PENDAHULUAN
Ada beberapa istilah tentang seks (Mani, Madi dan Madzi) yang perlu
diketahui serta bagaimana hukumnya menurut Islam.
Maka dalam makalah ini, penulis akan membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan mani, wadi dan madzi, seperti; hukumnya, perbedaannya dan
bagaimana cara mensucikannya.
1
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Ada beberapa istilah tentang seks seperti mani, wadi dan madzi yang
perlu diketahui, agar ketika mengalami hal tersebut tidak muncul kebingungan.
Sebagaimana yang dikutip oleh penulis dari Situs www.indonesianschool.org yang
ditulis oleh Aep Saepulloh Darusmanwiati, yaitu sebagai berikut:
a) Mani
Mani adalah air yang berwarna putih lagi pekat yang keluar secara terpancar
(seperti air yang keluar dari pistol air mainan anak-anak) karena ada
rangsangan syahwat yang kuat. Orang yang mengeluarkannya merasakan
kenikmatan dan setelah keluar, badan menjadi letih serta lemas, warnanya
mirip dengan putih telur.
Dari pengertian tersebut maka, dapat diketahui beberapa cirri-ciri
tentang mani, yaitu sebagai berikut:
a. Berwarna putih dan terkadang sedikit kekuning-kuningan dan umumnya
kental seperti putih telur.
b. Air mani keluar karena dorongan syahwat yang sangat kuat.
c. Keluarnya terpancar beberapa kali pancaran (seperti air yang keluar dari
pistol).
d. Apabila keluar, menimbulkan rasa enak dan nikmat serta mengurangi
syahwat.
e. Apabila air ini keluar, maka badan menjadi letih dan lemas dan syahwat
berkurang bahkan hilang sama sekali. Namun untuk wanita, umumnya air
tersebut keluar tidak seperti laki-laki, dia keluar tidak terpancar tapi
mengalir seperti air biasa dan aromanya tidak seperti aroma air mani laki-
laki. Namun, keduanya sama-sama kleuar menimbulkan kenikmatan dan
mengurangi syahwat serta badan menjadi letih dan lemas.
3
f. Baunya seperti adonan tepung (al-‘ajin) dan apabila telah mengering
baunya seperti aroma telur.
b) Madzi
Jadi Madzi adalah air yang berwarna putih, lembut (tidak terlalu kental),
keluarnya bukan karena syahwat yang kuat (ada syahwat tapi tidak terlalu
kuat), contohnya, ketika membayangkan jima’ (hubungan suami istri)
kemudian keluar cairan yang tidak terlalu kental.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri
madzi adalah sebagai berikut:
a. Berwarna putih lembut dan tidak kental.
b. Apabila dipegang terasa sedikit kasar.
c. Keluar bukan karena syahwat yang kuat tapi syahwat yang kecil dan biasa,
seperti saat menghayalkan jima’ saja.
d. Keluarnya tidak menimbulkan kenikmatan dan tidak mengurangi syahwat.
e. Setelah air ini keluar, badan tidak tersa letih dan tidak pula terasa lemas.
c) Wadhi
Dari pengertian di atas maka Wadi adalah air yang berwarna putih tapi keruh,
kotor, pekat dan biasanya keluar setelah buang air kecil atau karena kecapaean
ataupun karena telah membawa beban yang sangat berat.
e. Setelah air ini keluar, badan tidak terasa letih dan tidak pula terasa lemas.
4
usia baligh (dewasa) ditandai dengan keluarnya mani. Oleh sebab itu, akan dibahas
bagaimana hukum mani dan cara mensucikannya, begitu pula dengan wadi dan
madzi.
1. Mani
Sebenarnya ketika berbicara mengenai mani, ada beberapa problematika atau
masalah-masalah yang perlu dibahas, yaitu sebagai berikut:
a) Hukum mani
c) Apakah mungkin mani itu keluar tanpa syahwat, atau bisa saja yang keluar
bukan mani akan tetapi wadi atau madzi?. hal ini juga masih menjadi
pertanyaan dikalangan masyarakat.
2. Wadhi
5
diwajibkan mandi atau cukup dengan dicuci.
3. Madzi
Seperti halnya dengan wadhi, madzi juga tidak banyak persoalan yang
muncul, hanya saja yang masih menjadi pertanyaan di kalangan masyarakat
adalah apakah madzi najis atau tidak dan bagaimana cara mensucikannya.
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a bahwasanya beliau pernah mengerik air mani yang
menempel pada baju Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah pergi dan
shalat dengan memakai baju tersebut. (Muttafaq ‘Alaih) (Bulughul
Marram, Hadits ke 30)
Namun ada perbedaan pendapat beberapa ulama’ mengenai mani yang keluar
bukan karena syahwat tapi karena sakit ataupun dingin, menjadi dua pendapat.
a. Pendapat yang mengatakan bahwa tidak wajib mandi sebagaimana pendapat
Imam Malik dan Abu Hanifah, mereka berdalil bahwa hadits Nabi SAW yang
berbunyi “jika air keluar dengan memancar maka wajib mandi janabat dan jika
tidak memancar tidak wajib mandi” (Hasan Shahih dalam buku Irwa’ul
Ghalil). Imam Syaukani berkata: “memancar adalah menyembur, dan tidaklah
akan demikian jika tidak disertai syahwat, oleh sebab itu Syaikh Abdul Azhim
Badawi berkata; “di dalam hadits ini terdapat peringatan tentang mani yang
keluar bukan karena syahwat baik karena sakit ataupun dingin maka tidak
wajib mandi”.
b. Sedangkan pendapat yang mengatakan wajib mandi adalah Imam Syafi’I,
beliau berdalil bahwa dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah
6
SAW bersabda: “ الممماء مممن الممماءair (untuk mandi) karena air (mani)”
diriwayatkan oleh Muslim.
Hadits riwayat Abu Sa’id Al-Khudri
, قال رسول ا صلى ا عليه وسلم:عن أبى سعيد الخدري رضى ا تعالى عنه قال
(المأ من الماء )رواه المسلم
Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda: sesungguhnya air itu dari sebab air. (H.R Muslim)
Sedangkan mengenai kasus apakah boleh menelan mani (sperma), Imam An-
Nawawi Berkata:
“Bolehkah menelan mani (sperma) yang suci? Ada dua pendapat, dan yang
paling masyhur bahwasanya itu tidak halal karena mustakhbats
(menjijikkan)”. (Al-Majmu’ 2/575)
2. Madzi
Dari sahabat Ali r.a berkata
لبلملكابن اسبنلتببه فلأ للمسر ت,صلى ا عليه وسلم- سأ للل النىببىى
ت ستلسحبيى ألسن أل س
ت أل س ت لرتجلء لمىذاءء لوتكسن ت تكسن ت
(ضأ ت )رواه البخارى
ستل لذلكلرهت لويلتللو ىسأ لللهت فللقالل » يلسغ ب
سلوبد فل ل اسلبمسقلدالد سبلن الل س
Artinya: Aku termasuk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu
menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu
7
aku pun memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk
bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau
memberikan jawaban pada Al Miqdad, “Cucilah kemaluannya
kemudian suruh ia berwudhu. (HR. Al-Bukhari)
3. Wadi
Sedangkan masalah wadi, Ibnu ‘Abbas mengatakan,
ى لواسللمسذ ت
ى فللقالل لوألىما اسللوسد ت، ستل
ألىما اسللمنبىى فلتهلو الىبذى بمسنهت اسلغت س، ى اسللمنبىى لواسللمسذ ت
ى لواسللوسد ت
(صللبة )رواه البيهقى ضولءلك بلل ىضأس تو ت سسل لذلكلرلك ألسو لملذابكيلرلك لوتللو ىاسغ ب
Artinya: Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan
untuk mandi. Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu ‘Abbas mengatakan,
“Cucilah kemaluanmu, lantas berwudhulah sebagaimana wudhumu
untuk shalat. (HR. Al-Baihaqi).
3. Analisis Materi
Dari beberapa pendapat ulama’ serta beberapa hadits yang membahas
tentang mani, wadi dan madzi, maka pada sub bab ini, penulis akan mencoba
menganalisis masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Mani
a) Hukum mani
Mellihat beberapa hadits yang telah dikutip, maka hukum mani adalah
suci. sebagaimana hadits dari ‘Aisyah r.a yang mengatakan bahwa beliau pernah
8
mengerik mani yang menempel dipakaian Nabi, kemudian Nabi berangkat untuk
menunaikan Shalat. Ini menandakan bahwa hukum mani adalah suci, hanya saja
diwajibkan untuk mandi.
Selain itu penulis juga berpegang pada kaidah fiqih yang mengatakan
الضرر يزالyang berarti segala kemudharatan harus dihilangkan, ketika orang
yang sakit mengeluarkan mani dan harus melakukan mandi wajib
dikhawatirkan dia akan semakin bertambah sakit.
9
Sama halnya dengan onani/masturbasi ataupun mimpi basah, mani yang
keluar karena melakukan hubungan suami istri wajib untuk mandi, akan
tetapi muncul pertanyaan, bagaimana jika melakukan hubungan suami istri
tapi tidak keluar mani? Khusus untuk kasus ini, meskipun tidak sempat
mengeluarkan mani hukumnya tetap wajib disebabkan semata karena
tengelamnya dzakar kedalam vagina, sebagaimana hadits yang diriwyatkan
oleh Abu Hurairah r.a
إذا قعد بين:عن أبى هريرة رضي ا عنه عن النبي صلى ا عليه وسلم قال
( و إن لم ينزل )متفق عليه-شعبيها الربع ثم جهدها فقد وجب الغسل
Artinya: “Apabila laki-laki telah duduk diantara anggota tubuhnya yang empat
kemudian ia bersungguh-sungguh (memasukkan kemaluannya),
maka wajiblah mandi”. (Muttafaqqun ‘Alaih dengan tambahan dari
Muslim “walaupun tidak keluar mani)
Keluarnya mani tanpa syhawat itu bisa saja terjadi, ketika sedang sakit
ataupun karena kedinginan, akan tetapi jika seseorang itu dalam keadaan
normal artinya dia sedang tidak sakit ataupun kedinginan maka yang lazim
keluar adalah wadi ataupun madzi, wadi keluar biasanya bersamaan dengan air
kencing sedangkan madzi keluar ketika sedang bercumbu rayu antara
pasangan suami istri atau sedang berkhayal, selain itu air mani tidak keluar
kecuali dengan syahwat yang kuat dan rasa nikmat.
Artinya: ”pada dasarnya muamalah itu boleh kecuali ada dalil yang
menyelisihinya (melarangnya).
10
Jadi selama tidak ada dalil yang melarang untuk menelan mani,
maka hukum awalnya boleh untuk melakukan itu, tapi menurut penulis, ketika
keluarnya mani, mungkin saja mani tercampur dengan wadhi ataupun madzi
bahkan kencing, padahal sesuatu yang najis haram hukumnya untuk dimakan.
Selain itu mani, juga termasuk hal yang menjijikkan. Dalam QS.
Al-A’raf: 157 Allah SWT melarang memakan sesuatu yang menjijikkan/kotor
يِ ِاَلتفذيِ ِهيفجهدوهنهه ِهممكهتوبباَ ِفعمنهدههمم ِففيِ ِاَلتتموهراَفة ِهواَملفمنفجيفل ِهيمأهمهرههمم ِبفههاَملهممعهرو ف
ف ِهوهيمنههههاَههمم يِ ِاَملهفمم ت اَلتفذيهن ِهيتتفبهعوهن ِاَلتر ه
سوهل ِاَلنتفب ت
صهرههمم ِهواَملهمغهلهل ِاَلتفتيِ ِهكههاَهن م
ت ِهعهلميفهههمم ْ ِ ِهفاَلتههفذيهن ضهع ِهعمنههمم ِفإ م ت ِهويههحفمرهم ِهعهلميفههم ِاَملهخهباَفئ ه
ث ِهوهي ه هعفن ِاَملهممنهكفر ِهويهفحلل ِهلهههم ِاَلط ت فيمهباَ ف
صهروهه ِهواَتتهبهعواَ ِاَللنوهر ِاَلتفذيِ ِأهمنفزهل ِهمهعهه ُ ِ ِهأو للهفئهك ِهههم ِاَملهممففلهحوهن
آهمهنواَ ِفبفه ِهوهعتزهروهه ِهوهن ه
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntun”. (Q.S Al-A’raf:157)
الصحيح المشهور أنأه ل يحل لنأه: هل يحل أكل المني الطاهر؟ فيه وجهان
مستخبث
“Bolehkah menelan mani (sperma) yang suci? Ada dua pendapat, dan yang
paling masyhur bahwasanya itu tidak halal karena mustakhbats
(menjijikkan)”. (Al-Majmu’ 2/575)
Namun muncul beberapa pendapat yang mengatakan bahwa jika kita tidak
jijik, maka hal itu boleh dilakukan karena tidak ada ukuran untuk merasakan
sesuatu yang jijik.
11
lambung sehingga mengakibatkan pendarahan di lambung.
2. Madzi
Madzi sebagaimana telah dibahas bahwa Madzi adalah air yang berwarna
putih, lembut (tidak terlalu kental), keluarnya bukan karena syahwat yang kuat
(ada syahwat tapi tidak terlalu kuat), contohnya, ketika membayangkan jima’
(melakukan hubungan suami istri) kemudian keluar cairan yang pekat.
Dengan mencermati beberapa hadits di atas mengenai madzi, maka
menurut penulis madzi termasuk najis yang dapat membatalkan wudhu, dan cara
mensucikannya tidak dengan mandi wajib akan tetapi cukup dengan berwudhu
dan membersihkan bagian-bagian yang terkena madzi, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Ali r.a, yaitu:
لبلملكابن اسبنلتببه فلأ للمسر ت,صلى ا عليه وسلم- سأ للل النىببىى
ت ستلسحبيى ألسن أل س
ت أل س ت لرتجلء لمىذاءء لوتكسن ت تكسن ت
(ضأ ت )رواه البخارى
ستل لذلكلرهت لويلتللو ىسأ لللهت فللقالل » يلسغ ب
سلوبد فل ل اسلبمسقلدالد سبلن الل س
Artinya: Aku termausk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu
menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu aku
pun memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau memberikan jawaban
pada Al Miqdad, “Cucilah kemaluannya kemudian suruh ia berwudhu.
(HR. Al-Bukhari)
3. Wadi
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa wadi adalah air yang berwarna
putih tapi keruh, kotor, pekat dan biasanya keluar setelah buang air kecil atau
karena kecapaean ataupun karena telah membawa beban yang sangat berat.
12
Seperti halnya Madzi, wadi juga termasuk najis yang dapat membatalkan
wudhu, dan cara mensucikannya sama seperti dengan madzi yaitu cukup dengan
berwudhu dan membersihkan pakaian atau bagian-bagian yang terkena oleh wadi,
sebagaimana
Hadits yang diriwayatkan oleh al-baihaqi.
ى لواسللمسذ ت
ى فللقالل لوألىما اسللوسد ت، ستل
ألىما اسللمنبىى فلتهلو الىبذى بمسنهت اسلتغ س، ى اسللمنبىى لواسللمسذ ت
ى لواسللوسد ت
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, terkait dengan pembahasan mani,madzi dan wadi
maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, ketiga hal tersebut dapat
membatalkan wudhu, dan cara mensucikannya jika itu mani maka wajib dilakukan
mandi wajib dan mani tidaklah termasuk najis, sedangkan wadi dan madzi keduanya
termasuk najis meskipun cara mensucikannya tidak dengan mandi wajib akan tetapi
cukup dengan berwudhu dan membersihkan pakaian serta bagian-bagian yang telah
terkena keduanya dengan menggunakan air.
13
Selain itu, hukum menelan mani adalah tidak diperbolehkan dengan
menggunakan metode Istishlah, yaitu demi menjaga kemaslahatan diri karena mani
dapat merusak dinding lambung.
Daftar Pustaka
www.indonesianschool.org
blog.re.or.id
tripod.com
14