MEDULA SPINALIS
Wahyu Budiyantini,S.Kep.Ns
Perawat IRI RS Dr Sardjito Yogyakarta
PENDAHULUAN
Cedera medula spinalis terjadi
akibat kerusakan tulang
belakang
Kerusakan tulang belakang dan
medula spinalis gangguan
sistem persyarafan tubuh
Berakibat kecacatan dan
kematian
Pusat data nasional
memperkirakan setiap tahun
8000 - 10.000 kasus baru
terjadi di AS
Prognosis sebelum Perang
Dunia ke II buruk
1945 di mulai perawatan akut,
jangka panjang, dan konseling
sosial
Saat ini pasien dianggap cacat,
tetapi juga individu sehat dng
masa depan produktif di
masyarakat.
Banyak terjadi pada usia
16 – 30 tahun
Pria 82%, wanita 18%
50% akibat kecelakaan
motor.
14,6%
14,6% akibat tindakan
kekerasan (luka tusuk)
20,8% akibat jatuh
usia 60 tahun keatas
14,2% akibat olah raga
(menyelam)
Terbanyak mengenai cervikal
dan lumbal 1/3 kasus baru
Daerah thorakal tidak banyak
terjadi terlindung dengan
struktur toraks
Mortalitas 48% dalam 24 jam
pertama, ± 80% meninggal
di tempat kejadian
FUNGSI MEDULA SPINALIS
SARAF SPINAL CERVIKAL
T 1 - 12
Jumlah 12 buah
thorak
Ukuran dari atas kebawah
makin besar
SARAF SPINAL
LUMBAL
Jumlah 5 buah
Bersifat masif, bentuk ginjal
Terletak daerah pinggang,
corpus vertebra ukuran besar
pergerakan luas kearah
fleksi
SARAF SPINAL SAKRAL
Terdiri 5 sak
sakrum
Membentuk sakrum atau
tulang sela
langka
ngka
CEDERA KEPALA
Sering menyertai cedera
medula servical 25% -
65% pasien
PATOFISIOLOGI
Akibat suatu cedera mengenai tlng belakang
Terjatuh, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, luka tembak dan tusuk
Mengakibatkan cedera tlng belakang, terbanyak cervikalis dan lumbalis
Cedera dpt berupa patah tlng sederhana, kompresi dan dislokasi, sedangkan pada
sumsum tlng belakang dpt berupa comutio, kontusio, laserasio dengan atau tanpa
gangguan peredaran darah
Semua aktivitas
volunter hilang
Semua sensasi hilang
Arefleksia spinalis
syok spinal
SYOK SPINAL
Kerusakan mendadak medula spinalis akibat
hilangnya rangsang dari pusat,
berlangsung 1 – 6 minggu, kadang > lama
TANDA KHAS SYOK SPINAL
atas
Kehilangan sensori bervariasi
PENYEBAB :
Cedera atau edema medula
pusat cervikal
Pemikul barang berat diatas
kepala
SINDROMA MEDULA ANTERIOR
KARAKTERISTIK :
Kehilangan kekuatan motorik,
nyeri, sensasi suhu
PENYEBAB :
Herniasi diskus akut atau cedera
hiperefleksi dislokasi, fraktur
vertebra
Cedera arteri spinalis anterior
SINDROMA BROWN SEQUARD ATAU
SINDROM MEDULA LATERAL
KARAKTERISTIK :
Kehilangan sensasi nyeri dan
suhu sisi berlawanan
Kehilangan kontrol motorik
volunter pada sisi yg sama
PENYEBAB :
Lesi hemiseksi transversal
medula cedera pisau,
tembakan, fraktur - dislokasi
prosesus artikular unilateral,
ruptur diskus akut.
LEVEL INJURI
CEDERA CERVICAL
LESI C1–C4QUADRIPLEGI
C1–C4
Kehilangan sensori C1 - C3
oksipital, telinga dan wajah
Butuh perhatian penuh, sangat
tergantung ventilator mekanik
Tergantung orang lain untuk aktifitas sehari-
sehari-
hari
Dapat mengoperasikan kursi roda listrik
(sandaran kepala tinggi) dng mengendalikan
dagu dan pernapasan
Tongkat mulut digunakan untuk menjalankan
mesin ketik atau telpon.
LESI C4 QUADRIPLEGI
Memerlukan ventilator
aktivitas sehari-
sehari-hari
Memerlukan kursi roda listrik
LESI C5 QUADRIPLEGI
Ekstremitas atas
mengambil posisi sama
dng lesi C6
Quadriplegi C7
mempunyai potensi hidup
mandiri tanpa perawatan
dan perhatian khusus
LESI C8 QUADRIPLEGI
LESI T1-
T1-T5
Kehilangan sensori
pernapasan diaprgma
Inspirasi paru - paru
LESI L1 – L5
L1 dan L2
Kehilangan sensori semua area
ekstremitas bawah, lipat paha,
bagian belakang dari bokong
Anaestesia perianal, gangguan
fungsi defekasi, miksi,
impotensi, hilangnya refleks anal
dan bulbokafernosa
L3 : Ekstremitas bagian bawah
dan daerah sadel
L4 : Sama dengan lesi L3,
kecuali aspek anterior paha
L5 : Aspek luar kaki dan
pergelangan kaki, ekstremitas
bawah dan area sadel.
CEDERA SAKRAL
LESI S1 – S5
Lesi S1 – S5 perubahan
posisi telapak kaki
Kehilangan sensasi meliputi
area sadel, skrotum, glans
penis, perineum, area anal,
dan sepertiga atas aspek
posterior paha
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RONTGEN
LAMINOGRAFI atau TOMOGRAFI lesi tulang yg
tersembunyi terutama di kanalis spinalis
CT SCAN atau MRI satu
satu--satunya cara untuk
menunjukkan adanya fraktur vertebra yang menekan
medula spinalis
KOMPLIKASI
MANIFESTASI KLINIS
Sakit kepala seperti dipukul-
dipukul-pukul
Penglihatan kabur, delatasi pupil
Diaporosis, mual
Hipertensi paroksismal
Bradikardi
PRINSIP PENATALAKSANAN
Stabilisasi vertebra
TUJUAN
Mencegah cedera medula spinalis lanjut dan
mengobservasi gejala penurunan defisit
neurologik
STABILISASI HEMODINAMIK
- Penanganan hipotensi dan bradikardi
cairan
- Pemberian inotropik dan atropin
- Monitor ketat intake dan output cairan
FARMAKOTERAPI
Kortikosteroid/methylprednisolon memperbaiki
fungsi motorik dan sensorik
Manitol menurunkan edema
Dekstran L memperbaiki sirkulasi perifer
Kolinergik mencegah retensi urine
H antagonis mencegah stres ulcer
Alfa bloker membuka spinkter vesika urinaria
internal
OKSIGENASI
Mempertahankan PO2 arteri tinggi
anoksemia memperburuk defisit
neurologis
Endotracheal Tube dan ventilator mekanik
NUTRISI
Diet TKTP sesuai berat
badan, dimulai enteral bila
tidak memungkinkan
parenteral
HIPOTERMIA
Kontrol suhu dan berikan
warm--air
warm
Suhu dipertahankan diatas
35,8 derajat C
ILLEUS PARALITIK
Puasa, pemasangan NGT
Pemberian laksantif merangsang peristaltik
URINARY
Pemasangan DC monitor urine output
minimal ½ ml/kg BB
Keseimbangan cairan dan elektrolit
DC dilepas setelah syok teratasi.
MOBILISASI DINI
Perubahan posisi tiap 2 jam
Mencegah dicubitus, DVT
LAMINEKTOMI
Diindikasikan pada defisit
neurologik progresif.
INDIKASI PEMBEDAHAN
24 jam – 3 minggu
< 24 jam prognosa lebih baik
PROGNOSA
Cedera medula spinalis complete hanya 5%
membaik
Cedera medula spinalis menetap lebih 72 jam
hampir tidak ada kemungkinan untuk kembali
pulih
Cedera incomplete memiliki prognosis baik,
mendapatkan perbaikan motorik, sensorik, dan
fungsional yang bermakna dalam 12 bulan
pertama
Cedera incomplete bila fungsi sensorik dibawah
lesi masih ada kemungkinan pasien untuk
kembali bisa berjalan > 50%.
Curt dkk mengevaluasi pada 70 pasien bahwa
pemulihan kandung kemih terjadi 27% pasien
pada 6 bulan pertama.
Penyebab kematian adalah pneumonia, emboli
paru, septikemia dan gagal ginjal
PROGNOSA TERGANTUNG
TUJUAN
Memberikan penerangan dan pendidikan
kepada pasien & keluarga
Memaksimalkan kemampuan mobilisasi &
self--care
self
Mencegah komorditi (kontraktur, dekubitus,
infeksi paru)
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pola pernapasan
Kekuatan batuk pasien dan suara paru
Perubahan fungsi motorik dan sensorik
Gejala penurunan fungsi neurologi
Adanya syok spinal dimana terjadi kehilangan reflek
komplet, motorik, sensorik, aktifitas autonom
Adanya paralisis dan distensi kandung kemih
Adanya dilatasi lambung dan usus
Adanya hipo/hipertermia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
2. Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot-
otot-otot pernapasan
3. Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan paralisis
otot interkostal dan abdominal
4. Nyeri akut berhubungan dengan agent injuri fisik
5. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d akumulasi sekresi
akibat terpasang alat intubasi
6. Perubahan pola eliminasi b/d ketidakmampuan berkemih
spontan
7. Kerusakan komunikasi verbal b/d terpasang alat intubas
8. Risiko kerusakan integritas kulit b/d kerusakan
neuromuskuler, imobilitas
9. Konstipasi b/d gangguan autonomik kolon
10. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
11. Sindroma defisit perawatan diri b/d kerusakan neuromuskuler
DIAGNOSA I
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuskular
TUJUAN / NOC
Setelah intervensi keperawatan perubahan posisi
pasien terkontrol dengan kriteria hasil :
Meningkatkan kekuatan bagian tubuh yg sakit /
kompensasi
Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak
adanya kontraktur
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang
memungkinkan melakukan kembali aktivitas
INTERVENSI / NIC
EXERCISE THERAPI : AMBULATION (TERAPI AKTIFITAS : AMBULASI)
ADLs.
DIAGNOSA II
Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot-
otot-otot
pernapasan
TUJUAN / NOC :
Setelah intervensi keperawatan pola napas
menjadi efektif dengan kriteria hasil :
Mempertahankan ventilasi adekuat, tidak ada
distres pernapasan
Hasil AGD dalam rentang normal
AIRWAY MANAJEMEN
Buka jalan napas
melakukan tindakan
Pertahankan humidifikasi
DIAGNOSA VI
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan
gangguan fungsi neurologis
TUJUAN / NOC
Setelah intervensi keperawatan
pasien dapat menunjukkan pola
eliminasi lancar dng kriteria hasil :
Mempertahankan keseimbangan masukan/haluaran
dengan urine jernih bebas bau, partikel-
partikel-partikel
Keseimbangan intake dan output
PENGATURAN KOMUNIKASI
Sediakan metode komunikasi alternatif
ketidakmampuan
Berikan reinforcement positif pada pasien
DIAGNOSA VIII
Risiko kerusakan integritas kulit b/d kerusakan
neuromuskular, immobilitas
TUJUAN / NOC
Setelah intervensi keperawatan
kerusakan kulit tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
Pasien bebas dari lesi jaringan
TUJUAN / NOC :
Setelah intervensi keperawatan
pola BAB pasien tidak
terganggu dngan kriteria hasil :
Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi usus
individual.
INTERVENSI / NIC
INFEKTION KONTROL
Jaga kebersihan lingkungan
Batasi pengunjung
Rawat luka infesive dengan tehnik aseptik
Mobilisasi terbantu
INTERVENSI / NIC
Workshop
6 – 9 Agustus 2007
Kerja sama INFJ, Alumni INFJ dan RSUP Dr. Sardjito
DEFINISI
Dekubitus adalah luka yang disebabkan karena
tekanan sering disebut a pressure sore , a
bed sore or pressure ulcer.
ulcer.
Klasifikasi luka didasarkan pada berat
ringannya luka biasanya dibagi menjadi 4
derajad luka seperti pada luka bakar.
Trunk 4%
Upper Limbs 3%
Sacrum 31%
Trochanters 10%
Buttocks 27%
Lower Limbs 5%
Heels 20%
LOKASI TEKAN
Faktor terjadinya pressure ulcer
mobilitas
aktifitas Tekanan
Persepsi sensori
Terjadinya
-lembab/basah pressure
Faktor extrinsic
-Friction / shear ulcer
Toleransi
jaringan
Faktor intrinsic
Nutrisi,usia,penurunan tekanan
arteri ,Stress, suhu, status kesh,dll
FAKTOR INTRINSIK
Usia
Status Kesehatan
Nutrition (gizi buruk, kurus, dll)
Kualitas keperawatan:
kebersihan kurang, hidrasi tidak
baik, immobilisasi
Status Metabolik
LUKA TEKAN
HILANGNYA JARINGAN KULIT AKIBAT ADANYA
TEKANAN PADA TUBUH YANG TIDAK
BERUBAH DALAM JANGKA WAKTU PANJANG
DASAR LUKA
NEKROTIK
EKSUDATIF
GRANULASI
LUKATEKAN
Tumit Kiri
Tumit Kanan
LUKATEKAN
Warna hitam,
nekrotik
APLICATION