Anda di halaman 1dari 15

Model Evaluasi Responsif

MODEL EVALUASI RESPONSIF

Oleh:
Ihwan Mahmudi
Dosen Tetap STAI Darunnajah Jakarta

Pengertian Evaluasi
secara umum evaluasi diartikan sebagai penilaian yang sistematis akan
kebernilaian dan keberhargaan suatu objek. Evaluasi melihat kelebihan dan
kekurangan suatu objek yang dievaluasi.Pengertian ini diadopsi dari Joint
Committee on Standards for Educational Evaluation, yang menyatakan
bahwa “evaluations is the systematic assessment of the worth or merit of some
object”.1Berdasarkan pegertian tersebut menunjukkan bahwa menilai sesuatu
artinya menunjukkan kelebihan dan kelemahan sesuatu yang dinilai. Kegiatan
evaluasi yang sistematis menggunakan prosedur objektif serta informasi
yang tidak bias. Wirawan mendefinisikan evaluasi adalah “bentuk penelitian
untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi mengenai
suatu objek, memberikan penilaian terhadap objek tersebut dan hasilnya
dugunakan untuk mendapatkan keputusan.”2Proses mengumpulkan data atau
informasi mengenai suatu objek yang dievaluasi dilanjutkan dengan menilai
dan membandingkan dengan indikator. Indikator ini merupakan penjabaran
dari standar atau kriteria yang ditentukan dalam evaluasi objek atau program
tertentu.
Arikunto & Jabar memaparkanbahwa evaluasi adalah “kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan.”3 Kegiatan evaluasi bermuara kepada sebuah keputusan,
apakah program dapat dilanjutkan, diperbaiki atau bahkan mungkin dihentikan.
Pengertian yang senada dituliskan Sudjana bahwa,“evaluasi merupakan
kegiatan yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan prosedur
ilmiah untuk memperoleh data yang berguna bagi pengambilan keputusan.”4
Evaluasi memiliki beragam pengertian karena itu bagi Stufflebeam dan
Shinkfield tidak mudah menyusun sebuah pengertian evaluasi yang dapat
mengadaptasi berbagai pendekatan.Stufflebeam dan Shinkfield merumuskan
pengertian evaluasi; “we define evaluation here as a systematic study that is
designed, conducted, and reported in order to assist a client group to judge
and/or improve the worth and/or merit of some object.”5 Evaluasi adalah studi
sistematis terhadap suatu objek dengan mengumpulkan informasi, mengolah,

32 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964


Ihwan Mahmudi
dan melaporkannya,membantu konsumen atau klien untuk membuat keputusan
akan keberhargaan atau kebernilaian objek yang dievaluasi.
Stake mengartikan evaluasi sebagai berikut:“Evaluation, the comparison
of the condition or performance of something to one or more standars the report
of such a comparison.”6Pekerjaan membandingkan sesuatu objek dengan
beberapa standar, kemudian melaporkan hasil tersebut. Standar dibangun
sebagai acuan dalam menilai keberhargaan dan kebernilaian suatu objek.
Owen mendefinisikan evaluasi yang ditulis dalam Program Evaluation Forms
and Approaches, bahwa “evaluasi harus dan sudah semestinya mempertinggi
kualitas dari objek yang dievaluasi seperti kebijakan dan program. Artinya
evaluasi didisain untuk menyelesaikan masalah atau memperbaiki program
atau kebijakan baik pada lingkup sosial atau pun lembaga.”’7 Objek yang
dievaluasi dapat berupa program atau pun kebijakan.
Berdasarkan pemaparan tentang evaluasi di atas maka dapat difahami
beberapa hal penting dalam evaluasi yaitu: 1) evaluasi adalah kerja sistematis
dalam menilai sebauh program atau kebijakan, 2) membandingkan dengan
sebuah kriteria yang telah ditetapkan, 3) terdapat tahapan atau prosedur yang
terencana, 4) mengumpulkan informasi, mengolah dan menyajikan informasi
tentang suatu objek secara teratur dan berkesinambungan, sebagai bahan dalam
menentukan keputusan. Dari pemahaman mengenai evaluasi ini menjadi arah
dalam mengintegrasikan makna evaluasi program pada sub bahasan selajutnya
pada pengertian evaluasi program.

Pengertian Evaluasi Program


Evaluasi program adalah satu kesatuan makna yang tidak terpisah. Pada
saat menjelaskan evaluasi, secara tidak langsung menunjukkan bahwa evaluasi
dilakukan terhadap suatu objek berupa program ataupun kebijakan. Pengertian
evaluasi program diartikan sebegai “the systematic assessment of the processes
and/or outcomes of a program with the intent of furthering its development
and improvement.”8Penilaian yang sistematis terhadap proses dan hasil sebuah
program dengan maksud untuk mengembangkan dan memperbaiki sebuah
program.
Wirawan menuliskan pengertian evaluasi program yaitu “metode
sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk
menjawab pertanyaan dasar mengenai program.”9 Proses pengumpulan data,
menganalisisdan menggunakan informasi guna menjawab pertanyaan dasar
sebuah program menjadi bagian dalam gambaran kualitas program.

Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964 │ 33


Model Evaluasi Responsif
Pengertian evaluasi program menurut Spaulding, “Program evaluation
examines programs to determine their worth and to make recommendations
for programmatic refinement and success”.10 Bukan saja kebernilaian sebuah
program, tetapi juga bentuk rekomendasi untuk perbaikan dan keberhasilan
sebuah program didapat dari usaha evaluasi program.
Evaluasi program dilakukan guna mendapatkan informasi akan
keberharagaan atau kebernilaian suatu program sebagai bahan dalam
menentukan keputusan.Evaluasi program adalah kegiatan yang didisain
untuk memberi keputusan akan keberhargaan sebuah program atau kebijakan
pemerintah.11
Sudjana memberikan pengertian evaluasi program adalah “kegiatan
yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan prosedur ilmiah
memperoleh data yang berguna bagi pengambilan keputusan.”12 Informasi
mengenai suatu kegiatan atau program didapatkan dengan cara-cara ilmiah.
Mengumpulkan data mengenai kegiatan secara sistematis, dan terencana.
Patton dikutip Rallis dan Rossman mengartikan evaluasi program
sebagai berikut:
“Evaluasi program merupakan pengumpulan informasi secara sistematik
tentang aktivitas, karakteristik, dan hasil-hasil programagar bisa
memberikan penilaian tentang program;meningkatkan efektivitas program,
dan/atau untuk mematangkan keputusan tentang program;penilaian
tentang program mengarah kepada sebuah rekomendasi bagi perbaikan,
dan mematangkan dalam pengambilan keputusan.”13
Evaluasi program memberikan gambaran mengenai program yang
dievaluasi, menghasilkan rekomendasi dan memberikan bahan pertimbangan
dalam membuat putusan.
Dengan memahami uraian pengertian evaluasi program di atas maka
dapat diartikan bahwa evaluasi program adalah kerja sistematis dalam
mengumpulkan informasi guna menilai keberhargaan dan kebernilaian suatu
program.Gambaran atau informasi mengenai suatu program dan rekomendasi
program menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan terhadap
program yang dievaluasi.

Pendekatan dan Model Evaluasi Program


Dalam mengevaluasi sebuah program diperlukan kerangka model
sebagai acuan pelaksanaan evaluasi. “The study of alternative evaluation

34 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964


Ihwan Mahmudi
approaches and models is important for profesionalizing program evaluation,
which will lead to its scientific operation and advancement.”14Kajian tentang
pendekatan atau model adalah penting agar program yang dievaluasi dapat
berjalan lebih baik. Pemilihan model disesuaikan dengan sifat program yang
akan dievaluasi.
Istilah model dan pendekatan terkadang memiliki maksud yang sama,
karena pada pendekatan terdapat idealis, model menggambarkan proses
evaluasi program menurut sudut pandang dan pengalaman penggagas model.
“Model is a summary, epitome, or abstract of the way a particular evaluator
conceptualizes and describes the evaluation pocess.”15 Dengan melihat model
akan tergambar konsep dan proses evaluasi yang dilakukan.
Stufflebeam dan Shinkfield mengklasifikasikan model evaluasi
menjadi 5 kategori yaitu: “1) Pseudoevaluations, 2) Questions and Methods-
Oriented Approaches, 3) improvment/accountability-oriented approaches, 4)
social agenda/advocacy approach, and 5) Utilization-Focused Evaluation.”16
Dalam 5 kategori tersebut terdapat sejumlah model yaitu sebanyak 26 model.17
Berbeda dengan Fitzpatrick dan kawan-kawan mengklasifikasikan
pendekatan evaluasi dalam lima pendekatan sebagai berikut: “1) objective-
oriented approaches, 2) management-oriented approaches, 3) consumer-
oriented approaches, 4) expertise-oriented approach, and 5) participant-
oriented approaches.”18
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip Arikunto dan Jabar
memaparkan terdapat 8 model evaluasi yaitu; 1) goal oriented evaluation
model, 2) goal free evaluation model, 3) formatif sumatif evaluation model,
4) countenance evaluation model, 5) responsive evaluation model, 6) Center
for the Study of Evaluation-University of California in Los Angles evaluation
model, 7) context inputprocess product evaluation model, 8) discrevansi
evaluation model.19

Model Evaluasi Responsif


Model evaluasi responsif digagas oleh Stake, pada mulanya Stake
dikenal dengan model evaluasi countanance, seiring perkembangan paradigma
penelitian, Stake memperkenalkan evaluasi responsif. Presentasi Stake
pada Conference on New Trends in Evaluation in Gotenborg, Sweden telah
menggantikan tempat evaluasi countenance menjadi evaluasi responsif.20

Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964 │ 35


Model Evaluasi Responsif
Evaluasi responsif menekankan kepada evaluasi program yang bersifat
khusus, atau program yang spesifik. Evaluasi responsif berbeda dengan evaluasi
pada umumnya yang bersifat preordinate. Dalam evaluasi yang bersifat
preordinate di antaranya memiliki ciri; orientasi kepada tujuan program,
menggunakan tes yang bersifat objektif, dan laporan yang bersifat formal.21
Evaluasi responsif menekankan kepada kegiatan program, merespon informasi
dari audiens, dan perspektif nilai yang dari beragam orang terlibat dalam
program.22 Menurut Stake mendapatkan data melalui tes objektif dianggap
dangkal dalam memberikan dasar untuk menjelaskan dan mempertimbangkan
kekuatan dan kelemahan suatu program. Stake menganjurkan untuk
menggunakan coutenance paper.23 Coutenance paper menjembatani evaluasi
yang bersifat preordinate, agar data yang didapat memiliki makna dan
komprehensif dengan mempertimbangakan berbagai sudut pandang.
Stake mengambarkan bahwa secara struktur evaluasi responsif terdapat
dua bagian yaitu struktur subtantif dan stuktur fungsional. Struktur subtantif
terdiri dari: isu-isu yang muncul, format pengumpul data dengan menggunakan
countanance paper, orang yang mengobservasi, dan validasi. Sedangkan
struktur fungsional terdiri dari 12 peristiwa atau langkah yang tergambar
dalam sebuah jam.24Penjelasan setiap tahapan arah jarum jam. Urutan tahapan
dimulai yaitu: 1) mengidentifikasi cakupan program, 2) mempelajari aktivitas-
aktivitas program, 3) mengungkap tujuan-tujuan program, 4) merumuskan
isu-isu dan masalah, 5) mengidentifikasi data-data yang dibutuhkan, 6)
menentukan siapa pengamat (observer), penilai dan instrumen jika ada, 7)
mengobservasi antecedents, transactions, and outcomesyang telah dirancang,
8) menentukan tema, menyiapkan observasi, studi kasus, 9) memvalidasi,
konfirmasi, menampung bantahan, 10) menyesuaikan format dengan audiens
11) mengumpulkan laporan-laporan format jika ada, dan 12) wawancara
dengan klien, staf program, audiens. Stake menekankan bahwa model
ini memiliki fleksibilitas dalam penggunaan 12 tahapan tersebut di atas.25
Penggunaan tahapan disesuaikan dengan kebutuhan program, karena itu 12
tahapan yang digambarkan bukan sebagai petunjuk baku, karena itu pula Stake
tidak menjelaskan gambaran contoh penggunaan ke 12 tahapan tersebut.
Evaluasi responsif mempertimbangkan kriteria sebagai pembanding
dari pelaksanaan kegiatan yang diobservasi. Stake memberikan penjelasannya
sebagai berikut;
In grounding the responsive approach, Stake subscribed to a generalized
definition of evaluation that he attributed to Scriven. According to this
definition, evaluation is an observed value compared to some standard. Stake
characterized this definition in the following ratio:26

36 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964


Ihwan Mahmudi

Evaluasi ini mencoba memahami berbagai pandangan stakeholder dari


berbagai perspektif. Serta tetap memperhatikan kepada standar atau kriteria
keberhasilan dalam aspek yang dievaluasi. Hal ini menjadi sebuah pengayaan
dan memungkinkan untuk mendapatkan keberagaman nilai dan perspektif
yang beragam pula.
Hal ini dapat dipahami bahwa meskipun standar telah ditetapkan
namun tidak menutup kemungkinan makna atau nilai dari sesuatu menjadi
beragam dalam pandangan yang berbeda. Misalnya dalam sebuah sekolah
untuk menentukan kriteria sekolah yang bagus, di atas kertas bisa dilihat
mealalui nilai akreditasi. Namun untuk menambah makna sesungguhnya nilai
akreditasi tidak dapat dijadikan standar satu-satunya, dapat dilakukan cara lain
seperti mengamati kegiatan yang berlangsung di sekolah, serta mewawancarai
beragai sumber, akan makna keberhasilan sekolah. Meskipun jika mendapat
hasil yang kontradiktif, tentu hal ini membingungkan, namun ini menjadi
sebuah pengayaan penggambaran sebuah program.
Dalam hal ini menurut Stake dikutip Wirawan bahwa, evaluasi disebut
responsif jika memenuhi kriteria: “1) lebih berorientasi secara langsung kepada
aktivitas program, 2) merespon informasi dari audiens, dan 3) perspektif nilai-
nilai yang berbeda dari orang yang dilayani dilaporkan dalam kesuksesan dan
kegagalan program.”27 Artinya jika evaluasi melihat kepada proses program,
memperhatikan audien dan program yang dinilai oleh berbagai perspektif
stakeholder, maka evaluasi responsif pilihan tepat. Stake yang dikutip oleh
Owen bahwa, evaluasi responsif dapat dilakukan dengan catatan sebagai
berikut; an evaluation is responsive if: (1) it orients more directly to program
activities than to program intents, (2) it responds to audience requirements for
information, and (3) the value perspectives of the program stakeholders are
referred to in reporting the success and failure of the program. 28
Salah satu ciri dari evaluasi responsif yaitu merespon informasi dari
audiens serta perspektif nilai berbeda dari yang dilayani. Stufflebeam &
Shinkfieldmenamakan evaluasi responsif sebagai client-centered, dengan
alasan mengapa demikian yaitu “We have labeled Stake’s responsive approach
responsive/client-centered evaluation because Stake stressed the importantce
of involving and serving the full range of a program’s stakeholders.”29 Fokus
terhadap klien, dengan memandang pentingnya keterlibatan klien dan melayani

Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964 │ 37


Model Evaluasi Responsif
para stakeholder di dalam program inilah yang menjadi dasar penamaan bahwa
evaluasi responsif artinya juga client centered evaluation.
Evaluasi responsif merupakan pengembangan dari evaluasi model
countenance, meski model countenance dan responsif berasal dari pemikiran
Stake, namun demikian keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Menurut
Hasan, perbedaan model countenance dan responsif ada dua hal yaitu pada
sisi fokus dan pendekaan pengembangan kriteria.30 Fokus pada model evaluasi
responsif lebih spesifik dibanding countenance. Evaluasi responsif lebih
menitiktekankan kepada proses. Pendekatan pengembangan kriteria pada
evaluasi countenance berdasarkan kriteria fidelity, kriteria yang sudah baku.
Sedangkan model evaluasi responsif mengembangkan kriteria berdasarkan
pendekatan proses. Hal ini difahami karena evaluasi responsif mengaspirasi
perbedaan pandangan dari beragai stakeholder. Kriteria yang dibuat tidak
menjadi acuan pokok, namun berkembang dengan mempertimbangkan
pandangan lain dari orang yang terlibat di lapangan.

Tahapan Model Evaluasi Responsif

Dalam melakukan penelitian evaluasi terdapat sejumlah langkah-


langkah yang dilakukan. Penelitian evaluasi program menggambungkan
paradigma penelitian yang sistematis, logis dan ilmiah, dengan kegiatan
evaluasi yang menggambarkan kelebihan dan kekurangan sebuah program.
Karena itu evaluasi memiliki langkah-langkah tersendiri, Gall dan kawan-
kawan mengidentifikasi sejumlah tahapan yang dilalui dalam melaksanakan
evaluasi program yaitu:
1) clarifying the reasons for evaluation, 2) selecting an evaluation model,
3) identifying stakeholders, 4) deciding what is to be evaluated, 5) identifying
evaluation questions, 6) developing an evaluation design and time line, 7)
collecting and analyzing evaluation data, and 8) reporting evaluation result.31
Langkah awal dalam melakukan evaluasi adalah mengklarifikasi alasan
untuk apa evaluasi dilakukan. Kegiatan selanjutnya yaitu memilih model
yang sesuai atau tepat dengan tujuan evaluasi, mengidentifikasi stakeholder,
memutuskan aspek apa yang akan dievaluasi, mengidentifikasi pertanyaan,
mengembangkan disain evaluasi dan membuat jadwal, mengumpulkan data
dan terakhir melaporkan hasil evaluasi.
Tahapan evaluasi tersebut di atas, dilakukan pada kegiatan evaluasi
pada umumnya. Namun ketika menentukan model yang berbeda terkadang

38 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964


Ihwan Mahmudi
memiliki cara yang sedikit berbeda. Seperti halnya dalam evaluasi responsif,
proses pelaksanaannya digambarkan oleh Wirawan sebagai berikut;
Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku
kepentingan. (1) Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepentingan,
(2) Menyusun proposal evaluasi, (3) Melaksanakan evaluasi, (4) Membahas
hasil bersama pemangku kepentingan, (5) Pemanfaatan hasil evaluasi32
Ciri khas dalam tahapan evaluasi responsif yaitu bagaimana menghimpun
beragam pandangan dari beragam pemangku kepentingan, yang kemudian
pandangan, harapan dan kriteria akan keberhasilan suatu program menjadi
tolak ukur dalam keberhasilan atau efektivitas program di lapangan. Tahapan
proses evaluasi responsif tergambar pada gambar berikut ini:

Sumber: Wirawan,Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi(Jakarta:


Rajawali Pers, 2011), h. 93.

Lebih rinci Patton, menguraikan hal-hal yang ditekankan dalam evaluasi


responsif, Penekanan evaluasi responsif menurut Patton, meliputi enam hal,
yaitu:
Mengidentifikasi isu-isu dan perhatian berdasarkan kontak langsung,
tatap muka dengan orang di dan seluruh program;
Menggunakan dokumen program untuk mengidentifiksi isu-isu penting
selanjutnya;
Langsung, pengamatan personal tentang aktivitas program sebelum
merencanakan evaluasi secara formal, supaya meningkatkan pemahaman
evaluator mengenai apa yang penting bagi program dan apa yang dapat/harus
dievaluasi;

Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964 │ 39


Model Evaluasi Responsif
Merancang evaluasi berdasarkan isu yang muncul dalam tiga tahap
sebelumnya, dengan rancangan memasukkan pengamatan kualitatif langsung
terus-menerus dalam latar situasi program yang naturalistik;
Melaporkan informasi secara langsung, kontak personal melalui tema dan
lukisan yang dapat dipahami secara mudah dan kaya dengan penggambaran; dan
mencocokkan laporan informasi dan melaporkan format ke pendengar tertentu
dengan laporan yang berbeda dan format yang berbeda untuk pendengar yang
berbeda.33
Berbeda dengan yang dilakukan Stake yang menggambarkan tahapan
evaluasi responsif dalam sebuah alur yang meligkar seperti sebuah jam.
Penjelasan setiap tahapan searah jarum jam. Urutan tahapan dimulai yaitu: 1)
mengidentifikasi cakupan program, 2) mempelajari aktivitas-aktivitas program,
3) mengungkap tujuan-tujuan program, 4) merumuskan isu-isu dan masalah,
5) mengidentifikasi data-data yang dibutuhkan, 6) menentukan siapa pengamat
(observer), penilai dan instrumen jika ada, 7) mengobservasi antecedents,
transactions, and outcomesyang telah dirancang, 8) menentukan tema,
menyiapkan observasi, studi kasus, 9) memvalidasi, konfirmasi, menampung
bantahan, 10) menyesuaikan format dengan audiens 11) mengumpulkan
laporan-laporan format jika ada, dan 12) wawancara dengan klien, staf program,
audiens. Kedua belas tahapan tersebut digambarkan dalam lingkar sebuah jam
pada gambar Tahapan Evaluasi Responsif.

Gambar 2.10 Tahapan Evaluasi Reponsif, ‘Responsive Clock’


Sumber: diadaptasi dari Robert E. Stake, Standards-Based Responsie Evaluation
(California: Sage Publications, 2004), h. 103.

40 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964


Ihwan Mahmudi
Keduabelas tahapan yang dibuat Stake dalam evaluasi responsif bukan
hal yang baku. Artinya keleluasaan dan keluwesan dalam menggunakan
langkah evaluasi responsif dapat dikembangkan oleh peneliti secara beragam.
Gambar tersebut di atas, memang tidak ditunjukkan penomoran urutan.
Namun dari beberapa penjelsan sebagaimana angka satu pada jarum jam maka
penjelasan dimulai dari nomor satu yaitu identify program scope. Pada tahap
satu atau one o’clock, yaitu identify program scope, evaluator juga bersama
klien baik mengkaji wilayah mana saja yang akan dievaluasi. “The evaluator,
in collaboration with the client, examines the scope of the program to be
evaluated. Often what is inside and outside a program is perceived variously
and ambiguously.”34
Tahap kedua, two o’clockyaitu ‘the evaluator overviews program
activities’.Kegiatan ini menelaah bagaimana kegiatan program.“This is a
rather unstructured, exploratory, characterizing activity, since the step at seven
o’clock calls for structured observations using some of the data collection
constructs provided by the countenance article.”35 Untuk melihat bagaimana
kegiatan program maka kegiatan mengeksplorasi, tentu tidak selalu terstruktur
dalam melihat aktivitas program.
Tahap ketiga, three o’clockyaitu discover purposes concerns. Bagaimana
merumuskan tujuan, fokus mengenai program yang akan dievaluasi. “The
evaluator seeks to discover purposes for the evaluation and concerns that various
people have about the program.”36 Keberagaman orang yang terdapat dalam
program memiliki tujuan yang berbeda, karena evaluator mencaritemukan dan
menggambarkan keragaman tersebut.
Tahap keempat, four o’clock, yaitu conceptualize issues, problem.
Mengkonseptualisasi masalah, isu dengan menghimpun beragam pandangan.
“To accomplish this conceptualization, the evaluator might gather
different viewpoints of what is and is not currently worthwhile in the program
and what should be added. Also undoubtedly worthwhile would be obtaining
reactions from audiences for each new conceptualization of issue.”37
Memahami beragam pandagan, dan tentunya tidak hanya bagaimana
kelebihan sebuh program, serta apa yang mesti ditambahkan dalam program
tersebut. Tetapi evaluator juga memahami bagaimana reaksi audiens terhadap
isu.
Tahap kelima, five o’clock yaitu identify data needs, re issues.
Mengidentifikasi data yang dibutuhkan serta mengulangi kepada hal-hal yang
perlu dilihat kembali. “The evaluator identifies data needs with respect to

Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964 │ 41


Model Evaluasi Responsif
investigating the issues. This would be a rather interactive derivation from the
issues’ conceptualization, working back and forth between data potentials and
problem contexts.”38
Tahap keenamyaitumenentukan observer, pertimbangan dan instrumen
yang digunakan jika ada. dalam tahap ini evaluatr melakukan perencanaan
pengumpulan data, “makes a plan of observations, selects observers and
instruments (if any), identifies records to be examined, selects samples
(perhaps), and arranges for observations and other data collection activities.”39
Tahap ini lebih kepada bagaimana ketika aktivitas di lapangan terkait dengan
pengumpulan data, seperti apa saja yang akan diobservasi, siapa observernya
dan siapa informan yang dipilih.
Tahap ketujuh, seven o’clock, observe designated antecedents,
transactions, and outcomes. Pada langkah ini evaluator,
The evaluator observes antecedents, transactions, and outcomes. We
presume the evaluator would also examine the program rationale and collect
standards and judgments pertinent to the program’s antecedents, transactions,
and outcomes.40
Evaluator mengobservasi antecedents, transactions, and outcomes.
Evaluator juga menguji rasionalisasi program dan menghimpun standard
dan judgment terkait dengan tiga aspek evaluasi tersebut yaitu antecedents,
transactions, and outcomes.
Tahap kedelapan, eight o’clock, thematize; prepare portrayals, case
studies. Dalam tahapan ini yang dilakukan evaluator adalah;
The evaluator analyzes the obtained information by developing themes
seen in the information, using it to prepare portrayals of the program and
perhaps doing case studies. With the help of observers, the evaluator might
develop brief narratives, product displays, graphs, photographic displays,
sketches, a sociodrama, taped presentations, *and the like.41
Melakukan analisis, dengan mengembangkan tema-tema yang terkait
dengan data yang diperoleh. Melakukan pengamatan yang mendalam melalui
sejumlah data yang diperoleh dan beragam bentuk.
Tahap kesembilan, nine o’clock, validate, confirm, attempt to disconfirm.
Pada tahap ini yang dilakukan evaluator adalah “The evaluator checks the
validity of findings and analyses. Various tests of record quality are conducted.
Program personnel then react to the quality of portrayals.”42 Melakukan
pengecekan validitas temuan dan analisis. Validitas yang dilakukan terkait

42 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964


Ihwan Mahmudi
dengan validitas data kualitatif. Seperti melakukan triangulasi dan pengecekan
anggota.
Tahap kesepuluh, ten o’clock, winnow format for audience use. Pada
tahap ini yang dilakukan evaluator adalah;
The evaluator winnows and formats information in order to make it
maximally useful to audiences. Audiences should be informed of the
assembled data and queried on what information would be of most value
to them. Reactions should be collected from authority figures and other
members of the audience. The evaluator should then design communications
so as to maximize available information in order to respond to the different
needs of the difference audiences.43
Keberagaman audien dalam sebuah program, dan berbeda tujuan dan
kepentingan, karena itu pelaporan akan bermakna jika disesuaikan dengan
kebutuhan audien terhadap program. Dengan demikian seorang evaluator
dituntut untuk memaksimalkan kemampuan berkomunikasi agar dapat
merespon perbedaan kebutuhan setiap audiens.
Tahap kesebelas, eleven o’clock, assemble format reports if any. Adapun
yang dilakukan evaluator yaitu, “The evaluator prepares formal report if they
are required. Depending on prior agreements with the client and audience needs,
a printed report may not be necessary.”44Tahap ini menjelaskan bagaimana
pelaporan itu dibuat bergantung kepada kesepakatan dengan kebutuhan klien
dan audien. Karena itu pelaporan formal belum tentu sesuai atau dibutuhkan
bagi para klien.
Twelve o’clock, talk with clients, program staff, audiences. Pada tahap
ini “the evaluator talks with clients, program staff, and audiences. Menurut
Stufflebeam & Shinkfield, “These exchanges occur often during the evaluation
and touch on a wide range of topics”.45 Hal ini juga terkait dengan apa yang
klien inginkan untuk dievaluasi serta apa yang dipikirkan oleh mereka seperti
mengenai akitivitas program, kurikulum, dan hasil belajar siswa. Selama
kegiatan evaluasi maka berbicara dengan klien, staff program dan audiens
terus dilakukan.
Kedua belas tahapan tersebut, tidak menjadi sebuah urutan yang mesti
dilakukan, namun ada keleluasaan dalam menempuh langkah-langkah dalam
evaluasi responsif. Karena Stake menyadari hal ini, “I know that some of you
would remind me that a clock moves clockwise, so I hurry to say that this clock
moves clockwise and counter-clockwise and cross-clockwise. In other words,
any event can follow any event.”46 Dengan demikian tahapan tersebut dapat
direduksi atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan.

Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964 │ 43


Model Evaluasi Responsif
ENDNOTE
1 Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield, Systematic Evaluation
A Self Instructional Guide to Theory and Practice (Boston: Kluwer-Nijhoff
Publishing,1986), h.3.
2 Wirawan,Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi(Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), h. 7.
3 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar,Evaluasi Program
Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 1.
4 DjudjuSudjana,Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: Rosda,
2006),h. 22.
5 Ibid., h. 47.
6 Robert E. Stake, Standards-Based & Responsive Evaluation (London: Sage,
2004), h. 4.
7 John. M. Owen, Program Evaluation forms and Approaches (Crows Nest: Allen
dan Unwin, 2006), h.1.
8 Anonymous,Educational Assessment, http://www.washington.edu/oea/services/
research/program_eval/faq.html(diakses 3 Juni 2014).
9 Wirawan, op. cit., h. 17.
10 Spaulding, op. cit., h. 5.
11 Wayne Hayes, Defining Evaluation
http://profwork.org/pp/evaluate/def.html (diakses 20 Februari 2012).
12 Sudjana, op. cit., h.22.
13 Sharon F. Rallis dan Gretchen B. Rossman,“Metode Campuran dalam Konteks
Evaluasi: Sebuah Kerangka Pragmatik,” di dalam Social & Behavioral Research,
ed. Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie, terjemahan Daryatno (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), h. 450.
14 Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield,op.cit., h. 136.
15 Goerge F. Madaus dan Thomas Kellaghan. “Models, Metaphores, and Definitions
in Evaluation,” di dalam Evaluation Models Viewpoints on Educational and
Human Services Evaluation, eds. George F. Madaus, Thomas Kellaghan, dan
Daniel L. Stufflebeam (New York: Kluwer, 2002), h. 20.
16 Stufflebeam dan Shinkfield (2007), op. cit.,h.137.
17 Ibid., h. 133-234.
18 Jody L. Fitzpatrick, James R. Sanders, dan Blaine R. Worthen, Program
Evaluation Alternative Approaches and Practical Guidelines (New York: Pearson,
2004), h. 68.
19 Arikunto dan Jabar, op.cit., h. 41.
20 Ibid., h. 6.
21 Robert, E. Stake. Program Evaluation, Particulary Responsive Evaluation. in
Keynote Presentation at Conference on “New Trends in Evaluation” in October
1973 at The Institute of Education at Gotenborg University, h. 5.
22 John M. Owen, Program Evaluation forms and Approaches(Crows Nest: Allen
dan Unwin, 2006), h.221.

44 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964


Ihwan Mahmudi
23 Stufflebeam dan Shinkfield, op. cit., h. 413.
24 Ibid., h. 420.
25 Ibid., h. 421.
26 Stufflebeam dan Shinkfield (2007), op. cit., h. 414.
27 Wirawan, op. cit., h. 90.
28 Owen, op. cit., h. 221.
29 Stufflebeam dan Shinkfield (2007), op. cit., h. 403.
30 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.
236.
31 Meredith D. Gall, Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg, Educational Research(New
York: Pearson Education, 2007), hh. 560-569.
32 Wirawan, op. cit., h. 92.
33 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, terjemahan Budi Puspo Priyadi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1991), h. 52.
34 Stufflebeam dan Shinkfield, Systematic Evaluation (Boston: Kluwer-Nijhoff
Publishing, 1986), h. 236.
35 Stufflebeam dan Shinkfield (2007),op. cit., h. 422.
36 Ibid., h. 422.
37 Stufflebeam dan Shinkfield (1986), op. cit., h. 237.
38 Ibid., h. 238.
39 Ibid., h. 238.
40 Stufflebeam dan Shinkfield (2007),op. cit., h. 422.
41 Ibid., 422.
42 Stufflebeam dan Shinkfield (1986), op. cit., h. 238.
43 Ibid., 238.
44 Ibid.
45 Stufflebeam dan Shinkfield (2007), op. cit., h. 421.
46 Stake, op. cit., h. 103.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin AbdulJabar.Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Fitzpatrick, Jody L., James R.Sanders., dan Blaine R. Worthen.Program Evaluation


Alternative Approaches and Practical Guidelines. New York: Pearson, 2004.

Gall, Meredith D., Joyce P.Gall.,dan Walter R. Borg.Educational Research. New


York: Pearson Education, 2007.

Hasan, Hamid.Evaluasi Kurikulum. Bandung:Rosdakarya, 2008.

Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964 │ 45


Model Evaluasi Responsif
Madaus, Goerge F., dan ThomasKellaghan. “Models, Metaphores, and Definitions
in Evaluation,” di dalam Evaluation Models Viewpoints on Educational and
Human Services Evaluation, diedit olehGeorge F Madaus, Thomas Kellaghan,
dan Daniel L. Stufflebeam. New York: Kluwer, 2002.

Owen, John M. Program Evaluation forms and Approaches. Crows Nest: Allen dan
Unwin, 2006.

Patton, Michael Quinn.Metode Evaluasi Kualitatif, terjemahan Budi Puspo Priyadi.


Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009.

Rallis, Sharon F., dan Gretchen B. Rossman. “Metode Campuran dalam Konteks
Evaluasi: Sebuah Kerangka Pragmatik,” di dalam Social & Behavioral
Research, diedit oleh Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie terjemahan
Daryatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stufflebeam, Daniel L., dan Anthony J. Shinkfield. Evaluation Theory, Models &
Applications. San Francisco: Jossey-Bass, 2007.

_______.Systematic Evaluation A Self Instructional Guide to Theory and Practice.


Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing,1986.

Sudjana, Djudju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Rosda,


2006.

Stake, Robert E. “Program Evaluation Particularly Responsive Evaluation,”di dalam


Evaluation Models Viewpoints on Educational and Human service Evaluation,
diedit olehDaniel L. Stufflebeam, George F. Madaus, dan Thomas Kellaghan.
New York: Kluwer, 2002.

Spaulding, Dean T. Program Evaluation in Practice. San Francisco: John Wiley &
Sons, 2008.

Wirawan. Evaluasi.Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

46 │ Edukasiana | Volume 11 No. 1 April 2018 | ISSN 2018-3964

Anda mungkin juga menyukai