Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS MATA KULIAH GEOLOGI INDONESIA


“ANALISIS SEJARAH GEOLOGI PROVINSI JAWA TENGAH”

Dosen Pengampu:
SALAHUDDIN HUSEIN, S.T., M.Sc., Ph.D.

Disusun Oleh:
KUNI SHOLLIKAH
(17/410249/TK/45606)

Kelas: B (Ruang 3.1)


Senin (07.00-08.40)

YOGYAKARTA
FEBRUARI
2020
ANALISIS SEJARAH GEOLOGI PROVINSI JAWA TENGAH

Saya lahir di Provinsi Jawa Tengah lebih tepatnya di Kabupaten Karanganyar, namun
tinggal dan di besarkan di Sragen. Provinsi Jawa Tengah sendiri terbagi menjadi beberapa
zona fisiografi diantaranya Zona Kendeng, Zona Solo, Zona Pegunungan Selatan, Zona
Randublatung, dan Zona Rembang.

Zonasi fisiografi Pulau Jawa bagian tengah dan timur (pembagian mengikuti Pannekoek, 1949; van Bemmelen,
1949) diambil dari Buku Panduan EGR, 2016.

A. Fisiografi
Tempat saya lahir berada di Kabupaten Karanganyar berada di Zona Solo sedangkan
Kabupaten Sragen berada pada Zona Kendeng. Zona Solo merupakan suatu depresi atau
cekungan antar dua lajur pegunungan yang memanjang di tengah Pulau Jawa, terhampar dari
Solo hingga Banyuwangi. Zona ini berupa cekungan sedimenter aktif dengan sistem fluvial
dengan sumber sedimen berasal dari busur gunungapi, Zona Perbukitan Kendeng, dan Zona
Pegunungan Selatan. Zona Solo dibagi menjadi tiga sub-zona menurut van Bemmelen,
diantaranya Subzona Ngawi, Subzona Solo, dan Subzona Blitar. Karanganyar berada pada
Subzona Solo yang merupakan jalur depresi yang berada di deretan gunung api quarter atau
sering disebut intermontane plains.
Sragen terletak di Zona Perbukitan Kendeng dengan arah memanjang barat-timur,
membentang dari Gunungapi Ungaran hingga Ngawi-Mojokerto. Batuan yang menyususn
pegunungan ini berupa sedimen laut yang telah mengalami deformasi membentuk
antiklinorium. Morfologi Zona Kendeng memiliki ciri berupa rangkaian perbukitan rendah
dengan morfologi bergelomban. Morfologi perbukitan dengan arah barat-timur mencerminkan
adanya perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan
anjakan yang sangat besar di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat
adanya anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas
sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya
retakan, sesar dan zona lemah lainnya pada arah tenggara - baratlaut, barat daya-timur laut,
dan utara- selatan.
Seperti layaknya Zona Solo, Zona Kendeng juga terbagi menjadi 3 sub-zona, yaitu:
Subzona Kendeng Barat, Kendeng Tengah, dan Kendeng Timur diamana Sragen berada di
Kendeng Barat. Di bagian tengah Zona Kendeng, baratlaut Nganjuk, sabuk Antiklinorium
Kendeng diterobos oleh tubuh Gunungapi Pandan yang berumur Pleistosen Awal (Lunt et al.,
1998). Pola struktur perlipatan Kendeng di sekitar Gunung Pandan yang mengalami
pembelokan relatif simetris terhadap tubuh gunungapi tersebut mengindikasikan
volkanismenya terjadi bersamaan dengan proses pengangkatan tektonis Kendeng (Pliosen
Akhir). Ditinjau dari jarak relatif terhadap deretan busur gunungapi dan palung subduksi,
Gunungapi Pandan berada satu deretan dengan Gunungapi Ungaran, yaitu menempati posisi
volkanisme belakang busur dekat (near back-arc). Gunungapi Ungaran juga mulai aktif pada
waktu bersamaan dengan Gunungapi Pandan, yaitu Pleistosen Awal (van Bemmelen, 1949,
diambil dari Buku Panduan EGR, 2016 halaman 10).

Fisiografi Zona Kendeng, yang terbagi menjadi 3 sub-zona, mengikuti van Bemmelen (1949). Semakin ke arah
barat derajat deformasi semakin besar (diambil dari Buku Panduan EGR, 2016).

B. Stratigrafi dan Proses Tektonik

Tektonostratigrafi Jawa Timur ( modifikasi Husein & Nukman, 2015)


Stratigrafi penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian bawah yang
semakin ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan nonlaut.
Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik
(diambil dari Buku Panduan EGR, 2016). Zona Kendeng terbagi menjadi 8 formasi, dari tua
ke muda diantaranya: Formasi Pelang, Kerek, Banyak, Kalibeng, Pucangan, Kabuh, Notopuro,
dan EndapanUndak Bengawan Solo.

LINGKUNGAN PERISTIWA
UMUR FORMASI LITOLOGI
SEDIMENTASI TEKTONIK
Pengangkatan
pertama
Kendeng dan
Rembang
N3-N9 (Tuban Event),
Napal, napal lempungan dengan lensa
(Akhir Laut dalam (zona berhentinya
Pelang kalkarenit bioklastik mengandung
Oligosen-M bathial-abysal) subduksi slab
banyak fosil foraminifera besar.
iosen awal) Turonian-Albia
n, volkanisme
Pegunungan
Selatan
berkurang.
N10-N16 Perulangan perselang-selingan
(Miosen batulempung, napal, batupasir tuf
tengah-atas) gampingan, dan batupasir tufan.
1. Anggota Banyuurip
Perselingan napal lempungan, lempung
dengan batupasir tuf gampingan dan
batupasir tufaan dengan total ketebalan
N10-N15 Cekungan
270 meter. Di bagian tengahnya
(Miosen belakang busur
dijumpai sisipan batupasir gampingan
tengah-atas) Kendeng
dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan
Zona bathial kembali
bagian atasnya ditandai dengan adanya
mengalami
perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5
subsidance,
meter dengan sisipan tuf halus
Slab
Kerek (Husein, 2016)
Oxfordian-Albi
an tersubsuksi
2. Anggota Sentul
penuh di timur
N16 Perulangan yang hampir sama dengan
Palung Sunda
(Miosen anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang
(Yura
atas bagian bertuf menjadi lebih tebal. Ketebalan
Atas-Kapur
bawah) anggota Sentul mencapai 500 meter.
Bawah), terjadi
penyesaran
3. Aanggota Batugamping Kerek bongkah di
N17
Perselingan antara batugamping tufaan Zona
(Miosen
dengan perlapisan lempung dan tuf. Pegunungan
atas bagian Zona bathial-neritik
Ketebalan anggota ini mencapai 150 Selatan dan
tengah).
meter. Rembang
Perselingan antara tuf, batupasir tuf,
N17-N18 breksi tuf gampingan, breksi volkanik,
Neritik luar
(Miosen dan napal tufan yang kaya akan
Banyak
Atas) globigerina, sedangkan komposisi
batuan volkaniknya adalah andesitan
(van Bemmelen, 1949).
Formasi Kalibeng bagian bawah
Napal tak berlapis setebal 600 meter,
berwarna putih kekuning-kuningan
sampai abu-abu kebiru-biruankaya
akan kandungan foraminifera
plangtonik, di sekitar Gunung Pandan
endapan vulkanik laut yang
menunjukkan struktur turbidit Berhentinya
subduksi slab
Formasi Kalibeng bagian atas Oxfordian-Albi
(Formasi Sonde) an, awal kolisi
Kalkarenit putih kekuning-kuningan, Timor dan
Kalibeng
lunak, mengandung foraminifera Busur vulkanik
plangtonik maupun besar, moluska, Banda, awal
koral, algae dan bersifat napalan atau pengangkatan
pasiran dengan berlapis baik. Bagian Kendeng
N19-N21
paling atas tersusun atas breksi dengan bagian barat
Pliosen
fragmen gamping berukuran kerikil
dan semen karbonat. Disusul endapan
napal pasiran, semakin keatas napalnya
bersifat semakin bersifat lempungan.
Bagian teratas ditempati oleh lempung
berwarna hijau kebiru-biruan.

Fasies vulkanik dan fasies lempung


N22 hitam dengan fosil diatomae dengan
Laut dangkal-darat
Pleistosen Pucangan sisipan lapisan tipis yang mengandung
(fluvial, danau)
Akhir foraminifera bentonik dan molusca
penciri air tawar.
batupasir dengan material non
Post inversion
vulkanik antara lain kuarsa, berstruktur
N22 (Puncak
silang siur dengan sisipan Darat (fluvial dan
Pleistosen Kabuh aktivitas
konglomerat, mengandung moluska air danau)
Akhir volkanisme
tawar dan fosil-fosil vertebrata
busur
gunungapi
batuan tuf berselingan dengan modern)
batupasir tufaan, breksi lahar dan
konglomerat vulkanik. Makin keatas
N23 sisipan batupasir tufaan semakin
Notopuro Daratan
Holosen banyak. Sisipan atau lensa-lensa breksi
volkanik dengan fragmen kerakal
terdiri dari andesit dan batuapung

Konglomerat polimik dengan fragmen


napal dan andesit disamping endapan
N23- Endapan
batupasir yang mengandung fosil-fosil
sekarang Undak
vertebrata, konglomerat dan batupasir Daratan Post inversion
Holosen- Bengawan
andesit yang agak terkonsolidasi dan
recent Solo
menumpang di atas bidang erosi

Stratigrafi Zona Solo sendiri mengikuti dari zona terdekat yaitu Zona Kendeng. Untuk
tektonik yang terjadi pada Zona Solo sulit untuk diamati struktur geologi permukaannya
hampir seluruh permukaannya tertutup oleh endapan aluvium. Kelurusan kemunculan busur
gunungapi modern di zona ini, yang berarah relatif ESE-WNW mengindikasikan adanya
patahan besar dengan arah serupa yang memotong kerak (deep-seated faults) sebagai jalur
naiknya magma ke permukaan. Gunungapi-gunungapi tersebut juga berkembang pada
kompleksnya dengan arah yang relatif tegaklurus pada ESE-WNW deep-seated faults.
Kondisi ini mengindikasikan keberadaan retakan tegak-lurus sesar utama, yang biasa lazim
terjadi pada kondisi tektonik ekstensional (Husein, 2016 diambil dari Buku EGR halaman 22)
DAFTAR PUSTAKA

 Husein, S., Titisari, A.D., Freski, Y.R., dan Utama, P.P. 2016. Panduan Ekskursi Geologi
Regional 2016 Jawa Timur bagian barat, Indonesia. Yoyakarta: Departemen Teknik
Geologi FT UGM.
 Husein, S., Novian, M.I., Freski, Y.R. 2014. Panduan Ekskursi Geologi Regional 2014
Jawa Timur bagian barat, Indonesia. Yoyakarta. Departemen Teknik Geologi FT UGM.
 Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, vol. 1A. General Geology.
Marinus Nyof, The Hague

Anda mungkin juga menyukai