INTI BAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
merupakan salah satu badan yang tergolong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
dalam bidang farmasi dan obat-obatan. Awalnya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
terdaftar sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bojonagara dengan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang terdaftar dengan nomor 01.001.627.7.428.001. Dengan adanya
modernisasi KPP, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung menjadi tergolong ke dalam
kriteria Wajib Pajak Patuh sehingga PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung terdaftar di
KPP Madya Bandung dengan nomor NPWP terdaftar nomor 01.001.627.7.441.001 yang berlaku
Dalam kegiatan operasionalnya, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung wajib
melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang didapatkan baik oleh pegawai,
tenaga ahli, maupun pensiunan. Dalam sub bab ini, akan dibahas contoh kasus dari perhitungan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 itu sendiri. Karena keterbatasan tempat, maka penulis
hanya mengambil contoh kasus untuk pegawai tetap hanya 5 (lima) orang, tenaga ahli 1 (satu)
orang, dan pensiunan 1 (satu) orang. Berikut ini adalah flowchart dari Prosedur Perhitungan,
Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Berbasis Komputer Pada PT. Kimia Farma (Persero)
Bukti Surat
Potong 3x Dropping
Uang Buat Bukti
Pembayaran
SSP Lapo
r
Buat Daftar
Bukti Buat Surat
Potong Nota Debet Bukti
Pembayaran Buat Bukti
SSP Penerimaan
Surat
Daftar
Bukti Surat Nota
Potong Debet
Bukti
Penerimaan
Surat
Buat SSP
Pd Ms.
Excel
SSP 5x
Buat SPT
Masa PPh
Ps. 21
SPT Masa
PPh Ps. 21
3.2.1 Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Oleh Pegawai
Tetap
Untuk mengetahui prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima
oleh pegawai tetap, berikut ini adalah contoh kasusnya yang terjadi pada bulan Mei 2008 :
Gambar 3.3
Berdasarkan contoh kasus tersebut, berikut ini adalah prosedur perhitungan PPh Pasal 21
atas penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung :
1. Bagian Administrasi Pajak mengambil data penghasilan pegawai tetap tersebut dari
tersebut dijadikan sebagai dasar untuk memperhitungkan PPh Pasal 21 per bulannya, dan
3. Setelah memeriksa data penghasilan tersebut, proses perhitungan mulai dilakukan oleh
4. Untuk penghasilan yang diperoleh pegawai tetap, Bagian Adminstrasi Pajak melakukan
perhitungan yang dilakukan pada tabel yang dibuat pada Microsoft Excel.
5. Bagian Administrasi Pajak mengisikan nominal dari seluruh komponen yang menjadi
penambahan dari penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, seperti : Gaji Dasar I,
Tunjangan TTK, Gaji Dasar II, Uang Transportasi, THR, Tunjangan Pakaian Dinas,
Tunjangan Biaya Obat, Biaya Dokter, Biaya Lab, Biaya Perawatan, Lembur, Tunjangan
6. Pada kolom Iuran Jaminan Kematian (IJK), besarnya prosentase IJK ditentukan
berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung, yaitu sebesar 0.30% dari Gadas I dan Gadas II. Formula yang digunakan pada
7. Pada kolom Iuran Jaminan Keselamatan Kerja (IJKK), besarnya prosentase IJKK
ditentukan berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Bandung, yaitu sebesar 0.54% dari Gadas I dan Gadas II. Formula yang
8. Setelah seluruh nominal dari komponen tersebut di atas telah dimasukkan ke dalam tabel,
maka pada kolom Jumlah Bruto merupakan hasil penjumlahan dari seluruh nominal
komponen tersebut di atas. Formula yang digunakan pada kolom Jumlah Bruto adalah :
9. Untuk pengurang penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, terdiri dari : Iuran
Pensiun (IP), Iuran Sosial Pensiun (ISP), Iuran Jaminan Hari Tua (IJHT), Biaya Jabatan,
dan PTKP.
10. Pada kolom Iuran Pensiun (IP), besarnya prosentase IP ditentukan berdasarkan Program
Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, yaitu
sebesar 6.5% dari Gadas I. Formula yang digunakan pada kolom IP adalah :
11. Pada kolom Iuran Sosial Pensiun (ISP), besarnya prosentase ISP ditentukan berdasarkan
Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung,
yaitu sebesar 3% dari Gadas I. Formula yang digunakan pada kolom ISP adalah :
12. Pada kolom Iuran Jaminan Hari Tua (IJHT), besarnya prosentase IJHT ditentukan
berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung, yaitu sebesar 2% dari Gadas I. Formula yang digunakan pada kolom ISP adalah
13. Pada kolom Iuran Jaminan Hari Tua (IJHT) yang ditanggung oleh pegawai, besarnya
prosentase IJHT ditentukan berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, yaitu sebesar 2% dari Gadas II. Formula yang
14. Setelah seluruh nominal dari IP, ISP, dan IJHT telah dimasukkan ke dalam tabel, maka
pada kolom Jumlah IP/ISP/IJHT Ditanggung Pegawai merupakan hasil penjumlahan dari
seluruh nominal komponen tersebut di atas. Formula yang digunakan pada kolom Jumlah
15. Pada kolom Biaya Jabatan, besarnya prosentase yang ditentukan adalah sebesar 5% dari
Jumlah Bruto. Jumlah maksimum yang diperkenankan yaitu sebesar Rp. 108.000 sebulan.
berikutnya.
16. Pada kolom PTKP, berisi formula yang menjabarkan seluruh kriteria status yang dimiliki
oleh penerima penghasilan. Formula yang digunakan pada kolom PTKP adalah :
=IF(C6="TK/0",13200000,IF(C6="TK/1",14400000,IF(C6="TK/2",
15600000,IF(C6="TK/3",16800000,IF(C6="K/0",14400000,IF(C6=
"K/1",15600000,IF(C6="K/2",16800000,18000000)))))))/12
17. Setelah seluruh nominal dari pengurang penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap
telah dimasukkan ke dalam tabel, maka pada kolom Jumlah Potongan merupakan hasil
penjumlahan dari seluruh nominal pengurang penghasilan yang diterima oleh pegawai
18. Pada kolom Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP), PKP di dapatkan dari hasil
pengurangan antara Jumlah Bruto dikurangi dengan Jumlah Potongan. Formula yang
Gambar 3.7
20. Pada kolom PPh 21 Setahun merupakan penjabaran formula untuk setiap lapisan PKP
beserta tarif pajak yang dikenakan terhadap laposan PKP tersebut. Formula yang
=IF(AG6<=0,0,IF(AG6<=25000000,AG6*5%,IF(AG6<=50000000,
1250000+(AG6-25000000)*10%,IF(AG6<=100000000,3750000+
(AG6-50000000)*15%,IF(AG6<=200000000,11250000+
(AG6-100000000)*25%,36250000+(AG6-200000000)*35%)))))
21. Pada kolom PPh 21 Sebulan merupakan pembagi antara PPh 21 Setahun dibagi dengan
3.2.2 Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Oleh Tenaga
Ahli
Untuk mengetahui prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima
oleh tenaga ahli, berikut ini adalah contoh kasusnya yang terjadi pada bulab Mei 2008 :
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung memiliki klinik kesehatan yang
disediakan bagi seluruh pegawai beserta keluarga pegawai yang bekerja pada PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung. Dalam hal ini, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
menunjuk seorang dokter umum yang bernama Dr. dr. Sunaryati Sudigdoadi dengan
Berdasarkan contoh kasus tersebut, berikut ini adalah prosedur perhitungan PPh Pasal 21
atas penghasilan yang diterima tenaga ahli PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung :
1. Bagian Administrasi Pajak mengambil data penghasilan tenaga ahli dari Bagian
Keuangan.
2. Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut. Hasil olahan tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk memperhitungkan PPh Pasal 21 per bulannya, dan untuk
3. Untuk perhitungan penghasilan yang diperoleh tenaga ahli, Bagian Administrasi Pajak
langsung membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas tenaga ahli pada Microsoft
Excel.
Gambar 3.8
4. Hal pertama yang dilakukan oleh Bagian Administrasi Pajak dalam membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21 atas tenaga ahli pada Microsoft Excel, yaitu mengisi Nomor
5. Bagian Administrasi Pajak mengisi data atas tenaga ahli yang bersangkutan, seperti :
6. Bagian Administrasi Pajak mengisikan besarnya jumlah honorarium atau imbalan lainnya
yang dibayarkan kepada tenaga ahli pada kolom Jumlah Penghasilan Bruto.
Penghasilan Bruto.
8. Pada kolom Tarif, diisi sebesar tarif yang sudah ditetapkan yaitu tarif untuk tenaga ahli
sebesar 15%.
9. Pada kolom PPh yang dipotong, diisi formula perkalian antara Jumlah Penghasilan Bruto,
Perkiraan Penghasilan Bruto, dan Tarif. Formula perkaliannya adalah sebagai berikut :
=ROUND((I31*H31*G31),0)
Gambar 3.10
10. Kolom Jumlah merupakan hasil penjumlahan pada kolom PPh yang dipotong. Formula
11. Bagian Administrasi Pajak mengisikan tanggal, bulan, dan tahun pembayaran PPh Pasal
12. Bagian Administrasi Pajak mengisikan data Pemotong Pajak, seperti Nama, NPWP, dan
13. Bagian Administrasi Pajak mengisikan nama dan jabatan penandatangan Bukti
14. Setelah semua komponen dari Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas tenaga ahli telah
terisi, maka Bagian Administrasi Pajak mencetak Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas
tenaga ahli sebanyak 3 lembar dan ditandatangani oleh Asisten Manager Keuangan.
3.2.1 Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21 Final Atas Pesangon Yang Diterima Oleh
Pensiunan
Untuk mengetahui prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Final atas pesangon yang diterima
Nanang Hidayat adalah pegawai tetap PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
yang telah memasuki masa pensiun. Nanang Hidayat telah bekerja pada PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung selama 26 tahun. Pada bulan Mei 2008, ia pensiun dan menerima
Dalam kasus ini, bagian Administrasi Pajak tidak melakukan perhitungan pada Microsoft
Excel karena perhitungannya sendiri telah dilakukan oleh Bagian Umum dan SDM PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat. Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung hanya membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon
pensiunan berdasarkan Surat Keputusan Direksi yang dikirimkan PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Kantor Pusat kepada Bagian Administrasi Umum dan Personalia PT. Kimia Farma
Berikut ini adalah prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan
yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung :
1. Bagian Administrasi Pajak mengambil data penghasilan pesangon pensiunan dari Bagian
Keuangan.
2. Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut. Hasil olahan tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk memperhitungkan PPh Pasal 21 per bulannya, dan untuk
langsung membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan
Gambar 3.11
4. Hal pertama yang dilakukan oleh Bagian Administrasi Pajak dalam membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan pada Microsoft Excel, yaitu
Gambar 3.12
6. Bagian Administrasi Pajak mengisikan besarnya uang pesangon yang diterima oleh
7. Kolom Jumlah merupakan hasil penjumlahan pada kolom PPh yang dipotong. Formula
8. Bagian Administrasi Pajak mengisikan tanggal, bulan, dan tahun pembayaran PPh Pasal
9. Bagian Administrasi Pajak mengisikan data Pemotong Pajak, seperti Nama, NPWP, dan
10. Bagian Administrasi Pajak mengisikan nama dan jabatan penandatangan Bukti
11. Setelah semua komponen dari Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon
pensiunan telah terisi, maka Bagian Administrasi Pajak mencetak Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan sebanyak 3 lembar dan ditandatangani oleh
Berikut ini adalah prosedur penyetoran PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia
1. Setelah proses perhitungan selesai dilakukan pada Microsoft Excel, maka besarnya
seluruh PPh Pasal 21 yang terutang akan terlihat. Kemudian Bagian Administrasi Pajak
membuat Surat Setoran Pajak (SSP) sebanyak 5 (lima) rangkap yang yang diperuntukkan
sebagai berikut :
Bukopin.
Jenderal Pajak. Buka program SSP tersebut sehingga akan tampil seperti di bawah ini :
Gambar 3.13
3. Setelah muncul seperti tampilan di atas, maka pilih menu Identitas Wajib Pajak. Dalam
hal ini, Bagian Administrasi Pajak mengisikan terlebih dahulu identitas dari PT. Kimia
Gambar 3.14
Setelah semua data terisi dengan lengkap, pilih menu Simpan lalu kembali ke Menu
utama.
4. Pilih menu Input Data SSP untuk memulai mengisi SSP yang diperlukan. Tampilan Input
Gambar 3.15
5. Setelah semua komponen terisi dengan benar dan lengkap, pilih menu Simpan lalu pilih
Menu Utama.
6. Pilih menu Daftar SSP, dan tampilannya seperti di bawah ini :
Gambar 3.16
Setelah Daftar SSP diperiksa oleh Bagian administrasi Pajak, maka SSP siap dicetak.
7. Kemudian Bagian Administrasi Pajak menyerahkan seluruh data PPh Pasal 21 yang
terutang tersebut pada Bagian Keuangan untuk dilakukannya pembayaran atas seluruh
8. Bagian Keuangan membuat lalu mengirimkan Surat Droping Uang yang ditujukan
kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat sebagai permohonan untuk
dikirimkan sejumlah uang yang akan digunakan untuk membayar seluruh PPh Pasal 21
yang terutang tersebut. Droping uang tersebut akan dikirim ke rekening Bank Bukopin
ditujukan kepada Bank Bukopin sebagai permohonan untuk mendebet rekening PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung untuk membayar seluruh PPh Pasal 21 yang
terutang. Bagian Keuangan menyerahkan Surat Nota Debet dan 5 (lima) rangkap SSP
10. Setelah Surat Nota Debet dan seluruh SSP diterima oleh Bank Bukopin, maka Bank
Bukopin akan mengurangi saldo rekening PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung. Setelah itu, Bank Bukopin akan mengembalikan kembali Surat Nota Debet
yang telah diotorisasi oleh pihak Bank beserta dengan SSP lembar ke-1, lembar ke-3, dan
lembar ke-5 kepada Bagian Keuangan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.
Selain itu pula, Bank Bukopin akan menerbitkan Bukti Pembayaran SSP sebagai bukti
Berikut ini adalah prosedur pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia
1. Bagian Pajak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Madya Bandung. Dokumen yang dilaporkan pada KPP Madya Bandung terdiri dari :
Semua dokumen tersebut di atas dibuat sebanyak 4 (empat) rangkap yang diperuntukkan
sebagai berikut :
2. Setelah Bagian Pajak menyerahkan semua dokumen tersebut, petugas dari KPP Madya
Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima pegawai tetap PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung dimulai dari Bagian Administrasi Pajak menerima
data penghasilan dari Bagian Administrasi Umum dan Personalia. Kemudian Bagian
Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut untuk dijadikan dasar sebagai
perhitungan PPh Pasal 21 per bulannya yang akan dilaporkan pada SPT Masa PPh Pasal 21. Lalu
Bagian Administrasi Pajak melakukan perhitungan PPh Pasal 21 tersebut dengan menggunakan
Microsoft Excel. Setelah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang telah diketahui seluruhnya, maka
jumlah pajak yang terutang tersebut dimasukkan ke dalam SPT Masa PPh Pasal 21.
Gambar 4.1
Rp. 1.271.576. PPh Pasal 21 yang terutang tersebut merupakan PPh Pasal 21 yang ditanggung
oleh perusahaan.
Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur perhitungan PPh
Pasal 21 telah memadai dan telah sesuai dengan teori yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya. Tarif yang dikenakan pada Iuran Jaminan Kematian (IJK), Iuran Jaminan
Keselamatan Kerja (IJKK), Iuran Pensiun (IP), Iuran Sosial Pensiun (ISP), dan Iuran Jaminan
Hari Tua (IJHT) telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh PT. Jamsostek. Sedangkan
untuk pengenaan tarif PPh Pasal 21 telah sesuai dengan tarif Pasal 17 Undang-undang Nomor 17
Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.
Sedangkan untuk prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh
tenaga ahli dimulai dari penerimaan data penghasilan yang didapatkan dari Bagian Keuangan.
Kemudian Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut untuk dijadikan
sebagai dasar untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutangnya dan juga untuk keperluan
mengisi SPT Masa PPh Pasal 21. Lalu perhitungan atas penghasilan yang diterima oleh tenaga
ahli dilakukan pada Microsoft Excel dengan membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas
tenaga ahli sebanyak 3 (tiga) lembar. Setelah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang terlihat, maka
Bagian Administrasi Pajak memasukkan data tersebut ke dalam SPT Masa PPh Pasal 21.
Besarnya PPh Pasal 21 tenaga ahli yang terutang untuk masa Mei 2008 adalah sebesar Rp.
162.162. Pajak yang terutang tersebut akan dipotong dari honorarium yang diterima oleh tenaga
ahli tersebut.
Gambar 4.2
Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur tersebut telah
memadai dan telah sesuai dengan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Penerapan
tarif yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli, yaitu tarif 15% (lima
Untuk prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Final atas pesangon yang diterima oleh
pensiunan pegawai PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, dimulai dari Bagian
Administrasi Pajak menerima data penghasilan pesangon pensiunan dari Bagian Keuangan.
Kemudian Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut untuk dijadikan dasar
untuk menghitung PPh Pasal 21 Final yang terutang dan untuk keperluan dalam mengisi SPT
Masa PPh Pasal 21. Lalu Bagian Administrasi Pajak membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal
21 Final yang dibuat pada Microsoft Excel. Dalam hal ini, perhitungan tidak dilakukan pada
Microsoft Excel karena perhitungannya sendiri dilakukan oleh Bagian Umum dan SDM PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat. Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Bandung hanya membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon
Penerapan perhitungan yang dilihat dari Surat Keputusan Direksi tersebut, yaitu jumlah
uang pesangon yang diterima dikurang dengan Rp. 25.000.000 (yang dikecualikan dari
pemotongan) lalu dikalikan tarif. Berikut ini adalah perhitungan yang diterapkan oleh PT. Kimia
Dilihat dari perhitungan PPh Pasal 21 Final tersebut, terjadi sedikit kesalahan prosentase
yang dikenakan terhadap pesangon yang diterima. Seharusnya tidak perlu dikalikan dengan 5/95
tetapi hanya dikalikan 5% saja. Sehingga besarnya pajak yang terutang akan berbeda hasilnya
jika tarif yang dikenakan sebenarnya adalah 5%. Jika tarif yang dikenakan adalah 5 %, maka
Prosedur perhitungan tersebut sebenarnya telah memadai dan sesuai dengan teori yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, akan tetapi adanya sedikit kesalahan dalam penerapan
tarifnya sehingga pajak yang terutangnya lebih kecil dari pada pajak yang sebenarnya terutang.
4.1.2 Analisis Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21
Prosedur penyetoran PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung ini dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo penyetoran berakhir. Prosedur
penyetorannya yaitu dimulai dari Bagian Administrasi Pajak membuat Surat Setoran Pajak (SSP)
Kemudian Bagian Administrasi Pajak memberikan data besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang kepada Bagian Keuangan. Setelah menerima data dari Bagian Administrasi Pajak,
Bagian Keuangan akan membuatkan Surat Dropping Uang yang dikirimkan kepada PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat. Kantor Pusat akan mentransfer sejumlah uang yang diminta
dalam Surat Dropping Uang tersebut. Setelah uang diterima, maka Bagian Keuangan akan
membuat Surat Nota Debet yang ditujukan kepada Bank Persepsi yang dalam hal ini adalah
Bank Bukopin untuk mendebet rekening milik PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.
Setelah Bagian Keuangan selesai membuat Surat Nota Debet, maka kasir Bagian Keuangan akan
menyampaikan kelima lembar SSP dan Surat Nota Debet kepada Bank Bukopin.
Pihak Bank Bukopin akan memverifikasi seluruh lembar SSP dan Surat Nota Debet.
Bank Bukopin akan menyerahkan kembali SSP lembar ke-1, ke-3, dan ke-5 beserta Surat Nota
Debet yang sudah diotorisasi. Setelah itu Bank Bukopin akan menerbitkan Bukti Pembayaran
SSP sebagai tanda bukti bahwa PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah membayar
Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur penyetoran PPh Pasal
21 telah memadai. Hal ini dapat dilihat dari tanggal penyetoran yang dilakukan sebelum tanggal
jatuh tempo agar terhindar dari pengenaan sanksi. Selain itu pula, penggunaan SSP yang
digunakan sebagai alat untuk menyetorkan PPh Pasal 21 telah sesuai dengan yang telah
5. Lembar ke-5 : untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan
Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Masa. Batas waktu
penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 adalah paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa
Pajak berakhir. Pelaporan PPh Pasal 21 terutang per bulannya dilakukan dimulai dari pembuatan
SPT Masa PPh Pasal 21 setelah Bagian Keuangan telah membayar PPh Pasal 21 terutang melalui
Bank Persepsi. Dokumen yang dipersiapkan untuk keperluan pelaporan PPh Pasal 21 terutang
adalah SPT Masa PPh Pasal 21, SSP lembar ke-3, Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (pesangon
dan tenaga ahli), dan Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21. Bagian Pajak melaporkan seluruh
dokumen tersebut ke KPP Madya Bandung. Pihak KPP Madya Bandung akan menerbitkan Bukti
Penerimaan Surat sebagai tanda bukti bahwa PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur pelaporan PPh Pasal
21 telah memadai dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung setiap bulannya selalu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 sebelum batas waktu
penyampaiaan SPT Masa. Oleh karena itu, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung akan
terhindar dari sanksi apabila terlambat menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.
Selain dilihat dari batas waktu penyampaiaan SPT Masa PPh Pasal 21, penulis melakukan
analisis terhadap dokumen pendukung pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21. dokumen pendukung
ini terdiri dari SSP lembar ke-3, Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (untuk pesangon dan tenaga
ahli), dan Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (untuk pesangon dan tenaga ahli). Dokumen
pendukung pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.