Anda di halaman 1dari 24

Formula Trik 100% Lulus Wawancara

Ebook ini HANYA BOLEH didownload oleh Member Situs


www.ebooksoalcpns.com
Teknik dan Tips Wawancara Kerja

Hal yang harus Anda persiapkan dalam Menghadapi Wawancara

Wawancara merupakan bagian dari proses penerimaan karyawan yang sering kali membuat banyak
orang merasa ketar-ketir. Berbeda dengan proses lainnya misalnya psikotes atau tes keterampilan yang
mungkin masih bisa ditebak, wawancara sama sekali tidak terduga, baik mengenai karakter
pewawancara maupun pertanyaan yang akan diajukan.

Satu hal yang pasti, proses wawancara mempunyai tujuan tertentu. Bisa saja dimaksudkan untuk lebih
mengetahui keterampilan teknis yang dimiliki pelamar, mengetahui kepribadian pelamar, atau sekadar
mengetahui kemampuan pelamar menangani berbagai situasi yang berbeda.

Wawancara biasanya dilakukan untuk melengkapi hasil tes tertulis. Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh
dari tes tertulis akan digali melalui proses wawancara. Dalam hal ini, Anda dituntut untuk benar-benar
menguasai bidang pekerjaan yang Anda lamar, sehingga pertanyaan apa pun yang diajukan dapat
dijawab dengan memuaskan. Meski sama-sama menguji pengetahuan, namun wawancara sedikit lebih
sulit karena Anda harus mampu mengungkapkan pengetahuan tersebut secara verbal.

Sering kali Anda mungkin paham seratus persen materi yang akan ditanyakan. Namun karena Anda
gugup, kurang percaya diri, dan tanpa persiapan, semua pengetahuan Anda mendadak buyar. Tidak ada
cara lain untuk dapat menguasai kemampuan verbal ini kecuali melatihnya terus-menerus. Berlatihlah
dengan seorang rekan untuk mengantisipasi semua kemungkinan pertanyaan yang akan dilontarkan
pewawancara.

Wawancara Tak Terduga

Menghadapi wawancara mengenai bidang kerja, mungkin tidak terlalu menyulitkan. Yang sukar jika
"topik" wawancara sama sekali tidak jelas dan tak terduga. Hal ini kerap dilakukan untuk mengetahui
kepribadian si pelamar.

Kerap kali, jika Anda telah sampai pada tahap wawancara sebenarnya secara kualitas Anda telah
memenuhi persyaratan untuk diterima di perusahaan tersebut. Tinggal lagi persoalan cocok-tidak cocok.
Dan tidak ada jalan lain untuk menentukan hal ini selain berinteraksi langsung melalui wawancara.
Repotnya, tidak ada standar mengenai wawancara "cocok-cocokan" ini, karena sangat tergantung
perusahaan masing-masing. Apa yang bisa Anda lakukan ialah membuka mata dan telinga lebar-lebar,
mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kebiasaan di perusahaan tersebut. Tidak ada salahnya
Anda bertanya kepada resepsionis, satpam, atau tukang parkir sekalipun untuk mengetahui kebiasaan-
kebiasaan di tempat tersebut.

Namun, beberapa hal prinsip yang dapat Anda pegang, pewawancara mana pun kurang menyukai orang
yang terlalu tertutup. Usahakan memberikan informasi sejelas-jelasnya mengenai apa yang ditanyakan
oleh pewawancara. Jangan pasif, sebaiknya usahakan aktif memberi informasi. Jangan mengesankan
Anda menyembunyikan sesuatu, namun Anda juga jangan terlalu berlebihan dan menyampaikan hal-hal
yang tidak relevan. Tetaplah tenang dan mengatakan yang sebenarnya.

Ada juga tipe pewawancara yang "telah kehabisan ide", yang mencoba-coba memberikan pertanyaan
yang terkesan menyelidik, misalnya "jika Anda sebuah pohon, Anda ingin jadi pohon apa?" atau : jika
Anda adalah seorang atlet terkenal, kira-kira menjadi siapakah gerangan Anda?" Terhadap pertanyaan
begini, berikan jawaban yang panjang- lebar dan pastikan bahwa pewawancara akan merasa bosan
sehingga ia akan segera menghentikan pertanyaannya. Namun ingat, usahakan jawaban Anda selalu
mengindikasikan karakter yang kuat, ulet, dan bersemangat, karena perusahaan mana pun selalu
menyukai orang demikian.

Berbagai Kondisi

Ada kalanya wawancara juga dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan Anda menghadapi dan
menangani berbagai situasi. Untuk yang jenis ini Anda mungkin menghadapi pewawancara yang akan
mendiamkan Anda begitu saja selama 5-10 menit sebelum memulai percakapan. Mungkin juga ia akan
berpura-pura tidak peduli dan membaca koran ketika Anda masuk, atau ia akan mengajukan bantahan-
bantahan yang tidak masuk akal terhadap setiap jawaban Anda, atau mengajukan pertanyaan-
pertanyaan konyol tentang keluarga Anda, dan banyak trik lain.

Menghadapi kondisi begini, prinsip utama yang harus Anda pegang adalah Anda benar- benar
menginginkan pekerjaan tersebut, sehingga apa pun yang terjadi Anda akan menghadapinya dengan
baik. Jika Anda dicuekin, tetaplah bersikap sopan. Katakan "Saya tertarik dengan pekerjaan ini dan
bermaksud menjelaskan kepada Bapak/Ibu mengapa Anda harus mempertimbangkan saya untuk posisi
ini."
Jangan sampai terpengaruh dengan sikap pewawancara yang mungkin tampak aneh. Usahakan tetap
tenang dan berpikir positif. Tanamkan dalam benak Anda bahwa hal ini hanyalah bagian dari proses
yang wajar sehingga Anda tidak perlu merasa sakit hati atau kecewa.

Cara Berpakaian Yang Baik Dalam Wawancara

 Berpakaian yang "baik" dalam wawancara memang tidak dapat digeneralisasikan karena setiap
perusahaan memiliki kebiasaan-kebiasaan/budaya perusahaan yang berbeda. Namun, ada
beberapa tips yang dapat diingat, antara lain:
 Cari informasi terlebih dahulu tentang perusahaan dan Bapak/Ibu yang akan mewawancarai
Anda. Beberapa perusahaan memiliki peraturan atau "kebiasaan" berpakaian secara formal,
tetapi ada juga yang semi formal, atau bahkan ada yang bebas. Hal ini penting, agar Anda tidak
dilihat sebagai "orang aneh', disesuaikan dengan posisi yang akan dilamar. Bagi pelamar pria
disarankan menggunakan kemeja lengan panjang dan berdasi, tidak perlu menggunakan jas.
Berpakaian rapi dan bersih, tidak kusut. Hal ini memberi kesan bahwa Anda menghargai
wawancara ini.
 Berpakaian dengan warna yang tidak terlalu menyolok (mis. mengkilap, ngejreng). Bagi pelamar
wanita berpakaian yang tidak terlalu ketat (rok bawah, kancing baju atasan).
 Berpakaian dengan desain yang simpel (tidak telalu banyak pernik-pernik, toh ini bukan acara
pesta).
 Tidak berlebihan dalam menggunakan wewangian dan perhiasan.

Wawancara dan Tes Psikologi (Psikotes)

Berbohong saat tes wawancara bukan hanya tak berguna, tapi juga bisa membuat Anda tidak diterima.
Lebih bijaksana bila pertanyaan dijawab apa adanya, spontan, langsung ke pokok persoalan, tidak
mengada-ada, tidak menggurui, dan sopan.

"Padahal tinggal wawancara lo, kok gagal. Dulu juga begitu, selalu kandas di tahap ini". Keluhan macam
itu banyak kita dengar dari mereka yang tak lolos dalam wawancara psikologi untuk melamar kerja.
Sebuah kenyataan yang menyesakkan, apalagi kebanyakan tahapan wawancara berada diakhir proses
seleksi. Lolos di sini berarti si calon diterima di tempat kerja yang baru.
Wawancara psikologi punya banyak makna. Ada beberapa versi, salah satunya, menurut Bingham dan
Moore, wawancara adalah "... conversation directed to define purpose other than satisfaction in the
conversation itself". Sedangkan menurut Weiner, "The term interview has a history of usage going back
for centuries. It was used normally to designate a face to face meeting of individual for a formal
conference on some point."

Dari kedua definisi itu didapatkan kondisi bahwa wawancara adalah pertemuan tatap muka, dengan
menggunakan cara lisan, dan mempunyai tujuan tertentu.

Jangan dibayangkan wawancara itu sama dengan interogasi karena tujuan utamanya memang
"berbeda", meskipun sedikit serupa dalam hal menggali dan mencocokkan data. Yang pasti, cara yang
dipergunakan dalam kedua hal itu berlainan.

Interogasi lebih menekankan pada tercapainya tujuan, dengan berbagai cara dan akibat, baik secara
halus maupun kasar. Posisi interogator lebih tinggi dan bebas daripada yang diinterogasi, serta lebih
langsung.

Bandingkan dengan wawancara psikologi, di mana kedudukan antara pewawancara dan yang
diwawancarai relatif setara. Kondisinya pun berbeda, karena tidak ada penekanan serta tidak
menggunakan kekuasaan. Bahkan dalam kondisi ekstrem, seorang calon karyawan yang diwawancarai
bisa saja tidak menjawab, pewawancara pun tidak akan memaksa. Namun, hal itu tentu akan sangat
mempengaruhi penilaian dalam pengambilan keputusan seorang psikolog.

Cocok berbobot

Wawancara dalam tes psikologi (psikotes) sebenarnya satu paket dengan tes tertulisnya. Tes ini
bertujuan mencari orang yang cocok dan pas, baik dari tingkat kecerdasan, serta sifat dan kepribadian.
Istilah kerennya mendapatkan "the right man in the right place".

Dasar pemikiran lain kenapa perlu diadakan seleksi, yaitu adanya perbedaan potensi yang dimiliki setiap
individu. Perbedaan itu akan menentukan pula perbedaan dalam pola pikir, tingkah laku, minat, serta
pandangannya terhadap sesuatu. Kondisi itu juga akan berpengaruh terhadap hasil kerja. Bisa jadi suatu
pekerjaan atau jabatan akan lebih berhasil bila dikerjakan oleh individu yang mempunyai bakat serta
kemampuan seperti yang dituntut oleh persyaratan dari suatu pekerjaan atau jabatan itu sendiri.
Ada beberapa tujuan spesifik dari wawancara psikologi. Pertama, observasi. Dalam hal ini calon
karyawan dilihat dan dinilai. Mulai dari penampilan, sikap, cara menjawab pertanyaan, postur -
terutama untuk pekerjaan yang memang membutuhkannya, seperti tentara, polisi, satpam, dan
pramugari. Penilaian juga menyangkut bobot jawaban dan kelancaran dalam menjawab.

Demikian pula perilaku dan sikap-sikap yang akan muncul secara spontan bila berada dalam situasi yang
baru dan mungkin menegangkan. Misalnya, mata berkedip-kedip atau memutar jari-jemari yang
dilakukan tanpa sadar.

Dalam hal bobot jawaban, misalnya, si calon bisa dinilai apakah ia memberikan jawaban yang dangkal
atau tidak, atau malah berbelit-belit. Jawaban berupa "Ingin naik pesawat" atau "Ingin ke luar negeri"
merupakan contoh jawaban yang dinilai dangkal atas pertanyaan alasan menjadi pramugari.

Sedangkan kelancaran dalam menjawab biasanya dinilai dari berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh
seorang calon karyawan untuk menjawab pertanyaan.

Dalam wawancara psikologi yang diperlukan sebenarnya jawaban spontan dan tidak mengada-ada.
Misalnya, apabila ditanya alamat, sebut saja alamat kita. Tidak usah ditambah-tambahi atau malah
berlagak sok pintar.

Tujuan berikutnya dalam tes wawancara adalah menggali data yang tidak didapatkan dari tes tertulis.
Misalnya, apakah istri bekerja, anak bersekolah di mana, masih tinggal bersama orangtua atau tidak,
serta apa judul skripsi dan berapa nilai yang didapat.

Yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi penilaian adalah kecocokan data. Benarkah data yang
ditulis oleh sang calon?

Atas dasar itu seorang psikolog sering melontarkan pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman dan
intelegensi si calon. Misalnya, calon mengaku berpendidikan S2, maka diajukan pertanyaan yang sesuai
dengan tingkat pendidikan itu. Bila jawabannya kurang bermutu, dapat saja diambil kesimpulan bahwa
calon memiliki intelegensi yang kurang atau dianggap tidak serius selama menjalani proses pendidikan.

Sering juga terjadi hasil tes tulis bagus, tapi hasil wawancaranya kurang meyakinkan. Hal ini bisa terjadi
karena mungkin ia telah beberapa kali mengikuti psikotes atau pernah mengikuti bimbingan psikotes.
Tes ulang dapat menjadi alat untuk mengatasi keraguan itu.
Dalam konteks di atas, tidaklah mungkin seorang calon membohongi psikolog. Riskan pula bila dia tidak
menjawab dengan sebenarnya. Terbuka sudah kepribadiannya yang tidak jujur, padahal kejujuran
merupakan prasyarat penting untuk perusahaan.

Pada wawancara untuk evaluasi karyawan atau promosi jabatan biasanya data curiculum vitae (CV) dari
instansi atau perusahaan sudah diberikan semua dari Bagian Personalia.

Manfaat lain wawancara adalah melengkapi data yang terlupakan atau tidak tertulis secara lengkap.
Misalnya, sudah pernah mengalami psikotes atau belum. Kalau sudah, berapa kali? Untuk apa? Lulus
atau tidak? Mungkin juga minat ataupun gaji yang diinginkan. Yang terakhir, manfaat wawancara yaitu
untuk membuat keputusan.

Dari hasil pemeriksaan psikologi tertulis dan wawancara, dibuatlah kesimpulan, apakah calon ini
memenuhi syarat seperti job description yang diberikan oleh perusahaan atau tidak.

Terkadang ada psikotes yang tidak menggunakan wawancara. Semua itu tergantung tujuan
pemeriksaan, ketersediaan data yang mungkin sudah lengkap, serta tidak begitu mensyaratkan
penampilan atau postur. Misalnya, bila yang diperlukan operator komputer, yang penting dia bisa
komputer dan inteligensinya cukup.

Mengapa gagal?

Banyak calon karyawan gagal dalam psikotes, termasuk di dalamnya wawancara. Mengapa?

Sesungguhnya, hasil pemeriksaan psikologi bersifat rahasia, dalam arti tidak setiap orang dapat
menerjemahkan dalam bahasa sehari-hari. Jadi, yang berhak adalah psikolog yang berkompeten.

Hal itu berbeda dengan tes kesehatan, di mana jenis kegagalan dapat disebutkan dengan jelas dan
biasanya dapat pula dilihat. Sementara hasil psikotes masih merupakan data kasar berupa angka-angka
sehingga perlu dijelaskan dalam bahasa awam oleh psikolog, untuk dijadikan data kualitatif.

Pada dasarnya psikotes bukan ujian. Psikotes tidak mengukur prestasi melainkan potensi dasar setiap
individu. Dalam tes prestasi ada materi yang dapat dipelajari, misalnya bahasa Inggris. Bila seseorang
mendapat nilai B dalam pelajaran itu, berarti penguasaan materi Bahasa Inggrisnya baik.
Sedangkan psikotes mengukur potensi dasar yang dimiliki tiap individu. Seseorang yang memang pada
dasarnya cerdas, dites seperti apa pun tetap akan baik hasilnya. Asalkan dia serius pada saat
mengerjakan dan tidak terganggu konsentrasinya sehingga dapat bekerja secara optimal.

Untuk mengurangi risiko gagal, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Yang pertama, penampilan
fisik. Perhatikan dengan saksama apalagi bila profesi yang akan dimasuki mensyaratkan penampilan
menarik - seperti pramugari, teller bank, atau sekretaris. Sedangkan tentara/polisi lebih menitik-
beratkan pada postur ideal antara tinggi dan bobot badan, serta ada persyaratan minimal tinggi badan.

Perhatikan juga cara berpakaian, sebaiknya sesuaikan dengan situasi dan suasana. Misalnya, dalam
wawancara untuk calon pramugari sebaiknya tidak mengenakan pakaian yang tidak selayaknya, seperti
celana panjang berbahan jins. Atau menggunakan sepatu sandal, meskipun sedang mode.

Kerapian dan kesopanan berpakaian juga dipertimbangkan. Misalnya, tidak mengenakan kemeja yang
lengan panjangnya dilipat, atau hanya mengenakan kaus, atau kemeja tidak dimasukkan.

Sikap pun memberikan nilai penting. Yang dimaksud dengan sikap ialah bagaimana si calon karyawan
dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat. Sebaiknya bersikap wajar saja, tidak dibuat-buat, tetapi
juga tidak tegang atau gugup.

Selain itu, biasanya dinilai pula kesopanan yang sesuai dengan norma. Misalnya, tidak tampak menjilat,
mengetuk pintu bila akan masuk ruangan, atau kalau belum dipersilakan duduk, ya, jangan duduk dulu.
Dalam menjawab pertanyaan tidak bertele-tele, langsung pada inti masalah. Kemudian menjawab
secara jujur, tidak perlu ditutup-tutupi. Misalnya, pernah tidak naik kelas atau pernah gagal pada tes di
perusahaan lain.

Selain itu, dalam menjawab tidak usah menggurui, meskipun si calon sudah memiliki pendidikan yang
cukup tinggi, pengalaman cukup banyak, atau dari segi usia lebih tua daripada si pewawancara.

Jangan pula menjawab dengan sombong, misalnya mengaku sebagai atlet yang sudah keliling ke banyak
negara dan memiliki segudang prestasi. Bangga boleh-boleh saja, tetapi kalau hasil psikologi tertulisnya
kurang baik, tetap saja tidak lulus.

Yang tidak kalah penting, tidak usah bertanya. Meski merasa optimistis dengan hasil tes tulis dan merasa
bisa mengerjakan, calon tidak perlu bertanya mengenai hasilnya. Pada dasarnya wawancara adalah tes
juga sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian. Selain itu, situasi yang dihadapi saat itu adalah
situasi tes, bukan konsultasi psikologi. Pertimbangkan pula banyak calon lain yang menunggu.

Umumnya, untuk memperoleh informasi penting dari calon karyawan digunakan metode FACT, yaitu:

• F: Feeling. Tentang apa yang dirasakan oleh orang itu. Ditanyakan minatnya, gambaran pekerjaan,
apakah juga sudah terbayang.

• A: Action. Mengenai tindakan-tindakan apa yang telah dilakukan.

• C: Condition. Kondisi/situasi/keadaan di mana kejadian itu berlangsung.

• T: Thinking. Mengenai apa yang dipikirkan atau yang diinginkan oleh orang pada saat itu.

Pemahaman yang lebih baik tentang wawancara psikologi akan membuat kita lebih mudah
mempersiapkan diri menghadapi jenis wawancara ini. Yang pasti, wawancara psikologi tidak perlu
ditakuti dan tidak bisa dibohongi.

Jenis Wawancara Kerja

Dalam dunia kerja, dikenal beberapa tipe wawancara kerja sebagai berikut:

1. Wawancara Seleksi (Screening Interview). Jika pelamar atau kandidat untuk menduduki jabatan
berjumlah lebih dari satu orang maka dilakukan wawancara kerja untuk menyeleksi siapa diantara
kandidat tersebut merupakan kandidat yang paling qualified sehingga bisa dilanjutkan ke tahap seleksi
berikutnya. Wawancara seleksi biasanya berlangsung singkat antara 15 – 30 menit.

2. Wawancara Telepon (Telephone Interview). Demi menghemat biaya dan efisiensi waktu,
banyak recruiter yang melakukan wawancara kerja melalui telepon. Oleh sebab itu, pelamar harus siap
dihubungi sewaktu- waktu, sebab seringkali recruiter tidak memberikan pilihan bagi pelamar untuk
menentukan waktu kapan ia siap diwawancarai melalui telepon.

3. Wawancara di Kampus / Sekolah (On-Campus Interview) . Meskipun tidak banyak perusahaan yang
melakukan wawancara kerja di kampus, namun untuk perusahaan-perusahaan tertentu yang mencari
para lulusan untuk dilatih lebih lanjut, cara ini dinilai sangat efektif karena memberikan akses bagi
perusahaan tersebut untuk mendapatkan kandidat terbaik yang mungkin sangat sulit diperoleh jika
menunggu para kandidat tersebut datang melamar.

4. Wawancara di Pameran Kerja (Job Fair Interview). Pameran kerja diadakan untuk
menjembatani perusahaan dengan para pencari kerja. Pada pameran kerja biasanya, perusahaan
memberikan berbagai informasi mengenai perusahaannya, menerima surat lamaran dan CV dari
pengunjung (pencari kerja), bahkan tidak jarang para recruiter langsung melakukan wawancara di stand
(booth) mereka. Di Indonesia memang pameran seperti ini masih sangat jarang dilaksanakan jika
dibandingkan dengan pameran otomotif, rumah maupun furniture.

5. Wawancara di Lokasi Kerja (On-Site Interview). Ketika seorang kandidat telah lolos dalam tahap
wawancara seleksi, seringkali perusahaan mengundang kandidat tersebut untuk melihat secara
langsung lokasi kerja. Pada kesempatan tersebut recruiter biasanya langsung melakukan wawancara
secara mendalam. Bagi pelamar yang belum memiliki pengalaman kerja pada lokasi yang lingkungannya
kurang lebih sama, wawancara kerja di lokasi mungkin bisa terasa menakutkan karena mungkin harus
melakukan perjalanan dan berada di wilayah yang tidak ia kenal.

6. Wawancara Kelompok (Panel or Group Interview). Wawancara kelompok adalah suatu jenis
wawancara kerja dimana para pewawancara (recruiter) terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih. Biasanya
wawancara jenis ini dilakukan jika perusahaan memandang bahwa pelamar sudah hampir memenuhi
syarat untuk diterima bekerja. Biasanya para penanya dalam wawancara inilah yang memiliki wewenang
untuk memutuskan apakah pelamar akan diterima bekerja atau tidak.

7. Wawancara Kasus (Case Interview). Wawancara kerja jenis ini menekankan pada kemampuan
analisis dan pemecahan masalah terhadap suatu kasus tertentu. Biasanya dalam wawancara kasus,
pelamar diminta untuk berperan sebagai pemegang jabatan yang ditawarkan, lalu diberikan sebuah
kasus untuk dicarikan solusinya.

Tujuan Wawancara Kerja

Wawancara kerja (job interview) saat ini merupakan salah satu aspek penting dalam proses rekrutmen
dan seleksi karyawan. Meskipun validitas wawancara dianggap lebih rendah jika dibandingkan dengan
metode seleksi yang lain seperti psiko test, namun wawancara memiliki berbagai kelebihan yang
memudahkan petugas seleksi dalam menggunakannya. Apapun penilaian pelamar (calon karyawan),
wawancara kerja sebenarnya memberikan suatu kesempatan atau peluang bagi pelamar untuk
mengubah lowongan kerja menjadi penawaran kerja. Mengingat bahwa wawancara kerja
tersebut merupakan suatu proses pencarian pekerjaan yang memungkinkan pelamar untuk
memperoleh akses langsung ke perusahaan (pemberi kerja), maka "performance" wawancara kerja
merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam menentukan apakah pelamar akan diterima atau
ditolak.

Bagi si pelamar, wawancara kerja memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan secara
langsung pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan berbagai faktor lainnya yang berguna untuk
meyakinkan perusahaan bahwa dia layak (qualified) untuk melakukan pekerjaan (memegang jabatan)
yang ditawarkan. Selain itu wawancara kerja juga memungkinkan pelamar untuk menunjukkan
kemampuan interpersonal, professional, dan gaya hidup atau kepribadian pelamar.

Jika di dalam CV (Curriculum Vitae) pelamar hanya bisa mengklaim bahwa dirinya memiliki kemampuan
komunikasi dan interpersonal yang baik, maka dalam wawancara dia diberi kesempatan untuk
membuktikannya. Bagi perusahaan, wawancara kerja merupakan salah satu cara untuk menemukan
kecocokan antara karakteristik pelamar dengan dengan persyaratan jabatan yang harus dimiliki
pelamar tersebut untuk memegang jabatan / pekerjaan yang ditawarkan.

Secara umum tujuan dari wawancara kerja adalah:

1. Untuk mengetahui kepribadian pelamar

2. Mencari informasi relevan yang dituntut dalam persyaratan jabatan

3. Mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan bagi jabatan dan perusahaan

4. Membantu perusahaan untuk mengidentifikasi pelamar-pelamar yang layak untuk diberikan


penawaran kerja.

Teknik Wawancara Kerja

Dua teknik wawancara yang biasa dipergunakan perusahaan dalam melakukan wawancara kerja adalah
wawancara kerja tradisional dan wawancara kerja behavioral. Dalam prakteknya perusahaan seringkali
mengkombinasikan kedua teknik ini untuk memperoleh data yang lebih akurat.
1. Wawancara kerja tradisional menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti "mengapa anda
ingin bekerja di perusahaan ini", dan "apa kelebihan dan kekurangan anda". Kesuksesan atau kegagalan
dalam wawancara tradisional akan sangat tergantung pada kemampuan si pelamar dalam
berkomunikasi menjawab pertanyaan-pertanyaan, daripada kebenaran atau isi dari jawaban yang
diberikan. Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih banyak bersifat mengklarifikasikan apa
yang ditulis dalam surat lamaran dan CV pelamar. Dalam wawancara kerja tradisional, recruiter biasanya
ingin menemukan jawaban atas 3 (tiga) pertanyaan: apakah si pelamar memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan, apakah si pelamar memiliki antusias dan
etika kerja yang sesuai dengan harapan recruiter, dan apakah si pelamar akan bisa bekerja dalam team
dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan budaya perusahaan.

2. Wawancara kerja behavioral didasarkan pada teori bahwa "performance" (kinerja) di masa lalu
merupakan indikator terbaik untuk meramalkan perilaku pelamar di masa mendatang. Wawancara kerja
dengan teknik ini sangat sering digunakan untuk merekrut karyawan pada level managerial atau oleh
perusahaan yang dalam operasionalnya sangat mengutamakan masalah- masalah kepribadian.

Wawancara kerja behavioral dimaksudkan untuk mengetahui respon pelamar terhadap suatu kondisi
atau situasi tertentu sehingga pewawancara dapat melihat bagaimana pelamar memandang suatu
tantangan/permasalahan dan menemukan solusinya.

Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan antara lain: "coba anda ceritakan pengalaman anda
ketika gagal mencapai target yang ditetapkan", dan "berikan beberapa contoh tentang hal-hal apa yang
anda lakukan ketika anda dipercaya menangani beberapa proyek sekaligus".

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut si pelamar perlu mempersiapkan diri untuk


mengingat kembali situasi, tindakan dan hasil yang terjadi pada saat yang lalu. Selain itu, sangat penting
bagi pelamar untuk memancing pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut dari pewawancara agar dapat
menjelaskan secara rinci gambaran situasi yang dihadapinya. Untuk itu diperlukan ketrampilan
berkomunikasi yang baik dari si pelamar.

Keberhasilan atau kegagalan dalam wawancara ini sangat tergantung pada kemampuan pelamar dalam
menggambarkan situasi yang berhubungan dengan pertanyaan pewawancara secara rinci dan terfokus.
Dalam wawancara kerja behavioral, si pelamar harus dapat menyusun jawaban yang mencakup 4
(empat) hal:

(1) menggambarkan situasi yang terjadi saat itu,

(2) menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil untuk merespon situasi yang terjadi,

(3) menceritakan hasil yang dicapai, dan

(4) apa hikmah yang dipetik dari kejadian tersebut (apa yang dipelajari). Dalam wawancara behavioral ini
teknik yang paling sering dipergunakan adalah yang disebut S-T-A-R atau S-A-R atau P-A-R.

A. Situation/Problem/Task

Pelamar diminta untuk menggambarkan situasi yang terjadi atau tugas- tugas yang harus
dilaksanakannya pada masa lalu. Pelamar harus menggambarkan situasi atau tugas tersebut secara
spesifik, rinci dan mudah dipahami oleh pewawancara. Situasi atau tugas yang digambarkan dapat
berasal dari pekerjaan sebelumnya, pengalaman semasa sekolah, pengalaman tertentu, atau berbagai
kejadian yang relevan dengan pertanyaan si pewawancara

B. Action

Pelamar diminta untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang diambil dalam menghadapi situasi /
masalah / tugas di atas. Dalam hal ini pelamar harus bisa memfokuskan pada permasalahan. Meskipun
mungkin permasalahan yang ada ditangani oleh beberapa orang atau team, pelamar harus memberikan
penjelasan tentang apa saja peranannya dalam team tersebut – jangan mengatakan apa yang telah
dilakukan oleh team tetapi apa yang telah dilakukan pelamar sebagai bagian dari team.

C. Results

Pelamar diminta menjelaskan hasil-hasil apa saja yang dicapai. Apa saja hambatan yang terjadi jika hasil
tidak tercapai. Apa yang terjadi kemudian setelah permasalahan tersebut selesai dikerjakan. Lalu apa
pelajaran yang dapat dipetik oleh pelamar dari kejadian tersebut.
MENANGANI PERTANYAAN BERSIFAT UMUM

Pada umumnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara kerja sangat tergantung pada
teknik apa yang digunakan oleh si pewawancara. Jika menggunakan teknik wawancara kerja tradisional
maka pertanyaan-pertanyaan yang seringkali diajukan adalah sebagai berikut:

1. Jelaskan pada saya bagaimana anda menggambarkan diri anda?

2. Apa kelebihan dan kekurangan anda?

3. Apa saja prestasi yang pernah anda raih pada pekerjaan yang terdahulu / ketika sekolah?

4. Mengapa anda berhenti dari perusahaan yang lalu?

5. Apa tugas-tugas anda pada pekerjaan yang lalu?

6. Darimana anda mengetahui perusahaan ini?

7. Mengapa anda tertarik untuk bekerja di perusahaan ini?

8. Jika anda diterima bekerja untuk jabatan ini, apa yang akan anda lakukan?

9. Apa itu professionalisme menurut anda?

10. Apa itu teamwork menurut anda?

11. Apa hoby anda?

Dalam wawancara yang menggunakan teknik wawancara kerja behavioral, maka pertanyaan-
pertanyaan di atas seringkali ditambahkan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Ceritakan pada saya/kami kapan anda mengalami suatu situasi yang sangat tidak menyenangkan
dan bagaimana anda berhasil keluar dari situasi tersebut.
2. Ceritakan pada saya/kami bagaimana anda meyakinkan klien anda ketika anda melakukan
presentasi.

3. Coba anda ceritakan bagaimana anda mengatasi situasi dimana anda harus melakukan banyak tugas
dan anda harus membuat prioritas tugas mana yang harus didahulukan.

4. Bisakah anda ceritakan keputusan apa yang paling sulit anda buat dalam setahun terakhir ini?
Mengapa demikian?

5. Ceritakan mengapa team anda gagal mencapai target pada tahun sebelumnya dan bagaimana anda
memotivasi team tersebut sehingga dapat meraih sukses di tahun berikutnya.

6. Bagaimana cara anda menyelesaikan konflik? Bisa beri contoh?

7. Bisakah anda ceritakan suatu kejadian dimana anda mencoba untuk menyelesaikan suatu tugas dan
ternyata gagal?

8. Ceritakan apa yang anda lakukan ketika dipaksa membuat suatu aturan yang tidak
menyenangkan bagi karyawan tetapi menguntungkan bagi perusahaan. Sebagai suatu proses yang
melibatkan interaksi antara kedua belah pihak, dalam wawancara kerja si pelamar juga biasanya
diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu akan sangat baik jika pelamar
mempersiapkan beberapa pertanyaan, misalnya:

• Apa yang diharapkan dari saya jika saya diterima untuk jabatan ini?

• Menurut pengalaman di sini, apa yang merupakan tantangan terbesar bagi pemegang jabatan ini?

• Apakah ada pelatihan (internal maupun eksternal) yang dapat membantu saya untuk lebih berperan
jika saya diterima bekerja di perusahaan ini?

• Adakah hal-hal khusus di luar uraian jabatan yang harus saya selesaikan dalam waktu tertentu?
MENANGANI PERTANYAAN BERSIFAT PRIBADI

Berbeda dengan kondisi di negara-negara barat dimana hak individu sangat dijunjung tinggi dan telah
memiliki perangkat hukum sangat memadai tentang hal-hal yang mengatur hak-hak pribadi seseorang
sehingga para recruiter (pewawancara) sangat berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan, di Indonesia
justru sebaliknya.

Dalam wawancara kerja di perusahaan-perusahaan di Indonesia seringkali pewawancara justru banyak


menggali masalah-masalah yang bersifat pribadi. Contoh: Menanyakan latarbelakang pelamar
(orangtua, saudara, istri, anak, status, agama, suku bangsa, umur) adalah merupakan hal yang
dianggap biasa.

Meskipun seringkali pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak memiliki relevansi dengan jabatan yang
dilamar, pelamar harus menyiapkan diri untuk merespon pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tepat
dengan cara-cara yang elegan. Para penanya mungkin saja tidak bermaksud untuk menyudutkan
pelamar, tetapi lebih didasarkan pada kepedulian mereka terhadap kecocokan antara pelamar (calon
karyawan) dengan budaya yang ada dalam perusahaan. Oleh karena itu jika pelamar ditanyakan
mengenai hal-hal yang dirasa tidak berhubungan dengan pekerjaan yang ditawarkan, pelamar harus
mampu mengidentifikasi apa makna dibalik pertanyaan tersebut.

Untuk merespon pertanyaan- pertanyaan yang bersifat pribadi, pelamar dapat melakukan beberapa
alternatif:

1. Pelamar bisa mengklarifikasi kepada penanya apa relevansi pertanyaan yang diajukan dengan
jabatan yang dilamar sehingga penanya dapat menjelaskan lebih jauh hubungannya dengan pekerjaan,
lalu berikan jawaban yang tepat.

2. Pelamar dapat menjawab langsung secara diplomatis dengan kesadaran penuh bahwa pertanyaan
tersebut memang tidak memiliki hubungan langsung dengan pekerjaan / jabatan yang dilamar.

3. Pelamar bisa juga menolak untuk menjawab pertanyaan tersebut jika dirasa sangat mengganggu
privacy pelamar. Jika hal ini terpaksa dilakukan, maka harus dilakukan dengan cara-cara halus dan
diplomatis sehingga recruiter tidak merasa dilecehkan karena dianggap telah memberikan pertanyaan
yang keliru.
FAKTOR-FAKTOR NEGATIF HARUS DIHINDARI

Beberapa faktor, baik fisik maupun psikologis, yang harus diwaspadai oleh pelamar adalah faktor-faktor
negatif yang menjadi perhatian pewawancara.

Faktor-faktor tersebut misalnya:

1. Penampilan diri yang terlihat tidak professional (dandanan menor, pakaian yang tidak enak dilihat,
tidak rapi, dan tidak sesuai suasana)

2. Bersikap angkuh, defensive atau agresif .

3. Ogah-ogahan (tidak terlihat antusias atau tertarik dengan materi pembicaraan yang diajukan
(pewawancara).

4. Gugup.

5. Sangat menekankan pada kompensasi yang akan diterima.

6. Selalu berusaha mencari-cari alasan atas setiap kegagalan yang pernah dialami di masa lalu.

7. Tidak bisa berdiplomasi, tidak matang dan kurang bisa bersopan santun.

8. Menyalahkan perusahaan atau bekas atasan atasan dimasa lalu, atau mengeluhkan perubahan
teknologi yang cepat.

9. Tidak bisa fokus dalam menjawab pertanyaan atau pembicaraan pewawancara.

10. Gagal memberikan pertanyaan kepada pewawancara

11. Berulang kali bertanya: "apa yang dapat diberikan perusahaan kepada saya kalau saya
melakukan ......?"

12. Kurang persiapan: gagal memperoleh informasi penting seputar perusahaan, gagal menjawab
pertanyaan-pertanyaan pewawancara dan tidak bisa mengajukan pertanyaan bermutu kepada
pewawancara.
SOLUSINYA :

Bagi anda pencari kerja yang dipanggil untuk menjalani wawancara kerja, mungkin ada baiknya anda
memperhatikan beberapa saran dibawah ini.

Lakukan hal-hal berikut:

 Pastikan anda sudah tahu tempat wawancara,


 Jika tidak diberitahu terlebih dahulu jenis pakaian apa yang harus dipakai, maka gunakan
pakaian yang bersifat formal, bersih dan rapi.
 Mempersiapkan diri menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan diajukan
pewawancara.
 Usahakan untuk tiba 10 (sepuluh) menit lebih awal, jika terpaksa terlambat karena ada
gangguan di perjalanan segera beritahu perusahaan (pewawancara).
 Sapa satpam atau resepsionis yang anda temui dengan ramah.
 Jika harus mengisi formulir, isilah dengan lengkap dan rapi.
 Ucapkan salam (selamat pagi / siang / sore) kepada para pewawancara dan jika harus berjabat
tangan, jabatlah dengan erat (tidak terlalu keras namun tidak lemas).
 Tetaplah berdiri sampai anda dipersilakan untuk duduk. Duduk dengan posisi yang tegak dan
seimbang.
 Persiapkan surat lamaran dan CV anda.
 Ingat dengan baik nama pewawancara.
 Lakukan kontak mata dengan pewawancara.
 Tetap fokus pada pertanyaan yang diajukan pewawancara.
 Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan anda pada jabatan yang dilamar dan pada perusahaan.
 Gunakan bahasa formal, bukan prokem atau bahasa gaul kecuali anda diwawancarai untuk
mampu menggunakan bahasa tersebut.
 Tampilkan hal-hal positif yang pernah anda raih.
 Tunjukkan energi dan rasa percaya diri yang tinggi.
 Tunjukkan apa yang bisa anda perbuat untuk perusahaan bukan apa yang bisa diberikan oleh
perusahaan kepada anda .
 Jelaskan serinci mungkin hal-hal yang ditanyakan oleh pewawancara.
 Ajukan beberapa pertanyaan bermutu diseputar pekerjaan anda dan bisnis perusahaan secara
umum.
 Berbicara dengan cukup keras sehingga suara jelas terdengar oleh pewawancara.
 Akhiri wawancara dengan menanyakan apa yang harus anda lakukan selanjutnya.
 Ucapkan banyak terima kasih kepada pewawancara atas waktu dan kesempatan yang diberikan
kepada anda.

HAL-HAL BERIKUT HARUS ANDA PERHATIKAN :

 Jangan Berasumsi bahwa anda tahu tempat wawancara, padahal anda tidak yakin.
 Melatih diri untuk menjawab pertanyaan yang kira-kira akan diajukan pewawancara.
 Berpakaian rapi dan sopan sesuai standart ketimuran dan jangan berlebihan/mencolok.
 Jangan Datang terlambat (paling lambat 15 menit sebelum dimulai harus sudah datang/siap).
 Membawa surat lamaran dan CV dalam map yang rapi dan disusun yang benar agar bila
ditanyakan anda mudah mengambilnya/tidak gugup dan berantakan.
 Jangan menganggap remeh satpam, resepsionis bahkan pewawancara.
 Menjabat tangan pewawancara dengan tegas namun sopan (jangan lemas dan gemetar).
 Jangan Merokok, mengunyah permen atau meludah selama wawancara.
 Jangan duduk selonjor atau bersandar.
 Jangan berbicara terlalu keras atau terlalu lembut.
 Jangan Membuat lelucon/ berusaha melucu.
 Jangan menjawab sekedarnya saja, seperti "ya" atau "tidak" atau "tidak tahu" atau "entahlah".
 Jangan terlalu lama berpikir setiap kali menjawab.
 Jangan sekali-kali mengalihkan topik pembicaraan ke hal-hal yang tidak ada hubungan dengan
pekerjaan.
 Jangan menyalahkan mantan atasan, mantan rekan kerja atau perusahaan yang lama (jangan
menjelek-jelekkan tempat kerja yang lama).
 Jangan memberikan jawab palsu, berbohong atau memanipulasi data.
 Jangan menanyakan gaji dan fasilitas yang diterima pada saat wawancara seleksi dimana anda
belum tahu kemungkinan anda akan diterima atau tidak.
 Jangan memperlihatkan rasa putus asa anda dengan menunjukkan bahwa anda mau
bekerja untuk bidang apa saja dan mau melakukan apa saja asal bisa diterima bekerja di
perusahaan tersebut.
 Jangan membahas hal-hal negatif dari anda yang akan merugikan diri anda sendiri.
 Jangan mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kontroversial.
 Jangan menelpon atau menerima telepon, atau membaca buku selama wawancara (sebaiknya
hand phone dimatikan sewaktu wawancara).
 Jangan sampai salah menyebut nama pewawancara (sebaiknya hafalkan nama beliau).
 Harus mengajukan pertanyaan pada saat diberikan kesempatan untuk bertanya.
 Jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada para pewawancara

Pengaruh Kontak Mata dan Suara dalam Wawancara

Apakah pengaruh kontak mata pada saat wawancara? Bagaimana juga pengaruh intonasi suara
terhadap keberhasilan wawancara?

Dalam wawancara seringkali faktor diluar "isi" seringkali dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
wawancara. Mulai dari penampilan, sampai cara berbicara.

Seorang pewawancara yang berpengalaman akan merasakan sebagian karakter yang diwawancara dari
sinar matanya. Tidak perlu dengan memelototi, atau dengan sinar mata syahdu, melainkan tataplah
secara wajar kepada pewawancara.

Intinya, bahwa melalui tatapan Anda selama wawancara haruslah menandakan:

a) apakah Anda cukup percaya diri,

b) apakah Anda berpikir positif terhadap proses komunikasi dalam wawancara tersebut,

c) apakah Anda jujur dengan isi komunikasi Anda,

d) apakah Anda tampil "jujur" sesuai dengan kepribadian Anda yang sebenarnya, tidak dibuat-buat.
Intonasi akan memperlihatkan apakah Anda seorang yang percaya diri atau tidak. Tidak perlu dengan
cara mengatur suara seperti seorang pemain sinetron, tetapi cukuplah bahwa Anda dapat menggunakan
intonasi yang menarik minat lawan bicara untuk terus berkomunikasi.

Usahakan tidak memberi nada agresif, atau nada "menutup" diri. Gunakanlah intonasi yang mewakili
dengan isi pesan Anda. Volume, warna, dan irama memang harus diatur dengan baik, tetapi bukan harus
menjadi orang yang tampil bukan sebagai dirinya sendiri.

Sopankah Menanyakan Hasil Wawancara?

Panggilan wawancara kerja merupakan saat yang paling menyenangkan bagi pencari kerja. Karena
panggilan tersebut merupakan langkah awal untuk meniti pekerjaan yang diidamkan. Tak heran jika test
wawancara atau test interview menimbulkan banyak harapan di dalam diri pencari kerja. Bayangan
mendapatkan pekerjaan yang bagus, gaji yang cukup dan teman-teman kerja yang menyenangkan
seakan sudah di pelupuk mata.

Tetapi seringkali terjadi harapan tinggallah harapan, panggilan selanjutnya ternyata hanya tinggal
penantian dan impian. Dering telepon atau surat panggilan selanjutnya, tak kunjung tiba. Anda pun jadi
penasaran dan diliputi berbagai pertanyaan, apakah akan ada panggilan lagi atau memang hasil
wawancara Anda tidak diproses. Tak jarang harapan yang tadinya berkobar mendadak padam.

Memang, pada beberapa perusahaan memerlukan waktu yang agak lama bahkan ada yang
membutuhkan waktu sampai satu bulan untuk memproses kelanjutan test wawancara.

Nah, kalau Anda menghadapi situasi demikian, agar tidak penasaran, Anda dapat menanyakan kepastian
kepada perusahaan tersebut melalui telepon. Anda dapat bertanya setelah melewati waktu dua minggu
dari waktu wawancara. Tanyakan langsung pada divisi HRD atau orang yang mewawancarai Anda.

Jangan merasa ragu dan takut untuk menanyakan hal ini, karena bertanya merupakan hak Anda. Lagi
pula, menanyakan kepastian kabar dan kelanjutan proses lamaran Anda dalam waktu dua minggu atau
lebih setelah wawancara adalah hal yang etis dan cukup sopan. Perusahaan pun pasti maklum atas
pertanyaan Anda. Untuk itu usai wawancara, ada baiknya Anda menanyakan siapa dan nomor telepon
yang dapat dihubungi untuk menanyakan hasil wawancara Anda.
Jika pihak perusahaan menjawab bahwa hasil test Anda tersimpan dalam database dan sewaktu-waktu
diperlukan Anda akan dipanggil lagi, berarti jawaban sesungguhnya lamaran Anda tidak diproses lebih
lanjut. Jawaban seperti itu biasanya merupakan penolakan secara halus setidaknya untuk saat itu. Bisa
jadi, suatu saat jika ada kualifikasi yang cocok, Anda akan dipanggil lagi. Namun dengan jawaban seperti
itu Anda jangan lantas terus menanti tanpa berusaha lagi. Buatlah lamaran lain sebanyak-banyaknya.

Sebaliknya kalau jawaban perusahaan memberi kepastian, misalnya,"Anda memang memenuhi


kualifikasi kami dan dengan pertanyaan Anda, kami sekaligus memanggil Anda pada tanggal...", berarti
kemungkinan besar Anda akan diterima. Mungkin saat itu pihak perusahaan belum sempat
menghubungi Anda lebih lanjut dikarenakan adanya kepentingan lain.

Hidup ini memang penuh dengan kemungkinan. Untuk itu Anda jangan berhenti berusaha untuk
mendapatkan kemungkinan yang terbaik. Sehingga kemungkinan itu akan menjelma menjadi suatu
'kepastian' yang menggembirakan.

Pertanyaan-Pertanyaan Yang Sering Diajukan Dan Jebakan Yang Perlu Diperhatikan

1. Coba Ceritakan Tentang Diri Anda??

Ini pertanyaan yang umum dan paling sering diajukan saat Anda diwawancarai, mungkin pertanyaan
tersebut tampaknya mudah tetapi pada kenyataannya tidaklah semudah yang Anda bayangkan. Yang
pasti Anda harus menyadari bahwa pewawancara tidak tertarik untuk mengetahui apa usia Anda
berapa, lahir dimana, anak siapa (kalau Anda anak pejabat tinggi gak papa disebutkan ), hoby Anda dan
lainnya…karena mereka juga sudah membaca biodata Anda. Pewawancara berusaha mengetahui Anda
secara profesional.

Siapkan dua atau tiga poin mengenai diri Anda, baik pengalaman kerja maupun sasaran karir Anda dan
tetap konsisten. Rangkum jawaban Anda dengan mengungkapkan keinginan Anda sebagai bagian dari
lembaga atau instansi tersebut. Bila memiliki jawaban yang mantap maka hal ini dapat membawa Anda
pada pembicaraan yang memperlihatkan kualifikasi diri Anda.

Sebagai contoh jawablah dengan jawaban seputar strengths and weaknesses point. Jangan cuma cerita
yg bagus-bagus tentang diri Anda karena nanti bisa dikira cuma talking bullshit (bualan), ceritakan juga
tentang kelemahan Anda tapi dengan kemasan yang cukup baik.
Contohnya:

Saya orang yang optimis, pekerja keras, kreatif, dan punya inisiatif tinggi. Saya mampu bekerja secara
independent maupun bekerja bersama dalam tim. Kadangkala saya suka lupa akan hal-hal kecil, tapi
untuk menutupi kelemahan saya itu, saya selalu menyiapkan notepad kecil untuk mencatat segala hal
agar tidak lupa. (ini kelemahan yg dikemas dengan baik).

2. Apa Saja Pengalaman Anda Sebelumnya?

Kalau Anda fresh graduate dan belum memiliki pengalaman kerja sama sekali, jawab saja dengan jujur.
Tapi tambahkan statement bahwa Anda adalah orang yang senang mempelajari hal-hal/tantangan baru
dan seorang fast learner.

Contoh: Anda baru menyelesaikan kuliah dimana dan tamat tahun berapa.

3. Prestasi Apa Yang Diraih Dan Dibanggakan?

Rahasia dari pertanyaan di atas adalah dengan menyeleksi dan memilih secara spesifik prestasi
yang berhubungan dengan posisi yang sedang ditawarkan. Walaupun Anda pernah menjuarai bola
basket pada waktu kuliah, tetapi ini bukan merupakan sebuah jawaban yang diharapkan. Berikan
jawaban yang lebih profesional dan lebih relevan. Pikirkan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan
tersebut dan kembangkan contoh yang memperlihatkan bagaimana Anda dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan.

4. Apa Yang Anda Ketahui Tentang Lembaga Atau Instansi Ini Dan Kenapa Tertarik?

Pertanyaan ini juga lumayan sering ditanyakan. Yang terpenting cari informasi tentang lembaga dan
instansi tersebut berserta mengetahui bidang apa. Informasi tersebut dapat diketahui melalui internet
dan lainnya.

Pertanyaan ini merupakan salah satu alat bagi si pewawancara untuk mengetahui apakah Anda
mempersiapkan diri Anda dengan baik. Jangan pernah datang untuk sebuah wawancara pekerjaan tanpa
mengetahui latar belakang lembaga atau instansi tersebut. Dengan memiliki informasi yang cukup
mengenai latar belakang lembaga atau instansi tersebut maka pertanyaan di atas memberikan
kesempatan kepada Anda untuk memperlihatkan inisiatif, dan menunjukkan apakah pengalaman
serta kualifikasi yang Anda miliki sepadan dengan formasi yang diperlukan.

5. Apakah Anda Memiliki Keluarga Atau Kenalan Di Lembaga Atau Instansi Ini?

Hati-hati dengan pertanyaan ini. Jika Anda memang benar memiliki keluarga atau orang dalam,
sebaiknya konsultasikan dahulu dengan beliau, karena ditakutkan akan menjadi bumerang saat ditanya
ternyata pewancara lg memiliki masalah dengan keluarga atau kenalan Anda tersebut.

6. Apakah Anda Bisa Bekerja Dalam Tim?

Selalu jawab IYA. This will add your plus points. Jangan lupa siapkan contoh kalo ditanya buktinya apa.

7. Apakah Anda Ada Pertanyaan?

Selalu siapkan satu dua pertanyaan untuk menimbulkan kesan positif. Misalnya seperti seputar job
description, ruang lingkup kerja, kebijakan lembaga, dan lainnya.

NB: Mengingat bahwa masih banyak calon karyawan yang menghadapi kendala dalam menjalani
wawancara kerja, TEKNIK ini diharapkan dapat memberikan sedikit pencerahan bagi pencari kerja
sehingga lebih siap dan percaya diri. Saya yakin masih banyak cara-cara yang mungkin belum tertulis
dalam TIPS ini, namun setidaknya jika anda melaksanakan saran-saran yang ada di atas maka anda akan
memiliki bekal yang cukup dalam menghadapi wawancara kerja. Selamat mencoba dan semoga anda
sukses diterima bekerja dan menemukan pekerjaan sesuai dengan yang anda inginkan.

Anda mungkin juga menyukai