Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada umumnya, baik laki-laki maupun perempuan mencapai usia akil
baligh atau puber adalah ketika usia mereka mencapai belasan tahun. Pubernya
laki-laki ditandai dengan pengalaman mimpi basah, sedangkan perempuan
ditandai dengan menstruasi.

Disamping itu laki-laki dan perempuan pun akan mengalami beberapa


perubahan fisik. Diantara perubahan itu adalah perkembangan fungsi serta fisik
organ reproduksi laki-laki dan perempuan.

Ada beberapa istilah tentang seks (Mani, Madi dan Madzi) yang perlu
diketahui serta bagaimana hukumnya menurut Islam.

Ketika seseorang baru mencapai akil baligh yang ditandai dengan


keluarnya cairan dari dzakarnya atau sering kita sebut dengan mimpi basah maka
biasanya akan timbul kebingungan bagaimana cara menghadapinya.

Maka dalam makalah ini, penulis akan membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan mani, wadi dan madzi, seperti; hukumnya, perbedaannya dan
bagaimana cara mensucikannya.

1.2. Rumusan Malasah

a. Apa pengertian mani, madi dan wadzi?

b. Bagaimana hukum mani, madi dan wadzi?

c. Bagaimana pendapat menurut ulama dan fadilahnya?

1
1.3. Tujuan

a. Untuk mengidentifikasi apa itu mani, madi, dan wadzi

b. Untuk mengidentifikasi hukum mani, madi, dan madzi

c. Untuk mengidentifikasi pendapat para ulama beserta fadilahya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Ada beberapa istilah tentang seks seperti mani, wadi dan madzi yang
perlu diketahui, agar ketika mengalami hal tersebut tidak muncul kebingungan.
Sebagaimana yang dikutip oleh penulis dari Situs www.indonesianschool.org yang
ditulis oleh Aep Saepulloh Darusmanwiati, yaitu sebagai berikut:

a) Mani
Mani adalah air yang berwarna putih lagi pekat yang keluar secara terpancar
(seperti air yang keluar dari pistol air mainan anak-anak) karena ada
rangsangan syahwat yang kuat. Orang yang mengeluarkannya merasakan
kenikmatan dan setelah keluar, badan menjadi letih serta lemas, warnanya
mirip dengan putih telur.
Dari pengertian tersebut maka, dapat diketahui beberapa cirri-ciri
tentang mani, yaitu sebagai berikut:
a. Berwarna putih dan terkadang sedikit kekuning-kuningan dan umumnya
kental seperti putih telur.
b. Air mani keluar karena dorongan syahwat yang sangat kuat.
c. Keluarnya terpancar beberapa kali pancaran (seperti air yang keluar dari
pistol).
d. Apabila keluar, menimbulkan rasa enak dan nikmat serta mengurangi
syahwat.
e. Apabila air ini keluar, maka badan menjadi letih dan lemas dan syahwat
berkurang bahkan hilang sama sekali. Namun untuk wanita, umumnya air
tersebut keluar tidak seperti laki-laki, dia keluar tidak terpancar tapi
mengalir seperti air biasa dan aromanya tidak seperti aroma air mani laki-
laki. Namun, keduanya sama-sama kleuar menimbulkan kenikmatan dan
mengurangi syahwat serta badan menjadi letih dan lemas.

3
f. Baunya seperti adonan tepung (al-‘ajin) dan apabila telah mengering
baunya seperti aroma telur.

b) Madzi
Jadi Madzi adalah air yang berwarna putih, lembut (tidak terlalu kental),
keluarnya bukan karena syahwat yang kuat (ada syahwat tapi tidak terlalu
kuat), contohnya, ketika membayangkan jima’ (hubungan suami istri)
kemudian keluar cairan yang tidak terlalu kental.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri
madzi adalah sebagai berikut:
a. Berwarna putih lembut dan tidak kental.
b. Apabila dipegang terasa sedikit kasar.
c. Keluar bukan karena syahwat yang kuat tapi syahwat yang kecil dan biasa,
seperti saat menghayalkan jima’ saja.
d. Keluarnya tidak menimbulkan kenikmatan dan tidak mengurangi syahwat.

e. Setelah air ini keluar, badan tidak tersa letih dan tidak pula terasa lemas.

c) Wadhi

Dari pengertian di atas maka Wadi adalah air yang berwarna putih tapi keruh,
kotor, pekat dan biasanya keluar setelah buang air kecil atau karena kecapaean
ataupun karena telah membawa beban yang sangat berat.

Dari pengertian tersebut, maka cirri-ciri wadi adalah sebagai berikut:


a. Airnya berwarna putih, pekat, tapi sedikit keruh.
b. Keluarnya tidak menimbulkan rasa nikmat dan tidak pula mengurangi
syahwat.
c. Keluarnya tidak terpancar, tapi keluar biasa seperti air mengalir.
d. Umumnya keluar setelah buang air kecil atau karena kecapean setelah
mengangkat beban yang sangat berat.

e. Setelah air ini keluar, badan tidak terasa letih dan tidak pula terasa lemas.

2.2. Dasar Umum Pembahasan

Sebagaimana diketahui, bahwa ketika menginjak usia akil baligh (dewasa),


maka hal pertama yang harus diketahui adalah mengenai mani, wadi dan madzi. sebab

4
usia baligh (dewasa) ditandai dengan keluarnya mani. Oleh sebab itu, akan dibahas
bagaimana hukum mani dan cara mensucikannya, begitu pula dengan wadi dan
madzi.

1. Mani
Sebenarnya ketika berbicara mengenai mani, ada beberapa problematika atau
masalah-masalah yang perlu dibahas, yaitu sebagai berikut:

a) Hukum mani

Dikalangan masyarakat, masih banyak yang mempertanyakan apakah mani


itu termasuk najis atau suci?

b) Penyebab Keluarnya Mani


Penyebab keluarnya mani adalah sebagai berikut:
1) Karena mimpi
2) Karena Onani/Masturbasi
3) Karena berhubungan suami istri

Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah ketika masturbasi/onani


apakah tetap diwajibkan mandi wajib atau tidak?. Kemudian pertanyaan
selanjutnya adalah apakah orang yang telah melakukan hubungan suami istri
tapi tidak mengeluarkan mani tetap diwajibkan mandi atau tidak?.

c) Apakah mungkin mani itu keluar tanpa syahwat, atau bisa saja yang keluar
bukan mani akan tetapi wadi atau madzi?. hal ini juga masih menjadi
pertanyaan dikalangan masyarakat.

d) Hukum Menelan Air Mani


Kasus ini juga masih sering menjadi pertanyaan dikalangan masayrakat,
bagaimanakah hukum menelan mani (sperma)

2. Wadhi

Ketika berbicara mengenai wadhi, tidak banyak persoalan yang muncul,


hanya sebatas pada apa hukumnya dan bagaimana cara mensucikannya apakah

5
diwajibkan mandi atau cukup dengan dicuci.

3. Madzi

Seperti halnya dengan wadhi, madzi juga tidak banyak persoalan yang
muncul, hanya saja yang masih menjadi pertanyaan di kalangan masyarakat
adalah apakah madzi najis atau tidak dan bagaimana cara mensucikannya.

2.3. Pendapat Para Ulama’


Pembahasan terkait dengan mani, madzi dan wadi tidak terlepas dari
pandangan dan pendapat para ulama’. Dalam bab ini, penulis akan memaparkan
beberapa pandangan ulama’ dan beberapa hadits yang membahas terhadap ketiga hal
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Mani
Hadits riwayat ‘Aisyah r.a
‫عن عاءشة رضي ا عنها أنها كانت أفرك المنى من ثوب رسول ا صلى ا عليه وسلم‬
‫ثم يذهب فيصلى فيه‬

Artinya: Dari ‘Aisyah r.a bahwasanya beliau pernah mengerik air mani yang
menempel pada baju Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah pergi dan
shalat dengan memakai baju tersebut. (Muttafaq ‘Alaih) (Bulughul
Marram, Hadits ke 30)
Namun ada perbedaan pendapat beberapa ulama’ mengenai mani yang keluar
bukan karena syahwat tapi karena sakit ataupun dingin, menjadi dua pendapat.
a. Pendapat yang mengatakan bahwa tidak wajib mandi sebagaimana pendapat
Imam Malik dan Abu Hanifah, mereka berdalil bahwa hadits Nabi SAW yang
berbunyi “jika air keluar dengan memancar maka wajib mandi janabat dan jika
tidak memancar tidak wajib mandi” (Hasan Shahih dalam buku Irwa’ul
Ghalil). Imam Syaukani berkata: “memancar adalah menyembur, dan tidaklah
akan demikian jika tidak disertai syahwat, oleh sebab itu Syaikh Abdul Azhim
Badawi berkata; “di dalam hadits ini terdapat peringatan tentang mani yang
keluar bukan karena syahwat baik karena sakit ataupun dingin maka tidak
wajib mandi”.
b. Sedangkan pendapat yang mengatakan wajib mandi adalah Imam Syafi’I,
beliau berdalil bahwa dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri berkata: “Rasulullah

6
SAW bersabda: ‫“ الممماء مممن الممماء‬air (untuk mandi) karena air (mani)”
diriwayatkan oleh Muslim.
Hadits riwayat Abu Sa’id Al-Khudri
,‫ قال رسول ا صلى ا عليه وسلم‬:‫عن أبى سعيد الخدري رضى ا تعالى عنه قال‬
(‫المأ من الماء )رواه المسلم‬

Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda: sesungguhnya air itu dari sebab air. (H.R Muslim)

Sedangkan untuk jima’ meskipun tidak mengeluarkan mani, menurut hadits


yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a adalah sebagai berikut:

“Apabila laki-laki telah duduk diantara anggota tubuhnya yang empat


kemudian ia bersungguh-sungguh (memasukkan kemaluannya), maka
wajiblah mandi”. (Muttafaqqun ‘Alaih dengan tambahan dari Muslim
“walaupun tidak keluar mani)

Sedangkan mengenai kasus apakah boleh menelan mani (sperma), Imam An-
Nawawi Berkata:

“Bolehkah menelan mani (sperma) yang suci? Ada dua pendapat, dan yang
paling masyhur bahwasanya itu tidak halal karena mustakhbats
(menjijikkan)”. (Al-Majmu’ 2/575)

2. Madzi
Dari sahabat Ali r.a berkata

‫ لبلملكابن اسبنلتببه فلأ للمسر ت‬,‫صلى ا عليه وسلم‬- ‫سأ للل النىببىى‬
‫ت‬ ‫ستلسحبيى ألسن أل س‬
‫ت أل س‬ ‫ت لرتجلء لمىذاءء لوتكسن ت‬ ‫تكسن ت‬
(‫ضأ ت )رواه البخارى‬
‫ستل لذلكلرهت لويلتللو ى‬‫سأ لللهت فللقالل » يلسغ ب‬
‫سلوبد فل ل‬ ‫اسلبمسقلدالد سبلن الل س‬

Artinya: Aku termasuk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu
menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu

7
aku pun memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk
bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau
memberikan jawaban pada Al Miqdad, “Cucilah kemaluannya
kemudian suruh ia berwudhu. (HR. Al-Bukhari)

3. Wadi
Sedangkan masalah wadi, Ibnu ‘Abbas mengatakan,
‫ى لواسللمسذ ت‬
‫ى فللقالل‬ ‫ لوألىما اسللوسد ت‬، ‫ستل‬
‫ ألىما اسللمنبىى فلتهلو الىبذى بمسنهت اسلغت س‬، ‫ى‬ ‫اسللمنبىى لواسللمسذ ت‬
‫ى لواسللوسد ت‬
(‫صللبة )رواه البيهقى‬ ‫ضولءلك بلل ى‬‫ضأس تو ت‬ ‫سسل لذلكلرلك ألسو لملذابكيلرلك لوتللو ى‬‫اسغ ب‬
Artinya: Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan
untuk mandi. Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu ‘Abbas mengatakan,
“Cucilah kemaluanmu, lantas berwudhulah sebagaimana wudhumu
untuk shalat. (HR. Al-Baihaqi).

Para ulama’ bersepakat bahwa keluarnya mani menyebabkan mandi wajib,


sedangkan wadi dan madzi cukup dengan berwudhu.

3. Analisis Materi
Dari beberapa pendapat ulama’ serta beberapa hadits yang membahas
tentang mani, wadi dan madzi, maka pada sub bab ini, penulis akan mencoba
menganalisis masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Mani

Sebagaimana yang telah dibahas di atas bahwa mani adalah cairan


berwarna putih yang keluar memancar dari Dzakar, biasanya keluarnya cairan ini
diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi dengan syahwat. Dari beberapa
problematika yang terjadi di masyarakat yang telah dituliskan di awal tadi, maka
akan dirinci sebagai berikut:

a) Hukum mani

Mellihat beberapa hadits yang telah dikutip, maka hukum mani adalah
suci. sebagaimana hadits dari ‘Aisyah r.a yang mengatakan bahwa beliau pernah

8
mengerik mani yang menempel dipakaian Nabi, kemudian Nabi berangkat untuk
menunaikan Shalat. Ini menandakan bahwa hukum mani adalah suci, hanya saja
diwajibkan untuk mandi.

b) Penyebab keluarnya mani (Secara tidak sengaja dan disengaja)


1) Keluarnya Mani Secara Tidak Sengaja
Keluarnya mani secara tidak sengaja adalah ketika mengalami mimpi
yang sering kita sebut dengan mimpi basah, kemudian cara mensucikannya
adalah dengan mandi wajib sebagaiman hadits dari Ummu Salamah bahwa
Ummu Sulaim berkata: “wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu
terhadap kebenaran, apakah wajib bagi wanita mandi jika mereka bermimpi?
Rasulullah menjawab: ‫ “ نعممم إذا رأت الممماء‬iya jika kamu melihat adanya air
(mani), (Muttafaq ‘Alaih) (tripod.com).
Namun ada perbedaan para ulama’ mengenai hukum mani yang keluar
bukan karena syahwat, apakah wajib mandi atau tidak? Penulis berpendapat
bahwa seseorang ketika mengeluarkan mani bukan karena syahwat akan tetapi
karena sedang sakit atau karena kedinginan tidak diwajibkan untuk melakukan
mandi wajib, sebab syarat utama dikenai hukum mandi wajib ketika keluarnya
mani adalah ketika terpancar dan dibarengi dengan syahwat yang kuat.

Selain itu penulis juga berpegang pada kaidah fiqih yang mengatakan
‫ الضرر يزال‬yang berarti segala kemudharatan harus dihilangkan, ketika orang
yang sakit mengeluarkan mani dan harus melakukan mandi wajib
dikhawatirkan dia akan semakin bertambah sakit.

2) Keluarnya Mani Secara Sengaja


keluarnya mani secara sengaja disebabkan karena:
a) Melakukan Onani/Masturbasi
Ketika seseorang telah melakukan onani/masturbasi, maka dia tetap
diwajibkan untuk mandi, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Sa’id Al-Khudri yang mengatakan bahwa “sesungguhnya air itu dari sebab
air”, artinya seseorang diwajibkan untuk mandi karena keluarnya air
(mani), jadi keluarnya mani karena bantuan tangan alias onani/masturbasi
tetap dikenai hukum mandi wajib, karena dilakukan secara sadar dan
keluarnya mani secara fisik dan tentu dibarengi dengan rasa nikmat.
b) Melakukan Hubungan Suami Istri

9
Sama halnya dengan onani/masturbasi ataupun mimpi basah, mani yang
keluar karena melakukan hubungan suami istri wajib untuk mandi, akan
tetapi muncul pertanyaan, bagaimana jika melakukan hubungan suami istri
tapi tidak keluar mani? Khusus untuk kasus ini, meskipun tidak sempat
mengeluarkan mani hukumnya tetap wajib disebabkan semata karena
tengelamnya dzakar kedalam vagina, sebagaimana hadits yang diriwyatkan
oleh Abu Hurairah r.a
‫ إذا قعد بين‬:‫عن أبى هريرة رضي ا عنه عن النبي صلى ا عليه وسلم قال‬
(‫ و إن لم ينزل )متفق عليه‬-‫شعبيها الربع ثم جهدها فقد وجب الغسل‬

Artinya: “Apabila laki-laki telah duduk diantara anggota tubuhnya yang empat
kemudian ia bersungguh-sungguh (memasukkan kemaluannya),
maka wajiblah mandi”. (Muttafaqqun ‘Alaih dengan tambahan dari
Muslim “walaupun tidak keluar mani)

3) Mungkinkah mani itu keluar tanpa syahwat?

Keluarnya mani tanpa syhawat itu bisa saja terjadi, ketika sedang sakit
ataupun karena kedinginan, akan tetapi jika seseorang itu dalam keadaan
normal artinya dia sedang tidak sakit ataupun kedinginan maka yang lazim
keluar adalah wadi ataupun madzi, wadi keluar biasanya bersamaan dengan air
kencing sedangkan madzi keluar ketika sedang bercumbu rayu antara
pasangan suami istri atau sedang berkhayal, selain itu air mani tidak keluar
kecuali dengan syahwat yang kuat dan rasa nikmat.

4) Hukum Menelan Air Mani

Kasus ini termasuk dalam kategori muamalah, pada dasarnya


muamalah itu mubah (dibolehkan) kecuali ada dalil yang menyelisihinya
(melarangnya), sebagaimana dalam kaidah fiqh:

‫الصل فى المعاملة الباحة إل ما دل الدليل على خلفه‬

Artinya: ”pada dasarnya muamalah itu boleh kecuali ada dalil yang
menyelisihinya (melarangnya).

10
Jadi selama tidak ada dalil yang melarang untuk menelan mani,
maka hukum awalnya boleh untuk melakukan itu, tapi menurut penulis, ketika
keluarnya mani, mungkin saja mani tercampur dengan wadhi ataupun madzi
bahkan kencing, padahal sesuatu yang najis haram hukumnya untuk dimakan.
Selain itu mani, juga termasuk hal yang menjijikkan. Dalam QS.
Al-A’raf: 157 Allah SWT melarang memakan sesuatu yang menjijikkan/kotor
‫يِ ِاَلتفذيِ ِهيفجهدوهنهه ِهممكهتوبباَ ِفعمنهدههمم ِففيِ ِاَلتتموهراَفة ِهواَملفمنفجيفل ِهيمأهمهرههمم ِبفههاَملهممعهرو ف‬
‫ف ِهوهيمنههههاَههمم‬ ‫يِ ِاَملهفمم ت‬ ‫اَلتفذيهن ِهيتتفبهعوهن ِاَلتر ه‬
‫سوهل ِاَلنتفب ت‬
‫صهرههمم ِهواَملهمغهلهل ِاَلتفتيِ ِهكههاَهن م‬
‫ت ِهعهلميفهههمم ْ ِ ِهفاَلتههفذيهن‬ ‫ضهع ِهعمنههمم ِفإ م‬ ‫ت ِهويههحفمرهم ِهعهلميفههم ِاَملهخهباَفئ ه‬
‫ث ِهوهي ه‬ ‫هعفن ِاَملهممنهكفر ِهويهفحلل ِهلهههم ِاَلط ت فيمهباَ ف‬
‫صهروهه ِهواَتتهبهعواَ ِاَللنوهر ِاَلتفذيِ ِأهمنفزهل ِهمهعهه ُ ِ ِهأو للهفئهك ِهههم ِاَملهممففلهحوهن‬
‫آهمهنواَ ِفبفه ِهوهعتزهروهه ِهوهن ه‬
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntun”. (Q.S Al-A’raf:157)

Imam An-Nawawi juga mengatkan dalam bukunya Al-Majmu’: 2/575:

‫ الصحيح المشهور أنأه ل يحل لنأه‬: ‫هل يحل أكل المني الطاهر؟ فيه وجهان‬
‫مستخبث‬

“Bolehkah menelan mani (sperma) yang suci? Ada dua pendapat, dan yang
paling masyhur bahwasanya itu tidak halal karena mustakhbats
(menjijikkan)”. (Al-Majmu’ 2/575)

Namun muncul beberapa pendapat yang mengatakan bahwa jika kita tidak
jijik, maka hal itu boleh dilakukan karena tidak ada ukuran untuk merasakan
sesuatu yang jijik.

Akan tetapi, sebagian ahli kesehatan mengatakan bahwa secara


kedokteran ternyata perbuatan ini apabila dilakukan berulang-ulang akan
membahayakan karena air mani yang hidup tersebut bisa melukai dinding

11
lambung sehingga mengakibatkan pendarahan di lambung.

Oleh sebab itu penulis dengan menggunakan metode Istishlah,


maka hukum menelan mani adalah tidak dibolehkan karena dapat merusak
kesehatan.

2. Madzi
Madzi sebagaimana telah dibahas bahwa Madzi adalah air yang berwarna
putih, lembut (tidak terlalu kental), keluarnya bukan karena syahwat yang kuat
(ada syahwat tapi tidak terlalu kuat), contohnya, ketika membayangkan jima’
(melakukan hubungan suami istri) kemudian keluar cairan yang pekat.
Dengan mencermati beberapa hadits di atas mengenai madzi, maka
menurut penulis madzi termasuk najis yang dapat membatalkan wudhu, dan cara
mensucikannya tidak dengan mandi wajib akan tetapi cukup dengan berwudhu
dan membersihkan bagian-bagian yang terkena madzi, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Ali r.a, yaitu:

‫ لبلملكابن اسبنلتببه فلأ للمسر ت‬,‫صلى ا عليه وسلم‬- ‫سأ للل النىببىى‬
‫ت‬ ‫ستلسحبيى ألسن أل س‬
‫ت أل س‬ ‫ت لرتجلء لمىذاءء لوتكسن ت‬ ‫تكسن ت‬
(‫ضأ ت )رواه البخارى‬
‫ستل لذلكلرهت لويلتللو ى‬‫سأ لللهت فللقالل » يلسغ ب‬
‫سلوبد فل ل‬ ‫اسلبمسقلدالد سبلن الل س‬

Artinya: Aku termausk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu
menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu aku
pun memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau memberikan jawaban
pada Al Miqdad, “Cucilah kemaluannya kemudian suruh ia berwudhu.
(HR. Al-Bukhari)

3. Wadi
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa wadi adalah air yang berwarna
putih tapi keruh, kotor, pekat dan biasanya keluar setelah buang air kecil atau
karena kecapaean ataupun karena telah membawa beban yang sangat berat.

12
Seperti halnya Madzi, wadi juga termasuk najis yang dapat membatalkan
wudhu, dan cara mensucikannya sama seperti dengan madzi yaitu cukup dengan
berwudhu dan membersihkan pakaian atau bagian-bagian yang terkena oleh wadi,
sebagaimana
Hadits yang diriwayatkan oleh al-baihaqi.

‫ى لواسللمسذ ت‬
‫ى فللقالل‬ ‫ لوألىما اسللوسد ت‬، ‫ستل‬
‫ ألىما اسللمنبىى فلتهلو الىبذى بمسنهت اسلتغ س‬، ‫ى‬ ‫اسللمنبىى لواسللمسذ ت‬
‫ى لواسللوسد ت‬

(‫صللبة )رواه البيهقى‬ ‫ضأس تو ت‬


‫ضولءلك بلل ى‬ ‫سسل لذلكلرلك ألسو لملذابكيلرلك لوتللو ى‬
‫اسغ ب‬
Artinya: Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan untuk
mandi. Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Cucilah
kemaluanmu, lantas berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat.
(HR. Al-Baihaqi).

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, terkait dengan pembahasan mani,madzi dan wadi
maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, ketiga hal tersebut dapat
membatalkan wudhu, dan cara mensucikannya jika itu mani maka wajib dilakukan
mandi wajib dan mani tidaklah termasuk najis, sedangkan wadi dan madzi keduanya
termasuk najis meskipun cara mensucikannya tidak dengan mandi wajib akan tetapi
cukup dengan berwudhu dan membersihkan pakaian serta bagian-bagian yang telah
terkena keduanya dengan menggunakan air.

13
Selain itu, hukum menelan mani adalah tidak diperbolehkan dengan
menggunakan metode Istishlah, yaitu demi menjaga kemaslahatan diri karena mani
dapat merusak dinding lambung.

Daftar Pustaka

Al-‘Asqolani, Ibnu Hajar. 773-852 H. Bulughul Marram. Hasyim Putra: Semarang

www.indonesianschool.org

blog.re.or.id

tripod.com

14

Anda mungkin juga menyukai