Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI SEL

Resume

Ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi Sel Molekuler


yang diampu oleh Bapak Hendra Susanto, S.Pd., M.Kes., Ph.D

Oleh
Kelompok 4

Dwi Darmayanti 190341764443


Lina Kumalasari 190341864403
Nur Annisa 190341864424

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2019
A. Pendahuluan
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain. Seperti
halnya manusia, sel-sel organisme multiseluler juga melakukan komunikasi yang melibatkan
beberapa transmisi sinyal kimia yang melintasi ruang antara satu sel dan sel
lainnya.Komunikasi antar sel dimediasi oleh molekul sinyal ekstraseluler. Beberapa di
antaranya beroperasi dalam jarak jauh, memberi sinyal dari sel ke sel yang jauh; yang lain
hanya memberi sinyal kepada tetangga terdekat. Komunikasi sel baik pada hewan dan
tumbuhan menunjukkan bahwa mekanisme kerja antara sel satu dengan sel lainya adalah
saling terkait dan tidak terlepas satu sama lainnya.
Komunikasi antar sel merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
makhluk hidup karena tanpa adanya komunikasi sel maka sistem kerja tubuh tidak dapat
berjalan dengan baik. Misalnya ketika salah satu bagian tubuh kita merasakan sakit maka
dapat mengurangi aktivitas tubuh yang lain sperti pencernaan yang membuat nafsu makan
menjadi berkurang dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengetahui dan memahami
mekanisme dari komunikasi sel sangat diperlukan. Pada resume ini disajikan beberapa hal
terkait komunikasi sel hingga mekanisme sinyal transduksi yang masih saling terkait.

B. Komunikasi antar Sel


Seperti halnya manusia, sel-sel organisme multiseluler juga melakukan komunikasi
yang melibatkan beberapa transmisi sinyal kimia yang melintasi ruang antara satu sel dan sel
lainnya. Komunikasi antar sel dimediasi oleh molekul sinyal ekstraseluler. Beberapa di
antaranya beroperasi dalam jarak jauh, memberi sinyal dari sel ke sel yang jauh; yang lain
hanya memberi sinyal kepada tetangga terdekat.
Sebagian besar sel dalam organisme multiseluler dapat memancarkan dan menerima
sinyal. Penerimaan sinyal tergantung pada protein reseptor, biasanya (tetapi tidak selalu) pada
permukaan sel, yang mengikat molekul sinyal. Pengikatan dapat mengaktifkan reseptor, yang
pada gilirannya mengaktifkan satu atau lebih jalur sinyal intraseluler. Protein persinyalan
intraseluler memproses sinyal di dalam sel penerima dan mendistribusikannya ke target
intraseluler yang tepat. Target ini umumnya protein efektor, yang diubah ketika jalur sinyal
diaktifkan dan menerapkan perubahan perilaku sel yang sesuai. Tergantung pada sinyal dan
sifat dan keadaan sel penerima, efektor ini dapat berupa protein pengaturan gen, saluran ion,
komponen jalur metabolik, atau bagian dari sitoskeleton. Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa sel satu (dari suatu organ) bekerja berdasarkan stimulasi oleh sel yang lain
dari organ yang sama atau organ yang lain, sehingga sel dari suatu organ mengendalikan
aktivitas sel dari organ yang sama ataupun organ yang berbeda. Secara sederhana jalur sinyal
intraseluler terdapat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Jalur sinyal intraseluler


Sumber: Albert (2015: 814)

Jauh sebelum organisme multisel muncul di Bumi, organisme uniseluler telah


mengembangkan mekanisme untuk menanggapi perubahan fisik dan kimia di lingkungan
mereka termasuk mekanisme untuk menanggapi kehadiran sel-sel lain. Meskipun sel-sel ini
sebagian besar menjalani kehidupan mandiri, mereka dapat berkomunikasi dan
mempengaruhi perilaku satu sama lain. Contoh sederhana bahwa sel-sel berkomunikasi
adalah ketika sel-sel ragi satu sama lain berkomunikasi untuk melakukan perkawinan. Ketika
Saccharomyces cerevisiae haploid siap untuk kawin, ia mengeluarkan faktor kawin peptida
yang menandai sel-sel dari tipe kawin yang berlawanan untuk berhenti berproliferasi dan
bersiap untuk kawin. penggabungan berikutnya dari dua sel haploid dari tipe kawin yang
berlawanan menghasilkan sel diploid, yang kemudian dapat menjalani meiosis dan
bersporulasi, menghasilkan sel haploid dengan berbagai gen baru. Perombakan gen melalui
reproduksi seksual membantu spesies bertahan hidup di lingkungan yang tidak dapat
diprediksi.
C. Macam-macam Komunikasi Sel
Sel mempunyai kurang lebih 2 cara untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Komunikasi fisik dan komunikasi kimiawi sebagai berikut.

1) Komunikasi fisik
Pada jaringan sel epitel, sel-sel melekat sangat kuat satu dengan yang lainnya
sehingga memerlukan lembaran lamina basalis. Hubungan sel-sel epitel yang sangat kuat
dapat disebabkan oleh adanya hubungan antarsel. Hubungan antarsel berfungsi sebagai
penghalang (barrier), pelekat (adhesi), dan ada juga yang membantu transpor antar sel
(Gambar 2).

Gambar 2. Tipe Komunikasi Fisik


Sumber: Albert (2015: 1036)
a. Ada empat kategori pelekat antarsel:
1. Anchoring junction, melekatkan sel dengan sel tetangganya atau dengan matriks
ekstraseluler secara mekanik, menghantarkan tekanan dan bersatu dengan filamen
sitosteletal di dalam sel. Tipe pelekatan Anchoring junction yaitu: a) adherens
junction; b) actin-linked-cell-matrix adhesion); c) Desmosom; d) Hemidesmosom.
2. Occluding junction, pelekatan menyatu yang mempertautkan sel-sel bertetangga
dengan tujuan untuk mencegah merembesnya molekul yang berukuran kecil
sekalipun keluar melewatinya atau menjadi penghalang impermeabel (selektif
permaebel). Tipe pelekatan Occluding junction yaitu: a) tight junction; b) sepate
junction.
3. Channel-forming junction, mempermudah pengangkutan satu sel ke sel tetangganya.
Tipe pelekatan Channel-forming junction yaitu: a) gap junction; b) plasmodesmata.
4. Signal-relaying junction, memungkinkan sinyal diteruskan dari sel ke sel melintasi
membran plasma tempat sel-sel tersebut kontak. Tipe pelekatan Signal-relaying
junction yaitu: a) sinaps kimiawi; b) sinaps imonologi; c) reseptor-ligan
transmembran kontak sinyal sel-sel.
b. Tipe-tipe perlekatan hubungan Antarsel sebagai berikut.
1) Hemidesmosom
Hemidesmosom sangat berperan penting dalam mempertahankan ikatan antara
jaringan epitel dengan membran di bawahnya (lamina basal). Hemidesmosom
tersusun atas suatu plak protein yang berada di bagian sitoplasmik yang dilengkapi
dengan filamen-filamen dari kelompok filamen intermediet (keratin). Filamen-
filamen inilah yang memberikan kekuatan pada sel untuk menahan tekanan. Pada
bagian dalam sel, filamen menjulur ke sitoplasma, dan pada bagian luar sel filamen
berhubungan dengan matriks ekstrasel melalui molekul integrin yaitu α6β4 yaitu
plektin dan dystonin (Gambar 3).

Gambar 3. Hemidesmosom
Sumber: Albert (2015: 1076)
2) Focal contact (Adhesion Plaque)
Focal contact (Adhesion Plaque) merupakan bentuk lain dari struktur yang
mengikatkan sel dengan substrat. Focal contact ditemukan pada sel-sel yang dipelihara
dalam kondisi in vitro. Beberapa waktu setelah suspense sel diteteskan ke cawan, sel-sel
akan mulai menempel pada permukaan cawan menjadi substratnya. Penempelan ini
dilanjutkan dengan pembentukan juluran-juluran sel. Juluran yang semakin panjang
membuat perlekatan sel dengan substratnya menjadi semakin kuat. Sel selanjutnya akan
memipih dan melebar (spreading) di atas permukaan substrat.
3) Desmosome
Desmomosom adalah perekat antarsel dalam suatu jaringan yang berperan sebagai
tempat berikatannya filamen intermediet dari kedua sel yang berdekatan (bedakan
dengan adherens junction yang berikatan dengan filamen aktin). Desmosom (maculae
adheren) ditemukan pada berbagai jaringan terutama jaringan epitel. Desmosome
berbentuk lingkarana (diskus). Membran plasma dari dua sel yang berdekatan terpisah
sekitar 20-35 nm, dan elah ini terisi materi ekstra sel yang kental. Pada bagian
sitoplasmik terdapat plak sebagai tempat tertanamnya filamen-filamen intermediet.
Filamen-filamen memanjang hingga mencapai plak dari desmosome sel yang
bersebrangan. Rentangan filament intermediet memberikan kekuatan pada sel terhadap
tarikan atau rentangan. Ikatan yang terjadi pada Desmosom melibatkan molekul dari
kelompok chaderin yaitu desmoglein dan desmocollin yang menghubungkan
sitoskeleton materi ekstrasel (Gambar 4).

Gambar 4. Desmosom
Sumber: Albert (2015: 1046)

4) Adheren junction
Adheren junction (zonula adheren) ditemukan pada berbagai tempat di tubuh. Pada
jaringan epitel usus ikatan ini membentuk zona melingkar (belt) dibagian dekat apeks
dan melekatkan sel-sel yang bersebelahan. Kedua sel yang bersebelahan dipisahkan
oleh celah sebagai tempat molekul-molekul chaderin berikatan dengan bantuan ion-
ion kalsium. Pada bagian sitoplasmik cadherin terdapat suatu plak protein. Ujung
sitoplasmik chaderin berikatan dengan mikrofilamen melalui protein sistemik catenin
(Gambar 5).
Gambar 5. Adheren Junction
Sumber: Albert (2015: 1044)

5) Tight junction (Perlekatan Menyatu)


Tight junction (Perlekatan Menyatu) umumnya terdapat pada bagian apeks sel.
Junction ini mengikatkan dua membran sel yang berdekatan dengan meninggalkan
pola tertentu seperti anyaman jala. Bagian dari dua membrane yang tidak terikat akan
membentuk ruang antar membrane yang terisi molekul-molekul terlarut di dalam
cairan ekstrasel. Tight junction dibentuk oleh protein integral membran (protein
transmembran) yang disebut occluding dan claudin. Ikatan yang terjadi antara
protein dari kedua sel membentuk ikatan yang kuat dan sangat sukar ditembus oleh
air ataupun zat-zat yang terlarut di dalamnya. Kondisi ini menyebabkan celah sel
tidak permeabel.

Gambar 6. Tight Junction


Sumber: Albert (2015: 1050)
6) Gap junction
Gap junction adalah saluran sempit yang berisi air yang secara langsung
menghubungkan sitoplasma sel epitel yang berdekatan, serta beberapa jenis sel
lainnya. Saluran ini memungkinkan terjadinya pertukaran ion anorganik dan molekul
kecil yang larut dalam air lainnya, tetapi bukan dari makromolekul seperti protein
atau asam nukleat. Dengan demikian, sel-sel yang terhubung oleh gap junction dapat
berkomunikasi satu sama lain secara langsung, tanpa harus melewati penghalang
yang disajikan oleh membran plasma intervening (Gambar 7). Dengan cara ini, gap
junction menyediakan untuk yang paling intim dari semua bentuk komunikasi sel,
singkat dari jembatan sitoplasma atau fusi sel.

Gambar 7. Gap junction dilihat dari mikroskop elektron


Sumber: Albert (2015: 1051)

Berbeda dengan mode pensinyalan sel lainnya, gap junction pada umumnya
memungkinkan komunikasi untuk melewati kedua arah secara simetris, dan efek
tipikal mereka adalah untuk menyeragamkan kondisi dalam sel yang berkomunikasi.
Mereka juga dapat menjadi penting dalam menyebarkan efek dari sinyal ekstraseluler
yang bertindak melalui mediator intraseluler kecil seperti Ca2 + dan AMP siklik
(dibahas nanti), yang lolos dengan mudah melalui saluran gap junctional. Di hati,
misalnya, penurunan kadar glukosa darah melepaskan noradrenalin (norepinefrin) dari
ujung saraf simpatis. Noradrenalin menstimulasi hepatosit di hati untuk meningkatkan
kerusakan glikogen dan melepaskan glukosa ke dalam darah, respon yang tergantung
pada peningkatan AMP siklik intraseluler. Namun, tidak semua hepatosit dipersarafi
oleh syaraf simpatetik. Dengan cara jeda kesenjangan yang menghubungkan
hepatosit, hepatosit yang terawetkan mengirimkan sinyal ke yang tidak
diinkervasikan, setidaknya sebagian oleh pergerakan AMP siklik melalui junction
gap. Seperti yang diharapkan, tikus dengan mutasi di gen gap gap mayor yang
dinyatakan dalam hati gagal memobilisasi glukosa secara normal ketika kadar glukosa
darah menurun.
Gap junction mengikat dua membran sel yang bersebelahan melalui ikatan
antar subunit connexin suatu protein integral membran yang lain. Selain berinteraksi
secara fisik gap junction juga memfasilitasi pertukaran materi antar sel seperti yang
telah dipaparkan pada bagian atas. Satu gap junction tersusun atas enam sub unit
connexin yang membentuk suatu kompleks pori (connexon) (Gambar 8). Di bagian
tengah kompleks terdapat saluran halus hidrofil yang disebut annulus yang
menghubungkan sitoplasma kedua sel yang bersebelahan.Struktur annulus
mendukung fungsi gap junction dalam lalu lintas materi antar sel. Materi yang
ditukarkan adalah materi yang ukurannya cukup kecil seperti berbagai ion, asam
amino, koenzim, ATP, dan beberapa metabolik lainnya. Pembentukan gap junction
terjadi ketika dua sel yang bersebelahan saling mendekat dan berikatan melalui
domain ekstraselnya. Segera setelah berikatan, connexon akan membentuk saluran
yang utuh seperti pipa. Connexon biasanya berkumpul di daerah tertentu pada
membran membentuk suatu plak gap junction.

Gambar 8.Struktur Gap Junction


Sumber: Albert (2015: 1052)

7) Plasmodesmata
Jika pada sel hewan kita mengenal istilah gap junction, pada sel tumbuhan dikenal
dengan plasmodesmata. Plasmodesmata adalah junction yang hanya ditemukan pada
sel tumbuhan berupa saluran silindris menembus dinding sel yang menghubungkan
sitoplasma dari kedua sel yang bersebelahan. Plasmodesmata juga berfungsi untuk
memfasilitasi komunikasi antar sel. Molekul yang dapat melalui plasmodesmata
aadalah molekul yang berukuran 1000 dalton atau kurang karena annulus berukuran
kecil.
Gambar 9. Plasmodesmata
Sumber: Albert (2015: 1054)
Berdasarkan beberapa jenis atau bentuk komunikasi fisik sel dapa diketahui
empat fungsi dari komunikasi tersebut adalah untuk melekatkan sel dengan substrat,
melekatkan sel dengan sel, untuk membatasi ruang antar sel, dan untuk memfasilitasi
lalu lintas antar sel.

2) Komunikasi Kimiawi
Sel untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui komunikasi kimiawi.
Komunikasi kimiawi dapat menjangkau sel target dalam jarak yang pendek ataupun jauh.
Komunikasi kimiawi melibatkan aktivitas molekul sinyal ekstraseluler seprti hormon,
neurotransmitter, dan bahkan protein membran. Berikut pemaparan terkait komunikasi
kimiawi.
Sel-sel dalam hewan multiseluler berkomunikasi melalui ratusan jenis molekul sinyal.
Ini termasuk protein, peptida kecil, asam amino, nukleotida, steroid, retinoid, turunan asam
lemak, dan bahkan gas terlarut seperti nitrit oksida dan karbon monoksida. Sebagian besar
molekul sinyal ini dilepaskan ke dalam ruang ekstraseluler secara eksositosis oleh sel
pensinyalan. Namun, beberapa dipancarkan oleh difusi melalui membran plasma sel sinyal,
sementara yang lain ditampilkan pada permukaan luar sel dan tetap melekat padanya,
memberikan sinyal ke sel lain hanya ketika mereka melakukan kontak. Terlepas dari sifat dari
sinyal, sel target merespon dengan cara reseptor, yang secara khusus mengikat molekul sinyal
dan kemudian memulai respon dalam sel target. Dalam kebanyakan kasus, reseptor adalah
protein transmembran pada permukaan sel target. Ketika protein ini mengikat molekul sinyal
ekstraseluler (ligan), mereka menjadi aktif dan menghasilkan berbagai sinyal intraseluler
yang mengubah perilaku sel. Dalam kasus lain, protein reseptor berada di dalam sel target,
dan molekul sinyal harus masuk ke sel untuk mengikatnya: ini mengharuskan molekul sinyal
cukup kecil dan hidrofobik untuk berdifusi melintasi membran plasma sel target.
Gambar 10. Pengikatan molekul sinyal ekstraseluler ke reseptor sel permukaan atau
intraseluler. Sumber: Albert (2015: 816)

1. Prinsip Kerja Molekul Sinyal Ekstraseluler


Komunikasi sel secara kimiawi melibatkan aktivitas molekul sinyal ekstraseluler.
Molekul sinyal ekstraseluler dapat bekerja baik pada jarak pendek maupun jarak panjang.
Komunikasi dengan sinyal ekstraseluler memuat 7 tahap yaitu (1) sintesis, (2) mensekresikan
molekul sinyal oleh sel pensinyal, (3) mengirimkan sinyal ke sel target, (4) pengikatan sinyal
oleh reseptor spesifik, (5) inisiasi satu atau lebih sinyal transduksi dengan mengaktifkan
reseptor, (6) terjadi perubahan spesifik dalam fungsi seluler, (7) pelepasan sinyal sehingga
sering menyebabkan terhentinya respon seluler.
Empat bentuk pensinyalan antar sel sebagai berikut (Gambar 11).
a. Pensinyalan contact-dependent merupakan komunikasi dua sel yang berdekatan dan
melakukan kontak membran secara langsung.
b. Pensinyalan Parakrin merupakan komunikasi antar sel jarak pendek. Sel pensinyal
mensekresi molekul sinyal tertentu pada sel-sel yang ada di dekatnya.
c. Pensinyalan Sinaptik merupakan komunikasi sel jarak jauh yang dilakukan oleh neuron
dengan mengirimkan sinyal elektrik disepanjang akson dan melepaskan neurotransmitter
pada banggol sinaps. Ketika terdapat rangsangan dari lingkungan atau sel-sel saraf
lainnya maka neuron mengirimkan impuls listrik (potensial aksi) dengan cepat
disepanjang aksonnya, dan ketika impuls sudah mencapai sinaps akan memicu sekresi
neurotransmitter.
d. Pensinyalan endokrin merupakan komunikasi sel jarak jauh dan lebih luas dengan
memanfaatkan aktivitas hormon dalam aliran darah yang memungkinkan untuk
menjangkau sel target di mana saja di dalam tubuh. Perbedaan mendasar pada beberapa
tipe pensinyalan terletak pada kecepatan dan selektifitas sinyal yang dikirimkan ke target
mereka.
Gambar 11. Tipe Pensinyalan antar Sel
Sumber: Albert (2015: 815)

Perbedaan tentang pensinyalan endokrin dan sinaps nampak pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12.
Pensinyalan endokrin dan sinaps

2. Tiga kelas Protein Reseptor Permukaan Sel dan Sinyal Transduksi


Suatu kombinasi dari sinyal-sinyal sinyal molekul intraseluler kecil dan besar yang
diterima di permukaan sel oleh reseptor G-protein-coupled atau enzim-coupled ke dalam sel
interior. Rantai yang dihasilkan dari peristiwa pensinyalan intraseluler akhirnya mengubah
protein efektor yang bertanggung jawab untuk memodifikasi perilaku sel. Molekul sinyal
intraseluler kecil disebut mediator intraseluler kecil atau second messenger. Mereka
dihasilkan dalam jumlah besar sebagai respons terhadap aktivasi reseptor dan sering
menyebar menjauh dari sumbernya, menyebarkan sinyal ke bagian lain dari sel. Beberapa,
seperti siklik AMP dan Ca2 +, larut dalam air dan menyebar di sitosol, sementara yang lain,
seperti diacylglycerol, larut dalam lemak dan menyebar di bidang membran plasma. Dalam
kedua kasus, mereka melewati sinyal dengan mengikat dan mengubah konformasi dan
perilaku protein pemberi sinyal yang dipilih atau protein efektor.
Sebagian besar molekul sinyal ekstraseluler berikatan dengan protein reseptor spesifik
pada permukaan sel target yang mereka pengaruhi dan tidak memasuki sitosol atau nukleus.
Reseptor permukaan sel ini bertindak sebagai sinyal transduser dengan mengubah ligand-
binding eventekstraseluler menjadi sinyal intraseluler yang mengubah perilaku sel target.
Sebagian besar protein reseptor permukaan sel memiliki salah satu dari ketiga kelas protein
reseptor yang ada. Ketiga kelas tersebut adalah Ion-Channel-Coupled receptors, G-Protein-
Coupled Surface-Receptors (GPCRs), dan enzyme-coupled receptors.

1) Ion-Channel-Coupled receptors
Reseptor ion channel coupled juga disebut sebagai transmitter-gated ion channel.
Reseptor ini terlibat dalam sinaptik yang cepat antara sel-sel saraf dan sel target yang
dieksitasi secara elektrik seperti sel saraf dan otot. Jenis sinyal ini dimediasi oleh
sejumlah kecil neurotransmiter yang secara transien membuka atau menutup saluran ion
yang dibentuk oleh protein yang mereka ikat, secara singkat dapat mengubah
permeabilitas ion membran plasma dan dengan demikian rangsangan sel target
postsynaptic.

Gambar 13. Reseptor ion channel coupled


Sumber: Albert (2015: 818)
2) G-Protein-Coupled Surface-Receptors (GPCRs)
Reseptor ini bertindak secara tidak langsung karena bekerja dengan bantuan protein G.

Gambar 14.a. G-Protein-Coupled Surface-Receptors


Sumber: Albert (2015: 818)

Gambar 14.b. Aktivitas protein G pada GPCRs.


Sumber: Albert (2015: 833)
Mekanisme transduksi sinyal diperantai oleh cAMP (Second Messenger)

Gambar 15. Mekanisme transduksi sinyal diperantai oleh AMP siklik (cAMP)
Sumber: Albert (2015: 836)

Mekanisme transduksi sinyal diperantarai oleh Inositol Fosolipid

Gambar 16. Mekanisme transduksi sinyal diperantarai oleh Inositol Fosolipid.


Sumber: Albert (2015: 838)

3) Sinyal Melalui enzyme-coupled receptors


Reseptor ini berfungsi secara langsung sebagai enzim atau secara langsung
berhubungan dengan enzim yang mereka aktifkan. Reseptor ini biasanya adalah protein
transmembran singlepass yang memiliki situs pengikatan ligannya di luar sel dan situs
pengikat katalitik atau enzim di dalamnya. Reseptor enzyme-coupled memiliki struktur yang
heterogen dibandingkan dengan dua kelas lainnya. Sebagian besar, baik protein kinase atau
asosiasi dengan protein kinase, yang memfosforilasi set protein tertentu dalam sel target
ketika diaktifkan. Mekanisme pensinyalan melalui enzyme-coupled receptors terdapat pada
Gambar 17 berikut.

Gambar 17.enzyme-coupled receptors


Sumber: Albert (2015:818)

DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Robert, K., Walter, P. 2008. Mollecular Biology
of The Cells 3rd Edition. 270 Madison Avenue: New York. 879-902
Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Robert, K., Walter, P. 2015. Mollecular Biology
of The Cells 6rd Edition. 711 Third Avenue: New York. 813-1090
Santoso, L. M., & Santri, D. J. 2018. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika.

Anda mungkin juga menyukai