Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANATOMI HEWAN
AMPHIBIA

Disusun Oleh:

Nama : Silvita

NIM : K4317062

Kelas :B

Kelompok : 3/ Amelia Happy Beauty

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
Laporan Resmi Praktikum

Anatomi Hewan

I. Judul : Amphibia
II. Tujuan : 1. Mengetahui topografi organ-organ pada amphibia.
2. Mengetahui fungsi organ-organ pada amphibia.
3. Mengetahui organ dan sistem organ pada amphibia.
III. Alat dan Bahan :

Alat : Bahan :

 Pinset Rana sp.


 Lup Polypedates leucomystax
 Cutter Bufo sp.
 Gunting
 Papan parafin
 Jarum pentul

IV. Langkah Kerja :


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Meletakkan spesies pada papan parafin.
3. Mengamati bentuk morfologi dan anatomi amphibia.
4. Mengamati bagian ventral, dorsal, mulai dari anal hingga mandibula.
5. Mengamati organ-organ yang termasuk sistem respirasi, digesti, urogenital,
cardiovascular, saraf, dan muscular.
6. Mencatat dan mengamati serta menggambar dari setiap sistem organ.
7. Membuat laporan sementara.
V. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Morfologi

Gambar Pengamatan Keterangan Gambar


1. Rima oris
1 2. Organon visus
2 3. Humerus
4. Digiti
3
5. Metatarsal
14 4 6. Tarsal
7. Radioulna
5 8. Femur
15 9. Tibia fibula
7 6 10. Kloaka
11. Metacarpal
12. Digiti
8
13. Carpal
9 14. Caput
16 10
15. Truncus
16. Ekstremitas posterior
17. Lingua
11 12 18. Ekstremitas anterior
19. Dentes maxillaris
13

Rana sp

1
2
3
4
16
18
5
7 6
15
8

9
14
10
12

11
13

Bufo sp
19

17

Bufo sp

1 2 3

16
4
18 5
6
15 7
8

10
14

12

11
13

Polypedates leucomystax

19

17
Gambar Referensi

Rana sp
http://www.ecologyasia.com/images-papua-ng/ranaspecies-
1_0012.jpg

Bufo sp
https://amfibidunia.wordpress.com

Polypedates leucomystax
https://bangkokherps.wordpress.com/2011/12/26/fourlined-
treefrog/

Deskripsi

1. Morfologi amphibia secara umum


a. Caput
a. Rima oris (celah mulut)
Celah mulut pada dibangun oleh maxilla dan mandibula.
b. Cavum oris (rongga mulut)
Tampak menggembung dengan dilengkapi gigi yang berbentuk kerucut
untuk memegang mangsa. Gigi amphibia berbentuk V dengan
perkembangan tidak sempurna. Giginya terdapat pada rahang atas dan
rahang bawah (Yudha, 2014)
c. Lidah (lingua)
Lidah berbentuk menggulung, panjang, dan bertekstur kenyal dan lengket,
digunakan sebagai penangkap mangsa.
d. Maxilla (rahang atas)
Mempunyai dentes (gigi) berbentuk conus (Djuhanda, 1984).
e. Palatum (atap mulut)
f. Os vomer
Berbentuk huruf v yang terdapat pada dentes (Kartiningtyas, 2006).
g. Nares posterior sive choanes
Lubang yang terletak di kanan kiri os vomer yang berfungsi sebagai
penghubung cavum nasi dan cavum oris.
h. Ostium pharyngeum tuba auditiva Eustachii
Lubang di dekat tiap-tiap sudut mulut menghubungkan cavum oris dengan
rongga telinga.
i. Nares anteriores
Lubang kecil di sebelah dorsal dari rima oris.
j. Organon visus
Matanya bulat dengan pupil horizontal atau vertikal dan memiliki kelopsk
mata yang tertutup. Dilengkapi dengan palpebra superior (pelupuk mata
atas), palpebra inferior (pelupuk mata bawah), membran nictians, dan bulbus
oceli (bola mata) terdapat iris dan pupil.
k. Membran timphani (gendang telinga) terdapat di sebelah caudal dari organon
visus.

b. Cerviks (leher)

Leher pada spesies ini seringkali tidak leher karena berukuran kecil.
c. Truncus

Bagian tengah disebut medial, bagian samping (lateral), badan muka depan (ujung
anterior), bagian belakang (ujung posterior), bagian punggung (dorsal), bagian muka
(ventral). Di bagian ujung belakang badan terdapat kloaka, yaitu lubang kecil untuk
membuang sisa- sisa pencernaan, urine, dan sel-sel kelamin (sel telur dan sperma) dari
organ reproduksi. Kulit (integument) menutupi seluruh tubuh dan berfungsi sebagai
pelindung, membantu pernapasan, dan penyerapan air sebab katak tidak pernah minum.

d. Eksterimitas

a. Eksterimitas pada amphibia terdiri dari posterior dan anterior.


b. Kaki depan terdiri dari lengan atas (brachium), lengan bawah (antebrachium),
tangan (manus), dan jari- jari (digiti) berjumlah 4 buah.
c. Pada bagian posterior terdiri dari paha (femur), betis (crus), kaki (pes), dan jari-
jari (digiti) berjumlah 5
d. Eksterimitas posterior lebih panjang daripada anterior dengan kulit licin tanpa
tonjolan (Chaeri, 2008)
2. Perbedaan Morfologi Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.

Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp


Ukuran badan kecil Ukuran badan kecil Ukuran badan lebih besar
Badan langsing Badan ramping memanjang Badan berbentuk bulat

Kulit licin dengan warna Kulit halus tanpa adanya Kulit kasar dan berbintil
yang mencolok karena tonjolan, lipatan, atau bintil- bintil serta berwarna
adanya kromatofor bintil. kecoklatan.
Tidak adanya penebalan Mengalami penebalan kulit Tidak adanya penebalan
kulit oleh keratin kulit
Selaput renang terlihat jelas Selaput renang terlihat jelas Selaput renang terlihat tidak
jelas
Punya penonjolan pada Punya penonjolan pada Tidak punya penonjolan
tempat persendian antara tempat persendian antara pada tempat persendian
columna vertebralis dengan columna vertebralis dengan antara columna vertebralis
gelang panggul gelang panggul dengan gelang panggul
Mata terlihat menonjol, Mata besar menonjol, iris Mata tidak terlihat menonjol,
memiliki membrane nictitans berwarna kuning keemasan tidak memiliki membrane
nictitans
Lidah bercabang 2 Lidah bercabang Lidah tidak bercabang
Kaki posterior panjang Kaki posterior sangat Kaki posterior pendek
hingga lompatannya jauh panjang sehingga dapat sehingga lompatannya
melompat sangat jauh berjarak pendek
Ukuran organnya relatif Ukuran organnya relatif Ukuran organnya relatif

Tulangnya sangat kecil dan Tulangnya kecil dan agak


Tulangnya besar dan
panjang-panjang (terutama panjang (terutama tulang
pendek-pendek.
tulang paha dan tibio-fibula) paha)

Ada penonjolan pada Ada penonjolan pada Tidak ada penonjolan pada
panggul panggul panggul

Habitat daerah berair Pohon di dekat perairan Daerah kering

Sumber
Chaeri, A., Kusbiayanto, Priyo Susatyo, Sugiharto. (2008). Modul 1-Repository UT. 18
Oktober 2018 09:19 dari http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-M1.pdf
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Kartiningtyas, Lilis Astari. (2006). Palatabilitas Bufo Melanostictus terhadap Beberapa Macam
Makanan Alami dan Potensinya dalam Mnegendalikan Populasi Serangga. Semarang:
FMIPA UNNES
Yudha, D. S., Rury E., Trijoko, Muhammad Faisal Alawi, Asmaa’nugerah Tarekat. (2014).
Keanekaragaman Jens Katak dan Kodok (Ordo Anura) di Sepanjanag Sungau Opak
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biologi. Vol. 18 (2) hal: 52-59
Topografi

Gambar Pengamatan Keterangan Gambar


Rana sp 1. Cavum Oris
2. Metatarsus
15 16 1 11 3. Digiti
4. Hepar
3 5. Ventriculus
12 6. Pancreas
2 7. Intestinum
8. Kelenjar lemak
6
9. Femur
4 10. Tibia
13 11. Pulmo
5 12. Vesika felea
13. Cor
9
14. Rectum
7 15. Fasa
16. Ovum
8
10 17. Branchium
18. Antebranchium

Bufo sp

14

2
3
4
11
8
5

7 16

14
9 10
Polypedates leucomystax
1
2
4 3
1
13
5 18
5 12
7 6
1
11
14
9

10

Gambar Referensi

Sumber :
http://departments.fmarion.edu
http://harry-rizky.blogspot.com
https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com

Deskripsi
1. Topografi Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
a. Cor (jantung)
Dibungkus oleh selaput pericardium yang berada di atas hati. Dilengkapi dengan
truncus arteriosus yang pada preparat baru saja mati masih tampak berdenyut.
b. Paru-paru (paru-paru)
Paru-paru berada di sebelah kanan dan kiri jantung yang berada di bawah hati berwarna
agak oranye yang dibungkus oleh pleura dan mengembang.
c. Hati (hepar)
Berwarna merah coklat tepat di bawah jantung, di dalam hati terdapat empedu yang
berwarna hijau. Memiliki bagian lobus dexter dan lobus sinister (Ismawati, 2008).
d. Ginjal (ren)
Ginjal memanjang di samping kiri hati yang diteruskan ke saluran lebih kecil yaitu
usus yang berwarna kekuningan (Djuhanda, 1984).
e. Ovarium
Ovarium terletak di atas ginjal yang berdinding tipis dan di dalam ovarium terdapat
telur yang berwarna kuning dan bentuknya bulat-bulat kecil. Pada dinding ovarium dan
dinding lambung terdapat kapiler darah yang berdinding tipis. Pada betina yang sudah
cukup dewasa tampak adanya ovarium besar yang penuh ova, berwarna kehitaman
seperti butir- butir (Bratowidjoyo,1994).
f. Rektum
Saluran lanjutan dari usus.
g. Intestinum
Memiliki usus yang berkelok-kelok (Ville, 1988).
h. Kloaka
Tempat pembuangan dan tempat reproduksi (Sukiya, 2003).
i. Oviduct
Saluran telur.
j. Mesonephrous
Berwarna merah dan terletak di ruas- ruas tulang belakang.
k. Ureter
Saluran kencing yang bermuara pada kloaka.
l. Vesica urinaria
Gelembung tipis keputihan

Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp


Tidak punya pundi hawa Punya pundi hawa Punya pundi hawa
Cavum oris menonjol Cavum oris menonjol Cavum oris tidak menonjol
Ukuran organnya relatif Ukuran organnya relatif Ukuran organnya relatif
lebih kecil sedang lebih besar
Ukuran pulmo sedang dan Ukuran pulmo kecil, dan Ukuran pulmo besar dan
terlihat jelas teksturnya agak tidak jelas teksturnya. terlihat jelas teksturnya.
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Ismawati. (2008). Biologi. Solo: Bumi Aksara
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Respirasi

Gambar Pengamatan Keterangan Gambar


1. Kulit di permukaan
tubuh
2. Pulmo

Rana sp

2
1

Bufo sp
2

Polypedates leucomystax

Gambar Referensi

Sumber :
http://departments.fmarion.edu
http://harry-rizky.blogspot.com
https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com

Deskripsi
1. Sistem respirasi pada Rana sp, Polypedates sp, dan Bufo sp.
Paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur paru-paru katak berupa kantong tipis
yang elastis, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada permukaan dinding dalamnya yang
berguna untuk memperluas permukaan. Pada permukaan dinding dalam terdapat kapiler-
kapiler darah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan lain dan
melepas karbondioksida ke paru-paru.

1. Amphibi bernapas dengan paru- paru. Jalannya udara pernapasan adalah sebagai
berikut : Nares anterior - cavum nasi - nares posterior - cavum oris - larynx –
bronchus - pulmo.
a. Nares anterior : lubang- lubang kecil yang terdapat di sebelah dorsal rima oris.
b. Cavum nasi : lubang hidung sebagai salah satu tempat masuknya udara (Ville,
1988).
c. Nares posterior : lubang- lubang kecil di sebelah ventral rima oris.
d. Cavum oris : mulut, selain untuk makan juga sebagai saluran pernapasan
(Djuhanda, 1984).
e. Larynx : saluran penghubung antara cavum oris dengan bronchus.
f. Bronchus : berukuran pendek, tidak punya trachea (Ismawati, 2008).
g. Pulmo : kantong elastic, permukaan dinding luarnya terdapat lipatan- lipatan
untuk memperluas permukaannya. Berwarna kemerah- merahan karena banyak
kapiler darah (Bratowidjoyo, 1994).
2. Respirasi secara osmoregulasi (dengan kulit)
Dapat berlangsung baik di darat maupun di air. Hal ini dimungkinkan karena kulit
yang tipis dan kaya akan kapiler darah. Yang berperan sangat penting terutama pada
pembuluh- pembuluh darah dinding cavum oris. Mucosa berfungsi untuk
pernapasan, di mana anyaman- anyaman kapiler mengalami modifikasi. Setiap
kapiler membentuk tonjolan ke permukaan. Hal ini tidak
hanyamemperluas vascularisasi, tetapi juga memungkinkan aliran menjadi lambat,
sehingga penyerapan gas lebih efisien.
3. Terdapat 3 proses penting dalam respirasi Amphibi, yaitu :
a. Aspirasi
Mulut menutup - musculus submandibularis berelaksasi - m. sterno hyoideus
berkontraksi - rongga mulut membesar - udara masuk lewat nares anteriores.
b. Inspirasi
Nares tertutup oleh suatu valvula - musculus submandibularis berkontraksi -
begitu pula pada m. genio hyoideus - cavum oris mengecil - udara masuk glottis
– larynx - pulmo.
c. Expirasi
Fase 1 : M. submandibularis relaksasi - M. sterno hyoideus berkontraksi - otot-
otot perut berkontraksi - udara dalam pulmo keluar.
Fase 2 : Glotis menutup - nares terbuka - M. submandibularis berkontraksi diikuti
M. genio hyoideus - cavum oris menyempit - udara keluar.
B. Perbedaan Sistem Respiratori Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Ukuran pulmo agak besar Ukuran pulmo agak besar Ukuran pulmo besar
Warna pulmo merah muda Warna pulmo merah muda Warna pulmo merah muda
segar segar pucat
Ukuran bronkus lebih pendek Ukuran bronkus lebih pendek Ukuran bronkus lebih panjang
Kulit berkembang baik sebagai Kulit berkembang baik sebagai Kulit kurang berkembang baik
organ respirasi. organ respirasi. sebagai organ respirasi, lebih
cenderung menggunakan pulmo
karena habitatnya yang
teresterial.
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Ismawati. (2008). Biologi. Solo: Bumi Aksara
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Pencernaan
Gambar Pengamatan Keterangan Gambar
1. Rima oris
2. Esophagus
3. Ventrikulus
4. Intestinum tenue
1 5. Intestinum crassum
6. Pankreas
2 7. Kloaka
8. Hepar
8

4 3

5 6

Rana sp

1 8
6
2
3

7
1 2

5 6

7
Polypedates leucomystax
Gambar Referensi

Rana sp
Sumber : riabiologiuad.blogspot.com
Bufo sp
Sumber : riabiologiuad.blogspot.com

Polypedates leucomystax
Sumber : riabiologiuad.blogspot.com

Deskripsi
Sistem Digestoria Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp
 Saluran Pencernaan (Tractus digestivus)
 Cavum oris (rongga mulut)
Dilengkapi dengan lidah untuk menangkap mangsa dan memiliki gigi
berbentuk kerucut untuk memegang mangsa.
 Pharynx (faring)
Saluran lanjutan dari rongga mulut ke arah posterior, sebagai penghubung
rongga mulut dan esofagus. Terletak tepat di sebelah caudal cavum oris dan di
belakang lidah.
 Esofagus (kerongkongan)
Esofagus yang pendek dan menghubungkan antara faring dengan ventriculus.
 Ventriculus (lambung)
Kelanjutan dari esofagus yang agak melebar. kantong di tengah melebar dan
menjadi sangat besar bila terisi makanan. Dapat dibedakan menjadi cardia
(tempat masuknya oesophagus) dan phylorus (lubang keluar menuju usus)
(Sukiya, 2003).
 Intestinum
Dibedakan atas intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum usus
besar). Bagian terakhirnya disebut rectum (Bratowidjoyo, 1994).
 Kloaka
Pada amphibi hanya ada satu lubang pengeluaran. Namun sebelum sampai di
anus, saluran-saluran ekskresi bermuara pada kloaka. Pada betina terdapat tiga
lubang kloaka, yaitu sepasang ovisac dan satu dari vesica urinaria. Sedangkan
pada jantan hanya ada satu lubang dari vesica urinaria (Djuhanda, 1984).
 Kelenjar Pencernaan (Glandula digestoria)
 Hepar (hati)
Berwarna merah coklat. Terdiri dari lobus dexter (kanan) dan lobus sinister
(kiri). Dari hepar keluar saluran empedu halus, yaitu ductus hepaticus. Vesica
felea terdapat di antara lobi hepatitis, berwarna kehijauan, keluar saluran
disebut ductus cysticus dan bermuara di duodenum.
 Pankreas
Melekat di antara ventriculus dan duodenum, salurannya ductus pancreaticus
dan bermuara di duodenum (Ville, 1988).

B. Perbedaan Sistem Digestoria Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Memiliki gigi Memiliki gigi Tidak memiliki gigi
Lidah panjang bercabang Lidah bercabang Lidah tidak bercabang
dua
Pankreas berwarna hijau atau Pankreas berwarna hijau Pankreas mengalami
kehijauan kekuningan keratinasisasi sehingga
berwarna keputihan.
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Peredaran Darah
Gambar Pengamatan Keterangan Gambar

1. Cor
2. Fasa
1 3. Pericarpium

Polypedates sp

Rana sp
2

Bufo sp

Gambar Referensi

Rana sp
Sumber : anitatodja.blogspot.com
Bufo sp
Sumber : anitatodja.blogspot.com

Polypedates leucomystax
Sumber : anitatodja.blogspot.com
Deskripsi
Sistem Kardiovaskuler Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.

1. Cor (jantung)

Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh, Terdapat di dalam


kantong tipis, yaitu pericardium. Berisi cairan liquor pericardii yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara cord dan pericardium. Cor memiliki bentuk conus dengan
puncaknya apexordis. Cor memiliki 3 ruang, 2 atrium dan 1 ventrikel. Bagian- bagian
cor :
i. Atrium : 2 buah ( dexter dan sinister) yang dipisahkan oleh
septum atrium. Atrium ini berdinding tipis.
ii. Ventrikel : hanya terdapat satu buah, letaknya di sebelah caudal
atrium dengan warna lebih muda.
iii. Truncus anteriosus : pangkal arteri yang keluar dari cor. Tampak dari
ventral keluar dari ventral menuju ke cranial. Pangkal dengan cor
disebut conus arteriosus sive bulbus cordis.
iv. Sinus venosus : kantong berdinding tipis. Tampak dari sebelah dorsal
cor, berbentuk segitiga. Menampung darah dari pembuluh besar yang
masuk ke dalam atrium dexter.
2. Pembuluh Darah
a. Arteri
Darah dari ventrikel masuk ke truncus yang kemudian bercabang ke kiri dan ke kanan.
Masing- masing cabang tersebut terpisah menjadi 3 saluran :
Arteri carotis communis : menuju kepala dan bercabang lagi menjadi arteria carotis
interna dan arteria carotis externa.
Arteri aorta (bagian tengah)
Arteri pulmonalis
b. Vena
Vena membawa darah kotor dari seluruh tubuh ke jantung (atrium dexter).
Terdiri dari :
 Vena cava anterior : disebut juga vena cranialis, sepasang (dexter dan sinister),
masuk ke sinus venosus dan terus ke atrium. Vena ini menerima darah dari
kepala, extremitas anterior dan kulit melalui tiga cabang vena, yaitu :
 Vena jugularis externa
 Vena lingualis
 Vena mandibularis
 Vena cava posterior : mengumpulkan darah dari cabang-cabang vena. Terdapat
berbagai macam vena dalam tubuh bagian bawah yaitu :
 Vena renalis efferent
 Vena hepatis
 Vena abdominalis
 Vena pelvik
 Vena femuralis
 Vena porta vesicularis
 Vena illiaca externa
 Vena sciatus
 Vena dorso lateralis
 Vena pulmonalis : membawa darah dari paru-paru.
Peredaran darah pada Amphibi adalah peredaran darah ganda, yaitu peredaran darah
besar (tubuh) dan peredaran darah kecil (pulmo), dari arteri paru- paru tumbuh juga
cabang menuju kulit untuk membantu pernapasan (Bratowidjoyo, 1994). Perpisahan
darah dalam jantung belum sempurna, peredaran darah ganda juga belum sempurna. Pada
fase berudu, pernapasan menggunakan insang dan hanya memiliki peredaran darah
tunggal (Djuhanda, 1984).
Darah katak terdiri atas plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah mengandung
air, protein, darah, dan garam-garam mineral. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah
merah) dan leukosit (sel darah putih). Eritrosit pada katak memiliki inti dan mengandung
hemoglobin yang mengikat oksigen (Sukiya, 2003). Leukosit pada katak memiliki inti.
Selain memiliki sistem peredaran darah, katak juga memiliki sistem peredaran limfa.
Sistem peredaran limfa berperan penting dalam pengambilan cairan tubuh ke dalam
peredaran darah (Ville, 1988).
Perbedaan Sistem Kardiovaskuler Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdapat banyak pembuluh Terdapat banyak pembuluh Tidak terdapat banyak
darah di permukaan kulit darah di permukaan kulit pembuluh darah di
permukaan kulit

Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Urogenitalia

Gambar Pengamatan Keterangan Gambar


1. Ren ( ginjal )
2. Ovarium yang
mengembang berisi
telur berwarna hitam
dengan bintik-bintik
putih
1

Rana sp

Bufo sp
1

Polypedates leucomystax
Gambar Referensi

Rana sp
Sumber : jonggoinfo.blogspot.com
Bufo sp
Sumber : amfibidunia.wordpress.com

Polypedates leucomystax
Sumber : jonggoinfo.blogspot.com

Deskripsi

- Kloaka, saluran sebagai tempat bermuaranya uterus. Terletak di


posterior truncus yang berfungsi sebagai lubang bermuaranya
reproduksi, ekskresi, dan pencernaan.
 Organ genital masculinum, terdiri dari :

- Testis, sepasang gonad berwarna putih kuning. Yang digantung oleh


suatu selubung tipis disebut mesorchium. Testis ini menghasilkan sel
kelamin jantan (spermatozoa), seperti ovarium juga dijumpai corpus
adiposum.
- Vassa deferentia, merupakan saluran halus yang meninggalkan testis.
Berjalan menuju bagian cranial dari ren. Bermuara ke saluran
kencing yang disebut ductus wolffi. Ductus wolffi sive ductus
mesonephridicus, keluar dari dorsolateral ren. Berjalan di sebelah
lateral ren, di caudal ia mengadakan pelebaran kecil.
- Vesicular seminalis, menghasilkan kelenjar untuk kehidupan sperma.
- Kloaka, tempat saluran kelamin. Terdapat di posterior truncus yang
berfungsi untuk lubang bermuaranya reproduksi, ekskresi, dan
pencernaan (Kastowo, 1984)
Perbedaan Sistem Urogenital Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Telur bergerombol seperti Telur bergerombol seperti Telur memanjang
anggur anggur membentuk rantai
Induk meninggalkan Induk meninggalkan Induk tetap menjaga
kecebong ketika sudah lahir kecebong ketika sudah lahir kecebong saat lahir
(Iskandar,1998)

Jumlah telur sedang Jumlah telur sedikit Jumlah telur banyak (Inger,
1997)
Sumber
Inger, R. F., dan Stuebing, R. B. ( 1997 ). A Field Guide to the Frogs of Borneo. Sabah :
Natural History Publications
Iskandar, D. T. ( 1998 ). Amfibi Jawa dan Bali. Bogor : Puslitbang Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia
Kastowo, H. ( 1984 ). Anatomi Komparativa. Bandung : Alumi.
Sistem Saraf

Gambar Pengamatan Keterangan Gambar


1. Vertebrae
cervicales
Bufo sp 2. Vertebrae dorsalis
3. Vertebrae sacralis
4. Urostylus
7
5. Illum pelvic girdle
6. Acetabulum
7. Otak
Nb : otak pada Bufo sp
dan Polypedates
leucomystax tidak
terlihat pada
1 pengamatan,
tersembunyi di dalam
tempurung kepala

5 3

6
Gambar Referensi
Polypedates leucomystax

Rana sp, Bufo sp dan Polypedats leucomystax

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-
0Tmpo7BtSiI/VX0GjFaH1pI/AAAAAAAAAK0/hgdScK
R
xayQ/s1600/amphibian_anatomy.jpg

Deskripsi
Sistem saraf pada Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

a. Sistem saraf pusat


Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (Ville, 1988). Otak
pada amphibi dilindungi oleh tulang tengkorak sedangkan di daerah medulla spinalis
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang dan juga terdapat dua selaput meninges.
Lapisan meninges pada amphibi terdiri dari durameter (jaringan ikat dan melekat pada
tulang) serta araknoid (Sukiya, 2003). Otak berfungsi sebagai pusat koordinasi seluruh
tubuh. Pada amfibi, otak dibagi menjadi beberapa bagian yaitu lobus olfaktorius, otak
besar dan juga otak tengah (Djuhanda, 1984).
b. Sistem saraf tepi
Nervi cranialis, ada 10 pasang berpusat pada enchepalon.
Nervi spinalis, ada 10 pasang berpusat pada medulla spinalis.
Sistem saraf pada Rana sp, Polypedates leucomystax dan Bufo sp tersusun atas sebuah otak
yang berwarna keputihan dan berukuran sangat kecil. Otak tersebut terletak di bagian cranial
sebelah belakang. Otak tersebut yang akan mengendalikan seluruh kegiatan dan aktivitas pada
tubuh katak (Bratowidjoyo, 1994).
Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Muscular
Gambar Pengamatan Keterangan Gambar
1. M. triceps femoralis
2. M. Sartorius
3. M. Adductor
2
magnus
4. M. Gracilis major
1 5. M. Gracilis minor

3
Polypedates sp

4 5

1 2

Bufo sp

3
4
5

1 2

Rana sp

Gambar Referensi
Sumber :
http://departments.fmarion.edu
http://harry-rizky.blogspot.com
https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com

Deskripsi
Sistem muscular pada Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.

Sistem muscular pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi
antara ikan dan reptil. Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi
tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari
otot epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti
dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
            Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan, kemudian
membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot
dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu, berenang,berjalan, meloncat
atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya terletak
dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.
            Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot
daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang. Perbedaan itu
berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging sebelah luar tediri atas otot
daging skletal atau otot daging yang melekat pada tulang-tulang.Otot daging tersebut
terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya.Masing-masing otot daging itu terdiri atas serat-
serat yang satu sama lain digabung oleh jaringan ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada
tulang yang berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian distal
yang merupakan bagian yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot daging yang
memiliki perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang
yang disebut “tendon”.
            Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang-
memendekkan jari. Dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot
daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan disebutkan
tipe umum dari otot-otot daging dengan model aktivitasnya dengan masing-masing contoh:
      Flexor              : Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai pengikat
lengan bawah dengan lengan atas.
      Extensor          : Meluruskan atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan lengan
bawah pada lengan atas.
      Abductor         : Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota); contoh 
deltoid menarik lengan ke samping.
      Adductor         : Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota); contoh
atianus dorsi menarik lengan keatas dan kembali.
      Depressor        : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan
kebawah rahang bawah untuk menggerakkan mulut.
      Levator                : Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh masseter mengangkat  
rahang untuk menutup mulut (Bratowidjoyo, 1994).
      Rotator              : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar
femur.
            Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum: (1)
otot daging lebar dan pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk
didnding abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang menyisip, misalnya
biceps atau deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan serat melingkar, misalnya sphincter
ini yang berfungsi untuk menutup anus (Djuhanda, 1984).
            Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging bereaksi bersama-sama
dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem saraf.
Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf motoris yang membawa perintah
untuk merangsang kontraksi (Sukiya, 2003).
Perbedaan Sistem Muscular Rana sp, Polypedates leucomystax, Bufo sp.

Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp

Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang
kecil dikarenakan ukuran sedang dikarenakan ukuran besar dikarenakan ukuran
tubuh yang tidak terlalu tubuh yang sedang dan tubuh yang besar (Ville,
besar. ramping. 1988).

Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sistem Integumen
Gambar Pengamatan Keterangan Gambar
1. Kulit (dermis)
2. Epidermis

Rana sp

Bufo sp

Polypedates sp

Gambar Referensi
Rana sp
http://www.ecologyasia.com/images-papua-
ng/ranaspecies-
1_0012.jpg

Bufo sp
https://amfibidunia.wordpress.com

Polypedates leucomystax
https://bangkokherps.wordpress.com/2011/12/26/fourlined
-
treefrog/
Deskripsi
Sistem integumen pada Rana sp, Polypedates leucomystax, dan Bufo sp.

Amfibi terbungkus oleh kulitnya yang lembut (tipis) dan bersih, tanpa bulu, tanpa sisik.
Kulit ini harus selalu dijaga agar tetap lembab karena ia cenderung mengering terutama di
bagian perut. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Bahkan walaupun
mereka memiliki kelenjar lendir yang membantu menjaga kelembaban, amfibi harus tetap
hidup di daerah lembab. Kulit dari sebagian besar amfibi melindungi mereka dari predator dan
memiliki kelenjar racun yang mengeluarkan zat yang tidak nyaman dan bahkan bisa beracun.

Kulit pada amphibi tersusun atas:

- Epidermis

Pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu menghasilkan
lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah
lapisan jagat dibentuk lapisan jangat baru, sewaktu lapisan jangat yang lama terkelupas telah
ada penggantinya. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali.

- Dermis

Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan
seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari
dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat selanjutnya di sebelah bawah
jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah.

Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir yang
banyak, mencegah kulit dari kekeringan. Kulit juga memfasilitasi pertukaran gas yang
memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka menjalani hibernasi. Kulit dicegah dari
kerusakan oleh predator, banyak amfibi telah berevolusi, kelenjar racun di kulit dan toksisitas
dari kelenjar bervariasi sesuai dengan spesies.Racun yang dikeluarkan oleh beberapa amfibi
yang fatal bagi manusia juga tapi sisanya memiliki efek yang sangat sedikit atau ringan.
Kelenjar yang bertanggung jawab untuk produksi toksin adalah kelenjar paratoid yang
melepaskan bufotoxin dan terletak di belakang telinga katak dan kodok tertentu sementara di
salamander mereka hadir tepat di belakang mata.

Struktur yang menutupi ini dibatasi oleh adanya struktur dinamis tertentu khas vertebrata
misalnya, adanya lapisan luar yang sangat cornified yang mengalami molting reguler dan
proses ini dikendalikan oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis dan tiroid. Kutil
atau thickenings lokal adalah karakteristik kodok. Bagian luar kulit ditumpahkan secara
periodik dalam satu potong, sementara pada mamalia dan burung itu tertumpah dalam serpih
dan mereka juga dikenal untuk makan kulit sloughed. Kromatofora juga dikenal sebagai sel-sel
pigmen yang bertanggung jawab untuk warna kulit amfibi dan disusun dalam tiga lapisan.Tiga
lapisan biasanya termasuk sel-sel yang dikenal sebagai melaophores, guanophores dan
lipophores.Banyak spesies yang juga dikenal untuk mengubah warna kulit mereka dan ini
benar-benar di bawah kendali kelenjar pituitari.Warna yang sangat terang biasanya
menunjukkan bahwa kulit sarat dengan kelenjar racun.

Kulit Amfibi/Amphibia sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi
terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:

1). Glandulae mucosa (kelenjar lendir ) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.

2). Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.

Racun yang terdapat pada Amfibi/Amphibia sangat bervariasi. Kodok yang hidup di laut
(Bufo marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Tipe racun lain pada
amphibi adalah neurotoksin, halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik, dan local irritant (Ville,
1988).

Kelenjar mukus dan kelenjar racun pada Amfibi/Amphibia dikelompokkan sebagai


kelenjar alveolar. Kelenjar alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluran
tetapi produknya dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Akat tetapi ada juga
beberapa amphibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubular, kelenjar demikian sering
ditemukan di ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan di bagian dadanya
(Sukiya, 2003).

Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim reproduksi selama musin reproduksi dan
mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina selama musim
kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantannya yang
mengeluarkan cairan khusus untuk menarik betina selama musim reproduksi (Djuhanda,
1984).

Perbedaan Sistem Integumen Rana sp, Polypedates leucomystax, Bufo sp.

Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp

Epidermisnya berwarna Epidermisnya berwarna Epidermis berwarna coklat


hijau tua kehitaman, tipis, coklat kekuningan, tidak kekuningan dan memiliki
halus, dan tidak berbintil. berbintil, tipis, dan licin. bintil kecil berwarna hitam
pada permukaannya.
Memiliki kulit yang lebih Memiliki kulit yang basah Memiliki kulit yang tebal
tipis dan licin serta dan lengket serta kasar dan basah.
mengkilap. (Bratowidjoyo, 1994).

Sumber
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
VI. Kesimpulan
Morfologi
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Tubuh terdiri atas caput, Tubuh terdiri atas caput, Tubuh terdiri atas caput,
truncus, extremitas truncus, extremitas truncus, extremitas
Ukuran badan kecil, Ukuran badan kecil Ukuran badan besar.
langsing memanjang dan ramping Mengalami penebalan kulit
Tidak mengalami penebalan Tidak mengalami penebalan Lidah tidak bercabang
kulit kulit Kaki posterior pendek
Lidah bercabang Lidah bercabang Selaput renang tidak jelas
Kaki posterior panjang Kaki posterior panjang
Selaput renang jelas Selaput renang jelas
Topografi
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari cor, pulmo, Terdiri dari cor, pulmo, Terdiri dari cor, pulmo,
hepar, ventriculus, lien, hepar, ventriculus, lien, hepar, ventriculus, lien,
pancreas, intestinum, vesica pancreas, intestinum, vesica pancreas, intestinum, vesica
felea, ovarium, oviduct, felea, ovarium, oviduct, felea, ovarium, oviduct,
mesonephrous, ureter, vesica mesonephrous, ureter, vesica mesonephrous, ureter, vesica
urinaria urinaria urinaria
Lidah bercabang Lidah bercabang Lidah tidak bercabang
Cavum oris menonjol Cavum oris menonjol Cavum oris tidak menonjol
Ukuran organ relatif Ukuran organ relatif Ukuran organ relatif
kecil kecil besar
Sistem Digestoria
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari Tractus Terdiri dari Tractus Terdiri dari Tractus
digestivus (cavum oris, digestivus (cavum oris, digestivus (cavum oris,
pharynx, oesophagus, pharynx, oesophagus, pharynx, oesophagus,
ventriculus, intestinum, ventriculus, intestinum, ventriculus, intestinum,
kloaka) dan Glandula kloaka) dan Glandula kloaka) dan Glandula
digestoria (hepar & pancreas) digestoria (hepar & pancreas) digestoria (hepar & pancreas)

Memiliki gigi Memiliki gigi Memiliki gigi


Lidah bercabang Lidah bercabang Lidah tidak bercabang
Pankreas kehijauan Pankreas kuning kehijauan Pankreas agak putih
Sistem Respirasi
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari nares anteriores, Terdiri dari nares anteriores, Terdiri dari nares anteriores,
cavum oris, larynx, bronchus, cavum oris, larynx, bronchus, cavum oris, larynx, bronchus,
pulmo pulmo pulmo
Ukuran pulmo agak besar Ukuran pulmo agak besar Ukuran pulmo agak besar
Warna pulmo merah muda Warna pulmo merah muda Warna pulmo merah muda
segar segar pucat
Bronkus pendek Bronkus pendek Bronkus panjang
Kulit berkembang dengan Kulit berkembang dengan Kulit berkembang dengan
baik sebagai alat respirasi baik sebagai alat respirasi baik sebagai alat respirasi
Sistem Kardiovaskular
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari cor beruang tiga dan Terdiri dari cor beruang tiga dan Terdiri dari cor beruang tiga dan
pembuluh darah pembuluh darah pembuluh darah

Terdapat banyak pembuluh darah Terdapat banyak pembuluh darah Tidak terdapat banyak
di kulit di kulit pembuluh darah di kulit

Sistem Urogenital
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Terdiri dari organon Terdiri dari organon Terdiri dari organon
uropoeticum (ren, ureter, uropoeticum (ren, ureter, uropoeticum (ren, ureter,
vesica urinaria) dan organ vesica urinaria) dan organ vesica urinaria) dan organ
genital (femininum dan genital (femininum dan genital (femininum dan
masculine) masculine) masculine)
Telur bergerombol Telur bergerombol Telur bergerombol
Induk meninggalkan Induk meninggalkan Induk tetap menjaga
kecebong ketika lahir kecebong ketika lahir kecebong ketika lahir
Sistem Saraf
Dengan sebuah otak berwarna keputihan yang berukuran sangat kecil dan terletak di
bagian cranial sebelah belakang.

Sistem Muscular
Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp
Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang Memiliki tendon otot yang
kecil dikarenakan ukuran sedang dikarenakan ukuran besar dikarenakan ukuran
tubuh yang tidak terlalu tubuh yang sedang dan tubuh yang besar.
besar. ramping.

Sistem Integumentum

Rana sp Polypedates leucomystax Bufo sp


Epidermisnya berwarna Epidermisnya berwarna coklat Epidermis berwarna coklat
hijau tua kehitaman, tipis, kekuningan, tidak berbintil, kekuningan dan memiliki
halus, dan tidak berbintil. tipis, dan licin. bintil kecil berwarna hitam
pada permukaannya.

Memiliki kulit yang lebih Memiliki kulit yang basah dan Memiliki kulit yang tebal
tipis dan licin serta lengket serta kasar. dan basah.
mengkilap.
VII. Daftar Pustaka
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Chaeri, A., Kusbiayanto, Priyo Susatyo, Sugiharto. (2008). Modul 1-Repository
UT. 18 Oktober 2018 09:19 dari http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-
M1.pdf
Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Inger, R. F., dan Stuebing, R. B. ( 1997 ). A Field Guide to the Frogs of Borneo.
Sabah : Natural History Publications
Iskandar, D. T. ( 1998 ). Amfibi Jawa dan Bali. Bogor : Puslitbang Lembaga Ilmu
Penelitian Indonesia
Ismawati. (2008). Biologi. Solo: Bumi Aksara.
Kartiningtyas, Lilis Astari. (2006). Palatabilitas Bufo Melanostictus terhadap
Beberapa Macam Makanan Alami dan Potensinya dalam Mnegendalikan
Populasi Serangga. Semarang: FMIPA UNNES.
Kastowo, H. ( 1984 ). Anatomi Komparativa. Bandung : Alumi.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Yudha, D. S., Rury E., Trijoko, Muhammad Faisal Alawi, Asmaa’nugerah
Tarekat. (2014). Keanekaragaman Jens Katak dan Kodok (Ordo Anura) di
Sepanjang Sungau Opak Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biologi.
Vol. 18 (2) hal: 52-59.
VIII. Lampiran
1 Lembar foto praktikum
IX. Lembar Pengesahan

Surakarta, 18 Oktober 2018

Asisten Praktikum Praktikan

( Amelia Happy Beauty) ( Silvita)


NIM. K4316007 NIM. K4317062
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai