Anda di halaman 1dari 3

Bahasa Isyarat Indonesia sebagai Panduan Kehidupan bagi Tuli

Slide 1

Tuli, berdasarkan persepsi budaya, berarti bahwa kata berasal dari komunitas Tuli dan
tidak sakit. Mereka biasanya berkomunikasi dengan Bahasa isyarat alamiah. Istilah
tersebut berlaku juga di Indonesia yang biasa disebutkan, Tuli bukan Tuna Rungu. Tuna
Rungu tidak mewakili identitas, budaya dan Bahasa Tuli tetapi berarti bahwa
pendengarannya rusak dan perlu diperbaiki secara medis. Sebagian besar dari populasi
Indonesia adalah masyarakat tutur yang menggunakan Bahasa Indonesia tentu
menggunakan tuna rungu bukan Tuli karena belum adanya kesadaran dan informasi
yang masih minim mengenai identitas, budaya dan Bahasa Tuli.

Slide 2

Budaya Tuli dan budaya orang dengar pun sangat berbeda karena perbedaan fungsi
pendengaran dan penggunaan selama komunikasi. Tuli menggunakan mata atau visual
untuk menerima informasi sedangkan orang dengar-normal menggunakan telinga atau
audio. Untuk mengeskpresikan pikiran dan perasaan, Tuli menggunakan tangan dan
ekspresi melalui muka dan badan, sedangkan penutur Bahasa Indonesia menggunakan
artikulasi suara dan mulut.

Slide 3

Bahasa isyarat merupakan sebuah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Tuli untuk
berkomunikasi. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa isyarat merupakan alat untuk
menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan. Bahasa isyarat bukan merupakan
representasi bahasa isyarat semata, hal ini karena bahasa isyarat sendiri memiliki
struktur linguistiknya sendiri seperti halnya bahasa lain.

Slide 4

Di Indonesia ada dua jenis bahasa isyarat yang digunakan. Pertama, Sistem Bahasa
Isyarat Indonesia atau SIBI. Kedua, Bahasa Isyarat Indonesia atau BISINDO. Dalam
perkembangannya SIBI tidak dapat digunakan dalam komunikasi sehari- hari
penyandang tuna rungu karena penerapan kosakata yang tidak sesuai dengan aspirasi
dan nurani kaum tunarungu, terlebih penerapan bahasa yang terlalu baku dengan tata
bahasa kalimat bahasa Indonesia yang membuat kesulitan kaum tuna rungu untuk
berkomunikasi. Berbeda dengan BISINDO yang belakangan ini sedang diperjuangkan
oleh Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN). BISINDO merupakan
bahasa ibu dan bahasa isyarat alami budaya asli Indonesia yang dengan mudah dapat
digunakan dalam pergaulan isyarat kaum tuna rungu sehari- hari.

Slide 5
Kemampuan Bahasa Indonesia para Tuli masih di bawah rata-rata dari masyarakat
umum, dikarenakan oleh keterbatasan akses ke Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Di
Indonesia, Bahasa Isyarat belum diakui sebagai Bahasa maupun sebagai alat komunikasi
bagi tuli dalam berbagai ranah kehidupan. Ranah Kehidupan tersebut termasuk
pendidikan, pekerjaan, sosial, politik dan hukum.

Dengan adanya Pusbisindo (Pusat Bahasa Isyarat Indonesia) dan GERKATIN,


diharapkan adanya kesadaran bahwa pentingnya BISINDO di Indonesia diakui sehingga
hak dan martabat kaum Tuli ditinggikan dan disetarakan.

Slide 6

Conclusion

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa BISINDO adalah bahasa


dan harus disadari, diakui dan diangkat agar identitas dan budaya Tuli dipertahankan
dan dihormati. Dengan adanya kesadaran bahwa BISINDO adalah panduan penting
dalam kehidupan Tuli, generasi muda Tuli Indonesia akan sadar dan mengerti
pentingnya tradisi, budaya dan Bahasa Indonesia sebagai pemersatu warga negara
Indonesia.

Slide 7

Tata cara berbicara dengan Tuli

1. Ketika berbicara dengan seorang tuli perhatikan isyarat apakah ia lebih nyaman
dengan menggunakan bahasa isyarat, gerak tubuh, tulisan atau gerakan lisan. Jika
mengalami kesulitan, beritahukan padanya
2. Sebelum berkomunikasi pastikan dia memperhatikan. Jika tidak, lambaikan
tangan atau tepuk bahunya untuk menarik perhatiannya
3. Jika menggunakan bantuan penerjemah, tetap perhatikan lawan bicara (tuli) demi
menjaga kesopanan. Tanyakan kepadanya secara langsung, tidak kepada
penerjemah.
4. Bicaralah yang jelas supaya lawan bicara dapat membaca gerak bibir. Jangan
makan permen karet, merokok atau menutup mulut dengan tangan ketika
berbicara pada mereka

Anda mungkin juga menyukai