1
DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2007
PRAKATA
Dalam rangka mensukseskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
perwujudan hak azasi manusia, layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus perlu
lebih ditingkatkan.
Selama ini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus lebih banyak di selenggarakan secara
segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Sementara itu
lokasi SLB dan SDLB pada umumnya berada di ibu kota kabupaten, padahal anak-anak
berkebutuhan khusus banyak tersebar hampir di seluruh daerah (Kecamatan/Desa). Akibatnya
sebagian anak berkebutuhan khusus tersebut tidak bersekolah karena lokasi SLB dan SDLB
yang ada jauh dari tempat tinggalnya, sedangkan sekolah umum belum memiliki kesiapan
untuk menerima anak berkebutuhan khusus karena merasa tidak mampu untuk memberikan
pelayanan kepada ABK di sekolahnya.
Untuk itu perlu dilakukan terobosan dengan memberikan kesempatan dan peluang kepada
anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK), yang disebut “Pendidikan Inklusif”. Untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam implementasi pendidikan inklusif, maka
pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa menyusun naskah Prosedur
Operasi Standar Pendidikan Inklusif Selanjutnya, dari naskah ini dikembangkan ke dalam
beberapa pedoman yang terdiri atas:
1. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
2. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:
1) Pedoman Khusus Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
2) Pedoman Khusus Pengembangan Kurikulum.
3) Pedoman Khusus Kegiatan pembelajaran.
4) Pedoman Khusus Penilaian.
5) Pedoman Khusus Manajemen Sekolah.
6) Pedoman Khusus Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik.
7) Pedoman Khusus Pemberdayaan Sarana dan Prasarana
8) Pedoman Khusus Pemberdayaan Masyarakat.
9) Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling
3. Suplemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:
1) Model Program Pembelajaran Individual
2) Model Modifikasi Bahan Ajar
3) Model Rencana Program Pembelajran
4) Model Media Pembelajaran
2
5) Model Program Tahunan
6) Model Laporan Hasil Belajar (Raport)
Ekodjatmiko Sukarso
NIP. 130804827
3
KATA PENGANTAR
Kebijakan pemerintah dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
disemangati oleh seruan Internasional Education For All (EFA) yang dikumandangkan
UNESCO sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di Dakar, Sinegal Tahun
2000, penuntasan EFA diharapkan tercapai pada Tahun 2015.
Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa Pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga
negara untuk memperoleh pendidikan dan Pasal 32 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan
pendidikan layanan khusus.
Pendidikan terpadu yang ada pada saat ini diarahkan untuk menuju pendidikan inklusif
sebagai wadah yang ideal yang diharapkan dapat mengakomodasikan pendidikan bagi
semua, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus selama ini masih
belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan layaknya seperti anak-anak lain.
Sebagai wadah yang ideal, pendidikan inklusif memiliki empat karakteristik makna yaitu: (1)
Pendidikan Inklusif adalah proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara
merespon keragaman individu anak, (2) Pendidikan inklusif berarti memperoleh cara-cara
untuk mengatasi hambatan-hambatan anak dalam belajar, (3) Pendidikan inklusif membawa
makna bahwa anak mendapat kesempatan utuk hadir (di sekolah), berpartisipasi dan
mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya, dan (4) Pendidikan inklusiff
diperuntukkan bagi anak-anak yang tergolong marginal, esklusif dan membutuhkan layanan
pendidikan khusus dalam belajar.
Akses pendidikan dengan memperhatikan kriteria yang terkandung dalam makna inklusif
masih sangat sulit dipenuhi. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dalam melaksanakan
usaha pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus baru merupakan
rintisan awal menuju pendidikan inklusif. Sistem pendekatan pendidikan inklusif diharapkan
dapat menjangkau semua anak yang tersebar di seluruh nusantara.
Untuk itu, maka kebijakan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar bagi
anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan
”Pendidikan Inklusif”. Melalui pendidikan ini, penuntasan Wajib Belajar dapat
diakselerasikan dengan berpedoman pada azas pemerataan serta peningkatan kepedulian
terhadap penanganan anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus.
4
Sebagai embrio, pendidikan terpadu menuju pendidikan inklusif telah tumbuh diberbagai
kalangan masyarakat. Ini berarti bahwa tanggungjawab penuntasan wajib belajar utamanya
bagi anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus telah menjadi kepedulian dari berbagai
pihak sehingga dapat membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam mengakses
pendidikan melalui ”belajar untuk hidup bersama dalam masyarakat yang inklusif”.
Agar dalam pelaksanaan program pendidikan inklusif dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, maka Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa telah menyusun pedoman pendidikan inklusif.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku pedoman ini dan semoga buku ini dapat bermanfaat serta berguna
bagi semua pihak.
Direktur Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
5
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
Lampiran ………………………………………………………….
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia berbeda-beda bukan hanya dalam umurnya saja, tetapi juga
dalam warna kulit, karakteristik, kesenangan, kebiasaan, kemampuan,
minat, dan lain-lain, Bagi dunia pendidikan kenyataan ini mengharuskan
perlunya pendidik mempertimbangkan perbedaan-perbedaan peserta
didik ketika merencanakan, melaksanakan, dan menilai pendidikan,
Khusus peserta didik berkebutuhan khusus terdapat perbedaan
karakteristik dan kemampuan yang sangat unik baik di bidang akademik
maupun non-akademik. Implikasi dari perbedaan yang bervariasi dan
unik pada anak berkebutuhan khusus tersebut, maka agar potensinya
dapat berkembang secara optimal diperlukan bentuk layanan pendidikan
yang sesuai dengan kekhususannya. Bentuk layanan pendidikan tersebut
dapat menyangkut strategi, metode, media, sarana-prasarana dan
lainnya. Sistem layanan pembelajaran yang dapat mengakomodir sesuai
kebutuhan dan kemampuan siswa adalah program pembelajaran
individual (PPI). .
Penerapan program pembelajaran individual (PPI) pada peserta didik
berkebutuhan khusus sangat strategis, Snell (1983) mengemukakan
beberapa hal yang mendasari pengembangan program pembelajaran
individual (PPI) pada anak berkebutuhan khusus yaitu:
1. Anak berkebutuhan khusus dalam belajar berbeda dengan anak
normal, makin berat tingkat kecacatannya semakin komplek cara
belajarnya. Anak berkebutuhan khusus memerlukan modifikasi dan
rentang waktu yang berbeda dibandingkan dengan peserta didik yang
normal.
7
2. Sekolah bertanggung jawab memberikan keterampilan fungsional agar
supaya siswa dapat mandiri. Dengan demikian, diharapkan sekolah
dapat mengajarkan keterampilan fungsional yang dibutuhkan siswa
dalam menjalankan kehidupannya baik di sekolah, di rumah dan di
masyarakat.
3. Guru harus berhubungan dengan orangtua peserta didik di dalam
menjalankan program maupun evaluasi programnya..
4. Guru sangat berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Guru
juga harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa tujuan materi dalam
program pembelajaran individual (PPI) dapat diterima: praktis, efektif,
dan manusiawi.
5. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan pelayanan pendidikan
dengan prinsip-prinsip modifikasi perilaku.
B. DASAR
Pengakuan atas pentingnya perbedaan individual diperlukan baik dalam
sistem pendidikan yang sifatnya individual maupun yang sifatnya klasikal.
Bukan hanya siswa yang harus menyesuaikan diri kepada situasi dan
subtansi pendidikan, tetapi juga sistem pendidikan yang harus
menyesuaikan diri kepada kemampuan, kesulitan, kecepatan, dan minat
peserta didik. Artinya anak berkebutuhan khsusus tidak dipaksa
menguasai kompetensi yang di luar kemampuannya. Tetapi juga tidak
dikurung dalam bahan yang sudah ada karena ada sangkaan apriori
bahwa bahan berikutnya terlalu sukar, Anak berkebutuhan khusus juga
tidak ditarik-tarik mengajar temannya yang lebih pintar, tetapi juga tidak
didiamkan menunggu temannya yang lebih lambat. Siswa yang gagal
dalam suatu metode dan teknik mengajar belum tentu akan gagal ke
dalam metode dan teknik yang lain.
C. TUJUAN
8
Setelah membaca buku ini diharapkan pembaca memiliki persepsi yang
sama terhadap model program pembelajaran individual (PPI) bagi anak
berkebutuhan khusus.
D. PESERTA DIDIK
Peserta didik pendidikan inklusif adalah, anak normal maupun anak
berkebutuhan khusus (cacat fisik, intelektual, sosial, emosional, cerdas
dan/atau berbakat istimewa, daerah terpencil/terbelakang, suku terasing,
korban bencana alam/bencana sosial/miskin), mempunyai perbedaan
pangkat, warna kulit , gender, suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama,
tempat tinggal, kelompok politik, anak kembar, yatim, yatim piatu, anak
perdesaan, anak kota, anak terlantar, tuna wisma, anak terbuang, anak
yang terlibat dalam sistem pengadilan remaja, anak terkena derah konflik
senjata, anak pengemis, anak terkena dampak narkoba HIV/AIDS
(ODHA), anak nomaden, dll sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya.
.
9
BAB II
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)
A. PENGERTIAN
Program pembelajaran individual (PPI) adalah suatu program
pembelajaran yang disusun untuk membantu peserta didik yang
berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuannya. Program ini terbagi
atas dua (2) hal yaitu: Program jangka panjang dan program jangka
pendek. Pada program pembelajaran individual (PPI) mencakup kurikulum
dan penempatan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, serta
berbagai aspek yang terkait orang tua dan lembaga yang terkait
(Amin,1995).
Berdasarkan pengertian diatas pada dasarnya program pembelajaran
individual (PPI) merupakan suatu model layanan pembelajaran yang
dapat diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus yang belajar
bersama-sama dengan anak normal di sekolah reguler. Penyusunan
program pembelajaran individual (PPI) melibatkan guru, orang tua dan
para ahli yang terkait.
Program pembelajaran individual (PPI) merupakan suatu sistem yang
menyatakan di mana anak berada, ke mana tujuannya, bagaimana
mencapai tujuan itu, dan bagaimana menyatakan pencapaian tujuan
tersebut (Howard and Orlandsky, 1986: 51). Program pembelajaran
individual (PPI) adalah suatu program yang dikembangkan khusus
mencocokkan kemampuan dan kebutuhan anak berkebutuhhan khusus..
Rencana tersebut mencakup baik kurikulum bagi siswa, penempatan
siswa serta berbagai aspek lain yang terkait dan pendidikan yang
mengintegrasikan antara ilmu, agama, pandangan hidup dan seni
10
B. UNSUR PELAKSANA
C. KOMPONEN
11
program pembelajaran individual (PPI). Komponen baku terdiri dari :
informasi data siswa dan tingkat kemampuan siswa.
2) Check List berisi suatu daftar pertanyaan tentang keadaan diri siswa
yang perlu diisi oleh orangtua siswa seperti: (a) pengetahuan umum,
(b) kemampuan akademik, (c) bina komunikasi dan interaksi sosial,
(d) Masalah-masalah yang dihadapi peserta didik, (e) perilaku
peserta didik, (f) kemampuan bina diri, dan kemampuan senso-
motorik.
12
1) Nama :
2) Tempat/tanggal lahir :
3) Nama orangtua :
4) Alamat :
5) Telepon :
1) Sejarah kelahiran
13
Program pembelajaran individual (PPI) yang dibuat secara berkala
(3 bulan sekali), mencakup hasil identifikasi dan asesmen yang dirangkum
dalam suatu format komponen-komponen baku, meliputi:
14
didik Tunanetra, (2) Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama
untuk peserta didik Tunarungu, (3) Bina Diri untuk peserta didik
Tunagrahita Ringan dan Sedang, (4) Bina Gerak untuk peserta
didik Tunadaksa Ringan, (5) Bina Pribadi dan Sosial untuk peserta
didik Tunalaras, (6) Bina Diri dan Bina Gerak untuk peserta didik
Tunadaksa Sedang, dan Tunaganda, dan (7) Untuk peserta didik
dengan identifikasi dan klasifikasi Gifted potensi kecerdasan
istimewa), Talented Bakat istimewa – multiple intelegence),
Kesulitan belajar, Lambat belajar, Autis, Indigo membutuhkan
kegiatan yang bervariasi seperti: bina diri, bina pribadi dan sosial,
bina komunikasi, dan persepsi bunyi.
2. Unsur Pelaksana
15
3. Periode
4. Tujuan Umum
5. Sasaran Belajar
6. Aktivitas pembelajaran
7. Tanggal selesai
8. Evaluasi
D. MODEL
16
Bagian ini memaparkan contoh model profil peserta didik dan program
pembelajaran individual (PPI) untuk anak berkebutuhan khusus: (Contoh 1
dan contoh 2.).
:
Contoh 1 :
Model Profil Peserta Didik
a. a. Nama : Ananda
e. Diagnosa : Autism
2. Data Orangtua
d. Telepon : 021-7872019
17
c. Alamat : Jl. Kampung Utan No 5
d. Telepon : 021-4567890
b. Sejarah kelahiran
Lahir pada jam 3 dini hari setelah mengalami kontraksi selama 17 jam.
Proses kelahiran normal dengan induksi karena tidak mengalami
kemajuan pembukaan. Setelah itu proses persalinan berjalan lancar,
bayi lahir dengan berat 2,8 kg dan tinggi 45 cm.
c. Sejarah kesehatan
18
selama 7 bulan. Setelah itu mulai sedikit demi sedikit diganti dengan
susu hypo-allergenic yang merupakan susu untuk anak yang
mengalami alergi sampai usia 1 tahun. Secara bertahap diganti juga
dengan susu biasa.
19
setelah menjalani Speech Therapy sekarang ini Ananda bisa berbicara
dengan lancar walaupun bunyi r dan s kurang jelas.
Ananda masuk TK usia 5 tahun. Setiap hari sekolah Ibu Ananda harus
mendampingi di luar kelas karena apabila sewaktu-waktu ada laporan
dari guru, Ibu Ananda merasa berkewajiban untuk membantu. Sesekali
ibu Ananda menemani Ananda di dalam kelas apabila Ananda
memunculkan perilaku yang membuat keadaan kelas tidak kondusif.
Hasil asesmen dan identifikasi yang dilakukan oleh profesi ahli, misalnya
psikolog, dokter anak, psikiater.
20
mengikuti pelajaran akademis, sebaiknya materi ajaran dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan si A.
Contoh 2.
Nama :Ananda
Kelas :Kelas 1
Tahun Ajaran:2006-2007
Diagnosa :Autistik
Periode :Juli-Agustus 2006
a. Unsur Pelaksana
b. Tingkat Kemampuan
1. Akademik
Membaca: A mengenal huruf alfabet tapi belum bisa
merangkainya dalam 1 suku kata atau bacaan tertentu.
Berhitung: A bisa mengucapkan hitungan 1-10 dan menunjukkan
angka apabila disebutkan. A masih melakukan kesalahan hitung
pada benda-benda sehingga ada benda yang terlewat dan jumlah
yang disebutkan tidak tepat sesuai dengan jumlahnya.
2. Non-Akademik
21
Perilaku berteriak-teriak sambil menutup telinga dan berputar-
putar keliling ruangan masih muncul setiap hari sedikitnya 2 kali. Hal
ini terjadi apabila Ananda merasa tugas terlalu sulit, ada perubahan
guru yang mengajar, atau harus berpindah ruangan untuk pelajaran
seni.
.Belum terbiasa dengan rutinitas kelas, terutama yang berkaitan
dengan menyimpan tas, meletakkan buku komunikasi di meja guru,
kemudian duduk di karpet. A cenderung berjalan-jalan keliling kelas,
melakukan hal-hal tersebut setelah diingatkan oleh guru kelas atau
co-teacher.
Untuk interaksi sosial, A cenderung menghindari kontak mata.
Belum menjawab pertanyaan sapaan dengan spontan.
.
E. LAPORAN PERKEMBANGAN
Merupakan penjabaran mengenai kondisi peserta didik selama
pelaksanaan program, kendala yang dihadapi, kesesuaian metode yang
digunakan, keberhasilan ataupun kegagalan program yang dialami.
Laporan perkembangan PPI dilaksanakan dalam periode program
tertentu (paling sedikit 3 bulan sekali) yang tujuannya adalah untuk
melihat sejauh mana perkembangan peserta didik, efektivitas
perencanaan, dan pelaksanaan program.
Apabila hasil laporan perkembangan program pembelajaran
individual (PPI) menunjukkan peserta didik tidak mencapai target yang
direncanakan maka dilakukan hal-hal seperti berikut :
1. Menentukan faktor penyebab tidak tercapainya target
yang direncanakan (faktor metode, faktor peserta didik atau alokasi
waktu yang tidak sesuai).
22
2. Menyusun program pembelajaran individual (PPI) baru
berdasarkan faktor penyebab yang sudah diketahui.
23
BAB III
PELAKSANAAN
B. Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan program pembelajaran
individual (PPI) ini adalah untuk kemajuan peserta didik berkebutuhan
khusus merupakan program yang dilaksanakan secara holistik dengan
pendekatan di berbagai bidang, seperti bidang edukasi, psikologis, dan
medikamentosa. Perlu juga adanya koordinasi yang intensif antara pihak
sekolah maupun dari pihak orangtua. Yang perlu diperhatikan agar
pelaksanaan program pembelajaran individual (PPI) berhasil, adalah:
Pendekatan yang holistik sangat membantu pelaksanaan program.
Adanya kesadaran dari orangtua dan guru bahwa anak merupakan
manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sekecil
apapun kemajuan yang dicapai oleh anak harus dikenali dan
dihargai pencapaiannya. Sebaliknya, apabila ada kemunduran
24
perkembangan dari kemampuan anak semula, harus diterima
dengan lapang dada dan dicari cara untuk mengantisipasinya.
Lingkungan sekolah yang sesuai baik lingkungan fisik maupun
lingkungan psikologis.
Pengadaan fasilitas pendukung seperti tersedianya media
pembelajaran yang sesuai.
Pengetahuan yang selalu mutakhir dalam menangani anak, dapat
dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan training.
adanya kerjasama yang baik antara seluruh unsur pelaksana yang
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran siswa yang
tertuang dalam program pembelajaran individual (PPI).
seluruh program yang dituangkan dalam program pembelajaran
individual (PPI), seperti tujuan yang diharapkan dan metode
pembelajarannya, dilaksanakan dengan konsisten dan seragam
oleh semua unsur pelaksananya sehingga program yang
dirumuskan dapat dievaluasi.
Dukungan dari seluruh pihak, mencakup pihak sekolah, pihak
orangtua, dan pihak pemerintah.
C. Faktor Penghambat
Kesulitan mengadakan pertemuan yang melibatkan seluruh
unsur yang terlibat karena keterbatasan waktu dan kesibukan semua
pihak.
Sebaiknya menjalankan program secara tuntas dan
berkesinambungan. Program yang terputus di tengah jalan biasanya
akan menghambat kemajuan perkembangan anak.
Kemampuan guru yang bervariasi dalam membentuk dan
menentukan program juga dalam evaluasinya.
25
D. Contoh Pelaksanaan
Group teaching
26
Dalam kelompok siswa biasa, terkadang ditemukan beberapa siswa yang
mengalami kesulitan akademik pada mata pelajaran tertentu. Untuk
membantu memahami pelajaran dengan lebih baik, sekolah menyediakan
kelas remedial yang disupervisi oleh seorang guru bidang studi yang
bersangkutan.
27
area pembelajaran serta metode yang dituangkan dalam program
pembelajaran individual (PPI) masing-masing siswa.
28
Program Belajar
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang ditetapkan oleh
pemerintah. Namun dalam penyelenggraan pendidikan, terutama dalam
memperkaya metode pengajaran, dilakukan inmprovisasi sesuai dengan
situasi dan kondisi sekolah Namun materi pembelajaran tetap mengacu
dan berdasar pada ketetapan pemerintah.
29
progresif dan fleksibel dengan memperhatikan penanganan yang paling
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
30
DAFTAR PUSTAKA
31