Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

UJI EFEKTIVITAS RENDAMAN DAUN SINGKONG (Manihot utilissima)


SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti DENGAN
METODE ELEKTRIK CAIR
Faya Azjka Iftita
Email: fayaiftita@yahoo.com

Abstract

Aedes aegypti is a vector of Dengue Hemorrhagic Fever. It’s necessary to find


other alternatives for vector control with a method that is more environmentally
friendly. Leaves of cassava (Manihot utilissima) contains flavonoids and cyanide
can be use for insecticide. Liquid vaporizer selected because free of smoke and
dust.This study use an experimental method with Randomized Control Trial
design. The sample in this study used Aedes aegypti females aged 3-5 days
were full of sugar solution about 960 tails. In this test, performed 4 times
repetition. Divided in to 5 concentration, which is 18%, 31%, 39%, 63% and
124%. Mosquitoes exposed for 20 minutes and holding for 24 hours. The sample
size for each treatment used 20 mosquitoes. LC50 values obtained 47.82% and
LT50 23.44 hours with a level of 95%. Result showed that the most effective
concentration as electrical was 39.32%. Communities can grow cassava for
controlling Aedes aegypti which is cheap andenvironmentally friendly.

Keyword :effectiveness, insecticide, Manihot utilissima, Aedes aegypti,


vaporizer

Pendahuluan dalam pengendalian vektor DBD


bagaikan pisau bermata dua, artinya
Penyakit Demam Berdarah bisa menguntungkan sekaligus
Degue disebabkan oleh virus Dengue merugikan. Insektisida kalau
dari genus Flavivirus, famili digunakan secara tepat sasaran, tepat
Flaviviridae. DBD ditularkan ke dosis, tepat waktu dan cakupan akan
manusia melalui gigitan nyamuk mampu mengendalikan vektor dan
Aedes sp yang terinfeksi virus mengurangi dampak negatif terhadap
Dengue.1 Indonesia merupakan salah lingkungan dan organisme yang
satu negara endemik Demam Dengue bukan sasaran. Penggunaan
yang setiap tahun selalu terjadi KLB di insektisida dalam jangka tertentu akan
berbagai kota dan setiap 5 tahun menimbulkan resistensi vektor.
sekali terjadi KLB besar. Insektisida untuk pengendalian
Meningkatnya angka kesakitan DB/DBD harus digunakan dengan
demam berdarah di berbagai kota di bijak dan merupakan senjata
Indonesia disebabkan oleh sulitnya pamungkas.2
pengendalian penyakit yang ditularkan Daun Singkong memiliki
oleh nyamuk Aedes aegypti. 1 kandungan flavonoid, triterpenoid,
Pengendalian secara kimiawi saponin, tannin yang lebih tinggi
masih paling populer baik bagi daripada sayuran lainnya.3 Selain itu
program pengendalian DBD dan daun singkong ternyata juga
masyarakat. Penggunaan insektisida

20
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mengandung sianida.4 Sianida dari daun singkong efektif membunuh


menyebabkan kerusakan spirakel, nyamuk Aedes aegypti dewasa.
akibatnya serangga tidak bias
bernafas dan akhirnya mati.5 Tinjauan Pustaka
Sedangkan flavonoid merupakan
senyawa pertahanan tumbuhan yang Nyamuk Aedes aegypti betina
dapat bersifat menghambat makan dewasa memiliki tubuh bewarna hitam
serangga dan juga bersifat toksis.6 kecoklatan. Ukuran tubuh nyamuk
Flavonoid menyebabkan Aedes aegypti betina antara 3- 4 mm,
vasokonstriksi yang berlebihan dengan mengabaikan panjang
sehingga permeabilitas rongga badan kakinya. Tubuh dan tungkainya
pada nyamuk Aedes aegypti menjadi ditutup sisik dengan garis-garis putih
rusak dan hemolimfe tidak dapat keperakan. Di bagian punggung
didistribusi secara sempurna. Metode (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
elektrik dipilih karena tidak melengkung vertikal di bagian kiri dan
menimbulkan asap dan debu serta kanan yang menjadi ciri dari spesies
cepat dinetralisir lingkungan nyamuk ini. Sisik-sisik pada tubuh
dibandingkan dengan metode nyamuk pada umumnya mudah rontok
semprot. 7
Meskipun telah ada atau terlepas sehingga menyulitkan
penelitian tentang ekstrak daun identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.
10
singkong terhadap Culex sp namun
belum ada penelitian terhadap Ae Pengendalian vektor bertujuan
aegypti yang sesuai dengan standar. mengurangi atau menekan populasi
Standar penelitian vektor sampai batas serendah-
menggunakan sampel nyamuk Ae. rendahnya sehingga tidak signifikan
aegypti betina berumur 3-5 hari yang lagi sebagai penurar penyakit. Selain
kenyang larutan gula. Besar sampel itu juga, menghindarkan kontak antara
tiap perlakuan menggunakan 20 ekor vektor dan manusia. Pengendalian
nyamuk. Pemaparan dilakukan vektor dibagi menjadi 2 golongan yaitu
selama 20 menit di dalam glass pengendalian alami dan buatan.11
chamber berukuran 70x70x70 cm.7,8,9 Bentuk kegiatan pengendaliannya
Penelitian yang pernah dapat berupa pengendalian
dilakukan menggunakan nyamuk lingkungan dan pengendalian kimiawi.
jantan dan betina, umur nyamuk lebih Pengendalian lingkungan dilakukan
dari 5 hari dan lama paparan 24 jam dengan cara melakukan modifikasi
menggunakan kotak plastik berbentuk lingkungan dan melakukan usaha
bujur sangkar 100x100x60 cm. Selain perbaikan lingkungan. Sedangkan
itu, peneliti menggunakan alat elektrik pengendalian kimia dipakai bahan
cair dengan kelebihan bebas asap kimia dengan tujuan yaitu membunuh
dan tidak berbau menyengat. serangga, disebut insektisida, atau
Berdasarkan uraian tersebut, maka mengusir atau menolak serangga
peneliti tertarik melakukan penelitian disebut repellant.
untuk mengetahui apakah rendaman Daun singkong mengandung
senyawa glukosida sianogenik, yang

21
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tersebar hampir di semua jaringan eksperimen dan kelompok kontrol


tanaman yang terdiri dari linamarin positif dan negatif.
dan lotaustralin. Dalam proses Persiapan nyamuk Aedes
perendaman linamarin akan aegypti. Nyamuk yang berumur 2-5
terhidrolisis (bereaksi dengan air).12 hari diambil dengan aspirator dari
Senyawa bioaktif yang terdapat pada kandang pengembangbiakan ke
tanaman dapat dimanfaatkan seperti paper cup. Nyamuk dalam paper cup
layaknya insektisida sintetik. diberi kapas basah rendaman gula
Perbedaannya adalah bahan aktif 10%. Proses Pembuatan Rendaman
pada insektisida nabati disintesa oleh Daun Singkong. Daun singkong
tumbuhan dan jenisnya dapat lebih ditimbang dengan perbandingan berat
dari satu macam (campuran). 43 untuk mendapatkan konsentrasi
Flavonoid memiliki potensi sesuai perlakuan. Kemudian daun
untuk mengganggu metabolisme singkong dihaluskan (blend) lalu
energi di dalam mitokondria dengan direndam.
menghambat sistem pengangkutan Sebelum pengujian, glass
elektron. Adanya hambatan pada chamber dibersihkan agar tidak
sistem pengangkutan elektron akan terkontaminasi oleh insektisida lain,.
menghalangi produksi ATP dan Panaskan obat nyamuk uap cair
menyebabkan penurunan pemakaian elektrik di dalam draft room selama 4
oksigen oleh mitokondria sehingga jam. Pindahkan ke dalam glass
akan menghambat rantai respirasi, chamber pengujian selama 3 menit).
menghambat fosforilasi oksidatif, serta Lepaskan 20 ekor Ae. aegypti betina
memutuskan rangkaian antara rantai ke dalam glass chamber pengujian.
respirasi dengan fosforilasi oksidatif. Setelah 20 menit dipaparkan, nyamuk
Hal ini menyebabkan flavonoid dapat dipindahkan ke dalam paper cup,
bekerja sebagai inhibitor pernapasan pelihara/holding selama 24 jam. Pada
pada nyamuk.13 Bahan aktif asam kelompok kontrol juga dilakukan hal
sianida (Alkaloid dioscorine) memiliki yang sama. Kontrol negatif
efek insektisida melalui mekanisme dipaparkan dengan akuades
sebagai anticholinesterase. sedangkan kontrol positif dipaparkan
Anticolinesterase merupakan dengan transflutrin. Hitung/catat
mekanisme kerja dari senyawa jumlah nyamuk pingsan/mati dan
organophospat dan carbamat sebagai tentukan presentase kematian. Setiap
insektisida.14 perlakuan diamati pada enam interval
waktu yaitu pada jam ke-2, jam ke-4,
Metode jam ke-8, jam ke-16, jam dan jam ke-
24. Setiap konsentrasi rendaman
Jenis penelitian yang dilakukan daun singkong dilakukan 4 kali
dalam penelitian ini adalah pengulangan. Hitung jumlah nyamuk
eksperimen dengan rancangan uji yang mati. Mencatat hasil
acak terkendali (randomized pengamatan dalam formulir
controlled trial) dimana kelompok pengamatan. Menghitung nilai LT50
perlakuan dibagi menjadi kelompok

22
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e
(e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 20166 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan LC50 menggunakan analisis normal. Nilai signifikansi pada


probit. kematian nyamuk 0,540 (p>0,05)
sehingga Ho diterima, sampel
Hasil berdistribusi normal. Dengan demikian
sampel nyamuk yang dipakai dalam
Hasil kematian nyamuk dengan uji pendahuluan berasal dari populasi
pemaparan rendaman daun singkong yang berdistribusi normal.
setelah 24 jam dapat dilihat dari Hasilil uji homogenitas
gambar berikut: berdasarkan menunjukkan
nunjukkan bahwa nilai
signifikansi berdasarkan rata-rata rata
adalah 0,182 (p>0,05) sehingga Ho
diterima. Ho diterima, yang bermakna
ber
bahwa semua populasi memiliki
variansi data yang sama (homogen).
Hasil uji homogenitas yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa bah data
pengamatan pada uji lanjutan memiliki
Gambar 1. Kematian Aedes aegypti
variansi yang sama sehingga
dengan pemaparan
berbagai tingkat memenuhi syarat pengujian ANOVA.
konsentrasi rendaman
daun singkong dengan 4 Tabel 2. Uji Anava
kali pengulangan

Gambar 1 menunjukkan kematian


nyamuk Aedes aegypti dengan
pemaparan berbagai tingkat
rendaman daun singkong dengan 4
kali pengulangan. Berdasarkan
gambar dapatt dilihat membentuk
grafik garis yang tidak beraturan dan
cenderung mengalami penurunan Hasil uji ANOVA Tabel 2 untuk
pada konsentrasi 63,03%. mengetahui tingkat perbedaan rata –
Peningkatan konsentrasi yang rata kematian larva pada berbagai
diberikan tidak sebanding dengan serial konsentrasi berbeda secara
peningkatan kematian nyamuk yang nyata, karena nilai signifikansinya
terjadi. 0,011 (p<0,05) sehingga H0 ditolak.
Hasil uji normalitas kematian H0 ditolak yang menunjukkan bahwa
nyamuk menunjukkan bahwa ada perbedaan rata – rata kematian
signifikansi untuk kematian nyamuk dari tingkatan konsentrasi yang
adalah 0,644.. Pada uji normalitas berbeda. Kelima tingkatan konsentrasi
data, data berdistribusi normal jika memiliki efektivitas yang berbeda
nilai signifikansi lebih dari 0,05 dalam membunuh nyamuk Aedes
(p>0,05) sehingga
ehingga Ho diterima yang aegypti. Selanjutnya data pengamatan
berarti bahwa sampel berdistribusi uji lanjutan ini dianalisis dengan

23
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e
(e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 20166 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tukey,, serta analisis regresi probit Dari Tabel 5 di atas, dapat diketahui
untuk mendapatkan nilai Lethal bahwa Lethal Concentration 50 (LT50)
Concentration (LC50) dan LC90. dari pengujian rendaman daun
singkong terhadap nyamuk Aedes
Tabel 3. Hasil Uji Post Hoc aegypti berada pada nilai 47,82.
Artinya, 50% nyamuk akan mati
setelah diberikan rendaman daun
singkong sebesar 47,82%.
47,82% Lethal
Time 50 (LT50) dari pengujian
rendaman daun singkong terhadap
nyamuk Aedes aegypti berada pada
nilai 23.441.. Artinya, 50% nyamuk
akan mati setelah 23 jam.

Berdasarkan Tabel 3 hasil analisis Pembahasan


menggunakan Tukey diperoleh nilai A. Efektivitas Paparan Rendaman
signifikansi dan mean difference.
difference Daun Singkong terhadap
Dengan menggunakan metode Tukey Kematian Nyamuk Aedes aegypti
dapat dicari konsentrasi mana saja
yang berbeda dan mana yang sama Kematian nyamuk Aedes aegypti
secara statistik, terdapat perbedaan diakibatkan keracunan pada saat
yang signifikan diantara keduanya jika ekstrak daun singkong dipananaskan
di dapat nilai signifikansi kurang dari menggunakan alat pemanas. Pada
0,05 (p<0,05). Tanda bintang pada saat ekstrak daun singkong
kolom mean difference menunjukkan dipanaskan maka alat pemanas
bahwa rata-rata kematian antara 2 tersebut akan mengeluarkan
konsentrasi
entrasi berbeda secara statistik.
statistik kandungan metabolit skunder berupa
Sehingga dapat disimpulkan untuk HCN.
konsentrasi 18,43
,43% mempunyai Bahan
ahan aktif asam sianida
perbedaan rata-rata kematian dengan (Alkaloid
Alkaloid dioscorine)
dioscorine memiliki efek
konsentrasi 39,32
32 (0,09; p<0,05) dan insektisida melalui mekani
mekanisme
124,60% (0,037; p<0,05).
p<0,05) Kematian sebagai anticholinesterase.
pada konsentrasii 39,32% tidak Anticholinesterase menyebabkan
berbeda dengan kematian pada enzim cholinesterase mengalami
konsentrasi 124,60% (0,941; p>0,05). fosforilasi dan menjadi tidak aktif.
Rata-rata
rata kematian tertinggi pada Tidak aktifnya enzim cholinesterase
konsentrasi 39,32%. menyebabkan hambatan proses
degradasi asetilkolin sehingga terjadi
Tabel 4.. Probit Konsentrasi akumulasi asetilkolin di celah sinap.
Selanjutnya terjadi peningkatan
transmisi rangsang, yang
menyebabkan otot pernafasan
mengalami kontraksi secara terus- terus
menerus sehingga terjadi kejang otot

24
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pernafasan dan menyebabkan mampu memberikan efek kematian


kematian nyamuk. dalam waktu pengamatan selama 24
Selain HCN, daun singkong juga jam berkisar antara 90 -100%.15 Pada
memiliki kandungan lain seperti pengujian lanjutan sebanyak lima
flavonoid. Flavonoid berfungsi sebagai variasi konsentrasi ekstrak daun
racun pernapasan atau inhibitor singkong yang peneliti lakukan tidak
pernapasan sehingga saat nyamuk dapat mencapai kematian pada
Aedes melakukan pernapasan nyamuk diatas 90%. Konsentrasi
flavonoid akan masuk bersama udara tertinggi sebesar 124,32% b/v hanya
(O2) melalui alat pernapasannya. mampu menyebabkan kematian
Setelah melakukan pernapasan maka terhadap nyamuk rata-rata sebanyak
flavonoid akan menghambat sistem 8 ekor. Sedangkan konsentrasi
kerja pernapasan di dalam tubuh 39,32% b/v mampu menyebabkan
nyamuk. kematian rata-rata 9 ekor. Sehingga
Kematian nyamuk tidak konsentrasi yang terbaik pada saat
sebanding dengan peningkatan pengujian lanjutan yaitu konsentrasi
konsentrasi yang diberikan pada 39,32% karena merupakan
penelitian lanjutan. Tingkatan konsentrasi minimal yang memiliki
konsentrasi 18,43; 31,30; 39,32; 63,03 kemampuan untuk menyebabkan
dan 124,60% b/v memberikan rata- kematian pada nyamuk setara dengan
rata kematian nyamuk secara konsentrasi yang tertinggi.
berturut-turut 26,25%(LC20); Hasil penelitian Kurniawan
36.25%(LC40); 46.25%(LC50); mengenai larutan umbi gadung
41.25%(LC70) dan 42.5%(LC90). sebagai insektisida terhadap nyamuk
Jumlah nyamuk yang mati tidak Culex sp dengan metode elektrik
sesuai dengan pengujian nilai probit diperoleh hasil 15% larutan umbi
dan cenderung mengalami penurunan gadung menyebabkan kematian 100%
pada konsentrasi 63,03% dan pada nyamuk. Bahan aktif yang
124,60%. Konsentrasi yang digunakan adalah sianida pada umbi
memberikan rata-rata kematian gadung.16
nyamuk tertinggi pada konsentrasi Faktor pertama adalah umur
39,32% b/v, lebih tinggi dibandingkan nyamuk. Nyamuk yang digunakan
dua konsentrasi tertinggi lainnya. pada penelitian yaitu nyamuk Culex
Perbedaan berat jenis pada sp jantan dan betina berumur 12-15
konsentrasi yang tinggi menyebabkan hari. Sedangkan peneliti
HCN yang menguap lebih sedikit menggunakan nyamuk Aedes aegypti
dibandingkan pada konsentrasi yang betina berumur 3-5 hari. Pada umur di
lebih kecil. Sehingga, peningkatan atas 5 hari ketahanan tubuh nyamuk
konsentrasi rendaman daun singkong telah menurun yang akan
yang dipaparkan pada uji lanjutan mengakibatkan meningkatnya resiko
tidak sebanding dengan peningkatan kematian.17 Faktor kedua adalah
kematian nyamuk. lamanya paparan. Pemaparan larutan
Konsentrasi yang dikatakan umbi gadung pada penelitian
efektif yaitu konsentrasi minimal dan Kurniawan dilakukan selama 24 jam

25
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sedangkan yang penelitian lakukan Berdasarkan hasil penelitian


nyamuk dipaparkan selama 20 menit Sandy mengemukakan hasil yang
saja. Waktu kontak yang terlalu lama sama, diketahui semakin tinggi
akan meningkatkan lama interaksi konsentrasi ekstrak etanol daun
antara senyawa kimia dengan nyamuk kemangi (Ocimum basilicum) yang
sasaran yang akan meningkatkan diberikan, maka efektivitas insektisida
jumlah nyamuk yang mati. terhadap nyamuk Aedes aegypti juga
Faktor ketiga adalah lokasi asal akan semakin meninggi karena jumlah
tumbuhan. Daun singkong yang nyamuk Aedes aegypti yang mati
dipetik berasal dari Kota Salatiga. semakin banyak.19 Semakin tinggi
Kadar sianida daun singkong pada konsentrasi maka semakin banyak
tanah yang subur cenderung lebih bahan aktif HCN yang terkandung di
rendah dibandingkan kadar sianida dalam ekstrak. Semakin banyak HCN
daun singkong pada jenis tanah yang yang terhirup oleh nyamuk dapat
kering.17 mengakibatkan kematian yang lebih
Faktor keempat adalah bagian yang besar. Sehingga, tingkat konsentrasi
digunakan. Bagian daun dipilih karena berbanding lurus dengan kematian
mengandung HCN lebih besar nyamuk. Semakin tinggi konsentrasi
dibandingkan umbi. Akan tetapi, ekstrak daun singkong yang di
pengolahan daun singkong untuk paparkan maka semakin besar
menurunkan (melepaskan) kematian nyamuk yang terjadi.
kandungan sianida memerlukan waktu Pada kontrol positif menggunakan
lebih cepat dibandingkan dengan bahan aktif transflutrin dapat membuat
umbi.18 nyamuk Aedes aegypti mati 100%
dalam waktu 24 jam. Konsentrasi
B. Aplikasi Rendaman Daun daun singkong baru bisa
Singkong pada Skala Besar menimbulkan nyamuk Aedes aegypti
pingsan pada menit ke-60, sedangkan
Berdasarkan hasil penelitian, kontrol positif sudah bisa
rendaman daun singkong memiliki menimbulkan nyamuk pingsan sejak
potensi untuk mengendalikan vektor menit ke 10. Hal ini menunjukkan
DBD. Tumbuhan singkong mudah bahwa daun singkong tidak memiliki
ditanam di berbagai kondisi tanah dan kemampuan Knock-down effect
cuaca. Aplikasi rendaman daun seperti halnya kontrol positif.
singkong pada skala besar masih Sedangkan pada kontrol negatif tidak
perlu pengkajian lebih lanjut. Namun, ditemukan adanya kematian pada
tidak menutup kemungkinan dalam nyamuk setelah holding selama 24
pemanfaatannya sebagai insektisida jam. Kontrol negatif menggunakan
alami. Kandungan sianida yang terlalu akuades yang digunakan juga dalam
besar dapat mengakibatkan gangguan ekstraksi daun singkong. Hasil kontrol
kesehatan. Oleh karena itu perlu negatif menunjukkan bahwa nyamuk
dilakukan penelitian mengenai kadar yang digunakan dalam kondisi yang
sianida yang aman bagi tubuh baik pada saat pengujian.
manusia terutama ketika dihirup.

26
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Insektisida sintetis terbukti lebih Saran


ampuh dalam segi kecepatan untuk Masyarakat dapat menanam
membunuh vektor. Tetapi di balik hal singkong untuk alternatif
tersebut, terdapat efek lain seperti pengendalian vektor demam berdarah
resistensi terhadap vektor dan juga yang murah, ramah lingkungan dan
untuk kesehatan. Insektisida sintetis tidak berbahaya bagi kesehatan
lebih tahan lama ketika dipanaskan manusia. Bagi peneliti lain perlu
selama 8 jam. Sedangkan pada melakukan penelitian lanjutan
rendaman daun singkong masih mengenai penggunakan rendaman
belum diketahui karena peneliti hanya daun singkong dengan pemanasan
melakukan pemanasan selama 4 jam yang lebih lama yaitu 8 hingga 10 jam
saja. Oleh karena itu, peneliti lain sesuai dengan efektivitas pada
dapat melanjutkan penelitian ini insektisida sintetik sehingga
dengan menguji efektivitas rendaman pemanfaatan kedepan semakin
daun singkong dengan pemanasan optimal, efisien, dan dapat diterapkan
selama 8 jam. dalam skala yang lebih besar.

Kesimpulan
1. Lethal Time (LT50) dari rendaman Daftar Pustaka
daun singkong terhadap nyamuk
Aedes aegypti pada pengujian 1. Pusat Data dan Surveilans
lanjutan adalah 23,44 jam. Lethal Epidemiologi. Demam berdarah
Concentration (LC50) dari dengue. Buletin jendela
rendaman daun singkong epidemiologi. 2010.
terhadap nyamuk Aedes aegypti 2. Aminah, Sigit, dan Partosoedjono
pada pengujian lanjutan dengan SC. S. lerak, D. metel dan E.
nilai konsentrasi 47.82%. prostata sebagai larvasida Aedes
2. Perbedaan rata-rata konsentrasi aegypti. Cermin Dunia
nyamuk Aedes aegypti secara Kedokteran. 2001.
statistik berbeda secara signifikan 3. Nurdiana AR. Uji ekstrak daun
pada konsentrasi18,43%; singkong (Manihot esculenta)
31,30%; 39,32%. Sedangakan terhadap jumlah neutrofil pada
pada konsentrasi 63,03% dan proses penyembuhan luka tikus
124,32% tidak berbeda secara (Rattus norvegiccus). Universitas
signifikan. Sehingga konsentrasi Jember . 2013.
yang terbaik pada saat pengujian 4. Soetrisno US, dan Purawisastra
lanjutan yaitu konsentrasi 39,32% S. Pengaruh pengukusan
karena merupakan konsentrasi terhadap kandungan sianida
minimal yang memiliki dalam beberapa bahan makanan.
kemampuan untuk menyebabkan PGM. 1992.
kematian pada nyamuk setara 5. Hadi UK, Soviana S. Ektoparasit:
dengan konsentrasi yang pengenalan, diagnosis, dan
tertinggi. pengendaliannya. Bogor: Lab.
Entomologi Bag. Parasitologi dan

27
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Patologi Fakultas Kedokteran dengan metode elektrik.


Hewan IPB. 2002. Universitas Brawijaya. 2012:1-6.
6. Dinata A. Mengatasi DBD dengan
kulit jengkol. 2009.
7. Nurdjannah N. Diversifikasi
penggunaan cengkeh. Perspektif
. 2004.
8. Buewono DT, Boesri H. Pedoman
teknis uji Insektisida B2P2VRP.
Salatiga: Widya Sari,2009.
9. Zairi J, dan Lee Y. Laboratory and
field evaluation of household
insecticide products and public
health insecticides against vector
mosquitoes and house flies
(Diptera: Culicidae, Muscidae).
Proceedings of the fifth
international conference on urban
pests. Penang: Design Network.
2005.
10. WHO PES. Guidelines for efficacy
testing of household insecticide
products. Genewa: WHO. 2009.
11. Ginanjar G. Demam berdarah.
Yogyakarta: Bentang Pustaka.
2008.
12. Natadisastra D, Ridad A.
Parasitologi kedokteran: Ditinjau
dari organ tubuh yang diserang.
Jakarta: EGC. 2005.
13. Askurrahman. Isolasi dan
karakterisasi linamarase hasil
isolasi dari umbi singkong
(Manihot esculenta crantz).
Agrointek. 2010.
14. Cowan MM. Plant products as
1
antimicrobial agents. Clinical (Epidemiologi 2010)
2
Microbilogy. 1999;5:64-582. (Aminah, Sigit dan Partosoedjono 2001)
3
15. Kurniawan IB, Sudjari, dan (Nurdiana 2013)
4
(Soetrisno dan Purawisastra 1992)
Soemardini. Uji potensi larutan 5
(Hadi dan Soviana 2002)
umbi gadung (Dioscorea hispida 6
(Arda 2009)
dennst) sebagai insektisida 7
(Buewono dan Boesri 2009)
8
nyamuk Culex sp. dewasa (Zairi dan Lee 2005)
9
(Pest 2009)

28
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

10
(Ginanjar, 2008)
11
(Natadisastra & Ridad, 2005)
12
(Askurrahman, 2010)
13
(Cowan, 1999)
14
(Kurniawan, Sudjari, & Soemardini, 2012)
15
(Pestisida 1995)
16
(Kurniawan 2012)
17
(Rukmana 1997)
18
(Yuningsih 1999)
19
(Sandy 2012)

29

Anda mungkin juga menyukai