Ibadah Maliyah
Ibadah Maliyah
Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan Amal
Jariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal kepada Allah
SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akan
membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Dan kewajiban syukur
atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut sebagai sarana
ibadah kepada Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkan
dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta.
Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah
meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah maliah atau
ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam. Dalam rukun Islam pun
nampak bahwa rukun yang lima itu terdiri dari ruknul qalbi, ruknul badani dan ruknul mali.
b. Fidyah.
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan (pengganti) nya, baik
berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah
harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya. Fidyah shaum wajib dilakukan oleh
seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam melakukan shaum fardhu khususnya di
bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah (dispensasi) yang diberikan Allah kepada
mereka. Karena Allah SWT tidak membebani hamba-hamba-Nya melainkan sesuai dengan
kemampuannya. Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syari’at yang diturunkan-Nya
menyulitkan hamba-hamba-Nya. Landasan normatif yang dititahkan Allah SWT mengenai
hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’an: dan wajib bagi orang-orang yang berat
melakukan shaum (jika mereka tidak shaum) memberi fidyah, yaitu dengan memberi makan
satu orang miskin. (Q.S. Al Baqarah, 2:184).
Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT di atas adalah wajib, apabila :
1. Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.
2. Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
3. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang bersangkutan boleh
memilih antara qadha shaum atau fidyah).
4. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang bersangkut pada
bulan Ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan fidyah makan sehari untuk
seorang miskin.
c. Udhiyyah
Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Qurban (Idul Adha)
atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah) dengan niat taqarub atau qurban (mendekatkan
diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadi syari’at para Nabi
dan Rasul Allah. Setiap Nabi melakukan ibadah qurban. Putra Nabi Adam as (Qabil dan
Habil) pernah melakukan ibadah qurban. Dan yang diabadikan secara khusus adalah qurban
yang menjadi syari’at Allah SWT yang dibawa Nabi Ibarahim as. Kemudian syari’at itu
dilestarikan menjadi syari’at Nabi Muhammad saw atas legitimasi dan perintah Allah SWT
yang diabadikan-Nya dalam al Qur’an surat Al Kautsar, 108:2.
Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
1. Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah
Pada Hari raya Adha/Qurban (10 Dzulhijjah) setelah shalat sunnat Idul Adha dan Hari
Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah).
2. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau domba.
Binatang-binatang tersebut hendaknya :
- Tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya,
rusak/pecah sebelah tanduknya atau telinganya).
- Bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih mulus atau bulu
mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar matanya berwarna hitam.
- Sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan binatang berumur
satu tahun boleh kambing jadza’ah (berumur sekitar 9-11 bulan, tetapi gemuk, sehat
tanpa cacat).
- Dilakukan sendiri setelah usai melaksanakan shalat sunat Idul Adha.
- Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
- Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.
d. Aqiqah
Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba) yang disembelih dalam rangka
menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berumur 7 hari,
sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyi’arkan namanya. Apabila
pada hari ke 7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan sampai hari
ke 14 atau hari ke 21. Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilaf para ulama.
Ada yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi ada pendapat lain yang
menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja pada tanggal 10 Dzulhijjah
atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah). Pembagian daging aqiqah boleh
dibagikan daging mentahnya dan boleh dimasak terlebih dahulu di rumah yang melakukan
aqiqah kemudian dimakan bersama keluarga, tetangga dan handai taulan.
e. AlHadyu
f. Dam
Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sangsi terhadap pelanggaran atau
karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan ibadah haji dan
umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji (haji tamattu) atau karena melakukan
haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan alhadyu,
sekalipun tidak selalu sama. Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan
dalam hal lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk membuat
sesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi lengkap. Dam dilakukan
sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT sekaligus juga sebagai salah satu
bentuk penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah dan atau umrah.
C. Urgensi Ibadah Maliyah
1. Perintahnya digabung dengan perintah shalat.
2. Dengan Ibadah Maliyah berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun
Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan
dunia dan akhirat.
3. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah,
menambah keimanan karena keneradaannya yang memuat beberapa macam
ketaatan.
4. Merupakan sarana pengahapus dosa.
5. Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya disebut sebagai harta yang kotor.(QS
9:103)
6. Tidak mengeluarkan dianggap sebagai merampas hak orang lain dan mendapatkan
dosa besar.
7. Kewajibannya juga kepada para nabi terdahulu.(QS 2:40,43. 19:30-31)
D. Hikmah Ibadah Maliyah
Referensi