Anda di halaman 1dari 27

SUPLEMEN

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

MODEL RENCANA PROGRAM


PEMBELAJARAN
(RPP)

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA


DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2007

1
PRAKATA

Dalam rangka mensukseskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
perwujudan hak azasi manusia, layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus perlu lebih
ditingkatkan.
Selama ini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus lebih banyak di selenggarakan secara
segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Sementara itu
lokasi SLB dan SDLB pada umumnya berada di ibu kota kabupaten, padahal anak-anak
berkebutuhan khusus banyak tersebar hampir di seluruh daerah (Kecamatan/Desa). Akibatnya
sebagian anak berkebutuhan khusus tersebut tidak bersekolah karena lokasi SLB dan SDLB yang
ada jauh dari tempat tinggalnya, sedangkan sekolah umum belum memiliki kesiapan untuk
menerima anak berkebutuhan khusus karena merasa tidak mampu untuk memberikan pelayanan
kepada ABK di sekolahnya.
Untuk itu perlu dilakukan terobosan dengan memberikan kesempatan dan peluang kepada anak
berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK), yang disebut “Pendidikan Inklusif”. Untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam implementasi pendidikan inklusif, maka pemerintah melalui Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa menyusun naskah Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusif
Selanjutnya, dari naskah ini dikembangkan ke dalam beberapa pedoman yang terdiri atas:
1. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
2. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:
1) Pedoman Khusus Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
2) Pedoman Khusus Pengembangan Kurikulum.
3) Pedoman Khusus Kegiatan pembelajaran.
4) Pedoman Khusus Penilaian.
5) Pedoman Khusus Manajemen Sekolah.
6) Pedoman Khusus Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik.
7) Pedoman Khusus Pemberdayaan Sarana dan Prasarana
8) Pedoman Khusus Pemberdayaan Masyarakat.
9) Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling
3. Suplemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:
1) Model Program Pembelajaran Individual
2) Model Modifikasi Bahan Ajar
3) Model Rencana Program Pembelajran
4) Model Media Pembelajaran
5) Model Program Tahunan
6) Model Laporan Hasil Belajar (Raport)

Jakarta, April 2007


Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Ekodjatmiko Sukarso
NIP. 130804827

2
KATA PENGANTAR

Kebijakan pemerintah dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
disemangati oleh seruan Internasional Education For All (EFA) yang dikumandangkan UNESCO
sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di Dakar, Sinegal Tahun 2000,
penuntasan EFA diharapkan tercapai pada Tahun 2015.

Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa Pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga
negara untuk memperoleh pendidikan dan Pasal 32 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan pendidikan
layanan khusus.

Sedang pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus dilandasi pernyataan
Salamanca Tahun 1994. Pernyataan Salamanca ini merupakan perluasan tujuan Education Fol
All dengan mempertimbangkan pergeseran kebijakan mendasar yang diperlukan untuk
menggalakkan pendekatan pendidikan inklusif. Melalui pendidikan inklusif ini diharapkan sekolah–
sekolah reguler dapat melayani semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan
pendidikan khusus. Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif yang
melayani Penuntasan Wajib Belajar bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan terpadu yang ada pada saat ini diarahkan untuk menuju pendidikan inklusif sebagai
wadah yang ideal yang diharapkan dapat mengakomodasikan pendidikan bagi semua, terutama
anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus selama ini masih belum terpenuhi haknya
untuk memperoleh pendidikan layaknya seperti anak-anak lain. Sebagai wadah yang ideal,
pendidikan inklusif memiliki empat karakteristik makna yaitu : (1) Pendidikan Inklusif adalah
proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara merespon keragaman individu
anak, (2) Pendidikan inklusif berarti memperoleh cara-cara untuk mengatasi hambatan-hambatan
anak dalam belajar, (3) Pendidikan inklusif membawa makna bahwa anak mendapat kesempatan
utuk hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam
hidupnya, dan (4) Pendidikan inklusif diperuntukkan bagi anak-anak yang tergolong marginal,
esklusif dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.

Akses pendidikan dengan memperhatikan kriteria yang terkandung dalam makna inklusif masih
sangat sulit dipenuhi. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dalam melaksanakan usaha
pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus baru merupakan rintisan awal
menuju pendidikan inklusif. Sistem pendekatan pendidikan inklusif diharapkan dapat menjangkau
semua anak yang tersebar di seluruh nusantara.

Untuk itu, maka kebijakan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar bagi anak
yang memerlukan layanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan ”Pendidikan
Inklusif”. Melalui pendidikan ini, penuntasan Wajib Belajar dapat diakselerasikan dengan
berpedoman pada azas pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap penanganan anak
yang memerlukan layanan pendidikan khusus.

Sebagai embrio, pendidikan terpadu menuju pendidikan inklusif telah tumbuh diberbagai kalangan
masyarakat. Ini berarti bahwa tanggungjawab penuntasan wajib belajar utamanya bagi anak
yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus telah menjadi kepedulian dari berbagai pihak

3
sehingga dapat membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam mengakses pendidikan
melalui ”belajar untuk hidup bersama dalam masyarakat yang inklusif”.

Agar dalam pelaksanaan program pendidikan inklusif dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, maka Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa telah menyusun pedoman pendidikan inklusif.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan buku pedoman ini dan semoga buku ini dapat bermanfaat serta berguna bagi semua
pihak.

Jakarta, April 2007

Direktur Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Prof. H. Suyanto, Ph. D


NIP. 130606377

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 3
A. Latar Belakang………………………………………………………. 3
B. Dasar………………………………………………………………… 3
C. Tujuan……………………………………………………………….. 4

BAB II MODEL RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


INKLUSIF……............................................................................ 5
A. Pengertian…………………………………………………………… 5
B. Unsur Pelaksana…………………………………………………… 6
C. Komponen Rencana Program Pembelajaran …………………. 6
D. Model………………………………………………………………… 8

BAB III PELAKSANAAN ………………………………………………………. 17


A. Bentuk Kegiatan…………………………………………………….. 17
B. Faktor Pendukung…………………………………………………… 18
C. Faktor Penghambat…………………………………………………. 18
D. Hasil Akhir………………………………………………………….. 18

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………… 19
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 19
B. Saran……………………………………………………………….. 19

Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 20

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar mengajar adalah merupakan inti kegiatan dari pelaksanaan kurikulum. Untuk memperoleh
hasil pembelajaran yang baik dan optimal, perlu dipersiapkan berbagai komponen yang diperlukan.
Salah satu komponen tersebut adalah Rencana Program Pembelajaran. Komponen ini merupakan
penjabaran dari silabus yang secara operasional merupakan persiapan mengajar harian bagi guru.
Secara umum Rencana Pembelajaran telah biasa dibuat oleh semua guru dengan berbagai
variasinya. Semua itu dimaksudkan agar proses dan hasil pembelajaran dapat optimal. Di sekolah
umum yang kondisi siswanya rata-rata memiliki IQ normal, Rencana Pembelajaran tidak terlalu
sulit untuk dibuat. Akan tetapi, manakala sekolah atau kelas telah menerima Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK), guru perlu menyesuaikan Rencana Pembelajarannya dengan kekhususan siswa
tersebut. Dengan demikian Rencana Pembelajaran yang dipersiapkan sebagai program
mengajar, dapat dimanfaatkan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang lebih akomodatif. Artinya Rencana Pembelajaran yang dirancang memang dapat
dipergunakan atau mengakomodir keanekaragaman peserta didik, sehingga peserta didik
berkebutuhan khusus dapat terlayani dengan baik.

B. DASAR
1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. PERMEN 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
4. PERMEN 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
5. PERMEN 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan PERMEN 22 dan 23.
6. Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C/UNJ/2003 tanggal 20 Januari 2003
(Pendidikan Inklusif).

C. TUJUAN
Tujuan pembuatan model Rencana Pembelajaran pendidikan inklusif ini adalah:
1. Untuk memberikan wacana bagi guru di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dalam
penyusunan Rencana Pembelajaran.

6
2. Sebagai model yang dapat dipergunakan untuk bahan pengembangan Rencana
pembelajaran bagi para guru di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sehingga proses
dan hasil pembelajaran dapat efektif dan efisien.

7
BAB II
MODEL RENCANA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN INKLUSIF

Pada dasarnya model Rencana Pembelajaran pendidikan inklusif tidak jauh berbeda dengan
model Renana Pembelajaran di sekolah umum. Letak perbedaannya hanya pada bentuk materi,
strategi dan alat peraga pembelajaran. Tiga hal ini perlu disesusaikan dengan jenis kekhususan
siswa berkebutuhan khusus.

A. PENGERTIAN
Satuan Pembelajaran adalah persiapan mengajar secara tertulis yang berisikan Kompetensi
Dasar, Indikator, Materi/ bahan ajar yang hendak dipelajari, cara mencapai kompetensi, alat/
media pembelajaran yang akan dipergunakan, cara/alat penilaian untuk mengukur
keberhasilan proses pembelajaran. Satuan Pembelajaran atau sering disingkat dengan SP
sering juga disebut rencana pembelajaran atau sering disingkat dengan RP. Perbedaan nama
tersebut merupakan perkembangan istilah yang secara substansial memiliki fungsi yang sama,
yaitu sebagai persiapan mengajar bagi guru secara tertulis.

B. UNSUR PELAKSANAAN
Pada proses pembelajaran kelas inklusi, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kadangkala
tidak cukup dikerjakan oleh guru umum saja, terutama di kelas yang berada di tingkat satuan
pendidikan dasar. Hal ini karena siswa berkebutuhan khusus mempunyai karakter yang unik
dan memerlukan pelayanan khusus. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar di kelas yang
inklusif perlu dukungan guru pendidikan khusus/pembimbing khusus. Guru pendidikan khusus
ini bertugas membantu guru umum dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan bilamana
perlu, dapat memberikan bimbingan secara langsung kepada peserta didik berkebutuhan
khusus yang memang membutuhkannya. Komponen lain yang dapat dimanfaatkan guru
untuk membantu peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran adalah tutor
sebaya. Yaitu siswa lain yang memiliki kemampuan lebih. Tugas tutor adalah membantu
menjelaskan kepada peserta berkebutuhan khusus tersebut. Selain komponen tersebut,
dalam proses kegiatan belajar mengajar, peran orang tua pun harus aktif karena sangat
membantu terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

8
C. KOMPONEN RENCANA PEMBELAJARAN
Rencana pembelajaran memiliki dua komponen yaitu Identitas Rencana Pembelajaran dan Isi
Rencana Pembelajaran .
1. Komponen Identitas Rencana Pembelajaran
Adalah sebagai berikut:
a. Satuan Pendidikan
b. Kelas/Semester
c. Waktu (ditulis dalam jam pelajaran bukan jam pertemuan)
d. Standar Kompetensi

2. Komponen Isi Rencana Pembelajaran


a. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yaitu kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik
setelah proses pembelajaran selesai. Kompetensi dasar ini sudah
dirumuskan/distandarkan secara nasional, sehingga guru tinggal mengutip dari buku
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada.

b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran adalah hasil yang diharapkan setelah proses pembelajaran
selesai. Hasil belajar harus dikembangkan mengacu pada kompetensi dasar dan
dijabarkan dalam indikator-indikator. Ada tiga aspek pokok yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan hasil belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Indikator
Indikator adalah kompetensi yang lebih spesifik. Indikator merupakan penjabaran dari
tujuan pembelajaran. Di dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sudah dicantumkan indikator minimal dari setiap hasil belajar pada setiap mata
pelajaran. Indikator ini diharapkan menjadi rambu bagi guru dalam membelajarkan
suatu hasil belajar. Guru bisa mengembangkan lagi indikator baru yang dipandang
perlu. Guru tinggal memasukkan indikator yang sudah diidentifikasi dan tertuang
dalam jaringan hasil belajar atau jaringan indikator. Urutan penulisan indikator dalam
Silabus bukan merupakan urutan penyajian dalam pembelajaran. Artinya guru dapat
menyesuaikan prioritas mana yang lebih penting sesuai dengan kondisi dan situasi.

9
d. Alat dan Sumber
1) Alat
Alat atau sarana apa saja yang digunakan guru untuk memudahkan siswa mencapai
suatu kompetensi. Alat ini bisa berupa buku cerita, puzzle, leggo, atau pun bisa
langsung dengan audio visual, naskah Braille, alat bantu dengar, kartu huruf warna-
warni.
2) Sumber
Adalah semua sumber belajar di sekolah yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
memperoleh bahan pembelajaran. Sumber belajar bisa berupa bahan cetakan (buku,
majalah, surat kabar), narasumber (manusia), lingkungan sekitar, dan sebagainya.

e. Kemampuan Awal Peserta Didik Berkebutuhan Khusus


Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada
hasil asesmen peserta didik berkebutuhan khusus yang ada kelasnya. Data ini dapat
diperoleh dari tim asesmen pada program individual peserta didik berkebutuhan
khusus.

f. Langkah Pembelajaran
Langkah Pembelajaran diklasifikasi dalam kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir. Kegiatan awal berisi kegiatan yang berfungsi untuk menyiapkan anak mengikuti
pembelajaran, misalnya memberikan apersepsi, menarik perhatian siswa dan
menciptakan situasi yang kondusif untuk belajar. Kegiatan initi adalah kegiatan proses
belajar mengajar yang mengacu pada materi pelajaran. Di dalam kegiatan inti guru
dituntut unrtuk mempersiapkan pengelolaan kelas dengan baik agar pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Untuk menghadapi peserta didik
berkebutuhan khusus, guru dapat merancang materi pembelajaran dengan model
Task Analisys (analisa tugas). Yaitu memenggal tugas-tugas/materi pembelajaran
secara lebih sederhana, sehingga peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan akhir adalah penilaian hasil belajar. Untuk
penilaian, guru memilih alat evaluasi sesuai dengan jenis materi yang dipelajari.
Penilaian yang dapat dikembangkan oleh guru adalah penilaian berbasis kelas yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penilaian ini, guru perlu melihat
kemampuan awal peserta didik, usaha belajar peserta didik dan progress kemajuan

10
yang dicapai. Jadi penilaian disini bersifat komprehensif dan perlu memperhatikan
kemajuan masing-masing peserta didik secara individual.

g. Evaluasi/Penilaian
Penilaian adalah cara yang digunakan guru untuk menilai ketercapaian suatu
kompetensi. Penilaian ini harus spesifik sesuai dengan hasil belajar yang diukur,
contohnya kemampuan menceritakan pengalaman yang menarik dinilai dengan tes
performansi, kemampuan membiasakan diri menjaga kebersihan dinilai dengan
pengamatan perilaku kebersihan peserta didik. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang
evaluasi, guru harus mempelajari buku pedoman penilaian yang dicetak tersendiri
secara lebih spesifik.

D. MODEL
Untuk mempermudah bagi guru dalam mengembangkan Rencana Pembelajaran di kelas
inklusif, maka di bawah ini akan diberikan contoh beberapa model Rencana Pembelajaran.
Model ini hanya merupakan contoh sederhana yang tentu saja harus dikembangkan oleh guru.
Untuk selanjutnya, bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang karena kondisinya perlu
diberikan pelayanan khusus secara individual. Persiapan mengajarnya menggunakan program
pengajaran individual. Cara pembuatan program pengajaran individual dapat dilihat pada buku
Model program pengajaran individual peserta didik di kelas inklusif. Dalam mengembangkan
model-model Rencana Pembelajaran, guru harus membaca beberapa referensi yang relevan,
dan apabila menemui kendala, maka dapat berdiskusi dengan teman sejawat di Kelompok
Kerja Guru (KKG) maupun narasumber lain yang kompeten. Untuk mengatasi masalah-
masalah yang terkait dengan kekhususan siswa, guru dapat berdiskusi dengan guru
pendidikan khusus yang ada, atau guru SLB terdekat.

11
Contoh 1

RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIF


Mata Pelajaran : PKPS
Satuan Pendidikan : SD Gotong Royong
Kelas/Semester : I/1
Alokasi waktu : 5 x 35 menit (3x pertemuan)
Tema : Aku dan Keluargaku

A. Standar Kompetensi
1. Kemampuan menunjukkan identitas diri (PKN & PS).
2. Mendemonstrasikan sikap tubuh yang benar dalam berbagai posisi (Penjas).
3. Mengenal dan menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah (Matematika).
4. Mengenal unsur-unsur berupa: bintik, garis, bidang, warna dan bentuk melalui kepekaan
inderawi.

B. Kompetensi dasar
Menguasai dan mengerti nama diri sendiri, nama anggota tubuh, menguasai bilangan 1 sampai
5 dan mengenal macam-macam garis dan titik-titik.

C. Indikator
1. Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan.
2. Mengetahui bagian-bagian tubuh: kepala, bahu, dada, punggung, pinggang, pergelangan,
jari tangan, tungkai, engkel dan kaki.
3. Membilang atau menghitung secara urut.
4. Mengelompokkan berbagai jenis bintik, garis, bidang, warna dan bentuk pada benda dua
pos dan tiga dimensi di alam sekitar.

D. Alat dan Sumber


1. Alat dan benda di sekitar
2. Kartu gambar dan kartu huruf
3. Kartu angka
4. Buku-buku yang berkaitan dengan materi

12
E. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan Khusus
Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil
asesmen peesrta didik berkebutuhan khusus yang ada dikelasnya. Data ini dapat diperoleh
dari tim asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus.

F. Langkah Pembelajaran
 Kegiatan Awal
1. Bersama-sama berdoa dan mengucapkan salam.
2. Tanya jawab tentang nama lengkap dan nama panggilan.
3. Gerak dan lagu: Kepala pundak lutut kaki di dalam kelas.
 Kegiatan Inti
1. Siswa bertepuk tangan sesuai dengan hitungan guru.
2. Siswa menghitung jumlah anggota tubuh (mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dsb).
3. Siswa menghitung secara urut bilangan 1-5 dengan menggunakan kartu gambar
(panca indera).
4. Siswa membuat titik-titik yang tidak beraturan menjadi bentuk gambar yang ada di
alam sekitar.
5. Siswa membuat garis yang tidak beraturan menjadi gambar yang ada di alam
sekitar.
 Kegiatan Akhir
1. Tanya jawab tentang materi yang diajarkan.
2. Menyanyikan lagu yang sudah diajarkan “Dua Mata Saya”.
3. Membiasakan pola hidup bersih dan rapi.
4. Berdo’a bersama.

G. Penilaian
1. Penampilan (bercerita).
2. Pengamatan (sikap dan perilaku).
Catatan:
Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat di buku pedoman penilaian.
Surakarta, April 2007
Mengetahui, Guru Kelas
Kepala Sekolah

13
-------------------- -------------------

Contoh 2

RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIF


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Satuan Pendidikan : SD Alam Sutera
Kelas/Semester : II/1
Alokasi waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
Membaca bersama (membaca teks pendek).

B. Kompetensi dasar
1. Memiliki kemampuan membaca teks dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar.
2. Membaca teks pendek dengan memperhatikan pelafalan dengan intonasi yang tepat
sehingga mudah dipahami oleh orang lain.

C. Indikator
Membaca teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.

D. Materi
 Materi
Teks pendek 5-10 kalimat.
Contoh :
Di kelas dua
Aku belajar di kelas dua SD Alam Sutera
Aku duduk di bangku paling depan
Anis teman sebangkuku
“Sekarang pelajaran apa anak-anak?” Tanya Bu guru
“Menyanyi Bu” Sahut anak-anak.

E. Materi, Metode, Media dan Sumber


 Metode: tanya jawab, dan tugas.

14
 Untuk ABK Low Vision atau tunanetra total mungkin membutuhkan alat
bantu yang bisa dipakai oleh ABK tersebut. Misal, Low Vision dengan menggunakan
alat bantu media baca tulis huruf yang diperbesar ataupun alat perbesaran. Posisi
duduk disesuaikan dengan kebutuhan fungsi penglihatan. Sedangkan anak yang tidak
bisa melihat sama sekali membutuhkan media baca tulis huruf Braille agar dapat
mengikuti pelajaran tersebut.
 Untuk ABK Slow Learner atau autis jika memerlukan didampingi oleh
guru pendidikan khusus (GPK).
 Media
Teks bacaan, kartu kalimat, dan kartu tanda baca.
 Sumber
- Buku ACB 1a hal. 8
- Program pembelajaran dan pengembangan
Silabus Sekolah Dasar.

F. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan Khusus


Untuk memeperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil
asesmen anak berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya. Data ini dapat diperoleh dari tim
asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus.

G. Kegiatan Pembelajaran
 Pra KBM/ Persiapan
1. Menyiapkan alat peraga (naskah Braille, huruf yang diperbesar, dsb).
2. Mengatur tempat duduk anak.
 Kegiatan Awal
Apersepsi: Mengungkapkan kalimat atau pernyataan dengan lafal dan vokal yang benar.
 Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi tentang tanda baca pada teks
bacaan.
2. Memberi contoh lafal dan intonasi pada kalimat.
3. Memberi tugas secara bergilir/acak pada anak.
4. Memberi bimbingan secara individual kepada ABK.

15
 Kegiatan Akhir
1. Pemantapan Materi
2. Evaluasi
3. Tindak lanjut

H. Evaluasi
Prosedur
● Tes proses
Jenis: Tes lisan
Tes perbuatan
● Alat tes
Teks bacaan “Di kelas Dua”.

Catatan:
Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat buku pedoman penilaian.

Surakarta, April 2007


Mengetahui: Guru Kelas,
Kepala Sekolah,

-------------------- ------------------

16
Contoh 3

RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIF


Mata Pelajaran : Pengetahuan Alam
Satuan Pendidikan : SDN 04 Pagi
Kelas/Semester : IV/1
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Hari/Tanggal :

A. Standar Kompetensi
Menyimpulkan bahwa tiap wujud benda memiliki sifatnya masing-masing dan dapat mengalami
perubahan.

B. Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan berbagai perubahan wujud benda.

C. Indikator
1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda.
2. Menyebutkan lima macam perubahan wujud benda.

D. Materi
Materi: air, es, kamper, spirtus dan lilin

E. Metode, Media dan Sumber


 Metode: Pemberian tugas dan percobaan.
 Media: KIT IPA ( lampu spirtus, labu erlenmeyer,
jembatan pemanas) atau lilin, gelas/ piring.
 Sumber : Buku paket IPA kelas IV dan pedoman praktik.

F. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan Khusus


Untuk memeperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil
asesmen anak berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya. Data ini dapat diperoleh dari tim
asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus

17
G. Kegiatan Pembelajaran
 Pra KBM/Persiapan
1. Menyiapkan alat peraga.
2. Mengatur tempat duduk anak.

 Kegiatan Awal
1. Melakukan tanya jawab tentang macam-macam
benda.
2. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang
mempengaruhi perubahan benda.
 Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan langkah-lagkah percobaan
yang akan dilakukan.
2. Siswa melakukan percobaan menggunakan KIT
IPA untuk percobaan perubahan wujud benda dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
3. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan tentang
factor-faktor yang mempengaruhinya.
4. Siswa melaporkan hasil pengamatan dan
percobaan secara tertulis.
5. Menyimpulkan hasil percobaan.
 Kegiatan Akhir
1. Penilaian
- Tes lisan
- Unjuk kerja
2. Memberikan tugas pengamatan terhadap faktor yang
mempengaruhi perubahan wujud (perubahan wujud air menjadi es, lalu kembali
menjadi air).

H. Evaluasi
Prosedur
 Tes proses
- Jenis tes: tes lisan

18
tes perbuatan
 Alat tes
Format penilaian

Catatan :
Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat buku pedoman penilaian.

Surakarta, April 2007


Mengetahui, Guru Kelas,
Kepala Sekolah,

-------------------- -------------------

19
Contoh 4
RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIF
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SD Pelangi
Kelas/Semester : IV/1
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Hari/Tanggal :

A. Standar Kompetensi
Melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar
Membandingkan dan mengurutkan bilangan.

C. Indikator
Mengurutkan dan menyusun bilangan dari terkecil atau terbesar.

D. Materi
 Materi: Membandingkan dan mengurutkan kartu
bilangan, Braille teks, balok angka.
Contoh 1: Satu set kartu bilangan untuk permainan.
87 91 82 83 86 95 97 81 93 96 100
84 85 87 88 89 92 90 94 98 99 80
Keterangan:
1. Bilangan pada kartu bilangan, Braille teks, balok angka dapat bervariasi, paling besar
100.
2. Ukuran kartu bilangan, Braille teks, balok angka dapat disesuaikan dengan kebutuhan
satu kartu memuat satu bilangan.
3. Banyaknya kartu bilangan, Braille teks, balok angka disesuaikan dengan kebutuhan,
misalnya: banyaknya kelompok.
4. Salah satu contoh cara menggunakan kartu bilangan, Braille teks, balok angka dalam
permainan:

20
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan
anggota tiap kelompok antara 4-6 anak, usahakan anggota kelompok dicampur
antara ABK dengan anak lainnya.
- Kartu bilangan, Braille teks, balok angka disusun
secara acak dan setiap kelompok menerima satu set kartu bilangan.
- Tugas kelompok adalah menyusun kartu
bilangan, Braille teks, balok angka secara urut dari bilangan terkecil sampai
bilangan terbesar pada tempat yang telah disediakan.
- Permainan ini dapat pula dilakukan secara
perorangan.

Contoh 2: Soal mengurutkan bilangan


♣ Urutkan bilangan berikut dari bilangan terkecil sampai terbesar
91, 75, 80, 76, 83, 90, 78, 96, 77, 78, 79
♣ Urutkan bilangan berikut ini dari bilangan terbesar sampai terkecil
80, 77, 69, 70, 78, 65, 73, 74, 75

E. Metode, Media dan Sumber


 Metode: tanya jawab, pemberian tugas.
 Media: kartu bilangan, Braille, balok angka.
 Sumber : Matematika gemar berhitung karangan Supardjo

F. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan Khusus


Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil
asesmen anak berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya. Data ini dapat diperoleh dari tim
asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus.

G. Kegiatan Pembelajaran
 Pra KBM/Persiapan
1. Menyiapkan alat peraga.
2. Mengatur tempat duduk awal.
 Kegiatan Awal
Apersepsi:

21
1. Tanya jawab bagaimana cara mengurutkan bilangan dari
bilangan terkecil ke terbesar.
2. Tanya jawab bagaimana cara mengurutkan bilangan dari
bilangan terbesar ke terkecil.

 Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi menyusun bilangan dari bilangan terkecil ke
terbesar dan menyusun bilangan dari bilangan terbesar ke terkecil.
2. Memberikan contoh bagaimana cara menyusun bilangan yang terkecil
ke terbesar atau sebaliknya.

 Kegiatan Akhir
1. Pemantapan materi
2. Evaluasi
3. Tindak lanjut

H. Evaluasi
Prosedur
 Tes proses
- Jenis tes: tes lisan
perbuatan
 Alat tes : soal beserta kunci jawaban

Catatan :
Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat buku pedoman penilaian.

Surakarta, April 2007


Mengetahui, Guru Kelas
Kepala Sekolah

-------------------- -------------------

22
23
BAB III
PELAKSANAAN

Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa Rencana Pembelajaran adalah persiapaan belajar


mengajar secara tertulis yang digunakan sebagai acuan guru dalam proses belajar mengajar.
Maka dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru harus selalu mengacu pada Rencana
Pembelajaran tersebut. Meskipun demikian, apabila dalam pelaksanaan menemui kendala, maka
guru dapat mengambil langkah agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar dengan hasil
yang maksimal dan optimal.

A. BENTUK KEGIATAN
Kegiatan belajar mengajar di kelas inklusif perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Jumlah siswa.
2. Kondisi ruangan.
3. Alat peraga yang ada.
4. Materi.
5. Metode pembelajaran.

Dari komponen tersebut guru harus dapat mengelola secara efektif agar semua komponen itu
dapat memberikan kontribusi dan makna bagi semua peserta didik di kelas termasuk peserta
didik berkebutuhan khusus. Kebersamaan dan saling menghargai sesama peserta didik juga
perlu ditumbuh kembangkan agar suasana kelas menjadi kondusif (aktif, kreatif, inovatif,
partisipasif, mencerdaskan dan menyenangkan). Untuk menunjang hal tersebut, optimalisasi
pemanfaatan sumber belajar di Sekolah perlu digalakkan, sebagai contoh: Mobile Class (kelas
yang berpindah-pindah) sesuai dengan kondisi, belajar di luar ruang kelas dengan
memanfaatkan kebun, halaman, dan fasilitas lain yang belum dimanfaatkan sebagaii
pendukung dalam proses pembelajaran.

B. FAKTOR PENDUKUNG
 Cara perlakuan guru kelas ataupun GPK terhadap peserta didik berkebutuhan khusus
tidak membeda-bedakan dengan anak yang lainnya.
 Penyediaan alat peraga/bantu untuk ABK.
 Kondisi prasarana sekolah yang dapat diakses oleh ABK.

24
 Sikap positif dan partisipasi keluarga maupun masyarakat terhadap proses perkembangan
pendidikan siswa.

C. FAKTOR PENGHAMBAT
 Kurang tersedianya dana dan alat untuk modifikasi bahan ajar. Contoh: Pembraillean.
 Kurangnya pemahaman atau pengetahuan guru umum tentang ABK.
 Pengelolaan kelas yang kurang efektif.
 Kurangnya kesadaran siswa “normal” terhadap ABK dalam bersosialisasi.
 Rendahnya peran serta orangtua ABK dalam perkembangan pendidikan putra-putrinya.

D. HASIL AKHIR
Pada akhir proses pembelajaran diharapkan semua siswa dapat memahami, menguasai, dan
terampil menerapkan apa yang telah dipelajari bersama teman-teman lain di kelasnya. Apabila
hal tersebut telah tercapai, maka boleh dikatakan proses pembelajaran inklusif di kelas
tersebut telah berjalan dengan baik.

25
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwa untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas inklusif, guru perlu mempersiapkan
Rencana Pembelajaran (RP) yang akomodatif. Artinya persiapan tersebut dibuat berdasarkan
pertimbangan keanekaragaman kondisi siswa, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

B. REKOMENDASI
Agar Rencana Pembelajaran (RP) dapat akomodatif, maka hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh guru seperti, sebelum membuat Rencana Pembelajaran, guru umum perlu berdiskusi
dengan guru pendidikan khusus untuk bersama-sama melakukan asesmen (penilaian
kemampuan awal siswa) sehingga materi, metode, dan alat bantu pembelajaran dapat
dirancang sesuai dengan kebutuhan peserta didik terutama peserta didik berkebutuhan
khusus.

26
DAFTAR PUSTAKA

Supardjo; 2004; Matematika Gemar Berhitung; Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Surana; 2003; Aku Cinta Bahasa Indonesia, Pelajaran Membaca dan Menulis Permulaan ; Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

______2005; Peraturan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan ;
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

______2005; Kurikulum 2004, Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran Tematis SD ;
Jakarta: Bp. Dharma Bhakti.

______2005; Program Pembelajaran dan Pengembangan Silabus Sekolah Dasar ; Jakarta: Bp. Dharma
Bhakti.

27

Anda mungkin juga menyukai