Sebagai contoh, Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam membeli onta dari Jabir bin Abdullah dengan harga yang cukup
mahal. Setibanya di Madinah, Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam memberikan uang pembayaran dan menghadiahakn
onta yang telah dibeli tersebut kepada Jabir.
Contoh kedua, Thalhah berhutang kepada Utsman sebanyak lima puluh ribu dirham. Lalu dia keluar menuju masjid dan
bertemu dengan Utsman. Thalhah berkata, “Uangmu telah cukup, maka ambillah!”. Namun Utsman menjawab : “Dia
untukmu, wahai Abu Muhammad, sebab engkau menjaga muruah (martabat)mu”.
Suatu hari Qais bin Saad bin Ubadah Radhiyallahu „anhu merasa bahwa saudara-saudaranya terlambat menjenguknya,
lalu dikatakan keadannya : “Mereka malu dengan hutangnya kepadamu”, dia (Qais) pun menjawab, “Celakalah harta,
dapat menghalangi saudara untuk menjenguk saudaranya!”, Kemudian dia memerintahkan agar mengumumkan :
“Barangsiapa yang mempunyai hutang kepada Qais, maka dia telah lunas”. Sore harinya jenjang rumahnya patah, karena
banyaknya orang yang menjenguk. (Mukhtashar Minhajul Qasidin)
Referensi
Buku, “Harta Haram Muamalat Kontemporer” karya: Dr.
Erwandi Tarmizi, M. A.
Artikel, “Adab Berhutang” karya: Ustadz Armen Halim Naro;
dipublikasikan oleh www.almanhaj.or.id
Tafsir Ibnu Katsir
Hatur nuhun