Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.

0
TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN

Disusun oleh :
Wahyu Dian Santika (B300180190) / C
Sintia Diah Melati (B300180192) / C
Tika Pratika (B300180195) / C
Mia Aru Charistama Putri (B300180197) / C
Eva Mayang Sari (B300180199) / C
Azzahra Meiza Majid (B300180200) / C

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengangguran menjadi salah satu permasalahan utama ketenagakerjaan yang
dihadapi negara berkembang, termasuk Indonesia. Muslim (2014) menjelaskan bahwa
pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu
mudah untuk dipahami. Salah satu faktornya adalah populasi penduduk Indonesia yang
besar sehingga memunculkan angkatan kerja baru tiap tahunnya dan berdampak pada
tingkat pengangguran. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2016 yang berjudul Statistik Indonesia 2016, jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 255.461.700 jiwa pada tahun 2015. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk
Indonesia masih di angka 1,38 persen per tahun. Hasil proyeksi penduduk oleh BPS, pada
2035, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai lebih dari 300 juta jiwa di mana populasi
penduduk Indonesia lebih didominasi oleh kelompok umur produktif yakni antara 15-64
tahun. Hal ini membuat Indonesia memasuki era bonus demografi di mana usia produktif
dapat dimanfaatkan dalam peningkatan pembangunan atau menjadi beban bagi
perekonomian seperti meningkatnya pengangguran.
Terkait masalah pengangguran, baik Indonesia maupun dunia tengah memasuki era
revolusi industri 4.0, di mana teknologi dapat digunakan untuk mengganti tenaga kerja
manusia. Diduga dampak revolusi industri 4.0 akan menyebabkan 50 juta orang akan
kehilangan pekerjaan atau hampir separuh dari total angkatan kerja di Indonesia. Hal itu
terjadi karena tenaga kerja di Indonesia masih rentan terhadap perkembangan terknologi.
Kaufman dan Hotchkiss (1999) menyebutkan bahwa tingkat pengangguran merupakan
salah satu ukuran efisiensi dalam perekonomian. Ketika pengangguran terjadi, beberapa
input tenaga kerja yang tersedia tidak digunakan, yang berarti hilangnya produksi.
Perkiraan besarnya kerugian ekonomi dijelaskan dalam Hukum Okun yaitu setiap
persentase peningkatan tingkat pengangguran sama dengan penurunan 2 persen dalam
GNP.
Revolusi industri 4.0 yaitu era yang ditandai dengan adanya konektivitas manusia, data,
dan mesin dalam bentuk virtual atau dikenal dengan istilah cyber physical. Perkembangan
revolusi industri membawa perubahan yang sangat cepat dengan tujuan mulia menciptakan
kualitas kehidupan yang lebih baik. Pada era industri 4.0 ini ada pergeseran trend inovasi
ke arah teknologi digital. Di era revolusi industri 4.0 memungkinkan otomatisasi di semua
bidang untuk mencapai produktivitas yang efektif dan efisien. Penerapan sistem informasi
rantai pasokan digital ke seluruh unit kerja akan meminimalkan peran manusia sebagai
operator. Secara umum di era industri 4.0 ini peran tenaga manusia berubah dari peran
operator menjadi seorang ahli dengan kompetensi yang tinggi.
Apa yang harus kita persiapkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0?. Seperti
yang kita ketahui bahwa model industri 4.0 adalah kombinasi gabungan dari beberapa
inovasi teknologi terbaru seperti teknologi informasi dan komunikasi, sistem jaringan, big
data dan cloud computing, virtualisasi, dll. Oleh sebab itu, mempersiapkan diri dengan
meningkatkan kompetensi dibidang teknologi digital adalah sebuah keniscayaan dan
keharusan. Selain itu secara mental kita harus mempersiapkan ketahanan, kemampuan
beradaptasi, keterampilan berpikir kritis dan kemampuan berinovasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud revolusi industri 4.0 ?
2. Bagaimana perkembangan tingkat pengangguran di Indonesia?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi pengangguran ?
1.3 Tujuan
1. Untuk memberikan informasi tentang Revolusi Industri secara umum maupun
menurut para ahli.
2. Untuk memberikan pemaparan tingkat pengangguran di Indonesia berdasarkan
data.
3. Memberikan solusi bagi masyarakat maupun para peneliti mengenai solusi
dalam mengatasi pengangguran.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kurva Philips
Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi disebut kurva phillips.
Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah tingkat inflasi upah. Dalam hal ini
pengangguran sebagai output dan menerjemahkan inflasi sebagai perubahan harga. Kondisi
dimana secara simultan pengangguran tinggi dan diikuti inflasi yang tinggi disebut sebagai
stagflasi3. Adapun gambar kurva phillips adalah sebagai berikut:
Gambar Kurva Philips

A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan


tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari
adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai
dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya
harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas
produksinya dengan menambah tenaga kerja (asumsinya tenaga kerja merupakan satu-
satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga
kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi), pengangguran berkurang.

2.2 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja


Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu
barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk dibelinya pada setiap
kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu (Sudarsono, 1990). Dalam
hubungannya dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara
tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan.
Sehingga permintaan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang
diperkerjakan seorang pengusaha pada setiap kemungKinan tingkat upah dalam jangka
waktu tertentu.
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh
pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu.
Dalam teori klasik sumberdaya manusia (pekerja) merupakan individu yang bebas
mengarnbil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk
menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori
tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan
dengan kendala yang dihadapinya.
2.3 Revolusi Industri
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana
terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai
dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika
Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri secara simple artinya adalah perubahan besar dan radikal
terhadap cara manusia memproduksi barang. Perubahan besar ini tercatat sudah terjadi
tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang keempat. Setiap
perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar dalam bidang ekonomi, politik,
bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada jutaan pekerjaan lama menghilang, dan
jutaan pekerjaan baru yang muncul. Klaus (Shwab, 2016) melalui The Fourth Industrial
Revolution menyatakan bahwa dunia telah mengalami empat tahapan revolusi, yaitu: 1)
Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap,sehingga
memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi
pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang membuat biaya produksi menjadi
murah, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan
komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an
melalui rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan
dan konektivitas manusia dan mesin.

3.2 Pengangguran
Pengangguran atau tunakarya (bahasa Inggris: unemployment) adalah istilah
untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran berdasarkan angkatan kerja
pada Agustus 2019 mencapai 7,05 juta orang. Jumlah ini bertambah sekitar 50 ribu
orang atau naik 0,7% dari periode yang sama tahun lalu. Jika dibandingkan dengan
Februari 2019 yang hanya 6,82 juta orang, peningkatan pengangguran Agustus 2019
mencapai 3,4%. Data BPS menunjukkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami
penurunan dari 5,34% pada Agustus 2018 menjadi 5,28%. Namun jika dibandingkan
dengan Februari 2019, TPT mencatatkan kenaikan dari 5,01%. Secara umum, TPT di
semua jenjang pendidikan mengalami penurunan. TPT tertinggi terdapat pada jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 10,42%. Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan Diploma I/II/III menyusul dengan TPT masing-masing sebesar 7,92% dan
5,99%.

3.3 Solusi untuk mengatasi pengangguran


1. Tidak Membeda-bedakan Pencari Kerja

Tidak sedikit perusahaan yang enggan menerima pekerja yang sudah


berkeluarga dan memiliki anak. Misalnya saja dengan alasan perusahaan harus
membayarkan asuransi istri dan anak karyawan mereka, ataupun memiliki resiko
karyawan akan sering izin karena keperluan anak atau keluarga dan sebagainya.

2. Menerapkan Konsep Tim Junior-Senior

Pekerja muda dan tua menghadapi masalah yang sama dalam pasar
tenaga kerja, yaitu tingkat pengangguran yang tinggi. Namun demikian kedua
kelompok ini memiliki alasan yang berbeda. Jika pekerja muda tidak memiliki
pengalaman kerja, pekerja tua mulai kehilangan produktivitas mereka. Solusi
untuk mengatasi hal ini sekaligus cara mengatasi pengangguran yang berikutnya
adalah dengan menerapkan konsep tim junior-senior di mana kedua kelompok
tergabung menjadi satu. Keterampilan pekerja muda dan tua bisa saling
melengkapi sehingga mendorong efektivitas kerja yang dilakukan.

3. Membuka Lapangan Kerja Baru

Pemerintah dan perusahaan swasta diharapkan dapat membuka


lapangan pekerjaan baru untuk menarik minat para pengangguran ataupun
lulusan baru sehingga mengurangi angka pengangguran.

4. Memperbaiki Kondisi Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi akan merangsang penciptaan lapangan kerja dan


memberi dampak positif bagi kaum muda yang menganggur. Pemerintah harus
memberi perhatian khusus pada sektor industri yang ramah terhadap pencari
kerja muda untuk menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas.

5. Subsidi dan Pengurangan Pajak Upah

Salah satu bentuk intensif dari pemerintah seperti subsidi dan


pengurangan pajak upah dapat membantu sektor perekonomian dan industri
dalam merekrut lebih banyak karyawan.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Pengangguran merupakan salah satu masalah di Negara Indonesia, maka
dari itu pemerintah harus dapat mengatasi permasalahan tersebut. Dengan
semakin cepatnya perkembangan teknologi atau yang telah kita alami yaitu
revolusi industri 4.0 maka perlu adanya kesiapan SDM untuk menghadapi
revolusi yang saat ini sedang trend. Trend ini telah mengubah banyak bidang
kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup manusia
itu sendiri. Revolusi ini menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung
dengan berbagai bidang kehidupan manusia. Setiap revolusi industri sebetulnya
merupakan proses yang rumit dengan pengaruh luar biasa luas maupun dalam di
masyarakat sehingga memiliki sisi positif maupun sisi negatife bagi Sumber
Daya Manusia. Dengan kemajuan teknologi dalam revolusi industry 4.0 banyak
perusahaan yang memilih menggunakan teknologi yang canggih dibandingkan
dengan teknologi manual, sehingga banyak karyawan yang mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja yang mana mengakibatkan banyaknya
pengangguran.

4.2 SARAN
Revolusi industry 4.0 memiliki ancaman yang sangat nyata, ada banyak
pekerjaan yang menjadi lumbung penghasilan berkemampuan biasa sudah
hilang. Manusia yang siap akan perubahan harus kehilangan pekerjaan
kebangaan mereka tersebut. Sedangkan yang melihat perubahan bisa
menyesuaikan dengan perubahan besar tersebut. Sikap yang harus di persiapkan
untuk menghadapi revolusi 4.0 yaitu, pertama, memperkuat SDM yang ada,
urusan pekerjaan produktif Indonesia. Ada banyak pekerjaan di masa depan
yang terintegrasi dengan teknologi, karna itulah harus ada ketrampilan dan
kemampuan di bidang teknologi. Kedua, mengubah sistem pendidikan kea rah
modern, artinya ada hubungan dunia sekolah dengan dunia insudtri. Ketiga,
mengedepankan kolaberasi, di era saat ini byukan lagi mengedepankan
kompetisi tapi kolaberasi dari semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org. (2019,3 Juli). “Pengangguran”. Diakses pada 4 Desember 2019, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran

Badan Pusat Statistik(BPS). (2019, 05 November). “Total Pengangguran Agustus Bertambah Jadi
7,05 Juta Orang”. Diakses pada 4 Desember 2019, dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/05/total-pengangguran-agustus-
bertambah-jadi-705-juta-orang

Karyaone.co.id. (2016,06 Februari). “Cara Mengatasi Pengangguran yang efektif di Indonesia”.


Diakses 4 Desember 2019, dari https://www.karyaone.co.id/blog/cara-mengatasi-
pengangguran/

dpr.go.id. “Analisis Keberadaan Tradeoff Inflasi dan Pengangguran”. Diakses 05 Desember 2019,
dari
http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_ANALISIS_KEBERADAAN_TRADEOFF_INFLAS
I_DAN_PENGANGGURAN_%28KURVA_PHILLIPS%29_DI_INDONESIA20140821142142.pdf

Prasetyo, Danur. 2018. “Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial” dalam IPTEK
Journal of Proceedings Series.

Kusnandar, Adit.2019. “Revolusi Industri 1.0 Hingga 4.0” dalam https://osf.io>download.

Priastiwi, Dian. 2019. “ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PENDIDIKAN, UPAH


MINIMUM, DAN PDRB TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI JAWA
TENGAH” dalam Diponegoro Jurnal Of Economics volume 1,nomor1, halaman 159.

Sholeh, Maimun. 2017. “Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah : Teori Serta
Beberapa Potretnya di Indonesia” dalam Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 04, nomor 01.
NAMA NIM TUGAS
WAHYU DIAN SANTIKA B300180190 PENDAHULUAN
SINTIA DIAH MELATI B300180192 LANDASAN TEORI
TIKA PRATIKA B300180195 PAPARAN DATA
MIA ARU CHARISTAMA B300180197 URAIAN DESKRIPTIF
PUTRI
EVA MAYANG SARI B300180199 KESIMPULAN
AZZAHRA MEIZA MAJID B300180200 SARAN DAN TINJAUAN
PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai