Abdullah Zein
Pasca wafatnya Rasulullah Saw. Siti Fatimah meminta tanah peninggalan Rasulullah
Saw. Kepada Abu Bakar di Fadak dan Khaibar agar diberikan kepadanya. Namun, Abu Bakar
justru menolak permintaan Fatimah sebagaimana perkataan ayahnya bahwa para nabi, tidak
mewariskan, apa yang ditinggalkan terhitung shadaqah. Kemudian, Abu Bakar mengatakan,
“kalau dahulu ayahmu sudah menghibahkan harta ini kepadamu, maka usulmu itu saya terima
dan laksanakan.”
Kemudian, setelah mendengar hal tersebut, Fatimah mengatakan bahwa tentang hal
itu ayahnya tidak pernah berkata apa-apa. Dengan demikian, jelas bahwa Rasulullah Saw.
Meninggal dunia tanpa meninggalkan uang sepeserpun kepada keluarganya. Beliau pergi dari
dunia ini seperti ketika pertama kali dating. Jika dating tidak membawa apa-apa, maka pergi
pun tidak membawa apa-apa.
Rasulullah Saw. adalah sebaik-baiknya teladan yang ada di muka bumi (QS. Al-Ahzab [33]:21).
B1. Berpikir mandiri dan tidak tergantung orang kepada orang lain.
“Berdaganglah, karena Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu terdapat pada
perdagangan.” (HR. Nu’aim).
“Kamu sekalian tidak akan menjadi umatku yang terbaik kalau kamu meninggalkan
urusan-urusan dunia untuk mengejar akhirat saja. Demikian pula kamu tidak akan
menjadi umatku yang terbaik kalau kamu meninggalkan urusan akhirat untuk mengejar
dunia semata. Kamu akan menjadi umat yang terbaik apabila kamu sukses urusan dunia
serta akhirat secara bersama-sama. Dan, janganlah kamu menjadi beban bagi orang
lain.” (HR. Ibnu Asakir).
“Barang siapa yang memperbanyak istighfar, maka Allah Swt. memberinya solusi
untuk segala kesulitannya, jalan keluar dari segala yang menyusahkannya, dan rezeki
yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad).
B10. Bertawakal atau berserah diri kepada Allah Swt. Setelah berusaha dan berdoa.
“Ya Allah, hanya kepada-Mu-lah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mu-lah aku
beriman, hanya kepada-Mu-lah aku bertawakal, hanya kepada-Mu-lah aku
bertaubat, hanya karena-Mu-lah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allah aku
berlindung dengan kemuliaan-Mu dimana tiada Tuhan selain Engkau janganlah
Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sedangkan jin
dan manusia mati.” (HR. Muslim).
Ketika Saib menemui Rasulullah Saw. di hari kemenangan kota Makkah atau
fathu Makkah, beberapa orang berbincang-bincang tentang kebaikan Saib. Akan
tetapi, Rasulullah Saw. mengatakan bahwa dirinya lebih tahu tentang kebaikan
Saib. Kemudian, beliau menyambut Saib dan berkata, “Mari-mari selamat datang
saudara dan temanku yang pernah menjadi mitraku, namun tidak pernah
bertengkar.” Lalu, Saib membalasnya dengan mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
adalah mitranya dalam berdagang dan selalu lurus dalm perhitungan-perhitungan
dagang.
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kebaikan akan
mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha
untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-
hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan
pada neraka. Jika seseorang Sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta,
maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim).
Aisyah Ra. pernah bercerita tentang kebaikan Rasulullah Saw. sebagai suri tauladan
bagi umatnya. Ia bercerita bahwa suatu hari, ada seorang laki-laki meminta izin kepada
Rasulullah Saw. untuk menemuinya. Kemudian, beliau bersabda, “Izinkanlah masuk,
tetapi sesungguhnya ia adalah seburuk-buruknya manusia untuk diajak bergaul.”
Lalu, orang tersebut tetap diizinkan masuk kerumah oleh Rasulullah Saw. Setelah ia
masuk, beliau menunjukkan sikap sopan santun dan lemah lembut kepadanya hingga
Aisyah menganggap bahwa orang tersebut memiliki kedudukan istimewa di samping
beliau. Ketika orang tersebut keluar, Aisyah pun bertanya kepada beliau, “Bukankah
sebelum orang tersebut masuk, tuan mengatakan betapa buruknya, tetapi setelah masuk
ke dalam, tuan memperlakukan ia dengan cara yang sangat baik sekali.”
Kemudian, Rasulullah Saw. bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk
orang tentang kedudukannya di sisi Allah Swt. pada hari kiamat ialah orang yang
ditinggalkan oleh orang banyak karena dikhawatirkan perbuatan jahatnya.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
“Barang siapa memberikan rasa gembira di pandangan seorang mukmin, maka Allah
Swt. akan memberikan rasa gembira di pandangan matanya pada hari kiamat.” (HR. Ibnu
Mubarak).
Rasulullah Saw. bersabda, ‘Jika begitu, janganlah tuan-tuan berjual beli sehingga
telah nyata benar buah itu baik.’ Selaku orang yang suka bermusyawarah beliau
memimpikan hal itu karena banyaknya pertikaian yang terjadi di antara sesame
merek.” (HR. Bukhari).
Dari Abu Hurairah, ia berkata seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw.
menagih piutangnya. Laki-laki tersebut menagih dengan sikap kasar. Karena itu,
timbullah keinginan para sahabat untuk memukul orang itu,. Kemudian, beliau
bersabda, “Biarkanlah dia! Dia berhak untuk menagih.” Selanjutnya, beliau
menambahkan, “Berikanlah kepadanya unta yang sebanding dengan untanya.” Kata
mereka, “Ya Rasulullah Saw., tidak kami dapati unta yang sebanding dengan untanya,
tetapi ada yang lebih daripada untanya.” Beliau bersabda, “Berikanlah kepadanya,
sesungguhnya orang yang paling baik di antaramu ialah yang paling baik
pembayarannya.” (HR. Bukhari).
“Allah Swt. mengasihi orang yang mudah dalam penjualan, pembelian, pelunasan,
dan penagihan. Barang siapa memberi penangguhan kepada orang yang dalam
kesusahan (untuk membayar hutang) atau membebaskannya, maka Allah Swt. akan
menghisabnya dengan penghisaban ynag ringan. Barang siapa yang menerima
kembali pembelian dari orang-orang yang menyesali pembeliannya, niscaya Allah Swt.
membatalkan (menghapus) kesalahannya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
C1g. Catat Transaksi Dengan Benar
“Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Maukah kamu aku beri tahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah
orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).” (HR.
Bukhari dan Muslim).
“Tanda orang munafik ada tiga, jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan
jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada era Rasulullah Saw., banyak pedagang muslim yang meneladani sikap
beliau dalam menepati janji, salah satunya bernama Muhammad bin Ismail. Dalam
sebuah riwayat, diceritakan bahwa Muhammad bin Ismail menerima barang
perniagaan yang dibawa oleh Abu Hafash. Saat isya tiba, para pedagang mengerumuni
barang-barang tersebut. Mereka ingin membeli barang dengan menawarkan
keuntungan sebesar lima ribu dirham. Tanpa berpikir panjang, Muahammad bin Ismail
menyetujuinya dengan syarat mereka datang lagi keesokan harinya karena malam
telah larut.
Keesokan harinya, datanglah pedagang lain kepada Muhammad bin Ismail.
Mereka menawarkan keuntungan sepuluh ribu (dua kali lipat). Muhammad bin Ismail
menolak tawaran tersebut sambal berkata, “kemarin, aku telah memberikan barang
ini kepada penawar pertama.” Akhirnya, barang itu pun jatuh ke tangan pertama yang
hanya memberi keuntungan sebesar lima ribu dirham. Kemudian, ia berkata, “Aku
tidak suka membatalkan niatku.”
Dari kisah tersebut, kita dapat menemukan keteladanan yang sangat berharga dari
seorang pedagang bernama Muhammad bin Ismail. Sebab, ia rela mendapat untung
kecil demi memegang teguh janji yang telah diucapkan. Itulah ciri pedagang sejati
yang akan memiliki banyak pelanggan dan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah
Swt.
Suatu hari Muhammad bin Munkadar menjual dua jenis pakaian. Pakaian yang
satu berharga lima dirham dan pakaian yang lain berharga sepuluh dirham. Saat ia
keluar took, pegawainya menjual pakaian seharga lima dirham menjadi sepuluh dirham.
Ia pun sibuk mencari pelanggan tersebut sepanjang siang. Ketika menemukannya,
Muhammad bin Munkadar meminta maaf dan memberi penjelasan tentang kesalahan
harga pakaian itu.
Kisah tersebut memberi pelajaran berharga bagi para pedagang agar tidak
berlebihan dalam mengambil keuntungan. Lantas, berapakah keuntungan yang tidak
berlebihan itu? Para Fuqaha (para ahli hukum islam) Malikiyah menetapkan keuntungan
maksimal yang diperoleh seorang pebisnis adalah 1/3 sebagaimana batas maksimal
wasiat. Namun, mayoritas fuqaha tidak sependapat dengan Malikiyah dalam
pembatasan keuntungan. Menurut mereka, keridhaan kedua belah pihak merupakan
kuncinya.
Dari Urwah bin Abi al-Ja’ad al-Barqi, ia berkata, “Rasulullah Saw. memberiku
satu dinar dan berkata, ‘Belikan untuk kami seekor domba’. Ia berkata, ‘Maka akupun
berangkat dan membeli dua ekor domba dengan harga satu dinar. Dalam perjalanan,
aku bertemu dengan seorang lelaki yang menawar dombaku. Aku jual satu domba
tersebut dengan harga satu dinar. Kemudian, aku kembali kepada Rasulullah Saw. dan
aku katakana, ‘Wahai Rasulullah Saw., ini uangmu satu dinar dan ini dombamu.’
Rasulullah berkata, ‘Bagaimana engkau melakukannya?’ ia berkata, ‘Maka aku ceritakan
kepadanya, lalu ia berkata, ‘Ya Allah, berilah keberkahan pada setiap transaksinya.” (HR.
Baihaqi).
“Sesungguhnya, jual beli itu harus dilakukan dengan suka rela.” (HR. Ibnu Majah dan
Ibnu Hibban)
“Allah Swt., mengasihi seseorang yang toleran ketika menjual, ketika membeli dan
ketika meminta haknya.” (HR. Bukhari)
“Seorang laki-laki dari kaum sebelum kalian dihisab oleh Allah Swt.
dan tidak ada satu pun amal kebaikannya, kecuali hanya memberi
kemudahan kepada orang-orang yang berhutang kepadanya, ia selalu
memerintahkan kepada pegawainya untuk memaafkan orang-orang
yang mengalami kesulitan membayar utangnya. Allah Swt.,
berfirman, ‘kami lebih berhak darinya untuk memaafkan. Maafkan
ia!” (HR. Muslim).
“Janganlah kalian membiarkan susu pada unta dan kambing tidak diperah agar
terlihat banyak produksi susunya, barang siapa membelinya setelah memerahnya,
ia boleh memilih antara mempertahankannya dan mengembalikannya kepada
pedagang bersama sha’kurma (sebagai pengganti susu yang telah diperah).” (HR.
Bukhari).
Kepribadian Rasulullah Saw. selalu menarik perhatian banyak orang. Sebab, beliau
selalu menjaga penampilannya, bahkan dihadapan istrinya sekalipun. Hal ini
sebagaimana riwayat yang disampaikan oleh Aisyah Ra. ia berjata, “Rasulullah Saw.
pernah keluar dengan memakai pakaian bulu yang dihiasi gambar pelana unta dari
rambut hitam.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain, Anas bin Malik juga pernah menyampaikan bahwa dalam
berpenampilan, Rasulullah Saw. senantiasa ceria, keringatnya bagai kilau Mutiara.
Apabila beliau berjalan, langkahnya berayun. Sutra yang pernah aku sentuh tidak
ada yang lebih halus daripada tangan Rasulullah Saw. dan, minyak misik serta minyak
ambar yang pernah aku cium tidak ada yang melebihi bau wangi Rasulullah Saw.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak hanya itu, Rasulullah Saw. juga pandai memilih pakaian, sehingga ia selalu
terlihat tampan. Perawakannya yang gagah dan berambut lebat diriwayatkan oleh
Al-Barra dalam suatu kesempatan. Ia berkata, “Rasulullah Saw. berperawakan
sednag, berpundak bidang, dan rambutnya lebat terurai ke bahu hingga kedua
cuping telinga. Beliau pernah menggunakan pakaian warna merah. Aku tidak pernah
sama sekali melihat orang lebih tampan daripada beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah Swt. adalah yang paling memberikan
manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah
membuat muslim yang lain Bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain,
membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan
bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada
beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Tharbani).
Dari Abdillah bin Salam Ra. ia berkata, “Ketika Nabi Muhammad Saw. tiba di
Madinah, orang berebut mendekat kepadanya. Aku termasuk yang berebut. Tatkala
tampak jelas kepadaku wajahnya, aku tahu bahwa wajahnya bukan wajah pendusta.
Dan, hal yang pertama aku dengar darinya, beliau bersabda, ‘Sebarluaskan salam,
bershadaqahlah dengan makanan, bersilaturahmilah, dan shalatlah di malam hari
saat orang lain lelap tidur. Kamu akan masuk surge dengan selamat,” (HR. Ahmad
dan Darimi).
Membangun Jaringan
(QS. Ali Imran [3]: 112)
“Tidak halal bagi seorang pedagang suatu barang dengan tidak menerangkan
(cacat) yang ada padanya, dan tidak halal bagi orang yang tahu (cacat) itu tapi tidak
menerangkannya.” (HR. Baihaqi).
“Pedagang dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum
berpisah, jika benar dan keduanya jelas, maka jual beli itu diberkahi tetapi jika
menyembunyikan dan berdusta maka menghapus berkah jual beli itu.” (HR Bukhari
dan Muslim).
“Allah telah meentapkan takdir semua makhluk sejak 50.000 tahun sebelum Dia
menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim).
DARI Umar bin Khathab Ra. ia berkata “saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
‘Jika kalian bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan
memberi rezeki kepada kalian seperti seekor burung. Sejak pagi, ia keluar dari
sarangnya dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi).
“Barang siapa yang menimbun makanan, maka ia adalah orang yang berdosa.” (HR.
Muslim dan Abu Daud).
“Barang siapa menimbun bahan makanan selama empat puluh malam, maka
sesungguhnya Allah Swt. tidak lagi perlu kepadanya.” (HR. Ahmad dan Hakim).
“Allah Swt. tidak akan berbelas kasih kepada orang yang tidak memiliki belas kasih
terhadap orang lain.” (HR. Bukhari).
“Saudagar itu diberi rezeki sedang yang menimbun dilaknat.” (HR. Ibnu Majah dan
Hakim).
“Apabila engkau jual beli, katakanlah tidak boleh ada penipuan.” (HR. Muslim).
“Barang siapa membeli barang curian, sedang dia mengetahui bahwa barang
tersebut adalah cccurian, maka dia bersekutu dalam dosa yang cacat.” (HR.
Baihaqi).
“Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Swt., tidak akan dilihat, dan
disucikan pada hari kiamat dan mereka akan mendapatka siksa yang pedih; orang
yang suka mencaci maki, orang yang suka mengungkit pemberiannya, dan orang yang
menjual barangnya dengan disertai sumpah palsu.” (HR. Muslim).
“Barang siapa mengambil hak seorang muslim dengan bersumpah, maka Allah Swt,
akan memasukkannya ke dalam neraka dan menjauhkannya dari surge. Seseorang
bertanya, ‘Walaupun hanya sedikit, ya Rasulullah Saw.’ beliau berkata walaupun
hanya berupa ranting tanaman.” (HR. Muslim).
“Dan janganlah kamu bersumpah dengan menyebut nama Allah, melainkan jika kamu
dalam keadaan benar.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
“Rasulullah Saw. melaknat orang yang mengambil riba, orang yang memberi riba,
juru tulisnya dan kedua saksinya, Rasulullah Saw., bersabda, ‘Mereka sama-sama
berdosa.” (HR. Muslim)
“Aku semalam bermimpi didatangi dua orang lelaki yang membawaku ke suatu
tempat, hingga sampailah kami di sebuah sungai berdarah, ditengah sungai berdiri
seorang lelaki yang memegang batu di antara dua tangannya, kemudian ia menuju
laki-laki di pinggir sungai, ketika ia akan keluar dari sungai, lelaki yang lain melempar
mulutnya dengan batu. Sehingga membuat ia kembali ke tengah sungai. Demikianlah
seterusnya setiap kali akan keluar, yang lain melempar batu pada mulutnya, dan ia
kembali ketempat semula. Aku bertanya, ‘apa yang terjadi?’ salah satu dari dua orang
yang bersamaku berkata, ‘Yang engkau lihat dalam sungai adalah orang yang terlibat
dalam transaksi ribawi.” (HR. Bukhari).
“Berdaganglah, karena Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu terdapat pada perdagangan.”
(HR. Nu’aim).
“Tidaklah seseorang mengeluarkan sedikit dari shadaqah hingga keluarlah 70 setan dari
kedua rahangnya.” (HR. Ahmad).