Anda di halaman 1dari 42

PELUANG DAN BINOMIAL

A. Definsi dan Kejadian Bersyarat


a. Pengertian Peluang

Ilmu statistika dibedakan menjadi dua, yaitu statistika deskriptif dan


statistika inferensial. Statistika inferensial berisi metode menggambar, mengukur,
dan menarik kesimpulan tentang populasi berdasarkan informasi yang diperoleh dari
sampel. Oleh karena penarikan kesimpulan hanya didasarkan pada sampel, maka
kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat dipastikan 100% benar.

Ketidakpastian dalam penarikan kesimpulan merupakan bagian dari statistika


inferensial itu sendiri. Oleh karena itu, kamu perlu menguasai konsep ketidakpastian
sebelum bisa memahami, mengembangkan, dan mengaplikasikan metode statistika
inferensial. Ilmu yang terkait dengan ketidakpastian dinamakan ilmu peluang.

Peluang dapat didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian.


Dalam kehidupan sehari-hari, konsep peluang dapat diamati pada berbagai permainan,
misalnya permainan kartu, permainan menggunakan dadu, dan sebagainya. Selain itu,
konsep peluang juga digunakan dalam bidang asuransi, investasi, ramalan cuaca, dan
sebagainya.

Peluang yang dikenal sebagai


Tahukah kamu?
probabilitas adalah cara untuk
Teori peluang sebenarnya muncul dari
mengungkapkan pengetahuan atau
inspirasi para penjudi yang berusaha
mencari informasi bagaimana kepercayaan bahwa suatu kejadian akan
kesempatan mereka untuk berlaku atau telah terjadi. Probabilitas suatu
memenangkan suatu permainan judi. kejadian adalah angka yang menunjukkan
Girolamo Cardano (1501 – 1576),
kemungkinan terjadinya suatu kejadian.
seorang penjudi dan fisikawan adalah
orang pertama yang menuliskan Nilainya di antara 0 dan 1. Kejadian yang
analisis matematika dari masalah- mempunyai nilai probabilitas 1 adalah
masalah dalam permainan judi.
kejadian yang pasti terjadi atau sesuatu

Peluang dan Binomial 1


yang telah terjadi. Misalnya jika seseorang jatuh pasti ke bawah. Sedangkan suatu
kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 0 adalah kejadian yang mustahil atau
tidak mungkin terjadi. Misalnya seekor kambing melahirkan seekor sapi.

b. Konsep Dasar Peluang


1. Ruang Sampel

Eksperimen atau percobaan adalah aktivitas yang memiliki hasil keluaran,


seperti pelemparan koin, pelemparan dadu, atau pengambilan kartu dari
seperangkat kartu bridge. Sebagai contoh, hasil keluaran dari pelemparan koin
bisa berupa sisi angka atau sisi gambar, sedangkan hasil keluaran dari pelemparan
dadu bisa berupa angka 1, 2, 3, 4, 5, atau 6.

Himpunan semua hasil keluaran yang mungkin dari suatu percobaan


dinamakan sebagai ruang sampel. Ruang sampel dinotasikan dengan S,
sedangkan banyaknya anggota ruang sampel dinotasikan dengan n.

2. Titik Sampel

Titik sampel adalah hasil keluaran yang merupakan bagian dari ruang
sampel. Sebagai contoh, 2 adalah salah satu titik sampel dari pelemparan 1 buah
dadu, dan AAG adalah salah satu titik sampel dari pelemparan 3 keping koin
secara bersamaan. Berdasarkan definisi titik sampel, ruang sampel juga dapat
didefinisikan sebagai himpunan semua titik sampel yang mungkin dari suatu
percobaan.

Contoh soal 1

Dari seperangkat kartu bridge, akan diambil satu kartu secara acak. Tentukan ruang
sampel dan banyaknya anggota ruang sampel dari percobaan tersebut!

Pembahasan:

Dalam seperangkat kartu bridge, ada 4 jenis kartu, yaitu hati, sekop, wajik, dan
keriting. Masing-masing jenis kartu terdiri atas 13 kartu, yaitu dari As sampai King.
Dengan demikian, akan ada 52 kartu sebagai hasil keluaran (ruang sampel).
Perhatikan gambar berikut.

Peluang dan Binomial 2


Jadi, banyaknya anggota ruang sampel dari percobaan tersebut adalah 52.

Contoh soal 2

Sekeping koin dari sebuah dadu dilempar secara bersamaan sebanyak satu kali.
Tentukan ruang sampel dan banyaknya anggota ruang sampel dari percobaan tersebut!

Pembahasan:

Kejadian yang mungkin dari pelemparan sekeping koin adalah angka (A) atau gambar
(G), sedangkan kejadian yang mungkin dari pelemparan sebuah dadu adalah 1, 2, 3, 4,
5, atau 6. Dengan demikian, ruang sampel (S) untuk pelemparan sekeping koin dan
sebuah dadu secara bersamaan dapat digambarkan melalui tabel berikut.

Dadu
1 2 3 4 5 6
Koin
A (A,1) (A,2) (A,3) (A,4) (A,5) (A,6)
G (G,1) (G,2) (G,3) (G,4) (G,5) (G,6)

Dengan demikian, ruang sampelnya adalah sebagai berikut.

S = {(A,1), (A,2), (A,3), (A,4), (A,5), (A,6), (G,1), (G,2), (G,3), (G,4), (G,5), (G,6)}

Jadi, banyaknya anggota ruang sampel dari percobaan tersebut adalah n(S) = 12.

c. Definisi Peluang (Peluang Klasik)


Konsep dari peluang klasik adalah menentukan peluang dari suatu kejadian
yang akan terjadi dengan menggunakan ruang sampel. Disebut sebagai peluang klasik
karena merupakan jenis peluang pertama yang dipelajari secara formal oleh

Peluang dan Binomial 3


matematikawan pada abad ke-17 dan ke-18. Dengan menggunakan peluang klasik,
kamu tidak perlu melakukan suatu eksperimen untuk menentukan peluangnya.

Dalam menentukan peluang klasik, seluruh keluaran pada ruang sampel


diasumsikan memiliki kemungkinan yang sama untuk terjadi. Sebagai contoh, ketika
1
sekeping koin dilemparkan, seluruh keluaran memiliki peluang yang sama yaitu 2 .

Contoh lainnya adalah ketika dipilih satu kartu dari 52 kartu, masing-masing kartu
1
memiliki peluang yang sama yaitu 52.

Peluang dari suatu kejadian A adalah perbandingan antara banyaknya kejadian


A dan banyaknya keluaran pada ruang sampel. Secara matematis, peluang dari suatu
kejadian A dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa himpunan kejadian A


merupakan himpunan bagian dari ruang sampel S. Oleh karena itu, 𝒏(𝑨) ≤ 𝒏(𝑺).
Dengan demikian, domain dari 𝑛(𝐴) adalah sebagai berikut.

0 ≤ 𝑛(𝐴) ≤ 𝑛(𝑆)

Jika semua ruas dibagi dengan 𝑛(𝑆), diperoleh:

0 𝑛(𝐴) 𝑛(𝑆)
≤ ≤
𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)

↔ 0 ≤ 𝑃(𝐴) ≤ 1

Jadi, kisaran nilai peluang adalah di antara 0 dan 1. Jika 𝑃(𝐴) = 0, kejadian A
merupakan kejadian yang mustahil terjadi. Sementara jika 𝑃(𝐴) = 1 , kejadian A
merupakan kejadian yang pasti terjadi.

Contoh soal 3

Dari seperangkat kartu bridge, akan diambil kartu merah bernomor 10. Tentukan
peluang dari percobaan tersebut!

Peluang dan Binomial 4


Pembahasan:

Seperangkat kartu bridge terdiri atas 52 kartu. Dengan demikian, banyaknya anggota
ruang sampel dari percobaan tersebut adalah n(S) = 52.

Misalkan A adalah kejadian terambilnya kartu merah bernomor 10.

Dengan demikian, banyaknya anggota kejadian A adalah n(A) = 2.

Berdasarkan definisi peluang, diperoleh:

𝑛(𝐴) 2 1
𝑃(𝐴) = = =
𝑛(𝑆) 56 26

1
Jadi, peluang dari percobaan tersebut adalah 26.

Contoh soal 4

Sekeping koin dan sebuah dadu dilampar secara bersamaan sebanyak satu kali.
Hitunglah peluang dari kejadian-kejadian berikut!

a. Munculnya angka pada koin dan bilangan genap dadu.


b. Munculnya gambar pada koin atau mata dadu 3 pada dadu.

Pembahasan:

Ruang sampel untuk pelemparan sekeping koin dan sebuah dadu secara bersamaan
adalah sebagai berikut.

S = {(A,1), (A,2), (A,3), (A,4), (A,5), (A,6), (G,1), (G,2), (G,3), (G,4), (G,5), (G,6)}

Peluang dan Binomial 5


Ini berarti, n(S) = 12.

a. Misalkan A adalah kejadian munculnya angka pada koin dan bilangan genap pada
dadu. Himpunan kejadian A adalah A = {(A,2), (A,4), (A,6)}, sehingga n(A) = 3.
Dengan demikian, peluang munculnya angka pada koin dan bilangan genap pada
dadu adalah sebagai berikut.

𝑛(𝐴) 3 1
𝑃(𝐴) = = =
𝑛(𝑆) 12 4

1
Jadi, peluang munculnya angka pada koin dan bilangan genap pada dadu adalah .
4

b. Misalkan B adalah kejadian munculnya gambar pada koin atau mata dadu 3 pada
dadu. Himpunan kejadian B adalah B = {(G,1), (G,2), (G,3), (G,4), (G,5), (G,6),
(A,3)}, sehingga n(B) = 7.
Dengan demikian, peluang munculnya gambar pada koin atau mata dadu 3 pada
7
dadu adalah 12.

d. Kejadian-Kejadian Komplemen

Salah satu konsep penting dalam teori peluang adalah kejadian yang saling
berkomplemen. Komplemen suatu kejadian A, dinotasikan dengan 𝐴𝑐 adalah kejadian
pada ruang sampel selain kejadian A. Dengan demikian, berlaku:

𝑛(𝐴𝑐 ) = 𝑛(𝑆) − 𝑛(𝐴)

Oleh karena jumlah peluang semua kejadian pada ruang sampel adalah 1,
maka:

𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐴𝑐 ) = 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃(𝐴𝑐 ) = 1 − 𝑃(𝐴)

Contoh soal 5

Jika peluang siswa SMA gagal dalam ujian adalah 0,0001, berapakah peluang siswa
SMA yang berhasil dalam ujian?

Peluang dan Binomial 6


Pembahasan:

Misalkan A adalah kejadian siswa SMA gagal dalam ujian. Ini berarti, 𝐴𝑐 adalah
kejadian siswa SMA berhasil dalam ujian. Berdasarkan teori komplemen suatu
kejadian, diperoleh:

𝑃(𝐴𝑐 ) = 1 − 𝑃(𝐴)

= 1 − 0,0001

= 0,9999

Jadi, peluang siswa SMA berhasil dalam ujian adalah 0,9999.

e. Peluang Empirik
Peluang empirik adalah peluang yang ditentukan berdasarkan kejadian yang
sudah terjadi atau berdasarkan hasil observasi. Peluang empirik suatu kejadian A
dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐴 𝑓𝐴


𝑃(𝐴) = =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑛

Contoh soal 6

Suatu perusahaan transportasi ingin meneliti pilihan transportasi masyarakat dari


Jakarta ke Bandung saat liburan. Perusahaan terseut memilih 100 orang responden
dari beberapa kecamatan di Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut digambarkan dalam
tabel distribusi frekuensi berikut.

Pilihan Transportasi Frekuensi


Bus 16
Kereta api 29
Mobil pribadi 20
Mobil umum 15
Motor 11
Pesawat 9

Peluang dan Binomial 7


Tentukan peluang masyarakat memilih mobil umum saat liburan dari Jakarta ke
Bandung!

Pembahasan:

Misalkan A adalah kejadian masyarakat memilih mobil umum saat liburan. Ini berarti,
f(A) = 15. Dengan demikian, peluang kejadian A adalah sebagai berikut.
𝑓𝐴 15
𝑃(𝐴) = = = 0,15
𝑛 100
Nilai peluang tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persen, yaitu 15%.
Jadi, peluang masyarakat memilih mobil umum saat liburan dari Jakarta ke Bandung
adalah 15%.

Contoh soal 7

Berikut ini adalah distribusi usia CEO perusahaan sukses di negara Afrika Selatan.

Usia Frekuensi
21 - 30 8
31 - 40 9
41 - 50 12
51 - 60 13
61 – 70 19
71 - 80 5
Jika hendak dipilih seorang CEO secara acak, tentukanlah peluang dari kejadian-
kejadian berikut!

a. Terpilihnya CEO berusia di atas 30 tahun.


b. Terpilihnya CEO berusia di atas 50 tahun dan di bawah 71 tahun.

Pembahasan:

a. Misalkan A adalah kejadian terpilihnya CEO berusia di atas 30 tahun.


Berdasarkan tabel distribusi pada soal, frekuensi dari kejadian A adalah hasil
penjumlahan dari frekuensi kelas ke-2 sampai kelas ke-6, sehingga 𝑓𝐴 = 58.
Sementara total frekuensinya adalah 𝑛 = ∑ 𝑓 = 66. Dengan demikian, diperoleh:

Peluang dan Binomial 8


𝑓𝐴 58
𝑃(𝐴) = = ≈ 0,88
𝑛 66

Jadi, peluang terpilihnya CEO berusia di atas 30 tahun adalah 0,88.

b. Misalkan B dalah kejadian terpilihnya CEO berusia di atas 50 tahun dan di


bawah 71 tahun. Berdasarkan tabel distribusi pada soal, frekuensi dan kejadian
B adalah hasil penjumlahan dan frekuensi kelas ke-4 dan kelas ke-5, sehingga
𝑓𝐵 = 32. Sementara total frekuensinya adalah n = ∑ 𝑓 = 66. Dengan demikian,
diperoleh:

𝑓𝐵 32
𝑃(𝐵) = = ≈ 0,48
𝑛 66

Jadi, peluang terpilihnya CEO berusia di atas 50 tahun dan di bawah 71 tahun
adalah 0,48.

f. Aturan Penjumlahan Peluang

Selain konsep peluang yang telah kamu pelajari sebelumnya, ada juga konsep
peluang yang melibatkan dua kejadian atau lebih. Misalnya dalam kasus pemilihan
kepala daerah, kamu mungkin ingin tahu apakah kepala daerah yang terpilih adalah
orang kaya atau orang populer atau keduanya? Kemungkinan dari terpilihnya kepala
daerah tersebut adalah sebagai berikut.

 Orang tersebut kaya.


 Orang tersebut populer.
 Orang tersebut kaya dan populer.

Contoh kasus lainnya adalah kamu ingin tahu apakah kepala daerah yang terpilih
laki-laki atau perempuan? Kemungkinan dari terpilihnya kepala daerah tersebut
adalah sebagai berikut.

 Orang tersebut laki-laki.


 Orang tersebut perempuan.

Perbedaan kasus pertama dengan kasus kedua adalah kasus pertama


memungkinkan kedua kriteria terjadi secara bersamaan (kaya dan populer). Sementara

Peluang dan Binomial 9


kasus kedua tidak memungkinkan kedua kriteria terjadi secara bersamaan (laki-laki
dan perempuan). Kasus kedua inilah yang dinamakan sebagai kejadian saling lepas.
Sedangkan kasus pertama dinamakan sebagai kejadian tidak saling lepas.

Aturan peluang untuk kejadian saling lepas adalah sebagai berikut.

 Jika kejadian A dan kejadian B saling lepas, peluang kejadian A atau B


adalah sebagai berikut.

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)

Sementara untuk kejadian tidak saling lepas adalah sebagai berikut.

 Jika kejadian A dan kejadian B tidak saling lepas, peluang kejadian A atau B
adalah sebagai berikut.

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

Contoh soal 8

Berikut ini adalah data sebaran anggota serikat buruh dari 5 kota besar di Indonesia.

Nama kota Frekuensi


Bandung 314
Jakarta 258
Yogyakarta 345
Medan 267
Padang 113
Jika hendak dipilih 1 orang secara acak untuk menjadi ketua serikat buruh, peluang
terpilihnya ketua serikat buruh dari kota Bandung atau Padang adalah...

Pembahasan:

Diketahui n = 1.297

Peluang dan Binomial 10


Misalkan A adalah kejadian terpilihnya ketua serikat buruh dari Bandung dan B
adalah kejadian terpilihnya ketua serikat buruh dari Padang. Oleh karena kedua
kejadian tersebut tidak mungkin terjadi secara bersamaan, maka kejadian A dan B
adalah kejadian yang saling lepas. Dengan demikian, diperoleh:

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)

𝑓𝐴 𝑓𝐵
= +
𝑛 𝑛

314 113
= +
1.297 1.297

427
=
1.297

Jadi, peluang terpilihnya ketua serikat buruh dari kota Bandung atau Padang adalah
427
.
1.297

Contoh soal 9

Dari seperangkat kartu bridge, akan diambil satu kartu secara acak. Peluang
terambilnya kartu bernomor 10 atau kartu berwarna merah adalah...

Pembahasan:

Ruang sampel dari percobaan tersebut adalah n(S) = 52.

Misalkan A adalah kejadian terambilnya kartu bernomor 10 dan B adalah kejadian


terambilnya kartu berwarna merah. Oleh karena ada kemungkinan kartu yang terambil
bernomor 10 dan berwarna merah, maka kejadian A dan kejadian B adalah kejadian
yang tidak saling lepas. Dengan demikian, diperoleh:

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

𝑛(𝐴) 𝑛(𝐵) 𝑛(𝐴 ∪ 𝐵)


= + −
𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)

4 26 2
= + −
52 52 52

Peluang dan Binomial 11


28
=
52

28
Jadi, peluang terambilnya kartu bernomor 10 atau kartu berwarna merah adalah 52.

g. Aturan Perkalian Peluang


Aturan perkalian dapat digunakan untuk mencari peluang dari dua kejadian
atau lebih yang terjadi secara berurutan. Sebagai contoh, jika kamu melempar koin
dan kemudian melempar dadu, kamu dapat mencari peluang kejadian munculnya G
pada koin, dan munculnya mata dadu 4 pada dadu. Dua kejadian ini dinamakan saling
bebas, karena kejadian pertama tidak berpengaruh pada hasil kejadian kedua.
1. Aturan Perkalian 1

Jika kejadian A dan B saling bebas, peluang dua kejadian tersebut


adalah sebagai berikut.

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴). 𝑃(𝐵)

2. Aturan Perkalian 2
Jenis kejadian berurutan yang kedua adalah kejadian pertama
berpengaruh terhadap kejadian berikutnya. Sebagai contoh, saat kamu
mengambil 2 kartu berturut-turut dan seperangkat kartu bridge tanpa
pengembalian. Pengembalian kartu pertama tanpa pengembalian akan
berpengaruh pada banyaknya kartu yang tersisa. Artinya, banyak pilihan
pada pengambilan pertama berbeda dengan banyak pilihan pada
pengembalian kedua. Kejadian seperti ini dinamakan sebagai kejadian
tidak saling bebas.

Jika kejadian A dan B tidak saling bebas, peluang dua kejadian


tersebut adalah sebagai berikut.

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴). 𝑃(𝐵|𝐴)

P(B | A) dibaca peluang B setelah terjadinya A.

Peluang dan Binomial 12


Contoh soal 10

Dari suatu kotak yang berisi 4 bola biru dan 6 bola merah, akan diambil satu bola
sebanyak dua kali secara berturut-turut. Jika bola yang diambil pada pengambilan
pertama dikembalikan, tentukanlah peluang dari kejadian-keadian berikut!

a. Terambilnya kedua bola berwarna biru.


b. Terambilnya kedua bola berwarna sama.

Pembahasan:

a. Oleh karena bola yang diambil pada pengambilan pertama dikembalikan, maka
hasil pengambilan pertama tidak berpengaruh pada hasil pengembalian kedua.
Ini berarti, dua kejadian tersebut saling bebas, sehingga berlaku:
𝑃(𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑟𝑢) = 𝑃(𝑏𝑖𝑟𝑢) 𝑥 𝑃(𝑏𝑖𝑟𝑢)

4 4 16
= 𝑥 = = 0,16
10 10 100

Jadi, peluang terambilnya kedua bola berwarna biru adalah 0,16.

b. Kejadian terambilnya kedua bola berwarna sama memiliki dua kemungkinan,


yaitu biru dan biru atau merah dan merah. Dua kemungkinan ini termasuk
kejadian yang saling lepas, hanya saja kejadian pertama maupun kejadian kedua
masing-masing merupakan kejadian saling bebas.
Misalkan B adalah kejadian terambilnya bola biru dan M adalah kejadian
terambilnya bola merah. Dengan demikian, diperoleh:

𝑃((𝐵 ∩ 𝐵) ∪ (𝑀 ∩ 𝑀)) = 𝑃(𝐵 ∩ 𝐵) + 𝑃(𝑀 ∩ 𝑀)

= 𝑃(𝐵) 𝑥 𝑃(𝐵) + 𝑃(𝑀) 𝑥 𝑃(𝑀)

4 4 6 6
= 𝑥 + 𝑥
10 10 10 10

16 36
= +
100 100

52
=
100

Peluang dan Binomial 13


= 0,52

Jadi, peluang terambilnya kedua bola berwarna sama adalah 0,52.

Contoh soal 11

Dari suatu kotak yang berisi 6 bola merah dan 5 bola kuning, akan diambil tiga bola
satu per satu tanpa pengembalian. Peluang terambilnya 1 bola kuning dari percobaan
tersebut adalah...

Pembahasan:

Misalkan M adalah kejadian terambilnya bola merah dan K adalah kejadian


terambilnya bola kuning.

Pengembalian tiga bola satu per satu dengan salah satunya bola kuning memiliki 3
kemungkinan, yaitu MMK, MKM, atau KMM. Tiga kejadian ini tidak saling bebas,
karena pengembalian bola sebelumnya berpengaruh pada banyak bola untuk
pengembalian berikutnya. Dengan demikian, diperoleh:

𝑃(𝑀𝑀𝐾 ∪ 𝑀𝐾𝑀 ∪ 𝐾𝑀𝑀) = 𝑃(𝑀𝑀𝐾) + 𝑃(𝑀𝐾𝑀) + 𝑃(𝐾𝑀𝑀)

6 5 5 6 5 5 5 6 5
= . . + . . + . .
11 10 9 11 10 9 11 10 9

6 5 5
= 3. . .
11 10 9

5
=
11

5
Jadi, peluang terambilnya 1 bola kuning dari percobaan tersebut adalah 11.

Contoh soal 12

Departemen kepolisian suatu kota melaporkan bahwa tahun 2014 telah terajdi 10
kasus kejahatan. Sementara tahun 2015 telah terjadi 8 kasus kejahatan, dan tahun

Peluang dan Binomial 14


2016 telah terjadi 5 kasus kejahatan. Jika hendak dipilih dua kasus kejahatan secara
acak, peluang terpilihnya kedua kasus dari tahun 2014 adalah...

Pembahasan:

Pemilihan kasus pertama akan berpengaruh pada kasus kedua, karena banyaknya
kasus pada pemilihan kedua akan berkurang. Ini berarti, pemilihan kasus kejahatan
pertama di tahun 2014 dan pemilihan kasus kejahatan kedua di tahun 2014 merupakan
kejadian tidak saling bebas. Dengan demikian, diperoleh:

𝑃(2014 ∩ 2014) = 𝑃(2014). 𝑃(2014|2014)

10 9 45
= . =
23 22 253

45
Jadi, peluang terpilihnya kedua kasus dari tahun 2014 adalah 253.

h. Peluang Kejadian Bersyarat

Pada dua kejadian A dan B yang tidak saling bebas, berlaku:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴). 𝑃(𝐵|𝐴)

Jika kedua ruas dibagi dengan 𝑃(𝐴), diperoleh:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐴). 𝑃(𝐵|𝐴)


=
𝑃(𝐴) 𝑃(𝐴)

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
𝑃(𝐵|𝐴) =
𝑃(𝐴)

𝑃(𝐵|𝐴) dibaca peluang kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu.

Contoh soal 13

Seratus orang siswa ditanya, apakah setuju melakukan study tour ke luar negeri?
Berikut adalah jawabannya.

Peluang dan Binomial 15


Ya Tidak Jumlah
Laki-laki 24 16 40
Perempuan 13 47 60
Jumlah 37 63 100

Jika hendak dipilih satu orang secara acak, tentukan:

a. Peluang yang menjawab ya dari siswa laki-laki; dan


b. Peluang terplihnya perempuan dari siswa yang menjawab tidak.

Pembahasan:

Oleh karena kejadian tersebut bersyarat, maka:

𝑃(𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖)


𝑃(𝑦𝑎|𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖) =
𝑃 (𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖)

24
= 100
40
100

24
=
40

= 0,6

Jadi, pelung yang menjawab ya dari siswa laki-laki adalah 0,6.

𝑃(𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘)


𝑃(𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛|𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘) =
𝑃(𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘)

47
= 100
63
100

47
=
63

= 0,746

Jadi, peluang terpilihnya perempuan dari siswa yang menjawab tidak adalah 0,746.

Peluang dan Binomial 16


B. Aturan Pencacahan dan Permutasi
a. Aturan Pencacahan
Aturan pencacahan adalah dasar dari perhitungan peluang. Dengan
menguasai aturan pencacahan, kamu dapat menentukan banyaknya kemungkinan
pengaturan unsur atau objek dalam suatu percobaan. Ada dua macam aturan
pencacahan, yaitu aturan perkalian (aturan pengisian tempat yang tersedia) dan aturan
penjumlahan.
1. Aturan Perkalian
Prinsip dari aturan ini adalah mengalikan banyaknya kemungkinan cara
(pilihan) dari setiap kejadian yang terjadi secara bersamaan.

Contoh soal 14

SMA Cerdas berhasil memperoleh 5 siswa sebagai calon peserta olimpiade


Matematika dan 3 siswa sebagai calon peserta olimpiade Fisika. Sekolah akan
mengutus 1 siswa untuk setiap mata pelajaran. Tentukan banyak cara memilih utusan
sekolah sebagai peserta olimpiade Matematika dan Fisika.

Pembahasan:

Matematika
m1 m2 m3 m4 m5
Fisika
f1 (f1,m1) (f1,m2) (f1,m3) (f1,m4) (f1,m5) Pilihan

f2 (f2,m2) (f2,m2) (f2,m3) (f2,m4) (f2,m5) utusan

f3 (f3,m3) (f3,m2) (f3,m3) (f3,m4) (f3,m5) sekolah

Pilihan utusan sekolah

Ini berarti, banyak cara memilih = 15 cara.

Cara tersebut secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut.

Peluang dan Binomial 17


Matematika Fisika
Banyak Pilihan 5 3

Jadi, banyak cara memilihnya adalah 5 x 3 = 15 cara.

Contoh soal 15

Seorang ahli gizi menyusun menu makan siang dan makan malam untuk pasien
penderita mag di sebuah rumah sakit. Setiap menu harus berisi 1 macam karbohidrat,
protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah. Makanan berkarbohidrat yang
disediakan adalah nasi putih. Protein hewaninya adalah sup ayam dan sup ikan.
Protein nabatinya adalah tempe bacem dan tahu mendoan. Sayurnya adalah kangkung
dan tauge. Buahnya adalah pepaya dan semangka. Tentukan banyak cara menyusun
menu dari makanna-makanan tersebut!

Pembahasan:

Berdasarkan soal, banyaknya pilihan makanan yang disediakan adalah sebagai berikut.

 Makanan berkarbohidrat ada 1, yaitu nasi putih.


 Makanan berprotein hewani ada 2, yaitu sup ayam dan sup ikan.
 Makanan berprotein nabati ada 2, yaitu tempe bacem dan tahu mendoan.
 Sayur ada 2, yaitu kangkung dan taoge.
 Buah ada 2, yaitu pepaya dan semangka.

Dengan menggunakan diagram pohon diperoleh:

Peluang dan Binomial 18


Banyak cara menyusun menu = 16 cara.

Cara tersebut secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut.

Protein Protein
Karbohidrat Sayur Buah
Hewani Nabati
Banyak Pilihan 1 2 2 2 2

Jadi, banyak cara menyusun menunya adalah 1 x 2 x 2 x 2 x 2 = 16 cara.

Peluang dan Binomial 19


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan tentang aturan perkalian
sebagai berikut.

Aturan Perkalian

Misalkan terdapat k buah kejadian yang saling bebas, dengan:

Kejadian ke-1 dapat terjadi dalam n1 cara berbeda;

Kejadian ke-2 dapat terjadi dalam n2 cara berbeda;

Kejadian ke-k dapat terjadi dalam nk cara berbeda.

Banyak cara terjadinya seluruh kejadian tersebut adalah sebagai berikut.

𝑛1 𝑥 𝑛2 𝑥 … 𝑥 𝑛𝑘 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎

Persoalan aturan perkalian umumnya berkaitan dengan cara penyusunan


objek/unsur pada tempat/posisi yang tersedia. Sebagai contoh, susunan angka
yang menunjukkan bilangan tertentu, susunan huruf yang membentuk kata
tertentu, dan sebagainya.

Contoh soal 16

Dari angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 akan disusun bilangan genap yang terdiri atas
3 angka berbeda. Banyak bilangan genap yang dapat disusun adalah...

Pembahasan:

Diketahui 7 angka berbeda, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.

Bilangan yang akan disusun terdiri atas 3 angka. Ini berarti, ada 3 tempat yang
tersedia, yaitu ratusan, puluhan, dan satuan.

Peluang dan Binomial 20


Oleh karena angkanya berbeda, maka angka satuannya harus genap. Dengan demikian,
pengisian tempat harus dimulai dari satuan, puluan, dan terakhir ratusan. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan tabel berikut.

Satuan Puluhan Ratusan


Banyak
Pilihan 3 6 5
Angka
Lima buah angka dari
Enam buah angka
1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
dari 1, 2, 3, 4, 5,
Angka (satu angka sudah
Angka 6, 7 (salah satu
genap digunakan untuk
yang angka sudah
yaitu 2, 4, mengisi tempat satuan
Dipilih digunakan untuk
dan 6. dan 1 angka lain untuk
mengisi tempat
mengisi tempat
satuan).
puluhan).

Jadi, banyak bilangan genap yang dapat disusun adalah 3 x 6 x 5 = 90.

2. Aturan Penjumlahan
Prinsip dari aturan ini adalah menjumlahkan banyaknya kemungkinan
cara (pilihan) dari kejadian-kejadian yang tidak terjadi secara bersamaan.

Contoh soal 17

Jabatan ketua OSIS dapat diduduki oleh siswa kelas XI atau kelas XII. Jika siswa
kelas XI terdiri atas 110 orang dan siswa kelas XII terdiri atas 90 orang, tentukan
banyak cara memilih ketua OSIS.

Pembahasan:

Berdasarkan soal, dapat diperoleh informasi berikut:

Banyak siswa kelas XI = 110 orang.

Banyak siswa kelas XII = 90 orang.

Peluang dan Binomial 21


Jabatan ketua OSIS hanya disediakan untuk 1 orang dari salah sau tingkatan kelas.

Ini berarti terdapat 2 kemungkinan, yaitu 1 siswa kelas XI terpilih sebagai ketua OSIS
atau 1 siswa kelas XII yang terpilih.

Dua kemungkinan ini tidak dapat terjadi secara bersamaan sehingga aturan
pencacahan yang digunakan adalah aturan penjumlahan.

Jadi, banyak cara memilih ketua OSIS tersebut adalah 110 + 90 = 200 cara.

Berdasarkan contoh, dapat disimpulkan tentang aturan penjumlahan sebagai


berikut.

Aturan Penjumlahan

Misalkan terdapat k buah kejadian yang saling bebas, dengan:

Kejadian ke-1 dapat terjadi dalam n1 cara berbeda;

Kejadian ke-2 dapat terjadi dalam n2 cara berbeda;

Kejadian ke-k dapat terjadi dalam nk cara berbeda.

Banyak cara terjadinya seluruh kejadian tersebut adalah sebagai berikut.

𝑛1 + 𝑛2 + ⋯ + 𝑛𝑘 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎

Peluang dan Binomial 22


Perbedaan antara Peraturan Perkalian dan Penjumlahan

Pembeda Aturan Perkalian Aturan Penjumlahan


Banyak cara
terjadinya k buah 𝑛1 𝑥 𝑛2 𝑥 … 𝑥 𝑛𝑘 cara 𝑛1 + 𝑛2 + ⋯ + 𝑛𝑘 cara
kejadian
Tidak bersamaan, tidak
Waktu dan sifat Bersamaan atau
serentak, satu per satu,
kejadian berurutan
atau bersifat pilihan.
Kata kunci dalam soal
Dan Atau
cerita
Aturan perkalian dan penjumlahan juga dapat digunakan bersama-sama
tergantung perintah soalnya.

b. Faktorial
Faktorial merupakan bentuk perkalian bilangan bulat positif berurutan.
Pemahaman terhadap faktorial akan sangat membantu kamu dalam mempelajari
permutasi dan kombinasi.

Definisi Faktorial

Misalkan terdapat n buah bilangan bulat positif.

𝑛! (dibaca: n faktorial) dapat didefinisikan sebagai berikut.

𝑛! = 𝑛 𝑥 (𝑛 − 1)𝑥 (𝑛 − 2)𝑥 … 𝑥 3 𝑥 2 𝑥 1

Definisi tambahan:

0! = 1

1! = 1

Peluang dan Binomial 23


Sifat-Sifat Faktorial

Jika n, a, dan b ∈ bilangan bulat positif, berlaku:

𝑛!
1. 𝑛 =
(𝑛 − 1)!

2. (𝑎 − 𝑏)! ≠ 𝑎! − 𝑏!

3. (𝑎 + 𝑏)! ≠ 𝑎! + 𝑏!

4. (𝑎 𝑥 𝑏)! ≠ 𝑎! 𝑥 𝑏!

5. (𝑎 ÷ 𝑏)! ≠ 𝑎! ÷ 𝑏!

Contoh soal 18

1 1 12
+ − =⋯
4! 5! 6!

Pembahasan:

Dengan menyamakan penyebut pecahan, diperoleh:

1 1 12 6(5) 6 12
+ − = + −
4! 5! 6! 6! 6! 6!

30 + 6 − 12
=
6!

24
=
6!

4𝑥3𝑥2𝑥1
=
6𝑥5𝑥4𝑥3𝑥2𝑥1

1
=
30

1 1 12 1
𝐽𝑎𝑑𝑖, + − =
4! 5! 6! 30

Peluang dan Binomial 24


c. Permutasi
Permutasi merupakan banyak cara penyusunan unsur-unsur (objek) dengan
memerhatikan urutan. Secara umum, terdapat 5 jenis permutasi.
1. Permutasi n Unsur yang Berbeda

Untuk memahami konsep permutasi n unsur yang berbeda, perhatikan


contoh soal berikut.

Contoh soal 19

Tentukan banyak cara menyusun 4 buah buku yang terdiri atas buku Biologi (B),
Fisika (F), Matematika (M), dan Sejarah (S) di sebuah rak secara berjajar.

Pembahasan:

Kemungkinan susunan buku Biologi (B), Fisika (F), Matematika (M), dan Sejarah (S)
adalah sebagai berikut.

BFMS BSFM FMBS MBFS MSBF SFBM

BFSM BSMF FMSB MBSF MSFB SFMB

BMFS FBMS FSBM MFBS SBFM SMBF

BMSF FBSM FSMB MFSB SBMF SMFB

Jadi, banyak cara menyusunnya adalah 24.

Jika pembahasan contoh soal di atas dituliskan dalam bentuk faktorial,


banyak cara menyusun 4 buku = 24 = 4 x 3 x 2 x 1 = 4!

Dengan demikian, diperoleh kesimpulan berikut.

Permutasi n Unsur yang Berbeda

Banyak cara menyusun n unsur yang berbeda adalah sebagai berikut.

𝑛𝑃𝑛 = 𝑃𝑛𝑛 = 𝑃(𝑛,𝑛) = 𝑛!

Peluang dan Binomial 25


2. Permutasi r dari n Unsur dengan 𝟎 ≤ 𝒓 ≤ 𝒏
Untuk memahami konsep permutasi r dari n unsur dengan 0 ≤ 𝑟 ≤ 𝑛,
perhatikan contoh soal berikut.

Contoh soal 20

Pada pemilihan ketua dan wakil ketua RT, muncul 3 kandidat yaitu Aliando, Bondan,
dan Chiko. Tentukan banyak susunan pasangan ketua dan wakil ketua RT yang
mungkin.
Pembahasan:
Dengan menggunakan tabel, diperoleh:

Ketua Wakil Ketua


Aliando Bondan
Aliando Chiko
Bondan Aliando
Bondan Chiko
Chiko Aliando
Chiko Bondan

Jadi, banyak susunan ketua dan wakil ketua RT yang mungkin adalah 6 pasang.

Jika pembahasan contoh di atas dituliskan dalam bentuk faktorial, banyak


susunan pasangan ketua dan wakil ketua RT (2 orang) dari 3 kandidat adalah
sebagai berikut.

3𝑥2𝑥1 3! 3!
6= 3𝑥2𝑥1= = =
1 1! (3 − 2)!

Dengan demikian, diperoleh kesimpulan berikut.

Permutasi r dari n Unsur dengan 𝟎 ≤ 𝒓 ≤ 𝒏

Banyak cara menyusun n unsur yang berbeda adalah sebagai berikut.

𝑛!
𝑛𝑃𝑟 = 𝑃𝑟𝑛 = 𝑃(𝑛,𝑟) =
(𝑛 − 𝑟)!

Peluang dan Binomial 26


3. Permutasi Siklis (Melingkar)
Untuk memahami konsep permutasi siklis, perhatikan contoh berikut.

Contoh soal 21

Empat buah manik-manik dengan warna merah, kuning, hijau, dan biru akan
dirangkai menjadi sebuah cincin. Tentukan banyak cara merangkai manik-manik
tersebut!

Pembahasan:

Misalkan:

Manik merah = M;

Manik kuning = K;

Manik hijau = H; dan

Manik biru = B.

Rangkaian manik-manik yang mungkin adalah sebagai berikut.

Jadi, banyak cara merangkai manik-manik tersebut adalah 6 cara.

Peluang dan Binomial 27


Perhatikan kembali rangkaian 1 dan 2 pada pembahasan contoh soal di
atas. Susunan rangkaian 1 dan 2 terlihat sama. Namun, jika manik berwarna
merah dijadikan acuan, susunan rangkaian keduanya menjadi berbeda. Ini berarti,
kita cukup menentukan susunan 3 manik-manik lainnya dengan permutasi n unsur
berbeda (n!). dengan demikian, banyak cara merangkai sebuah cincin dari 4
manik-manik adalah sebagai berikut.

(4 − 1)! = 3! = 3 𝑥 2 𝑥 1 = 6 𝑐𝑎𝑟𝑎.

Dengan demikian, diperoleh kesimpulan berikut.

Permutasi Siklis

Banyak cara menyusun n unsur berbeda secara melingkar adalah sebagai berikut.

𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (𝑛 − 1)!

Kata kunci pada soal:

Melingkari, mengelilingi, cincin, gelang, dan kalung.

4. Permutasi dengan Unsur yang Sama


Banyak cara menyusun 𝑟1, 𝑟2 , … 𝑟𝑛 unsur yang sama dari n unsur yang
tersedia dengan 𝑟1 + 𝑟2 + … 𝑟𝑛 adalah sebagai berikut.

𝑛!
𝑛𝑃𝑟1 ,𝑟2,…,𝑟𝑛 =
𝑟1 ! 𝑟2 ! … , 𝑟𝑛 !

Contoh soal 22

Tentukan banyak kata berbeda yang dapat disusun dari huruf-huruf pada kata
MATEMATIKA!
Pembahasan:
Dari 10 huruf (M, A, T, E, M, A, T, I, K, A) terdapat huruf yang sama yaitu 𝑀 =
𝑟1 = 2, 𝐴 = 𝑟2 = 3, dan 𝑇 = 𝑟3 = 2.
Dengan menggunakan permutasi unsur yang sama, diperoleh:

Peluang dan Binomial 28


𝑛! 10!
𝑛𝑃𝑟1 ,𝑟2 ,𝑟3 = =
𝑟1 ! 𝑟2 ! 𝑟3 ! 2! 3! 2!

Jadi, banyak kata berbeda yang dapat disusun dari huruf-huruf pada kata
10!
MATEMATIKA adalah 2!3!2!.

Ciri-ciri Permutasi:

 Memerhatikan urutan
 Kata kunci pada soal cerita: menyusun (dengan setiap posisi
memiliki arti yang berbeda), memilih/mengambil dengan
tujuan/jabatan tertentu.

C. Kombinasi dan Peluang Majemuk


a. Definisi Kombinasi

Kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda (x1, x2, ..., xn) adalah seleksi tak
terurut r anggota dari himpunan (x1, x2, ..., xn). Dengan kata lain, kombinasi r unsur
dari n unsur yang berbeda merupakan subhimpunan dengan r unsur. Banyaknya
kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda dapat dinotasikan sebagai berikut.

𝑛
𝐶𝑟𝑛 ; 𝑛𝐶𝑟 ; 𝐶(𝑛, 𝑟) 𝑎𝑡𝑎𝑢 ( )
𝑟

Secara sederhana, kombinasi dapat didefinisikan sebagai susunan dari unsur-


unsur tanpa memerhatikan urutannya. Pada kombinasi, AB = BA.

Contoh soal 23

Berapa banyak kombinasi 3 huruf dari A, B, C, D, dan E?

Pembahasan:

Kombinasi 3 huruf dari A, B, C, D, dan E adalah sebagai berikut.

Peluang dan Binomial 29


ABC ABD ABE ACD ACE

ADE BCD BCE BDE CDE

Jadi, banyaknya kombinasi 3 huruf dari 5 huruf ABCDE adalah 10.

Untuk menentukan banyak kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda, dapat
digunakan teorema berikut.

Banyaknya kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda adalah sebagai


berikut.

𝑛!
𝐶𝑟𝑛 =
(𝑛 − 𝑟)! 𝑟!

Dengan 𝑛 ≥ 𝑟, serta n dan r merupakan bilangan asli.

Dengan menggunakan teorema tersebut, kombinasi 3 huruf dari huruf ABCDE lebih
mudah ditentukan yaitu sebagai berikut.

Diketahui:

r=3

n=5

Dengan menggunakan rumus kombinasi, diperoleh:

5! 5!
𝐶53 = = = 10
(5 − 3)! 3! 2! 3!

Jadi, banyaknya kombinasi 3 huruf dari 5 huruf ABCDE adalah 10.

b. Binomial Newton

Penjabaran binomial Newton dengan kombinasi dapat dinyatakan sebagai


berikut.

∑ 𝐶𝑟𝑛 𝑎𝑛−𝑟 𝑏 𝑟 = (𝑎 + 𝑏)𝑛


𝑟=0

Dengan n dan r merupakan bilangan asli.

Peluang dan Binomial 30


Contoh soal 27

Jelaskan bentuk binomial (3𝑝 − 2)3 dengan kombinasi.

Pembahasan:

Bentuk pada soal dapat dinyatakan sebagai berikut.

(3𝑝 − 2)3 = (3𝑝 + (−2))3

Dari bentuk tersebut, diketahui 𝑎 = 3𝑝, 𝑏 = −2, dan 𝑛 = 3.

Dengan menggunakan rumus binomial Newton, diperoleh:

3
(3𝑝 + (−2)) = 𝐶03 (3𝑝)3−0 (−2)0 + 𝐶13 (3𝑝)3−1 (−2)1 + 𝐶23 (3𝑝)3−2 (−2)2 +

𝐶33 (3𝑝)3−3 (−2)3

= 1(27𝑝3 )1 + 3(9𝑝2 )(−2) + 3(3𝑝)(4) + 1(1)(−8)

= 27𝑝3 − 54𝑝2 + 36𝑝 − 8

3
Jadi, (3𝑝 + (−2)) = 27𝑝3 − 54𝑝2 + 36𝑝 − 8

c. Hubungan Antarkejadian
1. Definisi Gabungan Kejadian
Gabungan kejadian A dan B yang dinotasikan dengan 𝑨 ∪ 𝑩 adalah
peristiwa terjadinya A saja atau B saja atau dua-duanya terjadi. Gabungan
kejadian ditandai dengan kata “atau”.
2.Definisi Irisan Kejadian
Irisan kejadian A dan B yang dinotasikan dengan 𝑨 ∩ 𝑩 adalah peristiwa
terjadinya A dan B. Irisan kejadian ditandai dengan kata “dan”.

Peluang dan Binomial 31


Kedua hubungan kejadian tersebut dapat digambarkan dengan diagram
Venn berikut.

Gabungan Kejadian Irisan Kejadian

Contoh soal 28

Dua koin ditos dan hasilnya dicatat. Berikut ini dua kejadian yang diselidiki.

𝑀 : munculnya minimal 1 angka

𝑁 : munculnya minimal 1 gambar

Tentukan kejadian dan peluang dari 𝑀, 𝑁, 𝑀 ∩ 𝑁, 𝑀 ∪ 𝑁.

Pembahasan:

Ruang sampel dari hasil tos 2 koin adalah S = {(AA), (AG), (GA), (GG)}.

Dengan demikian, n(S) = 4.

 Kejadian 𝑀 :

M = {(AA), (AG), (GA)} sehingga n(M) = 3

Peluang kejadian M:

𝑛(𝑀) 3
𝑃(𝑀) = =
𝑛(𝑆) 4

 Kejadian N:

N = {(AG), (GA), (GG)} sehingga n(N) = 3

Peluang dan Binomial 32


Peluang kejadian N:

𝑛(𝑁) 3
𝑃(𝑁) = =
𝑛(𝑆) 4

 Kejadian 𝑀 ∩ 𝑁:

𝑀 ∩ 𝑁 = {(AG), (GA)}, sehingga (𝑀 ∩ 𝑁) = 2

Peluang kejadian 𝑀 ∩ 𝑁:

𝑛(𝑀 ∩ 𝑁) 2 1
𝑃(𝑀 ∩ 𝑁) = = =
𝑛(𝑆) 4 2

 Kejadian 𝑀 ∪ 𝑁:

𝑀 ∪ 𝑁 = {(AA), (AG), (GA), (GG)}, sehingga (𝑀 ∪ 𝑁) = 4

Peluang kejadian 𝑀 ∪ 𝑁:

𝑛(𝑀 ∪ 𝑁) 4
𝑃(𝑀 ∪ 𝑁) = = =1
𝑛(𝑆) 4

D. Distribusi Variabel Acak


a. Konsep variabel acak (random variabel)
Misalkan X adalah variabel acak, maka peluangnya dapat didefinisikan:
𝑃(𝑋 = 𝑎) = 𝑃({𝑠 ∈ 𝑆|𝑋(𝑠) = 𝑎})
𝑃(𝑎 ≤ 𝑋 ≤ 𝑏)
= 𝑃({𝑠 ∈ 𝑆|𝑎 ≤ 𝑋(𝑠) ≤ 𝑏})
𝑃(𝑋 < 𝑎) = 𝑃({𝑠 ∈ 𝑆|𝑋(𝑠) < 𝑎})
b. Distribusi peluang variabel acak
Jika X adalah variabel acak diskrit, maka 𝑓(𝑥) = 𝑃(𝑋 = 𝑥) disebut fungsi
peluang jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk setiap x
2) ∑𝑥 𝑓(𝑥) = 1
c. Distribusi peluang kumulatif variabel acak diskrit
Fungsi distribusi untuk variabel X didefinisikan sebagai:
𝑓(𝑥) = 𝑃(𝑋 ≤ 𝑥) , dimana x adalah bilangan real (−∞ < 𝑥 < ∞) . Fungsi
distribusi bisa diperoleh dari fungsi probabilitas, yaitu:

Peluang dan Binomial 33


𝑓(𝑥) = 𝑃(𝑋 ≤ 𝑥) = ∑ 𝑓(𝑥)
𝑋≤𝑥

Jika x diambil hanya pada suatu bilangan tertentu dari nilai-nilai


𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 , maka fungsi distribusi sebagai berikut:
0 − ∞ < 𝑥 < 𝑥1
𝑓(𝑥1 ) 𝑥1 ≤ 𝑥 < 𝑥2
𝑓(𝑥1 ) + 𝑓(𝑥2 ) 𝑥2 ≤ 𝑥 < 𝑥3
𝑓(𝑥) = . .
. .
. .
{𝑓(𝑥1 ) + 𝑓(𝑥2 ) + 𝑓(𝑥3 ) + ⋯ + 𝑓(𝑥𝑛 )𝑥𝑛 ≤ 𝑥 < ∞
d. Distribusi variabel acak kontinu
Distribusi probabilitas untuk variabel acak kontinu tidak dapat disajikan dalam
bentuk tabel, tetapi dinyatakan dalam kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥). Sehingga,
𝑏

𝑃(𝑎 ≤ 𝑋 ≤ 𝑏) = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎

e. Distribusi probabilitas bersama


Misalkan X dan Y dua variabel acak diskrit, nilai X meliputi 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛
dan nilai Y meliputi 𝑦1 , 𝑦2 , 𝑦3 , … , 𝑦𝑛 , maka setiap pasangan berurutan (𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) yang
merupakan probabilitas bahwa X mempunyai nilai 𝑥𝑖 dan Y mempunyai nilai 𝑦𝑖
dengan P(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) merupakan sebuah fungsi probabilitas bersama dari variabel acak X
dan Y dan dinyatakan oleh:
𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) = 𝑃[(𝑋 = 𝑥) ∩ (𝑌 = 𝑦)]
f. Variabel acak binomial dan fungsi distribusi binomial
Variabel acak binomial merupakan variabel acak yang nilainya ditentukan dari
hasil percobaan binomial. Ciri-ciri percobaan binomial adalah sebagai berikut:
1) Percobaan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak n kali.
2) Percobaan bersifat paling bebas (tidak berpengaruh ke percobaan yang
lain) dan dengan pengembalian.
3) Setiap percobaan memiliki 2 kejadian, yaitu sukses dan gagal.
4) Peluang setiap kejadian tetap dalam percobaan.
Misalkan peluang sukses p → peluang gagal = 1 – p
 Jika peluang nilai-nilai variabel acak binomial didaftar dalam bentuk tabel
atau grafik dinamakan distribusi peluang variabel acak binomial.

Peluang dan Binomial 34


 Distribusi peluang variabel acak binomial dinamakan distribusi binomial.
 Peluang suatu nilai variabel acak binomial dinamakan peluang binomial.
 Secara umum, rumus peluang binomial x kejadian yang diharapkan dari n
percobaan binomial dinyatakan:
𝑛
𝑃(𝑋 = 𝑥) = 𝑏(𝑥; 𝑛; 𝑝) = ( ) 𝑝 𝑥 𝑞 𝑛−𝑥
𝑥
Keterangan:
x = banyak kejadian yang diharapkan, x = 1, 2, 3, ...
n = banyaknya percobaan
p = peluang kejadian yang diharapkan
q = peluang kejadian yang tidak diharapkan, 𝑞 = 1 − 𝑝

Peluang paling banyak x kejadian yang diharapkan dinamakan fungsi


distribusi binomial kumulatif. Misalkan x = t, maka peluang paling banyak t
kejadian yang diharapkan dinyatakan dengan:
𝑓(𝑡) = 𝑃(𝑋 ≤ 𝑡)
𝑡
𝑛
= ∑ ( ) 𝑝 𝑥 𝑞 𝑛−𝑥
𝑥
𝑥=0
𝑛 𝑛
= ( ) 𝑝0 𝑞 𝑛−0 + ( ) 𝑝1 𝑞 𝑛−1
0 1
𝑛 𝑡 𝑛−𝑡
+ …+ ( )𝑝 𝑞
𝑡

Contoh soal 29

Suatu variabel acak x memiliki distribusi probabilitas sebagai berikut:

𝑋=𝑥 0 1 2 3
𝑃(𝑋 = 𝑥) 𝑘 𝑘 2 𝑘 2 + 𝑘 3𝑘 2 + 2𝑘
Dengan 𝑘 adalah suatu konstanta. Nilai 𝑘 adalah...

Pembahasan:

∑ 𝑓(𝑥) = 1
𝑥

Peluang dan Binomial 35


𝑘 + (𝑘 2 ) + (𝑘 2 + 2) + (3𝑘 2 + 2𝑘) = 1

5𝑘 2 + 4𝑘 − 1 = 0

(5𝑘 − 1)(𝑘 + 1) = 0

1
𝑘= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘 = −1 (tm)
5

1
Jadi, nilai 𝑘 = 5

Contoh soal 30

Sebuah dadu setimbang dilempar dua kali. Dari kedua lemparan itu X menyatakan
angka 4 dan Y menyatakan angka 6, untuk 𝐴 = {(𝑥, 𝑦)|2𝑥 + 𝑦 ≤ 2}, maka 𝑃((𝑥, 𝑦) ∈
𝐴) = ...

Pembahasan:

X = angka 4

Y = angka 6

1 2 3 4 5 6
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)

Peluang dan Binomial 36


Diperoleh distribusi probabilitas bersama X dan Y

X Total
𝑓(𝑥, 𝑦)
0 1 2 Baris
16 8 1 25
0
36 36 36 36
8 2 10
Y 1 0
36 36 36
1 1
2 0 0
36 36
25 10 1
Total kolom 1
36 36 36
𝐴 = {(𝑥, 𝑦)|2𝑥 + 𝑦 ≤ 2}

Kemungkinan A = {(0,0, (0,1), (0,2), (1,0)}

Sehingga,

𝑃((𝑥, 𝑦) ∈ 𝐴) = 𝑓(0,0) + 𝑓(0,1) + 𝑓(0,2) + 𝑓(1,0)

16 8 1 8
= + + +
36 36 36 36

11 11
= =
36 12

Peluang dan Binomial 37


RANGKUMAN

 Peluang dapat didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian.


 Ruang sampel adalah himpunan semua hasil keluaran yang mungkin dari suatu
percobaan. Ruang sampel dinotasikan dengan S, sedangkan banyaknya anggota ruang
sampel dinotasikan dengan n.
 Titik sampel adalah hasil keluaran yang merupakan bagian dari ruang sampel.
 Peluang dari suatu kejadian A

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆)

 Kejadian-kejadian komplemen

𝑛(𝐴𝑐 ) = 𝑛(𝑆) − 𝑛(𝐴)

Oleh karena jumlah peluang semua kejadian pada ruang sampel adalah 1, maka:

𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐴𝑐 ) = 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃(𝐴𝑐 ) = 1 − 𝑃(𝐴)

 Peluang empirik

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐴 𝑓𝐴


𝑃(𝐴) = =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑛

 Aturan penjumlahan
 Kejadian saling lepas:

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)

 Kejadian tidak saling lepas:

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

 Aturan perkalian
 Kejadian saling bebas:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴). 𝑃(𝐵)

Peluang dan Binomial 38


 Kejadian tidak saling bebas:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴). 𝑃(𝐵|𝐴)

 Peluang kejadian bersyarat

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
𝑃(𝐵|𝐴) =
𝑃(𝐴)

 Aturan pencacahan
 Perbedaan antara Peraturan Perkalian dan Penjumlahan

Pembeda Aturan Perkalian Aturan Penjumlahan


Banyak cara
terjadinya k buah 𝑛1 𝑥 𝑛2 𝑥 … 𝑥 𝑛𝑘 cara 𝑛1 + 𝑛2 + ⋯ + 𝑛𝑘 cara
kejadian
Tidak bersamaan, tidak
Waktu dan sifat Bersamaan atau
serentak, satu per satu,
kejadian berurutan
atau bersifat pilihan.
Kata kunci dalam soal
Dan Atau
cerita

 Faktorial

𝑛! = 𝑛 𝑥 (𝑛 − 1)𝑥 (𝑛 − 2)𝑥 … 𝑥 3 𝑥 2 𝑥 1

 Sifat-Sifat Faktorial

𝑛!
1. 𝑛 =
(𝑛 − 1)!

2. (𝑎 − 𝑏)! ≠ 𝑎! − 𝑏!

3. (𝑎 + 𝑏)! ≠ 𝑎! + 𝑏!

4. (𝑎 𝑥 𝑏)! ≠ 𝑎! 𝑥 𝑏!

5. (𝑎 ÷ 𝑏)! ≠ 𝑎! ÷ 𝑏!

Peluang dan Binomial 39


 Permutasi n Unsur yang Berbeda

𝑛𝑃𝑛 = 𝑃𝑛𝑛 = 𝑃(𝑛,𝑛) = 𝑛!

 Permutasi r dari n Unsur dengan 𝟎 ≤ 𝒓 ≤ 𝒏

𝑛!
𝑛𝑃𝑟 = 𝑃𝑟𝑛 = 𝑃(𝑛,𝑟) =
(𝑛 − 𝑟)!

 Permutasi Siklis

𝑃𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠 = (𝑛 − 1)!

 Permutasi dengan Unsur yang Sama

𝑛!
𝑛𝑃𝑟1 ,𝑟2,…,𝑟𝑛 =
𝑟1 ! 𝑟2 ! … , 𝑟𝑛 !

 Ciri-ciri Permutasi:
- Memerhatikan urutan
- Kata kunci pada soal cerita: menyusun (dengan setiap posisi memiliki arti
yang berbeda), memilih/mengambil dengan tujuan/jabatan tertentu.

 Kombinasi

Kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda

𝑛!
𝐶𝑟𝑛 =
(𝑛 − 𝑟)! 𝑟!

 Binomial Newton

∑ 𝐶𝑟𝑛 𝑎𝑛−𝑟 𝑏 𝑟 = (𝑎 + 𝑏)𝑛


𝑟=0

Peluang dan Binomial 40


SOAL LATIHAN

1. Banyaknya bilangan ganjil yang terdiri dari 3 angka yang disusun dari angka-angka 2,
3, 4, 6, 7, dan 8 tanpa ada pengulangan angka adalah...
2. Ada lima pasang tamu dalam sebuah pesta. Jika masing-masing tamu belum saling
mengenal kecuali dengan padangannya dan mereka berjabat tangan dengan setiap
orang yang belum mereka kenal, maka terjadi jabat tangan sebanyak...
3. Seorang murid disuruh mengerjakan 10 soal dari 17 soal yang ada. Jika soal-soal yang
bernomor genap wajib dikerjakan, maka banyak cara mengerjakan soal-soal tersebut
adalah...
4. Banyak segitiga yang dapat dibuat dari 7 titik tanpa ada titik yang segaris adalah...
5. Enam kursi melingkari sebuah meja. Kursi tersebut akan diduduki oleh 5 anak terdiri
dari 3 perempuan dan 2 laki-laki. Jika kursi yang kosong diapit oleh anak laki-laki
dan perempuan, maka banyaknya susunan cara duduk adalah...
6. Sebuah kotak berisi 6 bola hitam dan 3 bola merah. Jika diambil 2 bola sekaligus,
maka peluang terambil keduanya jitam adalah...
7. Dari 10 siswa dan 6 siswi akan dipilih orang untuk menjadi anggota OSIS.
Kemungkinan yang terpilih ketiganya siswa adalah...
8. Dua dadu dilempar undi bersama-sama satu kali. Peluang muncul jumlah mata kedua
dadu habis dibagi 5 adalah...
9. Probabilitas seorang sembuh dari suatu penyakit setelah diberi obat tertentu adalah
90%. Jika diambil 6 orang yang terjangkit penyakit tersebut, maka peluang-peluang
sedikitnya 4 orang sembuh adalah...
10. Hasil produksi suatu barang menunjukkan rata-rata produksi barang yang rusak 20%.
Jika dari total produksi diambil 10 barang, maka peluang tepat 3 barang rusak adalah...

Peluang dan Binomial 41


DAFTAR PUSTAKA

https://d14fikpiqfsi71.cloudfront.net/media/W1siZiIsIjIwMTYvMTEvMzAvMDMvMjkvND
kvNmJiNmE3NjQtMGIwMC00Y2NkLTk4MWMtOTU1ZWI5YTI2YzA2L0ZpeF9NYXRL
MTFTMjAtRmluYWwucGRmIl1d.pdf?sha=52daca62531e03dd

https://d14fikpiqfsi71.cloudfront.net/media/W1siZiIsIjIwMTYvMTEvMzAvMTAvNDEvMz
kvNGYyY2YwYzEtYTY2Zi00ZDcwLWFhYzMtZjY1ZjIwMDliYjJlL01hdGhHMTFTMjE
ucGRmIl1d.pdf?sha=5499258bf3367027

https://d14fikpiqfsi71.cloudfront.net/media/W1siZiIsIjIwMTcvMDEvMjUvMDMvNDgvMT
EvMjRmNWI4YmYtYjJhZS00YmI2LTk5NjYtODYxNDAyODc0YTBjL01hdGVtYXRpa2
FLMTFTMTkucGRmIl1d.pdf?sha=b858417b554487a7

Pratiwi, Yuli – Wijayakusuma, Intan. Fokus Pemantapan Materi Bank Soal Full Pembahasan
Matematika. Solo: Genta Smart Publisher, 2016.

Peluang dan Binomial 42

Anda mungkin juga menyukai