemuka Yahudi.

"Bagaimana dengan Yahudi Bani Quraizhah yang masih tinggal di Madinah" tanya seorang
Pembesar Quraisy.

Mereka tinggal di Madinah sekedar untuk mengelabui Muhammad. Kalau tuan-tuan sudah
datang mereka akan bergabung dengan tuan-tuan."

Orang-orang Quraisy masih terlihat ragu. Perselisihan mereka dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dimulai
َ َُ
karena ajaran Islam mengajak orang menyembah Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬dan melarang bersujud
pada berhala.
Bukankah orang Yahudi juga mengaku bahwa Tuhan mereka adalah Allah? Orang Quraisy
ingin mengetahui pendapat Yahudi tentang ajaran Islam.

"Tuan-tuan Yahudi,"
"Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula, lebih dulu dari orang Nasrani dan
muslim. Menurut tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang menyembah
berhala atau agama Muhammad?"

Seharusnya orang Yahudi menjawab bahwa agama Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih baik karena orang
Yahudi juga menyembah Allah ‫ﷺ‬. Namun karena kebenciannya yang sangat kepada kaum
muslimin orang Yahudi Bani Nadhir menjawab,

"Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-tuan yang lebih benar dari dia,"

Allah menurunkan Firman dalam surat An-Nisa ayat 51-52 yang mengecam pernyataan
orang Yahudi itu.
َ ‫ﻮن ﻟﻠﺬﻳ َﻦ ﻛ َﻔ ُﺮوا َﻫ ٰ ُﺆ َ ء أ ْﻫ َﺪ ٰى ﻣ َﻦ اﻟﺬ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ََُ ُ ‫ْ َ ﱠ‬ َ ُ ُْ َ َ َ ُ َ ََ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻮت و ﻘﻮﻟ‬
ِ ‫ﺎب ﻳﺆ ِﻣﻨﻮن ِ ﺎﻟ ِﺠ ِﺖ واﻟﻄﺎﻏ‬
ِ ‫أﻟ ُﻢ ﺗﺮ ِ َإ ًاﻟ ِﺬﻳﻦ أوﺗﻮا ﻧ ِﺼ ﺎ ِﻣﻦ اﻟ ِ ﺘ‬
َ
ِ ‫آﻣﻨﻮا ﺳ‬

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka
percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik
Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
Surah An-Nisa' (4:51)
َ ُ َ َ َ َ َ َ َ
‫ﻳﻦ ﻟ َﻌﻨ ُﻬ ُﻢ ا ُ ۖ َو َﻣ ْﻦ َ ﻠ َﻌﻦ ا ُ ﻓﻠ ْﻦ ﺗ ِﺠﺪ ﻟﻪ ﻧ ِﺼ ا‬‫أوﻟ ٰ ِﺌﻚ اﻟ ِﺬ‬

Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu
sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.

277
Surah An-Nisa' (4:52)

Pasukan Ahzab

Setelah itu, para pemuka Yahudi itu pergi berkeliling menemui para pemimpin kabilah
Ghatafan serta semua pihak yang ingin membalas dendam kepada kaum muslimin. Orang-
orang Yahudi ini sangat aktif menghimpun dukungan, mereka memuji-muji berhala Quraisy
dan menjanjikan bahwa kali ini pasukan muslim pasti akan bisa di habisi sampai ke akar-
akarnya.

Usaha keras ini berhasil. Puncaknya berangkatlah 10000 orang Pasukan gabungan berbagai
suku Arab yang memusuhi kaum muslimin. 4000 orang di antaranya adalah orang-orang
Quraisy, selebihnya adalah dari suku-suku Qois Ailan, Banu Fazarah, Asyja Sulai, Banu Saad,
dan lain-lain.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 112
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan kesepakatan bahwa jika sudah
tiba di Madinah tampuk kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap pemimpin suku
yang lain.

Orang-orang Mekah termasuk anak-anak dan kaum wanitanya bersorak-sorai mengiringi


kepergian pasukan raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum.

"Muhammad dan Madinah akan tumpah," pikir Abu Sufyan.


"Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung pasukan sebanyak ini. Cuma dua
pilihan bagi Muhammad, bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi ke tempat
yang jauh!"

Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum muslimin merasa amat terkejut.
Kini seluruh kabilah Arab sudah bersatu untuk memusnahkan mereka.

Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah tidak mungkin melawan dengan ke
luar kota seperti pada perang Uhud. Kini jumlah lawan yang datang lebih banyak lagi, tiga
kali lipat dari dahulu yang mereka hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap ditunjang
dengan barisan berkuda dan unta tak mungkin dihadapi dengan cara berhadap-hadapan
muka secara langsung.

278
Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengajak para sahabat berunding. Semuanya sepakat bahwa mereka
harus bertahan di Madinah tidak ada cara lain. Namun itu saja belumlah cukup, sebab
pasukan musuh sebesar itu akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi jalan
di Madinah yang akan dipertahankan kaum muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita
anak-anak dan orang orang tua akan menambah beban pasukan yang bertahan.

Seorang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya menemukan jawabannya.

Menggali Parit

"Ya Rasulullah" demikian sahabat itu mengajukan usul.

"Dulu jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar
kami."

Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik
itu segera diterima oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, dan para sahabat segera mulai menggali parit di
sekitar kota Madinah. Jumlah kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang ditugasi
menggali parit sepanjang 40 Hasta. Karena itulah Perang ini disebut perang Khandaq atau
perang Parit atau perang Ahzab atau Perang sekutu.

Disebut Perang sekutu karena pasukan yang dihadapi kaum muslimin adalah pasukan
persekutuan beberapa Kabilah Arab.

Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih dulu kaum muslimin menyelesaikan
parit ataukah pasukan ahzab tiba di Madinah. Menyadari bahwa waktu sangat penting
dalam keadaan ini, semua orang pun bekerja keras.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terjun dalam penggalian itu, begitu kerasnya Rasulullah ‫ ﷺ‬ikut
bekerja, seorang sahabat bernama Al Barra bin Azib berkata: 'Pada waktu perang Ahzab
Saya melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak
dapat melihat dada beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang menempel dan
melumurinya.'

Kaum Muhajirin dan Anshor bekerja sambil melantunkan syair penuh semangat. 'Kami
adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam
selama kami masih hidup.'

Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. 'Ya Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali
kebaikan akhirat, maka Berkatilah kaum Anshor dan Muhajirin.'

Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada sebuah batu besar yang begitu kuat
dan tak bisa dipisahkan oleh para sahabat. Mereka pun melapor,

"Rasulullah, sebuah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian parit."

279
"Biarkan aku yang turun," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil mengucapkan "Bismillah, ...." Batu yang
keras itu pun hancur seperti pasir.

Pada saat itu Allah memberi Rasulullah ‫ ﷺ‬penglihatan tentang masa depan kaum muslimin.

Roti dan Kurma

Setelah pukulan pertama Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Allahuakbar! aku diberi kunci-kunci


Syam. Demi Allah aku benar-benar bisa melihat istana-istana yang bercat merah saat ini."

Setelah itu, beliau menghantam untuk kali keduanya batu keras yang tersisa sampai
sebagiannya hancur menjadi pasir. Saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Allahu akbar aku diberi tanah Persia, demi Allah saat ini aku bisa melihat istana Madain
yang bercat putih."

"Bismillah, ... sambil mengucapkan itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menghantam sisa terakhir batu itu
sampai hancur menjadi pasir. Beliau pun bersabda,
"Allahu akbar! aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat
pintu pintu gerbang Shan'a."

Di kemudian hari, setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat semua negeri yang beliau sebut itu takluk
dalam pelukan Islam.

Saat menggali Rasulullah ‫ ﷺ‬mengganjal perut beliau dengan 2 buah batu untuk menahan
lapar. Para sahabat yang lain pun melakukan hal yang sama. Melihat ini Jabir bin Abdullah
meminta izin kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar bertanya
kepada istrinya.

"Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬kelaparan. Apakah kamu mempunyai sesuatu?

"Ya aku punya gandum dan seekor anak kambing."

Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan memasukkan tepung gandum ke
dalam pembakaran roti. Setelah itu ia menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan berkata,

"Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau bersama seorang atau dua orang
sahabatmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, " berapa banyakkah makanan itu?"

Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

280
"Itu cukup banyak dan baik. Katakanlah kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari
atas tungku dan jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum aku datang ke
sana,"

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil para sahabat Anshar dan Muhajirin. "Wahai para
penggali parit mari kita datang, sesungguhnya Jabir memasak makanan besar.

Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut. Bagaimana makanan sedikit itu cukup
buat seluruh orang? Ternyata makanan itu cukup untuk membuat semua orang kenyang,
bahkan masih tersisa.
Pada saat lain, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga membagikan setangkup kurma kepada begitu banyak
orang.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 113
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Serangan Gencar

Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan rasa enggan, mereka sengaja
menampakkan diri seperti orang lesu dan tidak memiliki kemampuan. Banyak yang diam-
diam melarikan diri ke rumah masing-masing. Sementara setiap Sahabat Muslim pasti
meminta izin kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬jika mempunyai suatu keperluan. Kemudian setelah
selesai kembali lagi bekerja pada penggalian.

Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu
orang-orang munafik dan mereka yang lemah jiwanya seketika menggigil ketakutan. Mereka
َ َُ
langsung berprasangka buruk kepada Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬dan rasulnya sampai mereka
berkata dalam hati,
َ َُ
"Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬dan rasul-nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya."

Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada parit yang terlalu lebar di depannya
untuk diseberangi.

Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil berputar-putar mencari rongga parit yang
sempit untuk dilompati, Amarah mereka menggelegak bukan main. Belum pernah dalam
sejarah peperangan orang Arab melakukan strategi seaneh ini.

Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan musuh. Dengan tangkas mereka
menghujani anak panah, lawan yang mencoba mendekati parit.

281
Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy yang tangguh. Mereka adalah
Amir bin Abdul Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab dan lain-lain. Dengan nekat
mereka terjun ke parit dan berhasil sampai ke seberang.

Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim mengepung tempat itu. Melihat Ali
bin Abi Thalib, Amir bin Abdu Wudd yang pemberani, menantang duel. Ali pun
menghadapinya. Mereka berputar-putar dan suara denting pedang beradu demikian
kerasnya, masing-masing memekik nyaring ketika mereka saling menebas dan menangkis.

Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum muslimin yang lain berhasil
mendesak para prajurit Quraisy ke tepi parit sehingga mereka mundur tunggang langgang.
Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan tombaknya melihat serangan ganas para
prajurit muslim.

Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi kaum muslimin dikhianati.

Pengkhianatan Yahudi

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬berhijrah ke Madinah ada tiga kelompok Yahudi di kota itu, mereka
adalah:
Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.
Namun, akibat ulahnya sendiri Bani Qainuqa dan Bani Nadhir terusir dari Madinah.
Kepada pemimpin Bani Quraizhah inilah Huyay bin Khattab pemimpin Bani Nadhir datang
menghasut.

Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah akhirnya membukakan pintu
bentengnya setelah Huyay menggedor berkali-kali.

"Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut para pemimpin mereka.
Semuanya sudah berjanji kepadaku untuk tidak pulang sebelum dapat membinasakan
Muhammad dan para pengikutnya."

Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab,

"Celakalah engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad
melainkan sosok orang yang jujur dan menepati janji!"

Namun Huyay terus membujuk-membujuk dan membujuk sampai akhirnya Kaab pun setuju
untuk mengkhianati kaum muslimin. Mulailah Bani Quraizhah mengincar benteng tempat
kaum wanita dan anak-anak Muslim berlindung yang dijaga Hasan bin Tsabit.

Shaffiyah binti Abdul Muthalib Bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan adik
perempuan Hamzah melihat ada seorang laki-laki Yahudi datang mengendap-ngendap
mengelilingi benteng, Shafiyyah segera memberi tahu Hasan bin Tsabit,

282
"Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi mengelilingi benteng ini. Demi Allah aku khawatir ia
akan menunjukkan titik lemah benteng ini kepada pasukannya Yahudi padahal Rasulullah ‫ﷺ‬
dan para sahabat sedang bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan bunuh dia!"

"Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang mahir dalam bunuh membunuh,"
jawab Hasan

Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong tiang dan memukul orang Yahudi itu
sampai mati. Karena tindakannya ini, kaum Yahudi tidak berani terang-terangan menyerang
benteng yang mereka kira dijaga dengan kuat.

Apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat, ketika mengetahui bahwa Bani
Quraizhah berniat menikam dari belakang?

Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh lebih unggul dari Anshor yang terdiri
atas Aus dan Khazraj. Namun, ketika melihat pemeluk Islam meningkat pesat, orang Yahudi
khawatir mereka akan kalah dalam perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka
menolak kerasulan Muhammad ‫ ﷺ‬dan mentertawakan ajaran beliau.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 114
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kaum Muslimin Sangat Terkejut

Tentu saja Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya terkejut setelah mendengar Yahudi Bani
Quraizhah telah membelot ke pihak musuh. Ini berarti pasukan muslim yang jumlahnya jauh
lebih sedikit itu harus membagi pasukan dalam dua kelompok pertempuran. Keadaan ini
benar-benar memberatkan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Saad bin Muadz pemimpin suku Aus yang pernah menjadi sekutu
sekaligus pelindung bani Quraizhah ditemani Sa'ad bin Ubadah pemimpin suku Khazraj dan
beberapa orang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta mereka mengecek keadaan bani Quraizhah.

Para sahabat itu kemudian pergi menemui bani Quraizhah yang telah mengurung diri dalam
benteng mereka. Saad bin Muadz mencoba mengingatkan perjanjian damai yang berisi
saling bantu antara kaum muslimin dan bani Quraizhah.

"Antara kami dan Muhammad tidak ada ikatan apa-apa dan tidak ada perjanjian apa-apa,"
jawab bani Quraizhah kepada Saad bin Muadz

283
Saad berusaha menyadarkan bani Quraizhah terhadap risiko yang akan mereka hadapi
karena membelot dari perjanjian dengan kaum muslimin. Saad meminta mereka agar tetap
mau menjadi sekutu dengan segala kejujuran sebagaimana pada masa-masa lalu dan tetap
menjaga hak kedua belah pihak agar tidak mengecewakan Rasulullah ‫ ﷺ‬pada saat-saat sulit
seperti ini.

Namun jawaban bani Quraizhah sangat kasar dan menghina. Saad bin Muadz marah sekali
sampai terjadi perang mulut antara Saad bin Muadz dan bani Quraizhah. Akhirnya Saad dan
para sahabat yang lain pulang dengan hati kesal.

"Biarkan mereka menentang dirimu, sebab jika dilayani hanya akan menambah ramai
pertengkaran antara kita dan mereka," hibur Sa'ad bin Ubadah kepada Saad bin Muadz.

Saad bin Muadz menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan melapor,


"Ya Rasulullah, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana dulu dilakukan suku Adhal
dan Qarah."

Mendengar itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,


"Allahu akbar, Bergembiralah wahai kaum muslimin!"

Saad masuk Islam pada usia 31 tahun. Pada usia 37 tahun Ia pergi menemui Syahidnya. Hari-
hari keislaman sampai wafatnya diisi semua dengan karya-karya gemilang dalam berbakti
kepada Allah dan rasulnya.

Suara Kaum Munafik

Kata-kata hiburan Rasulullah ‫ ﷺ‬yang penuh semangat itu tidak ditanggapi dengan baik oleh
orang-orang munafik dan mereka yang lemah Iman.

Memang benar, keadaan seperti itu membuat hampir seluruh sahabat dilanda kecemasan.
Alquran melukiskan bahwa keadaan kaum muslimin waktu itu sedang diuji dengan
guncangan yang amat dahsyat sampai-sampai tidak tetap lagi penglihatan mereka. Terasa
sesak naik sampai ke tenggorokan dan mereka menyangka bermacam-macam terhadap
Allah. Akan tetapi bagaimanapun keadaannya orang yang imannya kuat tidak beranjak dari
sisi Rasulullah ‫ﷺ‬.

Berbeda halnya dengan orang-orang munafik. Mereka berkata,

"Muhammad berjanji kepada kita semua bahwa suatu saat kita akan merebut kekayaan
Kaisar Persia dan Romawi. Nyatanya? Hari ini saja tidak seorang pun dari kita merasa aman,
bahkan untuk sekedar pergi ke jamban."

Suara-suara Sumbang yang lain juga terdengar,

284
"Muhammad rumah kami saat ini sedang kosong tak berpenghuni. Ijinkanlah kami keluar
dari barisan tempur untuk pulang ke rumah masing-masing karena rumah kami terletak di
luar Madinah."

Para sahabat setia menjadi marah,

"Mereka sungguh-sungguh penghianat. Ya Rasulullah, ijinkanlah kami memenggal leher-


leher mereka!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak ingin memaksa seseorang untuk bertempur. Beliau mengijinkan orang-
orang lemah iman itu untuk pulang, biarlah hanya orang-orang yang mampu menghadapi
bahaya dan benar-benar menginginkan mati syahid saja yang tetap bertahan di barisan
pasukan. Orang-orang lemah iman justru akan menularkan rasa takutnya kepada banyak
orang.

Dan penilaian Rasulullah ‫ ﷺ‬ini tepat sekali. Setelah perginya orang-orang pengecut, barisan
tempur yang tersisa justru semakin bulat tekadnya untuk bertempur dan berjuang.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyampaikan wahyu Allah bahwa, jika orang melarikan diri dari kematian,
seandainya pun bisa hanya akan mengecap kesenangan dunia sebentar saja. Tak layak
seorang lari dari bencana, padahal bencana itu datang atas izin Allah dan Allah-lah yang
satu-satunya sumber pertolongan dan perlindungan.

Pasukan Quraisy Mulai Putus Asa

Rasulullah ‫ ﷺ‬merancang suatu strategi baru. Beliau ingin menawarkan kepada pasukan
Ghathafan sepertiga hasil perkebunan Madinah jika mereka mau kembali pulang. Tidak ragu
lagi. Orang Ghathafan pasti akan menyambut baik dan jika mereka pulang pasukan musuh
yang tersisa tinggal 4 ribu prajurit Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat terlebih dahulu kepada Saad bin Muadz dan Sa'ad bin
Ubadah sebagai pemimpin penduduk asli Madinah.

"Ya Rasulullah Jika Allah yang memerintahkan kami pasti tunduk dan patuh" demikian jawab
keduanya,
"namun jika ini pendapat Tuan kami tidak sependapat. Dulu orang Ghathafan tak pernah
merasakan kurma Madinah, kecuali dengan membeli atau sedang diundang jamuan padahal
waktu itu kami semua masih musyrik. Lalu mengapa kini setelah Allah memuliakan kami
dengan Islam kami harus menyerahkan harta kami seperti itu? Demi Allah kami tidak akan
memberikan sesuatu kepada mereka kecuali tebasan Pedang."

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk setuju,


"ini memang pendapatku sendiri sebab aku melihat orang-orang Arab menyerang kita
dengan panah."

285
Pertempuran dilanjutkan, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar prajuritnya tidak
menampakkan diri kecuali dengan berbaju besi lengkap. Namun Saad bin Mu'adz terkena
panah hingga menembus urat tangannya. Saat itu ia hanya mengenakan baju besi yang
pendek.

Doa Saad pada waktu itu adalah,


"Ya Allah Sesungguhnya engkau tahu bahwa aku amat mencintai Jihad melawan orang-
orang yang mendustakan Rasulullah dan mengusirnya.
Ya Allah, jika engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy,
berikanlah sisa kehidupan kepadaku agar aku bisa memerangi mereka karena Engkau
semata."

Nah pada suatu malam pasukan Quraisy yang sudah hampir kehilangan akal untuk
menerobos parit mencoba kembali menyeberangi parit dengan pasukan berkuda pimpinan
Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan muslim menebarkan hujan panah. Dalam gelap Rasulullah ‫ﷺ‬
berhasil memanah Ikrimah sehingga pasukan musuh terperosok dan kembali mundur.

Abu Sufyan mengirim surat kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang isinya menuduh Rasulullah ‫ﷺ‬
sebagai pengecut, Abu Sufyan menantang muslimin untuk bertempur di lapangan terbuka.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum dan membalas surat itu. Isinya
mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini beliau memang akan keluar menemui mereka
untuk mengikis habis berhala-berhala Quraisy di Mekah. Pada hari-hari ini kesabaran
memang menjadi senjata terampuh untuk meraih kemenangan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 115
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Mengutus Nu'aim bin Mas'ud

Bersabar bukan berarti berdiam diri. Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Nu'aim bin Mas'ud yang baru
saja masuk Islam dan hal itu tidak diketahui oleh musuh. Pada masa jahiliyah Nu'aim sangat
erat bersahabat dengan bani Quraizhah dan Ghathafan.

"Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum saya tidak mengetahui keislaman saya. Karena itulah
silahkan kalau mau berbuat apa saja yang engkau inginkan terhadap diri saya," kata Nu'aim.

Rosululloh ‫ ﷺ‬menjelaskan rencananya kepada Nu'aim, setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

286
"Laksanakanlah rencana ini, Nu'aim karena suatu pertempuran itu memang penuh tipu
daya."

Apa yang dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah strategi yang luar biasa untuk memecah-belah
musuh. Atas perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, Nu'aim pergi menemui bani Quraizhah. Nu'aim berkata,

"Kalian semua telah tahu betapa aku sangat mencintai kalian,"

"Kami memang tidak menaruh curiga sama sekali kepada-mu," jawab bani Quraizhah.

Nu'aim melanjutkan,
"Sebenarnya orang-orang Quraisy dan Ghathafan tidak sama dengan kalian sebab ini adalah
negeri kalian. Di sini lah kalian menyimpan harta dan istri-istri kalian. Sementara itu harta
dan istri-istri orang Quraisy serta kekuatan ada di tempat masing-masing.
Lagipula pengepungan sudah berjalan terlalu lama. Orang Quraisy dan Ghathafan mulai
kehabisan bekal. Kuda-kuda dan unta-unta mereka sudah semakin kurus karena rumput di
sekitar Madinah telah menggundul. Sebentar lagi mereka akan pulang, sementara kalian
akan ditinggalkan sendiri untuk menghadapi Muhammad dan pengikutnya.
Mengapa kalian sampai hati menghianati Muhammad? Bukankah kalian mengetahui bahwa
Muhammad itu sangat jujur dan setia? Ia pasti akan membela kalian jika kalian dalam
kesulitan seperti yang tertera dalam perjanjian di antara kalian dan Muhammad.
Jika pasukan al-Ahzab datang posisi kalian akan terjepit. Yang pasti kalian tidak akan mampu
menghadapi Muhammad dan para pengikutnya, jika kalian dan mereka saling berhadapan
langsung."

"Apa yang harus kami lakukan?" tanya orang Yahudi itu bingung.

"Minta sandera dari pihak Quraisy dan Ghathafan. Dengan demikian keduanya tidak akan
pulang melainkan bertempur bersama kalian. Janganlah kalian mau disuruh menyerang
sebelum sandera-sandera dari pihak Ahzab ada di tangan kalian," jawab Nu'aim bin Mashud.

Bani Quraizhah menyetujui usul yang menurut mereka sangat baik ini.

Musuh Terpecah Belah

Kemudian secara diam-diam Nuaim melanjutkan visinya, ia pergi ke perkemahan bani


Ghathafan yang juga sahabatnya. Kepada mereka Nuaim berkata,

"Sebenarnya bani Quraizhah merasa menyesal telah memusuhi Muhammad. Mereka


enggan meneruskan pertempuran di pihak kalian. Hati-hati, mereka akan berpura-pura
meminta sandera kepada kalian, padahal sandera itu akan diserahkan kepada Muhammad,
agar Muhammad memaafkan perbuatan mereka."

Mendengar itu para pemimpin Ghathafan dan Quraisy jadi ragu-ragu terhadap bani
Quraizhah. Abu Sufyan pun menulis surat kepada Kaab pemimpin bani Quraizhah.

287
"Kami sudah cukup lama tinggal di tempat ini dan mengepung Muhammad. Menurut hemat
kami, besok kalian harus sudah menyerbu Muhammad dari belakang dan kami akan
menyusul."

"Besok hari Sabtu," tulis Kaab. "Pada hari Sabtu kami tidak dapat berperang atau bekerja
apa pun."

"Cari hari Sabtu lain saja sebagai pengganti Sabtu besok," geram Abu Sufyan dalam surat
balasannya.
"Sebab besok Muhammad sudah harus diserbu. Kalau kami sudah mulai menyerang
Muhammad sedang kamu tidak turut serta dengan kami, persekutuan kita dengan
sendirinya bubar dan kamulah yang akan kami serbu lebih dahulu sebelum Muhammad!"

Bani Quraizhah tidak berani melanggar pantangan pada hari Sabtu. Mereka mengulangi
jawaban itu dengan tambahan bahwa ada golongan mereka yang dapat kemurkaan Tuhan
karena telah melanggar hari Sabtu, sehingga berubah menjadi monyet dan babi.
Kemudian bani Quraizhah malah meminta sandera dari pihak Ahzab untuk ditahan di
benteng mereka agar yakin bahwa orang Quraisy dan Ghathafan tidak akan pergi begitu
saja.

Mendengar itu, yakinlah pasukan Ahzab bahwa apa yang dikatakan Nu'aim benar. Keraguan
besar segera melanda pasukan Ahzab. Jika bani Quraizhah tidak menyerang dari belakang,
mereka terpaksa harus menyerang dari depan melalui parit. Padahal parit itu tidak akan
diseberangi dengan cara bagaimanapun.

Karena orang Quraisy menolak menyerahkan sandera. Yakinlah bani Quraizhah bahwa
mereka akan ditinggalkan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 116
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Topan

Selama perang Ahzab yang mencekam itu tak henti-hentinya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa siang
dan malam merendahkan diri kepada Allah memohon agar pasukan Ahzab dikalahkan dan
diguncangkan.

288
Pada suatu malam, angin topan mengamuk melanda Madinah dan sekitarnya. Kaum
muslimin segera berlindung dibalik pagar pertahanan. Rasa dingin begitu menusuk tulang.
Pada saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬berseru mengalahkan deru angin,

"Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepada ku, mudah-
mudahan Allah menjadikannya bersamaku pada hari kiamat!"

Semua sahabat terdiam. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi seruannya sampai tiga kali, Namun
semua sahabat dicekam dahsyatnya topan. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berseru,

"Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkan kepadaku!"

Hudzaifah bangkit dan mendengarkan pesan Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apa pun."

Hudzaifah berangkat dengan membawa panah. Ia berjalan dengan susah payah melawan
angin.

Hudzaifah menuturkan sendiri pengalamannya. Aku berjalan seperti orang yang sedang
dicengkeram kematian, hingga tiba di markas musuh.
Kulihat Abu Sufyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Aku segera
memasang anak panah pada busur ku, namun aku teringat pesan Rasulullah ‫ﷺ‬, "Janganlah
engkau melakukan tindakan apapun!" Kalau aku panah pasti akan kena pahanya.

Pada saat itu, angin dan tentara Allah sudah mengobrak-abrik musuh, menerbangkan kuali,
memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Abu Sufyan bangkit dan berkata,

"Wahai kaum Quraisy setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya."

Aku segera memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu bertanya,

"Siapakah Anda?" Dia menjawab, "Fulan bin Fulan" Selanjutnya Abu Sufyan berkata,

"Wahai orang-orang Quraisy! Demi Allah. Sesungguhnya kalian tidak tinggal di tempat yang
layak. Kuda unta dan ternak kita banyak yang mati. Bani Quraizhah telah mengkhianati
janjinya kepada kita. Badai ini membuat peralatan dapur kita kocar-kacir, tidak dapat
menyalakan api, dan tidak satu tenda pun yang berdiri tegak. Oleh karena itu, pulanglah
kalian. Aku sendiri juga akan pulang."

Bergerak ke Bani Quraizhah

Hudzaifah pulang dengan bersusah payah dan melaporkan apa yang dilihatnya kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau menyelimuti Hudzaifah dengan kain yang biasa digunakan untuk
sholat. Hudzaifah pun tertidur sampai pagi. Kemudian, sambil bergurau. Rasulullah ‫ﷺ‬
membangunkan Hudzaifah.

289
"Bangun, wahai tukang tidur!"

Kaum muslimin memandang tempat yang baru saja beberapa jam lalu dipenuhi ribuan
musuh bersenjata lengkap itu, kini kosong, kecuali serpihan tenda dan peralatan lain yang
berserakan di sana-sini.
Berakhirlah Perang Khandaq pada tahun kelima Hijriah.

Ketika semuanya telah terpana. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Segala puji bagi Allah. Dialah yang telah menolong hambanya dan memberi kekuatan
kepada tentaranya. Dialah yang mengalahkan pasukan Ahzab dengan dirinya sendiri. Orang-
orang Quraisy tidak akan pernah lagi menyerang ke sini. Sebaliknya, kita yang akan
memerangi mereka. Kalian yang akan memasuki Mekah, lalu menghancurkan patung patung
nya."

Kaum muslimin bertakbir. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan diliputi rasa
syukur dan bangga dengan kemenangan ini. Mereka telah melewati cobaan yang teramat
berat. Sejak saat itu mereka yakin dakwah mereka akan menjadi ajaran baru yang dihormati
dan di tunggu-tunggu kedatangannya.

Namun masih ada persoalan yang menggantung dengan bani Quraizhah. Rasulullah ‫ﷺ‬
memerintahkan kaum muslimin melakukan sholat Ashar di depan perkampungan bani
Quraizhah. Dengan ketaatan yang mengagumkan, kaum muslimin yang sudah sangat lelah
dalam perang Ahzab itu mengikuti perintah tersebut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan bendera kepada Ali bin Abi Tholib. Namun, begitu Ali tiba di
depan benteng bani Quraizhah, ia mendengar orang-orang Yahudi mencaci-maki Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dan hendak mencemarkan nama istri-istri beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menampakkan diri dan mendadak semua cacian itu berhenti.

"Wahai golongan kera, Allah sudah menghinakan kamu, bukan? Allah sudah menurunkan
murkanya kepada kamu sekalian bukan?" Demikian seru Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kaum muslimin mengepung bani Quraizhah selama 25 hari terus menerus.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 117
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

290
Keputusan Saad Bin Muadz

Setelah dikepung sekian lama, bani Quraizhah mengirim utusan. Mereka ingin kepungan
dihentikan agar mereka bisa pergi seperti bani Qainuqa dan bani Nadhir. Namun Rasulullah
‫ ﷺ‬menolaknya sebab pengkhianatan bani Quraizhah jauh lebih berbahaya daripada kedua
suku Yahudi itu. Akhirnya bani Quraizhah pun menyerah tanpa syarat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬setuju untuk mengangkat Saad bin Muadz sebagai Hakim untuk menjatuhkan
hukuman kepada bani Quraizhah. Tindakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini sangat adil dan murah hati
karena Saad bin Muadz dan suku Aus yang dipimpinnya dulu bersahabat dengan bani
Quraizhah seperti halnya persahabatan Khazraj dengan bani Qainuqa.

Bani Quraizhah sendiri menyambut gembira keputusan itu, Baik kaum muslimin maupun
bani Quraizhah menyatakan rela atas keputusan yang akan diambil Saad bin Muadz.

Pada saat itu Saad masih berada di kemah seorang tabib wanita yang dengan sukarela
mengobati para prajurit muslim yang terluka. Saad dinaikkan ke atas unta dengan tangan
terbalut dan menuju ke perkampungan bani Quraizhah.

Dengan tenang Saad memikirkan apa yang akan diputuskannya. Saad teringat betapa
baiknya perlakuan Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada orang Yahudi, beliau senantiasa mengingatkan para
sahabatnya agar berbuat baik kepada mereka. Namun kebaikan itu dibalas Yahudi dengan
tipu daya, kelicikan, kerusakan ekonomi dan penyebaran desas-desus untuk menjatuhkan
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Jika bani Quraizhah dimaafkan dan dilepaskan mereka akan berlaku seperti halnya bani
Nadhir dan bani Qainuqa, yang terus melancarkan permusuhan. Bukankah kedatangan
pasukan Ahzab akibat hasutan Huyay bin Akhtab, pemimpin bani Nadhir? Jika tidak datang
pertolongan Allah kemungkinan besar kaum muslimin dari wanita hingga anak-anak akan
musnah dibantai oleh musuh.

Di hadapan kaum muslimin dan orang Yahudi Saad bin Muadz berkata,

"Aku memutuskan untuk membunuh kaum pria bani Quraizhah, membagi harta benda
mereka serta menawan anak-anak dan kaum wanitanya."

Hukuman itu pun dilaksanakan. Setelah itu kaum Muslimin kembali ke Madinah dalam
keadaan yang amat disegani oleh seluruh suku yang ada di Jazirah Arab sampai ke pelosok
Jazirah.

Perintah Berjilbab

Islam adalah agama yang sangat menghormati kaum wanita. Sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus,
kebanyakan hubungan kaum wanita dengan kaum laki-laki tidak lebih baik dari hubungan
antara hewan betina dengan hewan jantan.

291
Di Arab dan beberapa tempat lain, kaum wanita biasa mempertontonkan diri untuk
memamerkan kecantikan dengan berbagai perhiasannya kepada orang-orang lain selain
suaminya. Wanita-wanita seperti itu biasa bertukar pandang dan saling melontarkan kata-
kata pujian yang manis kepada kaum lelaki.

Wahyu yang dibawa Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatur hubungan antara wanita dan pria menjadi
hubungan yang saling membantu sebagai sesama saudara dengan penuh kasih sayang. Hak
dan kewajiban wanita serta laki-laki sama. Hanya saja, dengan cara yang sopan, laki-laki
diberi kelebihan dalam beberapa hal.

Peristiwa diganggunya wanita muslimah oleh orang Yahudi dan munafik membuat
Rasulullah ‫ ﷺ‬berpikir sungguh-sungguh untuk mencegahnya. Seandainya para Muslimah
menutup auratnya, tentu mereka akan lebih dikenal dan terjaga. Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri telah
lebih dahulu memberi contoh dengan memerintahkan istri-istrinya mengenakan hijab (tabir)
jika ada tamu yang datang ke rumah beliau.

Dalam keadaan ini, turunlah firman Allah,


ْ َ َ ْ ََ ُ َ َ َ َْ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ُ ُْ َ
‫اﺣﺘ َﻤﻠﻮا ُﺑ ْﻬﺘﺎﻧﺎ َو ِ ﺛﻤﺎ ُﻣ ِﺒ ﻨﺎ‬ ‫ﺎت ِ ﻐ ﻣﺎ ا ﺴﺒﻮا ﻓﻘ ِﺪ‬
ِ ‫واﻟ ِﺬﻳﻦ ﻳﺆذون اﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨ واﻟﻤﺆ ِﻣﻨ‬
َ

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan
yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.
Surah Al-Ahzab (33:58)
َ َ ْ ََ ْ ْ َْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َْ ُ ‫ﱠ‬
‫َ ﺎ أ ﱡﻳ َﻬﺎ اﻟﻨ ِ ﱡ ﻗ ْﻞ ِﻷز َو ِاﺟﻚ َو َ ﻨ ِﺎﺗﻚ َو ِ َﺴ ِﺎء اﻟ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻨ َ ُ ﺪ ِﻧ َ َﻋﻠ ْﻴ ِﻬ ﱠﻦ ِﻣ ْﻦ َﺟ ِﺑ ِﺒ ِﻬ ﱠﻦ ۚ ذ ٰ ِﻟﻚ أد ٰ أن ُ ْﻌ َﺮﻓ َﻦ ﻓ ُﻳﺆذ ْﻳ َﻦ ۗ َو ﺎن‬
َُ ُ
‫ا ﻏﻔﻮرا َر ِﺣ ﻤﺎ‬

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surah Al-Ahzab (33:59)
ً َ ‫َ َ ُ ْ َﱠ َ ْ ُ ﱠ َ ُ َ ُ َ َ َ ﱠ‬ َ ُ ٌ ‫ﻳﻦ ُﻗﻠ ـﻬ ْﻢ َﻣ َﺮ‬
َ َ َ ُ َُ ََْ ْ ْ
‫ض َواﻟ ُﻤ ْﺮ ِﺟﻔﻮن ِ اﻟﻤ ِﺪﻳﻨ ِﺔ ﻟﻨﻐ ﻨﻚ ِﺑ ِﻬﻢ ﺛﻢ ﺠﺎوروﻧﻚ ِﻓﻴﻬﺎ ِإ ﻗ ِﻠ‬ ِِ ِ ‫ﻟ ِ ﻟﻢ ﻳ ﺘ ِﻪ اﻟﻤﻨ ِﺎﻓﻘﻮن واﻟ ِﺬ‬

Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit


dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari
menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian
mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar,
Surah Al-Ahzab (33:60)
ً َْ ‫ُ َ ُﱢ‬ ُ ُ َ
‫ﻮﻧ َ ۖ أ ْﻳﻨ َﻤﺎ ﺛ ِﻘﻔﻮا أ ِﺧﺬوا وﻗﺘﻠﻮا ﺗﻘ ِﺘ‬ ُ َ
ِ ‫ﻣﻠﻌ‬

dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh
dengan sehebat-hebatnya.

292
Surah Al-Ahzab (33:61)
ً َ ‫ﱠ‬ َ َ َ َ َ َ‫ﱠ‬
‫ﻳﻦ ﺧﻠ ْﻮا ِﻣ ْﻦ ﻗ ْ ُﻞ ۖ َوﻟ ْﻦ ﺗ ِﺠﺪ ِﻟ ُﺴﻨ ِﺔ ا ِ ﺗ ْ ِﺪ‬‫ُﺳﻨﺔ ا ِ ِ اﻟ ِﺬ‬

Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu),
dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.
Surah Al-Ahzab (33:62)

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 118
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Setelah itu, turunlah Perintah agar kaum muslimah mengenakan jilbab yang menutup dada,
َ َ َ ‫ﱠ‬ ْ َ َ َ ‫ُﻗ ْﻞ ﻟﻠ ُﻤ ْﺆﻣﻨ َ َ ُﻐ ﱡﻀﻮا ﻣ ْﻦ أ ْ َﺼﺎرﻫ ْﻢ َو َ ْﺤ َﻔﻈﻮا ُﻓ ُﺮ‬
‫وﺟ ُﻬ ْﻢ ۚ ذ ٰ ِﻟﻚ أز ٰ ﻟ ُﻬ ْﻢ ۗ ِإن ا َ ﺧ ِﺒ ٌ ِ َﻤﺎ َ ْﺼﻨ ُﻌﻮن‬ ِ ِ ِ ِ ِ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan


pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Surah An-Nur
(24:30)
‫ﱠ‬ َ ‫وﺟ ُﻬ ﱠﻦ َو َ ُﻳ ْ ﺪ‬ َ ‫َو ُﻗ ْﻞ ﻟﻠ ُﻤ ْﺆﻣ َﻨﺎت َ ْﻐ ُﻀ ْﻀ َﻦ ﻣ ْﻦ أ ْ َﺼﺎرﻫ ﱠﻦ َو َ ْﺤ َﻔﻈ َﻦ ُﻓ ُﺮ‬
ٰ ‫ﻳﻦ ز َ َﺘ ُﻬ ﱠﻦ ِإ َﻣﺎ ﻇ َﻬ َﺮ ِﻣ ْﻨ َﻬﺎ ۖ َوﻟ َ ْ ْ َﻦ ِ ُﺨ ُﻤﺮ ِﻫ ﱠﻦ َﻋ‬ ِ ِ
ْ َ َ ‫ُ ُ ِ ﱠ َِ َ ُِ ْ َ َ َ ِ ﱠ‬
‫ﻳﻦ ز ﺘ ُﻬ ﱠﻦ ِإ ِﻟ ُ ُﻌﻮﻟ ِﺘ ِﻬ ﱠﻦ أ ْو آ َ ِﺎﺋ ِﻬ ﱠﻦ أ ْو آ َ ِﺎء ُ ُﻌﻮﻟ ِﺘ ِﻬ ﱠﻦ أ ْو أ ْﺑﻨ ِﺎﺋ ِﻬ ﱠﻦ أ ْو أ ْﺑﻨ ِﺎء ُ ُﻌﻮﻟ ِﺘ ِﻬ ﱠﻦ أ ْو ِإﺧ َﻮ ِاﻧ ِﻬ ﱠﻦ أ ْو َ ِﺑ‬ ‫ﺟﻴ ـﻬﻦ ۖ و ﻳ ﺪ‬
ْ‫ﻳﻦ ﻟﻢ‬َ ‫اﻟﻄ ْﻔﻞ اﻟﺬ‬ ‫ﱢ‬ َ ‫ﱢ‬ َ َ ْ ْ ْ َ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ُ ُ َْ ْ َ َ ْ ‫ﱠ‬ َ ْ ‫ﱠ‬ َ َِ َ ْ ‫ْ َ ِِ ﱠ‬
ِ ‫ِإﺧﻮ ِاﻧ ِﻬﻦ أو ﺑ ِ أﺧﻮ ِاﺗ ِﻬﻦ أو ِ ﺴ ِﺎﺋ ِﻬﻦ أو ﻣﺎ ﻣﻠ ﺖ أ ﻤﺎﻧﻬﻦ أو اﻟﺘﺎ ِ ِﻌ ﻏ أو ِ ِاﻹر ِﺔ ِﻣﻦ اﻟﺮﺟ ِﺎل أو‬
َ ُ ْ ِ َ ُ َ ْ َ ‫ﱢ‬
‫ات اﻟ َﺴ ِﺎء ۖ َو َ ْ ْ َﻦ ِ ﺄ ْر ُﺟ ِﻠ ِﻬ ﱠﻦ ِﻟ ُ ْﻌﻠ َﻢ َﻣﺎ ُ ﺨ ِﻔ َ ِﻣ ْﻦ ز ِﺘ ِﻬ ﱠﻦ ۚ َوﺗ ُ ﻮا ِإ ا ِ َﺟ ِﻤ ﻌﺎ أ ﱡ ﻪ اﻟ ُﻤﺆ ِﻣﻨﻮن‬ َ ْ َ َ ‫َ ﻈ َﻬ ُﺮ‬
ِ ‫وا ْﻋ ٰ َﻋﻮر‬ ُ
‫ﻟ َﻌﻠ ْﻢ ﺗﻔ ِﻠ ُﺤﻮن‬

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,


dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung."
Surah An-Nur (24:31)

293
Jilbab artinya pakaian longgar menutup aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan.

Kerudung berarti tudung yang menuntup kepala, leher, dan dada wanita.

Hijab adalah tabir atau dinding penutup.

Purdah adalah pakaian luar atau tirai berjahit.

Cadar adalah penutup wajah sehingga mata saja yang tampak.

Islam mewajibkan jilbab dan kerudung. Hijab hukumnya Sunnah,


Purdah atau cadar serta sarung tangan tidak diwajibkan.

Merindukan Mekkah

Dalam tahun-tahun pertama di Madinah itu, beberapa muslimah Muhajirin pun sudah
melahirkan. Di antaranya adalah putri Rasulullah ‫ﷺ‬, Fatimah az-Zahra putra pertama
Fatimah bernama Hasan dan yang kedua bernama Husein. Rosulullah ‫ ﷺ‬sangat senang
bermain dengan kedua cucunya itu.

Suatu ketika, Rasulullah ‫ ﷺ‬memandangi dalam-dalam Hasan dan Husain yang sedang
berlarian di hadapannya. Anak-anak ini lahir di perantauan, sama sekali belum mengenal
Mekah, tanah air mereka. Hasan mengejar Husein yang bersembunyi di dalam kamar.
sambil berteriak kegirangan, Husein kabur dan melompat ke punggung kakeknya. Fatimah
hendak mencegah perbuatan itu, namun Rasulullah ‫ ﷺ‬mengisyaratkan agar mereka
dibiarkan. Fatimah yang sangat dekat dengan ayahnya itu segera menangkap isyarat lain di
mata Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Mengapa ayah tampak berduka?" tanya Fatimah lembut.

"Bukankah Ayah baru saja membuat kemenangan yang belum pernah dilakukan Suku Arab
mana pun dengan mengalahkan pasukan Ahzab dan bani Quraizhah? atau Ayah kini sedang
teringat kepada almarhumah Ibuku, Khadijah?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya menjawab dengan linangan air mata yang bergulir di kedua pipi beliau.
Fatimah tahu yang paling baik ialah membiarkan ayahnya tercinta bermain dengan cucu-
cucu sampai dukanya hilang.

Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah menarik kesimpulan bahwa duka Rasulullah
‫ ﷺ‬adalah akibat kerinduan beliau kepada Mekah, tanah air kaum Muhajirin. apalagi, saat itu
adalah bulan Dzulhijjah, saat musim haji akan segera tiba.

Akhirnya, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah pun larut dalam kedukaan itu. mereka terkenang
negeri tempat mereka dibesarkan. Bagaimanakah keadaan Mekah kini setelah mereka
tinggal kan? Walau kebun-kebun hijau Madinah menyejukkan hati, hamparan kota putih
Mekkah, juga selalu terindukan siang malam.

294
Semua kaum Muhajirin sangat rindu untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Sebagai
penduduk Mekah, mereka jugalah pemilik Rumah Tua Ka'bah yang diberkati.

Kini, Quraisy merintangi kaum muslimin pergi berhaji. Itu benar-benar tidak adil, karena
siapa pun bisa berhaji ke Mekah. Dari dahulu, pihak-pihak yang bermusuhan selalu bisa
saling bertemu dengan damai di Mekah dalam bulan haji.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 119
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Berhaji

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumumkan bahwa tahun itu kaum muslimin akan berangkat haji ke
Mekah. Maka berangkatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 1400 orang muslim. Semuanya
mengenakan pakaian ihram untuk menunjukkan bahwa mereka berniat beribadah, bukan
berperang.

Selain pedang di pinggang, tidak ada lagi senjata yang mereka bawa. Kaum muslimin juga
membawa 70 unta yang akan disembelih selesai berhaji. Istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang terundi
mengikuti perjalanan ini adalah ummu Salamah.

Namun orang-orang Quraisy sangat khawatir mendengar keberangkatan ini.

"Ini pasti tipu muslihat Muhammad agar bisa menyerang kita,"


seru para pemimpin Mekah.

Maka orang-orang Quraisy mengutus Khalid bin Walid beserta 200 orang pasukan berkuda
untuk menghalangi kaum muslimin. Sementara itu di daerah Usfan, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
rombongannya bertemu dengan seseorang dari bani Kaab. Rasulullah ‫ ﷺ‬Bertanya
kepadanya tentang keadaan Mekah.

"Mereka sudah mendengar tentang perjalanan Tuan ini!" sahut orang itu.

"Lalu mereka berangkat dengan mengenakan pakaian kulit harimau. Mereka bersumpah
bahwa mereka akan menghalangi perjalanan Tuan."

295
"Oh, kasihan orang Quraisy," kata Rasulullah ‫ﷺ‬. "Mereka sudah lumpuh karena
peperangan. Apa salahnya kalau mereka membiarkan kami? Kalau aku sampai binasa, itu
yang mereka harapkan."

Kalau Allah memberiku kemenangan mereka akan berbondong-bondong masuk Islam.


Tetapi mereka pasti akan berperang saat mereka punya kekuatan. Aku akan terus berjuang
sampai Allah memberi kemenangan atau leherku ini terpenggal.

Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak ingin berperang. Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta seorang
Pandu untuk memimpin di jalan sulit berliku di pegunungan untuk menghindari pasukan
Khalid bin Walid yang sudah menunggu di daerah Kira Al Ghamim.

Rombongan itu berhasil melewati pasukan berkuda musuh dan berhenti di Hudaibiyah.

"Ya Rasulullah di lembah ini tidak ada air, tidak cocok untuk tempat berhenti," ujar seorang
sahabat

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil anak panah dan menancapkannya ke dasar sebuah sumur kering.
Ketika ditarik memancarlah air yang tiada habisnya.

Saling Tukar Utusan

Kedua pihak kini saling memikirkan langkah selanjutnya. Orang Quraisy sudah siap
berperang namun mereka mengirim dulu Budail bin Warko dan beberapa orang ke
perkemahan kaum muslimin. Tujuan Budail untuk berunding sekaligus mengetahui
kekuatan lawan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada Budail,

"Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi seseorang, tetapi untuk melakukan
haji. Rupanya orang-orang Quraisy sudah buta akibat peperangan. Jika mereka
menghendaki damai dan membiarkan kami berhaji berarti mereka masih punya nyali. Tetapi
jika mereka menghendaki perang maka demi Allah aku pasti akan melayani mereka sampai
aku menang atau Allah menentukan lain,"

"Akan kusampaikan perkataanmu ini kepada mereka," kata Budail.

Namun orang Quraisy belum puas. Mereka mengirim Hulais bin Al Qamah. Melihat
kedatangan Hulais dari jauh, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"itu adalah Hulais, Dia berasal dari kaum yang sangat menghormati hewan kurban.
Lepaskanlah hewan-hewan kurban kita. Melihat banyaknya hewan kurban Hulais terharu,

"Tidak selayaknya orang-orang Quraisy menghalangi mereka memasuki Masjidil Haram."

296
Hulais kembali dan Mengatakan agar kaum muslimin tidak dihalangi, orang-orang Quraisy
marah kepada Hulais. kemudian mereka mengirim Urwah bin Mas'ud sebagai utusan ketiga.

Urwah pun bertemu Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memegangi janggut, sambil bicara. Namun setiap
kali itu pula Al Mughiroh, salah seorang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬menepis tangannya. Padahal
sebelum masuk Islam Al Mughiroh sering dilindungi Urwah.

Kecintaan Al-Mughirah kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬membuatnya tidak bisa membiarkan Urwah


menyentuh beliau walau hanya sesaat. Setelah jelas mengetahui maksud kedatangan
Rasulullah ‫ﷺ‬, Urwah pun kembali.

"Wahai saudaraku Quraisy," demikian kata Urwah,

"Aku pernah menemui Kaisar dari kisra. Demi Allah tidak pernah kulihat seorang raja yang
diperlakukan para sahabat seperti Muhammad, mengagungkannya.

Setiap kali Muhammad berwudhu para sahabat berebut menyediakan airnya. Setiap ada
helai rambut Muhammad jatuh mereka akan mengambilnya dan aku tidak akan diserahkan
kepada orang lain walau harus mati. Terimalah tawaran Muhammad."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 120
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ikrar Ridhwan

Orang-orang Quraisy masih belum mau menerima kedatangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum
muslimin. Kini Rasulullah yang mengirim utusan. Semula beliau memerintahkan Umar bin
Khattab. Namun Umar berkata,

"Saya khawatir orang Quraisy akan menindak saya, mengingat di Mekkah tidak ada pihak
Bani Adi yang akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui permusuhan saya
dan tindakan tegas saya kepada mereka. Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik
daripada saya yaitu Utsman bin Affan."

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus menantunya Utsman bin Affan. Tugas Usman adalah
berusaha meyakinkan bahwa kaum muslimin benar-benar berniat melaksanakan Haji.
Usman pun memasuki Mekah di bawah perlindungan (jiwar) Aban bin Said. Melihat Usman
para pemimpin Quraisy berkata,

297
"Utsman, kalau tidak mau berthawaf di Ka'bah berthawaflah."

"Aku tidak akan melakukannya sebelum Rasulullah berthawaf," jawab Usman.

Kedatangan kami kemari hanya untuk berziarah ke rumah suci dan memuliakannya. Kami
ingin menunaikan kewajiban ibadah di tempat ini. Kami telah datang membawa binatang
kurban setelah disembelih kami pun akan kembali pulang dengan damai."

"Tapi kami telah bersumpah bahwa kalian tidak boleh masuk ke Mekkah tahun ini," sanggah
seorang Pembesar Quraisy.

Terjadilah perdebatan seru yang alot tidak ada yang mau mengalah, masing-masing
melontarkan argumen. Akibatnya lama sekali Utsman bin Affan tidak kembali.

Kaum muslimin pun sudah sangat gelisah. Mereka takut Utsman dibunuh secara licik. Maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumpulkan para sahabatnya di bawah sebatang pohon. Mereka semua
bersumpah setia untuk tidak meninggalkan tempat itu sebelum membalas kematian Utsman
bin Affan, kemudian disebut baiat Ridwan. Allah menurunkan firman-nya
َْ َ َ ََ ‫ْ َ َْ َ ﱠ‬ ُ َ ‫َ َ َ َ ﱠ‬ ْ ْ َ ُ ْ َ
‫اﻟﺴ ِﻜﻴﻨﺔ ﻋﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َوأﺛ َﺎﺑ ُﻬ ْﻢ ﻓﺘﺤﺎ‬ ‫ﻟﻘﺪ َر ِ َ ا ﻋﻦ اﻟ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻨ َ ِإذ ُﻳ َ ﺎ ِ ُﻌﻮﻧﻚ ﺗ ْﺤﺖ اﻟﺸ َﺠ َﺮ ِة ﻓ َﻌ ِﻠ َﻢ َﻣﺎ ِ ﻗﻠ ِ ـ ِﻬﻢ ﻓﺄﻧﺰل‬
َ
‫ﻗ ﺎ‬

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya).
Surah Al-Fath (48:18)

Perjanjian Hudaibiyah

Alangkah leganya kaum muslimin ketika tidak lama sesudah itu, Utsman bin Affan kembali
ke perkemahan dalam keadaan selamat. Sungguh pun begitu ikrar Ridhwan tetap berlaku
sebagai tanda kesetiaan dan kekompakan umat Islam. Rasulullah ‫ ﷺ‬bahagia sekali dengan
kekompakan umatnya sebab terlihat jelas eratnya hubungan kasih sayang sesama mereka.
Selain itu nyata sekali terlihat bahwa kaum muslimin sangat besar keberaniannya. Mereka
bersedia menghadapi maut tanpa ragu-ragu lagi.

Utsman bin Affan berhasil meyakinkan orang Quraisy bahwa kaum muslimin benar-benar
ingin berhaji. Namun, karena Quraisy sudah mengirim Khalid bin Walid dengan membawa
Panji perang, Mereka takut orang akan mengatakan bahwa mereka adalah penakut jika
mengizinkan kaum muslimin memasuki Mekah.

Maka perundingan pun berlanjut terus. Kali ini Suhail bin Amr menjadi juru runding Quraisy.
Setelah lama berunding, akhirnya disepakati beberapa hal penting berikut:

298
~ Rasulullah ‫ ﷺ‬harus pulang tahun ini dan bisa berhaji tahun depan. Saat itu kaum muslimin
tidak boleh membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Orang Quraisy tidak boleh
menghalangi dengan cara apa pun.

~ Gencatan senjata selama 10 tahun tidak boleh ada yang menyerang pihak mana pun.

~ Selama 10 tahun itu, barang siapa yang ingin bergabung dengan kaum muslimin
dipersilahkan. Begitu juga yang ingin bergabung dengan Quraisy. Jika ada suku yang telah
menggabungkan diri diserang oleh pihak yang lain itu berarti perang.

~ Siapa pun orang Quraisy yang bergabung kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa izin walinya maka ia
harus dikembalikan. Sementara itu siapa pun dari pihak Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bergabung
dengan Quraisy tidak boleh dikembalikan lagi.

Perjanjian ini kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah, terjadi pada tahun ke-6
Hijriyah atau 628 masehi. Setelah perjanjian ini, Bani Khuzaah langsung bergabung dengan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Sementara itu lawannya, Bani Bakr bergabung dengan pihak Quraisy.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 121
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Ketidakpuasan Umar

Umar bin Khatab tidak puas dengan isi perjanjian itu. Ketidakpuasannya ini ditunjukkan
setelah terjadi insiden saat penulisan perjanjian. Saat itu Ali bin Abi Thalib mendapat tugas
Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menulis perjanjian itu.

"Tulislah Bismillahirohmanirohim!" Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Stop!" seru Suhail. "Nama Arrohman dan arrohim ini tidak kukenal. Tulislah dengan
bismika allahumma (dengan nama-mu Ya Allah)"

"Tulislah dengan nama-mu Ya Allah," Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Lalu, tulislah: "Ini adalah perjanjian damai yang ditetapkan antara Muhammad Rasulullah
dengan Suhail bin Amr."

Namun delegasi Quraisy itu kembali menolak.

299
"Jika kami mengakui bahwa engkau Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu.
Karena itu tulislah namamu dan nama ayahmu."

"Baik. Hapuslah kata Rasulullah. Tulislah Muhammad bin Abdullah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sebagaimana para sahabat lain yang hadir, Ali bin Abi Thalib sudah memuncak
kemarahannya kepada delegasi Quraisy itu, sehingga ia berkata,

"Tidak ya Rasulullah! Demi Allah aku tidak sudi menghapus kata itu."

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri yang menghapus kata-kata itu. Melihat hal itu Umar bin
Khattab berkata kepada Abu Bakar yang duduk disampingnya, "Bukankah dia itu
Rasulullah?"

"Memang betul," jawab Abu Bakar.

"Bukankah kita ini orang-orang Islam?"

"Memang betul!"

"Bukankah mereka itu orang-orang musyrik?"

"Memang betul!"

"Lalu Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?" seru Umar berapi api.

Abu bakar menenangkan Umar dengan kata-kata tegas, "Umar duduklah di tempatmu aku
bersaksi bahwa dia Rasulullah."

Namun hampir semua sahabat berpendapat seperti Umar. Mereka merasa agama mereka
telah dilecehkan dengan perjanjian ini. Bukan saja mereka gagal berhaji tahun ini tetapi juga
harus menerima bahwa orang musyrik itu seolah merendahkan Allah dan rasulnya
Rasulullah ‫ﷺ‬.
Kemudian terjadilah sebuah peristiwa yang membuat para sahabat semakin tidak menyukai
perjanjian ini.

Kisah Abu Jandal

Belum lagi kering tinta perjanjian itu, tiba-tiba muncul Abu Jandal. Pemuda itu adalah anak
Suhail bin Amr si perunding Quraisy. Para sahabat sangat terkejut menyaksikan kedua kaki
Abu Jandal dalam keadaan terbelenggu sehingga ia berjalan tertatih-tatih. Rupanya ia
berhasil melepaskan diri dari Mekah dan hendak menggabungkan diri dengan saudara-
saudara muslimnya.

Namun begitu melihat anaknya itu, Suhail berseru,


"Ini adalah orang pertama yang ku tuntut Agar engkau mengembalikannya."

300
"Kami tidak melanggar isi perjanjian ini sampai kapan pun," jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Demi Allah kalau begitu aku tidak akan menuntutmu karena sesuatu apa pun" kata Suhail.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Kalau begitu, berilah dia jaminan perlindungan karena aku."

"Aku tidak akan memberinya jaminan perlindungan karena dirimu," tukas Suhail.

"Lakukanlah!" pinta Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi

"Aku tidak akan melakukannya," jawab Suhail.

Suhail melangkah cepat ke arah Abu Jandal dan memukul keras-keras anaknya itu.
Suhail mencengkeram kerah baju Abu Jandal dan menyeretnya untuk dikembalikan kepada
Quraisy. Abu Jandal berseru,

"Semua orang muslim, Apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang
akan menyiksaku karena Agamaku ini?"

Kaum Muslimin merasa geram. Hampir-hampir saja kaki mereka bergerak untuk datang
melawan perjanjian yang sudah ditandatangani.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Wahai Abu Jandal bersabarlah dan tabahlah karena Allah akan memberikan jalan keluar
kepadamu dan orang-orang yang terdzalimi seperti dirimu. Kami sudah mengukuhkan
perjanjian dengan mereka. Kami telah membuat perjanjian persetujuan dengan mereka atas
peristiwa seperti ini dan mereka pun sudah memberikan sumpah atas nama Allah kepada
kami. Maka kami tidak akan melanggarnya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat ke sekeliling dan menangkap wajah pengikutnya yang tampak sangat
tidak puas. Hal inilah yang membuat para sahabat tidak menuruti perintah Rasulullah ‫ﷺ‬
sesaat setelah itu.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 122
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Nasihat Ummu Salamah

301
Rosululloh ‫ ﷺ‬kemudian bersabda
"Bangkitlah dan sembelihlah hewan qurban!"

Para sahabat Saling pandang. Apa? Jadi Rasulullah ‫ ﷺ‬menganggap bahwa mereka telah
selesai berhaji? Bukankah mereka sama sekali belum berthawaf? Bahkan sama sekali
belum melihat Ka'bah? Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi perintahnya sampai tiga kali.

Tidak ada satu pun sahabat yang beranjak. Semua diam termangu atau menunduk.
Rasulullah ‫ ﷺ‬memerhatikan wajah mereka. Bahkan Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab
juga menolak.

Dengan perasaan gundah, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke dalam tenda Ummu Salamah,


diceritakannya semua kelakuan para sahabat kepada istrinya itu. Ummu Salamah mengerti
betul betapa kecewanya Rasulullah ‫ﷺ‬. Kemudian Ummu Salamah mengajukan sebuah
saran yang menunjukkan kecerdasan dan kebijaksanaannya, persis seperti yang dulu
dilakukan oleh Khotijah untuk membangkitkan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam masa-masa sulit penuh
kegelapan.

"Wahai Rasulullah Apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintah itu?" tanya Ummu
Salamah.

"Keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah kata pun kepada salah seorang dari mereka.
Sembelihlah ternak kurban anda sendiri, Lalu panggilan tukang cukur dan bercukurlah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian keluar tanpa bicara sepatah kata pun dia melaksanakan saran dari
Ummu Salamah. Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬menyembelih kurban dan bercukur segera saja para
sahabat melakukan hal yang sama.

Suasana yang tadinya murung penuh kebingungan, kini berubah menjadi ceria. Suara
gembira para sahabat terdengar saat menyembelih kurban dan saling bergantian mencukur
rambut. Sebagian ada yang mencukur rambut dan sebagian lain hanya memangkas rambut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan bersyukur kepada Allah karena telah memberinya seorang istri
yang begitu cerdas dan bijak.

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang mencukur rambut," doa
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sebagian orang yang mendengarnya jadi gelisah. Mereka pun bertanya


"Dan mereka yang berpangkas rambut Ya Rasulullah?"

Para Wanita Mukminah

302
"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang bercukur rambut," doa Rasulullah
‫ ﷺ‬lagi. Para sahabat masih gelisah, mereka bertanya lagi, "dan mereka yang berpangkas
rambut, Ya Rasulullah?

"Dan mereka yang ber pangkas rambut," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya.

"Rasulullah, mengapa doa buat yang bercukur saja yang dinyatakan, bukan buat yang
berpangkas rambut?"

"Karena mereka sudah tidak ragu-ragu," demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

Umar bin Khattab sangat menyesal karena sempat menyangsikan keputusan Rasulullah ‫ﷺ‬
dalam perjanjian Hudaibiyah. Apalagi setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membacakan surat al-fath
yang menegaskan bahwa dalam perjanjian itu Allah telah memberi kemenangan yang nyata.
Legalah hati Umar mendengar firman Allah ini.
َْ َ َ ََ ‫ﱠ‬
‫ِإﻧﺎ ﻓﺘ ْﺤﻨﺎ ﻟﻚ ﻓﺘﺤﺎ ُﻣ ِﺒ ﻨﺎ‬

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,


Surah Al-Fath (48:1)

Umar berkata, "Setelah itu, aku terus-menerus melakukan berbagai amal, sedekah Shaum,
sholat dan berusaha membebaskan diri dari apa yang telah kulakukan saat itu. Aku selalu
dibayangi kelakuan itu. Aku selalu berharap semoga semua itu merupakan kebaikan."

Tidak lama setelah mereka tiba kembali di Madinah datanglah serombongan wanita mukmin
yang melarikan diri dari Quraisy.

Kemudian menyusullah para wali mereka yang menuntut agar wanita-wanita itu
dikembalikan sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menolaknya,
karena dalam perjanjian disebutkan bahwa kaum wanita tidak termasuk mereka yang harus
dikembalikan.

Dalam Alquran surat Al Mumtahanah membenarkan tindakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini.


ََ َ ْ ُ ُ ْ َ ُ ُ َ َ ُ َ ْ َ َُ َ
‫ﺎت ﻓ‬ ‫آﻣﻨﻮا إذا َﺟ َﺎء ُﻢ اﻟ ُﻤﺆﻣﻨﺎت ُﻣ َﻬﺎﺟ َﺮات ﻓ ْﺎﻣﺘﺤﻨﻮﻫ ﱠﻦ ۖ ا ُ أ ْﻋﻠ ُﻢ ﺑ َﻤﺎﻧﻬ ﱠﻦ ۖ ﻓﺈن َﻋﻠ ْﻤﺘ ُﻤﻮﻫ ﱠﻦ ُﻣﺆﻣﻨ‬ ‫َ ﺎ أ ﱡﻳ َﻬﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ‬
َ ٍ‫ﱠ ِ َ ُ ﱠ ﱞ ِ ُ ْ َ َ ُ ِ ْ َ ٍ َ ُ ِ ﱠ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ُ ِ ِ َ ِ َ ِ ُ َ ِ َ َ ِ ْ ْ ْ َ ْ ُ ِ ُ ﱠ‬ ُ َ
‫ﺗ ْﺮ ِﺟ ُﻌﻮﻫ ﱠﻦ ِإ اﻟ ﻔﺎر ۖ ﻫﻦ ِﺣﻞ ﻟﻬﻢ و ﻫﻢ ِﺤﻠﻮن ﻟﻬﻦ ۖ وآﺗﻮﻫﻢ ﻣﺎ أﻧﻔﻘﻮا ۚ و ﺟﻨﺎح ﻋﻠ ﻢ أن ﺗﻨ ِ ﺤﻮﻫﻦ ِإذا‬
َ َ ُ َْ ُْ َْ ُ َ ُ َ ُ ‫َُْ ُ ُ ﱠ‬
‫ﻮرﻫ ﱠﻦ ۚ َو ﺗ ْﻤ ِﺴﻜﻮا ِ ِﻌ َﺼ ِﻢ اﻟ َﻮ ِاﻓﺮ َو ْاﺳﺄﻟﻮا َﻣﺎ أﻧﻔﻘﺘ ْﻢ َوﻟ َ ْﺴﺄﻟﻮا َﻣﺎ أﻧﻔﻘﻮا ۚ ذ ٰ ِﻟ ْﻢ ُﺣ ُﻢ ا ِ ۖ َ ْﺤ ُﻢ َﺑ ْ ﻨ ْﻢ‬ ‫ۚ آﺗ ﺘﻤﻮﻫﻦ أﺟ‬
ٌ‫َوا ُ َﻋﻠ ٌﻢ َﺣﻜ ﻢ‬
ِ ِ

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan


yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui
tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)
beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-
orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada
halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka, mahar yang telah
mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada

303
mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan
perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar;
dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah
yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Surah Al-Mumtahanah (60:10)

Dalam surat yang sama pula Allah memerintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengatakan janji
setia kepada para mukminah itu. Mereka harus berjanji tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu pun, tidak berzina, tidak membunuh anak-anaknya, tidak berbuat dusta, dan tidak
akan mendurhakai Rasulullah ‫ﷺ‬. Para mukminah itu pun menerimanya.

Abu Bashir

Ada satu orang lagi yang mempunyai nasib seperti Abu Jandal namanya Abu Basir. Ia datang
ke Madinah dan minta agar Rasulullah ‫ ﷺ‬mau menerimanya, Namun, belum lama ia
menikmati hidup sebagai muslim yang merdeka di Madinah, datanglah surat dari Azhar bin
Auf dan Akhnas bin Syariq yang ditujukan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, yakni meminta agar Abu
Bashir dikembalikan. Surat itu dibawa oleh seorang laki-laki dari bani Amir yang disertai
seorang budak.

"Abu Basir," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,


"Kita telah membuat perjanjian dengan pihak mereka seperti yang sudah kau ketahui.
Penghianatan menurut agama kita tidak dibenarkan. Semoga Allah membuat engkau dan
orang-orang Islam yang ditindas bersamamu memperoleh kelapangan dan jalan keluar.
Pulanglah engkau kembali ke dalam lingkungan masyarakatmu."

"Rasulullah," kata Abu Bashir,


"Saya akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksa saya karena
agama saya ini."

Namun, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi kata-kata beliau tadi. Akhirnya, Abu Basir pun dibawa
oleh kedua orang tadi.

Di Dzulhulaifah, belum jauh dari Madinah, mereka beristirahat dan makan kurma. Abu
Bashir berkata kepada orang dari bani Amir,

"Demi Allah aku ingin sekali melihat pedangmu yang bagus itu, hai fulan."

Tanpa curiga utusan Quraisy itu menghunuskan pedang dan memperlihatkannya kepada
Abu Basir sambil berkata,

"Boleh, demi Allah memang ini adalah benda yang bagus. Ia sudah cukup kenyang malang
melintang bersamaku."

"Tolong Perlihatkan kepadaku, Aku ingin melihat dan memeriksanya," kata Abu Basir.

304
Begitu pedang itu ada di tangannya, Abu Bashir menusukkannya ke utusan Quraisy itu
sampai meninggal dunia. Seketika itu juga budak yang menyertai mereka berlari ke Madinah
sambil berteriak-teriak.
Budak itu Terus Berlari memasuki masjid. Melihat kehadirannya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sepertinya orang itu sedang ketakutan."

Budak itu berlari ke hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata

"Teman Tuan membunuh teman saya, saya pun agaknya akan dibunuhnya pula."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 123
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kelompok Abu Bashir

Tidak lama kemudian datanglah Abu Bashir dengan membawa pedang terhunus. Abu Bashir
tahu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat teguh memegang perjanjian. Jika saat itu ia menetap di
Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬pasti akan memulangkannya kembali.

Maka Abu Bashirpun berkata,

"Rasulullah, jaminan Tuan sudah terpenuhi dan Allah sudah melaksanakannya buat tuan.
Tuan menyerahkan saya ke tangan mereka dan dengan agama saya ini saya tetap bertahan
supaya saya jangan dianiaya atau dipermainkan karena keyakinan agama saya ini."

Setelah berkata begitu Abu Bashir pergi meninggalkan Madinah. Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu maksud
Abu Bashir. Beliau pun memandang kagum orang itu karena keberaniannya. Dalam hati
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengharapkan Abu Bashir mempunyai anak buah.

Sesuai dugaan Rasulullah ‫ ﷺ‬Abu basir tidak kembali ke Mekah ia pergi ke daerah Al Ish.
Tempat itu adalah jalur perdagangan Quraisy menuju Syam, tepat di tepi laut. Kepergian
Abu Bashir ke daerah ini didengar oleh kaum muslimin yang tinggal di Mekah. Mereka juga
mendengar betapa kagumnya Rasulullah ‫ ﷺ‬pada keberanian Abu Bashir.

Maka diam-diam 70 muslim yang selama ini hidup tertindas di Mekah pergi menyusul Abu
Bashir. Abu Jandal tentu saja berada di antara mereka itu.

305
Ketika mereka tiba, kaum muslim yang tertindas itu mengangkat Abu Bashir sebagai
pemimpin. Mulai sejak itulah mereka menyerang setiap kafilah dagang Quraisy yang lewat.

Ini berbahaya! Sangat berbahaya! gerutu seorang pemimpin Quraisy,

"Kita tidak bisa menyalahkan Muhammad karena para pengikutnya itu tidak lari ke
Madinah! Mau tidak mau kita harus meminta Muhammad menampung mereka ke Madinah
agar jalur dagang kita aman!"

"Tapi itu tidak sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, " jawab yang lain.

"Kita terpaksa mengalah, tidak ada jalan lain, bukan!"

Akhirnya orang Quraisy meminta Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima Abu Bashir dan pasukannya.
Mereka sadar bahwa orang yang imannya sangat kuat lebih berbahaya daripada
membebaskannya.

Dengan demikian, gugurlah Salah satu isi perjanjian yang mengatakan bahwa orang muslim
yang melarikan diri dari Quraisy harus dikembalikan.

Kini setiap muslim Mekah bisa bergabung setiap saat dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para
sahabatnya di Madinah. Ini adalah salah satu tanda kemenangan kaum muslimin.

Istri-istri Rasulullah

Kedudukan yang telah Rasulullah ‫ ﷺ‬berikan kepada para istrinya belum pernah didapati
oleh wanita-wanita Arab sebelum mereka. Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat lembut, selalu tersenyum,
dan penuh kasih sayang kepada para isterinya.

"Laki-laki terbaik di antara kamu adalah yang berlaku paling baik kepada isterinya,"
demikian sabda beliau.

Maka wajar saja, isteri-isteri Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi sedikit manja. Mereka begitu mencintai
Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga saling berebut perhatian Beliau. Aisyah sangat cemburu jika
Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang memberi perhatian kepada Hafshah, demikian pula sebaliknya. Bahkan
Aisyah sampai cemburu kepada almarhumah Khadijah. Hal seperti itu tentu mengganggu
ketentraman hati Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tidak cukup sampai di situ, para ibu kaum muslimin itu pun mengeluh kepada Rasulullah ‫ﷺ‬
tentang keserderhanaan hidup mereka.
Dengan mata berkaca-kaca, beberapa istri Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah memohon agar Rasulullah
‫ ﷺ‬juga memperhatikan pakaian mereka yang sederhana.

Para ibu kaum Muslimin itu tahu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah pemimpin negara yang cukup
besar saat itu. Dengan mudah, Rasulullah ‫ ﷺ‬akan dapat memberikan mereka pakaian dari
sutra, kain katun mesir, dan baju halus dari Yaman. Bahkan, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bisa saja

306
memberikan setiap isterinya perhiasan dari emas. Jadi, mengapa mereka harus hidup
sederhana.

Dengan cara halus, Rasululllah ‫ ﷺ‬berusaha menyadarkan para isteri beliau. Sebagai isteri
Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka tidak sama dengan wanita-wanita lain. Mereka memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki wanita lain, yaitu bersuamikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Mereka harus
menjadi wanita penyabar dan patuh kepada suami sehingga pantas diteladani oleh isteri-
isteri sahabat. Namun, isteri-isteri beliau secara halus tetap menuntut agar Rasulullah ‫ﷺ‬
memberi uang belanja yang lebih layak.

Karena sudah tidak ada jalan lain. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memutuskan hidup terpisah dari isteri-
isterinya. Masalah yang harus dihadapi masih segunung, termasuk ancaman Yahudi dari
Khaibar. Para isteri yang harusnya menentramkan malah mengeruhkan batin Rasulullah ‫ﷺ‬.

Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar datang dan memarahi Aisyah. Umar bin Khatab juga
memarahi putrinya Hafshah.

Akhirnya para isteri Rasulullah ‫ ﷺ‬itu menyadari kelalaian mereka. Sambil menangis, mereka
memohon ampun pada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan mereka.
Rasululllah ‫ ﷺ‬memaafkan mereka dan kembali hidup tenteram seperti semula.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 124
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Seruan Rasulullah agar Bekerja

Di Madinah masih ada orang-orang muslim yang hidup tanpa rumah dan tanpa pekerjaan.
Mereka ini tinggal di masjid dan hidup tenang dari harta zakat yang diberikan oleh orang
lain. Setiap hari yang mereka lakukan adalah berdzikir dan sholat di masjid.

Sebagian masyarakat sangat menghormati orang-orang yang tiada henti-hentinya berdzikir,


sholat, dan berdoa itu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬menemukan salah seorang di antara mereka yang benar-benar
mengkhususkan dirinya untuk beribadah. Orang itu terlihat begitu kurus karena sholat
setiap siang dan malam hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melihat kekaguman orang-orang kepada laki-laki tadi. Dahi Rasulullah ‫ﷺ‬
sedikit berkerut sehingga beliau bertanya kepada orang-orang,

307
"Siapa yang memberi dia makan?"

"Saudaranya ya Rasulullah." jawab seseorang.

"Saudaranya itu jauh lebih ahli ibadah daripada dia," demikian Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menghimbau semua orang yang hidup menganggur agar mau
bekerja. Jika kita masih mempunyai kaki dan tangan, tidak ada alasan untuk tidak bekerja.
Yang terbaik bagi seseorang adalah makan dari hasil pekerjaannya sendiri.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menceritakan kisah Nabi Daud. Walaupun dia seorang raja yang berkuasa dia
tetap makan dari hasil pekerjaannya sendiri.

Maka tersentaklah orang-orang, ternyata ibadah itu mempunyai arti sangat luas. Bekerja
untuk menafkahi keluarga termasuk ibadah besar jika diniatkan dengan ikhlas karena Allah
semata.

Sejak itu kaum muslimin pun bekerja dengan giat. Apa pun yang halal mereka kerjakan,
apalagi banyak ladang-ladang gembala dan sumur-sumur peninggalan orang Yahudi yang
kini menjadi milik kaum muslimin.

Bekerja sebagai gembala, pencari kayu bakar dan pembuat tembikar jauh lebih baik
daripada orang yang terus berdiam diri di masjid hanya untuk berdzikir.

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah teladan kesungguhan yang sempurna. Apabila beliau telah


memusatkan perhatiannya pada ibadah, maka dipusatkan lah perhatiannya sepenuhnya.
Dan apabila melaksanakan suatu pekerjaan lain maka takkan beliau sudahi pekerjaan itu
sebelum benar-benar selesai.

Larangan Minum Khamr

Setelah itu muadzin Rasulullah ‫ ﷺ‬berseru,


"Setelah adzan, orang mabuk jangan ikut sholat!"

Maka banyaklah kaum muslim yang mulai mengurangi minum khamr sedapat mungkin.
Namun Umar kembali berkata lagi,

"Ya Allah jelaskanlah kepada kami hukum khamr itu. Jelaskanlah dengan tegas Ya Allah. Hal
ini menyesatkan pikiran dan harta."

Umar berkata begitu karena pernah ada sekelompok muslimin Anshor dan Muhajirin yang
berkelahi sambil mabuk. Khamr betul-betul membuat mereka saling menarik janggut dan
memukul kepala orang lain.

Akhirnya turun ayat yang melarang khamr dengan tegas,

308
َ ُْ ْ َ
ُ ‫ﺎﺟ َﺘ ُﺒ‬ َْ ‫ﱠ‬ َ ْ َ ُ َ َْ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ ‫َ َ ُ ﱠ‬
َ َ ْ ٌ ‫اﻷ ْ َز ُم ر ْﺟ‬
‫ﻮە ﻟ َﻌﻠ ْﻢ ﺗﻔ ِﻠ ُﺤﻮن‬ ِ ‫ﺲ ِﻣﻦ ﻋﻤ ِﻞ اﻟﺸ ﻄ ِﺎن ﻓ‬ ‫َ ﺎ أ ﱡﻳ َﻬﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا ِإﻧﻤﺎ اﻟﺨﻤﺮ واﻟﻤ ِ واﻷﻧﺼﺎب و‬

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban


untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Surah Al-Ma'idah (5:90)
ُْ َ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َْ ‫ﱠَ ُ ُ ﱠ‬
‫اﻟﺼ ِة ۖ ﻓ َﻬ ْﻞ أﻧﺘ ْﻢ‬ ‫ﻮﻗ َﻊ َﺑ ْ ﻨ ُﻢ اﻟ َﻌﺪ َاوة َواﻟ َ ﻐﻀ َﺎء ِ اﻟﺨ ْﻤﺮ َواﻟ َﻤ ْ ِ َو َ ُﺼﺪ ْﻢ َﻋ ْﻦ ِذﻛﺮ ا ِ َو َﻋﻦ‬
ِ ‫ِإﻧ ْ َﻤﺎ ُ ﻳ َﺪ اﻟﺸ ﻄﺎن أن ﻳ‬
‫ُﻣﻨﺘﻬﻮن‬

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di


antara kamu dengan jalan (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan dari sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Surah Al-Ma'idah (5:91)

Begitu ayat ini turun para sahabat langsung menghentikan kebiasaan minum khamr.

"Semua umatku selamat kecuali orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan"
(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Termasuk orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan adalah orang yang
dengan bangga menceritakan perbuatan hinanya agar mendapat pujian serta kekaguman
dari teman-temannya.

Kerajaan Romawi dan Persia

Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬hidup, ada dua kerajaan besar yang saling bermusuhan, yaitu Romawi
dan Persia. Perang di antara keduanya menghasilkan kemenangan yang silih berganti. Pada
suatu saat Romawi yang menang, pada saat yang lain Persialah yang menaklukkan
lawannya.

Pada mulanya Persia yang menang, mereka menguasai Palestina dan Mesir, menaklukkan
Baitul Maqdis atau Yerusalem dan berhasil merebut salib besar (the truth cross) yang
disucikan orang Romawi yang beragama Kristen.

Setelah itu berganti Romawi yang menang. Mereka berhasil merebut kembali Mesir, Syam,
dan Palestina.

Heraklius, kaisar Romawi saat itu memenuhi nazarnya dengan berziarah ke Yerusalem
sambil berjalan kaki untuk mengembalikan salib besar ke tempatnya semula.

Nama dua kerajaan besar itu benar-benar menggetarkan hati para penguasa-penguasa kecil
di daerah sekitarnya. Tidak ada sebuah kerajaan kecil pun yang mempunyai pikiran untuk
menentang kehendak kedua kekaisaran itu. Yang mereka inginkan adalah berdamai dengan
keduanya.

309
Termasuk hal itulah yang selama ini telah dilakukan oleh negeri-negeri Arab.
Yaman dan Irak berada di bawah pengaruh Persia. Sementara itu Mesir sampai ke Syam
dibawah kekuasaan Romawi.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 125
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Utusan Kepada Heraklius

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah ragu sedikit pun untuk mengajak orang kepada agama yang
benar, agama yang akan menyelamatkan manusia dari kesengsaraan tiada batas di akhirat
nanti. Apalagi perjanjian Hudaibiyah sudah menjamin bahwa tidak akan ada peperangan
dengan orang Quraisy selama 10 tahun kecuali jika perjanjian itu dilanggar oleh salah satu
pihak. Maka ini adalah saatnya menyebarkan dakwah seluas mungkin tanpa takut dihambat
oleh orang Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Dihyah bin Khalifa Al Kalbi untuk menyampaikan surat kepada
Heraklius, yang saat itu sedang berada di Baitul Maqdis. Surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu berbunyi,

Bismillahirrohmanirrohim

Dari Muhammad bin Abdullah kepada Heraklius pemimpin Romawi. Kesejahteraan bagi
siapa pun yang mengikuti petunjuk. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Masuklah
Islam niscaya Allah akan melimpahkan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan
berpaling maka tuan akan menanggung dosa rakyat Arisiyin.
َ ُ َ ‫َ ﱠ‬ َ َ ْ ُ ََ َ ‫َ ﱠ َ َ ﱠ‬ ََ َ َ ْ ُ
‫ك ِ ِﻪ ﺷ ْ ﺌﺎ َو َﻳﺘ ِﺨﺬ َ ْﻌﻀﻨﺎ َ ْﻌﻀﺎ أ ْرَ ﺎ ﺎ‬ ‫ﺎب ﺗ َﻌﺎﻟ ْﻮا ِإ ٰ ِﻠ َﻤ ٍﺔ َﺳ َﻮ ٍاء َﺑ ْ ﻨﻨﺎ َو َ ْ ﻨ ْﻢ أ ﻧ ْﻌ ُ ﺪ ِإ ا و‬ ِ ‫ﻗ ْﻞ َ ﺎ أﻫ َﻞ اﻟ ِ ﺘ‬
َ ‫ﱠ‬ ُ ْ َُ َ ْ َ ُ ْ
‫ون ا ِ ۚ ﻓ ِﺈن ﺗ َﻮﻟ ْﻮا ﻓﻘﻮﻟﻮا اﺷ َﻬﺪوا ِ ﺄﻧﺎ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ُﻤﻮن‬ ِ ‫ِﻣﻦ د‬

Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah).
Surah Ali 'Imran (3:64)

310
Pada saat itu kebetulan Abu Sufyan dan rombongan pedagang Quraisy sedang berada di
Darussalam. Heraklius mengundang mereka dalam pertemuan yang dihadiri oleh para
pembesar Romawi.

"Siapa di antara kalian yang mempunyai ikatan darah yang paling dekat dengan orang yang
mengaku sebagai nabi itu?" tanya penerjemah Heraklius.

"Akulah orang yang paling dekat hubungan darahnya dengan dia," jawab Abu Sufyan.

"Mendekatlah kemari!" minta Heraklius.

(Kisah di kemudian hari) Heraklius adalah penguasa Romawi Timur atau Byzantium yang
ibukotanya di Konstantinopel.
Sepeninggal nabi, Khalifah Abu Bakar mendengar tentang gerakan pasukan Romawi yang
membahayakan Negara Islam.
Abu Bakar mengirim pasukan di bawah komando Amr Bin Al As Suara, Bilal bin Hasanah dan
Yazid bin Abu Sofyan beberapa hari sebelum Abu Bakar wafat. Pasukan muslim berhasil
mengusir pasukan Byzantium untuk selamanya.

Heraklius dan Abu Sufyan

"Bagaimana nasibnya di tengah kalian?" tanya Heraklius melalui penterjemahnya.

"Dia adalah orang terpandang di antara kami," jawab Abu Sufyan.

Lalu Heraklius terus bertanya tentang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang selalu dijawab Abu Sufyan dengan
jujur.

Akhirnya Heraklius berkata,

"Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah kalian menuduhnya pembohong sebelum dia
mengatakan apa yang dikatakannya?
Engkau menjawab tidak. Memang aku tahu, tidak mungkin dia berdusta terhadap manusia
dan terhadap Allah.

Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang mengikutinya dari kalangan orang-orang
yang terpandang ataukah orang-orang yang lemah? Engkau katakan, orang-orang lemahlah
yang paling banyak mengikutinya Memang begitulah pengikut para rasul.

Aku sudah menanyakan kepadamu adakah seseorang yang murtad dari agamanya karena
benci terhadap agamanya itu setelah dia memasukinya? Engkau katakan tidak ada. Memang
begitulah Jika iman sudah meresap ke dalam hati.

Aku sudah menanyakan kepadamu Apakah dia pernah berkhianat?


Engkau katakan tidak pernah. Memang begitulah para rasul memang tidak pernah
berkhianat.

311
Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang diperintahkan'?
Engkau katakan bahwa dia menyuruh kalian untuk menyembah Allah dan tidak
menyekutukan sesuatu pun dengannya, melarang kalian menyembah berhala, menyuruh
kalian mendirikan shalat, bersedekah, jujur, dan menjaga kehormatan diri.

Jika yang engkau katakan ini benar, maka dia akan menguasai tempat di mana kedua kakiku
berpijak saat ini. Jauh-jauh sebelumnya aku sudah menyadari bahwa orang yang seperti dia
akan muncul dan aku tidak menduga bahwa dia berasal dari tengah masyarakat kalian.
Andaikata aku bisa bebas bertemu dengannya, aku lebih memilih bertemu dengannya.
Andaikan aku berada di hadapannya, tentu akan kubasuh kedua telapak kakinya."

Setelah itu Heraklius meminta surat Rasulullah ‫ ﷺ‬dibacakan sampai selesai. Segera saja
suara gaduh terdengar di sana-sini.

Setelah memeluk Islam, Abu Sufyan pun berkata,


"Sejak saat itu aku yakin akan kemenangan Rasulullah ‫ ﷺ‬hingga akhirnya Allah memberiku
petunjuk untuk memeluk Islam."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 126
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Surat kepada Kisra, Raja Persia

Jika surat Rasulullah ‫ ﷺ‬dibaca dan diterima dengan hormat oleh orang Romawi, tidak
demikian halnya dengan orang-orang Persia. Surat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
kepada Kisra raja Persia itu berbunyi

"Bismillahirrohmanirrohim.

Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra pemimpin Persia. Kesejahteraan bagi siapa pun
yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan utusan-Nya, bersaksi bahwa tiada ilah
selain Allah semata yang tiada sekutu baginya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya.

Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada
seluruh manusia untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan orang yang
membenarkan perkataan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat.
Namun jika tuan menolak, maka dosa orang orang Majusi ada di pundak tuan."

312
Setelah membaca surat itu, Kisra merobek-robek surat Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata,

"Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku
berkuasa,"

Setelah mendengar apa yang dikatakan Kisra, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Allah akan mencabik-
cabik kerajaannya."

Setelah itu Kisra menulis surat kepada Badzan, Gubernur di Yaman. Isinya, "Utuslah dua
orang yang gagah perkasa untuk menemui orang dari Hijaz ini (maksudnya Rasulullah ‫)ﷺ‬
dan setelah itu, hendaklah mereka berdua membawanya untuk menemuiku.

Ketika dua orang suruhan itu tiba di hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau menyuruh mereka
menemuinya lagi besok. Ternyata pada saat yang sama, Kisra dibunuh oleh Syiruyyah,
putranya sendiri.

Terbuktilah sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬bahwa kerajaan Kisra akan tercabik-cabik. Rasulullah ‫ﷺ‬
mengetahui hal ini dari wahyu dan meneruskannya kepada kedua utusan itu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta kedua utusan itu pulang dan menyampaikan surat yang mengajak
Badzan memeluk Islam.

Penghujung surat berbunyi,


"Apabila tuan mau masuk Islam, kuberikan apa yang menjadi milik tuan dan mengangkat
tuan sebagai pemimpin kaum tuan."

Syiruyyah sendiri melarang Badzan menyerang Rasulullah ‫ ﷺ‬jika tidak ada perintah darinya.
Hal inilah yang membuat Badzan dan seluruh rakyat Yaman memeluk Islam.

Surat kepada Muqauqis, Raja Mesir

Selain kepada kedua kerajaan besar itu Rasulullah ‫ ﷺ‬juga menulis surat kepada para
penguasa yang lain. Hatib bin Abi Balta'ah diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk
menyampaikan surat beliau kepada Juraij bin Mata, penguasa Mesir dengan gelar
Muqauqis. Surat beliau berbunyi,

Bismillahirrohmanirrohim,

Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Muqauqis, Raja Qibti (Mesir).
Keselamatan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'd.

Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, niscaya Allah akan memberikan pahala kepada
tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling maka tuan akan menanggung dosa seluruh
penduduk Qibti."

313
Surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu kemudian ditutup dengan ayat ke 64 Surat Ali Imron, seperti yang
juga disampaikan kepada Heraklius.
َ ُ َ ‫َ ﱠ‬ َ َ ْ ُ ََ َ ‫َ ﱠ َ َ ﱠ‬ ََ َ َ ْ ُ
‫ك ِ ِﻪ ﺷ ْ ﺌﺎ َو َﻳﺘ ِﺨﺬ َ ْﻌﻀﻨﺎ َ ْﻌﻀﺎ أ ْرَ ﺎ ﺎ‬ ‫ﺎب ﺗ َﻌﺎﻟ ْﻮا ِإ ٰ ِﻠ َﻤ ٍﺔ َﺳ َﻮ ٍاء َﺑ ْ ﻨﻨﺎ َو َ ْ ﻨ ْﻢ أ ﻧ ْﻌ ُ ﺪ ِإ ا و‬ ‫ﻗ ْﻞ َ ﺎ أﻫ َﻞ اﻟ ﺘ‬
َ ُ ْ ُ ‫ﱠ‬ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ ِْ َ ِ ُ ْ
‫ون ا ِ ۚ ﻓ ِﺈن ﺗﻮﻟﻮا ﻓﻘﻮﻟﻮا اﺷﻬﺪوا ِ ﺄﻧﺎ ﻣﺴ ِﻠﻤﻮن‬ ِ ‫ِﻣﻦ د‬

Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah).
Surah Ali 'Imran (3:64)

Hathib menambahkan,

"Kami mengajakmu kepada Islam yang Allah telah mencukupkannya dari agama yang lain.
Sesungguhnya nabi Ini menyuruh semua manusia yang paling ditekan Quraisy, yang paling
dimusuhi Yahudi, dan yang paling dekat dengan orang Nasrani (Muqauqis dan rakyatnya
adalah pemeluk Nasrani) Setiap nabi yang sudah mengenal suatu kaum, maka kaum itu
adalah umatnya yang pasti mereka harus menaati nya. Tuan termasuk orang yang sudah
mengenal nabi ini."

Muqauqiss menjawab,

"Memang aku telah memperhatikan agama nabi ini dan kutahu bahwa dia tidak
memerintahkan untuk menghindari agama Almasih, tidak pula seperti tukang sihir yang
sesat atau dukun yang suka berdusta. Kulihat dia membawa tanda kenabian dengan
mengeluarkan yang tersembunyi dan mengabarkan yang rahasia. Aku akan
mempertimbangkannya."

Kemudian, Muqauqis menulis surat yang isinya,

Bismillahirrohmanirrohim,

Kepada Muhammad bin Abdullah dari Muqauqis, pemimpin Qibti. Kesejahteraan bagi Tuan.
Amma Ba'd.
Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami isinya, serta apa yang tuan serukan.
Saya sudah tahu bahwa ada seorang nabi yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya dia
akan muncul dari Syam. Saya hormati utusan tuan dan kini kukirim 2 gadis yang mempunyai
kedudukan terhormat di masyarakat Qibti, dan beberapa lembar kain. Saya hadiahkan pula
seekor baghal agar dapat tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera bagi tuan.

Nah dua gadis itu adalah Maria dan Shirin. Maria kemudian menjadi istri Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
Shirin menikah dengan Hasan bin Tsabit al-Anshari.

314
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 127
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Surat kepada Najasyi, Raja Habasyah

Selain itu Rasulullah ‫ ﷺ‬juga menulis surat kepada Najasyi, raja Habasyah yang menerima
kaum muslimin yang mengungsi ke negerinya. Amir bin Umayyah adh Dhamri
menyampaikan surat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berbunyi,

Bismillahirohmanirohim,

Dari Muhammad Rasulullah kepada Najasyi pemimpin Habasyah (Habsyi). Kesejahteraan


bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba'd.
Aku memuji bagi tuan kepada Allah yang tiada ilah selain Nya. Dialah penguasa yang Maha
Suci, yang memberi kesejahteraan memberi perlindungan dan yang berkuasa.
Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah roh Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan
kepada Maryam yang perawan, baik, dan menjaga kehormatan diri lalu dia mengandung Isa
dari roh-Nya dan tiupan-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam dengan tangan-Nya.
Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya dan senantiasa mentaati-
Nya, dan hendaklah tuan mengikuti aku, beriman kepada apa yang diberikan kepadaku.
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku menyeru tuan dan pasukan tuan kepada
Allah Azza wa Jalla. Aku sudah mengajak dan memberi nasihat maka terimalah nasihatku.
Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk.

Begitu Najasyi menerima surat Rasulullah ‫ ﷺ‬ia langsung mengangkat surat itu dan
meletakkannya di depan matanya. Ia turun ke lantai dari singgasananya, lalu masuk Islam di
hadapan Ja'far bin Abu Thalib yang masih berada di sana bersama para pengungsi Muslim.

Najasyi membalas surat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang menyetujui bahwa Nabi Isa memang benar
seorang utusan Allah yang lahir dari Maryam yang suci. Najasyi juga menyatakan bahwa ia
memeluk Islam dan menyatakan sumpah setia kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga meminta Najasyi agar mengirim pulang Ja'far bin
Abi Tholib ke Madinah. Najasyi pun menyediakan dua perahu. Turut pula dalam rombongan
itu Amir bin Umayyah sang pembawa surat.

Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersedih hati atas
kematiannya dan menyelenggarakan shalat ghaib. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun mengirim surat yang
sama isinya kepada pengganti Najasyi. Akan tetapi sejarah tidak mencatat apakah
penggantinya juga memeluk Islam atau tidak.

315
Perang Khaibar

Setelah orang Quraisy setuju untuk berdamai, kini ada satu musuh yang tidak kalah
berbahaya. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang kini berkumpul di Khaibar, Kota
Benteng yang sangat kuat.

Para penghuni Khaibar inilah yang dulu menghasut pasukan Quraisy untuk menyerang
Madinah dalam Perang Khandaq.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa jika dibiarkan mereka akan menempuh cara yang lebih
berbahaya untuk membasmi kaum muslimin. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyiapkan
pasukannya, namun beliau paham bahwa pertempuran yang mereka hadapi akan sangat
berat.
Karena itu yang boleh bergabung hanya orang-orang yang benar-benar siap berjihad. Maka
berkumpulah orang-orang yang gagah berani yang terdiri atas 1400 pasukan berjalan kaki
dan 100 penunggang kuda.

Diam-diam Abdullah bin Ubay mengirim pesan kepada orang-orang Khaibar, "Muhammad
hendak mendatangi kalian. Bersiap siagalah dan kalian tak perlu takut. Jumlah dan kekuatan
kalian sangat banyak sementara kaum Muhammad hanya sedikit dengan persenjataan
terbatas".

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta dua petunjuk jalan. Keduanya menunjukkan empat jalan yang dapat
ditempuh kaum muslimin agar kedatangan mereka tidak diketahui orang-orang Yahudi di
Khaibar.
Jalan-jalan itu bernama Syasy (kacau), Hathib (sial), Huzn (kesedihan), Marhab (selamat
datang). Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memilih melewati jalan Marhab.

Setelah shalat ashar Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta bekal makanan. Karena hanya sedikit, beliau
disuguhi tepung gandum yang tidak seberapa banyak. Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengolah
tepung itu sehingga menjadi cukup buat beliau dan semua orang.

Seorang penyair bernama Amir bin Akwa melantunkan karyanya,

"Kalau bukan karena engkau ya Allah,


Kami tidak akan mendapatkan hidayah. Tidak pula sholat dan bersedekah.
Ampunilah dosa kami sebagai tebusan selagi kami tegar dalam ketakwaan,
Teguhkanlah pendirian kami dalam peperangan. Berikanlah kepada kami ketentraman hati.
Kami tidak ingin hidup jika musuh mengalahkan kami.

Mendengar syair itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allah merahmatinya."

316
Para sahabat hafal bahwa jika Rasulullah ‫ ﷺ‬memohon ampunan bagi seseorang, orang itu
akan mati syahid demikianlah yang terjadi pada Amir bin al Akwa dalam pertempuran ini.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 128
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Jalannya Pertempuran

Orang-orang Yahudi Khaibar yang hendak berangkat ke kebun sangat terkejut melihat
kedatangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya pagi-pagi sekali.

"Itu Muhammad, demi Allah, Muhammad dan pasukannya!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Jika kita tiba di
pelataran suatu kaum, maka amat buruklah bagi orang-orang yang layak mendapat
peringatan!"

Setelah mendirikan markas, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak seluruh pasukannya berdoa,

"Ya Allah, Rabb langit yang tujuh serta apa-apa yang dipayunginya. Rabb bumi yang tujuh
dan apa-apa yang dikandungnya, Rabb setan-setan dan apa yang disesatkannya.
Sesungguhnya kami mohon kepada Mu kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya,
dan kebaikan apa pun yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepadaMu dari kejahatan
dusun ini, kejahatan penduduknya, dan kejahatan apapun yang ada di dalamnya. Majulah
Dengan nama Allah."

Pada malam menjelang penyerbuan, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya juga dicintai Allah dan rasul-Nya."

Para sahabat sangat berharap bahwa merekalah yang terpilih esok harinya. Rasulullah ‫ﷺ‬
memanggil Ali bin Abi Thalib, saat itu Ali sedang sakit mata namun Rasulullah ‫ ﷺ‬mengusap
dan berdoa agar Allah menyembuhkan mata menantunya itu. Mata Ali pun sembuh dan ia
memimpin pasukan hebat yang terdiri atas rangkaian banteng-banteng yang kuat.

Pertempuran seru meletus berhari-hari. Pemimpin Yahudi khaibar maju sambil bersyair,

317
"Khaibar sudah mengenal, akulah Marhab, memanggul senjata tajam pahlawan
berpengalaman."

Amir bin Akwa maju menghadapinya sambil bersyair,

"Khaibar sudah mengenal, Akulah Amir, memanggul senjata tajam pahlawan petualang."

Dalam duel seru, Marhab menebas tempurung Amir sehingga ia gugur dan syahid.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda tentang Amir,

"Sesungguhnya dia memperoleh dua pahala, dia telah berusaha dan telah berjuang. Tidak
banyak orang Arab yang berjalan seperti dia."

Kini Ali bin Abi Thalib maju dan membalas syair Marhab dengan garang. Dalam duel Ali
berhasil membunuh Marhab.

Perang khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ke tujuh Hijriyah. Sekitar 1500 pasukan
nabi menghadapi 10.000 orang pasukan Khaibar, akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil
mengalahkan lawan yang begitu besar itu. Kaum muslim kehilangan 18 jiwa sedangkan
pihak musuh kehilangan 93 jiwa.

Kemenangan

Setelah itu satu persatu pemimpin Yahudi jatuh dalam pertempuran dahsyat. Benteng Naim
takluk setelah Marhab terbunuh. Benteng Ash Sha'ab bin Muadz direbut dengan cara
dikepung selama tiga hari. Ketika itu persediaan makanan kaum muslimin sudah sangat tipis,
hingga mereka kelaparan. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berdoa dan akhirnya pasukannya
bangkit sehingga berhasil menaklukkan benteng itu. Di dalamnya, banyak terdapat ternak-
ternak gemuk untuk dimakan.

Benteng Az Zubair dikepung selama 3 hari. Namun mereka bisa bertahan karena
mempunyai mata air sendiri. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan serangan untuk merebut mata
air. Setelah mata air dapat direbut, Benteng Az Zubair pun takluk.

Orang-orang Yahudi di benteng Ubay menantang duel satu lawan satu. Semua pahlawan
Yahudi yang maju berduel berhasil ditaklukkan oleh para pahlawan Islam. Kemudian Abu
Dujanah yang kepalanya diikat kain merah jika sudah bertekad mati, memimpin pasukan
komando masuk dan menyusup ke dalam benteng. Setelah bertempur seru, benteng Ubay
pun takluk.

Benteng An Nizar adalah benteng yang sangat kuat karena letaknya tinggi dan susah
diserang. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan penggunaan manjaniq atau pelontar batu besar.
Maka dinding-dinding benteng jebol dan pasukan muslim pun akhirnya membanjir masuk
untuk menaklukkan musuh.

318
Ketiga benteng yang tersisa dikepung selama 14 hari. Beberapa ahli sejarah berpendapat
bahwa sempat terjadi pertempuran di benteng Al Qamush. Namun kedua benteng yang lain:
Al Wathih dan As Sulalim menyerahkan diri lewat perundingan.

Orang Yahudi meminta mereka yang di benteng tidak dibunuh, anak-anak tidak ditawan dan
mereka siap meninggalkan Khaibar dengan segenap keluarga, menyerahkan semua harta
kekayaan Khaibar yang berupa tanah, emas, perak, kuda, keledai dan baju-baju perang.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyetujui hal itu seraya bersabda,


"Aku juga membebaskan kalian dengan perlindungan Allah dan rasulNya apabila kalian tidak
menyembunyikan sesuatu pun dariku."

Mereka setuju. Namun orang Yahudi memang licik. Beberapa dari mereka ketahuan
menyembunyikan harta di balik reruntuhan. Maka mereka pun dibunuh, karena melanggar
perjanjian, sebagai pembalasan atas terbunuhnya beberapa sahabat atas tindakan mereka.
Selesailah sudah penaklukan Khaibar. Allahu Akbar!

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 129
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Pembagian Harta Rampasan dan Kedatangan Ja'far

Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar orang-orang Yahudi pergi dari Khaibar. Namun sebagian orang
Yahudi itu berkata,

"Wahai Muhammad berilah kami kesempatan untuk tetap berada di tanah ini agar kami bisa
mengolah dan menanganinya. Kami lebih berpengalaman daripada kalian."

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berpendapat bahwa mereka benar. Beliau dan para sahabat tidak
mempunyai cukup tenaga untuk mengolah tanah-tanah pertanian Khaibar yang lebih luas.
Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun setuju untuk mengijinkan Yahudi mengolah tanah itu dan
membagi hasil panen dengan kaum muslimin.

Tanah Khaibar berjumlah 36 kelompok. Setiap kelompok dibagi menjadi 100 bagian
sehingga jumlah totalnya sebanyak 3.600 bagian. Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin
mendapat separuhnya. Beliau mendapat satu bagian seperti halnya kaum muslimin yang
lain. Sisanya dikhususkan untuk para wakil beliau dan urusan umum kaum muslimin. Orang-
orang muslim yang ikut dalam perjalanan perjanjian Hudaibiyah mendapat masing-masing

319
satu bagian-bagian, entah mereka itu ikut dalam perang Khaibar atau tidak. Alasannya
berkat jasa mereka jugalah kaum Muslimin dapat menaklukkan
Khaibar.
Setiap kuda yang ikut mendapat 2 bagian, penunggangnya mendapat 3 bagian, sedangkan
pejalan kaki mendapat satu bagian.

Rampasan Khaibar ini begitu banyak sampai Ibnu Umar berkata,

"Sebelumnya kami tidak pernah merasa kenyang, sebelum kami bisa menaklukkan Khaibar."

Aisyah pun berkata,

"Saat Khaibar ditaklukkan, kami bisa kenyang karena makan kurma".

Setelah kembali ke Madinah kaum Muhajirin mengembalikan apa yang dulu pernah
diberikan oleh kaum Anshor, yakni berupa pohon dan buah kurma, karena kini mereka telah
memiliki banyak pohon dan buah kurma di Khaibar.

Di Madinah Ja'far bin Abi Thalib dan rombongannya telah tiba dari Habasyah. Rasulullah ‫ﷺ‬
begitu gembira melihat Ja'far sehingga beliau bersabda,

"Demi Allah aku tidak tahu, karena aku gembira dengan penaklukan Khaibar dan
kedatangan Ja'far."

Ja'far dan rombongannya pun masing-masing mendapatkan satu bagian tanah Khaibar.

Shafiyah

Di antara para tawanan terdapat Shafiyah binti Huyay. Ia adalah Putri Huyay bin Al Akhtab,
pemimpin Bani Nadhir yang menghasut Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang
Khandaq.
Suaminya, Kinanah bin Abul Huqaiq, dibunuh akibat berkhianat kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬karena
menyembunyikan harta Bani Nadhir. Shafiyah binti Huyay diberikan kepada Dihyah bin Al
Khalifah.

Namun, seorang sahabat merasa iba kepada putri bangsawan Yahudi itu. Ia mendatangi
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan berkata,

"Wahai Rasulullah, apakah engkau menyerahkan Shafiyah binti Huyai, putri pemimpin
Quraidhah dan Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah hanya pantas dimiliki oleh engkau."

Untuk menjaga kehormatan Shafiyah, Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta Dihyah mengambil tawanan


yang lain. Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam. Shafiyah pun
menerimanya. Setelah itu Shafiyah pun menerima pinangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan
kebebasannya sebagai mahar.

320
Di Ash Shaba', dalam perjalanan pulang ke Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬menyelenggarakan
walimah nikah. Ummu Sulaim merias Shafiyah. Untuk makan, dihidangkan
kurma, makanan dari tepung, dan keju. Rasulullah ‫ ﷺ‬berada di sana selama tiga hari. Pada
saat itu, beliau melihat memar-memar biru pada wajah Shafiyah, lalu beliau bertanya,

"Ada apa ini?"

"Wahai Rasulullah, sebelum engkau mendatangi kami, aku bermimpi melihat bulan seakan
akan terlepas dari tempatnya dan jatuh ke bilikku. Aku menceritakan mimpi ini kepada
suamiku dan aku tidak menyebut-nyebut dirimu sedikit pun, namun ia menempeleng
wajahku."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan memberikan kata-kata menghibur,

"Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di Madinah."

Pada saat itu ada seorang wanita Yahudi bernama Zaenab binti Al Haris yang mencoba
membunuh Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan mengirimkan daging domba beracun.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menggigit satu kunyahan, tapi segera memuntahkannya kembali sambil


bersabda,

"Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging disusupi racun."

"Apa yang membuatmu melakukan perbuatan itu?" tanya Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Zainab binti
Al Haris.

"Aku berkata kepada diriku sendiri, Kalau memang Muhammad adalah seorang raja, maka ia
pasti akan mati memakan daging itu. Tetapi jika ia seorang nabi, tentu Allah akan
memberitahunya."

Tadinya Rasulullah ‫ ﷺ‬akan melepaskan wanita itu, namun karena ada seorang sahabat
bernama Bisyr bin Al Barra yang meninggal karena memakan daging tersebut maka Zaenab
binti Al Harits pun diqishash.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 130
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Melarang Hidup Meminta-minta

321
Ketika kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tiba kembali ke Madinah, sekali lagi
Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat beberapa dari mereka biasa hidup enak tanpa bekerja. Maklum
selama di Habasyah, mereka hidup dari pemberian-pemberian Najashi yang baik budi. Di
Madinah, sebagian mereka bahkan hidup dari zakat. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menganjurkan
agar mereka mau bekerja.

"Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak mendapatkan satu atau dua suap makanan,
akan tetapi orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta kekayaan dan merasa
malu meminta-minta kepada orang lain secara paksa," demikian nasihat Rasulullah ‫ﷺ‬
kepada orang-orang itu.

Ajaran yang dibawa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah ajaran kebesaran jiwa. Tidak boleh ada orang
hidup dari jerih payah orang lain, walaupun hidupnya sendiri dihabiskan untuk beribadah di
masjid. Alasannya tidak ada orang yang lebih utama dibandingkan orang lain selain karena
amal dan pekerjaannya.

Sebaliknya Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melihat ada orang yang menghimpun harta kekayaan dari
rampasan perang dengan perasaan khawatir hartanya itu akan habis jika disedekahkan.
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang melakukan penimbunan harta dan mengharuskan mereka
bersedekah kepada orang yang miskin dan sengsara.

"Tidaklah benar-benar beriman kepada Allah orang yang mati dalam keadaan kenyang,
sementara itu tetangganya kelaparan," demikian sabda beliau.

"Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja maka ia harus menyisihkan bagi orang
yang tidak cukup belanjanya. Barang siapa yang mempunyai kelebihan harta maka
sisihkanlah kepada orang yang kekurangan. Barangsiapa yang tidak memiliki kepedulian
terhadap orang-orang Islam maka ia bukan dari golongan mereka."

Ajaran ini mengguncangkan hati para hartawan, bahkan ada yang mau menyerahkan
seluruh hartanya. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mencegah tindakan berlebihan seperti itu
dengan bersabda,

"Simpanlah sebagian hartamu karena sebaik-baik sedekah adalah pemberian orang kaya".

Muru'ah adalah harga diri. Salah satu yang termasuk muru'ah adalah menjaga diri agar
jangan memberatkan orang lain, harus belajar cukup dengan apa yang ada, belajar menahan
susah dan derita, jangan menggantungkan harapan selain kepada Allah. Seperti disebut
dalam pepatah Arab "anjing kurap yang mencari makan lebih mulia dari singa besar dalam
kandang".

Kekuatan Keyakinan Rasulullah

322
Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau terus berusaha memperbaiki
kehidupan islami yang sedang dibangun bersama pengikutnya. Salah satu rahasia besar
َ َُ
kesuksesan beliau adalah keyakinan yang amat kuat kepada Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.

Suatu ketika dalam perang Dzatur riqa di tengah perjalanan yang begitu melelahkan,
pasukan muslimin menemukan sebuah pohon rindang. Para sahabat meminta Rasulullah ‫ﷺ‬
beristirahat di bawah pohon itu, sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat
berlindung dari sengatan matahari. Rasulullah ‫ ﷺ‬menggantungkan pedangnya di pohon
tersebut dan tertidur. Tiba-tiba muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia berjalan
tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian dari pasukan muslim. Ditujunya tempat
Rasulullah ‫ ﷺ‬berteduh, lalu dengan cepat ia mengambil pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
menodongkannya ke dada beliau.

"Apakah engkau takut kepadaku?" seringai orang itu.

"Tidak," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬tegas dan tenang.

Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi ia akan menusukkan pedangnya ke
dada Rasulullah,
"Lalu siapa yang bisa menghalangi dari tindakanku?"

"Allah!"

Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar, pedangnya terlepas dan tanpa daya ia duduk di
hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬. Dengan tangkas, beliau segera mengambil kembali pedangnya dan
mengacungkannya ke dada orang itu.

"Sekarang siapa yang bisa menghalangi dari diriku?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

Orang itu menjawab,


"Jadilah sebaik-baik orang yang menjatuhkan hukuman."

Beliau bersabda,
"Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah."

"Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan tidak akan bergabung bersama
orang-orang yang memusuhimu," kata orang itu.

Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Beliau sama
sekali tidak memarahi orang itu. Bahkan beliau melepaskan orang itu yang kemudian pulang
dan berkata kepada kaumnya,
"Aku baru saja menemui orang yang paling baik."

Keyakinan Rasulullah ‫ ﷺ‬berasal dari kekuatan cinta kepada Allah. Beliau berdoa,

"Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya mencintai-Mu, dan mencintai
orang yang cinta kepada-Mu serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk

323
mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepadaMu itu lebih daripada aku mencintai diriku
dan keluargaku dan lebih dari rinduku pada air yang tawar pada kala panas.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 131
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Umroh Qadha

Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian Hudaibyah disepakati. Rasulullah ‫ﷺ‬
segera memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat melakukan umratul qadha atau
umroh pengganti.

Seruan itu disambut dengan penuh semangat. Kali ini 2000 sahabat berangkat dengan
mengenakan pakaian ihram. Mereka tidak membawa senjata kecuali pedang yang
disarungkan. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap waspada terhadap penghianatan, karena itu beliau
memerintahkan Muhammad bin Maslamah memimpin 100 pasukan berkuda untuk
berangkat mendahului rombongan haji.

Kaum muslimin berangkat ke Mekah dengan hati penuh rindu untuk berthawaf di sekeliling
Ka'bah.

Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk melihat lagi tempat mereka dilahirkan.
Mereka ingin lagi menghirup udara tanah suci yang harum dengan penuh rasa hormat dan
syahdu. Mereka ingin menyentuh bumi suci yang penuh berkah tempat Rasulullah ‫ﷺ‬
dilahirkan dan tempat Wahyu pertama diturunkan.

Sesuai dengan perjanjian Hudaibyah, ketika orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan


Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya mereka segera keluar dari Mekah. Penduduk Mekah
mendirikan tenda tenda di bukit-bukit sekitar Mekah dari bukit Abu Qubais atau dari Hiro.
Mereka melihat dengan penuh rasa ingin tahu bekas kawan-kawan mereka yang dulu
pernah mereka usir.

Umroh Qadha

Begitu Ka'bah terlihat kaum muslimin serentak berseru, "Labaik, Labaik!"

Di depan Ka'bah Rasulullah ‫ ﷺ‬membiarkan lengan kanan atasnya terbuka sambil


mengucapkan,

324
"Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan
dirinya."

Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil. Setelah
menyentuh Rukun Yamani di sudut selatan, beliau melakukan perjalanan biasa sampai
kembali menyentuh Hajar Aswad, kemudian berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan
selebihnya berjalan biasa. Setiap kali beliau berlari, 2000 sahabat ikut berlari-lari, setiap kali
Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan mereka pun serentak ikut berjalan.

Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy, hilanglah anggapan mereka bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan sahabatnya adalah orang-orang yang lemah dan dalam keadaan sulit.

Gerak kaum muslimin di umrah Qadha itu menunjukkan siapa golongan yang mulia.
Bukanlah disebut mulia orang yang berumah besar dan bermobil mewah.

Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat, membuka selubung
kebodohan, memberi peringatan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai.
Itulah orang yang mulia, meski tempat tinggalnya hanya gubuk buruk dan pakaiannya hanya
baju bertambal.

Setelah selesai thawaf, beliau melakukan Sa'i antara Safa dan Marwah. Setelah selesai
melakukan Sa'i, sementara hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau berkata,

"Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban dan setiap tempat di Mekah dapat dijadikan
tempat untuk menyembelih hewan qurban."

Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut di Marwah. Demikian
pula kaum muslimin, mereka melakukan seperti apa yang beliau lakukan. Setelah itu,
beliau mengutus orang-orang agar pergi ke Ya'jaj untuk menggantikan orang-orang yang
telah diberi tugas menjaga persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan manasik umroh.
Mereka kemudian datang dan melaksanakan manasik.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tinggal di Mekah selama tiga hari. Pagi-pagi pada hari keempat orang-orang
musyrik mendatangi Ali dan berkata,

"Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat kami, karena waktunya sudah
habis."

Maka Nabi ‫ ﷺ‬pun keluar meninggalkan Mekah dan singgah di Saraf.

Ketika hendak keluar meninggalkan Mekah mereka diikuti oleh putri dari Hamzah yang
berjalan sambil memanggil,

"Paman ......! Paman ......!"

Kemudian ia dihampiri dan diambil oleh Ali.

325
(sesampai di Madinah) Ali, Ja'far dan Zaid berebut untuk mengurusnya. Namun Nabi ‫ﷺ‬
memutuskan bahwa yang berhak untuk mengurusnya adalah Ja'far, karena istri Ja'far adalah
saudara dari ibu putri Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama kedudukannya
dengan ibu)

Islamnya Khalid bin Walid

Dalam masa 3 hari di Mekkah, Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima lamaran seorang wanita bernama
Maimunah. Usianya 26 tahun. la adalah Bibi Khalid bin Walid. Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin sekali
mengundang orang-orang Quraisy dalam pesta pernikahannya. Namun orang-orang itu
menolak dan meminta beliau bersama para sahabatnya keluar dari Mekah karena waktu
yang disepakati telah habis. Maka, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya pun berangkat
pulang.

Perbuatan kaum muslimin yang menjauhi minuman keras, tidak berbuat maksiat dan tidak
rakus dalam hal makan minum membuat hati Khalid bin Walid sangat tertarik. Ditambah lagi
bibinya sendiri telah menikah dengan Rasulullah ‫ﷺ‬. Khalid berkata kepada kawan-
kawannya,

"Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat bahwa Muhammad bukan tukang
sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan alam
semesta ini. Setiap orang yang mempunyai hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya."

Ikrimah bin Abu Jahal ngeri mendengarnya. Dia langsung berkata,

"Khalid, bukankah para pengikut Muhammad telah melukai ayahmu, juga membunuh
paman dan sepupumu? Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan berkata-kata seperti
itu!"

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 132
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

"Itu hanya semangat jahiliyah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas,
demi Allah, aku mengikut agama Islam!"

Abu Sufyan kemudian memanggil Khalid,

"Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?"

326
Ketika Khalid membenarkan, Abu Sufyan memerah wajahnya,

"Demi Latta dan Uzza, kalau itu benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi sebelum
Muhammad!"

"Dan memang itulah yang benar, dan apa pun yang akan terjadi,"

Kemarahan Abu Sufyan meledak. Ia maju hendak menyerang Khalid. Namun lkrimah
menahannya seraya berkata,

"Sabar Abu Sufyan, seperti engkau, aku juga khawatir kelak akan mengatakan sesuatu
seperti kata-kata Khalid itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid
karena pandangan hidupnya itu, padahal mungkin kelak seluruh Quraisy sependapat
dengan dia. Sungguh aku khawatir jangan-jangan sebelum bertemu Muhammad lagi tahun
depan, seluruh Mekkah sudah menjadi pengikutnya!"

Sejak menjadi seorang muslim, sejarah hampir tidak pernah mencatat kekalahan pasukan
yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Ketika menghadapi 240.000 pasukan Romawi, pasukan
muslim yang lebih jauh lebih kecil jumlahnya menjadi ragu.

Khalifah Abu Bakar berkata,

"Demi Allah, semua kekhawatiran keraguan mereka akan hilang dengan kedatangan Khalid!"

Perang Mut'ah

Khalid bin Walid segera pergi ke Madinah dan menggabungkan diri dengan kaum muslimin.
Tidak lama kemudian menyusul pula dua orang pembesar Quraisy Amru bin Ash dan
Utsman bin Tolkhah, mereka diikuti juga oleh banyak penduduk Mekah.

Kemenangan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap Mekah tampaknya tinggal menunggu waktu. Namun


sebelum itu terjadi, 15 orang yang dikirim ke perbatasan Syam dibunuh oleh pihak Romawi.

Maka pada bulan Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriyah atau 629 masehi Rasulullah ‫ﷺ‬
memanggil tiga ribu prajurit pilihan. Beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan pasukan
kepada Zaid bin Haritsah sambil bersabda,

"Kalau Zaid gugur maka Ja'far bin Abu Tholib yang memegang tampuk kepemimpinan, dan
jika Ja'far gugur maka Abdullah bin Rawahah yang memegang tampuk kepemimpinan.

Pasukan berangkat diiringi doa dan ucapan selamat dari masyarakat ramai. Rasulullah ‫ﷺ‬
turut mengantar sampai ke luar kota dan berpesan,

327
"Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta, dan anak-anak. Jangan menghancurkan
rumah-rumah atau menebangi pepohonan. Allah menyertai dan melindungi kalian. Semoga
kalian kembali dengan selamat."

Zaid bin Haritsah merencanakan untuk menyergap musuh dengan tiba-tiba. Namun ketika
tiba di Ma'an mereka amat terkejut.

Syuhrabil gubernur Heraklius telah menghimpun pasukan yang terdiri atas orang-orang
Yunani dan orang-orang Arab. Heraklius sendiri mengerahkan pasukan Romawi untuk
membantu pasukan lawan yang tengah menanti pasukan muslimin yang berjumlah 200.000
orang!"

Para pemimpin tentara muslimin agak ragu. Apakah mereka harus maju atau meminta bala
bantuan dari Madinah. Namun, Abdullah bin Rawahah yang terkenal sebagai seorang
ksatria dan pemberani berkata,

"Saudara-saudara apa yang tidak kita sukai justru itu yang kita cari sekarang ini yaitu mati
syahid.
Kita memerangi musuh itu bukan karena perlengkapan, bukan karena kekuatan juga bukan
karena jumlah orang yang banyak, melainkan kita memerangi mereka hanyalah karena
agama, juga yang dengan itu Allah telah memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kita maju.
Kita akan memperoleh satu dari dua pahala ini menang atau mati syahid."

Kata-kata Abdullah bin Rawahah ini melambungkan semangat pasukan.

"Ibnu Rawahah memang benar!"

Abdullah bin Rawahah ini adalah seorang penulis dan penyair yang untaian syair-syairnya
meluncur dari lidah yang kuat dan indah didengar. Semenjak memeluk Islam dibuktikannya
kemampuan bersyair itu untuk Islam.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyukai dan menikmati syair-syairnya dan sering beliau minta Abdullah
untuk lebih tekun lagi membuat syair.

Gugurnya Tiga Pahlawan

Di desa Masyarief kedua pasukan bertemu. Namun dengan cerdik, pasukan muslim
membelok ke Mu'tah. Tempat itu dianggap jauh lebih baik sebagai tempat bertahan. Di
mu'tah inilah terjadi pertempuran dahsyat yang jarang disaksikan sejarah karena jumlah
kedua pasukan berbeda begitu jauh.

Zaid bin Haritsah bertempur dengan gagah berani. Saat itu hampir tidak ada satu pahlawan
pun yang bisa menyaingi kehebatannya. Ia bertempur dan bertempur sampai akhirnya
sepucuk tombak menghantamnya dengan telak. Zaid bin Haritsah jatuh ke tanah dan gugur
sebagai syuhada.

328
Sesuai dengan pesan Rasulullah ‫ﷺ‬, Ja'far bin Abu Tholib mengambil bendera Zaid dan maju
memimpin pasukan. Usia Kakak Ali bin Abi Tholib ini baru 33 tahun. Ja'far benar-benar
pemuda tampan cerdas dan berani. Ia maju dan bertempur dengan semangat menyala
bagai api yang mengamuk. Ketika tangan kanannya ditebas hingga putus Ja'far meraih
bendera dengan tangan kiri namun tidak lama kemudian tangan kiri ini juga lepas karena
sabetan pedang. Dengan kekuatan yang tersisa Ja'far mempertahankan bendera dengan
kedua pangkal lengannya sampai seorang prajurit Romawi membelah tubuh Ja'far. Pemuda
tampan ini gugur. Ibnu Umar yang saat itu bertempur di sampingnya mengatakan,

"Kuhitung ada 50 luka di tubuhnya, namun tidak satu pun yang terdapat di bagian
punggung."

Kedua lengan Ja'far yang putus diganti Allah dengan sepasang sayap sehingga Ja'far dapat
terbang kemana pun ia mau. Karena itulah Ja'far dijuluki Ath Thayar atau penerbang atau
Dzuljanahain atau orang yang memiliki dua sayap.

Kini giliran Abdullah bin Rawahah yang menjadi panglima. Ia yang mengibarkan bendera,
tetapi hatinya ragu sejenak sambil berkata,

"Oh diriku! Mengapa engkau masih ragu atau terpaksa? Jika pertempuran telah dimulai dan
genderang bertalu-talu, mengapa kulihat engkau masih membenci surga?"

Kemudian Abdullah bin Rawahah maju dengan gagah sampai akhirnya juga gugur.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 133
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Zaid dan Ja'far telah diangkat kepadaku di surga di atas ranjang emas. Aku juga melihat
ranjang Abdullah, tetapi agak miring dibanding ranjang kedua temannya."

"Mengapa Ya Rasulullah?" tanya para sahabat keheranan.

"Sebab yang dua orang itu terus maju, tapi Abdullah sempat agak ragu walau ia terus maju
juga."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu benar betapa penting dan berbahayanya perang kali ini. Karena itu beliau
sengaja memilih 3 panglima perang yang pada waktu malam bertaqorrub mendekatkan diri

329
kepada Allah, sedang pada siang hari menjadi pendekar pejuang agama. Tiga orang ini tidak
berkeinginan kembali karena mereka bercita-cita mati syahid dalam perjuangan.

Khalid bin Walid Menjadi Komandan

Di Madinah kaum muslimin mendapat gambaran jalannya pertempuran dari wahyu yang
diturunkan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau bersabda,

"Zaid mengambil bendera lalu dia gugur. Kemudian Ja'far mengambilnya dan dia pun gugur.
Selanjutnya Abu Rawahah mengambilnya dan dia pun gugur..."

Air mata menetes menuruni kedua pipi Rasulullah ‫ﷺ‬. Setelah itu beliau bersabda lagi, Salah
satu dari Pedang Allah mengambil bendera itu dan akhirnya Allah memberikan kemenangan
kepada mereka. Siapakah Pedang Allah yang dimaksud Rasulullah ‫ﷺ‬.

Di Mu'tah, Tsabit bin Akram meraih bendera sambil berseru,

"Saudara-saudara kaum muslimin! Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita!"

"Engkau sajalah."
"Tidak saya tidak akan mampu."

Kaum muslimin kemudian menunjuk Khalid bin Walid yang baru saja memeluk Islam.

Khalid mengubah taktik dengan menimbulkan berbagai pertempuran kecil. Ia mengulur ulur
waktu sampai tibanya perang.

Sementara itu Khalid bertempur dengan gagah sampai sembilan pedangnya patah dan yang
tersisa hanya sebatang pedang lebar model Yaman.

Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid segera menyusun pasukannya untuk menjalankan
strategi baru. Keesokan harinya rencana Khalid itu membuat musuh gentar. Mereka melihat
debu bertebangan tanda adanya pergerakan pasukan besar yang datang dari mana-mana di
belakang pasukan muslim.

"Mereka mendapat bantuan besar!" seru orang-orang Romawi.

Padahal yang tampak sebagai gerakan pasukan besar itu adalah akibat strategi Khalid yang
menarik pasukan depan ke belakang dan menaruh pasukan belakang ke depan pasukan
yang berada di belakang. Mereka berpencar dan melakukan gerakan seolah-olah datang
pasukan besar dari Madinah. Setelah bertempur dengan saling mengintip kekuatan, pelan-
pelan Khalid bin Walid menarik mundur pasukannya dengan tetap mempertahankan
susunan tempur.

Pasukan Romawi pun mengundurkan diri dengan perasaan lega. Kalau 3.000 orang saja
sudah sedemikian tangguh, apalagi jika pasukan bantuannya datang, demikian pikir mereka.

330
‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Dampak Pertempuran Mu'tah

Sementara itu rasa haru memenuhi hati Rasulullah ‫ ﷺ‬karena gugurnya ketiga panglima
muslim.

Mereka pergi ke rumah Ja'far dan melihat istrinya Asma bin Umair sedang membuat adonan
roti sementara itu anak-anaknya sudah dimandikan diminyaki dan dibersihkan. Saat itu
Asma belum tahu nasib yang menimpa suaminya. Rasulullah ‫ ﷺ‬memeluk dan mencium
anak-anak Ja'far dengan air mata berlinang.

"Ya Rasulullah demi ayah bundaku," tanya Asma gelisah.


"Mengapa anda menangis? Apakah ada hal-hal yang menimpa Ja'far dan kawan-kawannya?"

"Ya hari ini mereka gugur," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan air mata yang terus bergulir
membasahi pipinya.

Maka menangislah Asma, begitu sedih sehingga para wanita berdatangan menghiburnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang dan berkata kepada para istrinya, "Keluarga Ja'far jangan dilupakan
buatkan makanan untuk mereka. Mereka sekarang dalam kesusahan".

Kemudian ketika dilihatnya putri Zaid bin Haritsah datang, beliau membelainya sampai
menangis. Ketika para sahabat bertanya,

"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬menangisi para syuhada yang masuk surga?" Rasulullah menjawab
bahwa itu adalah air mata seseorang yang kehilangan sahabatnya.

Di Madinah orang-orang tidak menyetujui penarikan mundur itu. Pasukan Khalid pun
dicemooh,

"Hai orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!"

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Mereka bukan pelarian melainkan orang-orang yang akan tampil kembali, Insyaallah."

Sementara itu pertempuran Mu'tah telah menimbulkan rasa kagum yang luar biasa di
kalangan suku-suku Arab kepada kaum muslimin. Selama ini, mereka menganggap siapa pun
yang berniat memusuhi Romawi sama saja dengan mencari mati.

Namun melihat pasukan kecil muslim mampu bertempur dan bisa mengundurkan diri tanpa
kerugian besar membuat mereka yakin bahwa pasukan muslim pasti mendapat pertolongan
Allah dan pemimpin mereka benar-benar utusan Allah.

331
Maka berbondong-bondonglah Bani Sulaim, Asyja, Ghafatan, Fazarah, dan lainnya masuk
Islam. Padahal sebelumnya mereka sangat keras memusuhi Islam.

Rasulullah ‫ ﷺ‬amat prihatin dengan anak-anak Ja'far karena beliau penyayang anak-anak
dan sering memberi mereka nasehat.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah menasehati
seorang anak yang sedang berjalan dengan ayahnya,

"Ingatlah kamu jangan berjalan di depannya, dan kamu jangan melakukan perbuatan yang
dapat membuatnya mengumpatmu karena marah, dan kamu jangan duduk sebelum ia
duduk, dan kamu jangan panggil ia dengan namanya."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 134
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Quraisy Melanggar Perjanjian Hudaibyah

Mendadak terjadilah peristiwa menggemparkan. Pada suatu malam, Bani Bakr yang
merupakan sekutu orang Quraisy menyerang musuh lamanya, Bani Khuza'ah. Pada saat
itu, Bani Khuza'ah tengah tertidur lelap di pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama
Al Watir.
Setelah perjanjian Hudaibyah, Bani Bakr memihak Quraisy, sedangkan Bani Khuza'ah
menggabungkan diri dengan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Serangan mendadak itu membuat Bani Khuza'ah terdesak dan kewalahan. Dalam
pertempuran itu, diam-diam pihak Quraisy membantu Bani Bakr. Padahal itu merupakan
pelanggaran besar terhadap perjanjian Hudaibyah. Rupanya orang Quraisy sudah tidak takut
lagi kepada kaum muslimin. Mereka mengira, kaum muslimin sudah hancur dalam
pertempuran Mu'tah.

Bani Khuza'ah lari berlindung di sekitar Ka'bah. Di tempat itu orang-orang Bani Bakr sendiri
mengingatkan pemimpin mereka untuk tidak perang di tanah suci Kabah,

"Wahai Naufal, kita sudah memasuki tanah suci. Ingat Tuhanmu, Tuhan mu!"

Namun Naufal bin Muawiyah Ad Diali, pencetus serbuan ini, menjawab dengan kasar,

332
"Tidak ada Tuhan pada hari ini wahai Bani Bakr! Lampiaskan dendam kalian. Demi Allah,
kalau perlu kalian boleh mencuri di tanah suci. Apakah kalian tidak ingin melampiaskan
dendam di tanah suci?"

Akhirnya Bani khuza'ah baru benar-benar bisa menyelamatkan diri dari pembantaian
setelah mereka mundur dan meminta perlindungan di rumah keluarga Budail bin Warqa Al
khuza'i.
Setelah itu tanpa menunggu lebih lama lagi, Amr bin Salim Al khuza'i cepat-cepat pergi ke
Madinah menemui Rasulullah ‫ﷺ‬.

Ia bertemu dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan beberapa sahabat di dalam masjid. Di tempat itu ia
membacakan syairnya.

"Ya Robbi, aku mengingatkan Muhammad tentang persahabatan ayah kami dan ayahnya
pada masa lalu......
Quraisy telah menghianatimu dalam perjanjian.....
Mereka mendesak hingga ke Ka'bah dan membunuh kami saat sedang ruku dan sujud
kepada Ilahi."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Engkau pasti akan dibela wahai Amir bin Salim."

Saat itu muncul awan mendung di langit, beliau bersabda,

"Mendung ini akan memudahkan pertolongan bagi bani Kaab (sebutan lain untuk bani
Khuza'ah)"

Dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 55-56, Allah berfirman,


َ ُ ْ َ َ َ َ َْ ‫ﱠ َ ﱠ ﱠ َ ﱢ‬
‫ﻳﻦ ﻛﻔ ُﺮوا ﻓ ُﻬ ْﻢ ُﻳﺆ ِﻣﻨﻮن‬ ‫اب ِﻋﻨﺪ ا ِ اﻟ ِﺬ‬‫ِإن اﻟﺪو‬

Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah
ialah orang kafir, karena mereka itu tidak beriman.
Surah Al-Anfal (8:55)
َ ُ‫ُ َ ﱠ‬ ْ ُ َ َْ َ ُ َُْ ‫َ َ َ ْ َ ُْ ْ ُ ﱠ‬
‫ﱢﻞ َﻣ ﱠﺮٍة َوﻫ ْﻢ َﻳﺘﻘﻮن‬ ِ ‫اﻟ ِﺬﻳﻦ ﻋﺎﻫﺪت ِﻣﻨﻬﻢ ﺛﻢ ﻳﻨﻘﻀﻮن ﻋﻬﺪﻫﻢ‬

(Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, Kemudian setiap kali berjanji,
mereka menghianati janjinya, sedang mereka tidak takut (kepada Allah).
Surah Al-Anfal (8:56)

Quraisy Mengutus Abu Sufyan

Tindakan para pemuda Quraisy membantu Bani Bakr sangat disesali oleh pemimpin mereka.
Karena itu, mereka mengutus Abu Sufyan sendiri pergi ke Madinah untuk menguatkan

333
kembali perjanjian dan memperpanjang waktunya. Sampai di tujuan, Abu Sufyan tidak
langsung menemui Rasulullah ‫ﷺ‬, tetapi menemui putrinya, ummu Habibah, yang sudah
menjadi isteri Rasulullah ‫ﷺ‬.

Di rumah ummu Habibah, Abu Sufyan masuk dan ingin duduk di tikar tempat biasa
Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk. Ummu Habibah segera melipat tikar itu sebelum diduduki ayahnya.

"Hai putriku, apakah engkau lebih sayang pada tikar itu dari pada aku?" keluh abu Sufyan.

"Ini tikar Rasulullah ‫ﷺ‬, padahal ayah adalah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah
duduk di atasnya."

"Demi Allah, rupanya ada yang tidak beres denganmu setelah berpisah denganku."

Setelah itu, Abu Sufyan langsung menemui Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia bicara panjang lebar membujuk
Rasulullah ‫ ﷺ‬agar memperpanjang perjanjian. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬sama sekali tidak
menanggapinya.

Abu Sufyan belum putus asa, ia pergi ke Abu Bakar dan meminta agar Abu Bakar membujuk
Rasulullah ‫ﷺ‬. Namun Abu Bakar berkata,

"Aku tidak sudi melakukannya."

Kemudian giliran Umar bin Khattab yang diminta Abu Sufyan agar mau membujuk Rasulullah
‫ﷺ‬. Umar menjawab,

"Layakkah aku meminta pertolongan bagi kalian kepada Rasulullah ‫ ? ﷺ‬Demi Allah, walau
hanya pasir yang ada di tanganku, tentu pasir itu akan kupergunakan untuk melawan
kalian!"

Untuk terakhir kalinya, Abu Sufyan mencoba meminta tolong kepada Ali bin Abi Thalib yang
saat itu sedang bermain dengan Hasan dan Husain bersama Fathimah Az Zahra istrinya.
Namun, dengan lembut Ali menjawab,

"Jika Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah mengambil keputusan, tidak seorang pun dari kami yang bisa
menarik keputusan beliau."

Gelaplah rasanya dunia ini bagi Abu Sufyan. Ia telah meminta-minta kepada orang-orang
yang dulu pernah disiksanya sampai akhirnya terusir dari Mekah. Ia kembali pulang dengan
membawa kabar buruk itu bagi kawan-kawannya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

334
Bagian 135
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Surat Hathib bin Abi Balta'ah

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan semua orang untuk mengadakan persiapan. Beliau memberi


tahu bahwa sasaran mereka kali ini adalah Mekah. Beliau pun berdoa,

"Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar ini, hingga aku tiba di
sana secara tiba-tiba."

Namun seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat kepada
Quraisy tentang rencana ini. Surat itu dibawa oleh Sarah, salah seorang budak wanita yang
diberi uang oleh Hathib. Setelah menyembunyikan surat dalam gulungan rambutnya wanita
itu pun berangkat.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬diberi wahyu tentang hal tersebut sehingga beliau cepat
menyuruh Ali Bin Abi Thalib dan Al Miqdad menyusul pembawa surat itu. Keduanya pun
memacu kudanya kencang-kencang. Mereka berhasil menyusul Sarah dan berkata,

"Serahkan surat yang kau bawa!"

"Aku tidak membawa sepucuk surat pun."

Ali dan Al Miqdad meggeledah hewan tunggangan dan barang bawaan wanita itu dengan
teliti. Ketika tidak juga menemukan apa yang dicari, Ali Bin Abi Thalib berkata,

"Aku bersumpah bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah berbohong, jika engkau tidak
menyerahkan surat itu, kami benar-benar akan memeriksa dirimu!"

Mengetahui kesungguhan Ali, wanita itu pun menyerahkan suratnya. Setelah surat itu
sampai di tangannya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Hathib,

"Apa ini wahai Hathib?"

"Rasulullah," jawab Hathib,


"demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah. Sedikit pun tidak ada
perubahan pada diri saya. Namun, saya mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-
tengah Quraisy. ltu sebabnya saya hendak memberitahu mereka."

Umar bin Khatab maju dan berkata,

"Rasullulah, serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

335
"Wahai Umar, sesungguhnya ia pernah ikut dalam Perang Badar. Apakah kau tahu kalau
Allah meninggikan martabat orang yang turut dalam Perang Badar, lalu Allah menitahkan,
"Berbuatlah sekehendak kalian, kalian Ku ampuni?"

Umar pun menangis sambil berkata,

"Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."

Saat berhadapan dengan musuh, kemampuan menyimpan rahasia menjadi sangat penting.
Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda,

"Manusia lebih banyak tergelincir karena mulutnya daripada karena kakinya."

Kerahasiaan dalam gerakan ke Mekah ini diperlukan agar pasukan muslimin mampu
memberikan kejutan, sehingga Mekah bisa takluk tanpa pertumpahan darah.

Pasukan Muslim Berangkat

Akhirnya berangkatlah pasukan muslim. Saat itu adalah tahun ke-8 Hijriyah. Di tengah
perjalanan, suku demi suku datang bergabung. Karena itu ketika tiba di Marr Az
Zhahran, jumlah mereka mencapai 10.000 orang! Jumlah yang belum pernah disaksikan
dalam sejarah Madinah.

Pihak Quraisy yang sampai saat itu belum tahu adanya bahaya akhirnya mulai curiga.
Mereka mengutus Abu Sufyan untuk mengetahui apa yang terjadi.

Suatu malam ketika Abu Sufyan sedang mengintai, dipergoki Abbas paman Rasulullah ‫ﷺ‬.
Abbas membawa Abu Sufyan ke perkemahan kaum muslimin. Keesokan harinya Ia diterima
Rasulullah ‫ ﷺ‬di dalam Tenda beliau.

"Kasihan engkau Abu Sufyan," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.


"Bukankah sudah saatnya bagimu mengetahui, bahwa tiada Tuhan selain Allah?"

"Demi ayah dan ibuku," jawab Abu Sufyan.


"Engkau Sungguh orang yang murah hati, mulia dan menjaga hubungan kekeluargaan. Aku
memang sudah menduga bahwa tiada Tuhan selain Allah itu sudah mencukupi segalanya."

"Kasihan engkau wahai Abu Sufyan," demikian sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi.


"Bukankah tiba waktunya engkau harus mengetahui bahwa aku Rasulullah?"

"Demi Ayah Ibuku engkau sungguh bijaksana, pemurah dan suka menjaga hubungan
kekeluargaan, namun untuk mengakui engkau adalah utusan Allah masih ada ganjalan di
hatiku.

Akhirnya, Abbas pun turun bicara,

336
"Celaka engkau Abu Sufyan bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah, sebelum beliau menghukum mati engkau karena permusuhan keras yang telah
engkau lancarkan pada Islam!"

Abu Sufyan pun memeluk Islam. Kemudian Abbas berbisik,

"Wahai Rasulullah Abu Sufyan adalah orang yang suka membanggakan diri, maka berilah dia
sedikit kebanggaan."

"Baiklah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,


"Barangsiapa yang berlindung di rumah Abu Sufyan, dirinya akan aman. Barangsiapa yang
memasuki Masjidil Haram, juga akan aman."

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta Abbas memperlihatkan keagungan pasukan muslim.

Dari atas bukit, Abbas dan Abu Sufyan melihat pasukan lewat barisan demi barisan. Begitu
melihat bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬dikelilingi pasukan Muhajirin dan Anshar, Abu Sufyan berkata,

"Tidak seorang pun sanggup menghadapi mereka Abbas, kerajaan keponakanmu akan
menjadi besar!"

"Wahai Abu Sufyan, ini bukan kerajaan melainkan kenabian,"

"Kalau begitu akan lebih bagus lagi."

Untuk mengelabui musuh, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengirim patroli kecil di bawah pimpinan Abu
Qatadah ke arah Batan ldam 30 mil dari Madinah ke arah Syria. Tujuan ekspedisi ini untuk
memberi kesan kepada orang Quraisy bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬akan mengadakan serangan ke
sana, bukan ke Mekah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 136
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Fathu Mekkah

Setelah pasukan Islam lewat, Abbas berkata kepada Abu Sufyan,

"Selamatkanlah kaummu."

337
Maka cepat-cepat Abu Sufyan juga memacu tunggangannya memasuki Mekah sambil
berseru,

"Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad telah datang membawa pasukan yang tidak
mungkin dapat kalian lawan. Barang siapa yang masuk rumahku, akan selamat! Barangsiapa
yang menutup pintu rumahnya, akan selamat! Barang siapa yang memasuki Masjidil Haram,
juga selamat!"

Namun tidak semuanya menuruti Abu Sofyan, lkrimah bin Abu Jahal memimpin sepasukan
Quraisy untuk melawan.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah membagi pasukannya untuk memasuki Mekah dari tiga jurusan.
Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri dipimpin Zubair bin Awwam,
sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memimpin pasukan dari dataran tinggi
Kida.
Sa'ad bin Ubadah berseru,

"Hari ini adalah hari pembantaian. Hari ini diperbolehkan melakukan segala hal yang
dilarang di Kabah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬berulang-ulang membaca surat al-Fath dengan suara sangat merdu. Beliau
tidak memasuki Mekah seperti seorang penakluk namun jutru menundukkan kepala tanda
syukur kepada Allah.

Karena itu, beliau menunjukkan wajah tidak suka ketika dilihatnya pasukan Khalid bin Walid
bertempur karena diserang oleh pasukan Ikrimah. Namun akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ketentuan Allah selalu lebih baik."

Pasukan Quraisy terkalahkan dan lkrimah melarikan diri. Tiba di depan Ka'bah, Rasulullah ‫ﷺ‬
menghampiri Hajar Aswad, menciumnya dan berthawaf keliling Ka'bah. Beliau menunjuk
dengan busur ke arah 360 buah berhala di sekeliling rumah Suci sambil membacakan ayat
Alquran,
ُ َ َ
‫ﺎﻃ َﻞ ﺎن زﻫﻮﻗﺎ‬ َ ‫َو ُﻗ ْﻞ َﺟ َﺎء اﻟ َﺤ ﱡﻖ َو َز َﻫ َﻖ اﻟ َ ُ ﱠ‬
ِ ‫ﺎﻃﻞ ۚ ِإن اﻟ‬
ِ

Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang
batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
Surah Al-Isra' (17:81)

Maka berhala-berhala itu pun dirobohkan. Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke dalam Ka'bah dan
bertakbir di ke empat sudutnya. Beliau melihat di dalam Ka'bah ada gambar nabi
Ibrahim ‫ ﻋﻠ ﻪ ااﺳﻼم‬dan Nabi Ismail ‫ ﻋﻠ ﻪ ااﺳﻼم‬sedang bermain undian anak panah. Beliau
mengutuk orang yang membuat gambar itu.
Setelah itu Bilal naik ke atas Ka'bah dan beradzan karena waktu sholat Dhuhur telah tiba.

338
Sebelumnya Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya mempunyai 3.000 tentara dalam Perang Khandaq
menghadapi 10.000 pasukan Quraisy dan sekutunya. Kini mendadak beliau muncul di depan
Mekah dengan 10.000 prajurit. Quraisy begitu terkejut dan ketakutan sehingga tidak
mampu memberi perlawanan kecuali menyerah.

‫آل ُﻣ َﺤﻤﺪ‬
ِ ‫اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ‬

Quraisy Berbondong-bondong Masuk Islam

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengucapkan khotbah di hadapan orang-orang Mekah.

"Tiada ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia-lah Allah yang telah
menepati janji-Nya memenangkan hambanya Muhammad dan mengalahkan musuh-musuh-
Nya dengan diri-Nya sendiri."

"Sesungguhnya segala macam balas dendam, harta, dan darah semuanya berada di bawah
kakiku ini, kecuali penjaga Ka'bah dan pemberi air minum kepada jamaah haji."

"Wahai kaum Quraisy, sesungguhnya Allah telah mencabut dari kalian kesombongan
jahiliyah dan mengagungkan keturunan. Semua orang berasal dari Adam dan Adam berasal
dari tanah."

"Wahai kaum Quraisy menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak ku ambil
terhadap kalian?"

Orang-orang Quraisy menjawab,

"Tentu yang baik-baik, wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia."

Beliau pun bersabda, "Pergilah kalian semua! Kalian semua bebas!"

Setelah itu berbondong-bondonglah penduduk Mekah masuk Islam. Kemudian Rasulullah ‫ﷺ‬
membaiat kaum laki-laki Quraisy untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasulullah.

Setelah itu giliran kaum wanita di antara mereka. Di antara mereka, hadir Hindun bin
Uthbah, istri Abu Sufyan. Ia menyamar karena dulu telah bertindak kejam terhadap Hamzah
pada perang Uhud.

Tanpa memegang tangan para wanita itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬membaiat mereka agar tidak
menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, dan tidak
berbohong.

Di tengah-tengah Baiat itu, Hindun menyela,

"Demi Allah aku terlalu sering mengambil uang Abu Sufyan, aku tidak tahu apakah hal itu di
halalkan atau tidak?"

339
Abu Sufyan yang saat itu hadir berkata,

"Aku halalkan semua hartaku yang pernah kau ambil."

"Apakah engkau Hindun binti Utbah?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Ya aku adalah Hindun binti Utbah." jawab Hindun.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menoleh kepada Abu Sufyan, "Maafkan ia atas perbuatannya yang lalu,
semoga Allah memaafkanmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah seorang pemaaf, tidak akan pernah ada dalam sejarah seseorang yang
mampu memberi maaf seperti yang dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada orang-orang Quraisy.

Padahal orang-orang Quraisy inilah yang dulu membunuh para pengikut Rasulullah ‫ﷺ‬,
menghina, mencaci, melukai, memboikot, mengusir, dan memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬, tetapi
ketika justru Rasulullah ‫ ﷺ‬mempunyai kekuatan untuk membalas, beliau bersabda,

"Kamu semua bebas..."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 137
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Fadhalah

Hari ketika Makkah ditaklukkan Allah melalui tentara Islam dikenal dalam sejarah dengan
nama Fathu Mekah. Pada hari itu amarah dan kebencian meledak di hati Fadhalah bin
Umair. Ia tidak menerima Mekah takluk begitu saja. Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah
‫ﷺ‬. Ketika dilihatnya beliau sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang. Di
balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan. Fadhalah
semakin dekat semakin dekat kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Tangan Fadhalah masuk ke balik
bajunya untuk mencabut pisau. Pikirannya dipenuhi hasrat membara untuk membunuh
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tetapi tepat saat itu juga, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung menoleh kepadanya dan menegur,

"Apakah ini Fadhalah?"

340
Agak terkejut, Fadhalah menjawab, "Ya, Saya Fadhalah, wahai Rasulullah."

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya memikirkan Allah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum. Beliau meletakkan tangannya yang sejuk di atas dada Fadhalah
sambil bersabda,

"Mohon ampun kepada Allah.... "

Perlahan-lahan hati Fadhalah menjadi tenang. Ia kemudian berkata,

"Begitu beliau melepaskan tangannya dari dadaku, aku merasa tidak seorang pun yang lebih
aku cintai daripada beliau."

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Fadhalah dipanggil seorang wanita cantik. Wanita
itu dulu pernah disukai oleh Fadhalah. Wanita itu ingin mengajak Fadhalah bicara, namun
Fadhalah berkata,

"Tidak, Allah dan Islam telah melarangku bicara bebas dengan wanita yang belum halal
bagiku. Aku baru saja melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬menghancurkan semua berhala. Agama Allah
itu sangat jelas dan nyata, sedangkan kemusyrikan adalah kegelapan."

Sejak hari itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang orang berperang di tanah suci Mekah. Beliau
bersabda,

"Sesungguhnya Mekah telah diharamkan oleh Allah, bukan oleh manusia. Tidak boleh bagi
seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah dan mencabut
pohon di Mekah."

Fadhalah bisa merasakan kasih sayang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang begitu besar. Kasih sayang betul-
betul membanjiri hati beliau yang amat lapang itu. Karena itu, tampak pada mulut beliau
berupa keramahan, pada mata beliau berupa air mata, dan pada tangan beliau berupa
kedermawanan. Kasih sayang adalah sifat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang paling menonjol dan tak
seorang pahlawan pun berhasil menyamainya.

Shalat Kemenangan

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertamu ke rumah sepupunya Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau mandi dan
sholat kemenangan sebanyak 8 rokaat. Saat itu, dua orang musyrik cepat-cepat meminta
perlindungan kepada Ummu Hani. Ali bin Abu Tholib berkeras ingin membunuh dua orang
itu. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Kami melindungi siapa pun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani."

341
Setelah itu beberapa penjahat besar yang paling keras memusuhi Islam diadili. Sebagian
diampuni dan sebagian dihukum mati. Istri Ikrimah bin Abu Jahal menghadap Rasulullah ‫ﷺ‬
dan meminta agar suaminya diampuni. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengabulkannya. Istri Ikrimah pun
menjemput suaminya yang lari ke Yaman. Ikrimah kembali ke Mekah dan masuk Islam.

Miqyas bin Subabah dihukum mati. Miqyas pernah masuk Islam, namun ia kemudian
membunuh seorang Anshor dan kembali murtad setelah bergabung dengan orang-orang
musyrik.

Al Haris bin Nufail dihukum mati karena ia dulu sering kali menyiksa dan mengganggu
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Habbar bin Al Aswad diampuni. Ia dulu yang mengguncang unta Zainab, putri Rasulullah ‫ﷺ‬.
Zainab yang saat itu sedang hamil, jatuh dan keguguran. Setelah masuk Islam, Habbar
menjadi seorang muslim yang taat.

Saat itu, muncullah kekhawatiran di kalangan orang Anshor. Salah seorang di antara mereka
bertanya kepada saudara Anshornya,

"Apakah menurut kalian Rasulullah ‫ ﷺ‬akan menetap di Mekah setelah Allah memberi
kemenangan?"

Orang-orang yang ditanya saling bertatapan sedih. Mereka sungguh tak ingin hal itu terjadi.
Ketika itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang berdoa di Shafa sambil mengangkat kedua tangan. Begitu
selesai, beliau segera menghampiri kerumunan Anshor dan bertanya,

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah."

Namun, karena kekhawatiran yang terus mebesar, akhirnya mereka menyampaikannya


kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau pun bersabda,

"Aku berlindung kepada Allah. Tempat hidupku adalah tempat hidup kalian dan tempat
matiku adalah tempat mati kalian."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 138
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

342
Menghancurkan Berhala-berhala lain

Penaklukan Mekah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Allah
memberikan kemenangan besar kepada kaum muslimin justru pada saat mereka tengah
menunaikan ibadah shaum. Lima hari sebelum Ramadhan berakhir.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengirim Khalid bin Walid beserta 30 penunggang kuda untuk


menghancurkan berhala-berhala Uzza di Nakhlah. Berhala ini milik Quraisy dan Bani
Kinanah.

Khalid merobohkannya, kemudian kembali. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya,

"Apakah engkau melihat sesuatu?"

"Tidak," jawab Khalid

"Kalau begitu, engkau belum benar-benar merobohkannya. Kembali lagi ke sana dan
robohkan!" demikian sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dengan perasaan bergejolak, Khalid kembali sambil menghunus pedang. Namun, ketika
sampai di tujuan, Khalid dihadang seorang wanita berkulit hitam tanpa baju yang
menggeraikan rambut. Orang-orang menjerit melihat tingkah wanita. Khalid segera
menebasnya sampai mati. Ketika ia kembali ke Mekkah, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Dulu aku mengira kalau-kalau Uzza akan disembah selama-lamanya di negeri kalian ini."

Selain itu Amr bin Ash juga diutus untuk menghancurkan berhala Suwa' milik Bani Hudhail di
Ruhath.

Ketika Amir bin Ash tiba di sana, penjaga Suwa' bertanya,

"Apa maumu?"

"Aku diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menghancurkan Suwa"

"Engkau tidak akan sanggup!" jawab penjaga sambil melotot.

"Mengapa?" tanya Amr bin Ash geram.

"Karena engkau akan dihalangi!" seru penjaga dengan yakin.

"Hingga detik ini, engkau masih juga berada dalam kebatilan!" seru Amr bin Ash gemas.
"Celakalah engkau. Apakah engkau pikir berhala itu bisa mendengar dan melihat?"

Kemudian Amr bin Ash menghancurkan Suwa' sampai berkeping-keping. Setelah itu, ia
bertanya kepada penjaga,

343
"Bagaimana menurut pendapatmu?"

"Kalau begitu, aku pasrah kepada Allah", jawab penjaga.

Sa'ad bin Zaid beserta duapuluh pasukan diutus Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menghancurkan Manat.
Berhala itu dulunya milik suku Aus, Khazraj, Ghassan, dan lainnya. Di tempat itu juga muncul
dukun wanita berkulit hitam yang bertelanjang sambil mengutuk Sa'ad. Sa'ad
membunuhnya dan menghancurkan berhalanya.

Sungguh tak layak berhala disembah, karena Allah Maha Kaya. Dialah yang memiliki
kerajaan bumi dan langit beserta bintang-bintang, bulan-bulan, asteroid-asteroid, komet-
komet, dan segala yang ada di alam semesta ini

Ancaman Hawazin dan Tsaqif

Kini kaum Muhajirin sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat
berhubungan lagi dengan keluarga mereka di Mekah yang sekarang telah memeluk islam.
Hati semua orang sudah yakin bahwa islam telah meraih kemenangan.

Namun setelah limabelas hari fathu mekah, tiba tiba tersiar berita yang membuyarkan
semua harapan perdamaian.

Kabilah Hawazin dan Tsaqif yang tinggal di pegunungan tidak jauh dari Mekah sudah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum Muslimin.

Pasukan Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf. Ia membawa serta semua harta, wanita, dan
anak-anak. Seorang tua bijaksana yang sudah buta, Duraid bin Ash Shima bertanya,

"Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?"

"Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya
dirampas jika mereka kalah," jawab Malik bin Auf.

"Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan.
Bawalah mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung.
Setelah itu hadapilah orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang,
keluarga dan hartamu tetap aman. Jika engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu
tetap terlindung."

Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata,

"Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!"

Tanggal enam Syawal tahun 8 Hijriyah Rasulullah ‫ ﷺ‬meninggalkan Mekah dengan 12 ribu
pasukan termasuk 2 ribu orang Mekah yang memeluk Islam. Menjelang petang muncul

344
seorang penunggang kuda ia melaporkan bahwa Hawazin membawa seluruh harta dan
ternak mereka.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan bersabda,

"Itu adalah harta rampasan milik orang-orang muslim besok hari, jika Allah menghendaki.

Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagaian prajurit muslim berkata dengan bangga,

"Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan."


Sebuah pernyataan yang keliru dan mengakibatkan bencana.

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar gerakan musuh di Thaif, beliau mengirim mata-mata yaitu
seorang sahabat bernama Abdullah Bin Abu Hadrod al Aslamy.

Abdullah melakukan pengintaian dan membenarkan persiapan musuh. Sebagai persiapan,


Rosulullah ‫ ﷺ‬meminjam 100 baju perang dan perangkat senjata kepada Sufyan bin
Umayyah yang saat itu belum masuk Islam

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 139
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Hunain

Malam Rabu tanggal 10 Syawal pasukan muslim tiba di lembah Hunain. Namun diam-diam
Malik bin Auf dan pasukannya sudah tiba lebih dulu di sana. Malik menyusupkan
pasukannya di tengah kegelapan malam. Ia menyebarkan mereka di setiap jalan masuk
ceruk tersembunyi dan celah celah bukit.

Selepas sholat subuh Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan bendera dan membagi-bagikan tugas


kepada setiap komandan. Setelah itu beliau memerintahkan agar pasukan muslim
berangkat.

Tiba-tiba saja di dalam keremangan subuh, serangan panah yang gencar dan serentak
datang seperti hujan. Pasukan musuh membuka serangan, mereka menyerbu turun
didahului oleh seorang laki-laki yang menunggang unta merah. Ia membawa Bendera Hitam
di ujung tombak. Setiap kali menemui seorang muslim tombak itu dihantamkannya kuat-
kuat.

345
Maka tanpa terkendalikan lagi pasukan muslim lari kocar-kacir. Perasaan takut dan gentar
begitu kuat menghantui perasaan mereka, sehingga mereka lari tanpa menghiraukan
teman-temannya lagi.

Abu Sufyan yang baru saja dikalahkan saat Fathu Makah, tersenyum sambil berkata,

"Mereka tidak berhenti lari sebelum sampai ke laut."

Beberapa orang Mekah yang baru masuk Islam seperti Suaiba bin Usman berkata,

"Sekarang aku dapat membalas Muhammad, dulu ia yang membunuh ayahku pada perang
Uhud."

Kalada bin Hanbal berkata,


"Sekarang sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi."

Rasulullah ‫ ﷺ‬yang saat itu duduk di atas keledai putihnya menunjukkan ketabahan yang
luar biasa. Ketika semua pengikutnya berlarian mundur, beliau tetap di tempat ditemani
beberapa sahabatnya. Beliau memanggil-manggil orang yang berlarian.

"Hai orang-orang, kamu mau kemana? Mau kemana? aku adalah Rasulullah! Aku adalah
Muhammad bin Abdullah."

Namun orang-orang tidak peduli, sebab yang mereka pikirkan hanya menyelamatkan diri
sendiri. Saat itu Abu Sufyan memegang tali kekang keledai dari Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Abbas
memegangi pelananya agar keledai Rasulullah ‫ ﷺ‬itu tidak melarikan diri karena ketakutan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬turun dari keledainya dan berdoa,

"Ya Allah turunkanlah Pertolonganmu."

Kemenangan

Selesai berdoa Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pamannya, Abbas, untuk memanggil para


prajurit. Abbas adalah laki-laki bersuara lantang. Kemudian ia menyeru,

"Manakah saudara-saudara Anshar yang telah memberi tempat dan pertolongan? Manakah
saudara-saudara Muhajirin yang telah berikrar di bawah pohon? Kemarilah saudara-
saudara. Rasulullah ‫ ﷺ‬masih hidup!"

Di kemudian hari Abbas menuturkan pengalamannya itu,

"Demi Allah seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku ini seperti perasaan
seekor induk sapi terhadap anaknya."

346
Suara Abbas menggema berulang-ulang ke seluruh lembah. Terjadilah mukjizat Allah.
Orang-orang Anshor yang diingatkan akan baiat Aqobah segera teringat pada sosok
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan janji mereka untuk melindungi beliau.

Mendengar nama Rasulullah ‫ﷺ‬, orang-orang Muhajirin teringat bahwa mereka telah
berjuang begitu bersusah-payah bersama beliau. Kehormatan mereka tersentuh sehingga
dengan penuh semangat orang-orang Muhajirin dan Anshar berseru dari segala penjuru,

"Labbaik! Labbaik! Kami datang! Kami datang!"

Sekelompok pasukan muslim berdatangan ke tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berada dan bertempur


dengan dahsyat. Alangkah beratnya menahan serbuan musuh yang sudah di ambang
kemenangan. Melihat para sahabatnya memberikan perlawanan sengit, dengan semangat
yang makin melambung Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sekarang pertempuran benar-benar berkobar. Allah tidak menyalahi janji kepada Rasul-
Nya"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyebarkan segenggam kerikil pada musuh sambil bersabda,

"Wajah-wajah buruk!"

Tidak lama kemudian pasukan musuh terpukul berantakan. Mereka lari meninggalkan
semua istri, anak, dan harta mereka. 70 musuh terbunuh. Sebanyak 6.000 tawanan, 22.000
unta, 40.000 kambing dan 4.000 uqiyah perak direbut kaum Muslimin.

Pasukan Muslim terus mengejar musuh sampai ke atas. Di tempat ini Hawazin dihancurkan
sama sekali. Duraid si buta juga terbunuh. Malik bin Auf lari ke dalam kota Tha'if dan
berlindung di sana.

Dalam perang Hunain ini Abu Sufyan sedang memegang tali kekang kuda Rasulullah ‫ﷺ‬.
Ketika pasukan muslim kocar-kacir Abu Sufyan bersiap untuk syahid dengan tangan kanan
menangkis serangan lawan dan tangan kiri memegang tali kekang.

Setelah pasukan muslim balik memukul, Rasulullah ‫ ﷺ‬menatap Abu Sufyan berlama-lama
seraya berkata,

"Oh saudaraku Abu Sufyan bin Harits..."

Mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan itu, Abu Sofyan menangis haru dan air matanya
membasahi kaki Rasulullah ‫ﷺ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

347
Bagian 140
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Thaif

Saat itu turunlah Firman Allah


َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َُْ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ُ ُ َ َ ْ َ
ُ ‫اﻷ ْر‬
‫ض ِ َﻤﺎ‬ ‫اﻃ َﻦ ﻛ ِﺜ َ ٍة ۙ َو َ ْﻮ َم ُﺣﻨ ْ ۙ ِإذ أﻋﺠﺒﺘ ﻢ ﻛ ﺗ ﻢ ﻓﻠﻢ ﺗﻐﻦ ﻋﻨ ﻢ ﺷ ﺌﺎ وﺿﺎﻗﺖ ﻋﻠ ﻢ‬ ََ
ِ ‫ﻟﻘﺪ ﻧ ُ َ ﻢ ا ِ ﻣﻮ‬
ْ ُ ْ
‫َر ُﺣ َ ﺖ ﺛ ﱠﻢ َوﻟ ْﻴﺘ ْﻢ ُﻣﺪ ِﺑ َﻦ‬

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari
kebelakang dengan bercerai-berai.
Surah At-Taubah (9:25)
َ َ َ َ ‫ﱠ‬ َ َ ُ ْ ْ َ ُ َ َ ُ ََ َ ُ َ َْ ‫ُﱠ‬
‫ﻳﻦ ﻛﻔ ُﺮوا ۚ َوذ ٰ ِﻟﻚ َﺟ َﺰ ُاء اﻟ ِﺎﻓ َﻦ‬‫ﻮﻟ ِﻪ َوﻋ اﻟ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻨ َ َوأﻧ َﺰ َل ُﺟﻨﻮدا ﻟ ْﻢ ﺗ َﺮ ْوﻫﺎ َو َﻋﺬ َب اﻟ ِﺬ‬
ِ ‫ﺛﻢ أﻧﺰل ا ﺳ ِﻜﻴ ﺘﻪ ﻋ ٰ رﺳ‬

Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang
beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah
menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir.
Surah At-Taubah (9:26)

Pasukan muslim mengepung kota Tha'if. Mereka kemudian menyerang dengan manjaniq
dan "thank". Thank ini berbentuk seperti rumah kura-kura yang besar. Para prajurit maju
dan dengan sengaja berlindung di bawahnya untuk mengebor dinding. Namun musuh yang
cerdik menuangkan besi panas hingga "thank" itu terbakar.

Pertempuran keras merebut benteng tidak berhasil. Rasulullah ‫ ﷺ‬memakai cara lain.
Beliau memerintahkan agar kebun kurma dan anggur Thaif yang terkenal itu dibakar dan
ditebang. Namun, karena pihak musuh memohon agar beliau tidak melakukan itu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun membatalkan perintahnya.

Beliau juga berkata kepada musuh,

"Siapa pun yang turun dari benteng dan datang ke sini maka dia bebas."

Maka 20 orang pun turun dan bergabung dengan pasukan muslimin. Dari merekalah
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa musuh mempunyai persediaan makanan yang cukup
untuk bertempur berbulan-bulan. Karena itu beliau memutuskan untuk menarik mundur
pasukannya.

348
Salah seorang sahabat berkata,
"Ya Rasulullah berdoalah bagi kemalangan orang-orang Bani Tsaqif di Thoif."

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bijak dan penyayang malah berdoa,


"Ya Allah berikanlah petunjuk kepada penduduk Tsaqif dan berkahilah mereka."

Karena pengepungan akan berlangsung lama, Naufal bin Muawiyah memberi saran kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Wahai Rasulullah, mereka itu seperti serigala di dalam lubangnya. Apabila engkau terus
menungguinya tentu akhirnya engkau dapat mengambilnya. Namun ia pun tidak seberapa
berbahaya jika engkau tinggalkan.."

Mengembalikan Tawanan Thaif

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya meninggalkan kota Thaif.


Di Ji'rona, mereka berhenti untuk membagikan harta rampasan dan para tawanan perang.
Di antara para tawanan ada seorang wanita tua yang berkata kepada para sahabat,

"Kamu tahu bahwa aku masih saudara sesusuan dengan pemimpin kamu itu?" Setengah
tidak percaya mereka membawa wanita itu ke hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Ternyata Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengenalinya walau pun sudah begitu lama tidak bertemu
dengan wanita itu. Dia adalah Syaimah binti Al Harist, Putri Halimah as-Sa'diyah, ibu susuan
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Rasulullah segera menghamparkan jubahnya, dan mempersilahkan Syaimah duduk di situ.


Ketika beliau bertanya apakah dia ingin tinggal bersama beliau, Syaimah lebih memilih
pulang kembali ke kabilahnya. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun membebaskan Syaimah.

Setelah itu datanglah para Utusan dari Bani Hawazin. Mereka meminta agar Rasulullah ‫ﷺ‬
memulangkan harta, wanita, dan anak-anak yang tertawan.

"Rasulullah, di antara para tawanan itu terdapat juga bibi-bibimu dari pihak ayah dan ibu-
ibu yang dulu pernah memeliharamu. Jika sekiranya kami menyusui Haris bin Abi Syimr atau
Nu'man bin Al Mundzir, kemudian ia datang melihat keadaan kami seperti yang kami alami
sekarang ini, tentu kami manfaatkan dan kami mintai belas kasihnya. Konon pula engkau
yang sudah mendapat pengasuhan yang terbaik...."

Para utusan ini mengingatkan bahwa ketika kecil dulu Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah dirawat di
lingkungan mereka. Hati Rasulullah ‫ ﷺ‬yang penyayang amat terharu mendengarnya. Tahu
berterimakasih dan mengingat budi orang lain sudah menjadi bawaan sifat Rasulullah
‫ﷺ‬. Beliau pun bertanya,

"Anak-anak dan istri-istri kamu ataukah harta kamu yang lebih kamu sukai."

349
"Rasulullah kami disuruh memilih antara harta dan sanak keluarga kami?"
"Mengembalikan istri-istri dan anak-anak kami tentu lebih kami sukai."

Di hadapan pasukannya Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumumkan bahwa beliau dan keluarganya


melepaskan anak-anak dan kaum wanita Hawazin. Melihat itu, serentak para sahabat pun
segera melepaskan para tawanan dengan berkata,

"Apa yang ada pada kami, kami serahkan kepada Rasulullah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya menaklukkan Tha'if dengan cara sederhana. Beliau menawarkan


kepada Malik bin Auf untuk masuk Islam dan seluruh keluarga serta hartanya akan
dikembalikan, ditambah 100 ekor unta. Akhirnya pemimpin pasukan musuh di Perang
Hunain itu memeluk Islam di ikuti kaumnya.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 141
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Pembagian Harta Rampasan

Rasulullah ‫ ﷺ‬mendahulukan mereka yang baru masuk islam dalam pembagian harta
rampasan perang. Hati mereka masih lemah dan perlu diikat lebih erat ke dalam Islam
dengan cara yang cerdik dan bijaksana.

Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang masih juga bertanya,

"Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan anakku Muawiyah?"

Maka, Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kepada Yazid dan Muawiyah masing-masing 100 ekor
unta.

Demikianlah, begitu murah hatinya beliau, sampai orang-orang yang baru memeluk Islam itu
mengerumuni beliau untuk meminta harta hingga Rasulullah ‫ ﷺ‬terdesak ke sebuah pohon
dan mantelnya yang terlepas pun diambil orang.

"Wahai saudara-saudara, kembalikan mantelku!" Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.


"Demi diriku yang ada di tangan-Nya. Andaikan aku memiliki semua tanaman di Tihamah,
tentu aku akan memberikannya kepada kalian hingga kalian tidak menyebut aku sebagai
orang yang kikir, takut, dan dusta."

350
Kemudian beliau berdiri disamping unta milik beliau dengan sebelah tangan memegang
punuk unta. Beliau mengangkat sebiji gandum dan bersabda,

"Wahai semua orang, demi Allah aku tidak lagi menyisakan harta rampasan kalian, termasuk
pula sebiji gandum ini kecuali seperlimanya, dan seperlimanya itu pun sudah ku serahkan
kepada kalian."

Keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk memberikan sejumlah besar harta kepada yang baru
memeluk Islam sangatlah tepat. Karena tidak semua orang memeluk Islam dengan akalnya.
Banyak orang di dunia ini perlu ditarik kepada kebenaran dengan perut dan nafsunya.

Setelah itu barulah beliau memanggil Zaid bin Tsabit yang bertugas membagi-bagikan sisa
harta rampasan kepada para sahabat Muhajirin dan Anshor. Masing-masing mendapat 4
ekor unta dan 40 domba. Sedangkan para penunggang kuda masing-masing mendapat 12
ekor unta dan 120 domba.

Jumlahnya tentu tidak seberapa dibanding dengan yang lain. Kebijakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini
pun, mulanya tidak dipahami, sehingga ada segolongan sahabat yang kecewa.

Kemenangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin bersumber dari ketakwaan. Inilah janji Allah
untuk orang bertaqwa

1. Hidup berkah
2. Furqonan atau mampu memisahkan baik dan buruk
3. Albusyro yaitu kegembiraan
4. Bersama Allah
5. Dicintai Allah
6. Yusra atau diberi kemudahan
7. Merajan atau diberikan jalan keluar dari kesulitan
8. Tidak sulit rezeki
9. Mendapat ampunan Allah
10. Hasanah Khoiron yang mendapat kebaikan.

Orang-orang Anshar

Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar para sahabat Anshar berbisik-bisik tentang kebijakannya.


Bukankah Ansharlah yang bertempur gigih sehingga mereka membalikkan keadaan menjadi
kemenangan pada perang Hunain? Kemudian, mengapa orang lain yang justru melarikan diri
dalam pertempuran yang menikmati hasilnya?

"Rasulullah ‫ ﷺ‬telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri," demikian kata mereka.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬Alaihi Wasallam datang ke tempat Anshor berkumpul dan bertanya,

351
"Saudara-saudara Anshor aku mendengar bahwa ada perasaan kalian yang mengganjal
terhadap aku. Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat, atau Allah
memberi petunjuk kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin, lalu Allah membuat kalian
kaya, lalu juga menyatukan hati kalian?"

Anshar menjawab, "Memang Allah dan Rasulullah juga yang lebih bermurah hati."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Saudara-saudara Anshar mengapa kalian tidak menjawab kata-kataku"?

"Dengan apa harus kami Jawab ya Rasulullah? Segala kemurahan hati dan kebaikan itu ada
pada Allah dan Rasul-Nya juga."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ya sungguh, demi Allah, kalau kamu mau tentu kamu masih dapat mengatakan: engkau
datang kepada kami dalam keadaan didustakan orang, kamilah mempercayaimu, engkau
ditinggalkan orang, kamilah yang menolongmu, engkau diusir kamilah yang memberimu
tempat, engkau dalam kesengsaraan, kamilah yang menghiburmu.
Saudara-saudara Anshar masih adakah sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam hatimu
terhadap harta itu? Aku telah mengambil hati satu golongan kaum supaya mereka sudi
menerima Islam, sedang terhadap keislamanmu aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela
saudara-saudara Anshar apabila orang-orang itu pergi membawa kambing membawa unta,
dan kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu?
Demi Dia yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu aku termasuk
orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan di celah gunung dan Anshar menempuh
jalan yang lain, niscaya aku akan menempuh jalan Anshar. Allahumma Ya Allah rahmatilah,
orang-orang Anshar, anak-anak dan cucu-cucu Anshar."

Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum
dan peniup api. Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau
memberinya atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api jika
tidak membakar pakaianmu maka engkau akan mendapat bau busuknya."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 142
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

352
Zainab Wafat

Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan penuh harap, penuh cinta, dan penuh sayang
kepada mereka yang pernah memberi janji setia kepada beliau. Rasa haru menyesak di
dalam dada semuanya sehingga seluruh orang Anshar menangis sambil berkata,

"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami."

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali ke Mekah untuk berumrah. Selesai umroh Rasulullah ‫ﷺ‬
menunjuk 'Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal untuk mengajar orang-orang untuk
memperdalam Al Quran dan menjalankan ajaran agama.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pun kembali ke Madinah. Kini di seluruh Jazirah Arab tidak ada lagi
yang berani mengganggu atau mencela Islam. Gembira sekali kaum Anshor dan Muhajirin.
Semua merasa bahwa Allah telah membuka jalan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan
membebaskan tanah suci.

Mereka gembira karena penduduk Mekah telah mendapatkan hidayah dengan memeluk
Islam termasuk beragam kabilah Arab yang telah tunduk dan taat kepada agama Islam ini.

Apalagi kemudian berbagai utusan kabilah-kabilah Arab yang lain berdatangan dan
menyatakan memeluk Islam di hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Namun segala ketentraman di dunia ini pasti ada kurangnya. Saat itulah, Zainab putri
Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat. Sejak jatuh dari unta dan mengalami keguguran kandungan, Zaenab
memang tidak pernah sembuh. Kini keturunan Rasulullah ‫ ﷺ‬yang masih hidup tinggal
Fatimah az-Zahra, karena Ummu Kultsum dan Rukayah juga telah lebih dulu meninggalkan
dunia.

Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat betapa lembutnya Zainab dan betapa indah kesetiaannya kepada
suaminya Abul Ash bin Ar-Rabi'. Hati Rasulullah ‫ ﷺ‬sedih sekali. Namun dalam keadaan
sedih pun Rasulullah tidak pernah lupa dengan kebiasaan beliau selalu pergi ke pelosok-
pelosok sampai ke ujung kota. Beliau tengok orang yang sakit dan beliau hibur orang yang
menderita.

Allah pun menurunkan rahmat dan kasih sayang untuk menghibur hati Rasulullah ‫ ﷺ‬yang
sedang berduka.

Kemudian lahirlah putra Rasulullah ‫ ﷺ‬dari rahim Mariah seorang budak Mesir yang
dihadiahkan Mauqauqis kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah lewat 60 tahun.
Alangkah bahagianya hati beliau, putra laki-laki itu beliau beri nama Ibrahim.

Umamah adalah Putri Zaenab. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu
Qotadah, ketika kami sedang menunggu Rasulullah ‫ ﷺ‬pada waktu Dhuhur dan Ashar,
keluarlah Rasulullah ‫ ﷺ‬bersama Umamah di atas bahunya. Kemudian kami sholat di
belakangnya jika Rasul sujud Umamah dilepaskan dan jika bangkit dari sujudnya Umamah
dipangku, sedang waktu kepalanya diangkat dari sujud, Umamah diambil lagi.

353
Kelahiran Ibrahim

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi sedekah uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir
miskin. Seorang wanita bernama Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Kemudian
Rasulullah ‫ ﷺ‬menyediakan pula 7 ekor kambing yang setiap hari diperah susunya untuk
keperluan Ibrahim.

Hampir setiap hari Rasulullah ‫ ﷺ‬mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat senang melihat
Ibrahim tumbuh sehat. Senyum bayi itu seperti cahaya pelita yang menghangatkan hati
Rasulullah ‫ﷺ‬. Suatu hari dengan penuh perasaan gembira Rasulullah ‫ ﷺ‬menggendong
Ibrahim dan memanggil Aisyah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya "Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?"


Namun Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang lain.
Aisyah dan istri2 Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat sedih karena tidak bisa memberi beliau seorang
keturunan. Padahal mereka sangat menyayangi beliau. Karena itu, begitu melihat
kegembiraan Rasulullah ‫ ﷺ‬menggendong Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang
suka.

Apa yang terjadi pada istri-istri Rasulullah ‫ ﷺ‬sangatlah wajar karena pada zaman itu belum
pernah kaum wanita diperlakukan sedemikian baik. Begitu sayangnya mereka kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai-sampai mereka menganggap beliau lebih menyayangi istri yang satu
dibandingkan yang lain. Pertentangan Ini akhirnya meresahkan hati Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau
memisahkan diri dari para istrinya.

Karena sudah lebih dari sebulan Rasulullah ‫ ﷺ‬hidup menyendiri, kaum muslimin menjadi
gelisah. Mereka takut kalau ternyata Rasulullah ‫ ﷺ‬menceraikan istri-istrinya. Umar Bin
Khattab datang menengok Rasulullah ‫ ﷺ‬di tempat pengasingannya. Umar menangis melihat
punggung Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berbekas tikar kasar. Rasulullah ‫ ﷺ‬menghibur sahabatnya itu
dengan mengatakan bahwa kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada harta seluruh
bumi beserta isinya.

Setelah itu giliran Umar yang menghibur beliau. Umar terus bicara dengan Rasulullah ‫ﷺ‬
sampai beliau merasa terhibur dan tertawa. Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬menjelaskan kepada
kaum muslimin bahwa beliau tidak menceraikan istri-istri beliau.

Kemudian turunlah firman Allah yang menegur istri-istri Rasulullah ‫ﷺ‬. Kalau saja Rasulullah
‫ ﷺ‬sampai menceraikan mereka, karena mereka sudah begitu menyusahkan, niscaya Allah
akan menggantikan mereka dengan wanita-wanita lain yang lebih baik. Akhirnya para ibu
kaum muslimin itu pun sadar dan hidup rukun seperti sedia kala.

Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau senang
bergurau dan senang melihat mereka bergurau.

Dari hadis riwayat Bukhari, dari Aisyah berkata,

354
"Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas
melumurkan adonan tepung di wajah saya sehingga membuat Rasulullah ‫ ﷺ‬tertawa."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 143
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perang Tabuk

Setelah bertempur dengan kaum muslimin di perang Mu'tah, Kaisar Romawi tahu bahwa
seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya
akhir-akhir ini semakin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam.

"Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab yang ku kuasai akan hancur,"
demikian pikir Kaisar Romawi.
"Tidak ada jalan lain selain menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya."

Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan sebanyak 40000 orang. Termasuk
di dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang menganut agama Nasrani. Mereka akan
memusnahkan tentara muslim dengan membuat orang lupa akan pengunduran diri tentara
muslim yang sangat cerdik pada perang Mu'tah.

Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang munafik memperparahnya dengan


menyebarkan desas-desus tentang kedatangan pasukan Romawi. Begitu gawatnya keadaan
sampai-sampai ketika orang Anshar mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar
sambil bertanya, "Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?"

Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah musim panas menjelang musim
gugur yang dikenal sebagai musim maut yang sangat mencekam di padang pasir. Panas
telah mencapai derajat tertinggi. Semua orang lebih suka berdiam diri di rumah atau di
kebun daripada bepergian sehingga jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-
hari biasanya.

Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ‫ ﷺ‬selain mengumumkan keberangkatan perang.
Beliau memberitahu kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan
sebesar mungkin. Keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau
menunggu musim panas berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah
Islam.

355
Akan tetapi ketika itu buah-buahan sudah mulai masak dan siap dipanen. Perjalanan jauh di
bawah panas matahari yang luar biasa ke perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan
yang sangat sulit. Apalagi Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mengharapkan bahwa setiap orang
memberikan hartanya untuk pasukan yang memerlukan biaya besar. Maka ketika seruan
jihad berkumandang, bagaimanakah sikap kaum muslimin?

Ketika mendengar ada bahaya Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu berusaha untuk menyerang lebih dahulu.
Menyerang punya beberapa kelebihan yaitu: leluasa menentukan sasaran, dapat menarik
mundur pasukan jika situasi tidak menguntungkan, prajurit penyerang biasanya lebih siap
dan lebih bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan.

Persiapan Rasulullah

Begitu sulit dan beratnya perjalanan yang akan ditempuh kaum muslimin, membuat sikap
orang terbagi dua golongan: kaum munafik yang menolak pergi dan kaum beriman yang
menyambut seruan Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa ragu lagi.

Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk bersedekah. Utsman bin Affan
yang sebelum itu telah menyiapkan kafilah ke Syam sebanyak 200 ekor unta lengkap dengan
barang dagangan ditambah uang 200 uqiyah, memberikan 100 ekor unta beserta seluruh
barang yang diangkutnya. Jumlah itu masih ditambah dengan uang seribu dinar yang
diletakkan dalam bilik Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau menerimanya dan bersabda,

"Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini."

Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai disitu. Ia mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi
sampai seluruhnya berjumlah 900 ekor unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai.
Abdurrahman bin Auf datang menyerahkan 200 uqiyah perak.

Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan sedekahnya ke tangan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Abu Bakar menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya sejumlah 4.000 dirham.

"Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya," demikian jawab Abu Bakar.

Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak menyerahkan separuh hartanya, berkata,

"Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam perlombaan kebaikan untuk selama-
lamanya."

Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang mereka miliki, banyak atau sedikit.
Ada yang menyerahkan 70 wasaq kurma atau hanya satu atau dua mud kurma karena hanya
itu saja yang mereka miliki. Kaum wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan
mereka tidak ada satupun orang beriman yang merasa sayang pada hartanya demi
perjuangan di jalan Allah.

356
Bahkan orang-orang yang paling miskin pun berdatangan bukan untuk menyerahkan
sesuatu namun minta agar disertakan dalam pasukan. Dengan terharu, Rasulullah ‫ﷺ‬
terpaksa menolak mereka dengan bersabda,

"Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian."

Maka orang-orang itu pun pulang sambil menangis.

Jadi nyatalah bawa harta benda itu perlu. Perlu sangat. Orang Islam harus berupaya menjadi
kaya raya karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya,
dan agamanya. Namun harta benda itu adalah alat bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah
ingat pada Allah menuju Ridha Allah dan menegakkan jalan Allah Sabilillah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 144
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Orang-orang Munafik

Sementara orang-orang Mukmin dari berbagai kabilah berdatangan untuk bergabung


bersama sambil berlomba membawa sedekah ke Madinah, orang-orang munafik malah
berbisik-bisik. Mereka mencari-cari alasan untuk tidak ikut di antara sesama mereka,
terdengarlah cemoohan kepada ajakan Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Jangan kalian berangkat dalam keadaan udara panas ini," demikian ajak mereka kepada
yang lain.
َ َُ
Tentang perkataan ini turunlah firman Allah ‫ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬
ٌۢ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ُ َ َۡ َ َۡ َ ۡ َۡ ُ ۡ
‫َو ِﻣﻨ ُﮩ ۡﻢ ﱠﻣ ۡﻦ ﱠ ﻘ ۡﻮ ُل اﺋﺬن ۡ َو ﺗﻔ ِﺘ ﱢ ۡ ؕ ا ِ اﻟ ِﻔﺘﻨ ِﺔ َﺳﻘﻄ ۡﻮا ؕ َو ِان َﺟ َﮩﻨ َﻢ ﻟ ُﻤ ِﺤ ۡ ﻄﺔ ِ ﺎﻟ ِﻔ ۡ َﻦ‬

Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang)
dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka
telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi
orang-orang yang kafir.
{At-Taubah 9:49) / )}

"Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan
tinggalnya mereka di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan

357
jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata janganlah kamu berangkat atau pergi
berperang dalam panas terik ini." Katakanlah,
"Api neraka jahanam itu lebih sangat panas, jika mereka mengetahui."

Abdullah bin Ubay bin Salul ketika itu berkemah di sebuah tempat bersama sekelompok
pengikutnya. Mereka menolak berangkat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬ke medan perang.

Orang-orang yang hatinya terpendam kebencian terhadap Islam mengambil kesempatan ini.
Mereka menghasut banyak orang, menghalang-halangi dan menanamkan rasa enggan
mereka untuk pergi. Banyak orang yang telah munafik semakin menjadi lebih munafik.
Mereka berkumpul di rumah Sulaim, orang Yahudi. Jika dibiarkan orang-orang ini pasti akan
merajalela menebar kerusakan.

Karena itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Thalhah bin Ubaidillah untuk membubarkan mereka.
Thalhah datang dan membakar rumah sulaim. Orang-orang di dalam rumah kalang kabut
melarikan diri, salah seorang patah kakinya karena terjatuh. Sementara itu yang lain
memaksa menerobos api dan melarikan diri ke sana kemari.
Tindakan keras Rasulullah ‫ ﷺ‬itu berhasil mencegah mereka untuk tidak lagi mengulangi
perbuatan semacam itu.

Kemudian pasukan muslim berangkat. Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin 30000 orang ke perbatasan


Romawi nun jauh di utara. Namun masih ada yang tertinggal. Padahal mereka adalah orang-
orang yang tidak diragukan lagi keislamannya. Siapa dan mengapa?

Orang-orang munafik menghindar dari satu bahaya pertempuran, tetapi akan menanggung
kehinaan akibat tindakan pengecutnya. Mereka tidak punya Iffah.
Iffah adalah kemampuan menahan diri. Gunanya untuk mengekang diri jangan sampai suka
menempuh kepuasan sesaat yang akhirnya akan membawa kemelaratan.

Abu Khaitsamah

Ketika pasukan berangkat, kaum wanita dan anak-anak melepas mereka dengan penuh
semangat. Bahkan banyak yang naik ke loteng agar dapat melihat dengan lebih leluasa.
Debu halus mengepul ke udara disertai ringkikan kuda. Inilah pasukan dahsyat yang siap
menembus padang pasir dengan tidak lagi mempedulikan udara panas, rasa haus dan lapar.
Semua itu demi mendapat kecintaan Allah dan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Namun beberapa orang belum tergerak hatinya untuk ikut padahal mereka bukanlah kaum
munafik. Di antaranya adalah abu Khaitsamah, Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi, Hilal
bin Umayyah.

Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya telah berjalan beberapa hari. Abu Khaitsamah tiba di
rumah. Hari itu benar-benar sangat panas sampai hampir tak tertahankan. Kedua istri Abu
Khaitsamah bangkit dan menyambutnya dengan penuh cinta.

Abu Khaitsamah berbaring di atas alas empuk yang telah disediakan istri-istrinya. Tenda
yang sudah terbuka membuat angin mengalir masuk segar, apalagi tidak lama kemudian

358
kedua istrinya itu masuk sambil membawa apa yang dia inginkan. Yang satu kendi sejuk
yang telah ditaruh lama di tempat teduh, yang lain adalah makanan segar untuk
memuaskan perut yang lapar. Namun begitu merasakan semua kenikmatan ini pikiran Abu
Khaitsamah melayang kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya.

Ia berkata dalam hati, "Rasulullah ‫ ﷺ‬sekarang tengah terpanggang terik matahari dan
diterpa angin panas, sedangkan Abu khaitsamah bersantai-santai di kemah yang sejuk,
menikmati makanan yang tersedia dan bersenang ria ditemani para wanita cantik ini?
Ini benar-benar tidak pantas dan tidak adil!"

Seketika itu Abu Khaitsamah bangkit dan berkata kepada kedua istrinya,

"Demi Allah, aku tidak akan masuk ke tenda kalian sebelum aku menyusul Rasulullah ‫ﷺ‬.
Tolong siapkan perbekalanku, aku akan pergi mengejar beliau."

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di daerah Tabuk, seseorang berkata,

"Ada pengendara datang!"

"Ia adalah Abu Khaitsamah," Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Abu Khaitsamah menemui Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau memaafkan dan mendoakan Abu
Khaitsamah.

Untuk menghindarkan bahaya yang sangat besar, seseorang harus menghindarkan


kenikmatan yang sebentar saja, itulah gunanya iffah dan untuk mencapai kepuasan besar
serta abadi, seseorang perlu teguh, tahan menyebrangi kesakitan dan penderitaan yang
sebentar.

Itulah gunanya syajaah atau keberanian. Abu Khaitsamah adalah contoh orang yang
memiliki dua hal ini. Iffah dan syajaah tidak bisa dipisahkan seperti dua sayap burung.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 145
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Perjalanan Pasukan Usro

Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh
kesulitan. Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan

359
kediaman kaum Tsamud yang durhaka. Di lembah itu orang-orang mengambil air untuk
persediaan minum mengingat jalan masih sangat jauh.

Namun, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan
gandum yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan
kalian makan sedikit pun. Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu
dipergunakan kaum Tsamud untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan
tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang
yang suka menangis jika mengingat dosa."

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil


menundukkan kepala.

Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasulullah ‫ ﷺ‬berpesan,

"Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman."

Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui
orang, dan hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang.
Akan tetapi malam itu ada dua orang yang melanggar pesan Rasulullah ‫ﷺ‬. Salah seorang
menghilang dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir.

Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air
َ َُ
mereka kini tidak cukup. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berdoa. Dengan izin Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬,
ُ
awan hitam datang bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan
semua orang.

Pada lain saat, dalam perjalanan itu persediaan makanan menipis dan para sahabat
menderita kelaparan. Mereka meminta izin kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬agar diperbolehkan
menyembelih unta-unta. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar semuanya
mengumpulkan makanan yang tersisa. Setelah terkumpul Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa. Setelah itu
Beliau berkata,

"Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian."

Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh. Kemudian mereka
makan sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun mengucapkan
kalimat syahadat dan bersabda,

"Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika
berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga."

Keberanian Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar,
bersumber pada rasa percaya diri. Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya

360
kepada diri sendiri. Sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada
َ َُ
kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ

Pasukan Romawi Mundur

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Tabuk. Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di
hadapan pasukannya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berpidato dengan penuh semangat. Beliau
mengingatkan akan kebaikan dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-
sungguh. Beliau juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya
begitu letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam.

Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut
mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat
panas dan ganas dengan bekal seadanya.

Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui
rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya
terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.

Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun,


para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk
berdamai.

Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.

Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah muslim namun tetap
mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang. Dengan
demikian pasukan muslim akan datang membela apabila suatu saat musuh menyerang
daerah itu.

Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah termasuk di antara mereka yang membayar
jizyah. Yuhanah bin Ru'bah pemimpin Aila datang dengan salib emas di dadanya. Ia
membawa hadiah dan menandatangani perjanjian damai.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan
santun.

Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi, orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul
Jandal, malah meminta bantuan pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim. Maka,
Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk
melawannya.

Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid bin Walid menyerang pada waktu malam. Ia
berhasil menawan Ukaidir yang tengah berburu lembu liar. Maka Dumatul Jandal pun
takluk. Mereka menyerahkan 2.000 unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju
besi.
Ukaidir pun masuk Islam di hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menjadi sekutu kaum muslimin.

361
َ َُ
Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬. ُ Siapa
ََ َ ُ َ َ ْ ُ
saja yang percaya kepada Allah ‫ ﺳ ﺤﺎﻧﻪ و ﺗﻌﺎ‬maka dia tidak akan merasa takut mengarungi
lautan kehidupan. Dia tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup
َ َُ
merintanginya kalau tidak diizinkan oleh Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ Dia tidak percaya bahwa dia
akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah tertulis lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu
َ َُ
berbaik sangka kepada Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 146
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Tiba di Madinah

Duapuluh hari lamanya Rasulullah ‫ ﷺ‬tinggal di Tabuk. Setelah itu beliau pulang bersama
ribuan pasukan muslim. Mereka berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan
sedikit pun. Namun bahaya sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasulullah ‫ﷺ‬
sendiri.

Dalam perjalanan pulang ini Rasulullah ‫ ﷺ‬melewati jalan di sebuah bukit. Saat itu beliau
ditemani oleh Ammar bin Yasir yang memegang tali kekang unta Rasulullah ‫ﷺ‬
dan Hudzaifah bin Al-Yaman yang berjalan di depan.

Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan muslim datang mengendap-endap. Mereka
berniat membunuh Rasulullah ‫ﷺ‬. Ini adalah kesempatan baik yang telah lama mereka
tunggu dari sejak berangkat. Ketika itu pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh
di bawah mereka.

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kedua sahabatnya mendengar gerakan 12 orang itu. Mereka
bertiga menoleh ke belakang. Orang-orang munafik itu terkejut dan melarikan diri.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan Hudzaifah untuk mengejar. Pengajaran itu sampai hampir


berhasil karena Hudzaifah sudah bisa menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan
tongkatnya. Namun orang-orang itu berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga
tidak terlihat lagi.

Walaupun mereka berusaha menutupi wajah, Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama


mereka dan memberitahukannya hanya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬saja. Sejak itu Hudzaifah
dijuluki sebagai orang yang dapat memegang rahasia Rasulullah ‫ﷺ‬.

362
Setelah 55 hari meninggalkan Madinah, pasukan muslim kembali. Dari jauh terlihat samar-
samar sebuah gundukan gunung. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Itu adalah gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun mencintainya."

Orang-orang di Madinah mendengar kedatangan pasukan dari kejauhan. Maka para wanita
dan anak-anak keluar rumah untuk menyongsong pasukan dengan gembira. Mereka
mengucapkan syair seperti yang dulu pernah dikumandangkan ketika Rasulullah ‫ﷺ‬
berhijrah dan tiba di Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat ke Tabuk pada bulan Rajab dan tiba pada bulan Ramadan. Ini
merupakan peperangan terakhir bagi beliau.

Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang? Tidakkah mereka malu
berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini?

Keempat macam sifat hati itu adalah:

- Hati yang bersih di dalamnya ada pelita yang bersinar itulah hati orang mukmin.
- Hati yang tertutup, adalah hati orang kufur
- Hati yang terbalik, adalah hati orang munafik dia mengetahui kemudian mengingkari dia
melihat kemudian buta.
- Hati yang didalamnya terkandung iman dan nifaq.

Orang-orang yang Tidak Ikut Berperang

Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat.
Orang-orang munafik menjadi gelisah. Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah
mereka mencapai 80 orang lebih. Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat,
Rasulullah ‫ ﷺ‬menerimanya, tetapi beliau serahkan apa yang ada di hati mereka kepada
َ ُ َ
Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬.
ُ

Sedangkan Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah berterus terang
bahwa mereka lalai. Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka
memutuskan untuk tidak berangkat. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
َ َُ
"Apa yang kalian katakan memang tidak bohong. Pergilah sampai Allah ‫ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬
menentukan sendiri persoalanmu."

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab


menuturkan semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap
kami sehingga aku merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!"

363
Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka
dengan berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, Kaab yang masih
muda dan berwatak keras tetap keluar rumah.

Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun
diperintahkan menjauh. Ketika itu datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab
bin Malik,

"Kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina
dan nista. Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik."

Kaab berkata pada dirinya sendiri,


"Ini juga termasuk cobaan!"

Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, Kaab
masih terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah. Dia bahkan memberi salam kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬. Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ‫ ﷺ‬membalas salamnya
atau tidak. Kaab menuturkan,

"Kemudian aku sholat di dekat Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil melirik kearah beliau. Ternyata pada
saat aku masih sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh
kepadanya beliau yang memalingkan muka"

Baru setelah 50 hari kemudian turunlah firman Allah yang memberi ketiganya ampunan.
Bagi Kaab bin Malik, Murarah Bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umayyah hari itu adalah hari paling
membahagiakan sejak mereka dilahirkan kedunia!

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
َ َُ
"Sesungguhnya Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya
orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan
tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai
terbit matahari dari tenggelamnya.
(hadits riwayat muslim dari Anas)

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 147
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Masjid Dhirar

364
Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama
Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu
Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para pengikutnya. Bahkan
diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬. Namun ketika
akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling ke Romawi.

Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama
menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah.
Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun
sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat
terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬.

Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas
tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat
situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Jika orang-orang menanyakan hal
ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di
sekitar sini bisa mendapat tempat shalat yang lebih dekat.

Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat ke Tabuk. Orang-orang
munafik mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan
utama mereka adalah, jika Rasulullah ‫ ﷺ‬mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi
dicurigai.

Namun ketika itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,


"Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang."

Sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang
masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir.

Maka begitu tiba di Madinah beliau memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk
menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah.

Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali
kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Ibrahim Wafat

Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ‫ ﷺ‬yaitu Qosim dan Thahir, namun
keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya.

Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ‫ ﷺ‬meninggal hingga yang
tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa

365
sayang Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan
itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan.

Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ‫ ﷺ‬diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ‫ﷺ‬
berjalan sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau
seolah remuk redam, tangan beliau menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang
begitu mencekam sanubari Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."

Air mata Rasulullah ‫ ﷺ‬mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah
dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬membiarkan mereka
begitu. Setelah itu tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi
bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan
lebih dalam daripada ini."

Beliau diam sejenak kemudian bersabda lagi,

"Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa
yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai
Ibrahim."

Beliau memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau meminta keduanya lebih
tenang dan berkata,

"Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. "

Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi
karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian
atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah
kepada Allah dengan melakukan shalat."

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬


Bagian 148

366
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬Sholat di dalam Ka’bah

Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ‫ﷺ‬
menutup pintu Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah
ke depan tiga hasta kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah
kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga
tiang, karena al-Haram pada waktu itu didirikan atas enam batang tiang. Kemudian
Rasulullah sholat di situ.
Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap
sudutnya, lalu menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu
masyarakat Quraisy sudah memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan
disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka.

Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah,


Rasulullah bersabda:
"Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu
hamba-Nya, mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan
Jahiliah serta harta benda atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga
Baitullah dan pemberi minum para Jemaah Haji.
Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya
terlalu berat, yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang
mengandung.
Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah,
sikap bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah
keturunan Adam sedang Adam diciptakan dari tanah.

Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran:

ٌ ۡ ‫ﺎس ِا ﱠﻧﺎ َﺧﻠ ۡﻘ ٰﻨ ۡﻢ ﱢﻣ ۡﻦ َذ ﺮ ﱠو ا ۡﻧ ٰ َو َﺟ َﻌﻠ ٰﻨ ۡﻢ ُﺷ ُﻌ ۡ ﺎ ﱠو َﻗ َ ﺎ ِﺋ َﻞ ِﻟ َﺘ َﻌ َﺎر ُﻓ ۡﻮا ؕ ِا ﱠن ا َﺮ َﻣ ۡﻢ ِﻋ ۡﻨ َﺪ ا ِ ا ۡﺗ ٰﻘ ۡﻢ ؕ ِا ﱠن ا َ َﻋ ِﻠ ۡ ٌﻢ َﺧﺒ‬ ‫ٰۤ ﱡ َ ﱠ‬


ُ ‫اﻟﻨ‬
ِ ‫ﺎﯾﮩﺎ‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
{Al-Hujurat 49:13}

Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya:


"Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap
kamu semua?"

Jawab mereka:
"Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia".

367
Maka jawab Rasulullah:
"Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-
saudaranya:
Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas."

Kunci Ka'bah dikembalikan kepada penjaganya

Setelah semuanya itu, Rasulullah ‫ ﺻ ﷲ ﻋﻠ ﻪ وﺳﻠﻢ‬duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi
Talib (r.a) berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan
berkata:
"Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami,
semoga Allah memberi sholawat kepada engkau".
(dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas).

Rasulullah bersabda:
"Untuk Utsman bin Talhah" Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan
Rasulullah dan Rasulullah berkata:
"Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji".

Menurut riwayat Ibn Sa'ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada
Utsman Ketika penyerahan kunci itu dengan sabdanya:
"Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang
zalim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala
sesuatu rezeki yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma'ruf".

Bilal berazan di atas Ka'bah

Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah
untuk menyuarakan azan dari atas Ka’bah.
Sholat pembukaan Ka'bah atau sholat syukur.
Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci
kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya,
ketika itu adalah waktu dhuha, ada orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang
sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas pembukaan kota Mekah.

Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka
kata Rasulullah:
"Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelumnya saudaranya Ali bin
Abi Talib menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup
pintu rumahnya, karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah
pun memberi penegasan kepada Ummu Hani.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

368
Bagian 149
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Hari pertama pembukaan Mekah

Penghalalan darah beberapa penjahat


Rasulullah menghalalkan darah sembilan orang pelaku kejahatan Mekah, Rasulullah
memerintahkan agar supaya kesembilan penjahat Mekah dibunuh, walaupun mereka terikat
pada tirai Ka’bah, mereka ialah:
~ Abd al-Uzza bin Khatal,
~ Abdullah Ibni Abi Surah,
~ Ikrimah bin Abi Jahal,
~ Al-Harith bin Nufail bin Wahab,
~ Muqis bin Sababah,
~ Habbar bin Aswad,
~ dua penyanyi wanita milik Ibn Khatal, keduanya ini sering mencaci Rasulullah melalui
nyanyian mereka, dan
~ Sarah hamba perempuan milik seorang Bani Abdul Muttalib, dia yang membawa risalah
dari Hatib bin Abi Baltaah.

Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Utsman ke hadapan Rasulullah, dia menjadi orang
yang dekat dengan Rasulullah, karenanya ia terhindar dari ancaman pembunuhan, malah
Rasul telah menerima pengakuan Islamnya,
sebelumnya Rasulullah menangguhkan untuk menerimanya, dengan harapan akan ada
orang di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, karena dia sebelumnya sudah
memeluk Islam dan ikut berhijrah kemudian dia murtad dan lari pulang ke Mekah.

Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha
mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah pun memberi jaminannya, dengan itu dia telah
berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari, setelah bertemu, dia turut pulang ke
Mekah dan memeluk Islam.
Ketika Ibni Khatal ditemui, sedang terikat di tirai Ka’bah, setelah dilaporkan kepada
Rasulullah, maka Rasulullah berkata: "Bunuh saja". Maka Ibni Khatal pun dibunuh.
Ada pun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelumnya
telah memeluk Islam, tiba-tiba terjadi peristiwa, Muqais menyerang seorang lelaki Anshor
menyebabkan terbunuhnya lelaki Anshor, kemudian dia murtad dan lari menyertai kaum
musyrikin ke Mekah.
Al-Harith merupakan orang yang paling menyakiti Rasulullah ketika di Mekah. Dia telah
dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.
Habbar bin al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah ketika akan
berhijrah, dan menyebabkan Zainab terjatuh sehingga terjadi keguguran, namun dia telah
lari dari Mekah, kemudian memeluk Islam dan menjadi orang baik.

Seorang dari dua penyanyi telah dibunuh, sedang yang kedua telah diberi jaminan
keselamatan, karena dia memeluk Islam, sebagaimana terjadi kepada Sarah yang juga ikut
memeluk Islam.

369
Kata ibnu Hajar:
Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah dideklarasikan darahnya halal,
mereka ialah al-Harith bin Talatil al-Khuzai'e, dia telah dibunuh oleh Ali.
Al-Hakim menyebut bahwa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair,
cerita tentang dia, akhirnya dia memeluk Islam dan bersyair memuji Rasulullah.
Ada pun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam,
sedang Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad
sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah jumlah mereka
yang dibunuh, ketika Pembukaan Mekah.

Safwan bin Umaiyah dan Fudhalah bin Umar memeluk Islam

Safwan bin Umaiyah tidak termasuk di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun
sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa dia mengkhawatirkan
keselamatan dirinya sendiri, karena itu dia melarikan diri, dan dimintakan jaminan
keamanan dari Rasulullah oleh Umair bin Wahab al-Jumahi. Rasulullah pun menerima.
Sebagai tanda atas permintaan Umair itu, Rasulullah memberikan surbannya yang dipakai.
Ketika memasuki kota Mekah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang akan menaiki
kapal layar menuju ke negeri Yaman. Amir cepat-cepat menangkap Safwan, dan memberi
tahu kepadanya bahwa dia telah meminta kepada Rasulullah untuk memberi waktu kepada
Safwan selama dua bulan, sebelum diputuskan, akan tetapi Rasulullah telah menjawab
dengan sabdanya:
"Aku beri empat bulan".

Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah memeluk Islam
terlebih dahulu dari dia, dan Rasulullah telah mengakui dengan akad pertama mereka
dahulu.
Fudhalah adalah seorang pejuang yang berani, dia telah datang menghampiri Rasulullah
ketika sedang berthawaf dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah.
Akan tetapi ketika Rasulullah berseiringan dengan Fudhalah, memberi tahu dia tentang
rencana jahatnya yang terpendam di dalam hatinya, sehingga dia memeluk Islam.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 150
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Hari Kedua Pembukaan Mekah

Pada keesokan hari Rasulullah ‫ ﷺ‬tampil kembali di depan masyarakat Quraisy di Mekah,
َ َُ
setelah memuji dan bertahmid kepada Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬,
ُ Rasulullah bersabda:

370
َ َُ
"Wahai manusia sekalian, sesungguhnya Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬telah mengharamkan bumi
Mekah sejak langit dan bumi ini diciptakan, maka Mekah menjadi haram. Pengharaman
Allah itu, sampai dengan tiba hari qiamat. Tidak halal orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, menumpahkan darah, atau menebang pohon”.

Kemudian apabila ada orang yang mempermasalahkan peperangan yang dilakukan oleh
Rasulullah, di Mekah, maka jawab kepada mereka:
َ َُ
“Sebenarnya Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬telah mengizinkan kepada Rasulnya saja dan tidak kepada
yang lainnya, itu pun hanya untuk saat tertentu saja, nah kini pengharaman berlaku kembali
seperti pada hari kemarin, oleh karena itu kepada semua yang hadir di antara kamu
berkewajipan menyampaikan perihal ini kepada yang tidak hadir".

Dalam riwayat lain disebutkan:


“Tidak mematahkan durinya, tidak membuang buruannya, tidak mengambil barang yang
tercecer kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak bisa untuk buang air
(air kecil atau air besar).”

Abbas menyela:
"Wahai Rasulullah kecuali batang Izkhir, karena itu untuk hamba-hamba dan rumah
mereka".

Jawab Rasulullah:
"Ya kecuali batang Izkhir".

Peristiwa sebelumnya, Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Bani Laith untuk
membalas dendam atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan
dengan perkara ini maka,

Rasulullah bersabda:

"Wahai kalian Khuza'ah, hindarkan tanganmu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan


terlalu banyak, walaupun itu bisa memberi manfaat.
Sebelumnya kamu telah membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku yang membayar
ganti rugi (pampasan)nya, akan tetapi siapa pun yang membunuh setelah pemberitahuanku
ini, maka keluarganya harus memilih di antara dua pilihan, bila mereka mau darah maka
darah pembunuhan, atau bila mereka mau tebusan ganti rugi maka pampasanlah yang
harus dibayar".

Dalam riwayat lain;


Maka berdirilah seorang berketurunan Yaman yang dikenali sebagai Abu Syah menyeru:
"Wahai Rasulullah! Tuliskanlah itu untukku",
maka kata Rasulullah: "Ayo tuliskanlah untuk Abu Syah".

Kecurigaan Kaum Anshor

371
Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Mekah yang merupakan tanah air dan
tanah tumpah darah Rasulullah, maka beberapa orang Anshor mencurigai sesuatu, dan
mereka berbisik-bisik di antara mereka:

"Apakah engkau berpendapat, bahwa setelah membantu Rasulullah hingga kembali di tanah
airnya ini, akankah Rasulullah kemudian menetap di sini?".

Pada saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang menadah tangannya, berdoa di atas bukit Safa', setelah
selesai dari doanya itu kemudian Rasulullah bertanya:
"Apa yang kamu bicarakan tadi?".

Jawab mereka:
"Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah".

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mendesak, mengenai apa yang mereka bisikkan itu, sampai
kemudian mereka bercerita yang sebenarnya, maka Rasulullah menegaskan:
َ ُ َ
"Aku berlindung kepada Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬,
ُ sebenarnya penghidupanku adalah di
penghidupanmu dan kematianku adalah di persada kematianmu".

Baiat
َ َُ
Setelah selesai pembukaan Mekah, berkat pertolongan Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬,
ُ maka tampaklah
kebenaran Islam di mata penduduk Mekah dan mereka sudah memastikan, bahwa tidak ada
jalan lain menuju kejayaan kecuali dengan Islam, karenanya mereka semua tunduk dan
patuh kepada ajaran-ajaran Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan
taat dan setia dalam baiat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk di Bukit Safa dengan semua yang hadir sedang Umar Ibnu Khattab di
samping agak ke bawah dari Rasulullah memperhatikan siapa pun yang hadir di situ, semua
yang datang membuat baiat dengan Rasulullah.

Di dalam kitab "Madarik Tafizil" disebutkan:


Diriwayatkan bahwa setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬selesai menerima baiat kaum lelaki, Rasulullah
meneruskan baiat untuk kaum wanita.

Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk di bukit Safa' sedang Umar bin Khattab duduk di samping Rasulullah
membaiat mereka dengan perintah Rasulullah, juga menyampaikan kepada mereka segala
sesuatu dari Rasulullah.

Hindun bin Utbah, isteri Abu Sufyan pun datang ke hadapan Rasulullah dengan cara
menyamar diri, karena takut Rasulullah akan mengenali dia, karena Hindun bin Utbah masih
ingat tindakan kejamnya terhadap Hamzah.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata:


"Aku membaiatmu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun". Tugas ini dilakukan
oleh Umar, dan kata Rasulullah:

372
"Dan jangan kamu mencuri".

Maka jawab Hindun:


"Sebenarnya Abu Sufyan seorang yang bakhil, bila aku ambil sedikit hartanya dia tidak suka",
menyahut Abu Sufyan: "Apa yang engkau ambil itu halal".

Lalu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tersenyum karena Rasulullah telah mengenali dia katanya: "Engkau
Hindun?".

"Ya wahai Rasulullah".


Katanya lagi: "Maafkanlah aku wahai nabi Allah",

maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memaafkan dia. Kata Rasulullah:


"Dan tidak berzina".

Kata Hindun: "Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?".

Jawab Rasulullah: "Dan tidak sekali-kali membunuh anak-anak mereka".

Kata Hindun pula:


"Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan Engkaulah yang membunuh mereka
setelah dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini".
Karena anaknya, Hanzalah bin Abi Sufyan telah terbunuh dalam peperangan Badar, Umar
ketawa hingga dia terduduk, sedang Rasulullah tersenyum saja.

Kata Rasulullah lagi: "Dan tidak juga melakukan perkara-perkara maksiat".

Jawab Hindun: "Demi Allah kerja maksiat itu suatu yang bodoh dan jelek, sebetulnya apa
yang Rasulullah sampaikan itu adalah perintah yang wajar untuk menjadikan akhlak-akhlak
mulia".

Selanjutnya kata Rasulullah ‫ ﷺ‬:


"Dan sekali-kali tidak membantah untuk kerja-kerja makruf (kebaikan)".

Kata Hindun: "Demi Allah kami menghadiri majlis dan di dalam hati kami tidak ada sedikit
pun rasa durhaka".

Ketika dia pulang ke rumahnya kemudian dia memecahkan berhala-halanya sambil berkata:
"Kami tertipu oleh engkau".

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 151

373
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Periode Ketiga

periode pertama: perjuangan dan peperangan


periode kedua: bangsa dan qabilah-qabilah arab berlomba lomba masuk islam.

Ini merupakan periode terakhir dalam perjalanan hidup Rasulullah ‫ ﷺ‬yang


mempertunjukkan pencapaian-pencapaian hasil usaha dakwahnya.
Setelah melalui waktu perjuangan jihad selama 20 tahun, kelelahan, kesengsaraan,
peperangan dan pertarungan yang telah menumpahkan darah, semua ini telah Rasulullah
‫ ﷺ‬tempuh.

Pembukaan kota Mekah merupakan kemenangan yang sangat berarti yang telah dicapai
oleh kaum muslimin di sepanjang tahun perjuangan mereka, suatu kemenangan yang telah
mengubah peta dan urusan perjalanan hidup selanjutnya, serta merubah suasana dan
kebiasaan bangsa Arab itu sendiri.

Pembukaan itu merupakan garis pemisah antara era lama dan era yang akan datang, di
mana sebelumnya bangsa Arab-lah yang menjadi panutan mereka. Penundukkan kaum
quraisy di bawah bendera islam dianggap sebagai penghapusan total terhadap pengaruh
dan penyembahan berhala di semenanjung Arab.

Periode ini dapat dibagi menjadi dua fasa:

PEPERANGAN HUNAIN

Penaklukan kota Mekah terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan satu pukulan yang
menyentak, telah membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah
yang berdekatan terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya. Oleh karena itu
mereka menyerah, tidak ada jalan lain selain menerima apa yang terjadi,

Akan tetapi beberapa qabilah yang merasa lebih kuat, ganas dan congkak, seperti suku
Hawazin dan Thaqif, dan kemudian beberapa qabilah lain juga mengikutinya, seperti,
qabilah Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar dan beberapa individu dari Bani Hilal.
Mereka ini dari kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini tidak rela menerima kemenangan
Islam. Oleh karena itu, mereka bersepakat untuk bersekutu dengan Malik bin Auf Nasri dan
membuat keputusan untuk melawan kaum Muslimin.
Pergerakan Musuh dan Persinggahan Autas

Malik bin Auf sebagai pembesar negerinya, memimpin pergerakan untuk memerangi kaum
Muslimin, dia membuat keputusan dengan membawa serta semua harta-harta, kaum
wanita dan anak-anak mereka.
Kemudian mereka bergerak sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan
Hawazin berdekatan "Hunain". Tetapi lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah
Hunain terletak berdekatan Zi Majaz. Jarak lembah Autas ke Mekah adalah sepuluh batu
lebih ke arah Arafah.

374
Duraid bin Sammah

Ketika Malik bin Auf turun bersama orang banyak di Autas, di antara mereka adalah Duraid
bin Sammah, seorang yang usianya sudah lanjut dan buta, akan tetapi memiliki
pengetahuan tentang peperangan, berani dan berpengalaman.

Tanya Duraid:
"Di lembah kamu sekarang?"

Jawab yang hadir:


"Kita sekarang di Autas,"

maka kata dia: "Itu adalah tempat baik untuk kuda-kuda", dia berpikir bahwa "tidak ada
peristiwa yang menyedihkan dan tanah lapang tidak diserang, tetapi apa itu? aku
mendengar suara-suara unta dan teriakan keledai, bahkan kedengaran tangisan anak-anak
dan suara kambing"

Jawab mereka: "Sebenarnya Malik bin Auf telah mengerahkan habis-habisan, bersama-sama
prajurit adalah kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka,"

kemudian dia menemui Malik bin Auf dan menanyakan kenapa semua dibawa.

Jawab Malik: "Aku akan menempatkan semua ini di belakang agar setiap tentara tetap
bersemangat untuk mempertahankan haknya".

Kata Duraid: "Demi Allah, ini adalah tindakan seorang penggembala kambing, bukan
tindakan seorang pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa pulang sesuatu?
Walaupun semuanya itu milik kau, tetapi tidak memberi faedah apa pun kepada seorang
pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandai kau kalah berarti kau telah berbuat
sia-sia terhadap keluargamu dan hartamu".

Kemudian dia bertanya kepada qabilah-qabilah lain dan pemimpin-pemimpinnya.


Dan katanya lagi: "Wahai Malik bin Auf, sebenarnya kau belum menyediakan perisai
"Huwazin" ke leher-leher kuda-kuda mereka, Ayo letakkan mereka di dalam benteng-
benteng negara mereka, kemudian majulah menghadapi pengikut Muhammad itu dengan
kudamu, bila kemenangan berpihak kepadamu maka orang-orangmu akan mengikuti di
belakangmu, tapi seandainya kau kalah maka keluargamu dan hartamu masih selamat".

Namun Malik bin Auf enggan mengikuti permintaan Duraid bin Sammah dengan
menegaskan: "Demi Allah aku tidak akan lakukan, kau sudah lanjut usia, pemikiranmu pun
sudah seperti anak-anak. Demi Allah, Hawazin mesti mengikuti perintahku, atau aku
tusukkan pedangku ini ke perutmu hingga keluar dari belakangmu".
Sebenarnya Malik bin Auf tidak suka Duraid memainkan peranan, yang kelak akan disanjung
namanya.

Maka jawab seluruh Hawazin: "Ya kami semua mengikut arahanmu".

375
Sekali lagi Duraid berkata: "Inilah hari yang belum pernah aku saksikan, sepertinya, aku tidak
mau melepas peluang untuk melihat kesudahannya".

Kemudian dia bersyair:

Seandainya aku masih muda


Di medan perang aku maju
Medan pertempuran aku bakar
Tentara aku pimpin
Air mata aku usap
Kini peperangan bagaikan binatang
Ke ruang penyembelihan dituntun
Pengintai Malik bin Auf

Beberapa orang pengintai yang dikirim oleh Malik bin Auf datang kembali kepadanya
memberi laporan dalam keadaan suara menggeletar.
Kata Malik bin Auf: "Apa ceritanya?"
Jawab mereka; "Kami dapati tentara serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan
putih, kami ketakutan dan inilah laporan kami".

Pengintai Rasulullah ‫ﷺ‬

Rasulullah telah mendapat pemberitahuan tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan


maka Rasulullah mengutus Abi Hadad Aslami, agar dia menyusup masuk ke tengah-tengah
musuh dan tinggal di sana untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai mereka. Abu
Hadad pun berangkat.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 152
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Bergerak Meninggalkan Mekah Menuju ke Hunain

Tanggal enam (6) bulan Syawal tahun kedelapan (8) Hijriah bertepatan dengan hari Sabtu,
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun bergerak keluar dari Mekah.
Hari itu genap sembilan belas hari Rasulullah memasuki dan berada di Mekah.

Rasulullah bergerak dengan kekuatan sebanyak 12.000 tentara Islam, sepuluh ribu adalah
mereka yang berangkat bersama Rasulullah ketika pembukaan Mekah, selebihnya adalah
penduduk Mekah, kebanyakan mereka masih baru menganut agama Islam.

376
Rasulullah ‫ ﷺ‬telah meminjamkan seratus pasang baju besi dengan kelengkapannya. Sebagai
pemegang kendali tanggung jawab Mekah, Rasulullah menunjuk Utab bin Usaiyed sebagai
amirnya.

Menjelang petang seorang prajurit berkuda telah datang menemui Rasulullah dan berkata:
“Saya telah naik ke bukit itu dan bukit ini, dan saya telah melihat qabilah Hawazin, yang
telah bergerak keluar dengan seisi rumah mereka, wanita-wanitanya, unta-unta dan harta-
hartanya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum mendengar laporan itu sambil berkata:


"Itu adalah harta rampasan untuk kaum muslimin besok".
In syaa Allah, di malam itu secara sukarela Anas bin Abi Mirthad Ghanuwi telah menawarkan
dirinya untuk mengawal Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dalam perjalanan mereka ke "Hunain" tentara Islam melihat pohon besar menghijau yang
dikenal dengan sebutan "Zat Anwat". Sudah menjadi adat orang Arab menggantungkan
peralatan senjata mereka di situ.

Maka kata seorang tentara kepada Rasulullah:


"Wahai Rasulullah, buatkan untuk kita Zat Anwat, seperti mereka juga mempunyai Zat
Anwat. ”

Jawab Rasulullah ‫ﷺ‬:


"Allahu Akbar, Maha Besar Allah, mengapa kamu berkata begitu. Demi Allah yang nyawa
Muhammad di tangan-Nya, kata-katamu itu serupa dengan kata-kata kaum Musa di masa
lalu.
Jadikanlah untuk kami tuhan, sebagaimana mereka mempunyai tuhan dan Musa berkata:
Sesungguhnya kamu ini kaum yang jahil, sebetulnya inilah tasyabuh, dan sebenarnya kamu
akan mengikuti jalan-jalan orang yang musyrik jahiliyah terdahulu".

Ada juga di antara mereka yang berkata congkak, setelah melihat jumlah tentara yang
banyak:
“Di hari ini kita tidak bisa dikalahkan lagi.”
Kata-kata ini tidak disukai oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tentara Islam diserang

Tibalah Tentara Islam di Hunain pada malam Selasa sepuluh hari terakhir bulan Syawal.
Malik bin Auf telah sampai di Hunain terlebih dahulu, dia telah menyusun taktik tentaranya
di lembah Hunain, dengan meletakkan kelompok penyerang di sepanjang jalan dan pintu
masuk, bahkan di seluruh lereng-lereng bukit Hunain dan lorong-lorongnya, dia memberi
petunjuk agar mereka memanah tentara Islam apabila mereka muncul di situ.

Di penghujung malam Rasulullah ‫ ﷺ‬menyusun strategi tentaranya, Rasulullah membagi


tentaranya menjadi pasukan-pasukan dan unit-unit, di awal subuh mereka berjalan menuju
ke lembah Hunain.

377
Ketika tentara Islam turun ke lembah, tiba-tiba mereka dihujani anak panah oleh tentara
Malik yang telah lama menunggu di situ, serentak unit-unit tentara musuh menyerbu
mereka, tentara Islam pun kalang-kabut mundur ke belakang lari tunggang langgang.

Abu Sufyan berkata; "Kekalahan mereka ini tidak akan berhenti, kecuali mereka mundur
hingga pesisir Laut Laut Merah.
Dalam keadaan kelam Kabul Jibillah atau Kildah bin Junaid berteriak: "Hari ini sihir
Muhammad sudah tidak mempan lagi".

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengelak ke sebelah kanan sambil berteriak: "Wahai kalian semua ayo ke sini,
aku adalah Rasulullah ‫ﷺ‬, aku Muhammad Ibni Abdullah". Yang tetap bersama Rasulullah
dalam keadaan kritis ini hanya beberapa orang dari kaum Muhajirin dan keluarga Rasulullah.
Dalam situasi yang sangat ktitis ini muncullah keberanian Rasulullah ‫ ﷺ‬yang tidak ada
bandingnya. Rasulullah tampil ke depan kaum kafirin dengan menyambuk keledainya sambil
berteriak:
“Aku adalah nabi yang benar, tidak berdusta, Akulah putera Abdul Muttalib”

Abu Sufyan bin Harith kemudian memegang tali keledainya dan Abbas pun dengan
kendaraannya, keduanya membantu Rasulullah ‫ ﷺ‬agar keledai tetap terkendali. Kemudian
َ َُ
Rasulullah ‫ ﷺ‬turun dari keledai dengan tangan memohon kepada Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬sambil
berdoa:
“Ya Allah Ya Tuhanku turunkanlah pertolongan Mu”.

Tentara Islam Maju Kembali Meneruskan Peperangan

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pamannya Abbas yang memiliki suara lantang untuk berteriak
kepada semua para sahabat dan tentara Islam yang mundur. Kata Abbas:
"Mana dia para sahabat setia?"

Demi Allah, Ketika mereka mendengar teriakan itu, mereka balik ke depan bagaikan
kembalinya seekor lembu yang marah.
Jawab mereka semua: "Ya Rasulullah, Ya Rasulullah”
Ada juga orang yang mencoba balik menuju Rasulullah dengan untanya, namun ontanya
sudah tidak berdaya karena sesak, maka ditinggalkan saja tunggangan itu, dengan
mengambil pedang, dan perisai, kemudian melesat menuju ke arah teriakan suara".

Setelah terkumpul seratus orang, kemudian mulailah mereka maju untuk menghadapi
perlawanan musuh dan terjun dalam peperangan dengan semangat bergelora.
Kemudian terdengar teriakan membahana khusus ditujukan kepada golongan Anshor, lebih
khusus lagi kepada golongan Bani Harith bin Khazraj, dengan demikian kelompok-kelompok
Islam mulai tampil ke medan pertempuran lagi, sampai situasi medan pertempuran pulih
kembali.
Kini kedua-dua belah pihak saling menyerang pihak lawannya.

378
Rasulullah melihat ke arah medan pertempuran, nampak begitu sengit dan dasyat, masing-
masing pihak ingin segera memenangkan pertempuran.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Kini peperangan memuncak". Kemudian Rasulullah mengambil
segenggam pasir dan melemparkannya ke arah musuh sambil bersabda: "Buta mata kalian".
َ َُ
Dengan izin Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬setiap mata tentara musuh terkena lontaran pasir Rasulullah
sehingga membuat mereka kalang kabut dan mundur.

Kekuatan Musuh Terpecah

Tidak berapa lama, setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬melemparkan pasir ke muka tentara musuh,
tampaklah kekalahan mereka, dari pihak Thaqif tujuh puluh (70) orang tentara terbunuh,
dengan demikian kaum muslimin memenangkan peperangan dan memperoleh harta
rampasan dan peralatan senjata musuh termasuk kaum wanitanya menjadi tawanan.
َ َُ
Firman Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬menyebutkan:

ُ ‫ﺖ َﻋﻠ ۡ ُﻢ ا ۡ َ ۡر‬
‫ض ِ َﻤﺎ‬
ۡ َ َ ‫ۡ ۡ َ َ ۡ ۡ َُۡ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ ﱠ‬ َ
‫اﻃ َﻦ ﮐ ِﺜ ۡ َ ٍ ۙ ﱠو َﯾ ۡﻮ َم ُﺣﻨ ۡ ۙ ِاذ اﻋﺠﺒﺘ ﻢ ﮐ ﺗ ﻢ ﻓﻠﻢ ﺗﻐﻦ ﻋﻨ ﻢ ﺷ ﺌﺎ و ﺿﺎﻗ‬ ََ ُ ُ َ َ ۡ َ
ِ ‫ﻟﻘﺪ ﻧ ُ َ ﻢ ا ِ ۡ ﻣﻮ‬
ۡ ُ ۡ
‫َر ُﺣ َ ﺖ ﺛ ﱠﻢ َوﻟ ۡﯿﺘ ۡﻢ ﱡﻣﺪ ِﺑ ۡ َﻦ‬

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari
kebelakang dengan bercerai-berai.
{At-Taubah 9:25}

َ ‫ﱠ‬ َ ُ ۡ ۡ ٗ ََ ۡ ُ
‫َﺟ َﺰا ُء اﻟ ِﻔ ۡ َﻦ‬ ‫ﺛ ﱠﻢ اﻧ َﺰ َل ا ُ َﺳ ِﮑ ۡﯿ ﺘﮧ َﻋ َر ُﺳ ۡﻮ ِﻟ ٖﮧ َو َﻋ اﻟ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻨ ۡ َ َو اﻧ َﺰ َل ُﺟﻨ ۡﻮدا ﻟ ۡﻢ ﺗ َﺮ ۡو َ ﺎ َو َﻋﺬ َب اﻟ ِﺬ ۡﯾ َﻦ ﮐﻔ ُﺮ ۡوا ؕ َو ذ ٰ ِﻟ‬

Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang
beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah
menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir.
{At-Taubah 9:26}

Pengejaran Musuh

Sebagian musuh yang kalah melarikan diri ke Taif, kelompok lain lari ke Nakhlah, sebagian
lagi lari ke Autas.
Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengirim satu unit pemburu yang dipimpin oleh Abu Amir Asya'ari, di
sana terjadi pertempuran seru di antara mereka, di sekitar perkemahan mereka, akhirnya
suku musyrikin harus mengakui keunggulan pasukan Islam. Akan tetapi dalam pertempuran
ini Abu Amir Asya'ari harus mengalami syahid.

Kelompok tentara Islam yang lain memburu kelompok musyrikin yang lari ke Nakhlah dan
pertempuran seru tejadi secara sporadis, tentara Islam akhirnya memenangkan setiap
pertempuran.

379
Duraid bin Sammah akhirnya juga terbunuh, dibunuh oleh Rabiah bin Rafi'e.
Sedang kelompok yang lari ke Taif, Rasulullah sendiri yang memburunya dan di akhir
pengejarannya memperoleh rampasan-rampasan perang yang sangat banyak.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 153
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rampasan Perang

Rampasan yang diperoleh kaum muslimin terdiri atas:

Enam ribu (6,000) orang tawanan,


dua puluh empat ribu (24,000) ekor unta,
lebih empat puluh ribu (40,000) ekor biri-biri dan
empat ribu (4,000) uqiyah emas.

Rasulullah memerintahkan agar rampasan perang ditempatkan di "Ja'ranah", dengan


menunjuk Mas'ud bin Amru Ghaffari sebagai penjaganya, sampai selesai gerakan ghuzwah
(invasinya) ke "Ta'if".

Setelah invasi ke Ta'if selesai, kemudian dilaksanakan pembagian rampasan perang,


dibagikan sebagaimana dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya.

HAJJAH WADA'
Haji Terakhir

Tugas dakwah Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah mendekati penghujung selesai, penyampaian risalah pun
sudah dilaksanakan, penegakan sebuah syariat baru yang berasaskan pada konsep uluhiyah
َ َُ
dan ketuhanan yang satu hanya kepada Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬dan tidak ada tuhan selain Allah
berdasarkan risalah Muhammad ‫ ﷺ‬telah menjadi kenyataan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬seakan-akan telah mendengar panggilan dari dalam hatinya yang


memberitahu bahwa persinggahan Rasulullah di dunia sudah sampai pada waktu yang telah
ditetapkan.

Hal ini nampak ketika Rasulullah mengutus Muaz bin Jabal ke negeri Yaman sebagai
Gubernur di tahun kesepuluh (10) Hijriah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada Muaz:

380
"Wahai Muaz, sebenarnya engkau mungkin tidak akan bertemu aku lagi setelah tahun ini
dan semoga kau akan melalui masjidku dan kuburku".
Muaz menangis tersedu-sedu karena akan berpisah dengan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dengan izin Allah, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkesempatan melihat hasil kerja dakwahnya setelah
mengalami berbagai kepahitan dan kesusahan selama dua puluh tahun lebih.
Di ujung bandar Mekah, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkumpul bersama dengan para perwakilan qabilah
Arab, menyampaikan kepada mereka syariat-syariat dan hukum-hukum Islam. Rasulullah
minta persaksian mereka, bahwa dia telah menyampaikan amanah dan tugas-tugasnya,
menyampaikan risalah dan bertanggungjawab menasihati seluruh umat.

Pada hari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬mengdeklarasikan cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji
yang terakhir. Berduyun-duyun umatnya mengunjungi Madinah, mereka semua ingin
menyertai dan mengikuti Rasulullah dalam ibadah hajinya.
Pada hari Sabtu empat hari terakhir bulan Zulkaedah, Rasulullah ‫ ﷺ‬siap dengan
kendaraannya, mempersiapkan dirinya, memakai minyak rambut dan menyikatnya,
mengenakan pakaian dan syalnya serta menyandang senjatanya.

Setelah sholat dzuhur, Rasulullah ‫ ﷺ‬bergerak, sampai di Zul Hulaifah sebelum masuk waktu
Ashar. Di sana Rasulullah menunaikan sholat sunat dua rakaat dan bermalam.

Keesokkan harinya setelah sholat Subuh, Rasulullah ‫ ﷺ‬memberitahukan kepada semua


sahabat yang hadir:
َ ُ َ
"Tadi Malam aku telah mendapat pemberitahuan dari Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬yang
menyabdakan: Sholatlah kamu di lembah yang penuh berkat ini dan niatkanlah wahai
Muhammad: Umrah dikerjakan bersama-sama Haji".

Sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬menunaikan sholat dzuhur di hari itu, terlebih dahulu Rasulullah
bersuci dan mengenakan pakaian ihram, kemudian Aisyah menyapukan minyak wangi dan
kasturi pada diri Rasululah.
Aisyah menyapukan di badannya dan kepalanya hingga nampak berkilauan minyak kasturi di
rambut dan di jenggotnya. Rasulullah ‫ ﷺ‬membiarkan tanpa membasuhnya dan kemudian
menunaikan sholat dzuhur dua rakaat.
Setelah selesai sholat, Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian bertahlil di tempat sholatnya untuk memulai
ibadah haji dan umrah, sebagai haji qiran.
Setelah itu barulah Rasulullah ‫ ﷺ‬bergerak dengan menunggangi untanya yang bernama
Quswa', di situ Rasulullah bertahlil lagi sedang untanya kemudian bergerak.

Rasulullah meneruskan perjalanan suci ini hingga hampir memasuki Mekah, maka Rasulullah
bermalam di Tawa.
Keesokkan harinya Rasulullah memasuki Mekah setelah sholat Shubuh, di pagi hari Ahad
tanggal empat hari terakhir bulan Dzulhijjah tahun kesepuluh (10) Hijriah.
Selama delapan malam Rasulullah ‫ ﷺ‬menghabiskan waktu untuk perjalanannya yang
sederhana itu dan apabila Rasulullah memasuki Masjid Haram, kemudian Rasulullah
berthawaf mengelilingi Ka’bah dan melakukan Sa’i di antara Safa dan Marwah, tanpa
merubah pakaian ihramnya, karena Rasulullah dalam mengerjakan haji kali ini secara qiran
berserta dengan binatang sembelihannya.

381
Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬singgah di Hajjun tanpa mengulangi thowaf melainkan thowaf
rukun haji.
Rasulullah menyuruh para sahabat yang tidak mempunyai binatang sembelihan agar
menjadikan ihram mereka itu sebagai umrah, dengan berthawaf mengelilingi Ka’bah, dan
bersa’i di antara Safa dan Marwah, kemudian mengganti pakaian ihram dengan pakaian
biasa.
Tetapi para sahabat ragu-ragu untuk melakukan perintah Rasulullah itu.
Kemudian Rasulullah menegaskan: "Bila maju untuk berbuat sesuatu, aku tidak akan
kembali atau menarik kembali qurbanku ini. Dan bila aku tidak mempunyai binatang qurban
pasti aku mengganti pakaian ihramku ini. Ayo! Kamu yang tidak memiliki binatang
sembelihan, pakaian ihram segera diganti ". Kemudian mereka mematuhi petunjuk
Rasulullah.

Pada hari kedelapan Dzulhijjah yang dikenali juga sebagai hari Tarwiyah, Rasulullah ‫ﷺ‬
bergerak menuju Mina. Di Mina Rasulullah telah menunaikan Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya'
dan Shubuh.

Rasulullah berhenti di Mina beberapa saat hingga matahari naik barulah Rasulullah berjalan
menuju Arafah.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 154
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Khotbah Rasulullah

Sampai di Arafah di kawasan Namirah, Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat sebuah kemah yang sudah
didirikan untuk beliau. Rasulullah pun singgah sampai matahari terbenam di ufuk barat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬minta agar unta Quswa' dibawa ke tempatnya, dari situ Rasulullah pun
bergerak menuju ke Batan Wadi. Di sana sudah banyak orang berkumpul kurang lebih
seratus ribu empat puluh empat orang.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri di depan mereka, kemudian menyampaikan khotbahnya:


"Wahai umatku sekalian, dengarlah kata-kataku ini, sebenarnya aku tidak tahu apakah aku
masih bisa menemui kalian setelah tahun ini.
Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram seperti haramnya hari ini, bulan ini, dan
tanah ini.
Ketahuilah bahwa semua urusan jahiliah sudah tertanam di bawah kakiku ini, darah-darah
jahiliah telah tertanam. Darah jahiliah yang pertama kali aku hapuskan adalah darah Ibn

382
Rabiah bin Harith, kejadiannya dia ini dibunuh, ketika sedang mengambil susuan dari ibu
susuannya Bani Saad.
Riba jahiliah juga sudah dihapuskan, dan riba pertama yang aku hapuskan adalah riba Abbas
bin Abdul Mutalib, bahkan semuanya telah dihapuskan sama sekali.
Bertaqwalah kamu kepada Allah swt demi untuk melaksanakan hak kaum wanita, karena
kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dalam bentuk amanah Allah, kamu halal jima'
dengan mereka dengan menyebut nama Allah, dan kaum wanita juga berkewajiban
menjaga agar tidak ada seorang pun masuk ke kamarmu.
Sekiranya mereka berbuat demikian maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak
parah, kepada mereka, kamu berkewajipan memberi rezeki dan pakaian dengan baik.
Sesungguhnya telah aku tinggalkan kepadamu agar kamu tidak sesat setelah ini,
berpeganglah kamu dengannya, yaitu kitab Allah.
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, dan tidak ada umat lain
selain kamu, ingatlah agar kamu menyembah Tuhanmu, tunaikanlah fardu sholat lima
waktu, berpuasalah kamu di bulan Ramadhan, tunaikan zakat hartamu dengan ikhlas,
tunaikan haji ke baitullah, dan taatilah pemerintahmu niscaya kamu masuk ke dalam syurga
Rabb-mu.
Besuk kamu semua akan ditanya mengenai diriku, apa yang akan kamu katakan?

Maka kata mereka semua:


"Kami menyaksikan bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan menasihati
kami".

Dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit kemudian berkata lagi:


"Ya Allah Ya Tuhanku, saksikanlah." (sebanyak tiga kali).
Adapun orang yang berteriak (sebagaiman pengeras suara) meneruskan ucapan Rasulullah
kepada orang banyak di padang Arafah adalah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf.

Setelah selesai menyampaikan khotbah, turunlah firman Allah:


ُ ‫ﱠ‬ ُ ‫َ ﱢ‬ َُ ُ ُ َ َ ۡ َ ۡ ‫ﱠ‬ َُ َ ۡ
‫ُﺣ ﱢﺮ َﻣﺖ ﻋﻠ ۡ ُﻢ اﻟ َﻤ ۡﯿﺘﺔ َو اﻟﺪ ُم َو ﻟ ۡﺤ ُﻢ اﻟ ِﺨ ۡ ﺮ َو َﻣﺎ ا ِﮨ ﱠﻞ ِﻟﻐ ۡ ا ِ ِﺑ ٖﮧ َو اﻟ ُﻤﻨﺨ ِﻨﻘﺔ َو اﻟ َﻤ ۡﻮﻗ ۡﻮذ َو اﻟ ُﻤ َ د َ ﺔ َو اﻟﻨ ِﻄ ۡ َﺤﺔ َو َﻣﺎ ا َﻞ‬
ۡ ۡ َ َ ۡ
‫ﺲ اﻟ ِﺬﯾﻦ ﮐﻔ ُﺮ ۡوا ِﻣﻦ ِدﯾ ِﻨ ۡﻢ‬ َ ِ ‫اﻟﺴ ُﺒ ُﻊ ِا ﱠ َﻣﺎ ذ ۡﯿﺘ ۡﻢ ۟ َو َﻣﺎ ذﺑﺢ ﻋ اﻟﻨ ُﺼﺐ َو ان ۡﺴﺘﻘ ِﺴ ُﻤ ۡﻮا ﺎ ز م ؕ ذ ٰ ِﻟ ۡﻢ ِﻓ ۡﺴﻖ ؕ اﻟ َﯿ ۡﻮم ﯾ‬
َ َ ٌ َ ۡ َ ۡ ۡ َ َ ۡ ‫ﱡ‬ َ َ ُ ُ َ ‫ﱠ‬
ۡ ‫اﺿ ُﻄ ﱠﺮ‬ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ ۡ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ِ ۡ ۡ َِ ُ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ۡ ِ ُ َ َ ۡ َ ِ ۡ َ ۡ َ ۡ ُۡ َ ۡ َ ََ
ِ ‫ﻓ ﺗﺨﺸ ﻢ و اﺧﺸﻮ ِن ؕ اﻟﯿﻮم ا ﻤﻠﺖ ﻟ ﻢ ِدﯾﻨ ﻢ و اﺗﻤﻤﺖ ﻋﻠ ﻢ ِﻧﻌﻤ ِ و ر ِﺿ ﺖ ﻟ ﻢ ا ِ ﺳ م ِدﯾﻨﺎ ؕ ﻓﻤﻦ‬
َُ َ ‫ﱢ ۡ َ ﱠ‬ َ َ ۡ
‫َﻣﺨ َﻤ َﺼ ٍﺔ ﻏ ۡ َ ُﻣﺘ َﺠ ِﺎﻧ ٍﻒ ِ ﺛ ٍﻢ ۙ ﻓ ِﺎن ا ﻏﻔ ۡﻮ ٌر ﱠر ِﺣ ۡ ٌﻢ‬

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-
orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
{Al-Ma'idah 5:3}

383
Ketika Umar mendengar firman Allah itu dia kemudian menangis dan ketika ditanya,
mengapa dia menangis?

Jawab dia: "Karena setelah kesempurnaan akan menyusul pula kekurangan".

Setelah khotbah Rasulullah itu Bilal pun melantunkan azan dan iqamah untuk sholat dzuhur.
Kemudian dia iqamah pula untuk sholat Ashar tanpa melakukan sholat lain di antara kedua-
duanya.
Sesudah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menaiki untanya dan bergerak hingga sampai ke suatu tempat
perhentian dengan membiarkan perut untanya Quswa' menyentuh bongkahan batu di situ,
sedang barisan pejalan-pejalan kaki berjalan tidak melebihi sejauh pandangan ke depan. Di
situ Rasulullah ‫ ﷺ‬menghadap ke arah qiblat,
Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian berdiri sampai matahari terbenam di ufuk langit sebelah barat dan
cahaya kuning berangsur-angsur hilang. Usamah pun mengendalikan unta Rasulullah ‫ﷺ‬
sampai ke Muzdalifah, di sana Rasulullah menunaikan sholat Maghrib dan sholat Isya'
dengan satu azan dan dua iqamah tanpa membaca apa-apa, tasbih sekali pun di antara
kedua sholat itu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬beristirahat, dan tidur hingga Subuh. Rasulullah pun menunaikan sholat
Subuh, kemudian Rasulullah menaiki unta Quswa' dan berjalan sampai ke kawasan Haram
(masyh'ar Haram), muka Rasulullah menghadap ke arah kiblat sambil berdoa, bertakbir,
bertahlil dan bertahmid. Rasulullah berdiri di situ sampai waktu pagi.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬bergerak lagi dari Muzdalifah ke Mina sebelum matahari naik. Di
sini Fadhil bin Abbas mengikuti dari belakang unta Rasulullah sampai ke Batan Mahsar,
dengan melalui jalan tengah yang menuju ke Jumrah Kubra.
Sampai di sana ada sebuah pohon yang dikenal dengan nama Jumrah Aqabah. Kemudian
Rasulullah ‫ ﷺ‬melontar tujuh batu sambil bertakbir di setiap lontarannya dari Batan Wadi.

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menuju ke tempat pemotongan hewan. Sebanyak enam puluh tiga
(63) ekor unta Rasulullah ‫ ﷺ‬berkurban, kemudian diserahkannya kepada Ali bin Abi Talib
tiga puluh tujuh (37) ekor unta untuk dipotong dan membagikannya, jadi jumlah semuanya
ada sebanyak seratus ekor unta.
Setelah selesai penyembelihan Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh agar mengambil sebagian daging
dari setiap sembelihan dan dimasaknya. Setelah masak Rasulullah dan Ali pun memakan
sedikit dari masakan daging itu dan mencicipi kuahnya.

Kemudian Rasululah ‫ ﷺ‬mengendarai untanya dan bergerak sampai ke Ka’bah, di sana


Rasulullah sholat dzuhur, setelah itu mengunjungi orang-orang Bani Abdul Muttalib yang
menjaga air zam-zam dan memberi minum kepada para pengunjung.
Melihat situasi itu Rasulullah berkata:
"Ayo! Rebut Bani Abdul Muttalib, kalau tidak mengganggu orang banyak, pasti aku ikut serta
merebutnya bersama-sama dengan kamu, hadirin pun mengulurkan air kepada Rasulullah
dan Rasulullah ‫ ﷺ‬pun meminumnya dengan senang hati.

Bersambung

384
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 155
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Khotbah di Hari Nahr

Di hari penyembelihan yaitu hari kesepuluh Dzulhijjah, setelah waktu Dhuha Rasulullah ‫ﷺ‬
menyampaikan khotbah dari atas kendaraannya, "Syahba" (jelaskan) sedang Ali bin Abi Talib
menyuarakan dengan lantang kepada orang banyak.
Sidang hadirin ada yang duduk dan ada yang berdiri.

Di dalam khutbahnya Rasulullah mengulangi beberapa hal yang telah disampaikan kemarin.
Syaikhan (dua orang Syeikh Hadits: Bukhari dan Muslim) telah meriwayatkan dari Abi
Bakarah dengan katanya:

Bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menyampaikan kepada kami di hari Nahr (penyembelihan)


dengan sabdanya:
"Sesungguhnya peredaran waktu sudah berjalan pada sumbunya yang asal dan menepati
putaran sesuai pada hari penciptaan langit dan bumi. Setahun dua belas bulan, empat
darinya adalah bulan haram, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaedah, Dzulhijjah dan
Muharam. sedang sebulan lagi ialah bulan Rajab, yang ada di antara Jamadilakhir dan
Syaaban "
Sabdanyanya lagi: Ini bulan apa ?

Jawab hadirin: "Allah dan Rasulnya lebih mengetahui," Rasulullah ‫ ﷺ‬pun diam sesaat,
sampai kami mengira Rasulullah akan menamakannya dengan satu nama lain.
"Tidaklah, ini bulan Dzulhijjah?"

Jawab kami: "Benar."

Tanya Rasulullah lagi: "Negeri ini, negeri apa?"

Jawab kami: "Allah dan Rasulnya lebih mengetahui."

Sabda Rasulullah: "Tidakkah, negeri ini dikenali sebagai "Baldah" ?

Kata kami semua: "Benar.

Tanya Rasulullah lagi. "Kita ini di hari apa?"

Kata kami; "Allah dan Rasulnya lebih mengetahui."

Rasulullah berdiam sejenak hingga kami menyangka Rasulullah akan menukar dengan nama
baru.

385
Kemudian sabda Rasulullah: "Tidakkah hari ini hari Nahr hari sembelihan qurban?."

Jawab kami: Benar"

Selanjutnya Rasulullah bersabda:


"Sesungguhnya darahmu, hartamu dan harga dirimu adalah haram di atas kamu sekalian,
sama seperti haramnya harimu ini, di bumimu ini dan di bulanmu ini." "Dan kamu akan
menemui Tuhanmu dan Tuhanmu akan bertanya kepadamu mengenai amal-amalmu,
ingatlah agar jangan sekali-kali kamu menjadi sesat setelah kepergianku nanti di seuntukan
kamu saling bunuh sendiri kepada sesama"
Tidakkah telah aku sampaikan?

Jawab mereka: Ya!.


Kata Rasululah ‫ﷺ‬: "Ya Allah Ya Tuhanku saksikanlah, akankah yang hadir di antara kamu ini
akan menyampaikan kepada yang tidak hadir. Karena bisa jadi yang menyampaikan itu lebih
memahami dari pada yang mendengar"

Rasulullah tinggal di Mina selama hari-hari tasyrik, mengerjakan ibadah dan mengajarkan
hukum-hukum syariat, memberikan tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayah dari
ajaran Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya.
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga menyampaikannya di tengah hari-hari tasyrik,

Dari Abu Daud dengan sanad hadits hasan, riwayat Sarra' binti Nubhan telah berkata:
"Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menyampaikan sabdanya di hari tasyrik itu dengan: Tidakkah hari ini,
hari tengah di antara hari-hari tasyrik.
Sabda Rasulullah itu seperti sabdanya di hari "Nahr" sabda ini disampaikan setelah
diturunkan surah Nasr.
ُ َۡ َ َ
‫ۙ ِاذا َﺟﺎ َء ﻧ ۡ ُ ا ِ َو اﻟﻔﺘﺢ‬
َۡ َ ُ ۡ ‫ﱠ‬ َ
‫ﺎس َ ﺪﺧﻠ ۡﻮن ۡ د ۡﯾﻦ ا ِ اﻓﻮاﺟﺎ‬َ ‫ۙ َو َرا ۡ ﺖ اﻟﻨ‬
‫ﱠ‬ َ َ ٗ ‫َ َ ﱢ ۡ َ ۡ َ ﱢ َ ِ ۡ َ ِۡ ۡ ُ ؔ ﱠ‬
‫ ﻓﺴﺒﺢ ِ ﺤﻤ ِﺪ ر و اﺳﺘﻐ ِﻔﺮە ؕ◌ اِ ﻧﮧ ﺎن ﺗﻮا ﺎ‬٪

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
{An-Nasr 110:1 s/d 3}

Di hari Nafar Thani yaitu hari ketiga belas Dzulhijjah, Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dari Mina bergerak
menuju ke dataran tinggi Bani Kinanah di suatu kawasan tanah lapang. Rasulullah
menghabiskan sisa hari di situ hingga ke malamnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menunaikan sholat
dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya'. Setelah itu Rasulullah berbaring, kemudian berdiri dan
berjalan menuju ke Ka’bah, di sana Rasulullah melakukan thawaf wada'.

Setelah selesai mengerjakan ibadah hajinya, Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan tergesa menaiki untanya
dan pulang ke Madinah Mutahharah. Ini dilakukan karena akan memberi kesempatan
kepada mereka untuk beristirahat, karena akan meneruskan kembali berjuang di jalan Allah.

386
Unit terakhir Pengiriman

Sikap keangkuhan kerajaan Roma yang tidak mau menerima kehadiran Islam di negaranya
inilah yang membawa Roma membunuh rakyatnya yang memeluk agama Islam,
sebagaimana tindakannya kepada Farwah bin Juzami Gubernur yang dilantik oleh Roma
untuk daerah Maan, dibunuh karena memeluk Islam.

Rasulullah melihat peristiwa ini dengan sungguh-sungguh, sikap Roma yang sombong dan
keras kepala itu membuat Rasulullah segera mempersiapkan satu angkatan yang besar pada
bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah.
Usamah bin Zaid telah diberi tanggungjawab untuk memimpin angkatan ini. Rasulullah
memerintah agar Usamah memasuki perbatasan Balqa' dan Darom di bumi Palestina
dengan tujuan untuk menggertak Roma dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang
berbatasan dengan Roma, agar mereka mengetahui bahwa kebiadapan Roma itu tidak bisa
dibiarkan terjadi begitu saja, di samping untuk menghapus sindrom, yang konon katanya
memeluk Islam hanya akan membawa kematian.

Masyarakat menyebut-nyebut tentang Usamah bin Zaid karena dia merupakan pemimpin
tentara Islam yang masih muda, bahkan mereka mengharapkan agar ditunda
keberangkatannya.

Di sini Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulas dengan sabdanya yang bermaksud:


"Sekiranya kamu mempersoalkan kepimpinannya berarti kamu mempersoalkan kepimpinan
bapaknya yang terdahulu, demi Allah, meskipun kepimpinanya dipertikaikan namun dia
adalah layak untuk tugas, bapaknya yang terdahulu adalah orang kesayanganku, dan dia
juga di antara orang kesayanganku setelah bapaknya yang terdahulu".

Oleh sebab itu, masyarakat pun mulai berkumpul di sekeliling Usamah yang sedang
menyertai barisan tentaranya, akhirnya mereka semua bergerak hingga sampai di
persinggahan Jaraf satu Farsakh jaraknya ke Madinah.

Ketika tentara Islam ada di sana, mereka menerima berita tentang Rasulullah ‫ ﷺ‬jatuh sakit,
berita ini telah membuat mereka ragu untuk meneruskan perjalanan ke Roma, agar mereka
dapat mengetahui ketetapan Allah itu.
Dengan izin dan takdir Allah, tentara pimpinan Usamah ini merupakan pengiriman pasukan
pertama kemudian, pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddiq.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 156
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

387
Firasat Perpisahan

Setelah Dakwah Islamiah sempurna dan Islam menguasai keadaan maka tanda-tanda dan
bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan kepada manusia mulai
nampak di dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah ‫ ﷺ‬melalui perkataan
dan perbuatannya.

Di dalam bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Hijriah, Rasulullah beriktikaf di masjid selama
dua puluh hari, sedang sebelumnya hanya sepuluh hari.
Di waktu itu Jibril ‫ ﻋﻠ ﻪ اﻟﺴﻠﻢ‬mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengulang tadarus Alquran
sebanyak dua kali.

Di dalam Hajji Wada' Rasulullah telah menyebut:


"Sebenarnya kemungkinan aku tidak akan bertemu kamu lagi setelah pertemuan kita di
tahun ini".

Ketika di Jamrah Aqabah Rasulullah berkata: "Ambillah ibadah haji ini dariku, bisa jadi aku
tidak akan mengerjakan haji lagi setelah tahun ini".

Surah Nasr turun di pertengahan hari-hari tasyrik, dari surat tersebut Rasulullah ‫ﷺ‬
mengetahui bahwa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang
kematiannya.

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
{An-Nasr 110:1 s/d 3}

Di permulaan Safar tahun sebelas (11) Hijriah Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar menuju ke Uhud,
Rasulullah sholat untuk para syuhada' sebagai ucapan selamat tinggal kepada semua yang
hidup dan yang mati, dari Uhud Rasulullah kembali ke masjid naik ke atas mimbar dan
bersabda:

"Sesungguhnya aku telah berbuat keras kepadamu, sesungguhnya aku adalah melihat kamu
semua, demi Allah waktu ini aku sedang menyaksikan kolam airku (kurnia Rasulullah di hari
perkiraan), aku telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan
sesungguhnya aku tidak takut kamu menyekutukan Allah setelah kematianku, tetapi aku
takut kamu berlomba-lomba karena dunia".

Di suatu malam Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar menuju ke pemakaman Baqi', di sana Rasulullah


memohon ampunan untuk penghuni di kubur dengan doanya:

"Assalamulaikum wahai penghuni kubur, tenanglah kamu, pada apa yang terjadi padamu,
dengan apa yang terjadi pada orang lain, kini fitnah telah mulai tiba, bagai malam yang
gelap pekat, ujungnnya menyusul permulaannya, ujungnya lebih buruk dari permulaannya".
Di sini Rasulullah ‫ ﷺ‬menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabdanya:

388
"Sesungguhnya aku menyusul datang setelah kamu"

Permulaan Sakit

Di hari kedua puluh sembilan (29) bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah, pada hari Senin,
Rasulullah ‫ ﷺ‬berkesempatan menghadiri pemakaman jenazah di Baqi'. Di pertengahan
jalan sekembalinya dari Baqi', Rasulullah merasa sakit kepala, panasnya terlalu tinggi, orang
di sekitar Rasulullah ikut merasakan panasnya, terutama di atas kain balutan di kepala
Rasulullah yang mulia itu.

Namun demikian Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian sholat dengan para kaum muslimin dalam
keadaan Rasulullah mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan
hari sakit Rasulullah tiga belas (13) hari.

Pekan Terakhir

Sakit Rasulullah ‫ ﷺ‬semakin berat, isteri-isterinya berkata;


"giliranku besok? giliranku besok?".
Akhirnya, semuanya memahami keadaan Rasulullah ‫ﷺ‬, karena itu Rasulullah dipersilakan
untuk duduk saja.
Kemudian Rasulullah minta berpindah ke rumah Aisyah, Rasulullah berjalan di papah antara
Fadlu bin Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Rasulullah masih tertutup dengan kain,
menapakkan kakinya selangkah demi selangkah sampai Rasulullah memasuki rumah Aisyah,
di situ Rasulullah menghabiskan sisa umurnya yang sepekan itu.

Aisyah ‫ ر ﷲ ﻋﻨﻪ‬kemudian membaca surah-surah Muawwizah, dan doa-doa lain yang dia
terima dari Rasulullah ‫ﷺ‬. Dia meniupkannya ke badan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengusap dengan
tangan Rasulullah untuk mendapatkan keberkatan.

Lima hari sebelum meniggal

Pada hari Rabu yaitu lima hari sebelum meninggal, panas badan Rasulullah semakin
meningkat, Rasulullah ‫ ﷺ‬semakin bertambah sakit dan pening, menyebabkan Rasulullah
meminta dengan sabdanya:

"Siramkan kepadaku tujuh gayung air dari berbagai telaga agar aku dapat keluar menemui
orang banyak dan aku bisa bertemu dengan mereka".

Sahabat-sahabat yang hadir di situ membiarkan Rasuiullah duduk di atas tikar kemudian
mereka mencucuri air ke seluruh badan Rasuiullah, hingga Rasuiullah ‫ ﷺ‬berkata: "cukup,
cukup".

Pada saat itu Rasuiullah ‫ ﷺ‬merasa sakitnya berkurang, kemudian Rasulullah memasuki
Masjid sedang kepalanya masih terbalut dengan kain, lalu Rasulullah duduk di atas mimbar
dan menyampaikan kata-kata kepada orang banyak.

Ketika itu para sahabat dan khalayak pun mengerumuni, kemudian Rasulullah bersabda:

389
"Laknat Allah kepada kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kubur-kubur
nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"

Dalam riwayat yang lain "Allah mengutuk bangsa Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan
kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"

dan sabdanya:
"Jangan sekali-kali kamu menjadikan kuburku sebagai berhala yang disembah"

Tidak lupa Rasulullah menawarkan kepada khalayak untuk menuntut bela kepada dirinya
dengan berkata:
"Siapa di antara kamu yang telah aku pukul belakangnya, ini belakangku siap untuk
menerima balas pemukulan, dan siapa pun yang telah aku caci maki harga dirinya, nah ini
dia harga diriku siap, untuk yang menuntut balas".
Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬turun dari minbar dan menunaikan sholat Dzuhur dan kembali
duduk di atas mimbar mengulangi soal pembalasan dan yang lain-lain hingga salah seorang
yang hadir berkata:
"Rasulullah ‫ ﷺ‬telah berhutang dari aku sebanyak tiga dirham yang belum jelas"

Maka kata Rasulullah ‫ﷺ‬: "Fadhl! Jelaskan kepadanya".


Kemudian Rasulullah mewasiatkan dan berpesan kepada orang-orang Anshor dengan
sabdanya:
"Aku berpesan kepada kamu sekalian, bersikap baiklah terhadap Anshor, mereka itu adalah
perut dan bekal untukku, mereka telah melaksanakan kewajiban mereka, yang belum
terlaksana adalah hak mereka. Untuk itu balaslah kebaikan mereka dan beri maaf kesalahan
mereka"

Katanya pula: "Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah yang telah diberi pilihan untuk
menerima kemewahan dunia secukupnya atau memilih kedudukan di sisi-Nya, di sini aku
telah memilih kedudukan di sisi-Nya"

Kemudian Rasulullah pun berkata pula:


Sesungguhnya orang yang paling selamat dalam bersahabat dan juga merupakan hartaku
adalah Abu Bakar, seandainya aku harus mengambil teman selain dari Allah niscaya aku
memilih Abu Bakar. tetapi dia adalah saudara, dan mempunyai hubungan dekat di dalam
Islam, karena itu semua pintu rumah ke masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu
Bakar.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 157
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

390
Sebelum Meninggal

Di hari Khamis yaitu empat hari sebelum meninggal, sakit Rasulullah semakin berat,
Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta:

"Tolong bawa ke mari alat tulis, aku akan menulis untukmu wasiat, dengan wasiat itu kamu
tidak akan sesat setelah itu".
Di dalam rumah ketika itu ada beberapa sahabat di antara mereka adalah Umar Ibn Khattab,
dan dia berkata:
"Kini Rasulullah mengalami kesakitan yang dahsyat, bukankah sudah ada Alquran, sudah
cukup dengan kita kitab Allah itu".
Ahli keluarga Rasulullah berselisih pendapat, di antara mereka mengatakan:
"Ayo berikan sesuatu untuk Rasulullah tulis".
Dan di antara mereka ada juga mengatakan sebagaimana pendapat Umar. Hingga terjadi
silang pendapat di antara mereka, kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata:
"Ayo! Kamu semua keluar dari sini".
Di hari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat tiga wasiat yaitu:
~ Rasulullah berpesan agar kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin di keluarkan dari
Semenanjung Tanah Arab, selanjutnya
~ Rasulullah berpesan agar membenarkan kedatangan para perwakilan sebagaimana yang
pernah Rasulullah lakukan.
~ Adapun wasiat yang ketiga agar berpegang dengan kitab Allah dan sunnah
Rasulullah, meneruskan pengiriman tentara Islam pimpinan Usamah, dan perintah untuk
sholat dan membuat hubungan baik dengan sesama umat.

Walaupun nabi dalam keadaan sakit namun Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian sholat, menjadi imam
sholat berjamaah, Di hari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sholat maghrib dengan membaca surah
"Mursalat".

Ketika waktu sholat Isya' sakit Rasulullah ‫ ﷺ‬bertambah berat, menyebabkan Rasulullah
tidak berdaya untuk keluar ke masjid, kata Aisyah:
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Apakah orang-orang sudah sholat?". Kata kami: "Tidak wahai
Rasulullah, mereka semua sedang menunggu paduka".
Kata Rasulullah lagi: "Sediakan air di dalam panci itu". Kami pun melakukan apa yang
diperintahkan Rasulullah, dengan air itu Rasulullah pun bersuci, dan berdiri namun
Rasulullah kemudian setengah pingsan kemudian masih bertanya pula:
"Apakah orang-orang sudah sholat." Kejadian pingsan ini berulang kali terjadi seperti yang
pertama yaitu setelah Rasulullah bersuci, akhirnya Rasulullah menyuruh Abu Bakar
mengimami sholat orang banyak.
Abu Bakar pun melaksanakan perintah Rasulullah mengimami orang banyak untuk hari-hari
itu sebanyak tujuh belas (17) waktu sholat, ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬masih hidup.

Aisyah telah meminta Rasulullah memberikan petunjuknya, agar imam masjid bisa dilakukan
orang lain, agar orang banyak tidak mempunyai anggapan tidak baik, namun Rasulullah
tetap menolak dan berkata:

391
"Kamu semua adalah wanita-wanita pencinta Yusuf, banyak berdalih, ayo suruh Abu Bakar
sholat menjadi imam."

Sehari Sebelum Wafat

Di hari Ahad nabi ‫ ﷺ‬merasa dirinya ringan sedikit, kemudian Rasulullah keluar dengan
dibantu oleh dua orang untuk sholat Dzuhur, sedang Abu Bakar menjadi imam sholat untuk
orang banyak. Ketika Abu Bakar menjadi imam, terlihat Rasulullah mundur ke belakang,
tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi isyarat agar dia jangan mundur, Rasulullah menyuruh dua
orang yang membantu Rasulullah agar mendudukkan Rasulullah sebelah Abu Bakar, mereka
berdua pun mendudukkan Rasulullah ‫ ﷺ‬di sebelah kiri Abu Bakar, dan Abu Bakar mengikuti
(beriqtida') dengan Rasulullah di dalam sholatnya, di samping memperdengarkan takbir-
takbir kepada para jamaah.

Pada hari Ahad yaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerdekakan semua hamba
sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Rasulullah miliki pada saat itu, semua senjata-
senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Pada malam hari Aisyah meminjam minyak
untuk menghidupkan lampu dari tetangganya, baju besi Rasulullah tergadai pada seorang
Yahudi sebesar tiga puluh (30) cupak.

Hari Terakhir dalam Hayat Rasulullah

Anas bin Malik meriwayatkan:


Semua kaum muslimin yang sedang sholat Subuh di belakang Abu Bakar di hari Senin itu
dikejut oleh kemunculan Rasulullah dari sebelah tabir kamar Aisyah Rasulullah melihat dan
memberi senyumannya, Abu Bakar pun mundur ke belakang untuk menyertai barisan di
belakang, karena dia menyangka Rasulullah akan keluar sholat.

Kata Anas lagi:


Hampir-hampir para jamaah sholat terpesona, mereka gembira melihat Rasulullah ‫ﷺ‬,
namun Rasulullah memberi isyarat kepada mereka agar meneruskan sholat. Setelah itu
Rasulullah melepaskan tabir dan masuk ke dalam. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak memiliki
kesempatan lagi untuk sholat lima waktu yang lain.

Ketika siang semakin cerah Rasulullah ‫ ﷺ‬menjemput Fatimah dan berbisik kepadanya, yang
menyebabkan Fatimah menangis, setelah itu Rasulullah memanggil Fatimah lagi dan
membisikkan sesuatu lagi kepadanya, bisikan yang kedua menyebabkan Fatimah tersenyum,
kemudian Aisyah berkata: Kami pun bertanya apa ceritanya?

Jawab Fatimah:
"Rasulullah membisikkan bahwa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Rasulullah
alami ini, itulah yang membawa aku menangis, pada kali kedua Rasulullah ‫ ﷺ‬membisikkan
bahwa aku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah setelah Rasulullah, itulah yang
menyebabkan aku tersenyum".

Selain itu Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memberi kabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahwa dia
adalah Nisa' 'Alamin (Penghulu Wanita Dunia).

392
Fatimah melihat beban kesakitan dialami oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬terlalu berat. Dia berkata:
"Alangkah berat cobaan bapak". Jawab Rasulullah ‫ﷺ‬: "Tidak ada cobaan lagi untuk
bapakmu setelah hari ini".

Di saat ini Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Hasan dan Husain dan Rasulullah mencium keduanya
sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah menjemput
isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.

Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun sebagaimana yang dirasakan Rasulullah
sebagaimana di hari Khaibar, menyebabkan Rasulullah berkata: "Wahai Aisyah kini aku
masih terasa sakit seperti makanan di hari Khaibar dahulu, inilah waktunya aku merasakan
nafasku sesak terputus-putus karena kesan racun itu".
Rasulullah mewasiatkan orang banyak dengan sabdanya: "Sholat, sholat dan berbuat baiklah
kepada hamba sahaya milik kamu". Rasulullah mengulangi ungkapan ini berkali-kali.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 158
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Nazak (sakaratul maut) ‫ﺳﻜﺮة اﻟﻤﻮت‬

Saat nazak mendatangi Rasulullah ‫ﷺ‬, Aisyah membiarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersandar di


dadanya. Hal ini dia ceritakan olehnya:

"Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah kepadaku pada saat Rasulullah meninggal di
rumahku, di hari giliranku, di antara dada dan leherku, dan menautkan antara liurku dan
liur Rasulullah Ketika Rasulullah meninggal.

Sebelum itu Abdul Rahman bin Abu Bakar telah masuk ke kamar dengan memegang kayu
suginya, dan aku membiarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersandar, kulihat Rasulullah ‫ﷺ‬
memperhatikan ke arahnya, aku sadar bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬suka akan siwak (sugi) tersebut.
Maka aku bertanya: "Maukah aku ambil untukmu Rasulullah?" Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
mengangguk, kemudian aku berikan siwak kepada Rasulullah, tetapi siwaknya agar keras
dan aku berkata: "Biarkan aku melunakkannya?"

Rasulullah menganguk, kemudian aku pun melembutkannya, kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pun


bersugi dengannya".

Dalam satu riwayat lain diriwayatkan, Rasulullah bersugi dengan sepuas-puasnya, pada
waktu itu ada sebuah bejana berisi air di depan Rasulullah, Rasulullah memasukkan

393
tangannya kemudian menyapukan air ke mukanya sambil berkata: "Sebenarnya kematian ini
ada sakaratnya" - hadits.

Tidak berapa lama setelah Rasulullah selesai menyugi giginya, Rasulullah pun mengangkat
tangannya dan jarinya menunjuk ke langit diikuti dengan renungan mata yang sayu, disusuli
dengan gerakan bibirnya.
Aisyah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬seperti berikut:

"Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau karuniai dan golongan para nabi,
siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah aku dan kasihanilah aku,
letakkanlah aku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi.
"

Rasulullah mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Rasulullah pun layu
turun ke bawah, maka Rasulullah pun kemudian bersama Kekasih Yang Tertinggi.

‫واﻧﺎ اﻟ ﻪ راﺟﻌﻮن‬ ‫اﻧﺎ‬

inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun

"Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kita kembali".
Al-Baqarah 156

Peristiwa meninggalnya Rasulullah ini terjadi pada saat pagi matahari sudah mulai naik,
pada hari Senin dua belas (12) Rabiulawwal tahun kesebelas (11) Hijriah di waktu usia
Rasulullah genap enam puluh tiga (63) tahun lebih empat (4) hari.

Kepiluan Menyelubungi Para Sahabat

Kini berita meninggalnya Rasulullah yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram
menyelubungi tanah Madinah, kata Anas:

"Tidak pernah aku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan
Rasulullah ‫ ﷺ‬ke Madinah dan tidak pernah pula aku lihat satu hari yang lebih buruk dan
muram dari hari meninggal Rasulullah ‫"ﷺ‬.

Setelah wafatnya Rasulullah ‫ ﷺ‬puteri Rasulullah, Fatimah ‫ ر ﷲ ﻋﻨﻪ‬telah mengucapkan


suatu ungkapan:
"Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhanmu, duhai ayahku, syurga Firdaus akhirmu,
duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"

Sikap Umar

Di hari itu Umar telah berdiri di depan khalayak dan menurut riwayat menceritakan bahwa
dia telah mengigau dengan berkata:

394
"Sebenarnya ada beberapa orang munafiqin telah menyebut bahwa Rasulullah telah wafat,
sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak wafat, cuma dia pergi menemui Tuhannya seperti Musa
bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puluh
malam, kemudian Musa pulang kembali setelah orang berkata, ya Musa telah mati. Demi
Allah, Rasulullah ‫ ﷺ‬pasti akan pulang kembali, siapa pun yang menyangka bahwa Rasulullah
‫ ﷺ‬telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.

Pendirian Abu Bakar

Abu Bakar menyambuk kudanya, berlari dari rumahnya di Sanh, sesampainya di


perkarangan masjid dia kemudian masuk ke dalam masjid. Tanpa bicara sepatah kata pun
dengan orang banyak, dia memasuki kamar Aisyah menuju ke tempat Rasulullah yang
sedang berbaring ditutup dengan kain. Dia membuka tutup muka Rasulullah ‫ﷺ‬, kemudian
memeluk dan mencium muka Rasulullah sambil menangis dan berkata:

"Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun
kematian yang telah ditentukan kepada mu ini sudah kau hadapinya".

Setelah itu Abu Bakar dan Umar keluar menemui orang banyak, Abu Bakar berkata:
"Wahai Umar silakan duduk" Namun Umar enggan untuk duduk. Orang banyak pun
mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua
yang hadir:

"Setelah mengucap tahmid dan syukur maka ingin aku sampaikan di sini, siapa pun di antara
kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah meninggal dan siapa
pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".

Kemudian dia membaca ayat Allah:


َ ‫ﱡ ُ ُ َ ۡ ﱠ‬
ۡ ‫ﺎت ا ۡو ُﻗﺘ َﻞ ۡاﻧ َﻘﻠ ۡﺒ ُﺘ ۡﻢ َﻋ ا ۡﻋ َﻘﺎ ۡﻢ ؕ َو َﻣ ۡﻦ ﱠﯾ ۡﻨ َﻘﻠ‬ َ ۡ َ َۡ ‫ٌ ﱠ‬
‫ﺐ َﻋ َﻋ ِﻘ َﺒ ۡﯿ ِﮧ‬ ِ ِ ِ ‫َو َﻣﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ِا َر ُﺳ ۡﻮ ٌل ۚ ﻗﺪ ﺧﻠﺖ ِﻣ ۡﻦ ﻗ ۡ ِﻠ ِﮧ اﻟﺮﺳﻞ ؕ اﻓﺎ ِﺋﻦ ﻣ‬
‫ﱣ‬ َ َ ُ َ
‫ﻓﻠ ۡﻦ ﱠ ﱠ ا ﺷ ۡ ﺌﺎ ؕ َو َﺳ َ ۡﺠﺰی ا اﻟﺸ ِﮑ ۡ َﻦ‬

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang
yang bersyukur.
{Ali 'Imran 3:144}

Kata Ibn Abas: Demi Allah, pada waktu itu manusia banyak yang tidak mengetahui bahwa
Allah telah menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakar membacanya, dengan itu orang
banyak pun menerima dan membacanya.

Kata Ibn Musaiyab: Umar telah menyebut:


"Demi Allah, setelah aku mendengar apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, kakiku merasa
tidak berdaya lagi untuk berdiri, kemudian aku terkulai ke tanah, karena apa yang
disampaikan oleh Abu Bakar itu, telah memastikan bahwa Rasulullah meninggal".

395
Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 159
َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Kafan dan Persemayaman Tubuh Mulia ke Pembaringan Terakhir

Telah timbul selisih pendapat di antara para sahabat sebelum mengafani, mengenai siapa
yang akan ditunjuk menjadi khalifah. Pembahasan dan perdebatan terjadi di antara kaum
Muhajirin dan Anshor di halaman rumah Bani Sa'adah, yang akhirnya mereka semua setuju
melantik Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah. Pembahasan dan perdebatan ini memakan
waktu hingga petang di hari Senin, bahkan sampai masuk ke malam berikutnya,
menyebabkan semua orang sibuk.

Pemakaman tubuh Rasulullah tertunda hingga ke malam Selasa bahkan hingga menjelang
subuh hari berikut, tubuh Rasulullah yang penuh berkah itu terletak di tempat tidurnya,
tertutup dengan kain menyebabkan ahli keluarga Rasulullah menutup pintu rumahnya.
Pada hari Selasa barulah tubuh Rasulullah ‫ ﷺ‬dimandikan, tanpa membuka bajunya, mereka
yang bertugas memandikan Rasulullah adalah Abbas, Ali, Fadhl dan Qatham (anak Abbas),
Syaqran (hamba Rasulullah), Usamah bin Zaid dan Aus bin Khawli.

Abbas, Fadhl dan Qatham membalikkan badan Rasulullah, Usamah dan Syaqran
menyiramkan air, Ali menggosoknya sedang Aus menyandarkan Rasulullah ke dadanya.
Kemudian mereka semua mengafani tubuh Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan tiga lapis kain kafan
berwarna putih tenunan dari Yaman, tidak berbaju atau berserban. Pengafanannya
dilakukan dengan cermat dan hemat.

Terjadi perbedaan pendapat lagi mengenai tempat pemakaman jenazah Rasulullah ‫ﷺ‬.
Abu Bakar berdiri dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah
berkata: Tidak dimatikan - nabi kecuali di tempat itulah ia disemayamkan".
Karena itu maka Abu Talhah pun mengangkat tempat tidur Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menggalinya
untuk liang lahad sebagai tempat penguburan.

Sebelum penggalian, kaum muslimin datang masuk membanjiri ke kamar Rasulullah ‫ﷺ‬
dengan bergantian sepuluh, sepuluh, untuk menunaikan sholat jenazah, masing-masing
tanpa imam. Sebelumnya, keluarga Rasulullah telah menyolati almarhum, kemudian
Muhajirin lalu diikuti oleh Anshor.
Kaum wanita sholat setelah kaum lelaki selesai, dan diakhiri oleh remaja dan anak-anak.
Kesemuanya ini diselenggarakan pada hari selasa sehari penuh, bahkan hingga ke malam
Rabu.

Kata Aisyah: "Kami tidak menyadari akan pemakamannya, kecuali setelah kami mendengar
suara cangkul menggali tanah di tengah malam yakni malam Rabu.

396
Muhammad ‫ *ﷺ‬Nabi Yang Terakhir

Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah Nabi yang ter-akhir dan tidak akan ada Nabi setelahnya. Ini
adalah kesepakatanumat Islam (ijma'). Di dalam agama pun merupakan hal harus dipercayai
('Aqidah).

Hadits Nabi:
"Aku dan Para nabi sebelumku 'ibarat satu bangunan yang dibangun oleh seorang laki-laki.
Lalu ia memeliharanya dengan baik dan terus disempurnakan kecuali tempat sekeping batu-
bata pada suatu sudut. Maka orang banyak datang mengelilinginya dan kagum melihat dan
berkata mengapa tidak diletakkan sepotong batu-bata di tempat yang kosong itu, maka
akulah batu-bata itu dan akulah yang paling akhir dari segala Nabi".

Ada kesinambungan dakwah Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dengan dakwah para Para nabi
sebelumnya, Muhammad sebagai nabi terakhir melengkapi dakwah yang dilakukan oleh
nabi-nabi sebelumnya, sebagaimana Hadits di atas. Ini jelas sekali bila melihat dakwah para
nabi.

Semua Para nabi menyandarkan dua asas penting ini:


1. 'Aqidah kepercayaan.
2. Hukum dan akhlaq.

Dari segi aqidah kepercayaan tidak berubah sejak Nabi Adam 'Alaihi Sallam sampai ke zaman
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, Nabi yang terakhir, yaitu kepercayaan kepada Allah Yang Esa.
Mensucikan Allah dan percaya akan hari akhirat, hisab amalan manusia, syurga dan neraka.
Setiap Nabi menyeru kaumnya pada kepercayaan tersebut dan tiap Nabi juga membantu
dan menegaskan apa yang dibawa oleh Nabi yang terdahulu.

Seluruh rangkaian utusan para nabi, semuanya menunjukkan kepada kita bahwa semua nabi
di utus agar menyeru manusia kepada keimanan dengan Allah ‫ ﻋﺰ وﺟﻞ‬Yang Esa, seperti yang
dinyatakan dalam kitabnya:
َ َ َ ۡ ‫ﱢ‬ ۡ ٰۤ ۡ ‫ﺑﮧ ُﻧ ۡﻮﺣﺎ ﱠو اﻟﺬ ۤۡی ا ۡو َﺣ ۡﯿ َﻨﺎ ﻟ ۡ َو َﻣﺎ َو ﱠﺻ ۡ َﻨﺎ ﺑ ۤﮧ ۡﺑ ٰ ۡ َﻢ َو ُﻣ ۡﻮ ٰ َو ﻋ‬ ‫َ َ َ ۡ ﱢ َ ﱢ‬
‫اﻟﺪ ۡﯾﻦ َﻣﺎ َو ﱣ‬
‫ان ا ِﻗ ۡ ُﻤﻮا اﻟﺪﯾﻦ و‬ ِ ِ ِ‫ِ َ ٖ ا‬ ِ‫ا‬ ِ ِٖ ‫ع ﻟ ﻢ ﻣﻦ‬
ۤ ۤ َ ُ ُ َۡ ۡ ُ ُ َََ
‫ِﮐ ۡ َ َﻣﺎ ﺗﺪﻋ ۡ ُ ۡﻢ ِاﻟ ۡﯿ ِﮧ ؕ ا َ ۡﺠﺘ ِ ۡ ِاﻟ ۡﯿ ِﮧ َﻣ ۡﻦ ﱠ ﺸﺎ ُء َو َﯾ ۡﮩ ِﺪ ۡی ِاﻟ ۡﯿ ِﮧ َﻣ ۡﻦ ﱡﯾ ِ ۡ ُﺐ‬ ‫ﺗﺘﻔ ﱠﺮﻗ ۡﻮا ِﻓ ۡﯿ ِﮧ ؕ ﮐ ُ َ َﻋ اﻟﻤ‬

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
{Asy-Syura 42:13}

Sehingga tergambar kepada kita bahwa para nabi itu tidak akan menyampaikan aqidah yang
berlainan di antara satu dengan yang lain. Karena soal aqidah adalah soal wahyu.

397
Hukum (ahkam) bertujuan mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat. serta
berguna bagi manusia. untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Utusan Allah yang terdahulu hanya diperuntukkan kaumnya saja, bukan utusan untuk
seluruh manusia.

Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa lebih sederhana dari apa yang dibawa oleh Nabi Musa. Hal
ini ditegaskan oleh Allah dalam kitab Alquran:
ُ‫َ ﱠ‬ ُۡ ‫َ َۡ َ ََ ﱠ َ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺘ ۡﻮ ٰر ﯨﺔ َو ِ ُﺣ ﱠﻞ ﻟ ۡﻢ َ ۡﻌ‬ ‫ﱢ‬
‫ﺾ اﻟ ِﺬ ۡی ُﺣ ﱢﺮ َم َﻋﻠ ۡ ۡﻢ َو ِﺟﺌﺘ ۡﻢ ِ ﺎ َ ٍﺔ ﱢﻣ ۡﻦ ﱠ ﱢر ۡﻢ ۟ ﻓﺎﺗﻘﻮا ا َ َو ا ِﻃ ۡ ُﻌ ۡﻮ ِن‬ ِ ِ ‫َو ُﻣ َﺼﺪﻗﺎ ﻟﻤﺎ ﺑ ﺪی ِﻣﻦ‬

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk
menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang
kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
{Ali 'Imran: 3: 50}

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 160 - (terakhir)


َ َ َ َ ُ
‫آل ُﻣﺤﻤﺪ‬
ِ ‫ُﻣﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ﻋ‬ ‫اﻟﻠﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ ﻋ‬

Rasulullah Nabi Terakhir

Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa adalah membenarkan dan menegaskan apa yang tedapat
pada Taurat mengenai soal aqidah dan kepercayaan, dan yang bersangkut paut dengan
hukum ada sedikit perubahan yaitu kelonggaran dari yang dahulu.

Kepercayaan dan aqidah yang dibawa oleh seorang Nabi berfungsi menguatkan dan
mendukung aqidah para nabi yang terdahulu.

Sedangkan syari'at fungsinya membatalkan dan mengganti syari'at para nabi sebelumnya
dan kadang kalanya mendukung yang lama.
Karenanya agama dan aqidah Ilahi hanya satu, sebaliknya ada berbagai syari'at Ilahi yang
kemudian menggantikan syari'at yang dahulu (yang baru membatalkan yang lama), dengan
syari'at terakhir yang diakhiri oleh Nabi yang terakhir.

'Aqidah dan agama yang benar itu hanya satu. Tiap Nabi dan Rasul yang diutus mulai dari
Adam ‫ ﻋﻠ ﻪ اﻟﺴﻠﻢ‬hingga ke Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬semuanya menyeru manusia kepada agama
yang satu yaitu agama Islam.
ُ َ
Karena Islam, maka diutus Ibrahim, Isma'il dan Ya'qub ‫ ﻋﻠ ﻪ اﻟﺴﻠﻢ‬seperti firman Allah ‫ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو‬
ََ
‫ﺗﻌﺎ‬:

398
َ ۡ ‫اﻟﺼﻠﺤ‬‫اﻟﺪ ۡﻧ َ ﺎ ۚ َو ا ﱠﻧ ٗﮧ ا ۡ ٰﺧ َﺮ ﻟﻤ َﻦ ﱣ‬
‫ﱡ‬ ُ ٰۡ َ َ ۡ َ َ ٗ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ‫َ َ ۡ ﱠۡ َ ُ َ ۡ ﱢ ۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫و ﻣﻦ ﯾﺮﻏﺐ ﻋﻦ ﻣﻠ ِﺔ ِاﺑ ٰ ٖ ﻢ ِا ﻣﻦ ﺳ ِﻔﮧ ﻧﻔﺴﮧ ؕ و ﻟﻘ ِﺪ اﺻﻄﻔﯿﻨﮧ‬

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh
dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di
akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
{Al-Baqarah 2:130}

َ ‫ﺎل ﻟ ٗﮧ َ ﱡر ٗۤﮧ ا ۡﺳﻠ ۡﻢ ۙ َﻗ‬


َ ۡ ‫ﺎل ا ۡﺳﻠ ۡﻤ ُﺖ ﻟ َﺮ ﱢب اﻟ ٰﻌﻠﻤ‬ َ ‫ِا ۡذ َﻗ‬
ِ ِ ِ

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku


tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
{Al-Baqarah 2:131}
َ ُۡ ‫ََ َ ُ ﱠ‬ ‫ﱢ‬ ٰ َ ۡ َ ‫َ ۡ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ ُ َٰ ﱠ ﱠ‬
‫اﺻﻄ ﻟ ُﻢ اﻟﺪ ۡﯾ َﻦ ﻓ ﺗ ُﻤ ۡﻮﺗ ﱠﻦ ِا َو اﻧﺘ ۡﻢ ﱡﻣ ۡﺴ ِﻠ ُﻤ ۡﻮن‬ ‫ِﺑﮩﺎ ِاﺑ ٰ ٖ ﻢ ﺑ ِ ﯿ ِﮧ و ﻌﻘﻮب ؕ ﯾﺒ ِ ِان ا‬ ‫ؕ َو َو ﱣ‬

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
{Al-Baqarah 2:132}

Dengan aqidah inilah juga Allah mengutus Nabi Musa kepada keturunan Israel di mana Allah
telah menceritakan tentang ahli sihir Fir'aun yang telah beriman dengan Nabi Musa.
َ َُ
Firman Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬:
ُ

َ َۡ َ ‫َ ۤ ﱠ‬
‫ۚ ﻗﺎﻟ ۡﻮا ِاﻧﺎ ِا َ ﱢر ﻨﺎ ُﻣﻨﻘ ِﻠ ُﺒ ۡﻮن‬

Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali.


{Al-A'raf 7:125}
َ ۡ ‫َو َﻣﺎ َﺗ ۡﻨﻘ ُﻢ ﻣ ﱠﻨﺎ اِ ﱠ ۤ ا ۡن ا َﻣ ﱠﻨﺎ ﺎ ٰ ﺖ َ ﱢر َﻨﺎ ﻟ ﱠﻤﺎ َﺟﺎ َء ۡﺗ َﻨﺎ ؕ َ ﱠر َﻨﺎ ا ۡﻓ ۡغ َﻋﻠ ۡﯿ َﻨﺎ َﺻ ۡ ا ﱠو َﺗ َﻮ ﱠﻓ َﻨﺎ ُﻣ ۡﺴﻠﻤ‬
ِِ ِ ِ ِ ِ

Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat
Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Islam (kepada-
Mu)".
{Al-A'raf 7:126}

Dengan aqidah ini jugalah Tuhan mengutus 'Isa 'Alaihi sallam, Tuhan telah menceritakan
tentang kaumnya yang telah beriman dengan ajaran yang dibawanya.
َ َُ
Firman Allah ‫ﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬:
ُ

َ ‫ۡ ۡ ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ۡ َ َ ‫َ َ َ َ ﱡ‬
‫ار ۡﻮن ﻧ ۡﺤ ُﻦ اﻧ َﺼ ُﺎر ا ِ ۚ ا َﻣﻨﺎ ِ ﺎ ِ ۚ َو اﺷ َﮩﺪ ِ ﺎﻧﺎ ُﻣ ۡﺴ ِﻠ ُﻤ ۡﻮن‬
ۤ ۡ َ ‫ﺲ ﻋ ۡ ٰ ﻣ ۡﻨ ُﮩ ُﻢ اﻟ ۡﻔ َﺮ َﻗ‬
‫ﺎل َﻣ ۡﻦ اﻧ َﺼﺎر ۡی ِا ا ِ ؕ ﻗﺎل اﻟﺤﻮ‬ َ ‫َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ﻓﻠﻤﺎ اﺣ ﱠ‬

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah
yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para

399
hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,
kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-
orang Muslim.
{Ali 'Imran 3:52}
ٰ ُ ‫َ ۡ ﱠ‬ ََۡ ۢۡ َ ُ َ َ ۢۡ ‫ﻒ اﻟﺬ ۡﯾ َﻦ ا ۡو ُﺗﻮا اﻟ ٰﺘ َ ﱠ‬ ۡ َ َ ُ َ ۡ ۡ
َ ‫اﺧ َﺘﻠ‬ َۡ ‫ﱠ ﱢ‬
‫اِ ن اﻟﺪ ۡﯾ َﻦ ِﻋﻨﺪ ا ِ ا ِ ﺳ م ۟ و ﻣﺎ‬
ِ ‫ﺐ اِ ِﻣﻦ ۡﻌ ِﺪ َﻣﺎ ﺟﺎ َء ُﻢ اﻟ ِﻌﻠ ُﻢ ﻐ ً ﺎ ﺑ ﻨ ُﮩ ۡﻢ ؕ و َﻣﻦ ﻔ ۡﺮ ِ ﺎ ِﺖ ا‬ ِ ِ
َ ُ ۡ َ َ ‫َ ﱠ‬
‫ﺎب‬
ِ ‫ـ ـﻊ اﻟ ِﺤﺴ‬ ‫ﻓ ِﺎن ا‬

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
{Ali 'Imran 3:19}
َ َُ
Dan tegas Allah ‫ ُﺳ ْ َﺤﺎﻧﻪ َو ﺗ َﻌﺎ‬dalam surah Syura:

ۡ ‫ﺑﮧ ُﻧ ۡﻮﺣﺎ ﱠو اﻟﺬ ۡۤی ا ۡو َﺣ ۡﯿ َﻨﺎ ِاﻟ‬ ‫َ َ َ ۡ ﱢ َ ﱢ‬


‫اﻟﺪ ۡﯾﻦ َﻣﺎ َو ﱣ‬ ‫ع ﻟ ﻢ ﻣﻦ‬
ِ ِٖ

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
{Asy-Syura 42:13}
‫ﱠ‬ َ ُ ۡ َ َ َ ٌ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ ۡ َ ًۢ ۡ َ ُ ُ ُ َ َ َ ۡ َ ۢۡ ‫َ َ َ َ ُ ۡۤ ﱠ‬
‫ﻟﻘ ِ َ َﺑ ۡ ﻨ ُﮩ ۡﻢ ؕ َو ِان‬ ‫ِا ا َﺟ ٍﻞ ﱡﻣ َﺴ‬ ‫ﺖ ﻣ ۡﻦ ﱠرﱢ‬
ِ ‫و ﻣﺎ ﺗﻔ ﱠﺮﻗ ُﻮا ِا ِﻣﻦ ﻌ ِﺪۢ ﻣﺎ ﺟﺎء ﻢ اﻟ ِﻌ َﻠﻢ ﻐ ﺎ ﺑ ﻨﮩﻢ ؕ و ﻟﻮ ِﻠﻤﺔ ﺳ ﻘ‬
ُۡ ٰ
‫اﻟ ِﺬ ۡﯾ َﻦ ا ۡورﺛﻮا اﻟ ِ ﺘ َﺐ ِﻣ ۡﻦ َ ۡﻌ ِﺪ ِ ۡﻢ ﻟ ِ ۡ ﺷﮏ ﱢﻣﻨﮧ ُﻣ ۡ ٍﺐ‬

Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu
pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu
ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai
kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya
orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka,
benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.
{Asy-Syura 42:14}

Para nabi diutus bersama-sama mereka yang Islam, agama yang diakui oleh Allah. Ahli Kitab
mengetahui bahwa agama itu satu dan diutus nabi-nabi untuk memberi dukungan kepada
nabi-nabi yang terdahulu.

Selesai

eBook ini hanyalah untuk membantu agar dapat dibaca di gadget anda,
mohon untuk membeli buku aslinya setelah anda selesai membaca eBook ini di :
https://www.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-kelengkapan-tarikh-muhammad-
saw-karya-kh-munawar-chalil.htm

400

Anda mungkin juga menyukai