Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

PSORIASIS

Disusun oleh:
Ulyn Ni Mah Nur K. 20190420032
Thalia Tamara 20190420185
Tsalis Yuna Hafshoh 20190420186
Ummu Aiman 20190420187
Valensia Melina Atmajaya 20190420188
Valentina Verrell Purnomo 20190420189

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH


BEKERJA SAMA DENGAN
UNIT PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMKITAL DR.RAMELAN
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acara Penyuluhan (SAP) Psoriasis telah dikonsulkan dan


dilaksanakan pada:
Hari/ tanggal : Jumat, 06 Maret 2020
Tempat : Klinik Kulit dan Kelamin
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien

Surabaya, 06 Maret 2020


Dokter Penanggung jawab Ka. Klinik Kulit dan Kelamin
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

dr. Eko Riyanto, Sp. KK Masni Ritongga, A.Md. Kep


Letkol Laut (K) NRP. 10451/P Penata TK I III/d 19690720 199103 2 004

Mengetahui,
Ka Unit PKRS
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Dra. Mila Abdullah. M.M. Apt


Kolonel Laut (K/W) NRP.11682/P
DAFTAR ISI

I. Lembar Pengesahan.........................................................................i
II. Daftar isi...........................................................................................ii
III. Satuan acara penyuluhan (SAP).....................................................1
1. Tujuan Umum..............................................................................1
2. Tujuan Khusus.............................................................................1
3. Materi...........................................................................................1
4. Metode.........................................................................................1
5. Media...........................................................................................2
6. Kegiatan Penyuluhan...................................................................2
7. Evaluasi.......................................................................................3
8. Pengorganisasian........................................................................4
9. Denah Ruangan...........................................................................4
IV. Lampiran..........................................................................................5
1. Materi Penyuluhan.......................................................................5
2. Daftar Pustaka............................................................................22
3. Daftar Absensi............................................................................23
4. Lembar Observasi......................................................................23
5. Leaflet........................................................................................25
6. Dokumentasi..............................................................................26

ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PSORIASIS

 Topik : Psoriasis
 Subtopik : Psoriasis
 Hari/Tanggal : Jumat, 06 Maret 2020
 Pukul : 08.45 - 09.15 WIB
 Waktu : 30 menit
 Tempat : Klinik Kulit dan kelamin
 Peserta : Pasien dan keluarga pasien

1. Tujuan Umum
Sebagai sarana dan prasarana bagi seluruh pasien untuk memperoleh
informasi dan edukasi mengenai Psoriasis.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga
diharapkan :
1. Mampu memahami tentang definisi Psoriasis
2. Mampu memahami tentang epidemiologi Psoriasis
3. Mampu memahami tentang etiopatogenesis Psoriasis
4. Mampu memahami tentang gambaran klinis Psoriasis
5. Mampu memahami tentang klasifikasi Psoriasis
6. Mampu memahami tentang diagnosa Psoriasis
7. Mampu memahami tentang diagnosa banding Psoriasis
8. Mampu memahami tentang faktor pencetus Psoriasis
9. Mampu memahami tentang komplikasi Psoriasis
10. Mampu memahami tentang penatalaksanaan Psoriasis
11. Mampu memahami tentang prognosis Psoriasis
3. Materi
Psoriasis : Terlampir
4. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

1
5. Media
Presentasi dan Leaflet
6. Kegiatan Penyuluhan
N Kegiatan Penyaji Peserta Waktu
O
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5 menit
2. Perkenalan diri 2. Memperhatikan dan
3. Menjelaskan tujuan memberikan respon
penyuluhan yang baik

2 Kegiatan A. Memahami dan Memperhatikan 20


inti menguraikan materi penjelasan menit
tentang: penyuluhan dengan
1. Definisi Psoriasis cermat:
2. Epidemiologi 1. Memperhatikan
Psoriasis dan mendengarkan
3. Etiopatogenesis 2. Menanyakan hal-
Psoriasis hal yang belum
4. Gambaran klinis jelas
Psoriasis 3. Memperhatikan
5. Klasifikasi Psoriasis jawaban penyuluh
6. Diagnosa Psoriasis
7. Diagnosa banding
Psoriasis
8. Faktor pencetus
Psoriasis
9. Komplikasi Psoriasis
10. Penatalaksanaan
Psoriasis
11. Prognosis Psoriasis
B. Peserta
memberikan
pertanyaan

2
C. Menjawab
pertanyaan yang
diberikan

3 Penutup 1. Ucapan terima 5 menit


kasih
2. Penutup

7. Evaluasi
Diberikan setelah ceramah dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan.
Kriteria evaluasi :
a. Evaluasi Struktur
1) Pasien dan keluarga hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan.
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Klinik Kulit dan
Kelamin.
3) Pengorganisasian penyuluhan dilakukan satu hari
sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan
selesai.
3) Pasien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
c. Evaluasi Hasil
1) Prosedur
2) Bentuk : Pertanyaan terbuka
1. Apakah terdapat rasa seperti rasa terbakar?
2. Apakah psoriasis bisa sembuh?
3. Apakah psoriasis dipengaruhi oleh stress?
3) Presentasi
Hasil : Sasaran mampu menjawab pertanyaan

 >80% = Berhasil

3
 50-80% = Cukup

 <50% = Kurang berhasil

8. Pengorganisasian
Penyaji = Ulyn Ni Mah
Moderator = dr. Lukman Ariwibowo, Sp. KK
Notulen = Thalia Tamara, Ummu Aiman, Valentina Verrel
Fasilitator = Tsalis Yuna, Valensia Melina
Observer = Ka Klinik Kulit dan Kelamin

9. Denah Ruangan

A B

F F

F F

F F

C
D

Keterangan :
A : Pembawa Materi B : Tim acara C : Klinik Kulit dan Kelamin D : Tim
dokumentasi

4
MATERI PENYULUHAN
PSORIASIS

A. Definisi
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dan residif
ditandai dengan plak eritematosa dengan skuama lebar, kasar, berlapis
dan putih seperti mika., yang mempunyai dasar genetik, dengan
karakteristik gangguan pertumbuhan dan diferensiasi epidermis. Psoriasis
dapat timbul pada semua usia, terutama 15-30 tahun. Sampai saat ini
pengobatan hanya menghilangkan gejala sementara (remisi), sehingga
psoriasis sering disebut sebagai penyakit seumur hidup. Penyakit ini tidak
membahayakan jiwa walaupun dapat mempengaruhi atau mengganggu
pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kualitas hidup pasien. Bila tidak diobati
dengan benar penyakit dapat mengalami komplikasi dan komorbiditas.

B. Epidemiologi
Psoriasis menyebar di seluruh dunia tetapi prevalensi usia psoriasis
bervariasi di setiap wilayah. Prevalensi anak-anak berkisar dari 0% di
Taiwan sampai 2,1% di Itali. Sedangkan pada dewasa di Amerika Serikat
0,98% sampai dengan 8% ditemukan di Norwegia. Di Indonesia
pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar dengan angka
prevalensi pada tahun 1996, 1997, dan 1998 beturut-turut 0,62%; 0,59%,
dan 0,92%. Psoriasis terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan ke
layanan kesehatan di banyak daerah di Indonesia. Remisi dialami oleh 17-
55% kasus, dengan beragam tenggang waktu.

C. Etiopatogeneis
Hansel dan Christoper pada tahun 1985 membagi psoriasis
menjadi tipe 1 bila onset kurang dari umur 40 tahun dan tipe 2 bila
onset terjadi pada umur lebih dari 40 tahun. Tipe 1 diketahui erat
kaitannya dengan faktor genetik dan berasosiasi dengan H L A -
C W 6 , H L A - D R 7 , H L A - B 1 3 , dan H L A - B W 5 7 dengan fenotip
yang lebih parah dibandingkan dengan psoriasis tipe 2 yang

5
kaitan familinya lebih rendah. P e r a n a n genetik tercatat
pada kembar monozigot 65-72%, sedangkan pada
kembar dizigot 15-30%. Pasien dengan psoriasis arthri tis
yang mengalami psoriasis tipe 1 mempunyai riwayat psoriasis
pada keluarganya 60% sedangkan pada psoriasis tipe 2 hanya
30%.
S
ampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai
patogenesis psoriasis, tetapi peranan autoimunitas dan genetik
dapat merupakan akar yang dapat dipakai dalam prinsip terapi.
Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, yang
melibatkan berbagai sitokin, kemokin maupun faktor
pertumbuhan yang mengakibatkan gangguan regulasi keratinosit,
sel-sel radang dan pembuluh darah, sehingga lesi tambap
menebal dan berskuama tebal berlapis.
Ak
tivasi sel T dalam pembuluh limfe terjadi setelah sel
makrofag m enagkap antigen melalui major histocompability
complex ( M H C ) mempresentasikan antigen tersangka dan diikat
oleh ke sel T naif. Pengikatan sel T oleh antigen tersebut selain
melalui reseptor sel T harus dilakukan pula oleh ligan dan
reseptor tambahan yang dikenal sebagai kostimulasi. Setelah sel T
teraktivasi, sel ini berproliferasi menjadi sel T efektor dan
memori kemudian masuk dalam sirkulasi sistemik dan
bermigrasi di kulit.
Pada lesi plak dan darah pasien psoriasis dijumpai
s e l T h 1 C D 4 + . T sitokin 1 / Tc1CD8+, IFN-γ, TNF-α, dan IL-12 adalah
produk yang ditemukan pada kelompok penyakit yang diperantarai oleh
sel Th-1. Pada tahun 2003 dikenal IL - 17 yang dihasilkan oleh Th-
17. IL - 23 adalah sitokin dihasilkan sel dendrit bersifat heterodimer
terdiri atas p40 dan p19, p40 juga merupakan bagian dari IL-12,.
Sitokin I L - 17 A . IL-17F,IL -22, IL - 2 1 dan T N F - α adalah mediator
turunan Th-17. Telah dibuktikan I L - 1 7 A mampu meningkatkan
ekspresi keratin 17 yang merupakan karakteristik psoriasis. Injeksi

6
intradermal IL - 2 3 dan IL - 2 1 pada mencit memicu proliferasi
keratinosit dan menghasilkan gambaran hiperplasia epidermis
yang merupakan ciri khas psoriasis.
Dalam peristiwa interaksi imunologi tersebut rentetan mediator
yang menentukan gambaran klinis antara lain: GMCSF (granulocyte
macrophage colony stimulating factor), EGF, IL-1, IL-8, IL-12, IL-17, IL-23,
TNF-α. Akibat peristiwa banjirnya efek mediator, terjadi perubahan
fisiologis kulit normal menjadi keratinosit lebih cepat, normal dalam 311
jam, menjadi 36 jam dan produksi harian keratinosit 28 kali lebih banyak
daripada epidermis normal. Pembuluh darah menjadi dilatasi dan
berkelok-kelok, angiogeneis dan hipermeabilitas vaskular meningkat, yang
mana diperankan oleh vascular endothelial growth factor (VEGF) dan
vascular permeability factor (VPF) yang dikeluarkan oleh keratinosit.

D. Gambaran klinis
Gambaran klasik berupa plak eritematosa dilipui skuama putih disertai
titik-titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum
sampai dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya
simetris. Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi
tetapi tidak mengganggu rambut. Penampilan berupa infiltrat eritematosa,
eritema yang muncul bervariasi dari yang sangat cerah (“hot” psoriasis)
biasanya diikuti gatal sampai merah pucat (“cold” psoriasis). Fenomena
Koebner adalah peristiwa munculnya lesi psoriasis setelah terjadi trauma
maupun mikrotrauma pada kulit pasien psoriasis. Pada lidah dapat
dijumpai plak putih berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik.
Fenotip psoriasis dapat berubah-ubah, spektrum penyakit pada pasien
yang sama dapat menetap atau berubah, dari asimtomatik sampai dengan
generalisata (eritroderma). Stadium akut sering dijumpai pada orang
muda, tetapi dalam waktu tidak terlalu lama dapat berjalan kronik residif.
Keparahan memiliki gambaran klinik dan proses evolusi yang beragam,
sehingga tidak ada kesesuaian klasifikasi variasi klinis.
E. Klasifikasi Psoriasis

7
1. Psoriasis Vulgaris/Plakat
Kira-kira 90% pasien mengalami psoriasis vulgaris. Lesi ini
biasanya dimulai dengan makula eritematosa, papul yang melebar kearah
pinggir dan bergabung beberapa lesi menjadi satu. Lingkaran putih pucat
mengelilingi lesi psoriasis plakat yang dikenal dengan woronoff’s ring.
Dengan proses pelebaran lesi yang berjalan bertahap maka bentuk lesi
dapat beragam seperti bentuk utama kurva linier (psoriasis girata), lesi
mirip cincin (psoriasis anular), dan papul berskuama pada mulut folikel
pilosebaseus (psoriasis folikularis). Umumnya dijumpai di skalp, siku, lutut,
punggung, lumbal dan retroaurikuler. Hampir 70% pasien mengeluh gatal,
rasa terbakar atau nyeri.
2. Psoriasis Inversa
Ditandai dengan letak lesi didaerah intertriginosa, tampak lembab,
dan eritematosa. Bentuknya nyaris tidak berskuama dan merah merona,
mengkilap, berbatas tegas, seringkali mirip dengan ruam intertrigo,
misalnya infeksi jamur. Lesi dijumpai di axila, fosa antekubital, poplitea,
lipat inguinal, inframammae, dan perineum.

Gambar 1. Psoriasis fleksura, dengan pinggir jelas, dengan plak yang


nyata dan kemerahan.
3. Psoriasis Gutata
Khas pada dewasa muda, bila terjadi pada anak sering bersifat
swasirna. Bentuk spesifik yang dijumpai adalah lesi papul eruptif
berukuran 1-10 mm berwarna merah salmon. Menyebar diskret secara
sentripetal terutama di badan, dapat mengenai ekstremitas dan kepala.

8
Gambar 2. Psoriasis gutata
4. Psoriasis Pustulosa
Bentuk ini merupakan komplikasi lesi klasik dengan pencetus putus
obat kortikosteroid sistemik, infeksi, ataupun pengobatan topikal bersifat
iritasi. Psoriasis pustulosa jenis von zumbusch terjadi bila pustul yang
muncul sangat parah dan menyerang seluruh tubuh, sering diikuti dengan
gejala konstitusi. Keadaan ini bersifat sistemik dan mengancam jiwa.
Tampak kulit yang merah, nyeri, meradang dengan pustul milier tersebar
diatasnya. Pustul terletak nonfolikuler, putih kekuningan, terasa nyeri,
dengan dasar eritematosa. Pustul dapat bergabung membentuk lake of
pustules, bila mengering dan krusta leapas meninggalkan lapisan merah
terang. Pustul tersebut bersifat steril sehingga tidak tepat diobati dengan
antibiotik.
Psoriasis pustulosa lokalisata pada palmo-plantar menyerang
daaerah hipotenar dan tenar, sedangkan pada daerah plantar mengenai
sisi dalam telapak kaki atau dengan sisi tumit. Perjalanan lesi kronis residif
dimulai dengan vesikel bening, vesikulopustul, pustulparah dan
makulopapular kering coklat. Bentuk kronik disebut akrodermatitis
kontinua supurativa dari hallopeau, ditandai dengan pustul yang muncul
pada ujung jari tangan dan kaki, bila mengering menjadi skuama yang

9
meninggalkan lapisan merah kalau skuama dilepas. Destruksi lempeng
kuku dan osteolisis falangs distal sering terjadi. Bentuk psoriasis pustulosa
palmoplantar mempunyai patogenesis berbeda dengan psoriasis dan
dianggap lebih merupakan komorbiditas dibandingkan bentuk psoriasis.

Gambar 3. Psoriasis pustulosa. Panel A dan B merupakan psoriasis


pustulosa generalisata (Von Zumbusch) dengan pustul kecil berdiameter
1-2 mm dan kulit yang eritem. Panel C dan D merupakan psoriasis
pultulosa lokalisata pada tungkai dan kaki. Panel E menunjukkan psoriasis
pustulosa yang telah pecah sehingga menghasilkan area deskuamasi
yang luas.
5. Eritroderma
Keadaan ini dapat muncul secara bertahap atau akut dalam
perjalanan psoriasis plakat, dapat pula merupakan serangan pertama,
bahkan pada anak. Lesi ini harus dibedakan menjadi dua bentuk;
psoriasis universalis yaitu lesi psoriasis vulgaris yang luas hampir seluruh
tubuh, tidak diikuti dengan gejal demam atau menggigil, dapat disebabkan
kegagalan terapi psoriasis vulgaris. Bentuk yang kedua adalah bentuk
yang lebih akut sebagai peristiwa mendadak vasodilatasi generalisata.
Keadaan ini dapat dicetuskan antara lain oleh infeksi, tar, obat atau putus
obat kortikosteroid sistemik. Kegawatdaruratan dapat terjadi disebabkan
terganggunya sistem panas tubuh, payah jantung, kegagalan fungsi hati
dan ginjal. Kulit tampak eritema difus biasanya disertai dengan demam,
menggigil dan malese. Bentuk psoriasis pustulosa generalisata dapat

10
kembali ke bentuk psoriasis eritroderma. Keduanya membutuhkan
pengobatan segera menenangkan keadaan akut serta menurunkan
peradangan sistemik, sehingga tidak mengancam jiwa.

Gambar 4. Psoriasis Eritroderma. Panel A menunjukkan psoriasis yang


hampir penuh, pasien mengeluhkan kelemahan dan malaise. Panel B dan
C menunjukkan hiperkeratosis dan deskuamasi.
6. Psoriasis Kuku
Lesi beragam, terbanyak yaitu 65% kasus merupakan sumur sumur
dangkal (pits). Bentuk lainnya adalah kuku berwarna kekuning-kuningan
disebut yellowish dis-coloration atau oil spots, kuku yang terlepas dari
dasarnya (onikolisis), hiperkeratosis subungual merupakan penebelan
kuku dengan hiperkeratosis, abnormalitas lempeng kuku berupa sumur-
sumur kuku yang dalam dapat membentuk jembatan-jembatan
mengakibatkan kuku hancur (crumbling) dan splinter haemorrhage.

11
Gambar 5. Nail Psoriasis. Panel A menunjukan onycholysis distal dan
memperlihatkan tetas minyak. Panel B menunjukkan nail pitting. Panel C
menunjukkan subungual hyperkeratosis. Panel D menunjukkan
onychodystrophy dan hilangnya kuku pada pasien psoriatik arthritis.
7. Psoriasis Arthritis
Bermanifestasi pada sendi sebanyak 30% kasus. Keluhan pasien
yang sering dijumpai adalah artritis perifer, etesitis, tenosinovitis, nyeri
tulang belakang, dan atralgia non spesifik, dengan gejala kekakuan sendi
pagi hari, nyeri sendi persisten, atau nyeri sendi fluktuatif bila psoriasis
kambuh.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis psoriasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran
klinis dan pemeriksaan histopatologis. Apabila ditemukan fenomena
tetesan lilin, tanda Auzpitz dan fenomena Koebner dapat memberikan
diagnosis yang tepat.
a. Fenomena tetesan lilin & Auspitz sign:

12
Didapatkan skuama putih tebal yang akan meninggalkan bintik-
bintik perdarahan ketika digores dengan pinggiran kaca objek.
b. Fenomena Koebner
Merupakan peristiwa munculnya lesi psoriasis pada daerah yang
sering terjadi trauma.
c. Histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologis didapatkan beberapa perubahan
patologis pada psoriasis yang dapat terjadi pada epidermis maupun
dermis adalah sebagai berikut:
 Akanthosis adalah penebalan lapisan stratum spinosum dengan
elongasi rete ridge epidermis.
 Hiperkeratosis adalah penebalan lapiran korneum.
 Parakeratosis adalah terdapatnya inti stratum korneum sampai
hilangnya stratum granulosum
 Peningkatan mitosis pada stratum basalis.
 Granulosit neutrofilik yang bermigrasi dari ujung subset kepiler
dermal mencapai bagian atas epidermis yaitu lapisan
parakeratosisstratum korneum yang disebut mikroabses Munro.
 Pada papila dermis terlihat pembuluh darah yang lebih banyak
dari kulit normal, yang membengkak,memanjang dan berkelok-
kelok. Infiltrat sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel
mast terdapat disekitar pembuluh darah.

G. DIAGNOSIS BANDING
Psoriasis memiliki gambaran spesifik berupa plak eritematosa
dengan skuama yang memiliki gambaran mirip dengan dermatosis.
Diagnosis Diagnosis banding
Plakat Dermatitis numularis atau neurodermatitis, tinea
korporis, liken planus, LE, parapsoriasis

Fleksural Dermatitis seboroik, dermatitis popok, tinea kruris,


kandidosis
Gutata Pitiriasis rosea, dermatitis numularis, erupsi obat,
parapsoriasis

13
Eritroderma Dermatitis atopik, dermatitis seboroik, DKA, erupsi
obat, fotosensitivitas
Kuku Tinea ungium, kandidosis, traumatik onikolisis, liken
planus
Scalp Dermatitis seboroik, tinea kapitis, eritroderma, LE

Palmoplantar Dermatitis tangan, DKA, tinea, skabies


PPG Impetigo herpetiformis, pustular dermatosis
subkorneal, erupsi obat pustulosa

H. FAKTOR PENCETUS
Faktor lingkungan jelas berpengaruh pada pasien dengan
predisposisi genetik. Beberapa faktor pencetus kimiawi, mekanik dan
termal akan memicu psorias melalui mekanisme Koebner, misalnya
garukan, aberasi superfisial, reaksi fototoksik, atau pembedahan.
Ketegangan emosional dapat menjadi pencetus yang mungkin diperantari
mekanisme neuroimunologis. Beberapa macam obat misalnya beta-
bloker, ACE Inhibitor, antimalaria, litium, NSAID, gembfibrosil dan
beberapa antibiotik. Bakteri, virus, dan jamur juga merupakan faktor
pembangkit psoriasis. Endotoksin bakteri, berperan sebagai superantigen
dapat mengakibatkan efek patologik dengan aktivasi sel limfosit T,
makrofag, sel Langerhans dan keratinosit. Penelitian sekarang
menunjukkan bahwa superantigen streptokokus dapat memicu ekspresi
antigen limfosit kulit yang berperan dalam migrasi sel limfosit T ke kulit.
Walaupun pada psoriasis plakat tidak dapat dideteksi antigen
streptokokus, beberapa antigen asing dan auto-antigen dapat memicu
interaksi APC dan limfosit T. Peristiwa hipersensitivitas terhadap obat,
imunisasi juga akan membangkitkan aktivasi sel T. Kegemukan, obesitas,
diabetes melitus maupun sindroma metabolik dapat memperparah kondisi
psoriasis.

I. KOMPLIKASI
Pasien dengan psoriasis memiliki angka morbiditas dan mortalitas
yang meningkat terhadap gangguan kardiovaskuler terutama pada pasien

14
psoriasis berat dan lama. Resiko infark miokard terutama sekali terjadi
pada pasien psoriasis usia muda yang menderita dalam jangka waktu
yang panjang. Pasien psoriasis juga mempunyai peningkatan resiko
limfoma maligna. Gangguan emosional yang diikuti masalah depresi
sehubungan dengan manifestasi klinis berdampak pada menurunnya
harga diri, penolakan sosial, merasa malu, masalah seksual, dan
gangguan kemampuan profesional. Semuanya diperberat dengan
perasaan gatal dan nyeri, dan keadaan ini menyebabkan penurunan
kualitas hidup pasien. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
eritroderma adalah hipotermia dan hipoalbuminemia sekunder terhadap
pengelupasan kulit yang berlebihan, juga dapat terjadi gagal jantung dan
pneumonia. Sebanyak 10-17% pasien dengan psoriasis pustulosa
generalisata (PPG) menderita atralgia, mialgia dan lesi mukosa.

J. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana psoriasis adalah terapi supresif, tidak menyembuhkan
secara sempurna, bertujuan mengurangi tingkat keparahan dan ekstensi
lesi sehingga tidak terlalu mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Terapi Promotif
Menenangkan pasien dan memberikan dukungan emosional
adalah hal yang sangat penting, menekankan bahwa psoriasis tidak
menular dan tersedianya pengobatan pengobatan yang bervariasi untuk
setiap bentuk dari psoriasis.
Terapi Preventif
Menghindari atau mengurangi faktor pencetus, yaitu stres psikis,
infeksi fokal dan memperbaiki pola hidup.

Terapi Topikal

15
Sebagian besar kasus psoriasis dapat ditatalaksana dengan
pengobatan topikal meskipun memakan waktu lama dan juga secara
kosmetik tidak baik, sehingga kepatuhan sangat rendah.
1. Kortikosteroid
Glukokortikoid dapat menstabilkan dan menyebabkan translokasi
reseptor glukokortikoid. Sediaan topikalnya dipergunakan sebagai
lini pertama pengobatan psoriasis ringan hingga sedang di area
fleksural dan genitalia, karena obat topikal lain dapat mencetuskan
iritasi.
2. Vitamin D3 dan Analog
Setelah berikatan dengan reseptor vitamin D, vitamin D3 akan
meregulasi pertumbuhan dan deferensiasi epidermis, serta
menghambat proliferasi keratinosit, memodulasi diferensiasi
epidermis, serta menghambat produksi beberapa sitokin pro-
inflamasi seperti interleukin 2 dan interferon gamma.
Analog vitamin D3 yang telah digunakan dalam tatalaksana
penyakit kulit adalah calcipotriol, calcipotriene, maxacalcitrol dan
tacalcitol.
3. Anthralin (Dithranol)
Dithranol dapat digunakan untuk terapi psoriasis plakat kronis,
dengan konsentrasi terendah 0,05% sekali sehari kemudian
ditingkatkan manjadi 1% yang memiliki efek antiproliferasi terhadap
keratinosit dan antiinflamasi yang poten, terutama yang resisten
terhadap terapi lain. Dapat dikombinasikan dengan phototherapy
UVB dengan hasil memuaskan (regimen ingram).

4. Tar Batubara
Penggunaan tar batubara dan sinar UV dapat mensupresi sintesis
DNA dan mengurangi aktivitas mitosis lapisan basal epidermis,
serta beberapa komponen memiliki efek antiinflamasi.
Penggunaan tar batubara dengan konsentrasi 2-5% dimulai dengan
konsentrasi rendah, agar lebih efektif maka daya penetrasinya juga

16
harus ditingkatkan dengan menambahkan asam salisilat 3% atau
lebih. Untuk mengurangi daya iritasi dapat ditambahkan seng
oksida 10% sebagai vehikulum dalam bentuk salap.
5. Tazarotene
Merupakan generasi ketiga retinoid yang dapat digunakan secara
topikal untuk mereduksi skuama dan plak, walaupun efektivitasnya
terhadap eritema sangat minim. Efikasinya dapat ditingkatkan bila
dikombinasikan dengan glukokortikoid potensi tinggi atau
fototherapi.
6. Inhibitor Calcineurin Topikal
Takrolimus (FK 506) merupakan antibiotik golongan maksolid yang
bila berikatan dengan immunophilin (proteinpengikat FK506),
membentuk kompleks yang menghambat transduksi sinyal limfosit
T dan transkripsi interleukin 2. Meskipun takrolimus tidak efektif
dalam pengobatan plak kronis psoriasis, namun terbukti efektif
untuk psoriasis fasialis dan inversa.
7. Emolien
Emolien seperti urea (hingga 10%) sebaiknya digunakan selama
terapi, segera setelah mandi, untuk mencegah kekeringan pada
kulit, mengurangi nyeri akibat fisura, dan mengurangi rasa gatal
pada lesi tahap awal.
Foto therapi
Fototherapi dapat mendeplesi sel limfosit T secara selektif, terutama di
epidermis, melalui apopotosis dan perubahan respons imun Th1 menjadi
Th2.
1. Sinar Ultraviolet B (290-320 mn)
Terapi UVB inisial berkisar antara 50-75% minimal erythema dose
(MED). Tujuan terapi ini adalah mempertahankan lesi eritema
minimal sebagai indikator tercapainya dosis optimal. Terapi
diberikan hingga remisi total tercapai.
2. Psoralen dan Terapi Sinar Ultraviolet A (PUVA)

17
PUVA merupakan kombinasi psoralen dan long wave ultraviolet A
yang dapat memberikan efek terapetik, yang tidak tercapai dengan
penggunaan tunggal keduanya.
3. Excimer Laser
Diindikasikan untuk tatalaksana pasien psoriasis dengan plak
rekalsitran, terutama di bahu dan lutut.
4. Terapi Fotodinamik

Terapi Obat Sistemik Per Oral


1. Metotreksat
Metotreksat (MTX) merupakan pilihan terapi bagi psoriasis tipe plak
kronis, psoriasis berat jangka panjang termasuk psoriasis
eritroderma dan psoriasis pustular, dengan dosis 7,5-15 mg setiap
minggu. MTX bekerja secara langsung menghambat
hiperproliferasi epidermis melalui inhibisi dihidrofolat reduktase.
Efek antiinflamasi disebabkan oleh inhibisi enzim yang berperan
dalam metabolisme purin.
2. Acitretin
Acitretin merupakan generasi kedua retinoid sistemik. Monoterapi
acitretin paling efektif bila diberikan pada psoriasis tipe eritrodermik
dan generalized pustular psoriasis.dosis yang diberikan berkisar
0,5-1 mg/kgBB/hari.
3. Siklosporin A (CsA)
CsA per oral merupakan sangat efektif untuk psoriasis kulit ataupun
kuku, terutama pasien psoriasis eritrodermik. Dosis rendah 2,5
mg/kgBB/hari sebagai terapi awal, dengan dosis maksimum 4
mg/kgBB/hari.
4. Ester Asam Fumarat
Preparat ini diabsorbsi lengkap di usus halus, dihidrolisis menjadi
metabolit aktifnya, monometilfumarat, yang akan menghambat
proliferasi keratinosit serta mengubahan respons sel Th1 menjadi

18
Th2. Terapi ini dapat diberikan jangka lama (>2 tahun) untuk
mencegah relaps ataupun singkat (hingga tercapai perbaikan).
5. Sulfasalazine
Jarang digunakan.
6. Steroid Sistemik
Steroid sistemik tidak rutin dalam tatalaksana psoriasis, karena
resiko kambuh tinggi jika dihentikan. Preparat ini diindikasikan pada
psoriasis persisten yang tidak terkontrol dengan modalitas terapi
lain, bentuk eritroderma dan psoriasis pustular (Von Zumbuch).
7. Mikofenolat Mofetil
Merupakan bentuk pro-drug asam mikofenolat, yaitu inhibitor inosin
5’ monophosphate dehydrogenase. Asam mikofenolat mendeplesi
guanosin limfosit T dan B serta menghambat proliferasinya,
sehingga menekan respons imun dan pembentukan antibodi.
8. 6-Thioguanin
Merupakan analog purin yang sangat efektif untuk tatalaksana
psoriasis. Efek samping yang sering adalah mual, diare, serta
gangguan fungsi hepar dan supresi sumsum tulang.
9. Hidroksiurea
Hidroksiurea merupakan anti-metabolit yang dapat digunakan
secara tunggal dalam tatalaksana psoriasis, tetapi 50% pasien
yang berespons baik terhadap terapi ini mengalami efek samping
supresi sumsum tulang (berupa leukopenia atau trombositopenia)
serta ulkus kaki.
Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi
efek samping terapi, serta dapat memberikan perbaikan klinis yang lebih
baik dengan dosis yang lebih rendah. Kombinasi yang biasa diberikan
untuk artritis inflamatorik adalah MTX dan agen anti-TNF, yang juga dapat
diberikan pada psoriasis rekalsitrans.
Terapi Biologis

19
Terapi biologis merupakan modalitas terapi yang bertujuan
memblokade molekul spesifik yang berperan dalam patogenesis psoriasis.
Agen-agen biologis memiliki efektivitas yang setara dengan MTX
dengan risiko hepatotoksisitas yang lebih rendah. Meski demikian,
harganya cukup mahal, serta memiliki berbagai efek samping seperti
imunosupresi, reaksi infus, pembentukan antibodi, serta membutuhkan
evaluasi keamanan penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu, terapi
ini hanya diindikasikan bila penyakit tidak berespons atau memiliki
kontraindikasi terhadap MTX.
1. Alefacept
Merupakan gabungan human lymphocyte function associated
antigen (LFA)-3 dengan IgG 1 yang dapat mencegah interaksi
antara LFA-3 dan CD2, sehingga menghambat aktivasi sel limfosit
T. Oleh karena itu, alefacept dapat mengurangi proses inflamasi.
2. Efalizumab
Efalizumab (anti-CD11a) merupakan humanized monoclonal
antibody yang digunakan untuk tatalaksana psoriasis vulgaris (tipe
plakat), yang langsung memblokade CD11a (sub unit LFA 1),
sehingga mencegah interaksi LFA 1dengan intercellular adhesion
molecule 1. Blokade ini mengurangi aktivasi sel limfosit T dan
adhesi sel T ke keratosit.
3. Antagonis Tumor Necrosis α (TNF α)
TNF α merupakan protein homosimetrik yang memediasi aktivitas
pro-inflamatorik. Saat ini terdapat 3 jenis obat yangs udah dipakai
di Amerika Serikat, yaitu etanercept, infliximab dan adalimumab.
Etanercept diindikasikan untuk psoriasis plakat kronis moderat
sampai berat, sebelum fototherapi dan terapi sistemik. Infliximab
dan adalimumab adalah dua regimen yang telah disetujui oleh FDA
untuk terapi artritis psoriatika, dan terbukti lebih baik dibandingkan
etanercept pada psoriasis tipe plakat kronis.
4. Anti-interleukin 12/ Interleukin 23 P40

20
Blokade interleukin 12 yang penting dalam diferensiasi sel Th1 dan
interleukin 23 merupakan dua mekanisme penting untuk
tatalaksana psoriasis tipe plakat kronis.

K. Prognosis
Psoriasis vulgaris tidak menyebabkan kematian, namun bersifat
kronis dan residif. Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self
limited) dalam 12-16 minggu tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa
pasien menjadi lesi plakat kronis. Psoriasis tipe plakat kronis berlangsung
seumur hidup dan interval antara gejala tidak dapat diprediksi. Remisi
spontan dapat terjadi pada 50% pasien dalam waktu yang bervariasi.
Eritroderma dan generalized pustular psoriasis memiliki prognosis yang
lebih buruk dengan kecenderungan menjadi persisten.

21
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda.A. “Dermatosis Eritroskuamosa”. Dalam : Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2018. pp 213-221

Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz

SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leff el DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in

general medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc;

2012.p.197-231.

Widaty. S. “Psoriasis”. Dalam : Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter

Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta : Perdoski. 2017.p.230-

240.

22
LEMBAR OBSERVASI

Tema : Psoriasis
Hari/ tanggal : Jumat, 06 Maret 2020
Tempat : Klinik Kulit dan Kelamin
Persiapan :Mempersiapkan proposal, leaflet, laptop dan
projector
Pelaksanaan
Organisasi Penyaji = Ulyn Ni Mah
Moderator = dr. Lukman Ariwibowo, Sp. KK
Notulen =
Fasilitator =
Waktu Mulai: 08.45
Penjelasan : 30 menit
Peserta Jumlah : 25 orang
Laki-laki: orang
Perempuan: orang
Penyajian Penyampaian: penyajian baik dalam
penyampaian materi, bahasa dan intonasi baik.
Interaksi antara penyaji dan pendengar baik.
Kendala: tidak ada
Solusi: tidak ada
Diskusi Proses diskusi: proses diskusi baik, audien ada
yang bertanya dan memperhatikan materi yang
disampaikan penyaji
Kendala: tidak ada
Solusi: tidak ada
Daftar pertanyaan 1. Apakah terdapat rasa seperti rasa terbakar?
+ Nama 2. Apakah psoriasis bisa sembuh?
3. Apakah psoriasis dipengaruhi oleh stress?
Jawaban 1. Gejala yang timbul pada psoriasis bukan
+ Fasilitator merupakan rasa terbakar, namun rasa gatal
yang hebat disertai rasa paans
2. Psoariasis tidak dapat sembuh total, namun

23
bisa dikontrol. Seperti halnya penyakit
diabetes, yang harus terus meminum obat
untuk mencegah keparahan. Pada psoriasis
akan dilakukan terapi untuk mencegah
mengurangi rasa gatal dan mecegah agar lesi
tidak semakin meluas
3. Psoriasis juga dapat dipicu oleh stress yang
lama dan berat, rasa stress juga dapat memicu
rasa gatal berlebihan yang dapat
memperparah psoriasis.
Masukan/ Penyuluhan ini baik bagi orang-orang awam
Tambahan untuk menambah wawasan mengenai penyakit
yang umum dialami di masyarakat.

Surabaya, 06 Maret 2020

Ka. Klinik Kulit dan Kelamin


Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Masni Ritongga, A.Md. Kep


Penata TK I III/d 19690720 199103 2 004

LEAFLET

24
DOKUMENTASI

25
26

Anda mungkin juga menyukai