Anda di halaman 1dari 157

Dasar-dasar konstruksi bangunan (PONDASI)

A.BAGIAN BAWAH
a.PONDASI
a.I Pengertian Pondasi 
Pengertian umum untuk Pondasi Rumah adalah Struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan
tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di atasnya.

Kesimpulannya, pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar
pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem
strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk
berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara
ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.

Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:


1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai
parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah
mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air
meskipun jenis tanah sama.

Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung
tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan
tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan
benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
a.II Fungsi Pondasi
Pada dasarnya fungsi pondasi adalah untuk menyalurkan beban-beban yang bekerja diatas
pondasi ke struktur yang ada dibawahnya tanpa mengalami kerusakan. Pondasi harus
direncanakan untuk menjamin stabilitas dibawah pengaruh beban statis maupun beban dinamis.
Meskipun beban dinamis yang bekerja cukup kecil namun bekerjanya berulang selama periode
waktu tertentu sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam perencanaan.
Ragam getaran yang terjadi pada pondasi dianalisa dengan metode lumped parameter system.
Metode ini menawarkan penambahan frekwensi alami untuk mengurangi getaran pada sistem
dengan cara mengatur konstanta pegas dan peredam.
Dimensi pondasi blok dengan panjang, lebar dan tebal masing-masing: 9 m, 4 m, dan 1 m
memenuhi kriteria perencanaan dimana amplitudo arah vertikal dan horisontal (0,0146 mm;
0,0313 mm) lebih kecil dari batas ijin amplitudo arah vertikal dan horisontal (0,2 mm; 0,4 mm).
Kombinasi beban statis dan dinamis menghasilkan gaya-gaya yang diterima tanah berturut-turut:
gaya arah vertikal dan horisontal sebesar: 0,8032 t, 0,5356 t, rotasi arah x, y, z sebesar: 1,6907
tm, 2,2018 tm, 2,2371 tm dan getaran torsi sebesar 10,0659 tm. Gaya-gaya tersebut mampu
diterima tanah dimana total tegangan tanah sebesar 0,5316 Kg/cm2 masih lebih kecil dari
tegangan ijin tanah sebesar 2,7375 Kg/cm2. Pondasi menggunakan tulangan D16-100 pada sisi
lebar maupun sisi panjang, D20 – 50 pada bagian atas, D22 – 50 pada dasar pondasi, dan D18 –
100 sebagai tulangan bagi yang difungsikan untuk mengatasi efek susut dan suhu.
Pondasi dari suatu bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari
bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian bangunan yang
terletak di bawah permukaan tanah berfungsi meneruskan beban atau gaya di atasnya dan
termasuk berat pondasi ke tanah di bawahnya. Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari
konstruksi bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
1. Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang disebabkan muatan
tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tanah antara lain,
tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak stabil, kegiatan pertambangan dan gaya
mendatar dari gempa bumi.
3. Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organic maupun anorganik.
4. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup
kuat dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada
bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari
bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus dibongkar.
Tanah tempat konstruksi pondasi diletakkan harus cukup kuat. yang di dasarkan atas kekuatan
tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-masing
tempat, tidak sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman
tanah yang kuat antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus
dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan tanah
keadaan ini tergantung pada jenis susunan tanah setempat.
a.III Teknik Pondasi
Teknik Pondasi (ada juga yang mengeja teknik fondasi) adalah suatu upaya teknis untuk
mendapatkan jenis dan dimensi pondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga
beban yang bekerja dengan baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik.

Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya pekerjaan gakian tanah, hal ini dilakukan
karena pada umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal +/- 50 cm adalah lapisan tanah humus
yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik, oleh karena itu pada dasar
pondasi tidak boleh diletakkan lapisan tanah humus ini. Untuk menjaga kstabilan pondasi dan
memperoleh daya dukung tanah yang besar, dasar pondasi harus diletakkan lebih dari 50 cm
didalam permukaan tanah sampai mencapai lapisan yang keras. Lebar galian tanah pondasi
dibuat secukupnya asal bisa untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik akan
berubah sifat maupun kekuatannya.

Prinsip kerja dari pondasi adalah seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip ditekan pada telapak
tangan akan terasa sakit, dan lebih mudah masuk kudalam daging, sedang jika ujungnya tumpul
akan terjadi sebaliknya. Pada pondasi hal demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi
lebarnya kecil maka daya dukung pondasi nya kecil sehingga bangunan lebih mudah ambles,
sebaliknya jika dasar pondasi mempunyai lebar yang besar maka daya dukungnya juga besar
sehingga bangunan tidak medah ambles didalamnya. Sehingga makin berat bangunan yang
didukung makin besar daya dukng tanah yang diperlukan sehingga lebar dasar pondasi juga
makin besar.

a.IV Material pondasi


Disamping teknik strukturnya yang harus benar, mutu material pembuat pondasi dan beton juga
harus berkwalitas. Karakteristik dan sifat beton sangat tergantung dari design campuran dan
kwalitas bahan-bahan penyusunnya, setiap tahapan dalam proses produksi pondasi dan beton
dilapangan memegang peranan penting dalam menghasilkan pondasi beton yang berkwalitas
antara lain :
Pasir dan koral : Kesalahan penempatan dan penyimpanan material, dapat menyebabkan
menurunnya kwalitas pondasi. Penempatan pasir dan koral harus sedemikian rupa jangan sampai
tercampur oleh bahan-bahan lain. Selain itu penggunaan landasan untuk stok material sangat
dianjurkan agar dapat mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang.
Semen : Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan dibawahnya di
beri landasan agar semen tidak langsung kena uap lantai, karena apabila uap mengenai semen,
mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian akan mengeras, berubah menjadi butiran
butiran kasar.
Persiapan dan Proses Pencampuran : Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas yang seragam,
bahan- bahan penyusun pondasi harus disiapkan dan ditakar dengan teliti karena akan
mempengaruhi homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan dengan cara manual atau
mekanis, pencampuran manual yaitu menggunakan tenaga manusia dengan peralatan cangkul
dan skop, disarankan untuk pekerjaan volume pondasi yang besar sebaiknya dilakukan dengan
cara mekanis. Pencampuran mekanis yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk mendapatkan
campuran yang baik diperlukan minimal 50 kali putaran mixer atau tidak kurang dari 1 menit
untuk volume pengecoran 1 m3.
Kekentalan adukan : Harus disesuaikan dengan cara transportasi, cara pemadatan, jenis
konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada
berbagai hal. Jumlah dan jenis semen, nilai factor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat
serta bahan pembantu lain.

a.V Jenis-jenis pondasi


Pondasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
• Pondasi Dangkal (eng: Shallow Foundation, de: Flach- und Flächengründungen), di dalamnya
terdiri dari:
- Pondasi Setempat (eng: Single Footing, de: Einzelfundament)
- Pondasi Menerus (eng: Continuous Footing, de: Streifenfundament)
- Pondasi Pelat (eng: Plate Foundation, de:Plattenfundament)
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa
meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus
yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu,meneruskan beban dari
dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.
• Pondasi Dalam (eng: Deep Foundation, de: Tiefgründungen). Digunakan untuk menyalurkan
beban bangunan melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih
keras. Contohnya antara lain Tiang Pancang, Tiang Bor, kaison, dan semacamnya.
Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya.contohnya: Pondasi
Tiang Pancang (eng: Pile Foundation, de: Pfahlgründungen)
• Kombinasi Pondasi Pelat dan Tiang Pancang (eng: Combination of Plate-Pile Foundation, de:
Kombinierte Platten-Pfahlgründungen-KPP)
Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan tergantung dari jenis tanah dan
beban yang bekerja pada lokasi rencana proyek.
1. Pondasi Langsung (STAHL)
Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan tanah
atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50 Cm, kondisi
air tanah cukup dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya
dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk.
Pondasi poorplat dipergunakan pada kondisis tanah dengan sigma 
2. Pondasi Poor Plat
antara : 1,5-2,00 kg/cm2. Pondasi poorplat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4
lantai, dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang.
Untuk menetukan dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton bertulang.
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2.
Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
4. Pondasi Merata (Slab Foundation)
Pondasi merata dipergunakan pada kondisi tanah sangat lembek (lunak). Juga dipergunakan
untuk pondasi lantai bawah tanah/bassment suatu bangunan gedung.
5. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi
daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air 
tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang
adalah : bamboo, kayu besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang.

a. Pondasi Tiang Pancang Kayu


Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung di daerah
Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.
b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise building). Pondasi
tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi panjang
tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang pancang beton cor di
tempat dan tiang pancang beton system fabrikasi.
Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalaman yang ditentukan dengan memasukkan besi
tulangan beton.
2) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem dipompakan dan
desakan/tekanan.
4) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah ditentukan.
a.VI Desain Pondasi
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan/ settlement tertentu oleh
para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya
dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan
dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan
total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial(sebagian
pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang
didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap
pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya,
dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri.
Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan,
oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya,
sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
• Beban Horizontal/Beban Geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban akibat
gaya angin pada dinding.
• Beban Vertikal/Beban Tekan dan Beban Tarik, contohnya:
- Beban Mati (Beban mati : berat dari semua beban bangunan yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap/finishing, alat atau mesin yang merupakan bagian
tak terpisahkan dari rangka bangunannya). contoh berat sendiri bangunan
- Beban Hidup (Beban hidup : berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat
berpindah), contoh beban penghuni, air hujan dan salju
- Gaya Gempa
- Gaya Angkat Air (eng: Lifting Force, de: Auftriebskraft)
• Momen
• Tors

KONTRUKSI DAN STRUKTUR BAGUNAN


    

 KONTRUKSI DAN STRUKTUR BANGUNAN

A.        KONTRUKSI BAGUNAN

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam


sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan
atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas
konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian
struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari
struktur bangunan. 
Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari
beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau
arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan
biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu,
dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif sangatlah


penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan) infrastruktur yang
mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL, metode penentukan
besarnya biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan jadwal perencanaan yang
baik,keselamatan lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidaknyamanan
publik terkait dengan yang disebabkan oleh keterlambatan persiapan tender dan penawaran,
dll.

KONTRUKSI BAGUNAN ANTARA LAIN

1.      PONDASI BANGUNAN

Pondasi merupakan komponen/ struktur paling bawah dari sebuah bangunan, meski
tidak terlihat secara langsung saat bangunan sudah selesai, namun secara fungsi struktur,
keberadaan pondasi tidak boleh terabaikan. Perlu perencanaan yang matang, karena salah
satu faktor yang mempengaruhi keawetan atau keamanan bangunan adalah pondasi.

Dalam menentukan jenis, ukuran, dan konstruksi pondasi harus memperhatikan jenis
bangunan, beban bangunan, kondisi tanah, dan faktor-faktor lain yang berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung. Karena fungsi pondasi adalah sebagai perantara untuk
meneruskan beban struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang
bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut. Dengan demikian, sebaiknya perlu
perhitungan matang dan tidak hanya berdasar kebiasaan setempat. Karena sering ditemui,
banyak yang membuat rumah hanya didasari dari kebiasaan masyarakat. 
Sebagai contoh: Sebuah rumah sudah mengalami retak pada dindingnya,
padahal konstruksinya sudah sangat kuat, mulai dari sloof, kolom, dinding, semua
menggunakan konstruksi yang kuat. Tapi ada yang terlupakan, tanah yang
dipergunakan untuk membangun rumah saat ini adalah bekas sawah, sehingga
kondisi tanah belum stabil, sedangkan pondasi yang digunakan adalah pondasi
yang biasa digunakan diwilayah tersebut.

Pondasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Seperti sebagai berikut:

Pondasi dangkal

Jenis pondasi dangkal kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya


beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan
ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau
pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah
keras. Berikut yang termasuk pondasi dangkal diantaranya:

 Pondasi Umpak. Biasanya jenis pondasi ini digunakan pada rumah adat, rumah kayu,
atau rumah tradisional jaman dulu.
 Pondasi Batu Bata / rollag bata. Jenis pondasi yang dibuat dengan bahan dasar batu
bata. Dalam pemasangannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan berat
bangunan yang ada di atasnya dan meneruskanya ke tanah. Pada awalnya pondasi rollag bata
merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bangunan. Namun,
pada saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal, pemasangannya pun
membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. Akan
tetapi, pondasi ini tetap digunakan untuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.
 Pondasi Batu Kali. Jenis pondasi yang bahan dasarnya batu kali.Pondasi batu
kali sering kita temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini masih
digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya
yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm
dan lebar pondasi atas 25 – 30 Cm. Bahan lain yang murah sebagai alternatif
pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan bongkaran bekas pondasi tiang
pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran jalan. Bekas bongkaran tersebut cukup
kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang digunakan ialah K-250 s/d K-
300.Permukaannya yang tajam dan kasar mampu mengikat adukukan semen dan
pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata, tentu bongkaran bekas beton
jauh lebih kuat. Ukurannya rata – rata 30 x 30 cm.
 Pondasi bor mini (Strauss Pile). Pondasi bor mini atau strauss pile ini
digunakan pada kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau rawa yang
lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini bisa
digunakan untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai. Kedalamannya
2 – 5 meter. Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya
dengan mesin bor atau secara manual.Di atas pondasi bor mini ada blok beton ( pile
cap ).Pile cap ini merupakan media untuk mengikat kolom dengan sloof.
 Pondasi Telapak/ Footplat
 Dll
2.      PONDASI TIANG PANCANG

            Jenis pondasi dalam digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan
tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya antara lain
tiang pancang, tiang bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda
tergantung disiplin ilmu atau pasarannya. Sebagai bagian dari pondasi dalam diantaranya:

 Pondasi tiang pancang (driven pile). Tiang pancang pada dasarnya sama


dengan bore pile, hanya sja yang membedakan bahan dasarnya.Tiang pancang
menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan
menggunakan mesin pemancang.Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai
paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.  
 Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari
2 meter.Digunakan untuk pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum memasang
bore pile, permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor.
Hingga menemukan daya dukung tanah yang  sangat kuat untuk menopang
pondasi.Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam permukaaan tanah yang telah
dibor, kemudian dicor dengan beton.Pondasi ini berdiameter 20
Cm keatas.Danbiasanya pondasi ini terdiri dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat
pile cap.

            Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan /


settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya
mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus
semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan.
Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total
(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial
(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi
struktur yang didukungnya.            Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari
kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa
jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung
pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh
karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh,
biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.

Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjad

  Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah,


transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
   Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
  Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
 Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
 Gaya gempa
 Gaya angkat air
  Momen
 Torsi

3.      SLOOF

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof berfungsi
mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban yang tersalurkan
setiap titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding
dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada sloof,
untuk bangunan tahan terhadap gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof dengan
pondasi yaitu dengan memberikan  angker dengan beri diameter 12 mm dengan jarak 1,5
meter. namun angka ini dapat berubah untuk bangunan yang lebih besar atau bangunan
bertingkat banyak.

Secara singkat, Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara


horisontal di atas pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan
tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat
antara dinding pondasi dengan kolom.

Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai satu , lebar 15
cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah diameter 10 mm (4 d 10 )
sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm berjarak 
15 cm ( d 8 – 15).Dibawah ini gamabar sloof untuk bangunan rumah tinggal lantai satu.

Secara garis besar sloof merupakan bagian dari beton bertulang yang
diletakkan secara horizontal di atas pondasi. Sloof biasanya terbuat dari konstruksi
beton bertulang. Namun berdasarkan konstruksinya ada beberapa macam
sloof, antara lain :

1. Konstruksi Sloof dari Kayu. Pada konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang
kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika
sloof dari kayu terletak di atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal
2. Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata yang dipasang
secara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan ((1 bagian portland semen : 4
bagian pasir). Konstruksi rolag tidak memenuhi syarat untuk membagi beban.
3. Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini dapat digunakan di atas
pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk bangunan tidak bertingkat
dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Ukuran lebar / tinggi
sloof beton bertulang adalah >15 / 20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga dapat
dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.

Adapun fungsi sloof adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pengikat kolom.


2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur
4.      KOLOM

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 

1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang


tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. 
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.

Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya
sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu
menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena
itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa
kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Jenis-Jenis kolom Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom
ada tiga:

1.Kolom ikat (tie column)

2.Kolom spiral (spiral column)

3.Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton
bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan
pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu
mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tegangan terwujud.

3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang.

Kolom Utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada
diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok
untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih
dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok
8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8
– 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

Kolom Praktis Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel
d 8-20.

Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak
kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat
kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak
sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan
beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom
harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang
sama.
Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom
menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke
kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem
dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah
kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

5.     KONSTRUKSI DINDING BANGUNAN

Pengertian Dinding
Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi
suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong
struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadiruangan-ruangan, atau
melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding
struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding
penahan (retaining).

Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu


menyokong atapdan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap
intrusi dancuaca. Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda
batas, serta dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar.
Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan,
atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.

 Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi


memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding
ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang
berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non
struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-
ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai
kebutuhannya, antara lain :

a. Dinding batu buatan : bata dan batako

b. Dinding batu alam/ batu kali

c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap


d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton
pra cetak)
Jenis jenis dinding dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, sebagai
berikut:

a) Dinding Batu Bata

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi
standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding
dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu
(struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis,
sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/
menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb.
Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang
ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.

b) Dinding Batako
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang
tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang ditambah PC. Karena
dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat
plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan
diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk
finishing.

Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan
bata,antara lain:

a. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.

b. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh
direndam dengan air.
c. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada
kayu/ batu yang lancip.

d. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di


tengah – tengah.

e. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok beton
bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada sudut-sudut,
pertemuan dan persilangan 

c) Dinding kayu

Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa
timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak
memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural.

   d) Dinding kayu biasa


Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan
digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan
vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan
jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16,
2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan
antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat
kayu yang bisa mengalami pemuaian dan susut.

e)  DINDING SIRAP

Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam
penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik
terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat
dipaku (paku kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung
kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).
f)       Dinding batu alam

Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip
pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang selang-
seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding
dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas
permukaan tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga
sudah cukup kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.
6.      LANTAI

Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran penting untuk
memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi lantai secara umum adalah:
menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk karakter ruang. Ketika orang berjalan di atas
lantai, maka karakter yang muncul adalah: tahan lama, tidak licin dan berwarna netral (tidak
dominan). Lantai rumah digunakan untuk meletakkan barang-barang seperti kursi, meja, almari,
dan sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas seperti berjalan, anak-anak berlari, duduk
di lantai, dan lain-lain.

Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup besar, misalnya
ketika kita memindahkan benda berat seperti almari dengan cara menyeretnya. Dengan
demikian lantai memiliki peran penting mendukung beban-beban langsung dari barang-barang
dan aktivitas di atasnya.

Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan membentuk karakter
ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat mengambil konsep apa pun sesuai
karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang dapat diterapkan seperti etnik tradisional,
modern minimalis, retro dan sebagainya.

·                     Syarat material lantai


Karena fungsi setiap ruang dalam hunian beragam, maka beragam pula desain
lantainya. Syarat bahan lantai di antaranya adalah: aman, awet, kuat, tahan lembab, mudah
dibersihkan dan menyerap panas. Material penutup lantai yang bersifat hangat adalah: karpet,
parket, gabus, karet, sedangkan material bersifat dingin adalah: marmer, keramik, granit .

Pada beberapa ruang harus dipasang lantai yang bahannya bertekstur kasar, seperti:
kamar mandi, teras dan garasi. Kamar mandi adalah ruang yang paling sering terkena air,
sehingga licin dan beresiko menyebabkan pengguna terpeleset. Begitu pula dengan teras
ketika terkena tempias hujan, harus dipasang bahan lantai yang lebih kasar untuk mengindari
resiko pengguna terpeleset. Pada garasi, tekstur kasar berfungsi menghindari selip akibat
gesekan antara ban dan muka lantai, terutama ketika kendaraan sehabis kehujanan. Untuk
ruang dapur memakai bahan lantai yang mudah dibersihkan serta tidak meninggalkan noda di
pori-pori lantai dan nat sambungan yang dapat mengganggu keindahan lantai. Ruang tamu,
ruang keluarga dan kamar tidur dapat memakai bahan lantai dengan permukaan licin dan
mengkilap.

·                     Ukuran material lantai

Ukuran material lantai, khususnya marmer, granit, keramik, dan teraso (tegel), akan
berpengaruh pada kesan ruang. Jika ruang berukuran kecil atau sempit (ruang tidur, kamar
mandi), ukuran bahan pilih yang kecil-kecil pula untuk memberi kesan luas pada ruangan.
Sementara untuk ruangan berukuran luas (ruang tamu, ruang keluarga), bahan berukuran
besar akan membantu menyeimbangkan kesan luas ruang.

Jenis material lantai

Berikut ini adalah beberapa jenis material lantai dengan beragam karakteristiknya
sebagai pertimbangan aplikasi pada ruan

 Plester (concrete)

Jenis material ini tergolong paling sederhana dan paling murah, karena diperlakukan
seperti saat memplester dinding dan diaci hingga halus. Namun perbedaan dengan perlakuan
pada dinding adalah dilakukan langkah penggosokan lantai hingga halus dan mengkilap. Warna
yang ditimbulkan sama dengan warna semen-pasir dan cenderung lebih gelap.
Pada beberapa penerapan yang dilakukan dengan merata (covering) pada luas ruang,
memiliki kelemahan ketika terjadi retak tidak dapat diganti dengan material dan harus ditambal.
Tambalan yang muncul secara estetika terlihat tidak bagus. Namun penerapan dengan modul,
akan mengurangi resiko tambalan yang berdampak pada tidak sedapnya pandangan estetika.

 Keramik

Jenis material ini sangat lazim digunakan. Keramik punya fleksibilitas pakai tinggi dan
dapat diaplikasikan pada hampir seluruh bagian rumah. Selain kuat, lantai rumah dari bahan
keramik juga tidak membutuhkan pemolesan dan mudah dalam perawatannya. Kesan material
keramik adalah hangat. Saat ini beragam tekstur keramik yang dijual di pasaran, yang secara
visual mirip dengan jenis material lain. Misalnya: keramik bertekstur marmer, granit, kayu, batu,
bata dan sebagainya

 Marmer

Marmer banyak disukai karena lebih memiliki karakter dan berkelas mewah. Tekstur dan
pola yang tidak teratur serta persediaan alam yang terbatas menjadikan material ini. Material
marmer memiliki kesan dingin dan kuat. Kelemahan marmer adalah memiliki pori-pori relatif
besar. Marmer yang berpori-pori relatif besar membutuhkan perawatan ekstra. Hal ini karena
marmer mudah menyerap cairan dan layaknya karpet, meninggalkan noda jika tidak cepat
dibersihkan.

Selain mahal harganya, marmer juga mahal dalam perawatannya dan diperlukan cara
khusus untuk membersihkannya. Pantaslah jika marmer merupakan material lantai yang
berkelas dan mewah, sehingga hanya pengguna yang memiliki dana berlebih yang sanggup
mengaplikasikannya dalam hunian.

 Granit

Granit memiliki pori-pori yang lebih rapat, sehingga memiliki kemungkinan yang lebih
kecil untuk dimasuki air dan kotoran. Granit memiliki kesan dingin dan berkesan kokoh. Batuan
granit diperoleh dari bukit atau gunung granit. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi,
saat ini juga telah disediakan granit buatan dengan motif yang lebih beraneka dan harga yang
lebih murah.

 Kayu
Yang paling umum adalah lantai parket (parquette), yang berasal dari kata parquetry.
Material kayu memiliki kesan hangat dan alami. Selain berasal dari kayu solid, bahan parket
saat ini juga berasal dari bahan non kayu seperti bambu. Jenis lainnya yaitu laminate yang
merupakan kayu olahan yang permukaannya adalah hasil printing.

 Batu

Material batu alam juga sering dipakai sebagai bahan lantai antara lain batu kali
lempeng dan batu salagedang. Biasanya selain di lantai, banyak juga dipakai di taman atau
ditempel di tembok pagar, dan dinding pada interior rumah. Kedua jenis batu ini cukup tahan
terhadap cuaca, meskipun mencari tekstur batu yang kurang lebih seragam tidak mudah,
ditambah lagi lebar nat antar batunya tidak seragam. Tapi hal itu justru menambah ruang
menjadi semakin natural. Material batu ini memiliki kesan dingin.

  

9.      PELAT LANTAI (FLOOR PLATE)

Pengertian Plat Lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,  merupakan lantai
tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain.  Plat lantai didukung oleh
balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.  Ketebalan plat lantai ditentukan
oleh :

 Besar lendutan yang diinginkan


 Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukun
  Bahan konstruksi dan plat lantai

Plat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai ketinggian
yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak kaki. Ketebalan plat
lantai ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar
bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari plat lantai.

Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni, perabotan,
berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam waktu lama. Sedang beban
tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak diperhitungkan.
Fungsi Plat Lantai

Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut

1.      Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas

2.      Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas

3.      Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah

4.      Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah

5.      Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

Konstruksi Plat Lantai Berdasarkan Materialnya

Konstruksi untuk plat lantai dapat dibuat dari kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen).

1.    Plat Lantai Kayu

Plat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan menjadi kesatuan
yang kuat, sehingga membentuk bidang injak yang luas.

·         Ukuran umum

a.         Lebar papan                                 : 20-30cm

b.        Tebal papan                                  : 2-3cm

c.         Jarak balok-balok pendukung      : 60-80cm

d.        Ukuran balok                               : 8/12, 8/14, 10/14

e.         Bentangan                                    : 3-3,5 m

Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang

Keuntungan plat lantai kayu:


·         Harganya relatif murah, berarti biaya bangunan rendah

·         Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai

·          Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi

Kerugian plat lantai kayu:

·          Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan

·         Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari penghuni
atas dapat mengganggu penghuni di lantai bawahnya

·          Sifat bahan rembes air, jadi tidak dapat dibuat km/wc di lantai atas

·         Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur diatasnya

·         Dapat dimakan bubuk/serangga, berarti keawetan bahan terbatas

·         Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan hujan), jadi
hanya cocok untuk bangunan yang terlindung

Plat Lantai Beton

Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok penumpu dan
kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu
kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit. Pada plat lantai beton dipasang tulangan baja pada
kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan
hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu.

Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan
yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991.

·         Beberapa persyaratan tersebut antara lain :

·         Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedang untuk plat
atap sekurang-kurangnya 7cm;
·         Harus diberi tulangan silang dengan diameter  minimum 8mm dari baja lunak atau
baja sedang;

·         Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25cm harus dipasang tulangan rangkap
atas bawah;

·         Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari
20cm atau dua kali tebal plat, dipilih yang terkecil;

·         Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm, untuk
melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran;

·         Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc:2psr:3kr  + air, bila untuk
lapis kedap air dibuat dari campuran 1pc:1,5psr:2,5kr + air secukupnya.

Plat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain :

§   Mampu mendukung beban besar

§   Merupakan isolasi suara yang baik

§   Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air, jadi diatasnya boleh dibuat dapur
dan km/wc

§   Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai

§   Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat
berumum panjang. Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan plat
lantai jangan dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai
tumpuan yang juga berfungsi menambah kekakuan plat. Bentangan plat yang besar
juga akan menyebabkan plat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang
dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi besar
dan harga persatuan luas akan menjadi mahal.

Elemen-elemen pembebanan untuk plat lantai :

·         Beban hidup (untuk rumah tinggal)                                        = 0,200 t/m2

·         Beban hidup (untuk bangunan umum)                                   = 0,250 t/m2


·         Pasir urug dibawah tegel tiap cm tebal                                   = 0,018 t/m2

·         Berat tegel+perekat                                                                 = 0,120 t/m2

·         Berat plafon+penggantung                                                     = 0,020 t/m2

·         Berat dinding pasangan bata tebal ½ batu                              = 0,250 t/m2 pas

·         Berat jenis beton                                                                     = 2,4    t/m3

Konstruksi plat lantai baja

Konstruksi ini biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponen-
komponen strukturnya terdiri dari material baja.  Tangga ini digunakan pada bangunan semi
permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain.

Konstruksi plat lantai yumen (Kayu Semen)

Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil yang
kemudian dicampur semen dengan ukuran 90 cm x 80 cm. Plat lantai yumen ini masih jarang
digunakan karena termasuk bahan bangunan baru. Dan yumen ini buatan dari pabrik semen
gresik.

Cara pemasangan yumen :

·         Sebelum dipasang yumen, dack yang akan digunakan harus dipasangin kayu
bangkirai 5/7dengan panjang yang sudah diatur dengan jarak 40 cm.  Kayu yang
berjejer itu ditumpangi ringbalk dan dicor.

·         Setelah itu lembaran yumen dipasang berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu
dibaut.

10.  RANGKA ATAP BANGUNAN

Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk
keperluan perlindungan. Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan
pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang dikehendaki
oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang mudah didapat.

            Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda-kuda. Rangka atap
atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban
atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya
konstruksi kuda–kuda terdiri dari rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan
mempertimbangkan berat atap serta bahan penutup atap, maka konstruksi kuda–kuda akan
berbeda satu sama lain. Setiap susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan
bentuk yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa
mengalami perubahan.

Pada bagian konstruksi atap terdapat berbagai bagian penting sebagai pendukung
utama berdirinya konstruksi atap tersebut, seperti berikut :

                a.      Gording

Gording   membagi   bentangan   atap   dalam   jarak-jarak   yang   lebih kecil pada
proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban
angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda.

Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda.
Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan
panjang  usuk   yang   tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga
bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. 
Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording
dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk  memperkuat
dan   mencegah dari terjadinya pergerakan. Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga
mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording.

Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12


cm dan lebar 8 cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5  
m. Gording   dari   baja   profil   canal   (Iight   lip   channel)   umumnya   akan
mempunyi dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10
s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12
meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

               b.      Jurai

Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau  framework   yang  
disebut   jurai.   Jurai   dibedakan   menjadi   jurai   dalam   dan jurai luar.

               c.       Sagrod

Sagrod adalah batang besi bulat  terbuat  dari tulangan polos dengan kedua ujungnya
memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser (diperpanjang/diperpendek).

                d.      Usuk / kaso

Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke
gording.   Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk
dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus
gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. 

Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada
ujung-ujung usuk.

               e.       Reng

Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang
sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke
usuk/kaso. Pada atap   dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak
digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng
akan dipasang pada arah   tegak lurus   usuk   dengan   jarak   menyesuaikan  
dengan   panjang   dari   penutup atapnya (genteng).

               f.       Penutup Atap

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur   atap. 


Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama
kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan.
Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban  
kerja   (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air,  tahan   terhadap   
perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain;  genteng, asbes, kayu
(sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

            Kuda-kuda dari type bahan yang dipakai ada sebagian jenis diantaranya :

1. Kuda-kuda berbahan kayu

2. Kuda-kuda berbahan beton

3. Kuda-kuda berbahan pasangan bata

4. Kuda-kuda baja

A. Baja konvensional iwf, canal, siku

B. Baja ringan

            Untuk mengetahui secara detail bentuk ataupun gambaran dari rencana tersebut yaitu
berikut detailnya:

  
1. Kuda-kuda berbahan kayu

Untuk bentang 15 meter, bentuk seperti bentang 9 meter akan tetapi di mensi kayu 8/12 di ganti
dengan 8/15, sedangkan 5/10 diganti dengan 6/12.

Gambar di bawah adalah kuda-kuda dari kayu dengan bentang 15 m


SAAT EREXTION KUDA-KUDA DG MENGGUNAKAN 1 BOX

SELESAI EREXTION
SAMBUNGAN KUDA-KUDA DAN GORDING

REGEL,RANGKA DINDING,PERTEMUAN KUDA-KUDA DAN KOLOM

2. Kuda-kuda berbahan beton

yaitu kuda-kuda yang terbuat dari beton bertulang, pada catatan ini yang kami tampilkan
yaitu kuda-kuda yang biasa dipakai untuk tempat tinggal, dengan jarak tumpuan bebas 4
mtr., namun jika jarak tumpuan kian lebih 4 mtr., maka dibutuhkan perhitungan susunan.
3. Kuda-kuda berbahan pasangan bata

kuda-kuda yang terbuat dari pasangan bata umumnya disebut gunungan, serta kerap dipakai
pada atap jenis pelana, atau pada atap jenis lain namun posisi kuda-kuda diletakan di bagian
sedang.

4. Kuda-kuda baja dibagi mejadi 2 , yakni :  

A. Baja konvensional iwf, canal, siku

Kuda-kuda baja kerap dipakai untuk bangunan pabrik atau gudang, karna bentang pada
tumpuan bias lebi dari 15 mtr., bahan yang dipakai iwf, c ( canal ), l ( siku ). Dimensi iwf untuk
kuda kuda umumnya ( baiknya susunan dihitung ) bentang 15 mtr. menggunakan iwf 200,
bentang 20 mtr. menggunakan uwf 250, bentang 25 mtr. menggunakan iwf 275, bentang 30
mtr. iwf 350, dari pengalaman kami bentang yang sangat besar yaitu 30 mtr..
kuda-kuda iwf 350 bentang 30 meter

kuda-kuda menggunakan siku


kuda-kuda menggunakan canal

B. Baja ringan

kuda-kuda baja mudah, terbuat dari baja anti karat, pertarama kali dikembangkan olen pryda
australia, dahulu kerap dimaksud dengan atap pryda, perhitungan cost yakni m2 luas atap.
untuk menentukan atap baja mudah baiknya pakai perusahaan yang telah populer dibidang
atap baja mudah. janganlah asal tentukan, karna atap baja mudah sistemnya yaitu cremona
hingga jika kesalahan saat menyambung componen dapat menyebabkan fatal.
B.     STRUKTUR BAGUNAN

STRUKTUR BANGUNAN 

Seni bangunan atau arsitektur adalah seni sejak adanya manusia dan disebut
seni terikat, karena bangunan gedung dipakai oleh manusia dan bahan-bahan
bangunan yang sifatnya dibatasi kemampuannya. Seni bangunan adalah seni dan
teknik dengan mengikutsertakan faktor-faktor falsafah, religi, tradisi, seni dan ilmu
pengetahuan.  

Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada


bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu
keluarga yang bersifat sederhana, ataukah tempat berkumpul atau bekerja bagi banyak
orang, seperti perkantoran, gedung ibadah, hotel, gedung bioskop, stasiun dan
sebagainya. Maka fungsi dari struktur ialah untuk melindungi suatu ruang tertentu
terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan alam dan menyalurkannya semua
macam beban ke tanah. Beban-beban yang dipikulnya, berat bahan dari elemen-
elemen beserta berat strukturnya sendiri disalurkan oleh struktur atau kerangka
bangunan kekulit bumi. Kecuali beban tersebut, struktur harus dapt memikul beban lain
akibat dari angin dan gempa bumi.  

Struktur Bangunan Gedung adalah oganisasi daripada elemen-elemen ataupun


komponen-komponen bangunan yang mendukung dapat berfungsinya bangunan
gedung dengan baik. Sistem struktur adalah bentuk organisasi daripada elemen-
elemen struktur yang ditujukan untuk menyalurkan beban secara karakteristik. 

Konstruksi

·         Pelaksanaan.

·         Hubungan antara elemen struktur.

konstruksi merupakan jaminan untuk stabilitas sistem struktur 


Sistem konstruksi adalah cara bagaimana struktur bangunan gedung dilaksanakan
(masalah kekuatan, sambungan-sambungan per elemen/bagian yang disambung
secara detail). 

Pembebanan struktur bangunan adalah beraneka ragam dan rumit (kompleks).


Bangunan menampung orang-orang yang hidup, barang-barang yang dapat
dipindahkan, beban angin yang berubah-ubah, berat struktur dan bahan-bahan
bangunan yang statis semuanya dipikul ileh struktur atau kerangka bangunan dan
sisalurkan ketanah melalui pondasi.        

Menurut sistem penyaluran bebannya struktur bangunan gedung dibagi sebagai


berikut:

·         Struktur Utama adalah organisasi dari elemen-elemen ataupun


komponen- komponen bangunan yang menyalurkan beban ketanah dan
tanpa adanya struktur ini bangunan tidak dapat berfungsi dengan baik

·          Struktur pendukung adalah susunan elemen-elemen ataupun komponen


bangunan yang mendukung struktur utama supaya dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik 

Banyak variasi pembebanan pada struktur bangunan. Beban-beban tersebut diatas


dapat ditentukan dan diberi kode atau tanda dalam perencanaan struktur. Beban
dibedakan menjadi:

·         Beban Mati adalah beratnya struktur sendiri.

·          Beban hidup adalah berat beban yang dapat berpindah-pindah atau


berubah arah seperti mesin, orang, penyekat fleksibel (partition), air hujan,
salju, dsb.

·         Beban Angin. STRUKTUR KONSTRUKSI I Lilik Setiawan

·          Beban Termis.

·          Gerakan bangunan akibat gerakan tanah.

·         Goyangan bangunan akibat gempa bumi.

·          Beban Dinamis. 
4 faktor yang harus diperhatikan dalam  perencanaan bangunan:

1.       Estetika, sebagai dasar keindahan dan keserasian bangunan yang


mampu memberikan rasa bangga kepada pemilknya.

2.       Fungsional, disesuaikan dengan pemanfaatan dan penggunaannya


sehingga dalam pemakaiannya dapat memberikan kenikmatan dan
kenyamanan.

3.      Struktural, mempunyai struktur yang kuat dan mantap yang dapat


memberikan kenikmatan dan kenyamanan.

4.       Ekonomis, pendimensian elemen bangunan yang proporsional dan


penggunaan bahan bangunan yang memadai sehingga bangunan awet dan
mempunyai umur pakai yang panjang. 

BAHAN-BAHAN UNTUK STRUKTUR BANGUNAN 

Batu Alam dan Bata Buatan  Batu alam adalah bahan yang tertua dipakai manusia
sejak mulai membangun rumah dan gedung-gedung pada jaman dahulu.
Pengelmpokan batu alam menurut asal jadinya adalah sebagai berikut:  Batu-batuan
dari pembekuan lahar. ƒ Batu-batuan dari endapan. ƒ Batu-batuan dari salah satu yang
disebut tadi atau campuran setelah mengalami perubahan. 

Kemudian disusul dengan batu buatan misalnya dari Portland Cement (PC) dan pasir
atau bata dari tanah liat. Guna meringankan berat dinding ada yang dibuat dengan
lubang ditengahnya, dengan lubang kecil biasa disebut dengan hollow bricks. 

Kayu  Adalah bahan konstruksi sejak jaman dahulu, kayu dimanfaatkan juga sebagai
bahan penghias interior. 

Baja Adalah bahan bangunan yang sangat diperlukan sekali baik sebagai struktur
utama maupun sebagai pendukung tambahan dalam beton bertulang. Bahan baja
dibuat dalam bermacam- macam bentuk dan ukuran untuk elemen-elemen struktur
bangunan. Hal-hal yang kurang menguntungkan perubahan bentuk relatif (akibat panas
ermis), tidak tahan panas api dan korosif, perawatan memerlukan biaya yang besar. 

Alumunium Campuran alumunium pada waktu sekarang belum dapat mengambil alih
semua macam baja sebagai struktur bangunan.  
Beton Telah dikenal Bangsa Romawi pada abad sebelum Masehi
Definisi Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan. Sistem Struktur
Defenisi sederhana mengenai system struktur dalam
hubungannyadengan bangunan ialah bahwa struktur merupakan
sarana untukmenyalurkan beban akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan
kedalam tanah. Struktur dapat juga didefenisikan sebagai suatu entitas fisikyang
memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatuorganisasi unsur-
unsur pokokyang ditempatkan dalam ruang yangdidalamnya karakter keseluruhan
mendominasi interelasi bagian -bagiannya.Secara singkat system struktur pada
bangunan merupakan bagianutama yangdemndkung bangunan agar dapat berdiri
kokoh.Sistem struktur pada bangunan berlantai dapat ditempatkan pada bagian:a.
Sub Struktur berupa pondasi yang diberada pada bagian bawah pondasiatau
didalam tanah, fungsi pondasi sebagai penerima gaya yang akan disalurkan
ketanah. b. Super Struktur berupa kolom, balok, plat lantai. Bagian ini berada pada 
bagian badan bangunan yang mana fungsinya sebagai penyalur gaya di
dalam bangunan.c. Up Struktur berupa kuda-kuda yang berfungsi sebagai
penopangmaterial penutupyaitu atap dan kuda-kuda juga berguna sebagai penyalur
beban dari atap.
!. Sistem Konstruksi
Defenisi system konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atauelemen
yangmenempel pada system struktur utama, sedangkan fungsi dari system
konstruksiadalahelemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban
secaralangsung.enempatan system konstruksi pada bangunan berlantai berada
pada:a. Super Struktur berupa tangga, dinding, plafond. !ungsi systemkonstruksi
yang beraada pada bagian super struktur adalah menyalurkan gaya-gaya kesystems
truktur bangunan.

 
Struktur Dan Konstruksi Bangunan3
 b. Upper Struktur berupa atap, listplank, talang air. !ungsi system konstruksiyang
berada pada bagian up struktur adalah penerima beban secara langsung. Bebanyang
diterima berupa beban angin dan hal ini terjadi pada system
konstruksiatap,sedangkan listplank berfungsi sebagai penrima beban angin dari
arahsamping atapsedangkan talang air berfungsi sebagai penyalur air hujan pada
atap dantalang air juga dapat berfungsi sebagai pembentuk atap.
B. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Da"am Arsitektur
Dalam bangunan berlantai system struktur dan konstruksi merupakan bagian
yangmemikul beban dan gaya-gaya baik dari luar yang terjadi pada atap, lantai
dandindingmelalui mekanisme pemikulan beban dalam ke tanah. Struktur dapat
dijadikansebagai prinsip perancangan yang dapat diatur dalam mekanisme
pemikulan beban.Dalam haltersebut dapat mengandung arti tindakan menetapkan
hirarki dan tatanansekaligusdari segi perwujudan ruang arsitektural dan tenaga
fisik.Sistem struktur dan konstuksi pada bangunan dalam bentuk
arsitektur,memilikifungsi sebagai penerima beban dan penyalur beban. "enis-jenis
beban yagditerima dandisalurkan dalam system struktur dan konstruksi pada
bangunan, adalah:#. Beban Statis dan DinamisBeban statis biasa juga disebut beban
stasioner atau beban bangunanyang
tak bergerak$diam. Beban ini dapat berupa beban yang bisa diperkirakanoleh
arsitekdalam merancang bangunan.Beban dinamis atau beban yang bergerak,
seperti dalam hal angin atausebuahlokomotif yang melintasi
jembatan, men gemukakan tugas-tugas perancangan
Cut and fill
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Contoh analisis sederhana cut and fill suatu lanskap yang diratakan

Cut and fill atau Gali dan urug adalah proses pengerjaan tanah di mana sejumlah massa tanah
digali untuk kemudian ditimbun di tempat lain. Perbedaan dengan pengerjaan tanah adalah, kedua
proses cut and fill dilakukan di satu lokasi yang menjadi target pengerjaan. Cut and fill cenderung
terencana sehingga jumlah tanah yang dibuang ke atau diambil dari tempat lain minimal sehingga
mengurangi biaya transportasi. Perencanaan cut and fill biasanya dilakukan setelah pengukuran
wilayah.
Untuk mitigasi polusi udara di jalan raya, umumnya jalan dibangun di atas tanah yang ditingkatkan
ketinggiannya dengan cara diurug (fill). Membangun jalan di area yang digali (cut) akan
menyebabkan polusi udara terkonsentrasi pada lokasi tersebut. Namun sebaliknya, jika polusi
suara terjadi maka akan lebih baik dihalangi dengan membangun jalan raya di area yang digali. [1]
JENIS PONDASI PADA LAHAN RAWA

21 OKTOBER 2014  ~ JOKOARSENAL

Nama   : Joko Dwi Prasetio

Nim     : 05021181320023

PEMILIHAN PONDASI PADA BANGUNAN RAWA


Pada sebuah bangunan rumah, pondasi merupakan bagian yang
tidak terlihat. Karena tidak terlihat maka sebagian orang
menganggap hal ini tidak penting. Padahal, jika ditinjau dari segi
kekuatan bangunan, pondasi menjadi ujung tombak dari kuat
tidaknya suatu bangunan.  Sedangkan dari segi estetika,  pondasi
tidak berperan sama sekali. Namun demikian tidak akan ada artinya
sebuah rumah yang indah tanpa didukung oleh pondasi yang kuat.
Kesalahan dalam penentuan pemilihan pondasi yang digunakan
akan membutuhkan biaya perbaikan yang sangat besar bila pondasi
rumah yang digunakan mengalami kegagalan/kerusakan.

Berdasarkan dari definisinya,  pondasi adalah bagian dari bangunan


yang letaknya paling bawah yang berfungsi meneruskan beban di
atasnya kepada tanah yang dipijaknya. Karena pondasi
berhubungan langsung dengan tanah, maka pemilihan pondasi akan
sangat dipengaruhi kondisi tanah  pada daerah tersebut.

Secara garis besar tanah dibagi tiga jenis :

1. Tanah Cadas (berbatu)


2. Tanah Liat (tanah sawah dan kebun)
3. Tanah Gambut (tanah rawa)
Untuk tanah cadas dan liat, biasanya tidak banyak masalah untuk
pondasi rumah, hal ini karena daya dukung tanah cadas dan liat
cukup besar serta mudahnya pengerjaannya. Sedangkan untuk jenis
tanah gambut/rawa, pengerjaan pondasi lebih sulit karena kita akan
berhadapan dengan volume air tanah yang sangat besar serta daya
dukung tanah yang sangat kecil.

Pondasi Yang Sesuai Untuk Bangunan Di Tanah


Gambut/ Rawa-Rawa
1. Pondasi Tiang Pancang Kayu
            Pondasi tiang pancang kayu merupakan pondasi yang
paling murah dari ketiganya, pondasi ini hanya sesuai untuk
bangunan sederhana sampai dengan bangunan permanen
bertingkat maksimum dua lantai. Untuk lebih dari dua lantai
digunakan pondasi tiang pancang beton dan sumuran.
Pada pondasi tiang pancang kayu yang harus diperhatikan
adalah posisi dari tiang pancang harus selalu terendam air
sepanjang tahun.  Pada musim kemaraupun,  pondasi ini harus tetap
terendam air.  Keberadaan air tersebut berfungsi melindungi kayu
dari zat asam yang dibawa oleh udara.  Dengan kondisi kayu yang
selalu terendam air sepanjang tahun maka kayu akan terlindung
dari kerusakan/kebusukan. Untuk bagian pondasi yang tidak
terendam air digunakan pondasi beton bertulang.
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan
sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Persyaratan dari tiang
pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu yang
dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat,
contohnya kayu belian.

Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum


dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut
memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan.
Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang
memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan
AASHTO M133 – 86 dengan menggunakan instalasi peresapan
bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia,
pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus
digunakan. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa
pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan
kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi
pelayanan.

Tiang Pancang Baja Struktur

Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil


baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat
digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan
akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250.

 
2. Pondasi Sumuran
            Pondasi sumuran merupakan urutan kedua termurah dari
ketiga jenis pondasi diatas. Pada pengerjaan pondasi sumuran,
digunakan cincin sumuran yang terbuat dari beton bertulang. 
Proses pengerjaan/pembuatannya dilakukan  di atas muka tanah. 
Setelah pondasi kering dan mengeras,  dilanjutkan dengan
penggalian lubang pondasi, tepat di bawahnya.  Setelah pondasi
masuk ke dalam tanah sampai ke lapisan tanah keras,  maka lubang
dari sumuran tersebut dicor dengan beton cyclope (campuran
semen pasir dan batu mangga).
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi tiang, digunakan apabila tanah dasar terletak
pada kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor
ditempat dengan menggunakan komponen beton dan batu belah
sebagai pengisinya.

Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang


atau beton pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan
jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan
diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.

Alasan Memakai Pondasi Sumuran


Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam perakteknya
terdapat beberapa kondisi yang dapat dijadikan alasan untuk
penggunaannya, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau
jenis pondasi langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian
tanahnya terlalu dalam & lebar).
2. Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi plat
beton akan sulit dilaksanakan karena air harus dipompa dan
dibuang ke luar lubang galian.
3. Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan tepat
untuk konstruksi yang tanah kerasnya terletak 3-5 m.
4.
3. PondasiTiang Pancang Beton
Pondasi tiang pancang beton memerlukan biaya yang sangat besar,
karena pengerjaannya memerlukan alat-alat berat. Memiliki
kemampuan yang besar dalam menahan beban. Biasanya
digunakan untuk bangunan bertingkat tinggi, yaitu lebih dari tiga
lantai.  Sangat jarang digunakan pada bangunan rumah tinggal
umumnya.
1. Tiang Pancang Beton
Tiang pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan
menjadi dua macam yaitu

– Cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang bor) dan

– Precast pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat


dipabrik).

Fondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan


baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena
tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton
adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi
tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan
timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Pemakaian
fondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian
antara adalah sebagai berikut ini :

Keuntungan nya yaitu :

1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat,


hasilnya lebih dapat diandalkan. Lebih – lebih karena
pemeriksaan dapat dapat dilakukan setiap saat.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang
pancang sehingga mempermudah pengawasan pekerjaan
konstruksi.
4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya
dukung vertikal.
Kerugian nya :
1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan
kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat di kota
dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya.
2. Pemancangan sulit, bila dimeter tiang terlalu besar
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan
penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung
khusus.
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya
akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama
Masyarakat di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan cerucuk
bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan rumah/gedung, bangunan
jalan, bangunan drainase/irigasi, bangunan break water dan bangunan lainnya. Pada akhir-akhir ini
cerucuk bambu dengan matras bambu  mulai banyak digunakan sebagai soil improvement untuk
dasar reklamasi pantai atau badan jalan di daerah rawa atau tambak.

Sampai saat ini para Engineer atau para teknisi geoteknik dalam perencanaan cerucuk belum ada
acuan yang jelas, sehingga dalam penerapannya didasarkan pangalaman masing-masing
Perencana, sehinga hasil perencanaan akan berdampak kurang aman atau terlalu aman sehingga
kurang efektif. Agar para Perencana dan Teknisi  merasa yakin dalam merencanakan konstruksi
cerucuk dan dapat diterima secara teknis, maka perlu metode atau pedoman perhitungan cerucuk
yang diakui oleh para ahli geoteknik. Untuk mendapatkan metode perhitungan tersebut perlu adanya
penelitian yang mendalam tentang analisis interaksi tanah lunak dengan cerucuk dan dibuktikan
dengan model di laboratorium atau skala penuh.

Sampai sekarang ini belum ada penjelasan ilmiah, bagaimana sistim cerucuk tersebut dapat
meningkatkan kapasitas daya dukung tanah dan dapat mengurangi penurunan tanah, akan tetapi
dalam praktek dilapangan telah menunjukkan  peningkatan daya dukung tanah lunak/lembek
bilamana menggunakan cerucuk bambu/dolken dengan jarak tertentu. Pengembangan cerucuk
nantinya harus lebih ekonomis, dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dapat dilaksanakan
dengan mudah dan dalam perencanaan dapat dengan mudah dipahami oleh para perencana.

Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan pedoman teknis “Tata cara
Pelaksanaan Pondasi Cerucut Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut” No.029/T/BM1999
Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jendral Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20
Desember 1999. Dari pedoman teknis tersebut tidak menjelaskan tentang Perencanaan.

Ide- ide Yang Mendasari

Menyadur dari suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional Conferention On Tall
Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur, 1998, menceritakan pengalamnya pada waktu
membangun gedung Laboratorium Unair Surabaya tingkat 4 (empat) dengan cerucuk bambu
berdiameter 12 cm dan panjang 4-5 meter. Sistem pemasangan cerucuk bambu betul- betul terlepas
dari struktur pondasi, adapun yang diharapkan adalah peningktan daya dukung tanah lunak yang
sangat kecil menjadi lebih besar, yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua kalinya. Dari hasil
pengalaman bapak Prof. Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting yang perlu dicatat yaitu :
 Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk bambu tersebut
akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat geser tanah secara keseluruhan akan
meningkat.
 Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk bambu 40 cm
dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25 kg/cm² dapat meningkat sampai 0,50
kg/cm².
 Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara ilmiah bagaimana
sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah  lunak perlu dikaji lebih lanjut,
akan tetapi dalam praktek dengan jarak cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya dukung 2 (dua)
kali lipat dari aslinya.
Studi daya dukung tiang cerucuk pada model skala kecil yang telah dilakukan oleh Abdul Hadi,
Tesis S2, 1990 ITB Bandung difokuskan pada daya dukung pondasi telapak bercerucuk dengan
ukuran 20 x 20 cm². Dengan konfigurasi jarak cerucuk dapat disimpulkan bahwa jarak tiang cerucuk
yang lebih dekat/pendek dan jumlah cerucuk semakin banyak maka akan terjadi peningkatan daya
dukung pondasi telapak yang cukup besar.

Evaluasi hasil percobaan daya dukung pondasi cerucuk ukuran 20x20 cm2, menunjukkan bahwa
model cerucuk 2 x 2 jarak 9 d (diameter), model 3 x 3 jarak 4,5d, model 4 x 4 jarak 3 d, model 5 x 5
jarak 2,25 d, model 6 x 6 jarak 1,8 d, tidak menimbulkan keruntuhan blok pondasi, maka daya
dukung  cerucuk dapat dihitung dengan menggunakan factor effisiensi. Untuk model 7 x 7 jarak 1,5
d, dan model 8x8 jarak 1,25 d, memberikan keruntuhan blok, maka daya dukung cerucuk dapat
dihitung sebagai blok tiang.

Yang cukup menarik dalam penelitian tersebut adalah adanya perubahan peningkatan cohesi
undrained (CU) pada pengukuran vane shear test yang dilakukan  pada tanah dalam box, dengan
jarak 7,5 cm dari sisi model pondasi cerucuk dan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. Melihat
kondisi ini berarti terdapat pemadatan tanah disekeliling kelompok tiang meskipun peningkatan nilai
kohesi undrained (Cu) relative kecil, akan tetapi pengaruh daya dukung tanah pondasi akan besar.

Studi Daya Dukung Tanah dengan Cerucuk Bambu di pantai Utara kota Semarang dilakukan oleh
Tim penelitii Universitas Katolik Sugiyapranata Semarang pada tahun 1995 (Ir. Y Daryanto dkk).
Penelitian tersebut merupakan lanjutan dari Abdul Hadi dengan skala penuh yang dilakukan di
daerah terboyo Semarang. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pondasi cerucuk bambu
tidak dapat dikatakan sebagai “Pondasi” tetapi lebih tepat merupakan perbaikan daya dukung  tanah
pendukung pondasi. 
Berikut adalah contoh desain pondasi cerucuk yang pernah kami kerjakan untuk pembangunan
beberapa Kantor di daerah Kendal dengan jenis tanah lunak.

Materi diatas bersumber dari semnar pondasi cerucuk yang pernah disampaikan oleh Ir Muhrozi,
MS (Ketua Labolatorium Mekanika Tanah Undip). Untuk mendapakan uraian yang lebih lengkap
tentang pondasi cerucuk, dapat download materi seminar di link beriku
Thursday, October 25, 2012

PONDASI RUMAH SEDERHANA PADA TANAH DAERAH


RAWA

Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dam atau
tanggul, dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya. Istilah pondasi
digunakan dalam teknik sipil untuk mendefinisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai
penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan diatasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang
cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban yang bekerja, gaya-gaya luar seperti tekanan
angin, gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang
diizinkan.

Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow
foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan
perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama
dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan
permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari
permukaan tanah.

Seperti telah dijelaskan diatas bahwasanya pondasi dibedakan atas dua bagian. Pondasi dangkal dapat
dibedakan atas beberapa jenis yaitu pondasi telapak, pondasi cakar ayam, pondasi sarang laba-laba,
pondasi gasing, pondasi grid, dan pondasi hypaar (pondasi berbentuk parabola-hyperbola). Sedangkan
pondasi dalam terdiri dari pondasi sumuran, pondasi tiang, dan pondasi caisson.

Pada perencanaan pondasi terlebih dahulu perlu diketahui susunan lapisan tanah yang
sebenarnya pada suatu tempat dan juga hasil pengujian laboratorium dari sampel tanah yang diambil
dari berbagai kedalaman lapisan tanah dan mungkin kalau ada perlu juga diketahui hasil pengamatan
lapangan yang dilakukan sewaktu pembangunan gedung-gedung atau bangunan-bangunan lain yang
didirikan dalam kondisi tanah yang serupa.

Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
sifat-sifat dan karakteristik tanah untuk keperluan rekayasa (engineering). Adapun tujuan dari
penyelidikan tanah ini pada umumnya mencakup maksud-maksud sebagai berikut:

1. Untuk menentukan kondisi alamiah dan lapisan-lapisan tanah di lokasi yang ditinjau;

2. Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturb) dan tidak asli (disturb) untuk mengidentifikasi tanah
tersebut secara visual dan untuk keperluan pengujian laboratorium;

3. Untuk menentukan kedalaman tanah keras;

4. Untuk melakukan uji lapangan (in situ field test) seperti uji rembesan, uji geser fane, dan uji penetrasi
baku;
5. Untuk mengamati kondisi pengaliran air tanah ke dalam dari lokasi tanah tersebut;

6. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah khusus perilaku bangunan yang sudah ada disekitar
lokasi tersebut.

Pondasi setempat (Single footing/Einzelfundament)

Pondasi ini umumnya dibuat pada bagian yang terpisah seperti misalnya di bawah kolom-kolom
pendukung (kolom struktur), tiang, dan sebagainya. Kemudian juga biasa digunakan pada konstruksi
bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu
alam massif yang bertarah atau balok beton bertulang yang pre-fabrikasi dan diletakkan di atas
permukaan tanah yang diratakan saja.

Ciri-ciri dari pondasi setempat ini adalah:

1). jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter ;

2). pondasi dibuat hanya di bawah kolom;

3). masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak digunakan untuk
mendukung beban.

Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:

1). pondasi pilar, dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.

2). pondasi sumuran, dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk ulat sampai kedalaman tanah keras,
kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar.

3). pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana yang umumnya dibuat dari rangka kayu dengan
dinding dari papan atau anyaman bamboo. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang penyangga.
Tiang ini satu sama lain dihubungkan dengan balok kayu yang dipasang di bagian bawah tiang yang juga
untuk menumpu papanpapan lainnya, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Untuk memelihara
pondasi, kayu dibuat keluar permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter.

Pondasi umpak dapat dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut:

a) pasangan bata yang disusun bertangga;

b) pasangan batu kali

c) cor beton tidak bertulang;

d) batu alam yang dibentuk menjadi lunak.

4). pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat


persegi, disebut juga “voetplat”.

c. Pondasi pelat (Plate foundation/ Plattenfundament)

Pondasi pelat beton bertulang biasanya seluas ukuran gedung yang direncanakan. Pondasi ini
membagi beban secara merata ke tanah bangunan. Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:

1). daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi;

2). raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter;

3). beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas;

4). pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air

dari bawah (tanah).

Permasalahan yang sering dihadapi pada konstruksi yang didirikan pada tanah lunak adalah
rendahnya daya dukung tanah pada saat pembebanan pada konstruksi tersebut. Kandungan air yang
tinggi pada tanah lempung dapat merenggangkan ikatan antar butir tanah sehingga daya dukung
terhadap konstruksi yang didirikan di atasnya menjadi rendah. Selain itu, penurunan yang berlebihan
dapat terjadi pada saat struktur yang dibebani.

Alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dengan memperbesar ukuran
pondasi atau memperbaiki kondisi tanah lunak tersebut, yaitu dengan menggunakan proses
elektrokinetik yang berfungsi untuk menurunkan kadar air tanah sehingga meningkatkan daya dukung
tanahnya. Oleh karena itu, daya dukung pondasi tiang juga menjadi meningkat.
 

TIPS & TRIK MEMBANGUN


BANGUNAN DI ATAS
LAHAN GAMBUT
Posted in Artikel, Geotextile | 

September 22, 2015


| Comment
Membangun sebuah bangunan di atas tanah/lahan gambut merupakan
pekerjaan yang tak dapat dibilang mudah. Tidak jarang banyak orang yang
memutuskan untuk menelantarkan lahan gambut hingga bertahun-tahun
tanpa adanya rencana utk membangun di kawasan tersebut.
Sebenarnya, terdapat metode yg dapat dilaksanakan agar mengakali lahan
gambut supaya bisa digunakan. Caranya adalah dengan memakai pndasi
cerucuk atau bisa juga dengan memakai Woven Geotextile.
1. Menggunakan pondasi cerucuk
Pondasi cerucuk merupakan pondasi yang terdiri dari susunan tiang-tiang
kayu yang memiliki diameter antara 8 m hingga 15 m. Langkah-langkah
untuk memasangnya adalah dengan memperkuat tanah dasar dengan cara
menimbun tanah baru yg lebih stabil.

Kemudian, siapkan kayu untuk ditancapkan dan selanjutnya ditancapkan


secara vertikal, setelah itu disatukan/dipadukan dengan cara diikat & dibuat
bidang yang datar untuk peletakkan pondasi.

Dengan memakai pondasi cerucuk, sehingga dapat memperkuat tanah


lunak, menjaga keseimbangan/stabiitas tanah agar mencegah terjadinya
longsor, dan juga dapat menambah kekuatan daya topang tanah.
Jenis kayu yang dimanfaatkan untuk metode ini di antaranya kayu gelam,
kayu betangor, kayu medang, kayu dolken, kayu ubah dan jenis kayu lainnya
yang tak mudah untuk rapuh apabila terendam oleh air dan juga tak mudah
patah apabila menahan beban yang berat.

2. Menggunakan Woven Geotextile

Metode kedua adalah dengan mengaplikasikan woven geotextile. Woven


geotextile merupakan lembaran-lembaran textile yg dapat menyaring,
melindungi serta memperkuat tanah.

Cara pengaplikasiannya adalah dengan meletakkan/ menggelarnya diatas


tanah yg lunak, gambut maupun basah. Dilakukannya hal ini, dengan tujuan
supaya tanah gambut, basah ataupun lunak itu tak dapat bercampur dgn
lahan stabil/ lahan timbunan yang berada di atasnya yg bisa menjadikan
bangunan yang telah dibangun ambruk.
Dasar-dasar konstruksi
bangunan (PONDASI)
A.BAGIAN BAWAH
a.PONDASI
a.I Pengertian Pondasi 
Pengertian umum untuk Pondasi Rumah adalah Struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan
langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang
mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di atasnya.

Kesimpulannya, pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar
pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai
keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai
dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai parameter
yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat
volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama.

Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah
yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar
akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.

Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

a.II Fungsi Pondasi


Pada dasarnya fungsi pondasi adalah untuk menyalurkan beban-beban yang bekerja diatas pondasi ke
struktur yang ada dibawahnya tanpa mengalami kerusakan. Pondasi harus direncanakan untuk menjamin
stabilitas dibawah pengaruh beban statis maupun beban dinamis. Meskipun beban dinamis yang bekerja
cukup kecil namun bekerjanya berulang selama periode waktu tertentu sehingga membutuhkan perhatian
khusus dalam perencanaan.
Ragam getaran yang terjadi pada pondasi dianalisa dengan metode lumped parameter system. Metode
ini menawarkan penambahan frekwensi alami untuk mengurangi getaran pada sistem dengan cara
mengatur konstanta pegas dan peredam.
Dimensi pondasi blok dengan panjang, lebar dan tebal masing-masing: 9 m, 4 m, dan 1 m memenuhi
kriteria perencanaan dimana amplitudo arah vertikal dan horisontal (0,0146 mm; 0,0313 mm) lebih kecil
dari batas ijin amplitudo arah vertikal dan horisontal (0,2 mm; 0,4 mm). Kombinasi beban statis dan
dinamis menghasilkan gaya-gaya yang diterima tanah berturut-turut: gaya arah vertikal dan horisontal
sebesar: 0,8032 t, 0,5356 t, rotasi arah x, y, z sebesar: 1,6907 tm, 2,2018 tm, 2,2371 tm dan getaran torsi
sebesar 10,0659 tm. Gaya-gaya tersebut mampu diterima tanah dimana total tegangan tanah sebesar
0,5316 Kg/cm2 masih lebih kecil dari tegangan ijin tanah sebesar 2,7375 Kg/cm2. Pondasi menggunakan
tulangan D16-100 pada sisi lebar maupun sisi panjang, D20 – 50 pada bagian atas, D22 – 50 pada dasar
pondasi, dan D18 – 100 sebagai tulangan bagi yang difungsikan untuk mengatasi efek susut dan suhu.
Pondasi dari suatu bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari bagian
bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian bangunan yang terletak di
bawah permukaan tanah berfungsi meneruskan beban atau gaya di atasnya dan termasuk berat pondasi
ke tanah di bawahnya. Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
1. Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang disebabkan muatan tegak ke
bawah.
2. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tanah antara lain, tanah
mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari
gempa bumi.
3. Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organic maupun anorganik.
4. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan
kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat
yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan
terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus dibongkar.
Tanah tempat konstruksi pondasi diletakkan harus cukup kuat. yang di dasarkan atas kekuatan tanah
atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-masing tempat, tidak
sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman tanah yang kuat
antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus dipasang konstruksi
pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan tanah keadaan ini tergantung pada
jenis susunan tanah setempat.

a.III Teknik Pondasi


Teknik Pondasi (ada juga yang mengeja teknik fondasi) adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan
jenis dan dimensi pondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja
dengan baik. Merupakan bagian dari ilmu Geoteknik.

Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya pekerjaan gakian tanah, hal ini dilakukan karena pada
umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal +/- 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil
dan tidak mempunyai daya dukung yang baik, oleh karena itu pada dasar pondasi tidak boleh diletakkan
lapisan tanah humus ini. Untuk menjaga kstabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang
besar, dasar pondasi harus diletakkan lebih dari 50 cm didalam permukaan tanah sampai mencapai
lapisan yang keras. Lebar galian tanah pondasi dibuat secukupnya asal bisa untuk memasang pondasi,
karena tanah yang sudah terusik akan berubah sifat maupun kekuatannya.

Prinsip kerja dari pondasi adalah seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip ditekan pada telapak tangan
akan terasa sakit, dan lebih mudah masuk kudalam daging, sedang jika ujungnya tumpul akan terjadi
sebaliknya. Pada pondasi hal demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi lebarnya kecil maka daya
dukung pondasi nya kecil sehingga bangunan lebih mudah ambles, sebaliknya jika dasar pondasi
mempunyai lebar yang besar maka daya dukungnya juga besar sehingga bangunan tidak medah ambles
didalamnya. Sehingga makin berat bangunan yang didukung makin besar daya dukng tanah yang
diperlukan sehingga lebar dasar pondasi juga makin besar.

a.IV Material pondasi


Disamping teknik strukturnya yang harus benar, mutu material pembuat pondasi dan beton juga harus
berkwalitas. Karakteristik dan sifat beton sangat tergantung dari design campuran dan kwalitas bahan-
bahan penyusunnya, setiap tahapan dalam proses produksi pondasi dan beton dilapangan memegang
peranan penting dalam menghasilkan pondasi beton yang berkwalitas antara lain :
Pasir dan koral : Kesalahan penempatan dan penyimpanan material, dapat menyebabkan menurunnya
kwalitas pondasi. Penempatan pasir dan koral harus sedemikian rupa jangan sampai tercampur oleh
bahan-bahan lain. Selain itu penggunaan landasan untuk stok material sangat dianjurkan agar dapat
mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang.
Semen : Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan dibawahnya di beri
landasan agar semen tidak langsung kena uap lantai, karena apabila uap mengenai semen,
mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian akan mengeras, berubah menjadi butiran butiran
kasar.
Persiapan dan Proses Pencampuran : Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas yang seragam, bahan-
bahan penyusun pondasi harus disiapkan dan ditakar dengan teliti karena akan mempengaruhi
homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanis, pencampuran
manual yaitu menggunakan tenaga manusia dengan peralatan cangkul dan skop, disarankan untuk
pekerjaan volume pondasi yang besar sebaiknya dilakukan dengan cara mekanis. Pencampuran mekanis
yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk mendapatkan campuran yang baik diperlukan minimal 50 kali
putaran mixer atau tidak kurang dari 1 menit untuk volume pengecoran 1 m3.
Kekentalan adukan : Harus disesuaikan dengan cara transportasi, cara pemadatan, jenis konstruksi yang
bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada berbagai hal. Jumlah
dan jenis semen, nilai factor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat serta bahan pembantu lain.

a.V Jenis-jenis pondasi


Pondasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
• Pondasi Dangkal (eng: Shallow Foundation, de: Flach- und Flächengründungen), di dalamnya terdiri
dari:
- Pondasi Setempat (eng: Single Footing, de: Einzelfundament)
- Pondasi Menerus (eng: Continuous Footing, de: Streifenfundament)
- Pondasi Pelat (eng: Plate Foundation, de:Plattenfundament)
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter
masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa
pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu,meneruskan beban dari dinding dan kolom
bangunan ke tanah keras.
• Pondasi KADAL (eng: Deep Foundation, de: Tiefgründungen). Digunakan untuk menyalurkan beban
bangunan melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras.
Contohnya antara lain Tiang Pancang, Tiang Bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat
berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya.contohnya: Pondasi Tiang Pancang (eng: Pile
Foundation, de: Pfahlgründungen)
• Kombinasi Pondasi Pelat dan Tiang Pancang (eng: Combination of Plate-Pile Foundation, de:
Kombinierte Platten-Pfahlgründungen-KPP)
Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan tergantung dari jenis tanah dan
beban yang bekerja pada lokasi rencana proyek.
1. Pondasi Langsung (STAHL)
Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan tanah atau sigma
tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50 Cm, kondisi air tanah cukup
dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya dipakai : batu kali, batu
gunung, atau beton tumbuk.
Pondasi poorplat dipergunakan pada kondisis tanah dengan sigma 
2. Pondasi Poor Plat
antara : 1,5-2,00 kg/cm2. Pondasi poorplat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai,
dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang. Untuk menetukan
dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton bertulang.
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti
bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
4. Pondasi Merata (Slab Foundation)
Pondasi merata dipergunakan pada kondisi tanah sangat lembek (lunak). Juga dipergunakan untuk
pondasi lantai bawah tanah/bassment suatu bangunan gedung.
5. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya
dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air 
tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah :
bamboo, kayu besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang.

a. Pondasi Tiang Pancang Kayu


Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung di daerah
Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.
b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise building). Pondasi tiang
pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi panjang tiang
pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang pancang beton cor di tempat dan
tiang pancang beton system fabrikasi.
Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalaman yang ditentukan dengan memasukkan besi tulangan
beton.
2) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem dipompakan dan
desakan/tekanan.
4) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah ditentukan.
a.VI Desain Pondasi
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan/ settlement tertentu oleh para
Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung
tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam
perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total(keseluruhan
bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial(sebagian pondasi saja yang turun /
miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung
pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana
ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-
perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik
membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
• Beban Horizontal/Beban Geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban akibat gaya
angin pada dinding.
• Beban Vertikal/Beban Tekan dan Beban Tarik, contohnya:
- Beban Mati (Beban mati : berat dari semua beban bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur
tambahan, pekerjaan pelengkap/finishing, alat atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
rangka bangunannya). contoh berat sendiri bangunan
- Beban Hidup (Beban hidup : berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah),
contoh beban penghuni, air hujan dan salju
- Gaya Gempa
- Gaya Angkat Air (eng: Lifting Force, de: Auftriebskraft)
• Momen
• Tors

Pengertian Konstruksi Bangunan


Diposting oleh Dedi Mulyono mulyono  on Kamis, 20 Maret 2014

Konstruksi Bangunan terdiri dari dua suku kata yaitu konstruksi  (construction)  yang berarti
membangun, sedangkan bangunan yang berarti suatu benda yang dibangun atau didirikan untuk
kepentingan manusia dengan tujuan, biaya dan waktu tertentu. Konstruksi bangunan berarti suatu
cara atau teknik membuat/mendirikan bangunan agar memenuhi syarat kuat, awet, indah,
fungsional dan ekonomis.

struktur berarti benda sedangkan konstruksi berarti teknik atau cara membuat (rekayasa).

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah


bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau
satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan
sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur
Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi
Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan, rumah, dan lain sebagainya) Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan,
tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan
lain yang berbeda.Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain,
atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya
diserahkan kepada mandorproyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan
lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

Bangunan dikelompokkan kedalam 4 kelompok yaitu:

1).  Bangunan Gedung yaitu: kantor, rumah sakit, hotel, rumah dan lain-lain.

2)   Bangunan Transportasi yaitu: jalan, jembatan, rel kereta api, terminal, pelabuhan,

     lapangan terbang dan sebagainya.

3)   Bangunan Air yaitu: bendungan, saluran irigasi, saluran drainase, bangunan bagi, gorong- 

     gorong dan sebagainya.

4)   Bangunan khusus yaitu: anjungan lepas pantai, menara jaringan listrik tegangan tinggi,  

     menara pemancar radio, TV dan sebagainya.

Secara umum konstruksi bangunan harus memenuhi 5 syarat yaitu:


1.  Kuat dan awet, dalam arti tidak mudah rusak sehingga biaya pemeliharaan relatip

    menjadi murah.

2. Fungsional, dalam arti bentuk, ukuran dan organisasi ruangan mememihi kebutuhan

    sesuai dengan fungsinya.

3.  Indah, dalam arti bentuknya enak dipandang mata .

4. Hygienis, dalam arti sirkulasi udara dan cahayanya cukup sehingga penghuninya merasa

    nyaman dan sehat.

5. Ekonomis, dalam arti tidak terdapat pemborosan sehingga pembiayaan menjadi relatif

   efisien dan efektif.

        Sistem Bangunan

Sebuah sistem dapat didefinisikan sebagai suatu susunan bagian-bagian yang saling
berhubungan atau saling tergantung satu sama lain yang membentuk sebuah kesatuan kompleks dan
berlaku untuk satu fungsi. Sebuah bangunan dapat diartikan sebagai wujud fisik dari beberapa sistem
dan subsistem yang saling berhubungan, terkoordinasi, terintegrasi satu sama lain sekaligus dengan
wujud tiga dimensinya, serta organisasi spasialnya secara utuh.

    Sistem Struktural

Sistem struktural sebuah bangunan dirancang dan dikonstruksi untuk dapat menyokong
dan  menyalurkan gaya gravitasi dan beban lateral ke tanah dengan aman tanpa melampaui beban yang
diizinkan atau yang dapat ditanggung oleh bagian-bagian sistem struktur itu sendiri.
a)    Substruktur atau struktur bawah: adalah struktur dasar yang membentuk fondasi sebuah

      bangunan.

b)    Struktur: berupa kolom, balok, dan dinding penopang menyokong struktur lantai dan

      atap.

c)   Superstruktur atau struktur atas: adalah perpanjangan vertikal bangunan di atas fondasi.

Dari elemen-elemen bangunan tersebut diatas, selanjutnya dapat disusun sedemikian sehingga sesuai
dengan fungsinya masing-masing dan seefisien mungkin, karena elemen yang satu terhadap yang lain
saling berkaitan menjadi satu kesatuan yaitu yang disebut gedung atau rumah.
     Sistem Selubung

Sistem selubung merupakan cangkang atau selimut bangunan yang terdiri dari atap, dinding eksterior,
jendela,  dan pintu.
    Atap dan dinding eksterior  melindungi ruang-ruang interior dari cuaca, mengkontrol

     kelembaban, panas, dan aliran udara dengan susunan lapisan komponen konstruksi.

    Dinding eksterior  dan atap juga meredam kebisingan, serta memberikan keamanan dan

     privasi bagi penghuni bangunan.

      Pintu memberikan akses fisik.

    Jendela memberikan akses terhadap cahaya, udara, dan pemandangan.

    Dinding interior dan partisi membagi ruang interior bangunan menjadi satuan ruang-

     ruang yang lebih kecil.

        Sistem Mekanikal

Sistem mekanikal bangunan memberikan pelayanan yang penting bagi bangunan, diantaranya:  
aa     Sistem pasokan air menyediakan air untuk konsumsi dan sanitasi penghuni.

bb      Sistem pembuangan air membuang limbah cair dan  zat organik ke luar bangunan.

cc       Sistem pemanas, ventilasi, dan AC (air conditioning) mengkondisikan keadaan ruang

 interior untuk kenyamanan penghuni.

dd    Sistem elektrikal mengendalikan, mengukur, melindungi sumber daya listrik bangunan

dan mendistribusikannya dengan aman untuk memenuhi kebutuhan

ee.  Sistem penerangan, keamanan, dan komunikasi Sistem transportasi vertikal (lift) membawa crane  dan
barang dari satu lantai ke lantai lain dalam bangunan bertingkat sedang Ban tinggi.

f.       Sistem kebakaran mendeteksi dan memadamkan api.

gf.    Struktur bangunan bertingkat tinggi mungkin memerlukan  sistem pembuangan limbah

 serta sistem daur ulang.

Gb.kontruksi rumah dari kayu


Gb.kontruksi rumah dari baja

2.  Jenis-jenis Bangunan

Bangunan sebagai suatu benda hasil karya orang umumnya besar dan mempunyai bobot yang
tinggi serta dikerjakan oleh orang banyak. Mengingat banyaknya macam bangunan dalam bidang teknik,
maka dapat dibedakan menjadi jenis-jenis sebagai berikut :

aA.     Bangunan kering, yang diantaranya adalah gedung, rumah, jalan, pabrik, tempat ibadah , dan    

         lain-lain.

bB.       Bangunan basah, yang diantaranya adalah saluran air, menara air, dermaga, pelabuhan, bendungan, 
saluran irigasi dan lain sebagainya.Mengingat ruang lingkup dan jenis bangunan yang cukup luas, maka
dalam materi ini hanya akan dibahas ilmu bangunan gedung saja.

3.  Bagian-bagian Bangunan Gedung

Setiap bangunan merupakan susunan sesuatu yang terdiri dari komponen-komponen yang
saling berhubungan antara satu dengan lainnya agar mendapatkan konstruksi yang stabil.

Ditinjau dari sisi susunannya, bagunan gedung dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu sebagai berikut:

1.3.1.   Bagian bawah

Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan lantai atau bagian bangunan
yang ada di dalam tanah, seperti balok beton (sloof), kolom beton dan pondasi. Bangunan bagian bawah
ini berfungsi untuk menahan semua beban bangunan yang berada diatasnya termasuk beratnya sendiri.

1.3.2.   Bagian tengah

Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas balok beton (sloof), seperti dinding, pintu 

dan jendela.

1.3.3.   Bagian atas

Yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas dinding (pasangan bata), seperti plafond, 

balok cincin (ring balk), rangka atap dan penutup atap.

  Struktur   bangunan   adalah komponen penting dalam arsitektur.


Untuk melindungi  suatu ruang terhadap iklim dan bahaya –bahaya yang ditimbulkan oleh alam.

Menyalurkan beban ke dalam tanah 

Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen
yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Beban dibedakan dalam beberapa arti :

Beban Gravitasi : Tegak Lurus Kebumi, vertikal ke bumi, beban yang secara alami dimiliki oleh  

                              setiap benda di muka bumi.


Beban Lateral atau Horizontal :Tegak Lurus terhadap beban gravitasi atau mendatar relatif

                                                   sejajar permukaan bumi.


Pembagian beban berdasarkan sebabnya :

1. Beban yang disebabkan Alam (Geofisika)


    Arus dan Gelombang air, geothermal-uap dan gas, angin, gempa tektonik dan vulkanik, hujan,      

     salju, dsb.
2. Beban yang disebabkan Buatan Manusia (Man Made)
    getaran kendaraan, suara buatan, ledakan bom, nuklir, benturan, pukulan, dsb.
Perbedaan beban hidup dan beban mati

Beban Mati

1.  Berat Sendiri – Struktur dan Seisinya


2. Sifatnya Permanen – Tetap, Statik
3. Beban mati dapat dihitung dengan akurat – material dan komponennya jelas.

Contoh :
 Struktur dinding, lantai, atap, plafon, perlengkapan Sistem Mekanikal Elektrikal

Beban Hidup
1. Salju, Air hujan, Es
2. Tekanan Air,Tanah, dan Air Tanah
3.  Beban Angin

Beban Gempa ;

1.  Pergeseran pada Patahan/plate 


2. Tanah Longsor, Tanah Turun pada lapisan bawah
3. Tsunami
4. Beban Termis – Panas, Memuai dan Pemuaian
5. Beban Ledakan – Nuklir, Super Sonic
6. Sifatnya Berubah atau Temporari atau Semi Permanen
7. Beban Hidup terkadang sukar diprekdiksi arah dan besarnya
8. Besaran dapat berubah menurut Waktu dan Tempat
9. Beban Hidup dapat bekerja secara Statik ataupun Dinamik

Contoh :
Orang, Perabot Interior-Furnitur, Dinding Partisi, Sebagian Perlengkapan Mekanikal (tangki air, pipa, dll).

Konsep dasar sistem struktur :


Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mendisain struktur adalah
Pola Geometrikbentuk geometrik diperlukan untuk kemudahan dalam hal ;
organisasi fungsi ruang,
visual,
stabilitas, 
d.distribusi beban.

Pola dan Koordinasi Modul


untuk memudahkan dalam mendisain, pelaksanaan lapangan dan perhitungan-perhitungan sruktur

1.  Modul Perencanaan (Ruang/Arsitektural)


2. Modul Struktur
3. Modul Bahan/Material
4. Modul Utilitas
5. Modul Perlengkapan Furnitur

Pola Struktur

1. Pola/Modul Grid, garis-garis kotak lurus


2. Pola Radial/Memusat
3. Pola Abstrak/tidak berbentuk
4. Pola Gabungan

Elemen – elemen dasar struktur :

Struktur Vertikal ;
  Kolom Murni ; perletakan kolom (Lihat Lampiran Gambar)
  b.Letak kolom dengan pengulangan secara merata
  c.Letak kolom ditepi,
  d.Ditepi dan ditengah
  e Letak kolom terpusat
  Dinding Murni ; Lihat Lampiran Gambar)
  g Dinding Lurus/Linear
  h Dinding Siku/Tekuk
  i Dinding Core Terbuka
  j Dinding Core Tertutup
  k Gabungan/Kombinasi
  l Kombinasi antara kolom, dinding-dinding
  m. Dapat diletakkan tegak, miring atu kurva

Elemen Struktur Horizontal ;

1.   Plat Lantai ; (Lihat Lampiran Gambar)  


2. Plat Beton Slab (Solid)
3. Plat Wafel
4. Plat Komposit (Steel Deck - Bondex)
5. Plat Berongga (Hollow-core concrete slabs)
6. Atap Datar
7. Dak Beton
8. Steel Deck
9. Komposit/Kombinasi
10. Balok-Balok ; (Lihat Lampiran Gambar)
11. Balok Paralel; satu arah (oneway) dan dua arah (two way system)
12. Balok dengan susunan Radial
13. Balok dengan susunan Diagonal
14. Balok dengan susunan Kombinasi (Hibrid)

Elemen Dasar Struktur menurut Bentuk Geometrik


  Elemen Garis Lurus (Balok dan Kolom) – merupakan elemen struktur satu dimensi.
  Elemen Bidang Datar (Flat Surface Structure/Slab)
  Elemen Lipat/Patah dan Lipat Kurva ( “Folded and Curved Line“)
  Elemen Dinding Lengkung dan Dinding Miring
  Elemen Permukaan Lengkung (“Curved Surface“)

Sistem Struktur Penahan Beban Lateral


Pada dasarnya untuk menahan beban vertikal ; kolom struktur dan sistem pondasi adalah yang utama.
Dasar untuk menahan beban lateral/horizontal dapat dipecahkan dengan cara ;
o Membuat sambungan jepit sempurna (rigid frame) pada sistem struktur rangka ;
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada bagian kolom dengan sistem pondasi/tanah.
o Mendisain sambungan jepit sempurna pada kolom dan balok, baik sebagian maupun keseluruhan  
   sistem portal.
o Menggunakan ikatan diagonal (bracing) pada struktur rangka.
o Menggunakan dinding panel (dinding geser/“shear wall“) pada sistem struktur rangka atau dinding 

   geser murni (menerus)


o Menggunakan Kombinasi dari ketiga sistem diatas

Sistem Struktur Portal (Single-Storey Skeleton Structure)

Elemen dasar struktur portal adalah berupa elemen batang yang disusun/dirakit sedemikian rupa
menjadi “Balok dan Kolom” (“Post and Lintel/Beam”). Elemen Batang disebut juga sebagai elemen
garis /satu dimensi.

Hubungan Sistem Rangka dapat dibentuk atas dasar :


o Susunan rangka dengan ikatan jepit sempurna/hubungan kaku (“rigid”)antara elemen-elemen 

   batang yang tersusun.


o Susunan rangka dengan ikatan sendi/engsel (“pin”, “hinge”) dengan konsep dasar susunan berupa 

   ‘truss”segi tiga.
o Susunan kombinasi keduanya

          Sistem portal dapat disusun satu buah (“single”) atau multi level(“multibay”-bersusun dengan
mengulangan). Sistem rangka dapat disusun dan dikembangkan dengan arah susunan ;
 Paralel
 Radial, dengan cara dirotasi
 Bentuk-bentuk susunan bebas

sumber diambil dari google/internet

Struktur Harus Kuat, Kaku, dan Stabil

3 Parameter Desain Struktur Kekuatan, Kekakuan, dan Kestabilan

Ini adalah tulisan ringan hanya sebagai pengetahuan pembaca dalam mendesain suatu system struktur.
Disini penulis tidak akan membahas detil perhitungan dalam desain struktur, namun akan menjelaskan
secara umum saja.

Dalam melakukan suatu desain struktur ada beberapa parameter desain yang wajib harus dipenuhi
sebagai persyaratan kelayakan struktur itu bisa dibangun. Berdasarkan pengalaman penulis, parameter
desain struktur itu ada 3 yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan dari system struktur. Bila salah satu
dari parameter tersebut tidak dipenuhi maka struktur dianggap tidak layak untuk dibangun. Berikut
adalah penjelasn dari masing-masing parameter tersebut :
1.      Kekuatan

Kekuatan berkaitan erat dengan gaya dalam yang terjadi terhadap kapasitas dari material yang dipakai
pada strukturnya. Perhitungan kekuatan yang umum ya bisa didasarkan kepada beban service nya
menggunakan metode Allowable Stress Design (ASD) dan terhadap beban ultimatenya menggunakan
Load Resistance Factor Design (LRFD). Biasanya ini adalah parameter utama untuk menentukan struktur
itu kuat atau tidak.

2.      Kekakuan

Kekakuan berkaitan dengan kondisi layan dari system struktur tersebut, kenyamanan dari dari pengguna
dikemudian hari. Parameter kekakuan dilihat dari deformasi system struktur yang terjadi akibat beban
yang bekerja, defleksi, rotasi dan translasi. Sudah ada batasan-batasan untuk parameter tersebut di SNI,
misalnya untuk defleksi strukur yang berhubungan dengan suatu hal yang akan rusak akibat lendutan
yang besar dibatasi sebesar l/360 dan untuk struktur yang boleh melendut dan tidak memberikan
pengaruh apa-apa boleh melendut sebesar l/240.

Memangnya ada struktur yang kuat tetapi tidak kaku? Ada.. misalnya

-          Sling atau cable baja, material yang punya kuat tarik sampai 1000 MPa tetapi sama sekali tidak punya
kekakuan.

-          Rod atau batang baja yang hanya bisa menerima gaya tarik saja.

-          Pelat baja yang berlaku sebagai membrane

-          Member baja yang terlalu panjang terhadap jari-jari girasinya

3.      Kestabilan Sistem Struktur

Berbeda lagi dengan kekakuan, ada lagi istilah yang disebut kestabilan. Jadi kestabilan itu adalah
perilaku struktur dilihat dari geometrinya, jenis sambungan antara member nya,  tumpuan yang
dipakainya, dan juga keseimbangan dari bebannya yang bekerja. Suatu system struktur bisa saja kuat,
kaku tetapi tidak stabil. Kalau kekakuan kan musuhnya defleksi, translasi, atau rotasi sebagian dari
system strukturnya, kalau kestabilan itu musuhnya displacement keseluruhan system struktur terhadap
kondisi awalnya.

Untuk lebih memudahkan dalam memahami ketiga parameter di atas, berikut adalah contoh contoh
model struktur dan penjelasan terhadap ketiga parameter tersebut.
Struktur di atas kuat, kaku, dan stabil.

Struktur kuat, kaku, tapi tidak stabil, karena tumpuannya rol-rol nanti strukturnya bisa geser kemana-
mana
Struktur di atas kuat, dan stabil, tetapi tidak kaku terhadap geometrinya
Nah untuk jadi kaku, ya tinggal ditambah pengaku pengaku saja

Itu kan batangnya awalnya biru semua, lalu kita optimasi dengan mengecilkan batang-batangnya, nanti
sampai batas tertentu maka aka nada batang yang tidak kuat… kaku, stabil, tetapi tidak kuat.

Setiap jenis penutup atap punya kelebihan dan kekurangangnya masing-masing. Anda bisa memilihnya
dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk dan umur rencananya masing masing.
Berikut saya akan bahas beberapa jenis yang paling popular saat ini :
Atap sirap

Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini umur kerjanya
tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu besi yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup
atap jenis ini bisa bertahan antara 25 tahun hingga selamanya. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah
rumah bergaya country dan yang menyatu dengan alam.
Atap genteng tanah liat tradisional
Material ini banyak dipergunakan pada rumah umumnya. Gentang terbuat dari tanah liat yang dipress
dan dibakar. Kekuatannya cukup. Genteng tanah liat membutuhkan rangka untuk pemasangannya.
Genteng dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling
mengunci dan mengikat.
Warna dan penampilan genteng ini akan berubah seiring waktu yang berjalan. Biasanya akan tumbuh
jamur di bagian badan genteng. Bagi sebagian orang dengan gaya rumah tertentu mungkin ini bisa
membuat tampilan tampak lebih alami, namun sebagian besar orang tidak menyukai tampilan ini.
Atap Genteng Keramik

Bahan dasarnya tetap keramik yang berasal dari tanah liat. Namun genteng ini telah
mengalami proses finishing yaitu lapisan glazur pada permukaannya. Lapisan ini dapat diberi warna yang
beragam dan melindungi genteng dari lumut. Umurnya bisa 20 – 50 tahun dapat ditanyakan ke
distributor. Aplikasinya sangat cocok untuk hunian modern di perkotaan.
Atap genteng beton
Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah tradisional, hanya bahan dasarnya adalah
campuran semen PC dan pasir kasar, kemudian diberi lapisan tipis yang berfungsi sebagai pewarna dan
kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan hampir selamanya, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan
bertahan antara 30 tahun hingga 40 tahun.
Atap seng

Atap ini sebenarnya dibuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan zinc secara
elektrolisa. Tujuannya untuk membuatnya menjadi tahan karat. Jadi, kata seng berasal dari bahan
pelapisnya. Jenis ini akan bertahan selama lapisan zinc ini belum hilang, yang terjadi sekitar tahun ke-30-
an. Setelah itu, atap akan mulai bocor apabila ada bagian yang terserang karat.
Atap dak beton
Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton. Banyak digunakan
pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Konstruksinya yang kuat memungkinkan untuk
mempergunakan atap ini sebagai tempat beraktifitas. Contohnya menjemur pakaian dan bercocok tanam
dengan pot.
Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi. Maka perlu pengawasan pada pengecoran dan
pemakaian waterproofing pada lapisan atsanya.
Atap Genteng Metal

Bentuknya lembaran, mirip seng. Genteng ini ditaman pada balok gording rangka
atap, menggunakan sekrup. Bentuk lain berupa genteng lembaran.
Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan genteng tanah liat hanya ukurannya saja yang lebih besar.
Ukuran yang tersedia bervariasi, 60-120cm (lebar), dengan ketebalan 0.3mm dan panjang antara 1.2-
12m.
Genteng Aspal
Bahan meterial yang satu ini dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada
dua model yang tersedia di pasar. Pertama, model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada
rangka. Multipelks dan rangka dikaitkan dengan bantuan sekrup. Genteng aspal dilem ke papan. Untuk
jenis kedua, model bergelombang, ia cukup disekrup pada balok gording.
Pemakaian atap kaca semakin popular untuk mendapatkan penerangan alami dalam rumah pada siang
hari. Biasa dipakai pada bagian rumah yang tidak mendapatkan cahaya langsung dari jendela atau
sebagai aksen yang melengkapi design sebuah rumah. Bentuknya pun bermacam macam, ada yang
berbentuk lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.

Atap Polycarbonate

Atap ini berbentuk lembaran yang besar sehingga dimungkinkan untuk luasan
yang besar tanpa sambungan. Keunggulan polycarbonate lebih ke kualitas material dan besarnya daya
reduksi thd radiasi matahari. Biasanya dipakai pada kanopi atau atap tambahan.
Pemasangan polycarbonate mudah dan cepat, namun harganya memang lebih mahal dari atap atap
lainnya.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan bahan bangunan sekarang ini, masih banyak
penutup atap lain yang tidak dapat saya jabarkan satu persatu. Semua dapat dipertimbangkan sesuai
kebutuhan dan budget yang tersedia

Berikut ini adalah beberapa fungsi atap yang lebih khusus (spesifik):

1.    menerima beban oleh bobot sendiri, yaitu beban kuda-kuda dan bahan pelapis berarah vertikal
kemudian meneruskannya pada kolom dan pondasi

2.    menahan tekanan angin muatan yang berarah horizontal pada gevel

3.    menerima panas oleh sinar matahari dan menahan suhu agar tetap dingin di ruang bawah
atap dan menyerap panas tersebut dalam konsep arsitektur tropis

4.    menghindari masuknya air hujan


Gambar konstruksi kayu untuk rumah tinggal dengan bentangan yang cukup lebar, sekitar 10
meter.

Atap yang sudah biasa ditemui pada rumah-rumah di Indonesia adalah atap dengan konstruksi
kayu. Belakangan ini marak penyedia konstruksi atap berbahan baja ringan. Baik konstruksi atap
kayu maupun baja ringan memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Perbandingan
menggunakan atap kayu dan baja antara lain:

ATAP KONSTRUKSI KAYU

Kelebihannya:

Atap konstruksi kayu masih diminati banyak orang

Merupakan bahan yang mudah didapatkan di mana saja di toko toko material

Merupakan bahan bangunan yang banyak dikuasai oleh tukang lokal

Bahan kayu dapat dibentuk, dipotong, dan digunakan secara fleksibel (dapat diukur, dipotong,
dibentuk melengkung, dan sebagainya)

Kekurangannya:

Atap kayu mudah terbakar, dan bisa dimakan rayap

Material kayu bisa mengembang atau menyusut

Bentang atap dengan konstruksi kayu seringkali terbatas karena ukuran kayu di pasaran adalah 4
meter.

Kayu makin sulit didapatkan, akibatnya harganya makin mahal.

ATAP BAJA RINGAN

Kelebihannya:

Merupakan material baru yang makin diminati

Bahan ini dapat dibuat dengan bermacam bentangan (panjang atau lebar atap)

Merupakan bahan yang bila dirancang dengan benar, akan lebih kuat dari atap kayu, serta lebih
aman.

Material ini lebih awet, tidak bisa dimakan rayap

Material baja ringan lebih tahan api

Lewat kontraktor khusus atap baja ringan, pengerjaan atap menjadi lebih cepat.

Bahan baja ringan sudah diberi lapisan anti karat

Kekurangannya:
Atap baja ringan harus dibuat oleh kontraktor spesialis yang biasa membuat konstruksi atap baja
ringan, dan tidak bisa dibuat sembarangan tukang.

Harga per meter atap baja ringan lebih mahal.

Here are some of functions of roof:

1. carries load of itself, ie the load of vertical directional sheathing and then pass them
on to the column and foundation 
2. withstand the pressure of wind load on the horizontal directional gevel 
3. receive heat from the sun and holding the temperature to stay cool in the room
underneath and absorb heat in the tropical architecture concept 
4. prevent rain water to enter the building

Wood construction drawings for a house to live with a fairly wide stretch, about 10
meters.

Roof which is commonly encountered used for houses in Indonesia is the wood
construction type of roof. Recent construction material of roof are made of lightweight
steel roofing. Both wood construction and lightweight steel roof has its own
disadvantages and their own strengths. Comparisons of roof using wood and steel roof,
are:

WOOD CONSTRUCTION ROOF

It features:

 Timber roof construction is still preferred by lots of people


 Material is readily available anywhere in the material stores
 Building materials is controlled by many local builders
 Wood materials can be formed, cut, and is used in a flexible (can be measured,
cut, shaped curved, etc.)
Cons:

 Flammable wooden roofs, and can be eaten by termites


 Wood materials can expand or shrink
 Spans of the roof with wood construction is often limited because the size of
timber in the market is 4-5 meters.
 Timber is more difficult to get, and the more expensive

LIGHTWEIGHT STEEL CONSTRUCTION ROOF


It features:

 New material that is increasingly in demand


 These materials can be made with a wide expanse (length or width of the roof)
 It is a material that if designed properly, will be stronger than wooden roof, and
more secure.
 This material is more durable, can not be eaten by termites
 Lightweight steel material is more fire resistant
 Through a special contractor lightweight steel roof, the roof work can be more
quickly.
 Lightweight steel materials have been given anti-rust coating
Cons:

 Lightweight steel roof must be made by a specialist contractor who used to make
lightweight steel roof construction, and can not be made by haphazardly workers
 Price per meter lightweight steel roof is more expensive.
LEBIH JAUH TENTANG KONSTRUKSI ATAP
KAYU
Atap dengan konstruksi kuda kuda kayu termasuk paling banyak digunakan di negeri kita. Selain
karena material kayu yang sangat mudah didapatkan di toko toko material, konstruksi kayu juga
dikuasai oleh tukang tukang lokal. Tahukah Anda bahwa konstruksi kayu yang dipakai di
kebanyakan bangunan di Indonesia saat ini, tekniknya didapatkan dari bangunan bangunan kolonial
Belanda?

Konstruksi kayu model Belanda ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar konstruksi kayu yang diadaptasi dari sistem konstruksi kayu dari Belanda. Klik untuk
memperbesar

Konstruksi kayu ini terdiri dari:


Kuda-kuda
Kuda-kuda terdiri dari kuda penopang (kayu-kayu diagonal bagian pinggir) yang menyalurkan gaya
tekan, balok dasar pada kuda-kuda (kayu horizontal di bagian bawah) yang berfungsi sebagai
penahan gaya tarik, serta tiang tengah (kayu vertikal) yang mendukung balok bubungan dan
menerima gaya tekan.

Prinsip dasar kuda-kuda kayu adalah menyalurkan gaya yang bekerja padanya kepada kolom atau
dinding bangunan rumah. Bentuk kuda-kuda yang segitiga bertangkup merupakan bentuk yang
sangat stabil atau tidak mudah berubah bentuk.

Dalam menentukan kemiringan atap berkaitan dengan konstruksi atap kasau, masing-masing
pasangan kasau dan balok kuda-kuda (batang tarik) membentuk suatu segitiga. Makin besar sudut
kemiringan atap, makin mudah beban atap disalurkan. Oleh karena itu, sudut kemiringan atap
tersebut sebaiknya tidak kurang dari 30 derajat

Gording, usuk dan Reng


Gording adalah balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda. Gording menahan beban dari
kayu usuk dan reng sebagaimana bisa kita lihat pada gambar ilustrasi diatas. Usuk menahan kayu
reng. Kayu reng menahan atau menjadi pijakan meletakkan genteng di bagian atasnya.

Usuk dan Reng dibutuhkan bila atap menggunakan genteng. Bila atap menggunakan penutup seng
atau asbes, maka tidak perlu menggunakan usuk dan reng, langsung saja asbes atau seng diletakkan
diatas gording.

MORE ABOUT ROOF WOOD CONSTRUCTION 


Roof with wood construction of are among the most widely used in our country. In addition to its
wood materials that are readily available in stores materials stores, wood construction is also
controlled by local workers. Do you know that wood construction used in most buildings in
Indonesia today, the technique is derived from Dutch colonial buildings?

Wood construction of this Dutch model can be described as follows:

Figure of the adapted wood construction systems from the Netherlands.

This wood construction consists of:

The principal rafters 


The principal rafters consists of rafters sustainer (diagonal timber block), which hold the
pressing force, the basic block on the rafters (the horizontal timber at the bottom) that
functions as a drag force of stretch, and the middle pillar (vertical wood) that supports
the block ridge and receive pressure.

The basic principle of wooden principle rafters is distributing forces acting on it to the
column or the wall building. The Form of principla rafters usually triangle, which is a
very stable form or not easily changed shape.
In determining the slope of the roof construction related to the roof beams, each pair of
rafters and beams rafters (pull rod) is made to form a triangle. The greater the angle of
the roof, the roof load can be more easily distributed. Therefore, the roof slope angle
should be no less than 30 degrees

principal battens, common rafters and common battens 


Principal battens are horizontal timber that is located above the principal rafters.

common rafters and battens needed when using a tile roof. When using the zinc roof or asbestos,
there is no need to use common rafters, asbestos simply placed over the battens.

KONSTRUKSI KAYU DALAM GAMBAR KERJA

Gambar kerja arsitektural potongan dengan konstruksi kayu. Klik untuk memperbesar

Terlihat pada gambar diatas, adalah gambar potongan atap pada gambar kerja. Bagian-bagian atap
seperti kuda-kuda, gording, usuk, dan sebagainya bisa dilihat pada gambar tersebut.

Gambar kerja rencana atap. klik gambar untuk memperbesar.


Gambar diatas menunjukkan gambar kerja presisi untuk rencana atap model pelana. Bagian-bagian
atap dilihat dari atas dapat dilihat pada gambar tersebut.

Jenis kayu yang biasa digunakan untuk konstruksi atap antara lain:

–    kayu rengas burung

–    kayu duren

–    kayu salimuli

–    kayu sindur atau tampar atau hantu

–    kayu perupuk talang atau perupuk rawang

–    kayu meranti, atau nama setempatnya : damar, seraya, ketuko, kalup, lampong, lanan

–    kayu merawan (Sumatra) atau nama setempatnya : bangkirai bulan, nyerekat, damar putih
(Kalimantan)

–    kayu mersawa atau nama setempatnya : tenam (Palembang), mersawa, keruing, sesawa (Riau)

–    kayu sintok / kapur (Kalimantan Tenggara)

–    kayu berangan / tunggeureuk / saninten / kihiur (Sunda)

–    kayu bitangur, kapurnaga / bunut (Sumatra) / nyamplung (Jawa) / nangui / penaga
(Kalimantan) / kapuracha

–    kayu kisereh / medang lesah (Sum) / medang rawali (Kal tenggara) / gadis kipedes (Sunda)

–    kayu bungur

–    kayu mahoni daun kecil

–    kayu mindi (Sunda) / gringging

–    kayu sonokeling/ palisander (Jawa)

–    kayu gempol (Jawa) / klepu pasir

–    kayu bayur (Mal.) / bayot (Sarawak)/ bayoh(Phil.)

–    kayu Gofasa / leban (Mal.)/ molave (Phil.)

–    kayu sungkai (Sum.,Kal.) / Jurus (Kal. Tengg) / Jati sabrang (Jawa)

________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.
Bahan Bangunan Untuk Dinding
Sebelum membangun rumah atau renovasi kita perlu membuka wawasan kita seluas-luasnya tentang material
bangunan. Ini dimaksudkan agar kita bisa mendapatkan material yang sesuai dengan kebutuhan dan dana yang kita
punya. Salah satu yang memakan biaya dan waktu dalam pembuatan rumah adalah pembuatan dinding. Dinding
merupakan suatu elemen penting sebuah rumah yang berfungsi untuk memisahkan atau membentuk ruang. Dinding
dapat dibuat dari bermacam-m
acam material sebagai berikut :

Dinding Batu Bata

Material ini paling banyak digunakan di Indonesia. Hampir di setiap tempat bahkan pelosok
desa terdapat pembuat batu bata. Bahan baku tanah liat yang mudah didapat dan proses pembuatan yang
sederhana membuat harganya menjadi relatif murah. Ukuran yang biasa ada di pasaran adalah 25 x 12 x 5 cm atau
kurang. Dinding dari pasangan batu bata umumnya dibuat dengan ketebalan ½ batu dan minimal setiap jarak 3 m
diberi kolom praktis sebagai pengikat dan penyalur beban. Dinding batu bata biasanya dipakai sebagai konstruksi
non struktural yang tidak menahan beban.

Dindin
g Batako.

Untuk menghemat biaya pembangunan rumah, alternatif pemakaian batako banyak


digunakan di banyak tempat. Selain harganya lebih murah per meternya, dimensi yang lebih besar dan berlubang
dapat menghemat 75% plesteran dan 50% beban dinding. Dan tentu saja pelaksanaan pekerjaannya pun menjadi
lebih cepat. Batako terbuat dari campuran tras, kapur, pasir dan semen. Kekuatannya tentu lebih rendah dari pada
batu bata. Batako yang berkualitas rendah akan mudah pecah karena kadar semen y
ang sedikit. Ukuran yang umum di pasaran adalah 40 x 20 x 10 atau kurang.

Dinding Bata Ringan

Bata ringan adalah salah satu jenis beton ringan aerasi yang mulai dikenal di Indonesia pada
tahun 1995. Kelebihannya adalah bobotnya yang jauh lebih ringan dari batu bata ataupun batako. Biasa digunakan
untuk bangunan bertingkat untuk mengurangi pembebanan sehingga biaya pondasi menjadi lebih kecil. Dimensi
yang besar yaitu 60 x 20 x 10/7,7 cm menjadikan pekerjaan dinding cepat selesai. Ukurannya yang presisi juga
hanya membutuhkan speci yang sangat tipis. Kelebihan yang lain adalah kemamampuannya untuk menahan panas
dan suara.Dari segi harga sampai saat ini masih lebih mahal dari batu bata. Namun pekerj
aan pemasangan yang cepat dapat menghemat upah tukang.
Dinding Kayu

Karena langka dan mahalnya kayu dewasa ini, mungkin jarang sekali rumah yang memakai
dinding jenis ini. Kecuali untuk rumah-rumah di pedesaan atau rumah-rumah yang sengaja desainnya bergaya
country. Dinding papan kayu juga bisa digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Kelebihan dinding ini
adalah unt
uk menciptakan suasana yang hangat dan natural. Suasana di dalam rumah pun akan lebih sejuk. Namun
perawatannya lah yang sulit. Kayu lebih mudah lapuk jika terkena panas dan hujan. Belum lagi serangan rayap untuk
daerah tropis seperti negara kita ini.

Dinding kaca

Seiring dengan meningkatnya produksi dan teknologi bahan kaca, penggunaan kaca
sebagai
bahan konstruksi rumah pun meningkat dari tahun ke tahun. Dulu mungkin kita hanya memakai kaca di rumah untuk
jendela ataupun pintu. Namu sekarang kaca merupakan bagian dari desain eksterior maupun interior rumah. Dinding
kaca bisa membuat rumah terlihat lebih luas dari aslinya. Halaman rumah yang hijau dan asri pun dapat dilihat dari
dalanm rumah yang menyebabkan suasana menjadi lebih alami dan sejuk. Namun perlu dipertimbangkan juga jik
a dinding kaca langsung terkena sinar matahari yang akan membuat udara dalam rumah menjadi panas.

Dinding lembaran (Cladding)

Bila anda menginginkan pembuatan dinding dengan cepat, anda bisa mengganti dinding konvensional dengan
dinding partisi lembaran. Macamnya juga banyak, contohnya, metalcladding, GRC atau Fiber Cement ( Kalsiboard )
untuk dinding bagian luar, dan gypsum atau multiplex untuk dinding bagian dalam. Rangkanya terbuat dari besi
hollow atau baja ringan. Karena bobotnya yang lebih ringan system dinding ini cocok digunakan pada bangunan
yang berdiri diatas tanah berdaya dukung rendah. Keuntungan lainnya adalah tahan gempa dan harganya pun lebih
murah dari dinding konvensional

STRUKTUR ATAP

1.             PENGERTIAN  ATAP
Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian paling
atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan dan harus mendapat perhatian
yang khusus dari si perencana (arsitek). Karena dilihat dari penampakannya ataplah yang paling pertama
kali terlihat oleh pandangan setiap yang memperhatikannya. Untuk itu dalam merencanakan bentuk
atap harus mempunyai daya arstistik. Bisa juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu
bangunan rumah. Atap sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya, sehingga akan
terlindung dari panas, hujan, angin dan binatang buas serta keamanan.

Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yng berfungsi sebagai penutup/pelindung
bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan
bangunan. 

Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu : struktur penutup atap, gording
dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-
kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan
atau balok.

Konstruksi atap yang baik memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik. Sudah
sewajarnya setiap rumah dilengkapi dengan atap. Atap rumah merupakan bagian dari bangunan yang
befungsi sebagai penutup atau pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan, sehingga
memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan.

Atap rumah merupakan bagian penting pada konstruksi bangunan rumah karena berada di atas
untuk menutupi seluruh bagian bangunan.

Untuk konstruksi atau struktur, pada umumnya, atap terdiri dari tiga bagian utama yaitu
struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka
atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam
fondasi melalui kolom dan atau balok.

Struktur atap pada umumnya juga dibuat dengan mengikuti atau menyesuaikan dengan denah
atau bentuk keseluruhan bangunan (desain atap rumah). Jika rumah terdiri atas dua lantai, struktur atap
dibuat mengikuti denah atau layout rumah pada lantai dua. Archdesg-G

2.             PEMBAGIAN STRUKTUR ATAP

2.1          Komponen Penyusun Atap

Tiga komponen penyusun atap:

1.      struktur atap (rangka atap dan penopang rangka atap);

2.      penutup atap (genteng,polikarbonat);

3.      pelengkap atap (talang horizontal/vertikal dan lisplang)

A.       Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban dari atap. Struktur
atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban
dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan balok –balok (dari kayu/bambu/baja)
secara vertikal dan horizontal –kecuali pada struktur atap dak beton. Berdasarkan posisi inilah maka
muncul istilah gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap dapat menghasilkan lekukan pada atap
(jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu.

Penopang rangka atap adalah balok kayu yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah
kuda-kuda. Kuda-kuda berada dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga rangka atap. Sebagai
pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok bubungan,sementara kedua kakinya
dihubungkan dengan kolom struktur untuk  mengalirakan beban ke tanah.

Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:

1.      struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu

2.      kuda-kuda dan rangka kayu

3.      struktur baja konvensional

4.      struktur baja ringan

Atap dan bagian-bagiannya

1.      jurai dalam

Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,dan
terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.

2.       jurai luar

Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,terdapat
pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar.

3.      bubungan (nok)

Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya menentukan arah
bangunan.

4.      Gording

Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi dudukan
untuk kasau dan balok jurai dalam.

5.      Kasau

Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng.

6.      Reng
Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya melintang
diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng dan lain-lain). Fungsi lainnya
adalah sebagai pengatur jarak tiap genteng agar rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar reng tergantung
pada ukuran genteng yang akan dipakai. Semakin besar dimensi genteng,semakin sedikit reng sehingga
biaya pun lebih hemat.

B.       Penutup Atap

Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah ambang
atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap dengan pilihan bentuk dan
sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah faktor
keringanan material agar tidak terlalu membebani struktur bangunan dan faktor keawetan terhadap
cuaca (angin,panas,hujan). Faktor lain adalah kecocokan/keindahan terhadap desain rumah. Ukuran dan
desain dari penutup atap juga memberi pengaruh pada struktur,misalnya konstruksi kuda-kuda,ukuran
reng,dan sudut kemiringan.

C.       Komponen pelengkap

Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.

1.      Talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang. Talang
dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa vertikal.

2.      Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari susunan kasau.
Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada
kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut
agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar
dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat
rapi oleh kehadiran lisplang.

2.2         Perancangan Atap Yang Baik Menurut Iklim

Atap dapat dikatakan berkualitas jika strukturnya kuat/kokoh dan awet/tahan lama. Faktor iklim
menjadi bahan pertimbangan penting dalam merancang bentuk dan konstruksi atap/bangunan.

Keberadaan atap pada rumah sangat penting mengingat fungsinya seperti payung yang melindungi
sisi rumah dari gangguan cuaca (panas, hujan dan angin). Oleh karena itu,sebuah atap harus benar-
benar kokoh/kuat dan kekuatannya tergantung pada struktur pendukung atap. Mengacu pada kondisi
iklim perancangan atap yang baik ditentukan 3 faktor, yakni jenis material,bentuk/ukuran,dan teknik
pengerjaan.
A.    Jenis Material Struktur Dan Penutup Atap

Penentuan material tergantung pada selera penghuni,namun harus tetap memerhatikan prinsip
dasar sebuah struktur yaitu harus kuat,presisi,cukup ringan,dan tidak over design. Atap yang kuat harus
mampu menahan besarnya beban yang bekerja pada elemen struktur atap.

Ada 3 jenis beban yang bekerja pada atap yaitu:

1.      beban berat sendiri (bahan rangka,penopang rangka,dan penutup atap),

2.      beban angin tekan dan angin hisap,dan

3.      beban bergerak lain (berat manusia saat pemasangan dan pemeliharaan).

Pemilihan bahan tertentu harus diikuti oleh pengetahuan yang lengkap akan karakteristik setiap
bahan.

B.     Bentuk & ukuran

Dibandingkan hujan dan panas,angin merupakan faktor yang paling diperhitungkan demi
menjamin atap yang kuat. Beberapa masalah akibat angin kencang antara lain:penutup atap yg
terbang,gording terlepas,kuda-kuda terangkat,dan kolom kayu bergeser atau terangkat.

Atap yang baik adalah yang dapat menerima beban angin yang sama dari segala arah (idealnya
adalah bentuk atap bulat). Bentuk ini sangat berpengaruh pada besarnya tekanan angin yang bekerja
pada bangunan. Semakin tinggi bangunan akan semakin besar tekanan angin. Tekanan angin bekerja
lebih ringan bila tinggi bangunan lebih kecil dari setengah lebar bangunan. Kemiringan atap yang
memberikan beban angin yg rendah adalah antara 10°-30°. Untuk sudut yang lebih besar dari dari
30°,perlu kekuatan yg lebih baik dan penutup yg sesuai.

C.     Teknik Pengerjaan

Penutup atap dari seng dan asbes gelombang harus diikat pada gording dengan paku paling sedikit 6
paku tiap 1 m2.

Penutup atap genteng harus diikat dengan kawat tiap 5 jalur genteng, sedangkan untuk genteng
yang ada lubangnya dapat dipakukan ke reng.

Pengerjaan atap harus dibuat secermat mungkin sesuai dengan karakteristik yang mengikuti setiap
jenis bahan. Beberapa contoh persyaratan berikut ini harus diikuti.

1.         Bentang Maksimal

Setiap jenis material memiliki karakteristik tersendiri. Rangka atap baja memiliki kemampuan
bentang lebih panjang daripada material kayu. Baja atau kayu,dapat disambung dengan sambungan
khusus dengan memerhatikan dimensi/ukuran batang dan perilaku gaya pada batang yang akan
disambung.

2.         Teknik Sambungan
Kekuatan sambungan antar elemen yang digunakan untuk rangka juga harus diperhatikan.
Misalnya,kayu yang mempunyai keterbatasan ukuran maka penyambungan yang baik dan benar adalah
kunci kekuatan atap.

Ada 2 metode menyambung kayu,yaitu :

  Baut (tanpa plat/dengan plat T/dengan plat L) pilih diameter yang tepat agar kayu tidak pecah ketika
dibaut. Jumlah baut disesuaikan dengan kekuatan struktur yang akan membebani sambungan tersebut
dan dimensi kayunya.

  Paku dimensi paku disesuaikan dengan dimensi kayu,yakni 2x ketebalan kayu yg disambung.

3.         Pemasangan

Kerapian pemasangan penutup atap (presisi), jika menggunakan genteng, maka jarak reng harus
sesuai spesifikasi dan rekomendasi dari produsen. Beberapa contoh pengerjaan atap yang tidak cermat
sering terjadi pada jurai dalam, yaitu terdapatnya sambungan tekuk ke bagian dalam; susunan atap yang
tidak berpresisi; atau bidang atap yang bergelombang akibat dari pemasangan reng yg tidak rapi. Semua
ini mengakibatkan munculnya gangguan pada atap dan mempengaruhi kekuatan atap.

4.         Keawetan material

Awet atau tidaknya atap dikaitkan dengan faktor lingkungan termasuk cuaca dan organisme
perusak yang dapat menyebabkan menurunnya kemampuan struktur. Misalnya,serangan rayap
terhadap kayu. Kayu yang diserang akan terlihat masih utuh meski bagian dalamnya keropos.
Maka,untuk menciptakan atap yang kuat perlu dilakukan teknik perlindungan terhadap material
bangunan. Contohnya,sebelum digunakan kayu harus diberi treatment yang dapat meningkatkan daya
tahan kayu. Bahan dari metal biasanya diberi coating atau lapisan khusus yang melindungi material dari
korosi atau karat.

2.3         Bentuk Atap Berdasarkan Kemiringan

1.      Atap Datar (Kemiringan 0°- 4°)

Karakter:

  Sederhana dari segi pembuatan dan penampakkannya.

  Biaya per m2 lebih murah (pemakaian bahan lebih hemat)

  Ruangan cenderung panas karena umumnya atap datar menggunakan bahan metal (mempunyai
penyaluran panas yang rendah sehingga panas matahari langsung dialirkan kedalam ruang);

  Ada 2 jenis penutup, yaitu atap beton dan atap metal. Atap beton lebih mahal tetapi penyaluran panasnya
lebih tinggi.

2.      Atap Miring, (tinggi atap sama dengan /lebih dari setengah lebar bangunan)
Karakter:

  Konstruksi atap lebih rumit;

  Membutuhkan jumlah material yang lebih banyak;

  Ruang di bawah lebih dingin karena adanya rongga di dalamnya;

  Pilihan bahan ada 2 yaitu tanah liat (genteng) dan bahan pengganti seperti beton,bitumen,kayu keras
(sirap),dan lembaran baja tipis yang dibentuk seperti genteng;

  Pilihan model atap:pelana,perisai,kerucut,kombinasi beberapa tipe.

3.             BENTUK MODEL ATAP

Bentuk atau model konstruksi atap bermacam – macam sesuai dengan peradaban dan
perkembangan teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya. Bentuk atap yang banyak terdapat
adalah :

1.       Atap Datar

Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar biasanya
digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari beton bertulang,
untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang tertampung bisa
mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang cukup.

Gambar : Atap Datar

Modelnya bidang datar memanjang horizontal biasanya dipakai untuk atap teras. Atau bahkan
digunakan untuk membuat taman di atas rumah. Atap bentuk ini paling susah perawatannya terutama
dalam masalah mendeteksi kebocoran. Yang perlu diperhatikan dalam merencana atap ini adalah
memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya supaya suhu ruangan tidak terlalu panas.

2.       Atap Sandar

Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan – bangunan tambahan misalnya; selasar
atau emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah - rumah modern. Beberapa
arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya dengan atap model pelana.
Gambar : Atap Sandar

3.       Atap Pelana

Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan atau
rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis pertemuan
yang disebut bubungan. 

Gambar : Atap Pelana

Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena pemeliharaannya
mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri atas dua bidang miring yang
ujung atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut bubungan. Sudut kemiringan antara
30 sampai dengan 45 derajat.

     4.       Atap Tenda

Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama dengan lebarnya, sehingga
kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda terdiri dari empat bidang atap yang bertemu disatu
titik puncak, pertemuan bidang atap yang miring adalah dibubungan miring yang disebut jurai. 
Gambar : Atap Tenda

      5.      Atap Limas (perisai)

Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu garis
bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika dilhat terdapat
dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga. 

Gambar : Atap Perisai

Bentuk atap ini penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri atas dua bidang atap
miring yang berbentuk trapezium. Dua bidang atapnya berbentuk segi tiga dengan kemiringan yang
biasanya sama.

      6.      Bentuk Atap Kombinasi Pelana+Perisai.

Bentuk atap ini adalah kombinasi atau gabungan dari atap jenis pelana dan perisai (limasan). Ada
yang juga menyebut jenis atap ini sebagai atap tenda patah atau atap joglo.
   

Gambar : Atap Kombinasi Pelana+Perisai

     7.       Atap Mansard

Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau bertingkat.
Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, karena sebetulnya atap ini
dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.
Gambar : Atap Mansard

      8.       Atap Menara

Bentuk atap menara sama dengan atap tenda, bedanya atap menara puncaknya lebih tinggi
sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita jumpai pada bangunan – bangunan gereja, atap
menara masjid dan lain – lain. 

Gambar : Atap Menara

     9.       Atap Piramida

Model atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama bentuknya. Bentuk denah bangunan
dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan seterusnya.
Gambar : Atap Piramida

      10.  Atap Minangkabau

Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri. Bentuk atap ini
banyak kita jumpai di Sumatra. 

Gambar : Atap Minang

      11.  Atap Joglo

Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti bertingkat.
Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. 
Gambar : Atap Joglo

     12.  Atap Setengah Bola (Kubah)

Model atap berbentuk melengkung setengah bola. Atap ini banyak digunakan untuk bangunan
masjid dan gereja.

Gambar : Atap Kubah

     13.   Atap Gergaji

Model atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya. Model atap
gergaji bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.

Gambar : Atap Gergaji


4.             JENIS-JENIS MATERIAL PENUTUP ATAP

Setiap jenis material penutup atap punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda bisa
memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk, dan rencana desain. Ada
beberapa jenis material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu sebagai berikut.

      1.      Atap Sirap

Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini ketahanannya
tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup atap
jenis ini bisa bertahan hingga 25 tahun atau lebih. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah-
rumah bergaya pedesaan yang menyatu dengan alam.

      2.      Atap Genteng Tanah Liat Tradisional

Material ini banyak dipergunakan untuk rumah. Gentang terbuat dari tanah liat yang dicetak dan
dibakar. Kekuatannya cukup baik. Untuk memasang genteng tanah liat membutuhkan rangka. Genteng
dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci
dan mengikat.

Seiring waktu, warna dan penampilan genteng akan berubah. Pada permukaannya biasanya akan
tumbuh jamur. Bagi sebagian orang dengan gaya rumah tertentu mungkin ini bisa membuat tampilan
tampak lebih alami, namun sebagian besar orang tidak menyukai tampilan ini.

     3.      Atap Genteng Keramik

Material genteng ini berbahan dasar tanah liat. Namun genteng ini telah mengalami proses
finishing, jadi permukaannya sudah diglasur. Lapisan ini dapat diberi warna yang beragam untuk
melindungi genteng dari lumut. Ketahanannya sekitar 20–50 tahun. Aplikasinya sangat cocok untuk
hunian modern di perkotaan.

      4.      Atap Genteng Beton

Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanahtradisional, hanya saja bahan dasarnya
adalah campuran semen PC dan pasir kasar. Bagian luarnya diberi lapisan tipis yang berfungsi sebagai
pewarna dan lapisan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan lama, tetapi lapisan pelindungnya
hanya akan bertahan antara 30 hingga 40 tahun.

      5.      Atap Seng

Atap ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan seng secara elektrolisis yang tujuannya
untuk membuatnya jadi tahan karat. Jadi, kata 'seng' berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan
bertahan selama lapisan seng ini belum hilang. Jika sudah lewat masa itu, atap akan mulai berkarat dan
bocor.

      6.      Atap Dak Beton


Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton. Penerapannya
biasanya pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Karena konstruksinya kuat, atap ini
dapat digunakan sebagai tempat beraktivitas, misalnya untuk menjemur pakaian dan bercocok tanam
dengan pot.

Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan
pada bagian cor-nya dan pada saat memasang lapisan waterproof pada bagian atasnya.

      7.      Atap Genteng Metal

Atap ini berbentuk material lembaran, mirip seng. Genteng ini ditanam pada balok gording rangka
atap dengan menggunakan sekrup. Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan genteng tanahliat.
Ukurannya lebih besar dari genteng tanah liat, yakni sekitar 60–120 cm, dengan ketebalan 0,3 mm.

     8.      Genteng Aspal

Material genteng yang satu ini bersifat transparan, terbuat dari campuran lembaran bitumen
(turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasaran. Pertama, model datar
bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka, dan jenis yang kedua, model bergelombang
yang pemasangannya cukup disekrup pada balok gording.

Atap ini biasanya dipilih dan dipasang untuk memberi penerangan alami dalam rumah pada siang
hari. Biasanya dipasang pada bagian rumah yang tidak mendapatkan cahaya langsung dari jendela, atau
sebagai aksen yang melengkapi desain sebuah rumah. Bentuknya pun bermacam macam, ada yang
berbentuk lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.

     9.      Atap Polikarbonat

Atap ini berbentuk lembaran besar yang dapat dipasang tanpa sambungan. Keunggulan
polikarbonat adalah pada kualitas materialnya dan ketahanannya terhadap radiasi matahari. Atap jenis
ini biasanya dipakai pada kanopi atau atap tambahan. Atap polikarbonat dapat dipasang dengan mudah
dan cepat, namun harganya memang lebih mahal dari atap lainnya.

    10.   PVC (Polyvinyl Chloride).

Banyak digunakan dan posisinya antara fiberglass dan polycarbonate, yaitu lebih tahan lama
dibanding fiberglass, tetapi lebih murah dari polycarbonate.

     11.   Aluminium.

Umumnya yang banyak dipakai adalah produk Pryda atau Lovera yang memiliki kemudahan serta
fleksibilitas karena dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Hanya, harganya relatif tinggi dibandingkan
penutup lainnya.

     12.   Beton Bertulang.

Atap beton bertulang banyak digunakan pada gedung-gedung bertingkat tinggi, dan pada rumah
tinggal yang didesain untuk dapat ditingkat dalam waktu yang akan datang atau biasa disebut dengan
model rumah mengambang atau rumah tumbuh. Archdesg-G
5.             KONSTRUKSI KUDA-KUDA

Konstruksi kuda-kuda adalah susunan rangka batang yang berfungsi mendukung beban atap
termasuk juga beratnya sendiri, sekaligus dapat memberikan bentuk pada atap.
Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifikasi
struktur framework (truss), secara umumnya kuda - kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton
bertulang. 

 Kuda - kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12
m. Kuda - kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10 meter
 kuda - kuda baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat
mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat, stadion
olah raga, bangunan pabrik, dll.
 Kuda - kuda dari beton bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10
hingga 12 meter.
 Pada kuda - kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur
kuda-kuda pada arah horisontal. 

Pada dasarnya konstruksi kuda - kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu membentuk
segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk penutupnya, maka konstruksi
kuda - kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan rangka batang harus merupakan satu
kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami
perubahan. 
Kuda-kuda diletakkan diatas dua struktur beton/baja selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan
bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen, karena tembok hanya
mampu menerima beban vertikal saja ( dalam perhitungan struktur tembok tidak diperhitungkan
sebagai penerima beban tapi hanya sebagai beban )

Beban-beban yang dihitung adalah :

1. Beban mati ( yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda - kuda, plafon termasuk
instalasi listrik, air bersih/air kotor dan instalasi lain yang berada diatas plafon dengan posisi
menggantung )
2. Beban hidup ( angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap ).

Kuda - kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan jenis bahannya :


            a.      Bentang 3-4 Meter

    Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu, atau beton
bertulang.

Gambar : Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter


b.   Bentang 4-8 Mater

Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang. 

Gambar : Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter

c.    Bentang 9-16 Meter

Untuk bentang 9 s.d. 16 meter, bahan dari baja (double angle).

Gambar : Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter

d.   Bentang 20 Meter

Bentang maksimal sekitar 20 m, Bahan dari baja (double angle) dan Kuda-kuda atap sebagai loteng,
Bahan dari kayu

Gambar : Kuda-Kuda Bentang 20 Meter


e.    Kuda-Kuda Baja Profil Siku

Gambar : Kuda-Kuda Baja Profil Siku

f.     Kuda-Kuda Gabel Profil WF 

Gambar : Kuda-Kuda Gabel Profil WF

6.              STRUKTUR ATAP KAYU

6.1       Konstruksi Atap Kayu

Atap dengan konstruksi kuda kuda kayu termasuk paling banyak digunakan di negeri kita. Selain
karena material kayu yang sangat mudah didapatkan di toko toko material, konstruksi kayu juga dikuasai
oleh tukang tukang lokal. Konstruksi kayu yang dipakai di kebanyakan bangunan di Indonesia saat ini,
tekniknya didapatkan dari bangunan bangunan kolonial Belanda?

Konstruksi kayu model Belanda ini bisa digambarkan sebagai berikut:


Gambar : Konstruksi Kayu Yang Diadaptasi Dari Sistem Konstruksi Kayu Dari Belanda

Konstruksi kayu ini terdiri dari:

a.       Kuda-kuda

Kuda-kuda terdiri dari kuda penopang (kayu-kayu diagonal bagian pinggir) yang menyalurkan gaya
tekan, balok dasar pada kuda-kuda (kayu horizontal di bagian bawah) yang berfungsi sebagai penahan
gaya tarik, serta tiang tengah (kayu vertikal) yang mendukung balok bubungan dan menerima gaya
tekan.

Prinsip dasar kuda-kuda kayu adalah menyalurkan gaya yang bekerja padanya kepada kolom atau
dinding bangunan rumah. Bentuk kuda-kuda yang segitiga bertangkup merupakan bentuk yang sangat
stabil atau tidak mudah berubah bentuk.

Dalam menentukan kemiringan atap berkaitan dengan konstruksi atap kasau, masing-masing
pasangan kasau dan balok kuda-kuda (batang tarik) membentuk suatu segitiga. Makin besar sudut
kemiringan atap, makin mudah beban atap disalurkan. Oleh karena itu, sudut kemiringan atap tersebut
sebaiknya tidak kurang dari 30 derajat.

b.      Gording, usuk dan Reng

Gording adalah balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda. Gording menahan beban dari
kayu usuk dan reng sebagaimana bisa kita lihat pada gambar ilustrasi diatas. Usuk menahan kayu reng.
Kayu reng menahan atau menjadi pijakan meletakkan genteng di bagian atasnya.

Usuk dan Reng dibutuhkan bila atap menggunakan genteng. Bila atap menggunakan penutup seng
atau asbes, maka tidak perlu menggunakan usuk dan reng, langsung saja asbes atau seng diletakkan
diatas gording.

6.2       Sifat Kayu Sebagai Material Bahan Konstruksi


Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat

umum, yaitu sifat yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan. Sifat-sifat utama tersebut

antara lain ; Kayu merupakan sumber kekayaan alam bisa digunakan sebagai bahan baku untuk
konstruksi atap. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain.
Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah mudah diproses menjadi barang lain Kayu
tidak mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain.misalnya kayu
mempunyai sifat elastis, ulet, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan
seratnya atau sejajar seratnya dan masih ada sifat-sifat lain lagi. Sifat-sifat seperti ini tidak dipunyai oleh
bahan–bahan baja, beton, atau bahanbahan lain yang bisa dibuat oleh manusia. Konstruksi atap kayu
mempunyai sifat-sifat yang menarik, meskipun ada juga rintangannya karena tradisi tukang kayu. Untuk
mengenal dan menentukan suatu jenis kayu, dapat dilihat dengan memperhatikan sifat-sifat kayu
seperti kulit, warna kayu teras, arah serat dan sebagainya. Dan jenis kayu yang biasa digunakan untuk
konstruksi atap kayu adalah jenis kayu kamfer, jati, bengkirai, keruing dan mahoni.

6.3     Bagian-Bagian Dari Atap

Bubungan ialah sisi atap yang teratas. Selalu dalam kedudukan datar kebanyakan juga menentukan
arah bangunan.

Tiris atap atau bagian atap terbawah, menentukan sisi atap yang datar.

Garis penahan atap, pada tambahan kasau miring atau pada atap Mansard, garis pertemuan antara
dua bidang atap yang berbeda kemiringannya. Harus sejajar dengan garis atap tiris atap. Jadi juga datar.

Jurai luar, ialah bagian yang tajam pada atap, berjalan dari garis tipis atap sampai bubungan, pada
pertemuan dua bidang atap sudut bangunan ke luar.

Jurai dalam, ialah bagian yang tajam pada atap, juga berjalan dari garis tipis atap sampai bubungan,
pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke dalam.

Titik pertemuan jurai dan bubungan, tempat bertemunya tiga bidang atap atau lebih.

Bubungan penghubung miring, garis jurai pada bidang-bidang atap yang bertemu. Terjadi pada
bangunan, yang tinggi bubungannya berbeda letaknya. Menghubungkan dua titik pertemuan jurai dan
bubungan.

Gording   membagi   bentangan   atap   dalam   jarak-jarak   yang   lebih kecil pada proyeksi
horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air
hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan
arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan
panjang  usuk   yang   tersedia.

Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan
dengan panjang usuk yang tersedia.
Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari
baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk  memperkuat dan   mencegah
dari terjadinya pergerakan.

Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada
gording

Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 8 cm s.d. 10
cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5   m.

Gording   dari   baja   profil   canal   (Iight   lip   channel)   umumnya   akan mempunyi dimensi; panjang
satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan
memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

Sagrod adalah batang besi bulat  terbuat  dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir
dan baut sehingga posisi bisa digeser (diperpanjang/diperpendek).

Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording.   Usuk
terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d.
50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording
dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk
menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.

Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar     3 m.Reng
menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap    dengan
penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan.

Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah  
tegak lurus   usuk   dengan   jarak   menyesuaikan   dengan   panjang   dari   penutup atapnya (genteng).

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai sifat
kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji
dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung
berhubungan dengan beban-beban   kerja   (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap
air,  tahan   terhadap    perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain;  genteng,
asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

6.4     Atap Sebagai Komponen Bangunan Fungsi Konstruksi Atap

            Arti dan fungsi konstruksi atap ialah sdbagai pelindung manusia terhadap cuaca. Dinding dapat
ditinggikan. Tetapi tidak mungkin menghapuskan atap, kenapa kita kehilangan tujuan suatu bangunan.
Sebuah bangunan dibagi-bagi oleh atap menjadi rumah, menjadi bagian rumah, menjadi volume yang
jelas, menjadi kesatuan yang dapat diidentifikasi. Atap memiliki fungsi yaitu sebagai berikut:

  Melindungi bangunan dari sinar panas matahari atau pun cuaca.

  Mencegah masuknya debu atau air hujan sekaligus sebagai penyejuk udara secara alamiah
  Menyediakan tempat teduh, segar, dan nyaman.

  Perlindungan bagi penghuninya.

Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap ini tergantung
jenis penutup atap yang dipakai. Seng danpenutup atap lembaran lainnya dapat digunakan dengan
kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap balik. Sedangkan penutup atap
jenis kecil sepertigenteng dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi untuk mengalirkan air hujan.
Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain pelana, limas ataupun tajuk. Bentuk-
bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan bentuk juga harus
dikaitkan dengan sistem lain termasuk penghawaan dan pencayaan bangunan.

6.5     Jenis Kayu Yang Sering Dipakai Di Bangunan Gedung

1.      Kayu Jati

Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang
stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan.
Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di
dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan
kayu jati.

Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah
hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur
di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang
sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah
pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.

Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang
ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati
yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi
kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada
kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut. Contoh Finishing:
Teak Oil, Politur, NC Lacquer, Melamin, Poly Urethane (PU)

a.        Finishing Natural Transparan ( Coklat Terang kekuningan)

Tujuan: menonjolkan semua kelebihan kayu, mengekspose keindahan serat kayu jati benar-benar
terpilih.

Kualitas kayu jati: hanya memilih serat lurus dan serat mahkota tidak ada mata sehat, mata mati,
putih, doreng

b.      Finishing Melamin Natural Terang (Coklat terang kekuningan)


Menonjolkan serat dan penampilan natural kayu, dengan mengekspose keindahan serat kayu jati
secara alami

Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat, tidak ada putih, doreng, dan mata
mati

c.        Finishing Melamin Natural Gelap (Coklat gelap kehitaman)

Menonjolkan serat kayu jati natural, dan, menutupi kekurangan kayu seperti putih dan doreng
dengan warna gelap.

Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat, putih, doreng halus , tidak ada mata
mati

d.       Finishing Cat

Menutupi permukaan kayu dan menyembunyikan semua kelebihan dan kekurangan serat kayu

Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat, putih, doreng tebal, mata mati.

Gambar : Jati Serat Lurus

Gambar : Jati Serat Mahkota

Gambar : Jati Ada Mata Sehat


Gambar : Jati ada Putih / Sapwood

Gambar : Jati Mata Mati

Gambar : Jati Doreng

2.      Kayu Merbau

Gambar : Kayu Merbau

Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif
pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau
coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis
terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di
Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian/Papua.
3.      Kayu Bangkirai

Gambar : Kayu Bangkirai

Kayu Bangkirai juga termasuk jenis kayu kuat dan keras. Sifat kerasnya juga disertai tingkat
kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu
bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi
dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri.
Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu
bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan
material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon
Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan.

4.      Kayu Kamper

Gambar : Kayu Kamper

Di Indonesia, kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih
terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu
yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena
tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan
berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu
lebar dan tinggi. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah
daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di
Kalimantan.

5.      Kayu Kelapa
Gambar : Kayu Kelapa

Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa
yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti
dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari
pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan
alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga
ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di
sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah
dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.

7.             RANGKA ATAP BAJA RINGAN

Pemakaian Rangka Atap Baja Ringan untuk atap rumah sebagai pengganti kayu saat ini semakin
popular.Secara tinjaun mekanika teknik, rangka atap baja ringan adalah suatu struktur yang tidak bisa
dirancang dan dibangun asal asalan tanpa hitungan dan desain teknis tertentu. Kegagalan struktur
kemungkinan akan terjadi bila desain dan perhitungan teknis diabaikan Archdesg-G

Gambar : Rangka Atap Baja Ringan

  Sistem rangka atap baja ringan.

Konsep rangka merupakan satu unit kesatuan sistem terintegrasi secara struktural. Sehingga
dibutuhkan hitungan atau desain yang secara mekanika teknis mampu mampu mengakomodir
kebutuhan sistem tersebut. Rangka baja atap ringan ini terbuat dari bahan dasar baja yang dilapisi oleh
seng atau aluminium. Property mekanika teknis idealnya tidak kurang dari 550 Mpa.

  Bahan pelapis yang digunakan untuk Rangka Baja Atap Ringan, yakni Zinc (seng) dan aluminium.

 Pelapis aluminium mempunyai sifat tahan karat yang lebih bagus dibanding pelapis seng, dimana
pelapisan dengan seng oleh masyarakat umum sering disebut galvanis. Bahan pelapis baja galvanis harus
jauh lebih tebal untuk menyamai ketahanan karat yang sama terhadap bahan pelapis Aluminium. Mutu
pelapis aluminium mempunyai ketahanan karat 4x lebih lama bila dibandingkan dengan pelapis seng
untuk ketebalan yang sama.
  Tidak semua rangka baja atap ringan dipasaran telah mempunyai sistem atau spesifikasi dan uji lab.

  Properti atau sifat mekanika teknis Rangka Atap baja ringan

Rangka baja ringan sangat tipis kurang dari 1mm bila dibandingkan dengan baja biasa, tujuannya
untuk memudahkan dalam perakitan dan konstruksi, tetapi properti kekuatan tariknya cukup tinggi 550
Mpa.

Struktur Rangka atap baja ringan terdiri dari kuda-kuda, reng, sekrup dan jurai dalam untuk
mencegah tampias. Dimana kuda kuda merupakan struktur utama dalam konstruksi atap baja ringan.
Untuk mendapatkan kuda-kuda yang kokoh, cermati lebar bentangan dan besar beban yang akan
diterima,demikian pula dengan derajat kemiringan atap. Dimana besar beban terdiri dari beban rangka
sendiri, beban genting yang digunakan, dan beban angin.

Ketebalan material baja ringan untuk kuda-kuda dan web berkisar 0,7-1 mm. Sementara untuk reng
sekitar 0,4-0,7 mm.

7.1       Kelebihan dan kekurangan Rangka Atap Baja Ringan


a.        Kelebihan Rangka Atap Baja Ringan

  Beban yang ditanggung oleh struktur dibawahnya lebih rendah, karena rangka baja ini secara keseluruhan
lebih rendah dari rangka kayu.

  Bila terjadi kebakaran maka rangka baja bersifat tidak membesarkan api dibandingkan dengan kayu.

  Rayap atau hewan pemakan kayu lainnya buka lagi merupakan ancaman bagi rangka baja.

  Baja relatif tidak mengalami penyusutan atau perubahan bentuk lainnya dibandingkan dengan kayu.

  Ramah lingkungan. Pemakaian baja sebagai pengganti kayu maka akan mengurangi penggundulan hutan
atau penebangan pohon.

  Lebih mengutamakan struktur dengan sistem plat Buhul di setiap tumpuan sendi (seperti jembatan) lebih
kokoh dari kuda-kuda baja lainnya.

  Konstruksi atap baja stabil dan aman

  Menggunakan tumpuan sendi dan roll

  Prefabrikasi perkomponen

  Atap baja Tahan terhadap karat, rayap dan perubahan cuaca dan kelembaban

  Atap baja Bisa dipakai dengan genteng metal maupun keramik atau beton yang berat

  Atap baja Dirancang stabil terhadap tekuk, puntir serta muai/mulur

8.          PERBANDINGAN RANGKA ATAP KAYU, BAJA RINGAN DAN BAJA KONVENSIONAL
Di bawah ini kami mencoba membandingkan rangka atap yang sering dipasang di rumah-rumah
atau konstruksi bangunan yang ada dilapangan. Kami membandingkan rangka atap kayu, rangka atap
baja ringan dan rangka atap baja konvensional.
8.1     Rangka Atap Kayu Borneo/Meranti

    Pada awalnya kayu lebih murah berkisar Rp.100.000,-/m2

    Pemasangan memerlukan waktu yang sedang

    Tidak tahan rayap/kumbang

    Tidak bisa untuk bentang yang besar

    Beban struktur tingkat sedang

    Perlu perawatan dalam jangka waktu tertentu

    Untuk keperluaan ramah lingkungan kurang mendukung sebab penebangan hutan bisa merusak lingkungan

    Pada umur yang sama kira-kira 15 tahun jadi lebih mahal sebab ada biaya perawatan penggantian sebagian
material kayu, sehingga biaya atap kayu menjadi dua kali biaya awal.

8.2     Rangka Atap Baja Ringan

  Biaya terpasang atap baja ringan termasuk kelas menengah mulai Rp.125.000,-/m2

  Pemasangan atap baja ringan sangat cepat dibandingkan atap yang lain

  Tahan terhadap rayap/kumbang

  Bentang bebas bisa sampai 16 m'

  Beban struktur baja ringan lebih ringan jadi untuk beban struktur dibawahnya dapat lebih hemat

  Tidak perlu perawatan sebab baja ringan sudah tahan karat

  Lebih ramah lingkungan sebab bahan baku baja ringan tidak merusak hutan

  Pada umur kira-kira 15 tahun atap baja ringan dibanding kayu jadi lebih murah sebab tidak ada
penggantian rangka atap

8.3     Rangka Atap Baja Konvensional

  Biaya terpasang paling mahal dibandingkan dengan rangka atap yang lain

  Tahan rayap/kumbang

  Bentang bebas dapat sampai jarak yang lebih jauh. Untuk konstruksi pabrik lebih cocok dipakai rangka
atap ini.

  Beban struktur lebih berat dibadingkang dengan rangka atap yang lain
  Perlu perawatan sebab baja ini bisa timbul karat, jangka waktu tertentu diperlukan pengecatan ulang agar
tidak terjadi karat

  Bahan baku berasal dari biji besi jadi tidak merusak hutan

  Sampai umur 15 tahun bahan baku atap baja konvensional ini tetap paling mahal dibandingkan dengan
bahan atap kayu ataupun atap baja ringan

Untuk bisa menghemat biaya gedung-gedung dengan desain atap yang mempunyai bentang bebas yang
besar maka perpaduan antara baja konvensional dengan atap kayu atau atap baja ringan. Melihat
venomena saat ini perpaduan atap baja konvensional dengan atap baja ringan sudah umum
dilaksanakan dan ini merupakan solusi paling ideal untuk bangunan-bangunan dengan bentang bebas
yang besar dan memakai atap genteng.

Untuk rumah-rumah yang umum saat ini pemakaian atap baja ringan sudah jamak dilakukan
sebab saat ini material kayu juga sudah susah ditemukan yang dengan kualitas yang baik. Dan harga
kayu saat ini sudah sangat mahal. Dengan harga yang selisih tidak jauh antara atap baja ringan dengan
atap kayu maka pemilihan atap baja ringan merupakan solusi paling menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai