ANATOMI HEWAN
AMPHIBIA
Disusun Oleh:
Nama : Silvita
NIM : K4317062
Kelas :B
SURAKARTA
2018
Laporan Resmi Praktikum
Anatomi Hewan
I. Judul : Amphibia
II. Tujuan : 1. Mengetahui topografi organ-organ pada amphibia.
2. Mengetahui fungsi organ-organ pada amphibia.
3. Mengetahui organ dan sistem organ pada amphibia.
III. Alat dan Bahan :
Alat : Bahan :
Rana sp
1
2
3
4
16
18
5
7 6
15
8
9
14
10
12
11
13
Bufo sp
19
17
Bufo sp
1 2 3
16
4
18 5
6
15 7
8
10
14
12
11
13
Polypedates leucomystax
19
17
Gambar Referensi
Rana sp
http://www.ecologyasia.com/images-papua-ng/ranaspecies-
1_0012.jpg
Bufo sp
https://amfibidunia.wordpress.com
Polypedates leucomystax
https://bangkokherps.wordpress.com/2011/12/26/fourlined-
treefrog/
Deskripsi
b. Cerviks (leher)
Leher pada spesies ini seringkali tidak leher karena berukuran kecil.
c. Truncus
Bagian tengah disebut medial, bagian samping (lateral), badan muka depan (ujung
anterior), bagian belakang (ujung posterior), bagian punggung (dorsal), bagian muka
(ventral). Di bagian ujung belakang badan terdapat kloaka, yaitu lubang kecil untuk
membuang sisa- sisa pencernaan, urine, dan sel-sel kelamin (sel telur dan sperma) dari
organ reproduksi. Kulit (integument) menutupi seluruh tubuh dan berfungsi sebagai
pelindung, membantu pernapasan, dan penyerapan air sebab katak tidak pernah minum.
d. Eksterimitas
Kulit licin dengan warna Kulit halus tanpa adanya Kulit kasar dan berbintil
yang mencolok karena tonjolan, lipatan, atau bintil- bintil serta berwarna
adanya kromatofor bintil. kecoklatan.
Tidak adanya penebalan Mengalami penebalan kulit Tidak adanya penebalan
kulit oleh keratin kulit
Selaput renang terlihat jelas Selaput renang terlihat jelas Selaput renang terlihat tidak
jelas
Punya penonjolan pada Punya penonjolan pada Tidak punya penonjolan
tempat persendian antara tempat persendian antara pada tempat persendian
columna vertebralis dengan columna vertebralis dengan antara columna vertebralis
gelang panggul gelang panggul dengan gelang panggul
Mata terlihat menonjol, Mata besar menonjol, iris Mata tidak terlihat menonjol,
memiliki membrane nictitans berwarna kuning keemasan tidak memiliki membrane
nictitans
Lidah bercabang 2 Lidah bercabang Lidah tidak bercabang
Kaki posterior panjang Kaki posterior sangat Kaki posterior pendek
hingga lompatannya jauh panjang sehingga dapat sehingga lompatannya
melompat sangat jauh berjarak pendek
Ukuran organnya relatif Ukuran organnya relatif Ukuran organnya relatif
Ada penonjolan pada Ada penonjolan pada Tidak ada penonjolan pada
panggul panggul panggul
Sumber
Chaeri, A., Kusbiayanto, Priyo Susatyo, Sugiharto. (2008). Modul 1-Repository UT. 18
Oktober 2018 09:19 dari http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-M1.pdf
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Kartiningtyas, Lilis Astari. (2006). Palatabilitas Bufo Melanostictus terhadap Beberapa Macam
Makanan Alami dan Potensinya dalam Mnegendalikan Populasi Serangga. Semarang:
FMIPA UNNES
Yudha, D. S., Rury E., Trijoko, Muhammad Faisal Alawi, Asmaa’nugerah Tarekat. (2014).
Keanekaragaman Jens Katak dan Kodok (Ordo Anura) di Sepanjanag Sungau Opak
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biologi. Vol. 18 (2) hal: 52-59
Topografi
Bufo sp
14
2
3
4
11
8
5
7 16
14
9 10
Polypedates leucomystax
1
2
4 3
1
13
5 18
5 12
7 6
1
11
14
9
10
Gambar Referensi
Sumber :
http://departments.fmarion.edu
http://harry-rizky.blogspot.com
https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com
Deskripsi
1. Topografi Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
a. Cor (jantung)
Dibungkus oleh selaput pericardium yang berada di atas hati. Dilengkapi dengan
truncus arteriosus yang pada preparat baru saja mati masih tampak berdenyut.
b. Paru-paru (paru-paru)
Paru-paru berada di sebelah kanan dan kiri jantung yang berada di bawah hati berwarna
agak oranye yang dibungkus oleh pleura dan mengembang.
c. Hati (hepar)
Berwarna merah coklat tepat di bawah jantung, di dalam hati terdapat empedu yang
berwarna hijau. Memiliki bagian lobus dexter dan lobus sinister (Ismawati, 2008).
d. Ginjal (ren)
Ginjal memanjang di samping kiri hati yang diteruskan ke saluran lebih kecil yaitu
usus yang berwarna kekuningan (Djuhanda, 1984).
e. Ovarium
Ovarium terletak di atas ginjal yang berdinding tipis dan di dalam ovarium terdapat
telur yang berwarna kuning dan bentuknya bulat-bulat kecil. Pada dinding ovarium dan
dinding lambung terdapat kapiler darah yang berdinding tipis. Pada betina yang sudah
cukup dewasa tampak adanya ovarium besar yang penuh ova, berwarna kehitaman
seperti butir- butir (Bratowidjoyo,1994).
f. Rektum
Saluran lanjutan dari usus.
g. Intestinum
Memiliki usus yang berkelok-kelok (Ville, 1988).
h. Kloaka
Tempat pembuangan dan tempat reproduksi (Sukiya, 2003).
i. Oviduct
Saluran telur.
j. Mesonephrous
Berwarna merah dan terletak di ruas- ruas tulang belakang.
k. Ureter
Saluran kencing yang bermuara pada kloaka.
l. Vesica urinaria
Gelembung tipis keputihan
Rana sp
2
1
Bufo sp
2
Polypedates leucomystax
Gambar Referensi
Sumber :
http://departments.fmarion.edu
http://harry-rizky.blogspot.com
https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com
Deskripsi
1. Sistem respirasi pada Rana sp, Polypedates sp, dan Bufo sp.
Paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur paru-paru katak berupa kantong tipis
yang elastis, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada permukaan dinding dalamnya yang
berguna untuk memperluas permukaan. Pada permukaan dinding dalam terdapat kapiler-
kapiler darah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan lain dan
melepas karbondioksida ke paru-paru.
1. Amphibi bernapas dengan paru- paru. Jalannya udara pernapasan adalah sebagai
berikut : Nares anterior - cavum nasi - nares posterior - cavum oris - larynx –
bronchus - pulmo.
a. Nares anterior : lubang- lubang kecil yang terdapat di sebelah dorsal rima oris.
b. Cavum nasi : lubang hidung sebagai salah satu tempat masuknya udara (Ville,
1988).
c. Nares posterior : lubang- lubang kecil di sebelah ventral rima oris.
d. Cavum oris : mulut, selain untuk makan juga sebagai saluran pernapasan
(Djuhanda, 1984).
e. Larynx : saluran penghubung antara cavum oris dengan bronchus.
f. Bronchus : berukuran pendek, tidak punya trachea (Ismawati, 2008).
g. Pulmo : kantong elastic, permukaan dinding luarnya terdapat lipatan- lipatan
untuk memperluas permukaannya. Berwarna kemerah- merahan karena banyak
kapiler darah (Bratowidjoyo, 1994).
2. Respirasi secara osmoregulasi (dengan kulit)
Dapat berlangsung baik di darat maupun di air. Hal ini dimungkinkan karena kulit
yang tipis dan kaya akan kapiler darah. Yang berperan sangat penting terutama pada
pembuluh- pembuluh darah dinding cavum oris. Mucosa berfungsi untuk
pernapasan, di mana anyaman- anyaman kapiler mengalami modifikasi. Setiap
kapiler membentuk tonjolan ke permukaan. Hal ini tidak
hanyamemperluas vascularisasi, tetapi juga memungkinkan aliran menjadi lambat,
sehingga penyerapan gas lebih efisien.
3. Terdapat 3 proses penting dalam respirasi Amphibi, yaitu :
a. Aspirasi
Mulut menutup - musculus submandibularis berelaksasi - m. sterno hyoideus
berkontraksi - rongga mulut membesar - udara masuk lewat nares anteriores.
b. Inspirasi
Nares tertutup oleh suatu valvula - musculus submandibularis berkontraksi -
begitu pula pada m. genio hyoideus - cavum oris mengecil - udara masuk glottis
– larynx - pulmo.
c. Expirasi
Fase 1 : M. submandibularis relaksasi - M. sterno hyoideus berkontraksi - otot-
otot perut berkontraksi - udara dalam pulmo keluar.
Fase 2 : Glotis menutup - nares terbuka - M. submandibularis berkontraksi diikuti
M. genio hyoideus - cavum oris menyempit - udara keluar.
B. Perbedaan Sistem Respiratori Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Ukuran pulmo agak besar Ukuran pulmo agak besar Ukuran pulmo besar
Warna pulmo merah muda Warna pulmo merah muda Warna pulmo merah muda
segar segar pucat
Ukuran bronkus lebih pendek Ukuran bronkus lebih pendek Ukuran bronkus lebih panjang
Kulit berkembang baik sebagai Kulit berkembang baik sebagai Kulit kurang berkembang baik
organ respirasi. organ respirasi. sebagai organ respirasi, lebih
cenderung menggunakan pulmo
karena habitatnya yang
teresterial.
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Ismawati. (2008). Biologi. Solo: Bumi Aksara
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Pencernaan
Gambar Pengamatan Keterangan Gambar
1. Rima oris
2. Esophagus
3. Ventrikulus
4. Intestinum tenue
1 5. Intestinum crassum
6. Pankreas
2 7. Kloaka
8. Hepar
8
4 3
5 6
Rana sp
1 8
6
2
3
7
1 2
5 6
7
Polypedates leucomystax
Gambar Referensi
Rana sp
Sumber : riabiologiuad.blogspot.com
Bufo sp
Sumber : riabiologiuad.blogspot.com
Polypedates leucomystax
Sumber : riabiologiuad.blogspot.com
Deskripsi
Sistem Digestoria Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp
Saluran Pencernaan (Tractus digestivus)
Cavum oris (rongga mulut)
Dilengkapi dengan lidah untuk menangkap mangsa dan memiliki gigi
berbentuk kerucut untuk memegang mangsa.
Pharynx (faring)
Saluran lanjutan dari rongga mulut ke arah posterior, sebagai penghubung
rongga mulut dan esofagus. Terletak tepat di sebelah caudal cavum oris dan di
belakang lidah.
Esofagus (kerongkongan)
Esofagus yang pendek dan menghubungkan antara faring dengan ventriculus.
Ventriculus (lambung)
Kelanjutan dari esofagus yang agak melebar. kantong di tengah melebar dan
menjadi sangat besar bila terisi makanan. Dapat dibedakan menjadi cardia
(tempat masuknya oesophagus) dan phylorus (lubang keluar menuju usus)
(Sukiya, 2003).
Intestinum
Dibedakan atas intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum usus
besar). Bagian terakhirnya disebut rectum (Bratowidjoyo, 1994).
Kloaka
Pada amphibi hanya ada satu lubang pengeluaran. Namun sebelum sampai di
anus, saluran-saluran ekskresi bermuara pada kloaka. Pada betina terdapat tiga
lubang kloaka, yaitu sepasang ovisac dan satu dari vesica urinaria. Sedangkan
pada jantan hanya ada satu lubang dari vesica urinaria (Djuhanda, 1984).
Kelenjar Pencernaan (Glandula digestoria)
Hepar (hati)
Berwarna merah coklat. Terdiri dari lobus dexter (kanan) dan lobus sinister
(kiri). Dari hepar keluar saluran empedu halus, yaitu ductus hepaticus. Vesica
felea terdapat di antara lobi hepatitis, berwarna kehijauan, keluar saluran
disebut ductus cysticus dan bermuara di duodenum.
Pankreas
Melekat di antara ventriculus dan duodenum, salurannya ductus pancreaticus
dan bermuara di duodenum (Ville, 1988).
B. Perbedaan Sistem Digestoria Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Memiliki gigi Memiliki gigi Tidak memiliki gigi
Lidah panjang bercabang Lidah bercabang Lidah tidak bercabang
dua
Pankreas berwarna hijau atau Pankreas berwarna hijau Pankreas mengalami
kehijauan kekuningan keratinasisasi sehingga
berwarna keputihan.
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Peredaran Darah
Gambar Pengamatan Keterangan Gambar
1. Cor
2. Fasa
1 3. Pericarpium
Polypedates sp
Rana sp
2
Bufo sp
Gambar Referensi
Rana sp
Sumber : anitatodja.blogspot.com
Bufo sp
Sumber : anitatodja.blogspot.com
Polypedates leucomystax
Sumber : anitatodja.blogspot.com
Deskripsi
Sistem Kardiovaskuler Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
1. Cor (jantung)
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Urogenitalia
Rana sp
Bufo sp
1
Polypedates leucomystax
Gambar Referensi
Rana sp
Sumber : jonggoinfo.blogspot.com
Bufo sp
Sumber : amfibidunia.wordpress.com
Polypedates leucomystax
Sumber : jonggoinfo.blogspot.com
Deskripsi
Jumlah telur sedang Jumlah telur sedikit Jumlah telur banyak (Inger,
1997)
Sumber
Inger, R. F., dan Stuebing, R. B. ( 1997 ). A Field Guide to the Frogs of Borneo. Sabah :
Natural History Publications
Iskandar, D. T. ( 1998 ). Amfibi Jawa dan Bali. Bogor : Puslitbang Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia
Kastowo, H. ( 1984 ). Anatomi Komparativa. Bandung : Alumi.
Sistem Saraf
5 3
6
Gambar Referensi
Polypedates leucomystax
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-
0Tmpo7BtSiI/VX0GjFaH1pI/AAAAAAAAAK0/hgdScK
R
xayQ/s1600/amphibian_anatomy.jpg
Deskripsi
Sistem saraf pada Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
3
Polypedates sp
4 5
1 2
Bufo sp
3
4
5
1 2
Rana sp
Gambar Referensi
Sumber :
http://departments.fmarion.edu
http://harry-rizky.blogspot.com
https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com
Deskripsi
Sistem muscular pada Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Sistem muscular pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi
antara ikan dan reptil. Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi
tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari
otot epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti
dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan, kemudian
membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot
dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu, berenang,berjalan, meloncat
atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya terletak
dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.
Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot
daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang. Perbedaan itu
berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging sebelah luar tediri atas otot
daging skletal atau otot daging yang melekat pada tulang-tulang.Otot daging tersebut
terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya.Masing-masing otot daging itu terdiri atas serat-
serat yang satu sama lain digabung oleh jaringan ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada
tulang yang berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian distal
yang merupakan bagian yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot daging yang
memiliki perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang
yang disebut “tendon”.
Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang-
memendekkan jari. Dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot
daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan disebutkan
tipe umum dari otot-otot daging dengan model aktivitasnya dengan masing-masing contoh:
Flexor : Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai pengikat
lengan bawah dengan lengan atas.
Extensor : Meluruskan atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan lengan
bawah pada lengan atas.
Abductor : Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota); contoh
deltoid menarik lengan ke samping.
Adductor : Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota); contoh
atianus dorsi menarik lengan keatas dan kembali.
Depressor : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan
kebawah rahang bawah untuk menggerakkan mulut.
Levator : Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh masseter mengangkat
rahang untuk menutup mulut (Bratowidjoyo, 1994).
Rotator : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar
femur.
Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum: (1)
otot daging lebar dan pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk
didnding abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang menyisip, misalnya
biceps atau deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan serat melingkar, misalnya sphincter
ini yang berfungsi untuk menutup anus (Djuhanda, 1984).
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging bereaksi bersama-sama
dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem saraf.
Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf motoris yang membawa perintah
untuk merangsang kontraksi (Sukiya, 2003).
Perbedaan Sistem Muscular Rana sp, Polypedates leucomystax, Bufo sp.
Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang
kecil dikarenakan ukuran sedang dikarenakan ukuran besar dikarenakan ukuran
tubuh yang tidak terlalu tubuh yang sedang dan tubuh yang besar (Ville,
besar. ramping. 1988).
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Integumen
Gambar Pengamatan Keterangan Gambar
1. Kulit (dermis)
2. Epidermis
Rana sp
Bufo sp
Polypedates sp
Gambar Referensi
Rana sp
http://www.ecologyasia.com/images-papua-
ng/ranaspecies-
1_0012.jpg
Bufo sp
https://amfibidunia.wordpress.com
Polypedates leucomystax
https://bangkokherps.wordpress.com/2011/12/26/fourlined
-
treefrog/
Deskripsi
Sistem integumen pada Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Amfibi terbungkus oleh kulitnya yang lembut (tipis) dan bersih, tanpa bulu, tanpa sisik.
Kulit ini harus selalu dijaga agar tetap lembab karena ia cenderung mengering terutama di
bagian perut. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Bahkan walaupun
mereka memiliki kelenjar lendir yang membantu menjaga kelembaban, amfibi harus tetap
hidup di daerah lembab. Kulit dari sebagian besar amfibi melindungi mereka dari predator dan
memiliki kelenjar racun yang mengeluarkan zat yang tidak nyaman dan bahkan bisa beracun.
- Epidermis
Pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu menghasilkan
lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah
lapisan jagat dibentuk lapisan jangat baru, sewaktu lapisan jangat yang lama terkelupas telah
ada penggantinya. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali.
- Dermis
Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan
seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari
dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat selanjutnya di sebelah bawah
jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah.
Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir yang
banyak, mencegah kulit dari kekeringan. Kulit juga memfasilitasi pertukaran gas yang
memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka menjalani hibernasi. Kulit dicegah dari
kerusakan oleh predator, banyak amfibi telah berevolusi, kelenjar racun di kulit dan toksisitas
dari kelenjar bervariasi sesuai dengan spesies.Racun yang dikeluarkan oleh beberapa amfibi
yang fatal bagi manusia juga tapi sisanya memiliki efek yang sangat sedikit atau ringan.
Kelenjar yang bertanggung jawab untuk produksi toksin adalah kelenjar paratoid yang
melepaskan bufotoxin dan terletak di belakang telinga katak dan kodok tertentu sementara di
salamander mereka hadir tepat di belakang mata.
Struktur yang menutupi ini dibatasi oleh adanya struktur dinamis tertentu khas vertebrata
misalnya, adanya lapisan luar yang sangat cornified yang mengalami molting reguler dan
proses ini dikendalikan oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis dan tiroid. Kutil
atau thickenings lokal adalah karakteristik kodok. Bagian luar kulit ditumpahkan secara
periodik dalam satu potong, sementara pada mamalia dan burung itu tertumpah dalam serpih
dan mereka juga dikenal untuk makan kulit sloughed. Kromatofora juga dikenal sebagai sel-sel
pigmen yang bertanggung jawab untuk warna kulit amfibi dan disusun dalam tiga lapisan.Tiga
lapisan biasanya termasuk sel-sel yang dikenal sebagai melaophores, guanophores dan
lipophores.Banyak spesies yang juga dikenal untuk mengubah warna kulit mereka dan ini
benar-benar di bawah kendali kelenjar pituitari.Warna yang sangat terang biasanya
menunjukkan bahwa kulit sarat dengan kelenjar racun.
Kulit Amfibi/Amphibia sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi
terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:
1). Glandulae mucosa (kelenjar lendir ) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
2). Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
Racun yang terdapat pada Amfibi/Amphibia sangat bervariasi. Kodok yang hidup di laut
(Bufo marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Tipe racun lain pada
amphibi adalah neurotoksin, halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik, dan local irritant (Ville,
1988).
Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim reproduksi selama musin reproduksi dan
mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina selama musim
kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantannya yang
mengeluarkan cairan khusus untuk menarik betina selama musim reproduksi (Djuhanda,
1984).
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
VI. Kesimpulan
Morfologi
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Tubuh terdiri atas caput, Tubuh terdiri atas caput, Tubuh terdiri atas caput,
truncus, extremitas truncus, extremitas truncus, extremitas
Ukuran badan kecil, Ukuran badan kecil Ukuran badan besar.
langsing memanjang dan ramping Mengalami penebalan kulit
Tidak mengalami penebalan Tidak mengalami penebalan Lidah tidak bercabang
kulit kulit Kaki posterior pendek
Lidah bercabang Lidah bercabang Selaput renang tidak jelas
Kaki posterior panjang Kaki posterior panjang
Selaput renang jelas Selaput renang jelas
Topografi
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari cor, pulmo, Terdiri dari cor, pulmo, Terdiri dari cor, pulmo,
hepar, ventriculus, lien, hepar, ventriculus, lien, hepar, ventriculus, lien,
pancreas, intestinum, vesica pancreas, intestinum, vesica pancreas, intestinum, vesica
felea, ovarium, oviduct, felea, ovarium, oviduct, felea, ovarium, oviduct,
mesonephrous, ureter, vesica mesonephrous, ureter, vesica mesonephrous, ureter, vesica
urinaria urinaria urinaria
Lidah bercabang Lidah bercabang Lidah tidak bercabang
Cavum oris menonjol Cavum oris menonjol Cavum oris tidak menonjol
Ukuran organ relatif Ukuran organ relatif Ukuran organ relatif
kecil kecil besar
Sistem Digestoria
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari Tractus Terdiri dari Tractus Terdiri dari Tractus
digestivus (cavum oris, digestivus (cavum oris, digestivus (cavum oris,
pharynx, oesophagus, pharynx, oesophagus, pharynx, oesophagus,
ventriculus, intestinum, ventriculus, intestinum, ventriculus, intestinum,
kloaka) dan Glandula kloaka) dan Glandula kloaka) dan Glandula
digestoria (hepar & pancreas) digestoria (hepar & pancreas) digestoria (hepar & pancreas)
Terdapat banyak pembuluh darah Terdapat banyak pembuluh darah Tidak terdapat banyak
di kulit di kulit pembuluh darah di kulit
Sistem Urogenital
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari organon Terdiri dari organon Terdiri dari organon
uropoeticum (ren, ureter, uropoeticum (ren, ureter, uropoeticum (ren, ureter,
vesica urinaria) dan organ vesica urinaria) dan organ vesica urinaria) dan organ
genital (femininum dan genital (femininum dan genital (femininum dan
masculine) masculine) masculine)
Telur bergerombol Telur bergerombol Telur bergerombol
Induk meninggalkan Induk meninggalkan Induk tetap menjaga
kecebong ketika lahir kecebong ketika lahir kecebong ketika lahir
Sistem Saraf
Dengan sebuah otak berwarna keputihan yang berukuran sangat kecil dan terletak di
bagian cranial sebelah belakang.
Sistem Muscular
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang
kecil dikarenakan ukuran sedang dikarenakan ukuran besar dikarenakan ukuran
tubuh yang tidak terlalu tubuh yang sedang dan tubuh yang besar.
besar. ramping.
Sistem Integumentum
Memiliki kulit yang lebih Memiliki kulit yang basah dan Memiliki kulit yang tebal
tipis dan licin serta lengket serta kasar. dan basah.
mengkilap.
VII. Daftar Pustaka
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Chaeri, A., Kusbiayanto, Priyo Susatyo, Sugiharto. (2008). Modul 1-Repository
UT. 18 Oktober 2018 09:19 dari http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-
M1.pdf
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Inger, R. F., dan Stuebing, R. B. ( 1997 ). A Field Guide to the Frogs of Borneo.
Sabah : Natural History Publications
Iskandar, D. T. ( 1998 ). Amfibi Jawa dan Bali. Bogor : Puslitbang Lembaga Ilmu
Penelitian Indonesia
Ismawati. (2008). Biologi. Solo: Bumi Aksara.
Kartiningtyas, Lilis Astari. (2006). Palatabilitas Bufo Melanostictus terhadap
Beberapa Macam Makanan Alami dan Potensinya dalam Mnegendalikan
Populasi Serangga. Semarang: FMIPA UNNES.
Kastowo, H. ( 1984 ). Anatomi Komparativa. Bandung : Alumi.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Yudha, D. S., Rury E., Trijoko, Muhammad Faisal Alawi, Asmaa’nugerah
Tarekat. (2014). Keanekaragaman Jens Katak dan Kodok (Ordo Anura) di
Sepanjang Sungau Opak Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biologi.
Vol. 18 (2) hal: 52-59.
VIII. Lampiran
1 Lembar foto praktikum
IX. Lembar Pengesahan