Anda di halaman 1dari 8

Vol. 19 No.

1, April 2018: 46-53

Andung-Andung Mate di Ranto


Rosmegawaty Tindaon1
Jurusan Musik, Institut Seni Indonesia Padangpanjang

GR Lono Lastoro Simatupang, Victor Ganap, dan Timbul Haryono


Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami lagu Mate di Ranto dari perspektif musikologis. Data
utama penelitian ini adalah lagu Mate di Ranto karya Poster Sihotang. Analisis dilakukan dengan
cara mengamati melodi dan syair lagu tersebut. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa lagu
Mate di Ranto adalah sebuah lagu masyarakat Batak Toba bergenre andung-andung, yaitu lagu yang
bernuansa melankolis dan bermakna sebagai ungkapan kesedihan. Lagu ini terinspirasi dari andung
upacara kematian. Lagu ini merupakan hasil perpaduan dari gaya bernyanyi tradisional andung dan
gaya menyanyi musik popular. Lagu ini menggunakan iringan combo band yang dikomposisi dengan
memadukan unsur musik pop dan musik tradisional Batak Toba.
Kata kunci: andung-andung; Mate di Ranto; Batak Toba

ABSTRACT
Andung-Andung Mate di Ranto. This study aims to understand the song of Mate di Ranto from a
musicological perspective. The main data of this research is the song of Mate di Ranto by Poster Sihotang.
The analysis was done by observing the melody and the lyrics of the song. Based on the research it is
concluded that the song of Mate di Ranto is a song of Toba people with the genre of andung-andung,
which is a melancholic nuance and has a meaning as an expression of sadness. This song is inspired by the
andung-andung of death ceremony. This song is the result of a blend of traditional singing style of andung-
andung and popular music singing styles. This song uses a combo band accompaniment which is
composed by combining elements of pop music and traditional Toba music.
Keywords: andung-andung; Mate di Ranto; Batak Toba

Pendahuluan tentang kematian di masyarakat Batak Toba.


Peristiwa kematian dalam masyarakat Batak
Andung-andung dalam masyarakat Batak Toba memiliki arti penting, karena setiap
Toba memiliki peranan yang sangat penting individu yang meninggal memiliki nilai positif
dalam kehidupan sosial. Nyanyian andung- semasa hidupnya. Seperti yang dikatakan
andung terdiri dari beranekaragam tema atau Irawati (2016: 3) bahwa musik dan aspek-aspek
cerita, seperti kematian, cinta kasih, kehidupan atau tingkah laku lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat, dan keindahan alam. Tulisan ini manusia memiliki keterkaitan, sehingga
membahas tentang Andung-andung ke-matian, pemahaman mengenai suatu kebudayaan dapat
yaitu nyanyian yang menceritakan dicapai antara lain lewat studi terhadap

1 Alamat korespondensi: Jurusan Musik, FSP ISI Padangpanjang. Jln. Bahder Johan, Guguk Malintang,
Padangpanjang Timur Sumatera Barat. HP.+62 82136275775. E-mail: rosmega@ymail.com

46 Naskah diterima: 2 Februari 2018 | Revisi akhir: 25 Maret 2018


Vol. 19 No. 1, April 2018

musiknya. Perubahan andung menjadi nyanyian cara meregenerasikan kesenian dari generasi ke
Andung-andung, dalam arti menjadikan andung generasi dari leluhur ke anak cucu secara lisan
sebagai dasar ide yang kemudian dikembangkan (Murgianto, 2004: 10). Hal ini terjadi pada
menjadi bentuk yang baru dapat dianggap proses mengandung menjadi nyanyian andung-
sebagai komodifikasi, yaitu pengambilan dalam andung. Tradisi merupakan akar perkembangan
bentuk ide-ide, elemen-elemen musik, simbol, dan kebudayaan yang memberi ciri khas identitas
artefak dari kepemilikan berbagai budaya lain, atau keperibadian suatu bangsa (Murgianto,
kemudian mencoba mengubah kerangka yang 2004: 15). Mangandung bertrasformasi menjadi
terkait pada suatu acuan, sehingga dapat dijadikan nyanyian andung-andung dan menjadi penciri
sebagai miliknya sendiri (Marta Rosa, 2016: 4). kesenian masyarakat Batak Toba.
Orang Batak Toba mengungkapkan perasaan Andung merupakan bagian budaya yang telah
melalui nyanyian, menjadikan mereka memiliki menjadi suatu kearifan lokal bagi masyarakat Batak
kemampuan bernyanyi yang baik, semua aspek dalam Toba. Lewat tradisi menyanyi mereka telah
kehidupan mereka dijadikan ide untuk membuat mewariskan nilai-nilai budaya mereka pada generasi
nyanyiannya, termasuk peristiwa mangandung pada yang akan datang. Andung bertransformasi menjadi
ritual kematian dijadikan sebagai awal andung-andung yang popular dikalangan masyarakat
berkembangnya nyanyian Andung-adung. Batak Toba. Mengandung dilestarikan melalui tradisi
Orang Batak kerap diidentikkan dengan suara lisan. Perkembangan masyarakat Batak Toba
yang bagus dan keahlian marende atau bernyanyi. menjadikan andung–andung sebagai sebuah kesenian
Marende, menjadi salah satu ciri masyarakat Batak popular melalui proses rekaman. Perubahan andung
Toba. Bahkan menyanyi dapat dianggap menjadi menjadi lagu popular Andung-andung merupakan
salah satu budayanya. Dengan menggunakan salah satu cara pelestarian yang melahirkan budaya
perspektif Bourdieu, menyanyi dapat dikatakan baru yang mempunyai nilai berbeda dalam
telah menjadi habitus orang Batak (Prasetya, 2010). masyarakatnya masa kini. Sejalan dengan pendapat di
Orang Batak Toba gemar bernyanyi juga atas seni dalam segala perwujudannya merupakan
disebabkan karena faktor geografis. Pada masa dulu suatu ekperesi proses kebudayaan manusia, sekaligus
jarak satu kampung dengan kampung lainnya atau pencerminan dari peradaban suatu masyarakat (Dyah,
satu rumah dengan rumah lainnya cukup jauh, hal 2017: 245).
itu membuat warga kerap merasa kesepian. Di Nyanyian andung-andung bergeser dari se-
tengah kesepian itu, mereka menciptakan lagu-lagu buah ritual kematian menjadi salah satu kesenian
untuk menghibur diri. yang memiliki nilai komersial. Terjadi beberapa
Kebiasaan lain yang mendorong orang Batak perubahan dimana andung tradisional kehilangan
Toba memiliki habitus menyanyi adalah tradisi nilai-nilai tertentu dan berubah secara prinsip. Di
mangandung atau meratap dengan kata-kata indah. satu sisi, mangandung sebagai ungkapan kesedihan
Andung adalah ratapan bernuansa kesedihan. Andung keluarga yang ditinggalkan, di sisi lain nyanyian
dapat membuat orang yang mendengarnya terpana, andung-andung merupakan ungkapan kesedihan
terpesona, terpancing untuk meneteskan air mata. tetapi lebih bernilai hiburan semata dan dinikmati
Pangandung atau peratap yang mahir biasanya oleh golongan masyarakat tertentu di Batak Toba.
menutupi kepalanya dengan ulos sehingga tidak dapat Banyak seniman Batak Toba menjadikan
diketahui mimik wajahnya ataupun kemungkinan mangandung sebagai ide dalam menciptakan genre
meneteskan air mata. Walau tidak terikat dengan syair musik popular yang baru dan dikenal oleh
yang beraturan, bahasa andung sangat khusus dan masyarakat Batak Toba pada saat ini sebagai
jarang diucapkan dalam bahasa sehari-hari nyanyian Adung-Andung. Dalam berkreativitas,
(Nainggolan dkk, 2015: 147). Hal ini ditemui dalam para seniman tetap mempertahankan unsur
lagu andung-andung popular. melankolis serta syair sebagai ungkapan perasaan
Proses perubahan mangandung sebagai bagian serta ungkapan kesedihan yang dialami dalam
tradisi masyarakat Batak Toba diartikan sebagai kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba.

47
Rosmegawaty Tindaon, dkk., Andung-Andung Mate di Ranto

Semua unsur yang menjadi ciri khas mangandung mengutrakan hal-hal yang dapat dikenang dari
dijadikan dasar ide kreatif seniman dalam orang yang meninggal. Untuk lagu popular
membuat nyanyian popular andung-andung. Andung-andung syairnya sudah ditentukan dan
Fenomena persebaran musik Batak Toba tidak ada proses kreasi dalam pengerjaannya dengan
lepas dari perkembangan lagu Batak itu sendiri tetap memperhatikan seluruh aspek komposisi
(Tindaon, 2018: 127) dan pengaruh perkembangan baik melodi, harmoni, form dan musik iringan.
masyarakat pendukungnya. Persebaran musik Batak Transformasi andung menjadi andung-andung
Toba sangat dipengaruhi oleh kemampuan para telah melahirkan seni budaya baru sebagai
seniman serta konstribusinya yang berperan dalam akibat dari proses perubahan sosial yang
penyebaran nyanyian andung-andung sebagai melahirkan suatu kultur baru karena proses
nyanyian popular, baik di dalam maupun di luar kreatif dalam penciptaan seni.
daerah Batak Toba. (Tindaon, 2018: 127). Seniman
penyanyi dan pemusik Batak memiliki konstribusi
penting dalam perkembangan nyanyian popular
adung-andung ke depannya.
Istilah popular tidak bisa lepas dari
perkembangan media-media elektronik radio,
rekaman, piringan hitam cassette, CD (Mark,
1994: 11). Hadirnya compact cassette di Indonesia
juga berdampak pada penyebaran musik popular
masyarakat Batak Toba secara luas. Musisi Batak
pun menanggapi perkembangan ini dengan terjun
kedunia rekaman suara (Hodges, 2009: 154).
Kepopuleran musik Batak Toba dapat dilihat dari
eksistensi para seniman Batak Toba di kota-kota
besar. Kreativitas mereka terlihat dari
produktivitas rekaman baik berupa kaset, CD,
VCD, M3 dan konser musik di berbagai daerah di
Indonesia dan luar negeri.
Gaya Andung-andung dalam musik popular
Batak Toba adalah hasil kreaivitas dan transformasi
dari gaya melantun andung. Salah satu konstribusi
dan bentuk kreatifitas masyarakat seniman Batak
Toba adalah munculnya trio Lasidos pada awal tahun
1980 an yang memperkenalkan suatu gaya baru dalam
musik popular Batak Toba yang dikenal dengan
Andung-andung (Hodges, 2009: 156). Seniman Batak
lainnya yang cukup terkenal Nahum Situmorang juga
membuat karya-karya musik yang menggunakan gaya
bernyanyi Andung, seperti Hu Andung Ma Damang.
Tokoh ini dianggap sebagai pembaharu dalam gaya
bernyanyi lagu-lagu popular Batak Toba (Situmeang,
2014: 84).
Syair Andung dan Andung-andung berbeda
karena konteksnya juga berbeda. Pada Andung
syairnya lahir secara spontan tanpa dipersiapkan Notasi 1. Notasi lagu Mate di Ranto
sebelumnya dan ekspresinya diwujudkan dengan (Transkrip: Rosmegawaty Tindaon, 2016)

48
Vol. 19 No. 1, April 2018

Komposisi Lagu Mate di Ranto masuknya bunyi lonceng dilihat dari tingkat
esthesic menggambarkan adanya hubungan
Komposisi musik lagu Mate di Ranto antara kebiasaan mangandung masyarakat Batak
terdiri atas dua bagian dan struktur penyajian Toba ketika ada peristiwa kematian, maka bunyi
komposisinya dimulai dari intro, lagu pokok lonceng gereja tersebut bisa dimaknai sebagai
(A, A’, B, transisi, A’’, B’, dan coda). tanda yang merepresentasikan misa kematian. a.
Lagu Mate di Ranto memiliki bentuk biner Periode A
atau bentuk dua bagian “diperluas” ( Expanded Bagian ini merupakan bagian awal dari
Two Part Song Form), yakni: ||: A :|| B || kodeta lagu terdiri dari dua frase yang kontras yaitu
||. Bagian A (verse) merupakan double period, frase a dan frase b yang juga sebagai tema
terdiri dari 1 period (frase anteseden dan pada lagu ini. Adapun progresi harmoni
konsekuen) dan satu period berupa kelompok pada frase a’ yaitu |I…|I…|I…|I…| IV…|
frase (terdiri 3 frasa). Bagian A ini diulang, baru IV…| I…| sedangkan pada frase b yaitu |
kemudian beralih ke bagian B (chorus). ii…|V…|I…|V….|I…| (Notasi 2).
Bagian B juga berupa double period yang b. Periode A’
terdiri dari dua period, namun masing-masing Bagian ini merupakan Verse 2 not yang
period hanya beranggotakan frase anteseden dan ada pada Periode A di ulang namun di
konsekuen. Setelah berakhirnya bagian B ini beberapa motif di rombak untuk
kemudian disusul frase tunggal yang menjadi menyesuaikan melisma pada lirik lagu.
coda atau bagian akhir lagu Mate di Ranto ini. c. Periode B
Lagu ini dibuka dengan suara bunyi Periode ini memilik empat frase yang sejajar
lonceng gereja sebelum nyanyian dan instrumen kontras yaitu frase a + frase a’ dan frase b + frase
pengiring mulai berbunyi. Makna musik dengan b’ bagian ini merupakan bridge atau transisi
menuju refrain (chorus). Pergerakan yang sama
pada harmoni frase a dan frase a’ yaitu | IV…|
IV…|I…|I…| sedangkan frase b’ + b’ yaitu |ii…|
I…|I…|V…| IV…|I…|I.V.|I…|(Notasi 4).

Notasi 2. Periode A (Verse 1)


(Transkrip: Rosmegawaty Tindaon, 2016)

Notasi 4. Periode B (Chorus)


(Transkrip: Rosmegawaty Tindaon, 2016)

Notasi 3. Periode B (Verse 2) Notasi 5. Transisi


(Transkrip: Rosmegawaty Tindaon, 2016) (Transkrip: Rosmegawaty Tindaon, 2016)

49
Rosmegawaty Tindaon, dkk., Andung-Andung Mate di Ranto

d. Transisi aksen, misalnya A B A’ (Prier, 1966: 2), ini juga


Bagian ini merupakan transisi sekaligus berlaku untuk pengulangan yang terjadi pada frase.
interlude yang dinyanyikan secera bersama Bentuk musik dari repertoar nyanyian
dengan sukat ¾ dan dinamika yang turun Andung-andung akan diuraikan sesuai dengan
sehabis dari chorus (Notasi 5). pengulangan syair yang ada dalam repertoar. Syair
Potongan-potongan periode di atas yang pada nyanyian andung-andung juga mengalami
membentuk satu keutuhan lagu yang dapat dilihat pengulangan yang secara langsung berpengaruh
pada skema atau struktur bentuk dengan tabel 1. terhadap form musik secara keseluruhan.

Nyanyian Mate di Ranto Iringan Lagu Mate di Ranto

Mate di Ranto menggunakan tangga nada Iringan lagu Mate di Ranto terdiri dari; gitar
diatonis dan memiliki corak ornamen yang elektrik, gitar bass, alat musik petik Batak
menyanyikan huruf hidup. Ini tidak hanya di (hasapi), sulim, alat musik pukul tradisional, drum,
bagian akhir frase namun juga pada akhir dan keyboard. Pada bagian verse (A), suara drum
motif-motif tiap frase. belum muncul menggantikan instrumen perkusi
Setiap akhir lagu penyanyi selalu memberi Batak yang mengiringi nyanyian bagian verse.
ornamen secara spontan seperti vibrasi dan sangat Isian drum baru muncul tiga ketuk sebelum chorus
konsisten mewarnai keseluruhan frase dalam (B), dan kemudian mengiringi nyanyian hingga
dengan cara pengambilan nafas yang menyerupai akhir lagu. Drum dimainkan dalam hitungan 4
orang menangis. Penyanyi mengimitasi orang yang dengan tempo sekitar 72 beat per menit. Dari
sedang meratap. Hal ini mengakibatkan kekhasan chorus hingga lagu usai, pola ketukan drum secara
dalam menyanyikannya karena dalam frase konsisten menampilkan kerapatan pukulan yang
terakhir menggunakan teknik menyanyi yang minim. Tempo drum yang kecepatanya 72 beat per
terkesan diberikan vibrasi panjang di setiap huruf menit dengan kerapatan pukulan yang minim
hidup atau vokal. Contohnya dalam kata i nong ku, membuat tempo lagu ini terkesan lambat. Tempo
maka nada yang diperpanjang adalah huruf u, yang lambat ini di satu sisi memang lekat dengan
sedangkan apabila huruf vokalnya berada diantara suasana sedih, karenanya isian drum semacam ini
kata seperti dalam kata ta do i nong, maka nada sesuai dengan tema lagu ini.
yang diperpanjang adalah huruf o pada kata nong. Pada verse, iringan gitar dimainkan secara
chordal dengan volume yang lirih, dan banyak
Analisa repertoar nyanyian andung-andung sustain. Artinya, iringan gitar pada lagu ini memiliki
popular dilakukan berdasarkan pada bentuk musik kerapatan tekstur yang tipis. Iringan gitar pada bagian
(Form music) - yaitu periode dan frase, serta verse didukung juga dengan hasapi yang dimainkan
kerangka harmoni sederhana (Mack 1996: 13). Cara secara broken chord dengan volume lirih. Ditambah
menganalisa struktur musik dilakukan menggunakan bunyi instrumen suling yang muncul sesekali sebagai
pendekatan ilmu bentuk analisa music dengan selingan dan pendukung suasana, membunyikan
memakai symbol musik yang berlaku secara umum nada-nada dalam interval minor. Iringan gitar
dalam ilmu bentuk analisa music; mengunakan berhenti dan digantikan oleh gitar
simbol huruf besar untuk periode, dan huruf kecil
untuk frase (A; untuk periode, dan a,b untuk frase)
Bila sebuah periode diulang disertai perubahan, maka
huruf besar diberi tanda

Intro A A’ B Transisi A” B’ Coda


Notasi 6. Potongan motif frase konsekuen bagian A Mate
- 1-16 17-32 33-53 54-62 17-32 33-53 -
di Ranto yang diakhiri dengan ornamen menyanyikan
Tabel 1. Struktur penyajian lagu Mate di Ranto huruf hidup (Transkrip: Rosmegawaty Tindaon, 2016)

50
Vol. 19 No. 1, April 2018

bass dan keyboard saat beralih ke bagian chorus. Ai so adong manang na ise pangalualuakki.
Bass kebanyakan hanya dipetik pada ketukan Hansit na i Inong di au borumon.
down beat, dan banyak di-sustain. Keyboard pada Inong...Inong... ikkon mate di ranto on ma ho.
bagian chorus sifatnya hanya menjadi instrumen Inong...Inong tu dia nama au borumon.
selingan yang muncul sesekali dengan volume
yang lirih. [Karena kemiskinan kita ya ibu sehingga
Semua iringan baik instrumen perkusi, pergi putrimu
melodi, maupun instrumen harmoni turut Pergi ke perantauan inuku mencari
mendukung suasana yang sedih dalam lagu ini. kehidupan Sudah lima tahun di perantauan
Tempo drum dan alat perkusi Batak yang surat secuil pun tak pernah ku kirim
lambat, isian sulim dalam interval minor, serta kepadamu untuk memberitahukan kabarku
intensitas iringan akor dengan bunyi yang Karena tidak tertahanmu lagi ibu
minim, lirih, dan banyak di-sustain, semua ini rindumu kepada putimu ini
turut membentuk mood lagu yang sedih. Maka dating lah kau menjenguk aku ke
tanah perantauanku ini
Syair Lagu Mate di Ranto Berlinang air matamu melihat aku ibu
Karena sudah semakin kurus badanku ya ibu
Lagu Mate di Ranto diciptakan oleh Poster Karena susah kehidupanku
Sihotang. Lagu ini dinyanyikan oleh Tetty
Simatupang, salah seorang anggota kelompok trio Tiba-tiba datang sakitmu ya
yang beranggotakan tiga perempuan bermarga ibu Di rumah kontrakanku ini
Simatupang. Album ini diproduksi oleh Maria Pergi tanpa pesan kau kepadaku ibuku
Record tahun 2004. Mate di Ranto menjadi lagu Kepadaku putrimu yang hilang ini ibu Sampai
pertama dalam album ini. Sampul kaset rekaman hati engkau meninggalkan aku ibu Sangat
album tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan berat engkau berikan beban penderitaanku
dengan keseharian masyarakat Batak Toba dalam Tidak ada seorangpun tempatku mengadu
melukiskan kesedihan. Sungguh sakit bagiku ibu putrimu ini Ibu…
Syair andung-andung Mate di Ranto ibu..ternyata engkau harus meninggal di rantau
adalah sebagai berikut: ini
Ibu..ibu..kemanalah aku putrimu]
Ai ala ni pogosta do Inong umbahen na
borhat borumon. Lagu Mate di Ranto adalah lagu andung-
Borhat tu parjalangan Inongku mangalului ngolu i. andung yang menceritakan seorang anak perempuan
Nungnga marlima taon au di parjalangakki. yang pergi merantau ke luar dari kampung
Nanggo surat sambikbik so hea hubaen tu ho. halamannya oleh karena kemiskinan keluarga mereka
Na lao paboahon baritakki. di kampung halaman. Dia berharap akan
Ala so tartaonmu be Inong siholmu na marboru i. mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik
Ai gabe ro ma ho mandulo au tu tano parrantoakkon. daripada kehidupan di kampung halaman. Akan tetapi
Marabur ma ilum marnida au Inong. pada kenyataannya, setelah di rantau, anak
Ai nunga lam marniang pamatakki Inong. perempuan itu ternyata tidak jauh lebih baik
Ala hansit parngoluokki. kehidupannya. Dia tidak memiliki apa-apa, badannya
menjadi kurus karena beban penderitaan hidup, dan
Hape tompu ro ma sahitmu da Inong. tinggal di rumah kontrakan. Setelah lima tahun
Di jabu kontarakanhon. merantau, dan tidak ada kabar berita ke kampung
Lao so martona ho tu au Inongku. halaman, maka sang ibupun tidak sabar lagi menahan
Tu ahu borum simago on Inong. rindunya kepada putrinya tersebut. Sang ibu
Pulut do rohami lao manadikkon au Inong. memberanikan diri untuk menjenguk
Dokdoknai dibaen ho sitaonokki.

51
Rosmegawaty Tindaon, dkk., Andung-Andung Mate di Ranto

putrinya di perantauan. Akan tetapi di perantauan, terus menerus/berkali-kali. Kemudian, kalimat


sang ibu tiba-tiba jatuh sakit di rumah kontrakan tentang marabur ilu dilanjutkan dengan kalimat
putrinya, hingga meninggal. Maka putrinya sangat bahwa si ibu kemudian sakit dengan tiba-tiba dan
sedih terutama karena sang ibu pada akhirnya meninggal. Maka dugaan kuat penyebab sakitnya
harus meninggal di perantauan ketika sang putri si ibu adalah karena tekanan dan kesedihan hatinya
tersebut pun tidak memiliki apa-apa. melihat kondisi putrinya tersebut.
Dalam syair ini memang tidak diceritakan Syair Nanggo surat sambikbik (surat satu
bagaimana dan karena sakit apa si ibu meninggal. sobekan kertas pun), adalah ungkapan yang
Akan tetapi kuat dugaan, bahwa si ibu jatuh sakit dinyatakan oleh pencipta untuk menyatakan
karena melihat kondisi putrinya yang mungkin di bahwa dia sendiri tidak pernah memberikan
luar dugaannya. Bisa jadi, si ibu mengharapkan kabar apa-apa kepada ibunya. Hal ini mungkin
bahwa putrinya hidup dengan kehidupan yang terjadi karena kondisi perekonomian yang belum
lebih baik ketika sudah menjalani kehidupan di memadai dan bahkan jauh dari yang diharapkan.
perantauan. Akan tetapi, ketika si ibu menyaksikan Akan tetapi si ibu tetap datang mengunjunginya.
sendiri keadaan putrinya, maka diapun sedih. Oleh Itulah sebabnya lagu ini dengan hati yang sangat
karena itulah dalam syair ini diceritakan tentang pilu menceritakan dan menganggap dirinya
ibu yang marabur ilu (air mata berlinang). Bahasa sebagai putri yang tidak bisa diandalkan. Itu
ini adalah bahasa Batak Toba yang khusus terungkap dengan istilah “borum si mago on”.
menjelaskan keadaan yang teramat sedih dan Hal ini juga bisa diakibatkan karena syair
menyakitkan. Kata marabur ilu jika diterjemahkan andung-andung si pencipta sebagai putri dari si ibu
secara harafiah adalah penuh dengan air mata dan juga tidak memiliki siapa-siapa sebagai tempat
pengaduan di tanah perantauan. Kemungkinan
sekali tidak ada keluarga yang dikenal atau tidak
ada relasi sosial yang terjadi selama di perantauan.
Inilah kemudian yang menjadi beban yang berat
bagi si boru. Dia harus bertanggungjawab untuk
memberikan penghormatan terakhir kepada ibunya
yang meninggal di tempat si boru merantau.
Ada beberapa kemungkinan beban tanggung
jawab yaitu bahwa mayat si ibu harus dibawa ke
kampung halaman dan itu memerlukan biaya yang
sangat besar, dan juga jika tidak dibawa ke kam-pung
halaman, maka akan dikuburkan di peran-tauan
Gambar 1. Capture dari video lagu Mate di Ranto tersebut. Namun, tentunya dengan acara adat sesuai
(Maria Record, 2004) dengan adat Batak Toba yang juga memerlu-kan
biaya dan relasi sosial yang erat terutama untuk satu
marga atau marga dari ibunya. Sehingga si boru
dalam andung-andung ini mengatakan “inghon mate
di ranto on ma ho” mencoba mengungkapkan rasa
hatinya yang berontak yang tidak mengingin-kan
ibunya mati di tanah perantauan.

Penutup

Munculnya lagu andung-andung dipahami oleh


Gambar 2. Sampul album The Heart, Simatupang masyarakat Batak Toba sebagai nyanyian biasa yang
Sister (Maria Record, 2004) bermakna sesuai dengan syair yang dibuat oleh

52
Vol. 19 No. 1, April 2018

pencipta lagu. Lagu Andung-Andung Mate di Ranto Irawati, Eli. (2016). “Transmisi Kelentangan
terinspirasi dari lantunan nyanyian andung bertema dalam Masyarakat Dayak Benuaq.” Resital:
kematian. Kegiatan mangandung tidak dilakukan Jurnal Seni Pertunjukan, 17(1), 1-25.
berdasarkan kebutuhan orang yang mangandung Mack, Dieter. (1996). Ilmu Melodi Ditinjau
melainkan merupakan kewajiban dari keluarga yang dari segi Budaya Musik Barat,
ditinggalkan terhadap yang meninggal. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Komposisi lagu ini memadukan unsur musik Mack, Dieter, dkk. (1994). Musik Populer
tradisional Batak Toba dan musik diatonis. Unsur sesuai dengan Kurikulum, Yogyakarta
musik tradisional Batak Toba sangat kental terasa Yayasan Nusantara.
dari style dan cara menyanyikan lagu Mate di Martarosa, M. (2017). Apropriasi Musikal dan
Ranto, ditambah lagi isian filler sebagai penghias Estetika Musik Gamat. Resital: Jurnal Seni
dari sulim Batak Toba. Idium musik diatonis Pertunjukan, 17(1). doi: http://dx.doi.org/10.
terutama genre musik pop terdapat pada pola 24821/resital.v17i1.1687
struktur lagu dan permainan keyboard. Sedangkan Murgianto, Sal. (2004). Tradisi dan Inovasi
permainan gitar elektrik dan bass memainkan pola beberapa Masalah Taridisi Indonesia,
musik gondang hasapi, drum set memainkan pola Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
gondang sabangunan. Perpaduan dari kedua unsur Nainggolan Dkk. (2015). Karakter Batak,
tersebut membuat lagu ini bisa diterima oleh Masa Lalu, Kini, dan Masa depan,
masyarakat Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Syair lagu Mate di Ranto merupakan Prier SJ, Karl-Edmund Prier SJ, (1996), Ilmu
ungkapan kesedihan yang apabila didengar akan Bentuk Musik, Yogyakarta: Pusat Musik
menimbulkan rasa haru, hal ini sesuai dengan Liturgi.
konteks dalam penciptaan lagu. Para pendengar Prasetya, H., Haryono, T., & Simatupang, L.
umumnya seperti terbawa ke dalam perasaan sedih (2016). Habitus, Ngêng, dan Estetika Bunyi
sesuai dengan karakter yang dimunculkan Mlèsèt dan Nggandhul pada Karawitan.
penyanyi lagu lagu andung-andung. Gaya Paradigma, Jurnal Kajian Budaya, 1(2), 152-
menyanyi yang khas dalam nyanyian andung- 167. doi:
andung khususnya pada lagu Mate di Ranto http://dx.doi.org/10.17510/paradigma. v1i2.11
memakai gaya bernyanyi dalam andung kematian. Situmeang, Harry Dikana, (2014), Perkembangan
Musik Populer Batak diKota Meda Era 1960-
Kepustakaan 1980, Tesis, Program Studi Magister
Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu
Dyah F, Faramitha Rr. (2017). Pelembagaan Budaya Universitas Sumatera Utara.
Kesenian Tradisi Masyarakat Desa Tindaon, Rosmegawaty. (2018). Andung-Andung
Banyusidi Magelang. Daya Seni Masyarakat Batak Toba dalam Musik
Bungarampai 25 Tahun Prodi Pengkajian Populer. Berbagi Musik Persembahan Untuk
Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM. Sang Maha Guru. Yogyakarta: BP ISI
Yogyakarta: Sekolah PascasarjanaUGM. Video CD. Pop Batak The Heart Simatupang
Hodges, William Robert Jr, (2009),“Ganti Andung Sister, Exsekutive Produser: Maria
Gabe Ende (Replacing Lament, Becoming RECORD, Produser A. Sianturi. Izin
Hymns): The Changing Voice of Grief in the Produksi (IUI): 07/ MR/II/2005. SIUPP:
Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak No.01019/13/82451/ XII/2004. Anggota
(Norht Sumatra, Indonesia)”, [Disertasi] Asparindo: No. 127/ IX/2004. Lulus
University of California Santa Barbara. sensor No. 2774/VCD/R/ 08.2011/2006.

53

Anda mungkin juga menyukai