Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan Abortus Inkomplit

ABORTUS INKOMPLIT

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Definisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).

Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus
dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan
yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan
terus (Sujiyatini dkk,2009)

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh,
2010).

2. Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai
berikut:

a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawahan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :

1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.

2) Faktor lingkungan endometrium

a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.

b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.

3) Pengaruh luar

a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi


b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.

b. Kelainan Pada Plasenta

1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.

2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes mellitus

3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.

c. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan penyakit menahun
ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus.

d. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia
uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum (Manuaba, 2010).

3. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah
menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan dari pada plasenta.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,

maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang
oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas,
tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-
merahan (Ai Yeyeh, 2010).
4. Tanda dan Gejela

a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga
sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:

1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis

3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat

4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi

5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).

b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:

1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .


2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.

3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.

5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.

6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
(Maryunani, 2009).

5. Penatalaksaan Medis

a. Pemeriksaan umum:

1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital.

2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg,
nadi lebih 112 kali per menit).

3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok,
tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan
syok dengan segera.

4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.

5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik atau
ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin, 2006).

b. Penanganan Abortus Inkomplit

1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis)

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil
konsepsi dengan:

a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit
jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

3) Jika kehamilan > 16 mingguan

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis arau RL ) dengan kecepatan
40 tetes / menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi(maksimal 80 mg)

c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus

4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2 gram/IM atau
sefuroksim 1 gram oral).

5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.

6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang)
atau transfusi darah (anemia berat).

7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan (Syaifuddin, 2006).

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Darah

Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM III 11 gr % dan TM II 10,5 gr
%).

Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia

Hb 9-10 gr% : anemia ringan

Hb 7-8 gr% : anemia sedang

Hb ≤ 7 gr% : anemia berat

2) Urine

Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan dan persalinan normal
protein dan glukosa urine negatif.

3) USG

Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih ada.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.

c. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:

- Kesehatan sekarang

- Kesehatan masa lalu

d. Riwayat Pembedahan

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami

f. Riwayat kesehatan keluarga

g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya

h. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

l. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi

Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan
dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.

- Palpasi

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.

- Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor.

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
- Perkusi

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan ,
massa atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,
memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

- Auskultasi

- mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen
untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

m. Pemeriksaan psikososial

- Respon dan persepsi keluarga

- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

b. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak mengenalnya sumber-


sumber informasi) tentang prosedur kuretase

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri klien berkurang dalam 1. Tentukan sifat lokasi dan 1. Membantu dalam
3 × 24 jam perawatan durasi nyeri serta kaji kontraksi mendiagnosa dan memilih
dengan kriteria evaluasi uterus tindakan keperawatan yang
tepat
- Skala nyeri 0 (tidak ada)
2. Ketidaknyamanan
- Klien tidak mengeluh 2. Kaji stress psikologi dihubungkan dengan aborsi
nyeri lagi klien/pasangan dan respon spontan biasanya karena
emosional terhadap kejadian. kontraksi uterus
- Raut muka klien tidak
menangis lagi
- TTV dalam batas normal

TD : 3. Berikan lingkungan yang 3. Dapat membantu dalam


tenang dan instruksikan klien memenurunkan tingkat nyeri
Sistol <140 mHg untuk /menggunakan metode dan ansietas serta
Diastol <90 mHg relaksasi meningkatkan koping yang
dapat membantu
N : 80 – 90 x/menit menghilangkan rasa nyeri.

R : 16 – 24 x/menit 4. Penemuan awal dapat

T : 36 – 37 oC 4. Ukur TTV : TD, nadi, dijadikan indikator untuk


respirasi dan temperatur
intervensi

lanjut

5. Mengurangi fokus klien


terhadap rangasangan nyeri
5. Berikan obat analgetik 6. Tindakan terhadap
yang tepat penyimpangan dasar akan
menghilangkan nyeri

6. Siapkan untuk prosedur


kuretase

2. Resiko tinggi syok hemorarge 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan


berhubungan dengan umum klien
perdarahan aktif dapat
dicegah atau tidak terjadi 2. Jumlah cairan
2. Kaji output cairan harian ditentukan dari jumlah
setelah 3 × 24 jam
perawatan. kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang
dengan kriteria hasil : hilang pervagina

- Pasien mengungkapkan 3. Tranfusi mungkin


tidak lemah, dan tidak diperlukan pada kondisi
merasa haus lagi perdarahan massif

- Mukosa bibir lembab 4. Menjamin


3. Berikan pengganti output keadekuatan darah yang
- Turgor kulit normal
cairan harian. tersedia untuk otak,
- Mata tidak cekung peninggian panggul
menghindari kompresi vena.
4. Posisikan ibu dengan 5. Pendarahan dapat
tepat (semi fowler). berhenti dengan reduksi
aktivitas

6. Untuk mengetahui
perkiraan banyak nya
kehilangan darah

5. Lakukan tirah baring dan


menghindari ibu untuk valsava
manufer.

6. Laporkan serta catat


jumlah dan sifat kehilangan
darah

3. Rasiko infeksi tidak terjadi 1. Pantau suhu nadi dan sel 1. Peningkatan suhu atau
atau berkurang dalam 3 × 24 darah putih (SDP) nadi lebih normal dapat
jam perawatan dengan menandakan infeksi
kriteria hasil : perlindungan norlmal
leukosit dengan jumlah SDP
- TTV dalam batas normal 25.000 /mm3 dapat
TD: Sistol <140 mmHg dibedakan dari peningkatan
SDP terhadap infeksi
Diastol <90 mmHg
2. Menurunkan resiko
x
N : 80 – 90 /menit kontaminasi

R : 16 – 24 x/menit

T : 36 – 37 oC 3. Mencegah infeksi

- Pasien 2. Gunakan aseptic bedah


pada persiapan peralatan
mendemonstrasikan
kemampuan untuk 3. Anjurkan klien
meningkatkan kesehatan diri melakukan personal hygiene
seperti personal hygiene contohnya: ganti balutan
4. Mempercepat proses
- Tidak terdapat tanda 4. Anjurkan klien makan- penyembuhan
Inflamasi : makanan berprotein tinggi
- Rubor (kemerahan) Kolaborasi :
- Tumor (pembengkakan) 5. Berikan antibiotik sesuai 5. Membantu mencegah
indikasi infeksi
- Kalor (panas)

- Dolor (nyeri)

- Fungsi laesa (gangguan


fungsi)

4. Rasa cemas 1. Kaji tingkat ansietas yang 1. Mengetahui sejauh


berkurang/hilang dalam 3 × dialami klien mana tingkat ansietas dapat
24 jam perawatan dengan diatasi
kriteria hasil :
2. Meningkatkan rasa
- Melaporkan adanya 2. Dengarkan masalah klien kontrol terhadap situasi dan
dan dengarkan secara aktif
penurunan penurunan memberikan kesempatan
ansietas sampai pada tahap pada klein untuk
dapat diatasi mengembangkan solusi
sendiri
- Memeperlihatkan
keadaaan relaksasi klien 3. Keadaan ansietas yang
memahami tentang kondisi berat dapat di
penyakit dan prosedur manifestasikan dari TTV
kuretase 3. Ukur TTV: TD, nadi,
4. Pengetahuan dapat
respirasi dan temparatur
- TTV dalam batas normal membantu menurunkan
ansietas dan meningkatkan

4. Jelaskan prosedur rasa kontrol terhadap situasi


kuretase dan arti gejala serta
5. Mengetahui
prognosis abortus
sejauh mana informasi/cara
dapat diterima klien

5. Evaluasi/validasi tentang
informasi yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta. 2004

http://wahyuni-abortusinkomplit.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-kebidanan-ny-n-
gestasi.htmlDiakses pada tanggal 25 Juni 2014

http://karyatulisilmiah07.blogspot.com/2012/11/abortus-inkomplit-oleh-kurniawati.html Diakses pada


tanggal 25 Juni 2014

http://ukkyputrinurse.wordpress.com/2013/04/22/laporan-pendahuluan-askep-abortus/ diakses pada


tanggal 25 Juni 2014

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius Jakarta 2000.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai