Anda di halaman 1dari 36

BAB III

INTI BAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

merupakan salah satu badan yang tergolong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

dalam bidang farmasi dan obat-obatan. Awalnya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

terdaftar sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bojonagara dengan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang terdaftar dengan nomor 01.001.627.7.428.001. Dengan adanya

modernisasi KPP, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung menjadi tergolong ke dalam

kriteria Wajib Pajak Patuh sehingga PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung terdaftar di

KPP Madya Bandung dengan nomor NPWP terdaftar nomor 01.001.627.7.441.001 yang berlaku

pada tanggal 1 April 2008.

Dalam kegiatan operasionalnya, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung wajib

melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang didapatkan baik oleh pegawai,

tenaga ahli, maupun pensiunan. Dalam sub bab ini, akan dibahas contoh kasus dari perhitungan,

penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 itu sendiri. Karena keterbatasan tempat, maka penulis

hanya mengambil contoh kasus untuk pegawai tetap hanya 5 (lima) orang, tenaga ahli 1 (satu)

orang, dan pensiunan 1 (satu) orang. Berikut ini adalah flowchart dari Prosedur Perhitungan,

Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Berbasis Komputer Pada PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Bandung :


Gambar 3.2
Flowchart Prosedur Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21

Bag. Adm. Pajak Bag. Keuangan Bank Bukopin KPP

Data SSP 5x SSP 5x SPT Masa


Penghasilan PPh Ps. 21
Surat Nota
Debet Bukti
Potong

Hitung PPh Buat Surat Daftar


Ps. 21 Pd Dropping Bukti
Ms. Excel Uang Bayar Potong
SSP
SSP

Bukti Surat
Potong 3x Dropping
Uang Buat Bukti
Pembayaran
SSP Lapo
r
Buat Daftar
Bukti Buat Surat
Potong Nota Debet Bukti
Pembayaran Buat Bukti
SSP Penerimaan
Surat
Daftar
Bukti Surat Nota
Potong Debet
Bukti
Penerimaan
Surat

Buat SSP
Pd Ms.
Excel

SSP 5x

Buat SPT
Masa PPh
Ps. 21

SPT Masa
PPh Ps. 21
3.2.1 Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Oleh Pegawai

Tetap

Untuk mengetahui prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima

oleh pegawai tetap, berikut ini adalah contoh kasusnya yang terjadi pada bulan Mei 2008 :

Gambar 3.3

Data Penghasilan Pegawai Tetap

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

Berdasarkan contoh kasus tersebut, berikut ini adalah prosedur perhitungan PPh Pasal 21

atas penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

Bandung :

1. Bagian Administrasi Pajak mengambil data penghasilan pegawai tetap tersebut dari

Bagian Administrasi Umum dan Personalia.


2. Bagian Administrasi Pajak memeriksa data penghasilan tersebut. Hasil pemeriksaan

tersebut dijadikan sebagai dasar untuk memperhitungkan PPh Pasal 21 per bulannya, dan

untuk keperluan mengisi SPT Masa PPh Pasal 21.

3. Setelah memeriksa data penghasilan tersebut, proses perhitungan mulai dilakukan oleh

Bagian Adminstrasi Pajak dengan menggunakan Microsoft Excel.

4. Untuk penghasilan yang diperoleh pegawai tetap, Bagian Adminstrasi Pajak melakukan

perhitungan yang dilakukan pada tabel yang dibuat pada Microsoft Excel.

5. Bagian Administrasi Pajak mengisikan nominal dari seluruh komponen yang menjadi

penambahan dari penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, seperti : Gaji Dasar I,

Tunjangan Eselon, Tunjangan Khusus, Tunjangan Hormon, Tunjangan Perusahaan,

Tunjangan TTK, Gaji Dasar II, Uang Transportasi, THR, Tunjangan Pakaian Dinas,

Tunjangan Biaya Obat, Biaya Dokter, Biaya Lab, Biaya Perawatan, Lembur, Tunjangan

Telepon, Listrik dan Gas, Tunjangan Komprod, IJK, dan IJKK.


Gambar 3.4

Komponen Penghasilan Bruto

6. Pada kolom Iuran Jaminan Kematian (IJK), besarnya prosentase IJK ditentukan

berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung, yaitu sebesar 0.30% dari Gadas I dan Gadas II. Formula yang digunakan pada

kolom IJK adalah :

=0,3%*(D6+J6) kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

7. Pada kolom Iuran Jaminan Keselamatan Kerja (IJKK), besarnya prosentase IJKK

ditentukan berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Bandung, yaitu sebesar 0.54% dari Gadas I dan Gadas II. Formula yang

digunakan pada kolom IJKK adalah :

=0,54%*(D6+J6) kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

8. Setelah seluruh nominal dari komponen tersebut di atas telah dimasukkan ke dalam tabel,

maka pada kolom Jumlah Bruto merupakan hasil penjumlahan dari seluruh nominal

komponen tersebut di atas. Formula yang digunakan pada kolom Jumlah Bruto adalah :

=SUM(D6:V6) kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.


Gambar 3.5

Komponen Pengurang Penghasilan

9. Untuk pengurang penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, terdiri dari : Iuran

Pensiun (IP), Iuran Sosial Pensiun (ISP), Iuran Jaminan Hari Tua (IJHT), Biaya Jabatan,

dan PTKP.
10. Pada kolom Iuran Pensiun (IP), besarnya prosentase IP ditentukan berdasarkan Program

Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, yaitu

sebesar 6.5% dari Gadas I. Formula yang digunakan pada kolom IP adalah :

=6,5%*D6 kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

11. Pada kolom Iuran Sosial Pensiun (ISP), besarnya prosentase ISP ditentukan berdasarkan

Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung,

yaitu sebesar 3% dari Gadas I. Formula yang digunakan pada kolom ISP adalah :

=3%*D6 kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

12. Pada kolom Iuran Jaminan Hari Tua (IJHT), besarnya prosentase IJHT ditentukan

berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

Bandung, yaitu sebesar 2% dari Gadas I. Formula yang digunakan pada kolom ISP adalah

=2%*D6 kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

13. Pada kolom Iuran Jaminan Hari Tua (IJHT) yang ditanggung oleh pegawai, besarnya

prosentase IJHT ditentukan berdasarkan Program Jamsostek yang diikuti oleh PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, yaitu sebesar 2% dari Gadas II. Formula yang

digunakan pada kolom ISP adalah :

=2%*J6 kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.


Gambar 3.6

Perhitungan Pengurang Penghasilan

14. Setelah seluruh nominal dari IP, ISP, dan IJHT telah dimasukkan ke dalam tabel, maka

pada kolom Jumlah IP/ISP/IJHT Ditanggung Pegawai merupakan hasil penjumlahan dari

seluruh nominal komponen tersebut di atas. Formula yang digunakan pada kolom Jumlah

IP/ISP/IJHT Ditanggung Pegawai adalah :

=SUM(X6:AA6) kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

15. Pada kolom Biaya Jabatan, besarnya prosentase yang ditentukan adalah sebesar 5% dari

Jumlah Bruto. Jumlah maksimum yang diperkenankan yaitu sebesar Rp. 108.000 sebulan.

Formula yang digunakan pada kolom


Biaya Jabatan adalah :

=IF(W6*5%>=108000,108000,W6*5%) kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell

berikutnya.

16. Pada kolom PTKP, berisi formula yang menjabarkan seluruh kriteria status yang dimiliki

oleh penerima penghasilan. Formula yang digunakan pada kolom PTKP adalah :

=IF(C6="TK/0",13200000,IF(C6="TK/1",14400000,IF(C6="TK/2",

15600000,IF(C6="TK/3",16800000,IF(C6="K/0",14400000,IF(C6=

"K/1",15600000,IF(C6="K/2",16800000,18000000)))))))/12

17. Setelah seluruh nominal dari pengurang penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap

telah dimasukkan ke dalam tabel, maka pada kolom Jumlah Potongan merupakan hasil

penjumlahan dari seluruh nominal pengurang penghasilan yang diterima oleh pegawai

tetap. Formula yang digunakan pada kolom Jumlah Potongan adalah :

=SUM(AB6:AD6) kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

18. Pada kolom Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP), PKP di dapatkan dari hasil

pengurangan antara Jumlah Bruto dikurangi dengan Jumlah Potongan. Formula yang

digunakan pada kolom Jumlah PKP adalah :

=W6-AE6 kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.


19. Pada kolom PKP Setahun merupakan hasil perkalian antara Jumlah PKP dengan 12

bulan. Formula yang digunakan pada kolom PKP Setahun adalah :

=AF6*12 kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

Gambar 3.7

Perhitungan PPh Pasal 21 Sebulan

20. Pada kolom PPh 21 Setahun merupakan penjabaran formula untuk setiap lapisan PKP

beserta tarif pajak yang dikenakan terhadap laposan PKP tersebut. Formula yang

digunakan pada kolom PPh 21 Setahun adalah :

=IF(AG6<=0,0,IF(AG6<=25000000,AG6*5%,IF(AG6<=50000000,

1250000+(AG6-25000000)*10%,IF(AG6<=100000000,3750000+

(AG6-50000000)*15%,IF(AG6<=200000000,11250000+

(AG6-100000000)*25%,36250000+(AG6-200000000)*35%)))))

kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

21. Pada kolom PPh 21 Sebulan merupakan pembagi antara PPh 21 Setahun dibagi dengan

12 bulan. Formula yang digunakan pada kolom PPh 21 Sebulan adalah :

=AH6/12 kemudian di copy-kan ke bawah untuk ke cell berikutnya.

3.2.2 Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Oleh Tenaga

Ahli
Untuk mengetahui prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima

oleh tenaga ahli, berikut ini adalah contoh kasusnya yang terjadi pada bulab Mei 2008 :

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung memiliki klinik kesehatan yang

disediakan bagi seluruh pegawai beserta keluarga pegawai yang bekerja pada PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Bandung. Dalam hal ini, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

menunjuk seorang dokter umum yang bernama Dr. dr. Sunaryati Sudigdoadi dengan

mendapatkan honorarium sebesar

Rp. 2.162.162 per bulannya.

Berdasarkan contoh kasus tersebut, berikut ini adalah prosedur perhitungan PPh Pasal 21

atas penghasilan yang diterima tenaga ahli PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung :

1. Bagian Administrasi Pajak mengambil data penghasilan tenaga ahli dari Bagian

Keuangan.

2. Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut. Hasil olahan tersebut

dijadikan sebagai dasar untuk memperhitungkan PPh Pasal 21 per bulannya, dan untuk

keperluan mengisi SPT Masa PPh Pasal 21.

3. Untuk perhitungan penghasilan yang diperoleh tenaga ahli, Bagian Administrasi Pajak

langsung membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas tenaga ahli pada Microsoft

Excel.
Gambar 3.8

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli

4. Hal pertama yang dilakukan oleh Bagian Administrasi Pajak dalam membuat Bukti

Pemotongan PPh Pasal 21 atas tenaga ahli pada Microsoft Excel, yaitu mengisi Nomor

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21.

5. Bagian Administrasi Pajak mengisi data atas tenaga ahli yang bersangkutan, seperti :

Nama Wajib Pajak, NPWP, dan Alamat Wajib Pajak.


Gambar 3.9

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli

6. Bagian Administrasi Pajak mengisikan besarnya jumlah honorarium atau imbalan lainnya

yang dibayarkan kepada tenaga ahli pada kolom Jumlah Penghasilan Bruto.

7. Bagian Administrasi Pajak mengisikan tarif prosentase pada kolom Perkiraan

Penghasilan Bruto.

8. Pada kolom Tarif, diisi sebesar tarif yang sudah ditetapkan yaitu tarif untuk tenaga ahli

sebesar 15%.

9. Pada kolom PPh yang dipotong, diisi formula perkalian antara Jumlah Penghasilan Bruto,

Perkiraan Penghasilan Bruto, dan Tarif. Formula perkaliannya adalah sebagai berikut :

=ROUND((I31*H31*G31),0)
Gambar 3.10

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli

10. Kolom Jumlah merupakan hasil penjumlahan pada kolom PPh yang dipotong. Formula

penjumlahannya adalah sebagai berikut : =SUM(K22:K37)

11. Bagian Administrasi Pajak mengisikan tanggal, bulan, dan tahun pembayaran PPh Pasal

21 atas tenaga ahli tersebut.

12. Bagian Administrasi Pajak mengisikan data Pemotong Pajak, seperti Nama, NPWP, dan

Alamat Pemotong Pajak.

13. Bagian Administrasi Pajak mengisikan nama dan jabatan penandatangan Bukti

Pemotongan PPh Pasal 21 atas tenaga ahli.

14. Setelah semua komponen dari Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas tenaga ahli telah

terisi, maka Bagian Administrasi Pajak mencetak Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas

tenaga ahli sebanyak 3 lembar dan ditandatangani oleh Asisten Manager Keuangan.
3.2.1 Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21 Final Atas Pesangon Yang Diterima Oleh

Pensiunan

Untuk mengetahui prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Final atas pesangon yang diterima

oleh pensiunan, berikut ini adalah contoh kasusnya :

Nanang Hidayat adalah pegawai tetap PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

yang telah memasuki masa pensiun. Nanang Hidayat telah bekerja pada PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Bandung selama 26 tahun. Pada bulan Mei 2008, ia pensiun dan menerima

uang pesangon sebesar Rp. 25.936.000.

Dalam kasus ini, bagian Administrasi Pajak tidak melakukan perhitungan pada Microsoft

Excel karena perhitungannya sendiri telah dilakukan oleh Bagian Umum dan SDM PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat. Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Bandung hanya membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon

pensiunan berdasarkan Surat Keputusan Direksi yang dikirimkan PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Kantor Pusat kepada Bagian Administrasi Umum dan Personalia PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Bandung.

Berikut ini adalah prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan

yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung :

1. Bagian Administrasi Pajak mengambil data penghasilan pesangon pensiunan dari Bagian

Keuangan.

2. Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut. Hasil olahan tersebut

dijadikan sebagai dasar untuk memperhitungkan PPh Pasal 21 per bulannya, dan untuk

keperluan mengisi SPT Masa PPh Pasal 21.


3. Untuk perhitungan penghasilan yang diperoleh pensiunan, Bagian Administrasi Pajak

langsung membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan

pada Microsoft Excel.

Gambar 3.11

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final Pesangon

4. Hal pertama yang dilakukan oleh Bagian Administrasi Pajak dalam membuat Bukti

Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan pada Microsoft Excel, yaitu

mengisi Nomor Bukti Pemotongan PPh Pasal 21.

Gambar 3.12

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final Pesangon


5. Bagian Administrasi Pajak mengisi data atas pensiunan yang bersangkutan, seperti :

Nama Wajib Pajak, NPWP, dan Alamat Wajib Pajak.

6. Bagian Administrasi Pajak mengisikan besarnya uang pesangon yang diterima oleh

pensiunan pada kolom Jumlah Penghasilan Bruto.


Gambar 3.13

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final Pesangon

7. Kolom Jumlah merupakan hasil penjumlahan pada kolom PPh yang dipotong. Formula

penjumlahannya adalah sebagai berikut : =SUM(J26:J37)

8. Bagian Administrasi Pajak mengisikan tanggal, bulan, dan tahun pembayaran PPh Pasal

21 Final atas pesangon pensiunan tersebut.

9. Bagian Administrasi Pajak mengisikan data Pemotong Pajak, seperti Nama, NPWP, dan

Alamat Pemotong Pajak.

10. Bagian Administrasi Pajak mengisikan nama dan jabatan penandatangan Bukti

Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan.

11. Setelah semua komponen dari Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon

pensiunan telah terisi, maka Bagian Administrasi Pajak mencetak Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 Final atas pesangon pensiunan sebanyak 3 lembar dan ditandatangani oleh

Asisten Manager Keuangan.

3.2.2 Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21

Berikut ini adalah prosedur penyetoran PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung :

1. Setelah proses perhitungan selesai dilakukan pada Microsoft Excel, maka besarnya

seluruh PPh Pasal 21 yang terutang akan terlihat. Kemudian Bagian Administrasi Pajak

membuat Surat Setoran Pajak (SSP) sebanyak 5 (lima) rangkap yang yang diperuntukkan

sebagai berikut :

a. Lembar ke-1 : untuk arsip Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.

b. Lembar ke-2 : untuk KPP yang diserahkan melalui Bank

Bukopin.

c. Lembar ke-3 : untuk dilaporkan ke KPP Madya Bandung.

d. Lembar ke-4 : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran, yang

dalam hal ini adalah Bank Bukopin.

e. Lembar ke-5 : untuk arsip Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat.


2. SSP dibuat dengan cara menggunakan program yang telah disediakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak. Buka program SSP tersebut sehingga akan tampil seperti di bawah ini :

Gambar 3.13

Menu Utama Surat Setoran Pajak

3. Setelah muncul seperti tampilan di atas, maka pilih menu Identitas Wajib Pajak. Dalam

hal ini, Bagian Administrasi Pajak mengisikan terlebih dahulu identitas dari PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.


Tampilannya akan seperti di bawah ini :

Gambar 3.14

Menu Identitas Pembayar Pajak

Setelah semua data terisi dengan lengkap, pilih menu Simpan lalu kembali ke Menu

utama.
4. Pilih menu Input Data SSP untuk memulai mengisi SSP yang diperlukan. Tampilan Input

Data SSP seperti berikut ini :

Gambar 3.15

Menu Input Data SSP

5. Setelah semua komponen terisi dengan benar dan lengkap, pilih menu Simpan lalu pilih

Menu Utama.
6. Pilih menu Daftar SSP, dan tampilannya seperti di bawah ini :

Gambar 3.16

Menu Daftar SSP

Setelah Daftar SSP diperiksa oleh Bagian administrasi Pajak, maka SSP siap dicetak.

Pilih menu Cetak pada tampilan Daftar SSP di atas.

7. Kemudian Bagian Administrasi Pajak menyerahkan seluruh data PPh Pasal 21 yang

terutang tersebut pada Bagian Keuangan untuk dilakukannya pembayaran atas seluruh

PPh Pasal 21 tersebut.

8. Bagian Keuangan membuat lalu mengirimkan Surat Droping Uang yang ditujukan

kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat sebagai permohonan untuk

dikirimkan sejumlah uang yang akan digunakan untuk membayar seluruh PPh Pasal 21

yang terutang tersebut. Droping uang tersebut akan dikirim ke rekening Bank Bukopin

atas nama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.


9. Setelah droping uang diterima, Bagian Keuangan membuat Surat Nota Debet yang

ditujukan kepada Bank Bukopin sebagai permohonan untuk mendebet rekening PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung untuk membayar seluruh PPh Pasal 21 yang

terutang. Bagian Keuangan menyerahkan Surat Nota Debet dan 5 (lima) rangkap SSP

kepada Bank Bukopin.

10. Setelah Surat Nota Debet dan seluruh SSP diterima oleh Bank Bukopin, maka Bank

Bukopin akan mengurangi saldo rekening PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

Bandung. Setelah itu, Bank Bukopin akan mengembalikan kembali Surat Nota Debet

yang telah diotorisasi oleh pihak Bank beserta dengan SSP lembar ke-1, lembar ke-3, dan

lembar ke-5 kepada Bagian Keuangan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.

Selain itu pula, Bank Bukopin akan menerbitkan Bukti Pembayaran SSP sebagai bukti

bahwa pajak yang terutang telah dibayarkan.


3.2.5 Prosedur Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21

Berikut ini adalah prosedur pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung :

1. Bagian Pajak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Madya Bandung. Dokumen yang dilaporkan pada KPP Madya Bandung terdiri dari :

a. SPT Masa PPh Pasal 21.

b. SSP lembar ke-3 SPT Masa PPh Pasal 21.

c. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21.

d. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21.

Semua dokumen tersebut di atas dibuat sebanyak 4 (empat) rangkap yang diperuntukkan

sebagai berikut :

Lembar ke-1 : KPP Madya Bandung.

Lembar ke-2 : Arsip Bagian Pajak PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Bandung.

Lembar ke-3 : Arsip Bagian Pajak PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Kantor Pusat.

Lembar ke-4 : Arsip Bagian Akuntansi PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Bandung.

2. Setelah Bagian Pajak menyerahkan semua dokumen tersebut, petugas dari KPP Madya

Bandung akan memberikan Bukti Penerimaan Surat (BPS).


3. BPS yang diterima akan di fotocopy sebanyak 2 (dua) kali untuk keperluan arsip.

Distribusi BPS adalah sebagai berikut :

a. BPS (Asli) : Arsip Bagian Pajak PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Bandung.

b. BPS (Fotocopy) : Arsip Bagian Akuntansi PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Bandung.

c. BPS (Fotocopy) : Arsip Bagian Pajak PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Kantor Pusat.

4.1.1 Analisis Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21

Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima pegawai tetap PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung dimulai dari Bagian Administrasi Pajak menerima

data penghasilan dari Bagian Administrasi Umum dan Personalia. Kemudian Bagian

Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut untuk dijadikan dasar sebagai

perhitungan PPh Pasal 21 per bulannya yang akan dilaporkan pada SPT Masa PPh Pasal 21. Lalu

Bagian Administrasi Pajak melakukan perhitungan PPh Pasal 21 tersebut dengan menggunakan

Microsoft Excel. Setelah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang telah diketahui seluruhnya, maka

jumlah pajak yang terutang tersebut dimasukkan ke dalam SPT Masa PPh Pasal 21.
Gambar 4.1

Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung


Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang untuk masa Mei 2008 tersebut di atas yaitu sebesar

Rp. 1.271.576. PPh Pasal 21 yang terutang tersebut merupakan PPh Pasal 21 yang ditanggung

oleh perusahaan.

Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur perhitungan PPh

Pasal 21 telah memadai dan telah sesuai dengan teori yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya. Tarif yang dikenakan pada Iuran Jaminan Kematian (IJK), Iuran Jaminan

Keselamatan Kerja (IJKK), Iuran Pensiun (IP), Iuran Sosial Pensiun (ISP), dan Iuran Jaminan

Hari Tua (IJHT) telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh PT. Jamsostek. Sedangkan

untuk pengenaan tarif PPh Pasal 21 telah sesuai dengan tarif Pasal 17 Undang-undang Nomor 17

Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

Sedangkan untuk prosedur perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh

tenaga ahli dimulai dari penerimaan data penghasilan yang didapatkan dari Bagian Keuangan.

Kemudian Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut untuk dijadikan

sebagai dasar untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutangnya dan juga untuk keperluan

mengisi SPT Masa PPh Pasal 21. Lalu perhitungan atas penghasilan yang diterima oleh tenaga

ahli dilakukan pada Microsoft Excel dengan membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas

tenaga ahli sebanyak 3 (tiga) lembar. Setelah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang terlihat, maka

Bagian Administrasi Pajak memasukkan data tersebut ke dalam SPT Masa PPh Pasal 21.
Besarnya PPh Pasal 21 tenaga ahli yang terutang untuk masa Mei 2008 adalah sebesar Rp.

162.162. Pajak yang terutang tersebut akan dipotong dari honorarium yang diterima oleh tenaga

ahli tersebut.

Gambar 4.2

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli

Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur tersebut telah

memadai dan telah sesuai dengan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Penerapan

tarif yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli, yaitu tarif 15% (lima

belas persen) x Penghasilan Neto.

Untuk prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Final atas pesangon yang diterima oleh

pensiunan pegawai PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, dimulai dari Bagian

Administrasi Pajak menerima data penghasilan pesangon pensiunan dari Bagian Keuangan.

Kemudian Bagian Administrasi Pajak mengolah data penghasilan tersebut untuk dijadikan dasar
untuk menghitung PPh Pasal 21 Final yang terutang dan untuk keperluan dalam mengisi SPT

Masa PPh Pasal 21. Lalu Bagian Administrasi Pajak membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal

21 Final yang dibuat pada Microsoft Excel. Dalam hal ini, perhitungan tidak dilakukan pada

Microsoft Excel karena perhitungannya sendiri dilakukan oleh Bagian Umum dan SDM PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat. Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Bandung hanya membuatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas pesangon

tersebut berdasarkan Surat Keputusan Direksi.

Penerapan perhitungan yang dilihat dari Surat Keputusan Direksi tersebut, yaitu jumlah

uang pesangon yang diterima dikurang dengan Rp. 25.000.000 (yang dikecualikan dari

pemotongan) lalu dikalikan tarif. Berikut ini adalah perhitungan yang diterapkan oleh PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat :

Jumlah uang pesangon Rp. 25.936.000

Pajak : ( 5/95 x (Rp. 25.936.000-Rp. 25.000.000) Rp. 49.263

Dilihat dari perhitungan PPh Pasal 21 Final tersebut, terjadi sedikit kesalahan prosentase

yang dikenakan terhadap pesangon yang diterima. Seharusnya tidak perlu dikalikan dengan 5/95

tetapi hanya dikalikan 5% saja. Sehingga besarnya pajak yang terutang akan berbeda hasilnya

jika tarif yang dikenakan sebenarnya adalah 5%. Jika tarif yang dikenakan adalah 5 %, maka

perhitungannya yang sebenarnya adalah sebagai berikut :

Jumlah uang pesangon Rp. 25.936.000

Pajak : ( 5% x (Rp. 25.936.000-Rp. 25.000.000) Rp. 46.800

Prosedur perhitungan tersebut sebenarnya telah memadai dan sesuai dengan teori yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya, akan tetapi adanya sedikit kesalahan dalam penerapan

tarifnya sehingga pajak yang terutangnya lebih kecil dari pada pajak yang sebenarnya terutang.
4.1.2 Analisis Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21

Prosedur penyetoran PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Bandung ini dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo penyetoran berakhir. Prosedur

penyetorannya yaitu dimulai dari Bagian Administrasi Pajak membuat Surat Setoran Pajak (SSP)

sebanyak 5 (lima) rangkap yang yang diperuntukkan sebagai berikut :

1. Lembar ke-1 : untuk arsip Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.

2. Lembar ke-2 : untuk KPP yang diserahkan melalui Bank Bukopin.

3. Lembar ke-3 : untuk dilaporkan ke KPP Madya Bandung.

4. Lembar ke-4 : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran, yang

dalam hal ini adalah Bank Bukopin.

5. Lembar ke-5 : untuk arsip Bagian Administrasi Pajak PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat.

Kemudian Bagian Administrasi Pajak memberikan data besarnya PPh Pasal 21 yang

terutang kepada Bagian Keuangan. Setelah menerima data dari Bagian Administrasi Pajak,

Bagian Keuangan akan membuatkan Surat Dropping Uang yang dikirimkan kepada PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. Kantor Pusat. Kantor Pusat akan mentransfer sejumlah uang yang diminta

dalam Surat Dropping Uang tersebut. Setelah uang diterima, maka Bagian Keuangan akan

membuat Surat Nota Debet yang ditujukan kepada Bank Persepsi yang dalam hal ini adalah

Bank Bukopin untuk mendebet rekening milik PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.

Setelah Bagian Keuangan selesai membuat Surat Nota Debet, maka kasir Bagian Keuangan akan

menyampaikan kelima lembar SSP dan Surat Nota Debet kepada Bank Bukopin.
Pihak Bank Bukopin akan memverifikasi seluruh lembar SSP dan Surat Nota Debet.

Bank Bukopin akan menyerahkan kembali SSP lembar ke-1, ke-3, dan ke-5 beserta Surat Nota

Debet yang sudah diotorisasi. Setelah itu Bank Bukopin akan menerbitkan Bukti Pembayaran

SSP sebagai tanda bukti bahwa PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah membayar

PPh Pasal 21 yang terutang.

Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur penyetoran PPh Pasal

21 telah memadai. Hal ini dapat dilihat dari tanggal penyetoran yang dilakukan sebelum tanggal

jatuh tempo agar terhindar dari pengenaan sanksi. Selain itu pula, penggunaan SSP yang

digunakan sebagai alat untuk menyetorkan PPh Pasal 21 telah sesuai dengan yang telah

ditetapkan. SSP dibuat 5 (lima) rangkap yang diperuntukkan sebagai berikut :

1. Lembar ke-1 : untuk arsip Wajib Pajak.

2. Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP), melalui Kantor

Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

3. Lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP.

4. Lembar ke-4 : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran.

5. Lembar ke-5 : untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan

ketentuan perundangan perpajakan yang berlaku.

4.1.3 Analisis Prosedur Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21

Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Bandung dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Masa. Batas waktu

penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 adalah paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa

Pajak berakhir. Pelaporan PPh Pasal 21 terutang per bulannya dilakukan dimulai dari pembuatan
SPT Masa PPh Pasal 21 setelah Bagian Keuangan telah membayar PPh Pasal 21 terutang melalui

Bank Persepsi. Dokumen yang dipersiapkan untuk keperluan pelaporan PPh Pasal 21 terutang

adalah SPT Masa PPh Pasal 21, SSP lembar ke-3, Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (pesangon

dan tenaga ahli), dan Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21. Bagian Pajak melaporkan seluruh

dokumen tersebut ke KPP Madya Bandung. Pihak KPP Madya Bandung akan menerbitkan Bukti

Penerimaan Surat sebagai tanda bukti bahwa PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

telah melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21.

Dilihat dari prosedur tersebut, penulis menganalisa bahwa prosedur pelaporan PPh Pasal

21 telah memadai dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Bandung setiap bulannya selalu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 sebelum batas waktu

penyampaiaan SPT Masa. Oleh karena itu, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung akan

terhindar dari sanksi apabila terlambat menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.

Selain dilihat dari batas waktu penyampaiaan SPT Masa PPh Pasal 21, penulis melakukan

analisis terhadap dokumen pendukung pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21. dokumen pendukung

ini terdiri dari SSP lembar ke-3, Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (untuk pesangon dan tenaga

ahli), dan Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (untuk pesangon dan tenaga ahli). Dokumen

pendukung pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Anda mungkin juga menyukai