I. LATAR BELAKANG
Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pada
pasal 2 menyebutkan bahwa “Perpustakaan diselenggarakan berdasarkan
asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan,
keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan”.
Hal ini menunjukkan bahwa perpustakaan mengemban amanah
sebagai tempat pembelajaran dan kemitraan bagi masyarakat yang
dikelola secara professional dan terbuka bagi semua kalangan sehingga
dapat mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dan dapat diukur
capaian kerja bagi kesejahteraan masyarakat. Pembelajaran sepanjang
hayat merupakan kata kunci dalam pengembangan transformasi
perpustakaan berbasis inklusi social.
Perpustakaan dapat mengambil peran bukan hanya sebagai pusat
informasi lebih dari itu perpustakaan dapat bertransformasi menjadi
tempat dalam pengembangan diri masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan asyarakat. Pembelajaran sepanjang hayat
merupakan peran perpustakaan dalam memberikan layanan berbasis
inklusi social terutama untuk perpustakaan umum.
Pengertian inklusi social adalah pendekatan perpustakaan berbasis
system social/masyarakat yang ada di lingkungan perpustakaan (social
system approach) atau pendekatan kemanusiaan (humanistic approach).
Penekatan inklusi social adalah memandang perpustakaan sebagai
subsistem pembangunan sosial kemasyarakatan. Untuk itu, perpustakaan
harus dirancang sedemikian rupa agar memiliki nilai kemanfaatan yang
tinggi bagi masyarakat. Melalui pendekatan inklusif ini perpustakaan
mampu menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk memperoleh
semangat baru dan solusi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan.
Terhadap latar belakang ini, penting bahwa layanan yang ditawarkan
perpustakaan harus siap dapat diakses oleh semua yang membutuhkan.
Sehingga Layanan perpustakaan dapat merangkul kalangan seluas
mungkin.
Kementerian PPN/Bapenas mulai tahun 2018 telah menetapkan
Kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Target tahun
2018 sebanyak 60 lokasi, target tahun 2019 sebanyak 300 lokasi dengan
alokasi anggaran 145 miliar + DAK 300 miliar. Perpusnas RI sebagai
Pembina semua jenis perpustakaan dengan dukungan dari Bapenas pada
tahun 2020 tetap berkomitmen untuk melakukan Program Transformasi
F. Anggaran
Pada tahun 2020, Bidang Perpustakaan mendapatkan alokasi
anggaran sebesar Rp.516.940.526 dengan rincian sebesar
Rp.259.123.000 Bersumber dari DAK Fisik Bidang Pendidikan Sub
Bidang Perpustakaan Perpusnas RI Tahun 2020 dan sebesar
Rp.257.817.526 yang bersumber APBD Kab. Madiun TA. 2020.
V. KONDISI WILAYAH
A. KONDISI GEOGRAFIS
Letak, luas dan batas wilayah Kabupaten Madiun terletak pada
posisi 7º12’-7º48 LS dan 111º25’-111º51’ BT. Letak Kabupaten
Madiun berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara,
Kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan, serta
Kabupaten Magetan dang Ngawi di sebelah barat. Luas wilayah
Kabupaten Madiun secara keseluruhan adalah 1.010,86 Km² atau
101.086 Ha.
Gambar 1.1.
Peta Kabupaten Madiun
B. LUAS WILAYAH
Luas wilayah Kabupaten Madiun mencapai 1.010,86 Km² dimana
sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Madiun merupakan
lahan pertaian.
C. TOPOGRAFI
Topografi di Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan
dengan posisi terendah terdapat di lembah Bengawan Madiun dengan
ketinggian antara 21-100 mdpl. Kemudian ke arah selatan semakin
tinggi hingga mencapai hampir 2.000 mdpl. Prosentase terbesar
didominasi oleh ketinggian 100-500 mdpl dan 50-100 mdpl.
Tabel 1.2
Perkebangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten MAdiun Tahun 2016-2018
Grafik 1.1
Perkembangan IPM
69.00
68.50
68.00
67.50
67.00
2015 2016 2017 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik
VI. PENUTUP
Demikian Proposal Usulan Kabupaten Madiun sebagai Calon
Penerima Manfaat Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial ini
kami buat, agar kiranya dapat disetujui dan direalisasikan di Kabupaten
Madiun.
BUPATI MADIUN
Sekretaris Daerah
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan