Standar Logging For Laterite Profile
Standar Logging For Laterite Profile
1. Persiapan kerja
Baca dan pahami Standard Job Sheet logging terlebih dahulu, untuk mengetahui
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dan safety apa saja yang harus ditaati.
4. Layer general
Lihat secara “general” profil laterit dari hole yang akan di logging. Tentukan
terlebih dahulu batas Limonite, Saprolite dan Bedrock sebelum menentukan break
geologinya.
5. Break geologi
Lakukan break geologi pada zona-zona yang memang memiliki perbedaan
kharakter yang jelas dan menerus. Untuk kharakter yang tidak menerus (hanya
setempat-setempat) tidak perlu di lakukan break geologi. Perhatikan baik-baik
pada saat melakukan break geology, jangan melakukan break pada sample dengan
panjang < 15cm (minimal interval 15cm), karena tidak akan memenuhi syarat
representative data sehingga data tersebut tidak dapat dipakai, atau dinyatakan
sebagai error. Break geologi minimal juga harus memiliki core recovery > 15%
(minimal recovery 15%). Jika material memiliki length atau core recovery yang
lebih kecil, maka tidak perlu di break (digabungkan dengan material lain yang
lebih dominant). Jika diperlukan, sample boleh di split (harus rapi) untuk dilihat
bagian dalamnya.
6. Pemotretan
Lakukan pemotretan secara baik dan hati – hati sehingga : kualitas foto terjamin
(cukup terang untuk di lakukan analisa, dan semua bagian sample terlihat / tidak
terpotong.), tidak ada sample / core box yang terlewati, yakinkan tidak ada foto
yang terhapus / tertumpang. Pastikan dulu kualitas foto sebelum melakukan
aktivitas logging.
7. Pengisian kolom From – To.
Perhatikan baik-baik meterannya, jangan pernah dilakukan generalisasi atau
pembulatan karena ingin memudahkan perhitungan. Catat meteran apa adanya.
Gunakan mistar atau meteran untuk mengukur setiap intraval. Pengisian kolom
From – To pada area yang mengalami swelling ataupun loss, harus memenuhi
kaidah sesuai dengan perhitungan core recovery. (Untuk lebih jelasnya lihat point
9, kolom From – To menyesuaikan panjang interval run hasil perhitungan)
Perhatikan baik-baik pada saat penulisan core recovery. Jika dalam 1 meter
sample terdapat lebih dari 1 jenis material yang memiliki karakter yang berbeda
dan memiliki total Recovery length yang tidak sama dengan 1 (bisa lebih bisa
kurang), tentukan material mana yang paling mungkin untuk terjadi “loss”
(Recovery <1) dan material mana yang paling mungkin untuk terjadi “swelling”
(Recovery >1).
Jika semua material dalam meteran tersebut memungkinkan terjadinya loss dan
swelling, maka core recovery-nya dianggap sama, yaitu core recovery totalnya.
Jika dalam satu meter hanya terdapat sebagian saja material yang mungkin loss
atau swelling, sedangkan yang lainnya tidak mungkin untuk loss dan swelling,
maka perlu dilakukan perhitungan core recovery untuk masing-masing jenis
material.
Untuk material yang tidak mungkin terjadi loss dan swelling (misal: boulder),
maka material tersebut akan memiliki recovery = 1.
Untuk material yang mungkin terjadi loss dan swelling (yaitu: clay material and
Soft material) maka core recovery harus dihitung dengan rumus perhitungan
seperti berikut ini :
Contoh perhitungan :
Jika Soft material Loss
5.90
5 5.50
6
Hard Material Loss
Soft Material
6 Hard Material
7 Loss 8
Soft Material Hard Material
8 Soft Material
Maka jika sample di break pada batas Soft material dan Hard material,
maka Recovery length masing-masing sample adalah sebagai berikut:
Contoh perhitungan :
Jika Soft material swelling
5 5.40 5.60
6 7
Maka jika sample di break pada batas Soft material A1 dan Hard material B, dan Hard
Material (B) dengan soft material (A2), maka Recovery length masing-masing sample
adalah sebagai berikut:
Tentukan dulu interval masing-masing Soft material A1 dan A2 :
Interval (SM) A1 = (SM) A1 actual length .X Actual run Soft Material A
Actual length total SM (A)
= (40cm / 120 cm) x 80 cm = 0.3333 x 80 cm
= 26.67 cm
5 5.80
6
Hard Material (HM) (Contoh Kasus I)
(30 cm)
8 ( Contoh Kasus 3 )
Soft Material (SM) (30 cm)
Contoh perhitungan :
Jika Soft material tidak loss dan tidak ada swelling
5.40 5.70 6
5
Soft Material A (SM A) Hard Material (HM) Soft Material B (SM B)
6 7
Soft Material (SM)
7 8
Hard Material (HM)
1. Dari meteran 5 ke 6 Diketahui
Actual length Soft Material A (SM A) = 40 cm
Actual length Hard material (HM) = 30 cm
Actual length Soft Material B (SM B) = 30 cm
Total run = 100 cm
Recovery total = 1
Pada kondisi core seperti ini ( tanpa loss dan tanpa swelling), maka actual run
untuk masing-masing material di asumsikan sama dengan actual run-nya,
perhitungan recovery masing-masing material adalah :
Dengan demikian, tingkat weathering hanya bisa diukur dengan cara melihat
warna visual, kelimpahan mineral hasil weathering, dan tekstur pada batuan.
Tingkat weathering dituliskan di intercept “hard material” saja untuk hole yang
tidak mencirikan proses serpentinisasi, atau di seluruh intercept (break geologi)
untuk hole yang mencirikan proses serpentinisasi.
Tingkat weathering dituliskan dengan code: (modifikasi dari klasifikasi
weathering menurut Evert Hoek)
1. “1” untuk tingkat pelapukan tinggi (pelapukan sempurna, tekstur sisa
batuan yang fresh sudah jarang ditemukan, terdapat tanda-tanda
slickensided, dan kehadiran mineral clay)
2. “2” untuk tingkat pelapukan menengah (pelapukan belum sempurna,
tekstur sisa batuan yang fresh masih banyak/melimpah ditemukan,
terdapat tanda-tanda alterasi mineral hasil proses pelapukan)
3. “3” untuk tingkat pelapukan rendah (pelapukan belum terjadi, atau
pelapukan baru pada tahap awal (hanya terdapat pada permukaan batuan),
fisik batuan masih keras)
Secara umum, mineral yang terdapat di SPA, dan memungkinkan untuk terlihat
secara megaskopis adalah:
11 cm 25 cm 24 cm 40 cm
1 2 3
Jumlah fracture dari boulder diatas adalah : 3
Fracture
5 cm
9 cm 8 cm 5 cm
1 2 3
Jumlah fracture dari boulder diatas adalah : 3
Fracture Artificial
11 cm 15 cm 15 cm 19 cm 30 cm 15 cm
1 2 345 6 7 8
Jumlah fracture dari boulder diatas adalah : 8
2. Jika rangkaian boulder yang mempunyai fracture dipisahkan oleh soft
material, maka perhitungan fracture dilakukan secara terpisah antara
rangkaian boulder yang satu dengan rangkaian boulder yang lainnya.
Gambar:
rangkaian boulder 1 rangkaian boulder 2
Fracture
5 cm Soft material 2 cm
9 cm 8 cm 5 cm 17 cm 5 cm
1 2 3 45
Jumlah fracture dari boulder diatas adalah : 5
3. Untuk fracture yang sangat intensif, sehingga meski teridentifikasi sebagai
fracture logger masih mengalami kesulitan dalam menghitung jumlah
fracture, diberi angka konstan (konstanta) 100.
Perhatikan baik-baik apakah fracture berasal dari struktur atau artificial selama
pemboran berlangsung. Struktur biasanya dicirikan dengan kenampakan yang
berpola, atau sudah mengalami weathering, atau terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
Contoh :
Fracture
Fracture
Hard Material
Soft Material 15 cm 30 cm Pjg Bld = 45 cm
5 cm 30 cm 5 cm 30 cm Pjg Bld = 60 cm
5 cm 40 cm 2 cm 25 cm Pjg Bld = 65 cm
25 cm 20 cm 25 cm 15 cm Pjg Bld = 85 cm
Artificial
21. Pengisian Comment
Kolom Comment diisi dengan seluruh informasi geologi baik yang bersifat unik
maupun yang berpola. Intercept dimana “relict texture (tekstur sisa)” pertama kali
terlihat sebaiknya diberi keterangan pada kolom comment-nya. Keberadaan
mineral-mineral atau struktur atau tekstur yang tidak lazim terdapat pada profil
laterite sebaiknya juga diidentifikasi pada kolom comment, misal keberadaan
mineral lempung sediment dalam kelimpahan yang cukup besar, atau boulder dari
batuan bukan ultramafic. Type batuan WT 1, WT 2 dan WT 3 juga dapat
dicantumkan dalam comment di setiap rangkaian boulder yang ada (tiap
intercepth).
Untuk intercept yang memiliki informasi geologi yang sama pada kolom
comment-nya, sebaiknya ditulis hanya di intercept awal dimana informasi tersebut
pertama kali ditemukan dan intercept terakhir dimana informasi tersebut tidak
nampak kembali (membentuk satu series informasi geologi, series ini
memungkinkan untuk lebih dari satu).
Contoh:
Resume comment
Profile laterite lengkap dan berurut, relict texture mulai terlihat pada
meteran 22-23, secara umum batuan pernah mengalami struktur yang intensive,
banyak terdapat silica pada meteran 10-18, vein silica dan garnierite banyak
mengisi rekahan batuan. Gejala serpentinisasi terlihat pada bidang fracture, type
batuan WT 2 (tdk sesuai dengan General Map), protolith didominasi oleh
Harzburgite, terdapat boulder conglomerate pada meteran 26-27. dll.
Penulisan comment diijinkan untuk menggunakan steno/singkatan, untuk
singkatan yang tidak umum harap didiskusikan diantara logger dan dibuat standar
abbreviation-nya.
For all recoveries correction, it’s better to use Pipe or Splitter to make sure the volume is
appropriate with drilling volume.
RESULT
RESULT
RESULT
Lampiran 2. Tingkat Serpentinisasi (J. Babineau)
Lampiran 3. Contoh batuan
Brecciated Ultramafic Rock (fragment dan matriks terikat sangat kuat dan kompak)
Conglomerate Sediment (fragment dan matriks mudah lepas dan tidak kompak)
Konglomerat dan Brecciated Ultramafic rock memberikan kenampakan yang hampir
sama. Untuk membedakan, perhatikan baik-baik tekstur, hubungan antar butir dan
kekompakan batuan.
Fine Gabbro (dicirikan dengan tidak adanya / minimnya mineral olivine dan piroksen,
digantikan oleh keberadaan mineral amphibole dan plagioklas)
Pegmatite (ukuran mineral sangat kasar (very coarse grain size), yaitu > 30 mm)
Chert (Warna merah, sangat kompak, banyak terdapat vein silika)
Chromite (Warna hitam, bentuk kristal original “cubic”, mempunyai struktur aggregate,
berat jenis sangat tinggi)
Clay Sediment (Warna bervariasi, di SPA pada umumnya berwarna hitam dan merah, di
beberapa tempat berwarna hijau tua).
Black Clay
Red Clay
Lampiran 4. Weathering Product minerals
Lampiran 5. Standard Color Code (disusun berdasarkan warna profile laterite di Sorowako Project
Area (SPA))
White color is uncommon and already clear. High asbestos mineral content might give
white color.
Lampiran 6. Classification and Nomenclature of Mafic and Ultramafic Rocks
(Streckeisen,1976)
Lampiran 7. Sorowako Geological Map
Lampiran 8. Sorowako Ore Type Map
Core Logging Guideline
By
SPA Geo Evaluation Section