Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KERJA

( KAK )

PEKERJAAN :
SURVEY DAN IDENTIFIKASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (LANJUTAN)

I. PENDAHULUAN

A. Umum

1. Survey Dan Identifikasi Rumah Tidak Layak Huni adalah proses


pembuatan database bangunan rumah tidak layak huni sesuai
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
2. Pertimbangan teknis adalah pertimbangan dari tim ahli bangunan
gedung yang disusun secara tertulis dan profesional terkait dengan
pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung.

B. Maksud dan Tujuan


a. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi Konsultan
Perencana yang memuat masukan, azas, kriteria, keluaran dan
proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterprestasikan ke dalam pelaksanaan tugas perencanaan.

2. Dengan penugasan ini diharapkan konsultan perencana dapat


melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk
menghasilkan keluaran yang memadai sesuai dengan fungsi
bangunan gedung negara yaitu : memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan,kenyamanan, kemudahan, efisien dan
efektif dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan
lingkungannya serta sudah menghasilkan karya yang sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di indonesia.

C. Latar Belakang

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah merupakan bagian dari


lingkup kegiatan di lingkungan Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan
Perumahan Kabupaten Paser Tahun Anggaran 2013.

2. Pemegang Mata Anggaran adalah Dinas Pendidikan Kabupaten


Paser yang dalam hal ini adalah Kepala Dinas Cipta Karya,
Kebersihan dan Perumahan Kabupaten Paser Tahun Anggaran
2013.

D. Lingkup Kegiatan/Pekerjaan

1. Lingkup Kegiatan Penyusunan Data base Rumah Tidak Layak Huni,


Pekerjaan Survey dan Identifikasi Rumah Tidak Layak Huni, antara
lain :
Lingkup Pekerjaan adalah:
- Melakukan kajian terhadap perencanaan atau kegiatan yang sejenis
terdahulu sebagai data awal dan pembanding untuk pelaksanaan
kegiatan saat ini.
- Mempelajari kriteria – kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah rumah
dikatakan sehat dan layak huni dari peraturan – peraturan pemerintah
maupun juknis yang dikeluarkan oleh Departemen dari Kementrian
yang terkait.

- Mengadakan konsultasi dengan pihak owners dan user untuk


menyimpulkan konsep perencanaan yang diinginkan.

- Memperhatikan dan melaksanakan Spesifikasi Teknis sesuai peraturan


yang berlaku.

II. KEGIATAN PERENCANAAN

A. Survey dan Identifikasi Rumah Tidak Layak Huni merupakan tahap


penyusunan rencana yang harus dilaksanakan oleh Konsultan
Perencana adalah berpedoman pada ketentuan yang berlaku,
khususnya :
- UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
- PP RI No36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 28
Th 2002 Tentang Bangunan Gedung,
- Undang-Undang RI No 18 Th 1999 Tentang Jasa Konstruksi,
- PP No 4 Th 2010 Tentang Perubahan Atas PP No 28 Th 2000
Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi,
- Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
- Peraturan Menteri PU Nomor : 45/PRT/M/2007,
- Standart Nasional Indonesia (SNI) dan
- Peraturan yang berlaku lainnya.

B. Tugas-tugas Konsultan perencanaan pembangunan gedung initerdiri


dari :
1. Persiapan perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi
lapangan, membuat interpretasi secara garis besar terhadap KAK.

2. Menyusun Pra Rencana seperti rencana lay-out, pra rencana


bangunan termasuk program dan konsep ruang, perkiraan biaya.

3. Penyusunan pengembangan rencana, antara lain membuat :

a. Rencana arsitektur/Interior, dan uraian konsep yang mudah


dimengerti oleh pemberi tugas.
b. Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
c. Rencana utilitas, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
d. Perkiraan biaya.

III. TANGGUNG JAWAB PERENCANAAN

A. Konsultan Perencana bertanggung jawab secara profesional atas jasa


perencanaan yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku
profesi yang berlaku.
B. Secara umum tanggung jawab Konsultan Perencana adalah sebagai
berikut :

1. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus memenuhi


persyaratan standar nasional Indonesia (SNI) dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus telah
mengakomodasi batasan-batasan yang telah diberikan oleh proyek,
termasuk melalui KAK ini, seperti dari segi pembiayaan, waktu
penyelesaian pekerjaan dan mutu bangunan yang akan
diwujudkan.

3. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus memenuhi


ketentuan keteknikan,peraturan, Standar Nasional Indonesia, dan
pedoman teknis bangunan gedung yang berlaku untuk bangunan
gedung pada umumnya dan yang khusus untuk bangunan gedung
rumah.

4. Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus didesain


sedemikian rupa hingga aman untuk keselamatan dan apabila
terbukti terjadi kegagalan bangunan yang di sebabkan oleh
kesalahan perencana maka berdasarkan UURI No 18 Tahun 1999
Tentang Jasa Konstruksi, Konsultan Perencana Wajib Bertanggung
Jawab Terhadap Perencanaannya dan Dikenakan Ganti Rugi.

IV. B I A Y A.

A. Biaya Perencanaan.
1. Besar biaya pekerjaan perencanaan untuk Konsultan Perencana
mengikuti pedoman dalam Peraturan Menteri PU Nomor : 45
45/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara yaitu :
a. Untuk pekerjaan sederhana berlaku maksimum sesuai yang
tercantum dalam tabel B1 dan E1;Bila terdapat pekerjaan tidak
sederhana, maka diberlakukan Tabel B2 dan E2;
b. Besarnya biaya Konsultan Perencana merupakan biaya tetap dan
pasti;
c. Ketentuan pembiayaan lebih lanjut mengikuti surat perjanjian
pekerjaan perencanaan.;
2. Biaya pekerjaan Konsultan Perencana dan tata cara pembayaran
diatur secara kontraktual setelah melalui tahapan proses
pengadaan konsultan perencana sesuai peraturan yang berlaku,
yang terdiri dari :

a. Honorarium tenaga ahli dan tenaga penunjang


b. Materi dan penggandaan laporan,
c. Pembelian sewa peralatan,
d. Sewa kendaraan,
e. Biaya rapat-rapat (Bila Ada)
f. Perjalanan lokal maupun luar kota(bila ada)
g. Jasa dan over head Perencanaan,
h. Asuransi pertanggungan (indemnity insurance)
i. Pajak dan iuran daerah lainnya.

V. KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan


Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini adalah lebih lanjut akan diatur dalam
surat perjanjian, yang minimal meliputi :
Tahap Konsep Rencana Teknis :
1. Konsep penyiapan rencana teknis, termasuk konsep organisasi,
jumlah dan kualifikasi tim perencana, metoda pelaksanaan, dan
tanggung jawab waktu perencanaan.

2. Konsep skematik rencana teknis, termasuk program ruang, organisasi


hubungan ruang, dan lain - lain.

3. Laporan data dan informasi lapangan, termasuk hasil survey fisik dan data
pengguna, peraturan-peraturan, dan lain - lain.
VI. KRITERIA

A. Kriteria Umum
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana seperti
yang dimaksud pada KAK harus memperhatikan kriteria umum
bangunan disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas
bangunan, yaitu :
1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas :
a. Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
b. Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan.
2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan :
a. Menjamin terwujudnya tata ruang yang dapat memberikan
keseimbangan dan keserasian terhadap lingkungannya.
b. Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan
baik tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
B. Persyaratan Struktur Bangunan :
1. Menjamin terwujudnya bangunan yang dapat mendukung beban
yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
2. Menjamin keselamatan manusiadari kemungkinan kecelakaan atau
luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan
3. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan
benda yang disebabkan oleh perilaku struktur
4. Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.
C. Persyaratan Ketahanan Terhadap Kebakaran :
1. Menjamin terwujudnya bangunan yang dapat mendukung beban
yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
2. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun
sedemikian rupa, secara struktur stabil selama kebakaran sehingga
i. Cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman.
ii. Cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki
lokasi untuk memadamkan api.
iii. Dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
D. Persyaratan Instalasi Listrik dan Komunikasi :
1. Menjamin terencananya instalasi listrik secara cukup aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan.
2. Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya.
E. Persyaratan ventilasi dan pengkodisiaan udara.
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alam
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan
dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
2. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata
ruang udara secara baik.
3. Penerpan Sistem Pentilasi harus mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan energi dalam bangunan gedung.
F. Persyaratan Pencahayaan :
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik
alam maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan
dalam bangunan sesuai dengan fungsinya.
2. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata
ruang udara secara baik.
G. Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang
khusus, spesifik berkaitan dengan bangunan prasarana lingkungan
yang akan direncanakan, baik dari segi fungsi khusus bangunan
tersebut dan segi teknis lainnya :
1. Kesatuan perencanaan Interior dengan lingkungan yang ada
disekitar, seperti dalam rangka implementasi penataan tata
ruangan dan lingkungan.
2. Tata Gedung yang akan direncanakan berada pada Lokasi yang
ditentukan oleh pihak sekolah, diwajibkan dalam Perencanaan
Pembangunan Gedung Sekolah ini desain Pondasi Berdasarkan
Kontur Tanah yang ada dilokasi Perencanaan Pembangunan,
bilamana perlu menggunakan alat ukur waterpass atau theodolit
untuk mengetahui beda tinggi muka tanah asli sebagai dasar untuk
mendisain pondasi.

VII. AZAS - AZAS

Selain dari kriteria diatas, dalam melaksanakan tugasnya Konsultan


Perencana hendaknya memperhatikan azas-azas bangunan gedung
negara sebagai berikut :
A. Tata ruangan dalam Bangunan gedung negara hendaknya fungsional,
efisien, menarik tetapi tidak berlebihan.
B. Kreatifitas disain hendaknya tidak ditekankan pada kelatahan gaya
dan kemewahan material, tetapi pada kemampuan mengadakan
sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial, terutama sebagai
bangunan pelayanan kepada masyarakat.
C. Dengan batasan tidak mengganggu produktifitas kerja, biaya
investasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya,
hendaknya diusahakan serendah mungkin.
D. Desain hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan
fisik dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat
dimanfaatkan secepatnya.
E. Bangunan Pemerintah hendaknya dapat meningkatkan kualitas
lingkungan, dan menjadi acuan tata bangunan dan lingkungan di
sekitarnya.

VIII. PROSES PERENCANAAN

Dalam proses perencanaan untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang


diminta, Konsultan Perencana harus menyusun jadwal pertemuan
berkala dengan Pengelola Proyek.
A. Dalam pertemuan berkala tersebut ditentukan produk awal, antara
dan pokok yang harus dihasilkan Konsultan sesuai dengan rencana
keluaran yang ditetapkan dalam KAK ini.
B. Dalam melaksanakan tugas, konsultan harus selalu
memperhitungkan bahwa waktu pelaksanaan pekerjaan adalah
mengikat.
C. Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai diserahkannya
dokumen perencanaan untuk siap dilelangkan adalah 90 (Sembilan
Puluh)Hari Kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja.
IX. MASUKAN

A. Informasi
1. Untuk melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana harus mencari
informasi yang dibutuhkan selain dari informasi yang diberikan
oleh Pemberi Tugas termasuk melalui Kerangka Acuan Kerja ini.

2. Konsultan Perencana harus memeriksa kebenaran informasi yang


digunakan dalam pelaksanaan tugasnya, baik yang berasal dari
Pemberi Tugas, maupun yang dicari sendiri.

3. Kesalahan/kelalaian pekerjaan perencanaan sebagai akibat dari


kesalahan informasi menjadi tanggung jawab Konsultan Perencana.

B. Tenaga

Untuk melaksanakan tujuannya, konsultan perencana harus


menyediakan tenaga yang memenuhi ketentuan proyek, baik ditinjau
dari segi lingkup proyek maupun tingkat kompleksitas pekerjaan.
Tenaga-tenaga ahli yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan
perencanaan sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. Penanggung Jawab Proyek (Team Leader) :
S1 Teknik Sipil, 1 orang, mempunyai sertifikat keahlian,
pengalaman 2 tahun

2. Perencana :

a. Tenaga Ahli Sanitasi Lingkungan :


S1Teknik Lingkungan, 1 orang, mempunyai sertifikat keahlian,
pengalaman 1 tahun

b. Tenaga Ahli Pemetaan :


S1 Teknik Arsitektur, 1 orang, mempunyai sertifikat keahlian,
pengalaman
1 tahun

3. Tenaga pendukung :
a. Surveyor Pendataan Rumah :
Diploma 3 Teknik Sipil, 1 orang, pengalaman 1 tahun

b. Surveyor Pemetaan Lokasi :


Diploma 3 Teknik Arsitektur, 1 orang, pengalaman 1 tahun

c. Pengolah Data :
Diploma 3 Teknik Sipil, 1 orang, pengalaman 1 tahun

d. Tenaga Administrasi :
SMU/SMK, 1 orang.
X. PROGRAM KERJA.

A. Konsultan Perencana harus segera menyusun program kerja minimal


meliputi :
1. Jadwal kegiatan secara terperinci :
2. Alokasi tenaga yang lengkap dengan tingkat keahliannya maupun
jumlah tenaga yang diusulkan Konsultan Perencana untuk
melaksanakan tugas perencanaan, serta harus mendapat
persetujuan dari Pemberi Tugas.
3. Konsep penanganan pekerjaan perencanaan.
B. Program kerja secara keseluruhan harus mendapatkan persetujuan
dari Pemberi Tugas, setelah sebelumnya dipresentasikan oleh
Konsultan Perencana dan mendapatkan pandangan/pertimbangan
teknis dari Pemberi Tugas.

XI. PENUTUP

A. Setelah Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini diterima, maka konsultan


hendaknya memeriksa semua bahan masukan yang diterima dan
mencari bahan masukan lain yang dibutuhkan.

B. Berdasarkan bahan-bahan tersebut konsultan segera menyusun


program kerja untukdibahas dengan Pemberi Tugas.

Tana Paser, Mei 2013

Mengetahui/Menyetujui,
Kepala Dinas Cipta Karya, Kebersihan
Dan Perumahan Selaku Pengguna
Anggaran

H. Muhammad Ilmi, S.Sos, M.Ap


NIP. 19640506 198602 1 010

Anda mungkin juga menyukai