Anda di halaman 1dari 51

SPESIFIKASI TEKNIS / KAK

PEKERJAAN :

PEMBANGUNAN EMBUNG UNTALAN II


DI KABUPATEN KARANGASEM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


D I R E K T O R A T J E N D E R A L S U M B E R D A Y A A I R
B A L A I W I L A Y A H S U N G A I B A L I – P E N I D A
SNVT PEMBANGUNAN BENDUNGAN BWS BALI - PENIDA
Jln. Kapten Tjok Agung Tresna No. 9 Denpasar Telp. (0361) 235023 Fax. 235023
KERANGKA ACUAN KERJA(KAK)
PEMBANGUNAN EMBUNG UNTALAN II
DI KABUPATEN KARANGASEM
TAHUN ANGGARAN 2020

Kementerian : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Unit Eselon II : Pusat Bendungan
Program : Pengelolaan Sumber Daya Air
Hasil (Outcome) : 6.400 m3 Tampungan Air
Kegiatan : Pengelolaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung
Air Lainnya (5039)
Paket Pekerjaan : Pembangunan Embung Untalan II di Kabupaten Karangasem
Indikator Kinerja Kegiatan : Terbangunnya 1 Buah Embung di Desa Untalan
Satuan Ukur dan Volume
Keluaran (Output) : 1 Buah Embung
Nilai Pagu : Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) termasuk PPN 10%

1. Dasar Hukum
Dasar Hukum pelaksanaan kegiatan ini adalah :
a. Undang Undang Nomor : 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang Undang Nomor : 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang Undang Nomor : 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
d. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang-Jasa Pemerintah;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016
Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015
Tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015
Tentang Bendungan;
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum Yang Merupakan Kewenangan
Pemerintah Dilaksanakan Sendiri;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang Standard dan
Pedoman Konstruksi dan Jasa Konsultansi;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum;
l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan RKA-KL dan Pengesahan DIPA;
m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.02/2015 tentang Standard Biaya
Masukan Tahun 2016;

2. Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu sumber air yang memiliki potensi besar yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan pemanfaatannya dalam upaya pemenuhan berbagai
kebutuhan masyarakat akan air.
Dalam rangka usaha pemanfaatan dan atau pengembangan pemanfaatan air sungai telah
banyak dibangun bangunan pengairan seperti bendungan, embung, bendung, dan lain-
lain.
Meningkatnya kebutuhan akan air baku untuk berbagai macam peruntukan seperti air
irigasi, air bersih, industri dan sebagainya ternyata bertolak belakang dengan kondisi
ketersediaan sumber air khususnya air permukaan baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Kerusakan pada Daerah Aliran Sungai menyebabkan perbedaan fluktuasi
debit yang cukup besar antara musim hujan dengan musim kemarau dimana saat musim
hujan terjadi banjir sedangkan musim kemarau mengalami kekeringan.
Kabupaten Karangasem yang merupakan kabupaten paling Timur Provinsi Bali memiliki
potensi sumber daya air yang beragam. Sebagian wilayahnya termasuk daerah kering yang
sangat dipengaruhi oleh letak geografisnya. Selain curah hujan rata-rata per tahun yang
rendah, masa turun hujannya juga relatif pendek dengan pola musim hujan yang tidak
tetap. Hal tersebut sangat mempengaruhi pada pola tanam dan kebutuhan air minum
manusia dan hewan. Pada daerah – daerah dengan medan yang berbukit-bukit dimana
terdapat cekungan yang dapat menampung air, tidak memungkinkan untuk membangun
bendung. Sungai yang kering, mata airnya tidak mengalir sepanjang tahun ataupun letak
dari dasar sungai terhadap daerah pertanian atau pemukiman yang ada mempunyai
perbedaan yang tinggi sehingga tidak mampu mengalirkan air secara gravitasi. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah Kabupaten Karangasem untuk mengatasi kondisi ini,
salah satunya adalah pembangunan embung di wilayah-wilayah yang mengalami kesulitan
air.
Pembangunan Embung Untalan II di Kabupaten Karangasem diharapkan dapat mengatasi
permasalahan kebutuhan sumber air tersebut.

3. Maksud dan Tujuan


Maksud Pekerjaan Pembangunan Embung Untalan II di Kabupaten Karangasem adalah:
Memenuhi kebutuhan air baku warga Desa Untalan.

Tujuan Pekerjaan Pembangunan Embung Untalan II di Kabupaten Karangasem adalah:


Membangun tampungan air yang dapat digunakan sebagai penyimpan air sementara guna
memenuhi kebutuhan air di musim kemarau, yang besarnya disesuaikan dengan kondisi
debit (inflow) dan areal untuk tampungan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
menambah pasokan air baku domestik bagi masyarakat di sekitarnya.

4. Sasaran
Potensi pemanfaatan meliputi penyediaan air baku, dan konservasi sumber daya air yang
akan dimanfaatkan Kabupaten Karangasem. Dimana kapasitas tampungan air baku
sebesar 6.400 m3.
5. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan adalah di Desa Untalan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem.

6. Data Teknis
a. Tempat embung (site) merupakan dataran dengan keadaan geo-tekniknya tidak lulus
air, sehingga kehilangan air sedikit.
b. Lokasi dekat desa yang memerlukan air sehingga jaringan distribusi tidak begitu panjang
dan tidak banyak kehilangan energi.
c. Lokasi dekat jalan sehingga jalan masuk tidak panjang dan mudah ditempuh.
d. Selimut kedap air hanya diterapkan pada tanah atau satuan batu lulus air. Pada tanah
atau satuan batu semi lulus air, selimut kedap air diperlukan bila kehilangan air
dipandang cukup besar dibandingkan daya tampung embung.
Dari data teknis di atas sehingga diperoleh desain embung seperti berikut:

Potongan Kolam Penampung T

BAK PENYARING

BOX VELVE

SALURAN PEMBUANG

KANTONG LUMPUR

DPT SEPANJANG KANTONG LUMPUR P = 35 M

Denah Kolam Penampung

7. Lingkup Kegiatan
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Pipa Pengambilan
c. Pekerjaan Kolam Penampung dan Kantong Lumpur
d. Pekerjaan Bak Penyaring dan Box Valve
Pekerjaan Pembangunan Embung Untalan II di Kab. Karangasem, dilaksanakan dalam
waktu 7 (tujuh) bulan (210 hari kalender) dan hasilnya akan bisa dimanfaatkan pada akhir
tahun 2020.
8. Pekerjaan Utama
 Galian tanah biasa
 Timbunan Tanah dipadatkan
 Pembesian
 Beton K.225
 Begesting
 Pasangan Batu Kali 1 : 4
 Geomembran
 Pipa HDPE

9. Daftar Kebutuhan Personil


Jabatan dalam Pengalaman
Tingkat Pendidikan – Profesi/
No pekerjaan yang kerja
Jumlah Personil Keahlian
diusulkan (tahun)
1 2 3 4 5
Minimal STM/ SMK
SKT Pelaksana
1 Teknik Bangunan Kepala Proyek 5
Bendungan
(1 orang)
Minimal STM/ SMK
Pelaksana SKT Pelaksana
2 Teknik Bangunan 4
Teknik Bendungan
(1 orang)
Minimal STM/ SMK
Pelaksana SKT Pelaksana
3 Teknik Bangunan 4
Mutu Bendungan
(1 orang)
Sertifikat K3
Minimal SMA/STM/
Petugas K3 Konstruksi atau
4 SMK 3
atau Ahli K3 SKA Muda Ahli
(1 orang)
K3 Konstruksi

10. Daftar Kebutuhan Peralatan

Nama Jumlah
No Kapasitas Kepemilikan/status
Peralatan Minimum

1. Excavator 0,7 – 1,00 M3 2 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli


Concrete
2. 0,25 - 0,5 M3 3 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
Mixer
Concrete
3. 4 – 5,5 HP 2 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
Vibrator
Alat
4. Pemadat 5 Hp 1 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
(Stamper)

11. Daftar Rencana Keselamatan Kerja (RKK)

No. Jenis / Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya


1. Pekerjaan Galian a. Terkena cangkul/pacul
b. Tertimpa bucket
c. Tertabrak Excavator
d. Tertimbun Longsoran
2. Pekerjaan Timbunan Tanah a. Terkena cangkul/pacul
b. Terkena stamper
c. Tertabrak Excavator
3. Pekerjaan Pemasangan a. Terbakar akibat panas mesin
Geomembrant penyambung
b. Terpeleset / jatuh
4. Pekerjaan Pasangan Batu Kali a. Tertimpa runtuhan / terjepit batu
b. Terpeleset / jatuh
5. Pekerjaan Beton Tangan terkontaminasi campuran
beton
6. Pekerjaan Begesting a. Tangan terkena palu / paku
b. Terhirup serbuk kayu
7. Pekerjaan Pembesian Tangan terkena tang / gergaji besi

8. Pekerjaan Pipa HDPE/GIP Tangan terkena alat las

12. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan


Pelaksana Kegiatan
Pejabat Pembuat Komitmen Danau Situ dan Embung, SNVT Pembangunan Bendungan
Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, dibantu oleh Pejabat Inti. Selain tenaga tersebut diatas,
dibantu oleh pihak Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi.
Penanggung Jawab Kegiatan
Penanggung jawab pekerjaan ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen Danau Situ dan
Embung, SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida

13. Penerima Manfaat


Sasaran yang akan menerima manfaat dari kegiatan ini adalah Pemerintah Provinsi Bali,
Pemerintah Kabupaten Karangasem serta masyarakat setempat.
14. Sumber Pendanaan
APBN 2020, sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) termasuk PPN 10% melalui
DIPA Satker Bendungan Balai Wilayah Sungai Bali Penida.

Denpasar, 6 Januari 2020


Kepala SNVT Pembangunan Bendungan SNVT Pembangunan Bendungan BWS Bali-Penida
BWS Bali-Penida, PPK Danau Situ dan Embung,

Ir. I Gusti Putu Wandira, Sp.1 Gede Bina Yudha, ST


NIP. 19660221 199503 1 001 NIP. 19690909 200604 1 005
Daftar Isi

BAB I PERSYARATAN UMUM ........................................................................................ 4

1.1. Uraian Umum ..............................................................................................................4

1.2. Lingkup Pekerjaan.......................................................................................................4

1.3. Jangka Waktu Pelaksanaan .........................................................................................4

1.4. Perbedaan Gambar ......................................................................................................4

1.5. Sarana Kerja ................................................................................................................4

1.6. Koordinasi ...................................................................................................................4

1.7. Shop Drawing..............................................................................................................5

BAB II PEKERJAAN PENDAHULUAN DAN PENUNJANG.......................................... 6

2.1. Tenaga .........................................................................................................................6

2.2. Alat dan Peralatan Kerja Kontraktor ...........................................................................6

2.3. Ijin Kerja .....................................................................................................................7

2.4. Pengukuran dan Pematokan ........................................................................................7

2.5. Papan Nama Proyek ....................................................................................................8

2.6. Pembuatan Direksi Keet..............................................................................................8

2.7. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan................................................................................9

2.8. Jam Kerja...................................................................................................................10

2.9. Bahan/ Material Untuk Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................10

2.10. Pemeriksaan Pekerjaan............................................................................................11

2.11. Pemantauan Lingkungan .........................................................................................12

2.12. Penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .....................................12

2.13. Laporan Kemajuan Pekerjaan .................................................................................13

2.14. Pekerjaan Yang Tidak Lancar .................................................................................14

2.15. Pekerjaan Tambah dan Kurang ...............................................................................15

2.16. Lain-lain ..................................................................................................................15


1
BAB III SPESIFIKASI TEKNIS ........................................................................................ 16

3.1. Mobilisasi dan Demobilisasi .....................................................................................16

3.2. Pembersihan Dan Pengupasan ..................................................................................16

3.3. Pekerjaan Galian .......................................................................................................16

3.3.1. Galian Tanah Biasa ........................................................................................... 16

3.3.2. Galian Tanah Keras (Cadas) ............................................................................. 16

3.3.3. Galian Tanah Berbatu........................................................................................ 16

3.3.4. Galian batuan..................................................................................................... 16

3.3.5. Metode Pelaksanaan .......................................................................................... 17

3.4. Pekerjaan Timbunan Tanah.......................................................................................17

3.5. Pekerjaan Timbunan Pasir.........................................................................................19

3.6. Pekerjaan Pasangan Batu Kali...................................................................................19

3.7. Pekerjaan Plesteran ...................................................................................................22

3.8. Pekerjaan Siaran ........................................................................................................23

3.9. Geomembran .............................................................................................................23

3.9.1. Material ............................................................................................................. 23

3.9.2. Kontrol Kualitas ................................................................................................ 24

3.9.3. Persetujuan Material.......................................................................................... 24

3.9.4. Metode Kerja..................................................................................................... 24

3.9.5. Pengukuran dan Pembayaran ............................................................................ 25

3.10. Pekerjaan Pagar BRC .............................................................................................25

3.10.1. Material ........................................................................................................... 25

3.10.2. Pagar BRC....................................................................................................... 25

3.10.3. Pintu Pagar BRC ............................................................................................. 25

3.11. Pekerjaan Bekesting ................................................................................................26

3.12. Pekerjaan Pembesian...............................................................................................26

3.13. Pekerjaan Beton......................................................................................................27

2
3.13.1. Bahan Bahan................................................................................................... 27

3.14. Pekerjaan Pipa GIP..................................................................................................29

3.14.1. Material ........................................................................................................... 29

3.14.2. Pemasangan ..................................................................................................... 29

3.14.3. Gate Valve....................................................................................................... 29

3.14.4. Aksesoris Pipa ................................................................................................. 30

A. Flange................................................................................................................ 30

B. Bend .................................................................................................................. 30

C. Elbow ................................................................................................................ 30

3.15. Pekerjaan Paving Block ..........................................................................................30

3.16. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemasangan Pipa HDPE Serta Aksesorisnya...............31

3.17. Pekerjaan Penyelesaian ...........................................................................................40

3.18. Volume Pekerjaan Tambah Dan Kurang (Meer And Miner Work) ........................41

3.19. Jaminan Teknis........................................................................................................41

3.20. Meninggalkan Tempat Kerja...................................................................................42

3
BAB I
PERSYARATAN UMUM

1.1. Uraian Umum


Spesifikasi teknis ini untuk kegiatan Pembangunan Embung Untalan II di Kabupaten
Karangasem, yang terdiri dari beberapa item kegiatan seperti yang tertuang dalam spesifikasi ini.

1.2. Lingkup Pekerjaan


1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pipa Pengambilan
3. Pekerjaan Kolam Penampung dan Kantong Lumpur
4. Pekerjaan Bak Penyaring dan Box Valve

1.3. Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu penyelesaian pekerjaan adalah 7 bulan (210 hari kalender)

1.4. Perbedaan Gambar


1. Pada dasarnya bila ada perbedaan/ konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis.
2. Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan Supervisi.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan atau keraguan di antara gambar kerja,
maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus melaporkan secara
tertulis kepada Konsultan Supervisi. Konsultan Supervisi memberikan keputusan gambar
mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan Perencana dan Direksi
Pekerjaan.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk
mengadakan klaim pada waktu pelaksanaan.

1.5. Sarana Kerja


1. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi nama, jabatan, keahlian masing-masing
anggota kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan kontraktor ini.
2. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi bengkel kerja (workshop) beserta
peralatannya, di mana pekerjaan kontraktor akan dilaksanakan.

1.6. Koordinasi
Pada waktu pengadaan material dan pemasangan material tersebut, Kontraktor wajib
mengadakan koordinasi dengan Konsultan Supervisi.

4
1.7. Shop Drawing
1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang dibuat kontraktor berdasarkan
gambar kerja yang disesuaikan dengan keadaan lapangan dan/ atau persyaratan pabrik
dan bahan yang dipakai.
2. Shop Drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
dimensi dan lain-lainnya.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang
sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Supervisi.
4. Pada dasarnya Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada persyaratan
khusus dari pabrik/ produksi bahan tertentu dan/ atau belum tercakup secara lengkap
dalam gambar kerja, dan/ atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.
5. Kontraktor wajib melengkapi shop drawing dengan gambar detail, potongan memendek
dan potongan memanjang.

5
BAB II
PEKERJAAN PENDAHULUAN DAN PENUNJANG

2.1. Tenaga
1. Penyedia jasa wajib menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dengan kebutuhan
minimal adalah sebagai berikut :
Jabatan dalam
Tingkat Pendidikan – Jumlah Pengalaman
No pekerjaan yang Profesi/ Keahlian
Personil kerja (tahun)
diusulkan
1 2 3 4 5
STM/ SMK Teknik Bangunan SKT Pelaksana
1 Kepala Proyek 5
(1 orang) Bendungan

STM/ SMK Teknik Bangunan SKT Pelaksana


2 Pelaksana Teknik 4
(1 orang) Bendungan
STM/ SMK Teknik Bangunan SKT Pelaksana
3 Pelaksana Mutu 4
(1 orang) Bendungan
Sertifikat K3
SMA/STM/ SMK Petugas K3 atau Ahli Konstruksi atau SKA
4 3
(1 orang) K3 Muda Ahli K3
Konstruksi
STM/ SMK Teknik Bangunan
5 Surveyor Topografi 3 SKT Juru Ukur
(1 orang)
STM/SMK SKT (Juru Gambar/
6 Cad Operator 3
(1 orang) Drafman Sipil)

STM/SMK
7 Logostik
(1 orang)
SMK/SMA Administrasi &
8
(1 orang) Keuangan

2. Mobilisasi dan demobilisasi tenaga dilaksanakan selama masa pekerjaan. Segala biaya
yang timbul untuk melaksanakan mobilisasi dan demobilisasi tenaga menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan sudah harus diperhitungkan di dalam harga penawaran.

2.2. Alat dan Peralatan Kerja Kontraktor


1. Kontraktor harus dan wajib menyediakan sendiri semua jenis alat peralatan maupun
perlengkapan kerja yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
2. Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap dipakai, kerusakan yang terjadi
selama pelaksanaan agar segera diperbaiki atau dicarikan penggantinya.
3. Untuk pekerjaan ini Kontraktor wajib menyediakan peralatan antara lain:

Jumlah
Jenis P Kapasitas No Kapasitas Kepemilikan/status
Minimum

1. Excavator 0,7 – 1,00 M3 2 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli


Dump
2. 8 Ton 3 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
Truck

6
Concrete
3. 0,25 - 0,5 M3 3 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
Mixer
Concrete
4. 4 – 5,5 HP 2 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
Vibrator
Alat
5. Pemadat - 1 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
(Stamper)
6. Alat Ukur - 1 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
Mesin Las
7. - 1 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
HDPE
10 KvA / 8
8. Genzet 1 Unit Milik/Sewa/Sewa Beli
kW

4. Kontraktor wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan yang ada dinilai tidak
mencukupi.
5. Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Kontraktor sendiri.

2.3. Ijin Kerja


1. Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor memperoleh Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) dari Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Kontraktor wajib memberitahukan/melaporkan kepada pemerintah/penguasa setempat
tentang rencana kegiatan pelaksanaan pekerjaan.

2.4. Pengukuran dan Pematokan


1. Peil/duga ketinggian pokok ditetapkan oleh Proyek dan akan ditunjukkan oleh Direksi.
2. Atas dasar duga ketinggian pokok tersebut Kontraktor harus mengadakan pengukuran
dan uitzet untuk penentuan bentuk dan tinggi bangunan yang akan dikerjakan.
3. Patok bantu dibuat secukupnya dan ditempatkan sedemikian agar aman selama dan
selesainya pekerjaan.
4. Ukuran-ukuran patok dapat dilihat pada gambar pelaksanaan. Ukuran-ukuran yang belum
tercantum atau kurang jelas dapat ditanyakan pada Direksi.
5. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara spesifikasi teknis dengan gambar rencana maka
spesifikasi teknis lebih mengikat.
6. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara skala gambar dengan angka ukuran yang
tercantum maka ukuran yang mengikat dengan urutan :
a. Ukuran tertulis.
b. Ukuran skala gambar
7. Apabila ukuran dalam gambar pelaksanaan tidak sesuai dengan keadaan di lapangan,
Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi untuk penentuan selanjutnya.

7
2.5. Papan Nama Proyek
1. Kontraktor harus membuat papan nama pekerjaan dengan ukuran dan bentuk standar dari
Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, dipasang di tepi jalan masuk pekerjaan sesuai
petunjuk Direksi.
2. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai.
3. Segala biaya yang ditimbulkan dari pembuatan papan nama pekerjaan menjadi tanggung
jawab kontraktor.

2.6. Pembuatan Direksi Keet


1. Kontraktor sebelum memulai kegiatan fisik harus sudah menyiapkan Kantor Direksi Keet
dengan ukuran 4 x 6 m2 dengan ketentuan minimal :
a. Konstruksi kayu
b. Atap seng gelombang
c. Lantai beton tumbuk 5 cm
d. Dinding papan atau kayu/tripleks
e. Pintu 1 Buah
f. Jendela 2 buah
2. Kantor pelaksanaan berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksi keet.
3. Gudang berukuran secukupnya dengan persyaratan pada umumnya dan menjamin
keamanan dan kualitas terhadap bahan bahan yang ditempatkan.
4. Barak kerja harus dapat menjamin keselamatan dan keamanan pekerja, serta terjamin
terhadap kesehatan
5. Kelengkapan yang harus ada pada direksi keet:
a. Gambar konstruksi pekerjaan
b. Gambar tahap-tahap pelaksanaan
c. Time schedule, barchart dengan kurva S
d. Data pekerjaan, laporan cuaca dan lain-lain
e. Meja tulis ½ biro 2 buah dengan kursi seperlunya
f. Meja Rapat
g. Alat tulis/alat gambar
h. Papan tulis dan papan tempel gambar pelaksanaan dan grafik-grafik
i. Buku direksi, buku tamu, buku harian pelaksanaan
j. Meja/kursi tamu 1 set
6. Direksi keet, gudang dan barak kerja harus berada dekat dengan lokasi pekerjaan, mudah
dijangkau, dan dapat mendukung kelancaran pekerjaan di lapangan.
7. Segala biaya yang berhubungan dengan direksi keet, barak dan gudang menjadi
tanggungan kontraktor

8
8. Bila ditentukan lain, kontraktor dapat melakukan perjanjian sewa-menyewa dengan pihak
ketiga untuk bangunan-bangunan tersebut, dengan ketentuan sesuai persyaratan dan
disetujui oleh Direksi.

2.7. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan


1. Untuk menjamin agar tepat mutu, waktu, dan biaya, penyedia jasa/ kontraktor wajib
mengajukan rencana kerja (jadwal pelaksanaan) dan meminta persetujuan Direksi beserta
konsultan pengawas.
2. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat sebagai dasar bahan evaluasi untuk pemantauan
selama pelaksanaan pekerjaan agar tepat waktu. Jadwal pelaksanaan tersebut diperlukan
untuk menguraikan berbagai aktivitas pekerjaan.
3. Penyedia jasa/Kontraktor harus menyiapkan jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang harus
diserahkan dan mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa dengan detail, yang
memperlihatkan urutan kegiatan yang direncanakan dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Secara berkala Penyedia Jasa/ Kontraktor harus memperbaharui jadwal pelaksanaan
pekerjaan untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara aktual
sampai hari terakhir bulan yang bersangkutan.
5. Jadwal Pelaksanaan yang telah disetujui harus di rinci dalam laporan mingguan.
6. Laporan jadwal kegiatan mingguan diserahkan pada hari Senin pagi, ditunjukkan bagian/
komponen/ jenis pekerjaan dan kegiatan yang direncanakan akan dilaksanakan dalam
minggu yang bersangkutan.
7. Jadwal pelaksanaan pekerjaan sub Penyedia Jasa Kontraktor harus diserahkan secara
terpisah atau dimasukkan ke dalam jadwal pelaksanaan keseluruhan.
8. Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan dan dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah termasuk/memperhitungkan
waktu pengajuan, rencana produksi bahan di pabrik/sumber bahan, jadwal rencana
pengiriman, pengujian, pengambilan sampel dan persetujuan dari Pengguna Jasa.
9. Diagram Jaringan (Network Planning) yang memberikan permulaan tanggal awal
dimulainya pekerjaan atau paling lambatnya pekerjaan dari masing-masing aktivitas
sehingga bisa diketahui/diperoleh jadwal jalur kritis (critical path). Juga dibuat sub
jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal konstruksi.
10.Bahan Bangunan, Penyedia Jasa/ Kontraktor harus mengajukan contoh material dan
daftar tertulis kepada Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan tentang tempat
asal/ sumber dan macam bahan bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam
pekerjaan.
a. Penyimpanan Bahan Bangunan

9
 Bahan bangunan harus disimpan agar tidak mengalami kerusakan. Tempat/ lokasi
penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai yang keras, bersih dan, diberi
atap (dilindungi) dan atau dinding
 Bagian tengah dari lantai gudang atau lantai dari suatu timbunan bahan bangunan
hendaknya dibuat miring melandai ke tepi-tepi agar mudah dilakukan
pembersihan. Cara menumpuk bahan bangunan hendaknya sedemikian rupa, agar
timbunan tidak berbentuk kerucut dan tidak menyebabkan pemisahan bahan
(segregation).

b. Ganti Rugi
 Penyedia Jasa Kontraktor bertanggung jawab atas segala biaya ganti rugi/
kompensasi sehubungan dengan pendatangan/ pengambilan bahan baku/bahan
bangunan tersebut di atas. Tidak diadakan mata pembayaran khusus untuk
pembayaran ganti rugi/ kompensasi tersebut, tetapi harus sudah termasuk dalam
biaya yang diajukan di dalam Dokumen Kontrak.
11.Dalam hal memulai pelaksanaan kegiatan kontraktor wajib mengikuti kearifan lokal
setempat, dan kontraktor sudah memperhitungkan biaya yang muncul dalam penawaran.

2.8. Jam Kerja


1. Kontraktor menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang dikerahkan
untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan mengingat peraturan perburuhan yang
berlaku.
2. Dalam rangka mempercepat penyelesaian pekerjaan agar dapat mencapai target
pelaksanaan fisik/ tepat pada waktunya ataupun karena sifat/ syarat pelaksanaan
pekerjaan tidak boleh terputus maka Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan diluar jam
kerja/ lembur bila perlu sampai malam hari.
3. Dalam hal Kontraktor akan bekerja diluar jam kerja/ lembur maka Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi dan Konsultan tentang pekerjaannya secara tertulis
sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya.

2.9. Bahan/ Material Untuk Pelaksanaan Pekerjaan


1. Mendatangkan bahan-bahan ke lokasi pekerjaan:
a. Dalam mendatangkan bahan-bahan guna pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus
melaporkannya kepada Direksi dan Konsultan untuk diperiksa. Segala biaya dan
tanggung jawab pengadaan bahan-bahan ini menjadi beban Kontraktor sepenuhnya.
b. Bahan-bahan yang setelah diperiksa Direksi dan Konsultan dapat diterima/ disetujui,
maka bahan tersebut masuk di gudang Job Site dan dibawah pengawasan Direksi dan

10
Konsultan, tidak boleh ditarik keluar guna pekerjaan Kontraktor yang lain, kecuali
atas persetujuan tertulis atas Direksi dan Konsultan.
c. Bahan-bahan yang didatangkan di lokasi pekerjaan tetapi tidak memenuhi persyaratan
dan ditolak Direksi dan Konsultan, harus dibawa keluar lokasi pekerjaan dengan batas
waktu paling lama tiga hari terhitung dari keputusan penolakan oleh Direksi dan
Konsultan. Biaya pengeluaran bahan tersebut menjadi beban Kontraktor. Bila
Kontraktor dengan sengaja membiarkan bahan-bahan afkir tersebut dilokasi pekerjaan
maka Kontraktor dikenakan denda kelalaian.
d. Penggantian merek/ kualitas bahan bangunan harus mendapat persetujuan Direksi dan
Konsultan.
2. Pemeriksaan bahan bangunan dan kualitas pekerjaan.
a. Pemeriksaan bahan oleh Direksi dan Konsultan didasarkan syarat-syarat bahan.
b. Apabila dipandang perlu, Direksi dan Konsultan berhak meminta kepada Kontraktor
untuk memeriksakan kualitas pekerjaan ke Laboratorium dengan biaya ditanggung
oleh Kontraktor.
Direksi dan Konsultan pelaksana pekerjaan berhak mengadakan pemeriksaan ulang
terhadap bahan-bahan yang sudah diterima. Dan bila dari hasil pemeriksaan ulang
ternyata memang tidak memenuhi syarat, maka barang tersebut dinyatakan tidak
memenuhi syarat dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan seperti yang telah
disebutkan diatas.
3. Penggunaan bahan-bahan yang belum diperiksa.
Apabila Kontraktor menggunakan/memasang bahan-bahan yang belum diperiksa oleh
Direksi dan Konsultan, maka apabila Direksi dan Konsultan meragukan kualitas bahan
tersebut, Direksi dan Konsultan berhak memerintahkan untuk membongkar pasangan
tersebut. Biaya akibat pembongkaran ini menjadi tanggungan Kontraktor.

2.10. Pemeriksaan Pekerjaan


1. Kontraktor wajib minta kepada Direksi dan Konsultan pelaksana pekerjaan untuk
memeriksa pekerjaan yang telah dikerjakan sebelum mulai pelaksanaan selanjutnya.
2. Bila Direksi dan Konsultan pekerjaan menganggap perlu untuk memeriksa pekerjaan atau
bila Kontraktor memintanya secara tertulis untuk penyerahan seluruh pekerjaan, sebagian
pekerjaan atau guna permintaan pembayaran, maka Kontraktor atau pelaksana harus
hadir ditempat pekerjaan selama waktu pemeriksaan.
3. Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua
belah pihak yang memeriksa.

11
2.11. Pemantauan Lingkungan
Penyedia jasa wajib menyusun laporan lingkungan dalam rangka menjaga kondisi
lingkungan selama masa pelaksanaan. Kegiatan pemantauan lingkungan ini akan disupervisi oleh
konsultan. Segala biaya yang timbul dalam penyusunan laporan lingkungan sudah menjadi
tanggung jawab kontraktor yang telah diperhitungkan dalam overhead.

2.12. Penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam kegiatan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
yang berlaku termasuk Permen PUPR Nomor 5/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
a. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan K3 yang dilakukan oleh
Penyedia jasa.
b. Menghentikan pekerjaan apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan menyimpang dari
ketentuan tersebut.
c. Melaporkan segera apabila terjadi kecelakaan kerja kepada atasan langsungnya.
2. Penyedia Jasa bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan dan gangguan kesehatan
para pekerja di tempat kerja selama kegiatan pekerjaan konstruksi berlangsung.
3. Penyedia Jasa harus memperhatikan secara penuh terhadap masalah pencegahan bahaya
kebakaran. Penyedia Jasa harus mengikuti peraturan pencegahan kebakaran atau petunjuk
perintah direksi. Penyedia Jasa harus memadamkan api bila timbul kebakaran dengan
mengerahkan semua tenaga dan peralatan yang ada di lokasi.
4. Pengguna Jasa bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, apabila ketentuan
diatas tidak dilaksanakan oleh penyedia Jasa.

No. Uraian Sat. Vol. Ket.


1 Penyiapan RK3K, Terdiri dari :
a. Pembuatan Manual, Set. 3.00
Prosedur, Instruksi Kerja,
Ijin Kerja
2 Sosialisasi dan Promosi K3, terdiri
dari :
a Spanduk (banner) Lb 1.00
b Poster Lb 1.00
c Papan Informasi K3 Bh 1.00
3 a. Alat Pelindung Kerja,
terdiri dari :
1 Pagar Pengaman (Guard Ls 1.00
Railling)
2 Pembatas Area (Restricted Ls 1.00
Area)
12
b. Alat Pelindung Diri, terdiri
dari :
1 Topi Pelindung (safety Bh 15.00 Staff dan
Helmet) Tamu
2 Pelindung Pernapasan dan Bh 100.00
Mulut (Masker)
3 Sarung Tangan (Safety Psg 100.00
Gloves)
4 Rompi Keselamatan (Safety Psg 15.00
Vest)
5 Sepatu Keselamatan (Safety Psg 15.00
Shoes)
4 Asuransi dan Perizinan - -
5 Personil K3, terdiri atas
a. Petugas K3 OB 7.00
6 Fasilitas Sarana Kesehatan ;
a. Peralatan P3K (Kotak P3K, Ls 1.00
Obat Luka, Perban)
7 Rambu-Rambu, terdiri dari ;
a. Rambu Larangan Bh 2.00
a. Rambu Peringatan Bh 2.00
a. Rambu Kewajiban Bh 2.00
a. Rambu Informasi Bh 2.00
8 Konsultasi dengan Ahli Terkait
Keselamatan Konstruksi
9 Lain - Lain Terkait Pengendalian
Keselamatan Konstruksi

2.13. Laporan Kemajuan Pekerjaan


1. Kontraktor wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk:
a. Mencatat semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut “Buku
Harian Pelaksanaan Pekerjaan”.
b. Mencatat semua kegiatan alat-alat yang dipergunakan yang selanjutnya disebut “Buku
Harian Peralatan”.
c. Kedua Buku Harian tersebut harus diisi setiap hari dan ditandatangani bersama-sama
oleh Pelaksana dan Pengawas Lapangan. Pada serah terima pekerjaan selesai/
penyerahan pertama kalinya, buku-buku tersebut harus diserahkan kepada PPK.
2. Buku harian dibuat/diisi setiap hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut:
a. Catatan tenaga kerja yang terdiri dari: jumlah pekerja, mandor, tukang, kepala tukang
serta tenaga personalia dari Kontraktor sendiri.
b. Catatan bahan meliputi: stok bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Volume galian, timbunan, pasangan batu yang dicapai pada hari itu.
13
f. Jumlah alat baik yang dioperasikan maupun yang tidak.
g. Keadaan cuaca (hujan, banjir dan lain-lain).
3. Pencatatan dalam Buku Harian dibuat oleh petugas Pelaksana dan diperiksa/ diketahui
kebenarannya oleh Pengawas Pekerjaan dengan memberi paraf tiap hari.
4. Kontraktor wajib membuat laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan dalam
rangkap 4 (empat) yaitu untuk:
a. 1 (satu) exemplar untuk Satker Pembangunan Bendungan BWS Bali - Penida
b. 1 (satu) exemplar untuk PPK Danau Situ dan Embung
c. 1 (satu) exemplar untuk arsip Kontraktor.
d. 1 (satu) exemplar untuk Direksi dan Konsultan.
Laporan dimaksudkan didasarkan pada Buku Harian Pelaksanaan. Laporan harus
ditandatangani oleh Kontraktor, Direksi dan Konsultan. Laporan mingguan yang
dilampiri Laporan Harian diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah akhir
minggu yang bersangkutan dan Laporan Bulanan diserahkan selambat-lambatnya pada
tanggal 5 pada bulan berikutnya.
5. Kemajuan pekerjaan harus didokumentasikan dengan foto sekurang-kurangnya:
 Kemajuan fisik 0%.
 Kemajuan fisik 25%.
 Kemajuan fisik 50%.
 Kemajuan fisik 75%.
 Kemajuan fisik 100%.
 Setelah masa pemeliharaan berakhir/ penyerahan kedua.
Foto dicetak rangkap 2 dengan ukuran 3R dan disusun pada album serta foto ukuran 50 x
60 centimeter berbingkai sebanyak 2 buah.
6. Video Dokumentasi
Menampilkan video berdurasi sedang yang menjelaskan pelaksanaan kegiatan awal dan
akhir. Setelah terbangnnya/ pasca konstruksi kontraktor diwajibkan membuat video yang
diambil dari udara (drone).
7. Administrasi (soft copy)
Selain hard copy kontraktor wajib menyerahkan soft copy laporan administrasi secara
keseluruhan termasuk foto dan video.

2.14. Pekerjaan Yang Tidak Lancar


1. Bagi pekerjaan yang tidak lancar yang tidak sesuai dengan rencana kerja, terlalu lambat
atau terhenti sama sekali, maka Direksi dan Konsultan akan memberikan peringatan-
peringatan/ teguran-teguran secara tertulis kepada Kontraktor.

14
2. Apabila Kontraktor ternyata dengan sengaja tidak mengindahkan peringatan-peringatan
tersebut dan telah cukup diberi peringatan dan teguran-teguran tertulis 3 kali berturut-
turut, maka PPK Danau Situ Embung Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, berhak
melakukan pemutusan kontrak secara sepihak.

2.15. Pekerjaan Tambah dan Kurang


1. Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan oleh Kontraktor atas perintah
tertulis PPK Danau Situ dan Embung.
2. Pekerjaan tambah yang dilakukan oleh Kontraktor diluar ketentuan diatas sepenuhnya
menjadi tanggungan Kontraktor.

2.16. Lain-lain
1. Kontraktor harus menyediakan pula papan informasi/ peringatan dengan ukuran dan
penempatan sesuai dengan petunjuk Direksi dan Konsultan.
2. Kontraktor harus melaksanakan dengan biaya sendiri (tanpa ada biaya tambahan dari
proyek) terhadap pengeluaran ijin-ijin yang diperlukan dari instansi terkait yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
3. Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan persiapan lainnya yang berhubungan
dengan kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
4. Pada akhir pekerjaan, Kontraktor harus mengerjakan pekerjaan pembersihan seperti
membersihkan lapangan pekerjaan dari sisa bahan bangunan, tanah/ lumpur, sampah,
rumput dan lain-lain sesuai petunjuk Direksi dan Konsultan. Penyedia Jasa Kontraktor
harus selalu menjaga kerapian lapangan sampai batas waktu masa pemeliharaan selesai.
5. Hal – hal yang belum tercantum dalam dokumen spesifikasi dalam pelaksanaan di
lapangan harus selalu berkoordinasi dengan konsultan supervisi dan atas sepengetahuan
direksi.

15
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS

3.1. Mobilisasi dan Demobilisasi


Pekerjaan mobilisasi sebagai persiapan awal, termasuk persiapan tenaga/ personil staf, alat –
alat, alat berat ke lokasi pekerjaan, dapat dilakukan setelah berkoordinasi dengan Direksi
Teknis. Demobilisasi dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Direksi Teknis. Mobilisasi
dan Demobilisasi harus dilengkapi dengan dokumentasi.

3.2. Pembersihan Dan Pengupasan


Seluruh daerah yang dibersihkan adalah daerah yang sesuai dengan gambar/petunjuk
Direksi. Pada dasarnya pekerjaan ini terdiri dari pembersihan pohon-pohonan, tanam-
tanaman, kayu-kayu, akar-akar, semak belukar, sampah dan bahan yang tidak terpakai dari
daerah yang ditentukan Direksi. Daerah yang perlu dibersihkan di sini diutamakan daerah
lokasi embung daerah genangan.
Semua material yang akan dibakar harus ditumpuk dengan rapi dan kalau memungkinkan
dibakar sekaligus. Pembakaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sedikit sekali
risikonya. Dan waktu pembakarannya harus atas persetujuan Direksi dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pembakaran ini harus dilaksanakan secara sempurna sehingga
semua menjadi abu. Kontraktor harus berhati-hati sekali agar api tidak menjalar ke luar
daerah penebangan dan perlengkapan pemadam kebakaran harus tersedia setiap saat.

3.3. Pekerjaan Galian

3.3.1. Galian Tanah Biasa


Pekerjaan galian tanah biasa adalah berupa penggalian dengan Jenis material yang
termasuk didalam kategori tanah (common soil) meliputi semua residual soil yang
umumnya disebut "tanah", tanah liat (clay), lanau (silt), pasir, kerikil.

3.3.2. Galian Tanah Keras (Cadas)


Pekerjaan galian pada tanah cadas adalah merupakan bentuk transisi antara tanah dan batu

3.3.3. Galian Tanah Berbatu


Pekerjaan galian pada tanah berbatu adalah pekerjaan galian yang persentase batunya lebih
banyak dibandingkan tanah biasa.

3.3.4. Galian batuan


Pekerjaan galian pada Batuan adalah pekerjaan galian yang batunya berdiameter besar dan
penggaliannya hanya bisa menggunakan alat Excavator Breaker atau Jack Hammer atau
dipecah secara manual dengan metode khusus.

16
3.3.5. Metode Pelaksanaan
1. Seluruh pekerjaan galian tanah harus dilaksanakan menurut ukuran dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam gambar atau menurut ukuran dan ketinggian lain sebagaimana
diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi.
2. Dalam hal galian tanah tertimbun kembali sebagai akibat dari adanya :
a. Longsoran tebing galian dan sejenisnya.
b. Adanya rembesan.
Tidak dapat diperhitungkan sebagai tambahan volume pekerjaan
3. Galian yang telah sampai pada kedalaman yang ditentukan harus segera dilaporkan
kepada Konsultan dan Direksi untuk diadakan pemeriksaan. Sebelum ada persetujuan
Konsultan dan Direksi Atas kebenaran kedalaman galian tersebut, Kontraktor tidak
dibenarkan memulai pekerjaan konstruksi pondasi/ pekerjaan utama diatasnya.
4. Daerah yang bukan termasuk daerah galian yang terlanjur digali, harus diurug kembali
dengan urugan terpilih dan dikembalikan pada kondisi seperti semula. Seluruh biaya yang
timbul akibat kesalahan penggalian merupakan tanggung jawab Kontraktor.
5. Apabila pekerjaan galian sudah selesai maka harus diikuti dengan pembentukan dan
perapian galian sesuai dengan garis rencana. Pekerjaan galian dianggap sudah selesai dan
layak dibayar jika sudah dibentuk dan dirapikan.
6. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengadakan perlindungan bagi setiap pipa
bawah tanah yang berfungsi, kabel-kabel konduit atau struktur dibawah permukaan
lainnya yang dapat dipengaruhi oleh penggalian dan harus bertanggung jawab untuk
biaya perbaikan setiap kerusakan yang disebabkan oleh operasinya.
7. Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan Kontraktor sudah termasuk upah dan peralatan
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.

3.4. Pekerjaan Timbunan Tanah


1. Didalam pekerjaan timbunan tanah acak (random fill) dikenal tiga item pekerjaan
timbunan, yaitu pekerjaan timbunan dari hasil galian, timbunan dari hasil galian di lain
bidang kerja yang disimpan di stockpile selanjutnya disebut timbunan dari stockpile.
2. Bila tidak ada instruksi lain dari Konsultan dan Direksi, maka dalam hal pekerjaan
timbunan didalam satu ruas pekerjaan yang telah ditentukan oleh Konsultan Supervisi,
Direksi, dan Kontraktor wajib menggunakan terlebih dahulu material timbunan yang
berasal dari hasil galian, apabila material timbunan dari hasil galian sudah habis maka
digunakan material timbunan yang di simpan di stockpile di lain bidang kerja.
3. Semua material timbunan, baik dari hasil galian atau dari stockpile harus memenuhi syarat
kualitas dan bebas dari bahan-bahan organik seperti tonggak-tonggak kayu, semak belukar,
rerumputan, akar-akaran dan sejenisnya, disamping itu juga harus bebas dari bongkahan

17
batu cadas dengan diameter lebih dari 15 cm atau bahan-bahan lain yang oleh direksi
dianggap akan membahayakan konstruksi.
4. Material untuk timbunan yang diijinkan adalah material yang mempunyai sifat dan gradasi
sesuai dengan contoh uji laboratorium. Bila kadar air material ditempat pengambilan lebih
rendah dari kadar air optimum, maka harus dilakukan pembasahan material timbunan
dilokasi pengambilan atau tempat dimana material timbunan dihampar sebelum
dipadatkan.
5. Sebelum mulai menimbun permukaan tanah harus digaruk sampai kedalaman yang lebih
besar dari retak-retak tanah yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0,15 m, dan kadar
air dari tanah yang digaruk harus selalu dijaga secara baik. Bila oleh karena sesuatu sebab
pelaksanaan penghamparan dan pemadatan terhenti, permukaan dari timbunan harus
digaruk kembali dan kadar airnya diperiksa kembali sebelum pelaksanaan pemadatan
dilanjutkan.
6. Pemadatan menggunakan alat pemadat hand tamping (stamper) atau peralatan lain yang
disetujui Konsultan dan Direksi sehingga menghasilkan kepadatan tidak kurang dari 95%
pemadatan kering dari uji Pemadatan Standard Proctor di laboratorium. Kandungan air
harus dijaga terus sesuai hasil uji ini. Apabila menurut pendapat Konsultan dan Direksi,
hasil pemadatan kering yang dilaksanakan sesuai dengan keadaan lapangan lebih kecil dari
95% dari pemadatan kering, sekalipun kontraktor telah mengikuti semua langkah yang
tercantum dalam Spesifikasi, selanjutnya Konsultan dan Direksi atas persetujuannya dapat
menerima tidak kurang dari 90% dari pemadatan kering maksimum untuk pemadatan
khusus pada timbunan ini.
7. Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan ketebalan maksimum hamparan
material sebelum dipadatkan 30 cm. Penghamparan dan pemadatan material pada sisi
kemiringan luar atau dalam supaya dilebihkan minimal 30 cm dari garis rencana agar pada
saat setelah perapian didapat kepadatan yang sama diseluruh bidang rencana. Bila dianggap
perlu, Konsultan dan Direksi bisa meminta pada Kontraktor untuk melaksanakan
pemadatan khusus di tempat-tempat tertentu tanpa mengubah harga satuan.
8. Tambahan untuk Penurunan Tanah
a. Kontraktor harus memperhitungkan tambahan timbunan untuk mengatasi penurunan
akibat beban sendiri (settlement) atau penurunan akibat proses berlangsungnya
pekerjaan sedemikian rupa sehingga lebar dan ukuran permukaan yang telah selesai
pada akhir masa pemeliharaan harus sesuai dengan tinggi, dan ukuran yang terdapat
dalam gambar atau sesuai dengan perintah Konsultan dan Direksi.
b. Semua biaya yang menyangkut pekerjaan untuk tambahan timbunan ini sudah termasuk
dalam biaya tidak langsung yang ada didalam daftar kuantitas dan harga.

18
9. Pembentukan dan Perapihan Timbunan
a. Apabila pekerjaan pemadatan timbunan sudah selesai maka harus diikuti dengan
pembentukan dan perapihan timbunan sesuai garis rencana atau sesuai dengan perintah
Konsultan dan Direksi. Pekerjaan timbunan dianggap sudah selesai dan layak dibayar
jika sudah dibentuk dan dirapihkan.
b. Biaya pekerjaan pembentukan dan perapihan timbunan harus sudah diperhitungkan
dalam harga satuan pekerjaan timbunan.

3.5. Pekerjaan Timbunan Pasir

1. Timbunan pasir dilaksanakan pada bagian-bagian sesuai gambar atau tempat yang ditunjuk
oleh Direksi.
2. Ketebalan timbunan pasir sesuai dengan gambar.
3. Ketebalan timbunan pasir tersebut, adalah ketebalan padat dengan cara ditimbris sambil
disiram air.
4. Pasir urug yang digunakan harus bersih dari kotorankotoran/humus-humus.
5. Pembayaran untuk pekerjaan timbunan pasir dilakukan setiap m3 terpasang, oleh karena itu
dalam harga satuan harus sudah mencakup ongkos untuk upah tenaga, bahan dan peralatan
bantu sebelum pemasangan.

3.6. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


1. Umum
a. Pasangan batu pada umumnya digunakan sebagai pondasi atau dinding bangunan
yang menahan beban vertikal atau horizontal relatif tidak terlalu besar, biasa juga
digunakan sebagai dinding atau pelindung saluran yang ada di sepanjang jaringan
irigasi. Pasangan batu merupakan satu kesatuan yang kuat (tidak mudah lepas) dari
susunan batu kali/gunung atau batu bata yang diatur sedemikian rupa dengan perekat
dan mengisi rongga antar batu berupa mortar. Pengisian mortar di bagian belakang
dinding/talud pasangan batu harus rata dengan permukaan batu sesuai garis rencana.
Pasangan batu harus mempunyai sifat kedap air, dalam arti tidak bocor bila pasangan
batu digunakan sebagai penahan air, misalnya sebagai dinding saluran, bak
penampung air atau lainnya.
b. Pembayaran pekerjaan pasangan batu dihitung berdasarkan satuan meter kubik
pasangan batu yang dikerjakan sesuai gambar dan spesifikasi.
2. Bahan-Bahan
a. Semen
 Semen yang dipakai dalam pekerjaan ini harus semen Portland Cement dari
perusahaan yang disetujui Konsultan dan Direksi dan secara umum memenuhi

19
Standar Nasional Indonesia NI-8 dan pasal 3.2. NI-2 PBI 71 atau ASTM C150
atau standar lain yang diakui oleh pemerintah Indonesia.
Sertifikat tes oleh pabrik harus disertakan pada saat pengiriman pesanan. Tipe
semen yang lain dapat digunakan untuk keperluan khusus jika diperintahkan oleh
Konsultan dan Direksi.
 Kontraktor harus menyediakan contoh semen yang berada di gudang lapangan
atau dari pabrik yang dapat diusulkan Konsultan dan Direksi untuk dites. Semen
lain yang menurut pendapat Konsultan dan Direksi tidak baik, sebagian atau
seluruhnya harus ditolak dan Kontraktor harus memindahkan ke luar daerah
pekerjaan. Segala Biaya yang ditimbulkan akibat kegiatan ini merupakan
tanggung jawab Kontraktor.
b. Batu
 Semua batu yang dipakai pada pekerjaan batu yang ditunjukkan dalam gambar
rencana seperti pasangan batu, pasangan batu kosong, bronjong dan lainnya,
haruslah batu yang bersih dan keras, tahan lama dan homogen, ukuran batu
berkisar antara 20 cm hingga 30 cm atau menurut persetujuan Konsultan dan
Direksi. Batu harus bersih dari campuran zat besi, noda-noda lobang pasir, cacat
atau ketidaksempurnaan lainnya, paling lama satu jam sebelum dipasang batu
harus dibasahi air. Batu tersebut harus diambil dari sumber yang disetujui oleh
Konsultan dan Direksi.
c. Pasir
Pasir haruslah mempunyai gradasi yang baik dan kekerasan yang memungkinkan
untuk menghasilkan mortar yang baik.
d. Air
Air yang dipakai untuk membuat, merawat dan membuat mortar harus dari sumber
yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi dan memenuhi pasal 9 standar Nasional
Indonesia (NI-3 PUBI serta pada waktu pemakaian, air harus terhindar dari bahan-
bahan yang bisa mengotori air dalam jumlah berapa saja yang dapat :
 Mempengaruhi waktu permulaan pengerasan dari semen yang melebihi dari 30
menit, atau mengurangi kekuatan dari percobaan kubus lebih dari 20% apabila
dites sesuai standar ASHTO T26.
 Menghasilkan perubahan warna atau pemekaran permukaan mortar yang sedang
mengeras.
 Menunjukkan reaksi agregat alkali.
Air harus bebas dari hidrokarbon dan larutan bahan organik, larutan bahan
organik tidak boleh lebih dari 500 bagian untuk tiap satu juta bagian dalam berat.
Apabila diperlukan, Konsultan dan Direksi dapat memerintahkan Kontraktor
20
untuk mengadakan percobaan laboratorium bagi air yang akan dipergunakan dan
segala biaya yang ditimbulkannya merupakan tanggungan Kontrakator.
3. Mortar
a. Mortar untuk pasangan batu terdiri dari PC dan pasir dengan perbandingan 1 : 3
atau 1 : 4 seperti yang disebutkan dalam gambar rencana untuk masing-masing
pekerjaan. Perbandingan yang dimaksud adalah perbandingan berat semen dan
berat pasir dalam kondisi jenuh kering permukaan (saturated surface dry).
Apabila tidak ada catatan khusus pada gambar atau perintah tertulis dari
Konsultan dan Direksi, maka mortar yang dimaksud adalah perbandingan 1 : 4,
secara khusus untuk 1 m3 pasangan batu dengan perbandingan 1 : 3 berat semen
adalah sekitar 200 kg (4,0 zak) dan pasangan batu 1 : 4 berat semen adalah
sekitar 160 kg (3,2 zak), zak 50 kg dan jumlah pasir adalah proporsional.
b. Untuk menghasilkan campuran yang betul-betul merata, maka campuran bahan
mortar harus menggunakan mesin pencampur (concrete mixer). Kapasitas
minimum mesin pencampur (molen) adalah bahwa dalam satu kali pencampuran
bisa menampung 1 (satu) zak semen 50 kg ditambah bahan lain sesuai
perbandingan.
c. Dalam satu kali pencampuran mortar, kontraktor tidak diijinkan menggunakan
bahan semen kurang dari 1 (satu) zak semen 50 kg. Pengadukan mortar dalam
mesin pencampur paling tidak dilakukan selama 15 menit. Tempat penampungan
mortar hasil pengadukan harus terbuat dari kotak kayu atau seng atau bahan lain
yang tidak mempengaruhi kualitas mortar selama dalam penampungan.
4. Contoh Pekerjaan
a. Pada permulaan pekerjaan pasangan batu, Kontraktor harus membuat contoh
pasangan batu sehingga mutu dan wujudnya disetujui oleh Konsultan dan
Direksi. Semua pekerjaan harus mengacu pada contoh dengan kualitas sama atau
lebih baik dari contoh yang disetujui.
b. Kontraktor harus membuat contoh pada setiap lokasi bangunan dan
pembuatannya dihadiri oleh Direksi dimana contoh ini merupakan salah satu
bagian konstruksi, sehingga pekerjaan berikutnya harus berorientasi pada contoh
tersebut.
5. Pelaksanaan dalam Cuaca Buruk dan Perawatan
a. Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dilaksanakan pada waktu hujan deras atau
hujan yang cukup lama sehingga mengakibatkan mortar larut, kecuali jika
menggunakan atap pelindung tahan air. Mortar yang telah dipasang dan larut
karena hujan deras dibuang dan diganti sebelum pekerjaan pasangan selanjutnya
diteruskan. Pelaksanaan pada cuaca terik juga harus menggunakan atap
21
pelindung sinar matahari agar mortar tidak mengering terlalu cepat yang
berakibat retaknya pasangan batu, siaran atau plesteran. Pasangan batu yang
dikerjakan pada cuaca yang terik harus diikuti dengan perawatan (curing)
dengan cara menyiram secara rutin, atau menutup dengan karung basah atau
bahan lain, paling tidak 3 hari terus menerus.
b. Tidak ada pembayaran khusus untuk pembuatan atap pelindung dan perawatan
pasangan batu, karena hal ini sudah termasuk biaya tidak langsung yang ada
didalam daftar kuantitas dan harga.
6. Perbaikan Pekerjaan yang tidak memuaskan
a. Pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi ukuran yang diberikan harus
diperbaiki sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi tanpa adanya
penambahan biaya Konstruksi.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab pada stabilitas yang normal dan struktur
pasangan batu terselesaikan lengkap serta harus mengganti setiap bagian yang
dalam pendapat yang jelek atau kelalaian pihak kontraktor. Akan tetapi
kontraktor tidak memikul tanggung jawab terhadap setiap kerusakan karena
bencana alam seperti gempa bumi atau banjir bandang, asalkan bahwa pekerjaan
yang rusak tersebut sebelumnya telah diterima sepenuhnya oleh Direksi.
7. Lubang Pembuangan (Weep Hole)
a. Tembok penahan, talud miring dan tembok kepala harus dilengkapi dengan pipa
peresapan yang berfungsi untuk mengeluarkan air tanah. Pipa peresapan harus
dibuat dari pipa PVC sepanjang tebal pasangan batu ditambah 5 cm dengan
diameter sekitar 2 inch dan paling tidak satu buah untuk setiap 2 m2 permukaan
atau sesuai dengan pengarahan Konsultan dan Direksi. Setiap ujung pemasukan
pipa PVC harus dilengkapi dengan saringan seperti dalam gambar. Saringan
terbuat dari lapisan ijuk yang membungkus lubang pipa, dan dikelilingi kerikil
dan pasir serta pada bagian terluar ditutup dengan ijuk.
b. Pembayaran pekerjaan pipa peresapan dilakukan dalam satuan meter yang
dikerjakan sesuai dengan perintah tertulis Direksi.

3.7. Pekerjaan Plesteran


1. Plesteran dikerjakan dengan campuran 1 PC : 3 Pasir mempergunakan alat penakar yang
telah disetujui Direksi, dengan tebal rata-rata 1,5 cm.
2. Sebelum plesteran dimulai, permukaan pemasangan dibersihkan dan dibasahi dulu dengan
air, pencampuran bahan dikerjakan sebagaimana halnya pada pekerjaan pemasangan.
3. Plesteran harus memberikan permukaan yang rata, padat dan pada sudut-sudut lurus
memberikan hasil yang rapi. Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.

22
4. Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan Kontraktor sudah termasuk upah, bahan dan
peralatan bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.

3.8. Pekerjaan Siaran


1. Siaran menggunakan campuran mortar dengan perbandingan 1 Pc : 2 Ps dan merupakan
siar tenggelam.
2. Siaran dilakukan pada setiap celah batu satu dengan lainnya pada bidang muka pasangan.
3. Sebelum disiar 1 Pc : 2 Ps, bidang muka pasangan harus dibasahi dulu dan dibersihkan dari
kotoran yang melekat pada pasangan.
4. Pencampuran mortar dikerjakan sebagaimana halnya pada pencampuran mortar pada
pekerjaan pasangan.
5. Siaran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.

3.9. Geomembran

3.9.1. Material
Geomembran yang digunakan harus memenuhi semua persyaratan di bawah.
No Sifat-Sifat Persyaratan Metode Pengujian
ASTM D 5199
1 Ketebalan (mm) ≥ 1,5
DIN 53353
ASTM D 5199
2 Variasi Ketebalan (%) <5
DIN 53353
ASTM D 1505
3 Berat Jenis / Kepadatan (g /cm3) 0,94 ASTM D 792
ISO 1183
4 Penyebaran Karbon (Kategori) 1-2 ASTM D5596

5 Kandungan Karbon (%) <2 ASTM D 1603

Stabilitas Dimensional setelah


DIN 53377
0
6 penyimpanan suhu 100 C selama 1 ≥2
ASTM D 1204
jam (%)
7 Elongasi Multi Axial ≤ 15 DIN 53861
8 Lebar Material Geomembrane (m) 6-7 -
9 Ketahanan terhadap sobek (lbs) 50 ASTM D 1004
10 Ketahanan terhadap coblosan (lbs) 153 ASTM D 4833
11 Ketahanan terhadap bocor (mm) 800 DIN 16726
12 OIT (min) > 100 ASTM D 3895
13 Kuat Tarik saat putus (N/mm) 45 ASTM D 6693
14 Kuat saat lentur (N/mm) 25 ASTM D 6693

23
3.9.2. Kontrol Kualitas
Pabrikan harus memiliki sertifikat ISO 9001 (2000) dan diwajibkan untuk melampirkan
laporan QA/QC hasil test pada saat produksi.

3.9.3. Persetujuan Material


Agar material yang dipergunakan di lapangan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Kontraktor wajib mengajukan persetujuan material. Material yang diajukan harus
dilengkapi dengan surat keterangan asli dari manufaktur yang menyatakan bahwa, material
yang disuplai harus sesuai dengan spesifikasi teknis terlampir. Kontraktor agar menyediakan
material cadangan sebanyak 50 m2 dalam rangka pemeliharaan geomembran setelah serah
terima kedua (FHO) material ini sudah diperhitungkan dalam harga satuan pemasangan
geomembran.

3.9.4. Metode Kerja

3.9.4.1. Pemeriksaan dan Penyiapan Lahan


1. Permukaan lapisan tanah dasar harus halus dan bebas dari segala macam batuan, batu –
batu tajam, batang pohon, akar pohon dan benda tajam lain yang dapat merusak
gemembrane tersebut.
2. Permukaan harus memiliki kekuatan, dan memiliki fondasi yang tidak runtuh tiba-tiba,
tegar atau tidak ada Lumpur pada permukaan lapisan tanah dasar.
3. Secara umum, panel geomembran harus diorientasikan pararel terhadap garis maksimal
lereng, tidak melintang terhadap lereng atau dengan kata lain sambungannya
direncanakan memotong lereng tegak lurus dari atas ke bawah.

3.9.4.2. Susunan Panel dan Penggelaran


1. Area (lokasi) yang akan dilining diharapkan untuk diukur secara akurat dan gambar
lapangan atau sketsa, detail panel dan lokasi sambungan atau susunannya.
2. Susunan panel harus direncanakan untuk meminimalkan potongan, panjang total yang
memerlukan pengelasan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
3. Tidak dianjurkan untuk mencoba mengelar selama periode musim angin besar , hujan
salju, atau kondisi lainnya yang menghalangi keberhasilan pengelasan geomembrane.
4. Panel geomembran harus segera diperiksa sesudah penggelaran dan jika ditemukan
kerusakan atau cacat pabrik secepatnya diberi tanda untuk diperbaiki.

3.9.4.3. Peralatan untuk Aplikasi Material Geomembran


1. Mesin double Wedge Welding Otomatis
Mesin untuk welding (las) material HDPE Geomembran, yang dapat menghasilkan 2
(dua) lajur welding (las) secara otomatis, dengan saluran udara di tengahnya. Mesin ini

24
memiliki display (layer kecil) yang menunjukkan temperatur dan kecepatan, serta
memiliki kemampuan untuk mencatat data dalam kartu memori.
2. Mesin Hand Extrusion Welding Rod
Mesin ekstrusi kecil yang dapat menghasilkan hasil ekstrusi 3,5 kg/jam dengan material
resin pengisi berbentuk tali (rod). Mesin menghasilkan tiupan udara panas yang akan
melelehkan resin yang berbentuk tali.
3. Hand Tool Welding
Mesin welding (las) kecil, berfungsi untuk aplikasi area kecil dan detail yang memiliki
pengaturan suhu / temperatur. Memiliki single proteksi elemen pemanas dengan tabung
adaptor yang memiliki penahan panas. Mesin ini otomatis akan mati pada tingkat carbon
minimal.

3.9.5. Pengukuran dan Pembayaran


Cara Pengukuran dan pembayaran Geomembran atau progres kemajuan fisik yang dicapai
berdasarkan aktivitas sebagai berikut :
 Material on Site 60%
 Pemasangan di lapangan 40%
Terhadap item pekerjaan itu sendiri.

3.10. Pekerjaan Pagar BRC

3.10.1. Material
BRC terbuat dari kawat baja bulat rata atau ulir dan keras. Kawat-kawat itu dilas
bersama-sama dengan mesin las otomatis, yang menjamin jarak antar kawat seragam dan
luas penampang lintang yang konsisten. Dengan proses ini, kekuatan kawat tidak
menyusut selama dilas dan semua kawat tetap berada pada kedudukan masing-masing
yang tepat.

3.10.2. Pagar BRC


1. Pagar BRC di pasang sesuai dengan gambar kerja dan memiliki konstruksi dasar yang
kuat.
2. Tiang pagar BRC berdiameter 2 inch diletakkan setiap 1 segmen BRC atau setiap jarak
2,4 meter.

3.10.3. Pintu Pagar BRC


1. Pintu pagar BRC telah dilengkapi dengan kunci serta pengait.
2. Pemasangan pintu harus kokoh dan mudah dibuka.
3. Lebar pintu pagar BRC disesuaikan dengan gambar kerja.

25
3.11. Pekerjaan Bekesting
1. Kontraktor harus menyerahkan usulan tentang cara pelaksanaan bekesting yang baik
untuk mendapat persetujuan Direksi.
2. Material yang dipakai untuk bekesting apakah dari baja atau kayu harus mendapat
persetujuan Direksi.
3. Bekesting yang dipakai pada alur air dan untuk beton yang akan tampak harus ditutup
dengan plywood dan harus bebas dari semua cacat yang menghasilkan noda pada
permukaan beton.
4. Sebelum pemakaian ulang, papan bekesting harus dibersihkan, lubang-lubang harus
disumbat dan bila perlu di permukaan dilapisi lagi.
5. Bekesting harus kaku dan kokoh untuk menahan tekanan saat pengecoran dan proses
pengerasan beton. Bekesting diangkat / dibongkar secara hati-hati setelah beton mengeras
dan cukup kuat menahan beban dengan aman dan permukaan beton tetap bagus serta
mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi dan diketahui Direksi.

3.12. Pekerjaan Pembesian


1. Penulangan/ pembesian harus diletakan seperti yang ditunjukkan pada gambar atau
tempat yang ditunjuk oleh Konsultan Supervisi.
2. Sambungan harus diletakan dan ditunjukan pada gambar atau atas saran dan persetujuan
Direksi dapat memindahkan lokasi penyambungan serta tidak dapat diperhitungkan
untuk pembayaran.
3. Kecuali ditentukan lain, jarak antar tulangan dihitung dari as ke as tulangan.
4. Panjang minimum bengkokan dan panjang overlapping penyambungan tulangan harus
dilakukan sesuai persetujuan Konsultan Supervisi dan diketahui Direksi.
5. Pemeriksaan tulangan/ pembesian dilakukan sesuai dengan kebutuhan akan ukuran
diameter, bentuk, panjang, letak sambungan dan jumlah terpasang.
6. Sebelum pelaksanaan pengecoran/ pembetonan, semua permukaan tulangan/ pembesian
pokok maupun penyangga harus bersih dari kotoran atau bahan asing yang menurut
pendapat Direksi harus dibersihkan. Tulangan yang berkarat dan sulit untuk dihilangkan
harus diganti dengan yang baru.
7. Kedudukan tulangan dipertahankan dengan menggunakan kawat pengikat dengan
diameter tidak kurang dari 0,90 mm, yang diikatkan pada tulangan penyangga dan
tulangan antara. Bahan penyangga, penggantung, tulangan antara dapat dibuat dari
beton atau bahan lain yang disetujui Konsultan Supervisi dan diketahui Direksi
8. Konsultan Supervisi dan Direksi pekerjaan berhak menolak tulangan yang sudah mulai
berkarat yang dianggap dapat mengurangi kuat tarik baja. Penyikatan baja dengan sikat
baja dapat dilakukan dalam kadar yang minimum.

26
9. Pengukuran untuk pembayaran baja tulangan dilakukan berdasarkan berat besi
terpasang, sesuai dengan daftar tulangan yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah
disetujui Direksi. Besi penyangga dan besi antara tidak termasuk yang dapat dibayar.

3.13. Pekerjaan Beton


1. Pekerjaan beton dipakai mutu K.225 dengan menggunakan molen.
2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton harus melampirkan Job Mix Design dan test
kuat tekan yang dilakukan pada lab yang telah terakreditasi sesuai dengan Konsultan
Supervisi dan Direksi.
3. Pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

3.13.1. Bahan Bahan


1. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement yang sesuai dengan
persyaratan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
2. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir dengan kandungan terhadap
lempung, lanau dan debu harus sesuai dengan standar.
3. Batuan (kerikil) harus bergradasi baik dengan diameter maksimum tergantung kelas
beton.
a. Agregat harus dari sumber yang telah disetujui. Agregat berasal dari alami
(natural) atau batu pecah.
b. Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian halus, tipis atau panjang,
bersih dari bahan organis, atau substansi yang rusak dalam jumlah yang merugikan.
c. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, awet, dan tidak berpori-pori.
d. Pasir dan kerikil, harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat

4. Campuran Beton dan Mutu Pekerjaan.


a. Mutu Pekerjaan
Beton struktur yang digunakan mutu K.225 dengan metode manual. Setiap 5 m3 beton
disediakan benda uji kubus untuk dites kuat tekan.
b. Sambungan Batas Pengecoran Beton
Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan cor harus diserahkan
kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum
dilangsungkan.
Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pangaruh dari
penyusutan dan suhu sangat di perkecil. Sebelum pengecoran beton baru yang
berhubungan dengan beton yang sudah mengeras, beton lama harus dikasarkan dan
dibersihkan dari kotoran dan melepaskan agregat permukaan atau gelembung semen

27
yang lapuk dengan palu besi. Penyambungan beton lama dengan beton baru pada
bagian lantai dan dinding jika terhenti agar diisi karet Rubber Water Stop.
c. Pembetonan di Atas Permukaan Tembus Air (Permeable)
Kontraktor tidak boleh menempatkan beton di atas permukaan yang dapat ditembus
air tanpa menutupi permukaan itu lebih dahulu dengan lapisan kulit kedap air atau
bahan lain yang kedap air, dan semuanya harus mendapat persetujuan Konsultan dan
Direksi.
d. Pembetonan dalam Cuaca yang Tidak Menguntungkan
Kontraktor tidak boleh mencor beton pada waktu hujan deras. Kontraktor tidak boleh
mencor beton tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi dan tanpa mengambil tindakan
pencegahan seperlunya untuk menjaga supaya suhu beton pada waktu pencampuran
dan penuangan di bawah 35 derajat Celcius, misalnya dengan cara menjaga bahan-
bahan beton dan acuan-acuan agar terlindung dari sinar matahari atau disemprot
dengan air.
e. Melindungi dan Merawat Beton (Curing)
Sampai beton mengeras seluruhnya dalam waktu tidak kurang dari 7 hari, Kontraktor
harus melindungi beton dari pengaruh jelek angin, matahari, tinggi atau rendahnya
suhu, pergantian atau pembalikan derajat suhu muatan sebelum waktunya, benturan
atau tumbukan tanah agresif.
Jika tidak ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi, permukaan beton yang
kelihatannya harus dijaga supaya terus basah sesudah dicor tidak kurang dari 7 hari
untuk beton dengan semen penahanan Sulfat, atau 3 hari untuk beton dengan semen
yang cepat mengeras. Perawatan diijinkan pula menggunakan zat kimia yang ada
dipasaran.
Permukaan yang telah dibuka acuannya, harus segera ditutup dengan kain tebal atau
pasir atau bahan-bahan lain yang mungkin disetujui oleh Konsultan dan Direksi, yang
harus terus menerus berhubungan dengan beton dan dijaga supaya dalam keadaan
basah. Perawatan dengan metode lain akan diijinkan setelah ada usulan dari
Kontraktor.
Tidak ada biaya khusus untuk perawatan beton, biaya ini sudah termasuk dalam biaya
tidak langsung yang ada didalam daftar kuantitas dan harga.
5. Air yang dipakai untuk membuat dan merawat beton dan membuat adukan harus dari
sumber yang disetujui Konsultan Supervisi dan Direksi dan pada waktu pemakaian harus
terhindar dari bahan-bahan yang biasa mengotorkan air.

28
3.14. Pekerjaan Pipa GIP

3.14.1. Material
1. Pipa GIP yang akan digunakan adalah diameter 3 dan 6 inchi, kecuali jika terjadi
perubahan atau ditentukan lain oleh konsultan supervisi. Hal ini harus mendapat
persetujuan dari direksi.
2. Material yang digunakan adalah produksi dalam negeri yang memenuhi Standard Industri
Indonesia SII 0161-81, BS 138/67 atau ASTM A 53/A 120 atau digunakan standar lain
yang sama atau lebih baik mutunya.
3. Pipa baja yang ditawarkan harus dapat memikul tekanan kerja minimal sebesar 25 kg/cm²
atau tekanan test sebesar 40 kg/cm² (kelas medium) baik dalam standar SII ataupun
standar yang memenuhi persyaratan untuk pipa air minum.
4. Panjang tiap pipa terpasang adalah 6 meter kecuali ditentukan lain.

3.14.2. Pemasangan
1. Pemasangan mengikuti gambar kerja atau ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi
2. Semua pipa yang akan dipasang harus diperiksa dengan baik, tidak diperkenankan
menggunakan pipa yang telah rusak atau berkarat
3. Pengelasan
a. Pengelasan harus dilakukan tenaga – tenaga yang berpengalaman
b. Kawat las yang lembap tidak boleh dipakai
c. Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Konsultan dan Direksi
d. Bagian yang sudah dilas harus dibersihkan dan di cat dengan cat anti karat
4. Hasil pekerjaan dapat diterima apabila telah dilakukan pemeriksaan oleh konsultan
supervisi dan direksi dari segi kualitas sambungan maupun bahan
5. Segala biaya yang ditimbulkan dari metode pemasangan pipa sudah termasuk dalam
harga penawaran kontraktor

3.14.3. Gate Valve


1. Badan gate valve dari cash iron atau ductile iron.
2. Gate valve harus bisa menutup rapat tanpa ada celah sesuai dengan standar.
3. Gate valve adalah tipe non-rising stem dan harus dilengkapi dengan alat pengatur (hand
whells, operating nuts) sesuai spesifikasi. Operator harus bisa melihat pada arah mana
untuk mengatur posisi/ membuka valve.
4. Antara valve dan pipa memakai hubungan flange, flange las harus mampu menahan
tekanan sesuai dengan accessories pipa yang dipasangkan. Flange terbuat dari Carbon
Steel.

29
3.14.4. Aksesoris Pipa
A. Flange
1. Flange dari fitting yang ditawarkan harus memenuhi standard yang lazim digunakan
untuk peralatan air minum baik memakai standard SII, ISO standard 2531 ; Pipeline
Flanges for General Use Matric Series-Mating Dimensions” dan lain – lain yang mampu
menerima tekanan kerja minimal seperti yang disyaratkan.
2. Untuk memudahkan penyambungan antara fitting dan accessories lainnya ukuran dari
pada flange hendaknya diseragamkan dengan memenuhi standard yang berlaku.
3. Penawaran yang diajukan sudah termasuk perlengkapannya (gasket/packing, mur,ring
dan baut) siap untuk disambung dengan accessories lainnya.
4. Jumlah dari pada mur, baut, ring dan gasket/packing sesuai yang dibutuhkan dilebihkan
10 %.

B. Bend
1. Bend dari fitting yang ditawarkan harus memenuhi standard yang lazim digunakan untuk
peralatan air minum baik memakai standard SII, ISO standard 2531 dan lain – lain yang
mampu menerima tekanan kerja minimal seperti yang disyaratkan. Bend berfungsi untuk
membelokkan aliran air dengan radius besar.
2. Penawaran yang diajukan sudah termasuk perlengkapannya dan siap untuk disambung
dengan aksesoris lainnya.

C. Elbow
1. Elbow dari fitting yang ditawarkan harus memenuhi standard yang lazim digunakan
untuk peralatan air minum baik memakai standard SII, ISO standard 2531 dan lain – lain
yang mampu menerima tekanan kerja minimal seperti yang disyaratkan. Elbow berfungsi
sebagai pembelok aliran air dengan radius kecil.
2. Penawaran yang diajukan sudah termasuk perlengkapannya dan siap untuk disambung
dengan accessories lainnya.

3.15. Pekerjaan Paving Block

3.16.1. Material
Paving yang dipakai adalah paving press full colour dengan ukuran 20 x 20 tebal 6 cm
dan kekuatan tekan K-225 kg / cm2.

3.16.2.Toleransi Dimensi
1. Perbedaan ukuran paving rata-rata tidak lebih dari 2 mm setiap paving.
2. Kerataan permukaan masing-masing paving tidak lebih dari 0,3 mm.
3. Kemiringan permukaan untuk keperluan drainage dibuat rata-ratamaksimal 2% kearah
pembuangan kecuali pada tikungan menyesuaikan gambar.

30
4. Alur paving sesuai standar pabrik.
5. Ketebalan rata- rata minimal 6 cm.
6. Paving yang tidak memenuhi standar toleransi tidak diterima (ditolak).
7. Ukuran paving menyesuaikan dengan gambar rencana.

3.16.3.Pengujian contoh Paving block.


1. Contoh paving block yang akan dipasang kuat tekannya harus diuji terlebih dahulu
dilaboratorium yang direkomendasikan oleh Direksi.
2. Contoh Paving yang diuji adalah yang akan dipasang di lapangan di ambil secara
acak.
3. Setiap kurang lebih 30 m2 paving block yang akan dipasang harus diwakili 1 buah
benda uji untuk pengetesan kuat tekan.
4. Jumlah benda uji paving keseluruhan minimal 10 buah.
5. Penyerapan Air dari paving juga perlu diuji sehingga didapat penyerapan air rata-rata
maksimal 6%.
6. Paving block dan kansteen cetak yang tidak memenuhi persyaratan kuat tekan
berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, tidak akan diterima (ditolak).

3.16.4. Pelaksanaan
1. Sebelum pemasangan paving harus dipastikan bahwa tanah bagian bawah sudah padat
dan dihampar pasir.
2. Sebelum pemasangan paving bagian bawahnya harus diurug pasir dengan ketebalan tidak
boleh kurang dari 10 cm.
3. Pemasangan paving harus rata, tidak bergelombang, siar paving harus lurus.
4. Permukaan paving harus bersih dari bekas-bekas semen dan kotoran lainnya.

3.16. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemasangan Pipa HDPE Serta Aksesorisnya


1. Umum
a. Pipa Polyethylene yang didefinisikan dalam spesifikasi ini adalah untuk
mendistribusikan air minum (Potable Water).
b. Pipa akan digunakan dalam system yang beroperasi pada tekanan pengukur hingga
6.3 Bar, 8 Bar, 10 Bar, 12.5 Bar, 16 Bar.
c. Temperatur air dan temperatur dalam tanah pada kedalaman pipa akan berkisar
200C – 300C pada sebagian besar lokasi.
d. Pipa Polyethylene (PE) adalah pipa yang dibuat secara extrusi dari bahan
polyethylene yang terdiri dari antioksidan, stabilitas UV dan pigmen.

31
2. Standard
Pipa HDPE dan accessoriesnya berwarna hitam ( pipa untuk air ) harus sesuai dengan
standard internasional yang ada dan kualitas minimum sama dengan standard
spesifikasi yang dibutuhkan.
Standard yang diterima :
SNI 06-4829-2005 2005 Pipa Polyethylene untuk air minum
ISO 4427 1996 Pipa Polyethylene untuk supply air minum
ISO 12162 1995 Material (bahan baku) thermoplastic untuk pipa
dan fitting betekanan.
Standard lainnya yang sama atau lebih baik mutunya.

3. Material Perpipaan
a. Pengaturan Kerja
Semua pekerjaan harus dilakukan secara cermat dan lengkap dengan mengikuti
cara terbaik (modern) serta sesuai dengan spesifikasi teknik. Semua pekerjaan
dikerjakan oleh tenaga ahli, dan bilamana mungkin, semua bagian harus tepat
sesuai standard dimensi untuk memudahkan pemindahan dan perbaikan. Pekerjaan
mesin harus dilakukan oleh pekerja ahli dan mengikuti cara terbaik dan praktis
untuk peralatan yang ada spesifikasi.
b. Syarat-Syarat Material Perpipaan
Untuk material pipa HDPE yang ditawarkan, rekanan harus melengkapi dokumen
penawarannya.
 Brosur Asli
 Certificate ISO Pabrik Pipa
 Surat Dukungan Pabrik
Sedangkan untuk fitting dan accessories pipa seperti gate-valve dan sebagainya,
rekanan cukup melengkapi brosur-brosur. Untuk menjamin kesesuain pipa dengan
spesifikasi teknis yang disyaratkan, maka akan dilakukan pre-delivery inspection
sebelum pipa dikirim ke lokasi pekerjaan.
Tenaga ahli mengadakan peninjauan barang terlebih dahulu sebelum barang
dikirim dari pabrik supplier atau dari pabrik sub-kontraktor, dan supplier atau sub-
kontraktor harus mengajukan dan menyiapkan fasilitas untuk tenaga ahli tersebut
atau wakilnya yang ditunjuk untuk peninjauan tersebut. Peninjauan atau
persetujuan oleh tenaga ahli untuk segala peralatan dan material tidak akan lepas
dari kewajiban supplier dalam kontrak ini.

32
4. Ketentuan Khusus Untuk Pipa HDPE
Material yang digunakan adalah memenuhi Standard Industri ISO 4427 dan SNI 06-
4829-2005 untuk air minum atau digunakan standard lain yang sama atau lebih baik
mutunya. Pipa HDPE yang ditawarkan harus dapat memikul tekanan kerja minimum
sebesar 10 kg/cm2 (10 bar) baik dalam standard SII ataupun standard yang memenuhi
persyaratan untuk pipa air minum.
Pipa HDPE yang harus diadakan adalah pipa HDPE yang mempunyai hubungan
diameter pipa dan ketebalan pipa (SDR : Standard Dimension Ratio) 17, Class PE 100
yang mempunyai tekanan kerja minimal 10 bar. Pipa HDPE 100 harus mempunyai
nilai kekuatan / tegangan minimum yang diijinkan (MRS = Minimum Required
Strenght) untuk PE 100 pada temperatur 200C selama 50 tahun sebesar ≥ 10 Mpa
(N/mm2).

Table Dimensi Pipa PDPE : SDR 17, Class PE 100 PN 10 Bar


Diameter Luar Tebal Dinding Minimum
(mm) (mm)
110 6,60
125 7,40
140 8,30
160 9,50
180 10,70
200 11,90
225 13,40
250 14,80
280 16,60
315 18,70
355 21,10
400 23,70
450 26,70
500 29,60
630 37,20
710 42,10

5. Penandaan Pipa
Penandaan pada batang pipa, sekurang-kurangnya mencantumkan :
a. Nama Pabrik pembuat atau merek dagang
b. Dimensi luar pipa
c. Tekanan kerja nominal
d. Jenis material yang digunakan
33
e. Seri Pipa
f. Tanggal produksi

6. Pemeliharaan Pipa
Untuk menjamin kemudahan dalam hal pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan,
penyedia jasa harus :
a. Mempunyai sendiri mesin Butt Welding untuk mempermudah pemeliharaan
sambungan pipa HDPE.
b. Mempunyai tenaga ahli dalam perpipaan HDPE dan penyambungannya yang
ditunjukkan dengan Sertifikat Welder yang dikeluarkan oleh produsen HDPE.

7. Penyambungan Pipa
a. Umum
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara pemanasan yaitu dengan
menggunakan Butt Fusion dan sambungan Electrofusion, atau dengan Mechanical
Joint.
b. Peralatan Penyambungan
 Generator digunakan untuk mengalirkan daya listrik kepada plat pemanas,
pemotong dan pompa hidrolik.
 Mesin butt-fusion dilengkapi dengan pengencang pipa, pemotong atau
penyayat, plat pemanas, pompa hidrolik dan pengatur waktu.
 Roda penyangga pipa.
 Tanda pengelasan.
 Cleaning material, lint free cotton cloth or paper towel.
 Bead gauge.
 Digital thermometer with surface probe to check heater plate.
 Pipe and covers.
 Baseboard.
 Pipe cutters.
 Air temperatur thermometer.
 Indelible marker pen.
 Timer.
 Alat pembersih, kain katun atau handuk kertas (tissue).
 Alat ukur sambungan.
 Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
 Pipa dan penutupnya.
 Papan landasan.

34
 Pemotong pipa.
 Thermometer temperatur udara.
 Spidol putih.
 Alat pencatat waktu.
c. Metode Penyambungan
 Pemeriksaan Awal
Sebelum dimulainya pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
 Adanya bahan bakar yang cukup di generator dan dalam keadaan benar-benar
berfungsi sebelum dihubungkan ke mesin.
 Perlengkapan mesin dan pompa berfungsi dengan baik.
 Plat pemanas dalam keadaan bersih dan lakukan pembersihan apabila
sebelumnya sudah digunakan.
 Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan dilakukan.
 Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
 Anda harus mengetahui langkah-langkah penyambungan yang benar dan pipa
yang akan disambung.
 Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungkan plat pada
sumber listrik dan biarkan selama 20 menit pada kondisi temperatur yang
disarankan).
 Periksa dan pastikan bahwa pipa-pipa dan atau fitting yang akan disambung
mempunyai ukuran diameter, SDR dan bahan yang sama.
 Sambungan Percobaan
Meskipun pencucian plat pemanas dapat menghilangkan kotoran yang
tertinggal, akan tetapi partikel kecil daripada debu seringkali masih ada. Untuk
membersihkannya diperlukan pembuatan sambungan percobaan pada tiap sesi
penyambungan, dimana ketika temperatur plat mulai menurun atau di bawah
1800C, atau pada saat adanya perubahan ukuran pipa yang akan disambung.
Percobaan dapat dibuat dengan menggunakan potongan pipa dengan ukuran,
SDR dan bahan yang sama. Hal ini bukan untuk membuat sambungan. Prosedur
tersebut dapat dihentikan setelah proses pemanasan tercapai.
 Prosedur Penyambungan
 Tempatkan pipa pada penjepit (clamp) dimana ujung pipa berhadapan dengan
plat pemotong dalam posisi lurus.
 Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
 Kencangkan penjepit (clamp) untuk memegang dan membulatkan kembali
pipa.

35
 Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh
masuknya udara ke bagian dalam pipa.
 Nyalakan alat pemotong dan geserkan penjepit pipa secara perlahan sehingga
ujung pipa tepat berhadapan dengannya sampai terjadinya pemotongan
permukaan pipa yang kontinyu.
 Jaga agar alat pemotong tetap menyala sementara penjepit (clamp) dibuka
untuk menghindari terjadinya pemotongan permukaan yang tidak rata.
 Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan bersinggungan dengan
permukaan pipa.
 Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa dan dilarang menyentuh
permukaan yang sudah dipersiapkan.
 Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata. Jika tidak, ulangi proses
pemotongan.
 Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara permukaan
potongan.
 Buka dan kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakkan pipa bersama-sama secara hidrolik.
Tekanan tarik adalah ukuran tekanan minimal yang dibutuhkan untuk mengatasi
gaya gesek akibat tarikan kerja mesin dan berat pipa/fitting yang sedang
disambung.
Catatan : Tekanan tarik (kPa) harus diperkirakan secara tepat sebelum pembuatan
sambungan dan harus ditambahkan tekanan ram dasar yang ditunjukkan pada
mesin.
(Apabila yang digunakan mesin adalah otomatis, maka pekerjaan ini akan
terlaksana secara otomatis).
 Pindahkan lempengan pemanas dari tempat pelindungnya. Periksa bahwa plat
tersebut bersih dan baik suhunya.
 Tempatkan alat pemanas pada mesin dan tutup klem supaya bagaian
permukaan yang akan disambung menyetuh lempengan. Gunakan system
hidrolik dengan menggunakan tekanan yang ditentukan sebelumnya.
 Setelah lelehan awal muncul, tekanan pada system hidrolik harus dilepas
supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian sampai
pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu pemanasan. Periksa bahwa pipa
tidak bergeser posisinya di klem dan ujung pipa harus terus dijaga agar tetap
kontak dengan plat pemanas.

36
 Setelah pemanasan selesai, buka klem dan pindahkan plat pemanas, pastikan
bahwa plat tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
 Segera tutup klem (dengan 8 – 10 detik dari pemindahan plat) dan rekatkan
permukaan yang sudah meleleh bersama pada tekanan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
 Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal sampai yang
diindikasikan pada table.
 Setelah itu pipa yang disambung dapat dipindahkan dari mesin tetapi tidak
boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu pendinginan di
atas.
 Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragamannya dan cek bahwa
lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan.
 Parameter Butt Fusion
Parameter ini harus digunakan sebagai pembimbing ke butt fusion dari pipa
polyethylene yang menggunakan SNI 06-4829-2005 sebagai bahan dasarnya.

8. Pengujian Tekanan Hydrostatic


a. Umum
 Pipa yang telah dipasang harus ditest/diuji pada setiap sambungannya untuk
diketahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna.
 Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan oleh
Konsultan dan Direksi. Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil
pengetesan belum mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan
pengetesan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari
panjang pipa dengan panjang pipa untuk tiap kali pengetesan sesuai dengan
standar.
 Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal pipa yang diuji.
 Pengetesan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
 Hydrostatic Pressure Test
 Leakage Test
 Segala biaya untuk pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Hydrostatic Pressure Test
 Umum
 Setelah pipa dipasang dan sebagian telah diurug, pada pipa tersebut harus
dilakukan pengujian tekanan hidrostatis (hydrostatic pressure test).
37
 Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disediakan oleh
Kontraktor.
Cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan Konsultan dan
Direksi.
 Pelaksanaan Pengujian
 Sebelum dilaksanakan pengujian, semua udara harus dikeluarkan dari dalam
pipa dengan cara mengisi pipa dengan air sampai penuh. Bila pada jalur pipa
yang diuji tidak terdapat valve pembuangan udara (air valve), Kontraktor
dapat memasang kran pembuang udara pada tempat yang disetujui Konsultan
dan Direksi.
 Setelah udara habis terbuang dari dalam pipa, kran pembuang udara ditutup
rapat-rapat dan kemudian pengujian dapat dilakukan.
 Saat-saat dilaksanakan pengujian, semua kran-kran harus dalam keadaan
tertutup.
 Seluruh biaya pengujian ini dibebankan pada Kontraktor dan sudah termasuk
dalam harga penawaran pipa.

9. Pengurasan Pipa
Kontraktor harus mencuci semua pipa yang sudah selesai dipasang. Air yang dipakai
untuk mencuci pipa tersebut adalah air bersih (potable) yang disetujui Konsultan dan
Direksi.
Pengurasan dilaksanakan mulai dari hulu pipa yang sudah dipasang dan dibuang ke
saluran-saluran drainage, secara berangsur-angsur segala kotoran-kotoran yang ada
dalam pipa dibersihkan.

10. Accessories (KelengkapanPipa)


Pemasangan accessories yaitu katup-katup, katup-katup udara, wash out, fitting-
fitting, dan lain-lain akan menerima perhatian sama seperti pada pemasangan pipa,
terutama mengenai pembersihan dudukan, cara penyambungan dan instruksi-instruksi
pabrik pembuatnya. Katup-katup yang terletak di bawah tanah untuk pipa yang
letaknya horizontal, maka katup-katup didudukan beton agar jangan terjadi retak pada
pipa akibat berat katup itu sendiri.
Katup-katup harus dilengkapi dengan “spindle”, rumah katup dan tutup rumah katup
sesuai dengan tipikal gambar detail. Rumah katup dan tutup rumah katup akan
terpasang hingga dapat berfungsi baik, bebas dari kotoran-kotoran dan gangguan
terhadap mekanismenya. Setiap katup yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya
setelah pemasangan akan diperbaiki atas biaya Kontraktor.

38
a. Air Valve
 Semua valve harus punya spesifikasi ukuran.
 Semua valve harus dilengkapi nama produk, tekanan kerja, ukuran/diameter,
dan arah aliran pada setiap badan valves.
 Valve terbuat dari ductile iron atau cast ironklass tinggi, ckram dengan dudukan
nikel atau stainless. Cakram alternatif dengan lapisan plastic atau karet yang
menutup penuh semua permukaan. Tangkai valve harus dari stainless steel.
Komponen yang lain bias dari gunmetal, aluminium, kuningan atau nikel
tembaga dengan campuran 5% dari seng.
 Dudukan valve harus bias kokoh sempurna dicelah bagian badan valve atau
kokoh sempurna pada bagian tembereng lingkaran, atau dengan cara lain
terletak sempurna pada badan vavle dan aman terikat pada posisinya. Semua
bagian, baut, mur, dan ring (washer) untuk pengikat sempurna dibagian dalam
valve harus terbuat dari stainless steel.
 Semua valve direncanakan sesuai dengan tekanan kerja yang disyaratkan.
 Supplier harus menyerahkan shop drawing (gambar rencana kerja) ke tenaga
ahli yang ditunjuk untuk mendapat persetujuan direksi.
b. Check Valve
 Check valve harus mampu menahan tekanan akibat aliran balik dalam pipa
(water hammer).
 Setiap check valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dengan dilengkapi
dudukan karet, cakram (disc), tangkai valve, dan mekanisme operasi.
 Mekanisme pengopersian untuk operasi manual harus bias terkunci sendiri
tanpa bias mengubah posisi cakram yang telah diset akibat tekanan air atau
getaran.
 Permukaan luar seluruh bagian valve dari besi harus dilindungi oleh polyamide
cured epoxy resin yang sesuai dan aman untuk digunakannpada air minum.
c. Gate Valve
 Gate valve harus bias menutup rapat tanpa ada celah sesuai dengan standar.
 Gate valve adalah tipe non-rising stem dan harus dilengkapi dengan alat
pengatur (hand whells, operating nuts) sesuai spesifikasi. Operator harus bisa
melihat pada arah mana untuk mengatur posisi/membuka valve.
 Kandungan besi bagian dalam harus dilindungi/dilapisi cat dengan
polyamidecured epoxy resin, yang aman dan sesuai untuk air minum.

39
 Semua valve diameter 50 mm dan yang lebih besar memakai hubungan flens.
Valves dan stop cocks untuk pipa diameter 40 mm ke bawah memakai
hubungan ulir.
Kontraktor harus mengajukan accessories pipa kepada Konsultan dan Direksi
untuk mendapat persetujuan sebelum memesan atau mengadakan barang tersebut.

11. Pelintasan
Perlintasan sungai, selokan, jalan supaya dilaksanakan supaya sesuai typical gambar
detail yang ada. Pemasangan pipa, accessories dan fitting-fitting pada perlintasan ini
benar-benar harus dilaksanakan dengan baik dan juga seluruh pekerjaan lain yang
mungkin diperlukan yang dijumpai sewaktu peninjauan di lapangan. Semua biaya-
biaya ini sudah harus diperhitungkan dan dimasukkan dalam biaya penawaran harga.

12. Cara Pembayaran


Cara pembayaran atau progress kemajuan fisik yang dicapai berdasarkan aktivitas
sebagai berikut :
a. Pengangkutan ke lapangan 60%
b. Pemasangan di lapangan 30%
c. Uji coba 10%
Terhadap item pekerjaan itu sendiri

13. Hal-Hal Lain Yang Belum Jelas


a. Untuk pemasangan di lapangan agen pipa wajib menyiapkan tenaga ahli
pemasangan pipa HDPE yang bersertifikat.
b. Hal-hal lain yang belum jelas dan belum ditetapkan akan diatur dan dijelaskan
pada pemberian penjelasan/aanwijzing.

3.17. Pekerjaan Penyelesaian

1. Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah :


a. Perbaikan-perbaikan kecil terhadap bagian dari bangunan yang kurang sempurna
dengan nilai pekerjaan setinggi-tingginya 1% harga jual pekerjaannya dan bukan
pekerjaan pokok.
b. Pembersihan kembali lapangan kerja dari sisa-sisa bahan/ peralatan kerja.

2. Selama masa pemeliharaan, kontraktor diwajibkan untuk :


a. Membongkar barak kerja / gudang bahan dan membersihkannya.
b. Memperbaiki bangunan-bangunan setempat yang rusak sehubungan dengan
pelaksanaan/ kegiatan pekerjaan. Termasuk railling jembatan, duiker/ gorong-gorong
yang rusak akibat kendaraan-kendaraan kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan.

40
3. Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan/diperbantukan dikembalikan setelah
sebelumnya diservice/diperbaiki sebagai-mana keadaan pada waktu penyerahan dari
proyek.

3.18. Volume Pekerjaan Tambah Dan Kurang (Meer And Miner Work)

1. Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai pengurangan apabila :


a. Atas instruksi tertulis dari Direksi Pekerjaan, mengingat pertimbangan
teknis/konstruksi, bagian pekerjaan/ jenis pekerjaan tidak perlu dikerjakan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang menyebabkan/diperlukan penyesuaian/perubahan
konstruksi sehingga menimbulkan pengurangan volume pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

2. Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai penambahan apabila :


a. Atas instruksi dari Direksi Pekerjaan secara tertulis, mengingat pertimbangan
teknis/konstruksi dipandang perlu dilaksanakan suatu tambahan pekerjaan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang memerlukan penyesuaian/perubahan konstruksi dan
akan menimbulkan penambahan biaya, dengan instruksi tertulis dari Direksi
Pekerjaan.

3. Terhadap hal tersebut di atas akan diperhitungkan sebagai biaya kurang/tambah.


Perhitungan biayanya didasarkan pada harga satuan yang tercantum dalam Rencana
Anggaran Biaya Penawaran atau Rencana Anggaran Biaya Negosiasi yang ada.

4. Dalam hal di dalam Rencana Anggaran Biaya tidak tercantum harga satuannya, akan
dihitung berdasarkan harga bahan dan upah yang terlampir pada surat penawaran dan
dihitung sesuai dengan analisa pekerjaan yang berlaku.

5. Sehubungan dengan adanya banjir besar, maka kemungkinan terjadi :


a. Pekerjaan rusak
b. Peralatan hanyut atau tertimbun
Terhadap hal di atas perlu diuji/dikaji dengan hasil pemeriksaan terhadap kejadian force
majeure yang dilakukan bersama pihak proyek dan pelaksana/kontraktor.

3.19. Jaminan Teknis

1. Pekerjaan Kurang Sempurna


Pekerjaan yang kurang sempurna berdasarkan pemeriksaan direksi/Tim Pemeriksa
Proyek, kontraktor harus memperbaiki ataupun mengulangi pekerjaan tersebut hingga
memenuhi syarat. Biaya perbaikan/pengulangan pekerjaan ini menjadi tanggungan
kontraktor.

41
2. Pasca Konstruksi
Meskipun pekerjaan sudah diterima dengan baik pada penyerahan pekerjaan II,
kontraktor masih bertanggung jawab teknis terhadap konstruksi (jaminan teknis) selama 5
(lima) tahun. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, Pasal 25 ; Keppres Nomor 80 Tahun 2003, Pasal 36)

3.20. Meninggalkan Tempat Kerja

1. Direksikeet selama pemeliharaan menjadi tanggungan kontraktor untuk menjaganya.


2. Sebelum melaksanakan kegiatan, kontraktor wajib memberitahu Pemda setempat
demikian pula pada waktu kontraktor telah menyelesaikan seluruh pelaksanaan
pekerjaan.
3. Sebelum meninggalkan lokasi dimaksud, jalan kerja harus sudah dibenahi, bekas-bekas
bongkaran diangkut ke luar lokasi kegiatan.

Mengetahui/Menyetujui
PPK Danau Situ dan Embung
Balai Wilayah Sungai Bali-Penida

Gede Bina Yudha, ST.


NIP. 19690909 200604 1 005

42

Anda mungkin juga menyukai