Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AKHIR

BAB VII
PERIKANAN TANGKAP
DI KALIMANTAN SELATAN

7.1. Perikanan Tangkap di Perairan Umum Daratan

Alat tangkap yang dioperasikan di perairan umum daratan umumnya


relatif sama. Alat tangkap yang biasa dioperasikan tersebut adalah jaring
insang-gill net (hanyut dan tetap), jaring angkat-liftnet (anco, serok), panting
–hook and line (rawai, pancing), perangkap-traps (serok, jermal, bubu), dan
lain-lain-others (jala tebar, garpu, tombak) (Tabel 29). Alat tangkap
perangkap dioperasikan di jalur migrasi ikan. Biasanya, ikan yang mau
memijah banyak tertangkap. Alat tangkap di sungai lebih bervariasi dari
pada badan air lainnya, walaupun perairan rawa banjiran dipandang sebagai
perairan yang paling produktif.

Tabel 29. Penyebaran alat tangkap di perairan umum daratan di Kalimantan


Selatan

No Jenis Alat Tangkap Sungai Rawa Waduk Perairan Lainnya


1 Jaring Insang Hanyut √
2 Jaring Insang Tetap √ √ √ √
3 Anco √ √ √
4 Serok √
5 Rawai √ √ √
6 Pancing √ √ √ √
7 Serok √ √ √ √
8 Jermal √
9 Bubu √ √ √ √
10 Jala Tebar √ √ √
11 Lain-Lainya (garpu, tombak) √ √ √

Sungai yang mempunyai kondisi air lebih baik sepanjang tahun


merupakan habitat terbaik bagi ikan. Pada saat air sungai meluap ke wilayah
sekitarnya (musim hujan), ikan akan bergerak (migrasi) ke daerah genangan
tersebut secara bergerombol (schooling) untuk berkembang biak. Pada saat
air menyurut, kondisi perairan memburuk dan ikan bergerak kembali ke
sungai utama. Tingkah laku ikan demikian mendorong nelayan untuk

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 133


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

mengoperasikan alat tangkap traps karena hasilnya akan lebih banyak


(Gambar 46). Alat tangkap hook and line yang dioperasikan harian
cenderung naik terus setiap tahunnya karena hasilnya diperuntukan mula-
mula memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sisanya dijual. Ini
membuktikan bahwa hasil ikan perairan umum daratan lebih diutamakan
untuk ketahanan pangan (protein ikan). Musim penangkapan ikan musiman
terjadi pada saat musim benih ikan, terutama yang mempunyai harga jual
tinggi (ikan hias) misalnya ikan botia (Botia macracanthus).

40,000.0

35,000.0
Jumlah Alat Tangkap (unit)

30,000.0

25,000.0

20,000.0

15,000.0

10,000.0

5,000.0

-
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Gill nets Lift nets Hook and Line Traps Others

Gambar 46. Jumlah alat tangkap perairan umum daratan


di Kalimantan Selatan 1998 – 2007.

Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan salah satunya akan
mempengaruhi banyaknya hasil tangkapan. Alat tangkap traps dan gillnets
yang dioperasikan dalam jumlah relatif banyak menghasilkan jumlah
tangkapan lebih besar. Gambar 47 menjelaskan fluktuasi produksi ikan
untuk alat tangkap gillnets, traps dan hook and line rekatif sama. Alat
tangkap lainnya (others) cenderung turun terus hasil tangkapannya.
Sedangkan alat tangkap lift nets relatif stabil hasil tangkapannya.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 134


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

18,000.0
16,000.0

Produksi ikan (ton)


14,000.0
12,000.0
10,000.0

8,000.0
6,000.0
4,000.0
2,000.0
-
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Gill nets Lift nets Hook and Line Traps Others

Gambar 47. hasil tangkapan perairan umum daratan


berdasarkan jenis alat tangkap di Kalimantan Selatan 1998 – 2007

Beberapa alat tangkap yang dioperasikan di perairan umum daratan


Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:

- Lukah (pot traps). Lukah merupakan alat tangkap ikan yang terbuat
dari anyaman bambu, jarak antar celah 1 cm, berbentuk bulat
memanjang dengan diameter 10 – 15 cm, panjang 1,5 – 2 meter,
bagian pangkalnya ada celah untuk masuknya ikan, pada celah
dipasang injab agar ikan yang masuk tidak keluar, sedang di bagian
atas dipasang kayu untuk menutup celah bagian atas. Alat ini
dipasang tertidur dalam perairan dan bagian atasnya dipasang unjar
(patok). Alat ini menangkap ikan dengan cara menjebak. Ikan yang
tertangkap dengan lukah biasanya masih hidup, pengambilan hasil
tangkapan dilakukan dengan membuka kayu penutup bagian atas
dan lukah diangkat dan dibalik. Jenis ikan yang tertangkap adalah
gabus, toman, baung, lele, betok, serandang, tambakang

- Hampang tukung (Barrier traps). Hampang merupakan alat tangkap


yang terbuat dari anyaman bambu. Dimensi hampang tingginya 1,5 –
2 meter, panjang 4 meter, dengan celah antar bilah 0,75 – 1 cm,
dipasang tertancap (tetap) pada muara anak-anak sungai yang

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 135


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

masuk ke dalam hutan, berbentuk seperti sayap membendung anak


sungai, ukuran sayap tergantung lebar anak sungai, biasanya 4–6
meter, mempunyai pintu dan rumah ikan. Alat ini pada waktu air
pasang dibuka pintunya agar ikan-ikan yang ada di perairan sungai
masuk ke anak-anak sungai masuk ke hutan, saat surut ditutup, ikan
tertangkap ke dalam rumah ikan dengan cara menjebak. Ikan yang
ada dalam rumah ikan diambil dengan bantuan serok yang
tangkainya panjang. Pengambilan hasil biasanya dilakukan pada pagi
dan sore hari. Alat ini diopersikan pada sungai utama dan anak
sungai mengadang ikan beruaya mudik. Ikan dan udang yang
beruaya pada saat musim peralihan dan ikan besar yang bersifat
karnivor masuk saat mengejar ikan kecil sebagai pakan.

- Luntak. Luntak merupakan alat tangkap yang terbuat dari benang


atau tali nilon yang dianyam, berbentuk kerucut dan bagian
bawahnya bulat, ukuran mata jaringnya biasanya 1,5 – 2,5 cm di
bagian bawah terpasang rantai untuk pemberat serta terdapat lipatan
berupa kantong untuk wadah ikan, diameter alat ini biasanya 5 -7
meter, panjangnya 2,5 – 5 meter . Alat ini dioperasikan dengan
melempar bagian ujung ke dalam perairan terbuka, alat ini
menangkap ikan dengan cara mengurung ikan dan ikan yang
tertangkap akan menyangkut di bagian kantong. Ikan yang tertangkap
diambil dengan mengangkat dan membuka bagian kantongnya. Alat
ini di tempat lain sering disebut jala.

- Pengilar. Pengilar merupakan alat tangkap ikan yang terbuat dari


bilah rotan yang dianyam membentuk kubus menyerupai keranjang.
Dimensi hampang adalah 60 x 60 x 60 cm3, dengan pintu masuk
pada salah satu sisinya, di bagian pintu terdapat injab untuk menahan
ikan keluar, jarak celah antar bilah (space) 2 cm. Pemasangan alat
dilakukan dengan menambatkan pada patok yang dipasang di
perairan rawa lebak sedalam 2/3 tinggi, untuk pemasanagan alat ini
didalamnya diberi umpan kelapa. Ikan yang masuk akan
terperangakp dengan pengilar yang ada. Alat ini menangkap ikan

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 136


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

dengan cara menjebak ikan yang masuk ke dalamnya. Hasil


tangkapan yang didapat dikeluarkan dari dalam sengkirai dengan
mengangkat dan membuka celah yang ada, untuk pengambilan hasil
dibantu dengan serok besar. Pengambilan hasil tangkapan biasanya
dilakukan pagi dan sore hari.

- Rengge. Alat ini terbuat dari bahan benang ataupun nilon yang
dinyam dengan mesin, lebarnya 1,5–2 meter, ukuran mata jaringnya
1,5 – 2,5 cm, panjangnya 10 – 12 meter, di bagian bawah alat ini
diberi pemberat, bagian atas diberi pengapung. Alat ini dioperasikan
dengan memasang memanjang di sekitar anak-anak sungai atau
melintang anak anak sungai, bagian bawahnya ditenggelamkan 1–1,5
meter. Alat ini menangkap ikan dengan menjebak, ikan yang
tertangkap insangnya masuk pada alat ini. Pengoperasian alat ini
biasanya pada siang hari sampai sore. Pengambilan hasil tangkapan
dengan mengangkat alat dan mengambil satu persatu. Alat ini di
dearah lain sering disebut dengan jaring insang (gill net)

- Kawat. Alat tangkap kawat terbuat dari tali nilon, jaron dan mata
pancing, alat ini mata pancingnya dipasang di ujung tali nilon, bagian
pangkal tali diikaatkan di jaron. Tali nilon panjangnya 0,75–1 meter,
panjang jaron 1 meter, ukuran mata pancing nomor 8. Alat
dioperasikan dengan memasang umpan di bagian mata pancing dan
dimasukkan ke dalam air sedalam 0,5–0,75 meter. Ikan tertangkap
dengan memangsa umpan dan terkait pada pancing. Hasil tangkapan
diambil dengan melepas ikan yang terkait di pancing. Alat ini di
tempat lain sering disebut tajur.

- Rempa (Seine). Alat ini dioperasikan saat air surut pada lokasi pantai
yang landai, bersih dari tonggak dan ranting kayu. Pada sungai
utama zona hilir sampai tengah. Bersifat aktif yaitu pada satu bagian
atau kedua ujung alat ditarik/dbentang menggunakan perahu motor
kearah tengah sungai kemudian melengkung kearah pinggir
(membentuk setengah lingkaran). Kemudian kedua ujung alat ditarik

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 137


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

ke pantai untuk memperkecil ruang gerak ikan untuk kemudian


dilakukan penangkapan. Alat ini menangkap berbagai jenis ikan dan
udang dari mulai ukuran induk sampai anakan antara lain seluang,
lais, baung, banta, toman, udang galah, udang serengkek, palau,
gurami dan sanggang.

- Mangumpai (traps). Alat ini merupakan rumpon untuk menjebak atau


memikat ikan berkumpul yang bahannya terbuat dari ranting kayu dan
tanamam air mengapung. Pagar pembatas terbuat dari hampang
bambu atau waring net atau kombinasi keduanya. Bila diperkirakan
ikan sudah banyak terjebak, keliling aeral rumpon ditutup dengan
hampang bambu atau waring net. Ranting kayu dan tanaman air
dibersihkan, hampang bambu atau waring net digeser kearah dalam
untuk memperkecil areal dan memudahkan penangkapan. Alat ini
dioperasikan pada pinggiran sungai utama dan anak sungai saat air
surut (kemarau) sehingga tanah pada tepian sungai timbul. Jenis ikan
sungai seperti lais, jelawat, tapah, baung dan ikan rawa yang turun ke
sungai pada saat air surut seperti:gabus, betok, selincah, sepat,
toman, dan tambakang.

- Hampang tukung (Barrier traps). Hampang pembatas untuk


mengarahkan ikan masuk dalam rumah ikan (tukung) terbuat dari
hampang bambu dengan ukuran panjang sayap kiri dan kanan 15 –
20 m tinggi 2 – 3 m dengan jarak bilah hampang 1- 2 cm. Hampang
sebagai alat utk menghadang dan mengarahkan ikan masuk kedalam
rumah ikan dipasang berbentuk V searah arus air, salah satu ujungya
berhubungan dengan pantai dan ujung lainnya mengarah ketengah
sungai. Pada pertemuan ujung kedua sayap dipasang rumah ikan
(tukung) yang terbuat hampang bambu berbentuk hati dan pada pintu
masuknya dilengkapi dengan injap. Alat ini diopersikan pada sungai
utama dan anak sungai mengadang ikan beruaya mudik. Ikan dan
udang yang beruaya pada saat musim peralihan dan ikan besar yang
bersifat karnivor masuk saat mengejar ikan kecil sebagai pakan.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 138


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

- Lalangit (gill-net). Alat ini mempunyai mata jaring 2,5 – 10 cm,


berukuran panjang 20 – 30 m dan lebar 3 – 5 m. Dioperasikan pada
pinggiran anak sungai pada saat air surut, ikan terkumpul di
sungai)dan rawa pada saat air besar. Alat dipasang di sungai sama
dengan lokasi alat mangumpai, sehingga alat lalangit dioperasikan
sambil menunggu keadaan air yang tepat untuk penangkapan
dengan alat mangumpai (dikuras habis). Jaring dipasang posisi
horizontal 10 – 20 cm di bawah permukaan air. Pada kedua arah
panjang dilengkapi dengan tali ris yang dihubungkan dengan
pelampung bambu dan tiang pancang. Di sekitar lokasi lalangit
ditebar tumbuhan air mengapung (eceng gondok) dengan tujuan
untuk mengarahkan ikan timbul kepermukaan air (ikan labirinth) pada
tempat terbuka yang telah dipasang alat lalangit. Jenis ikan yang
tertangkap adalah biawan, sapat, kalui dan belida.

- Salambau (Filtering divice). Salambau terbuat dari bahan jaring nylon


dan waring net (super net), berbentuk kerucut dengan panjang sayap
kiri dan kanan masing masing 30 – 50 m dilengkapi rumah ikan
berbentuk segi empat ukuran 4 – 6 m2. Alat ini dipasang di pinggiran
sungai utama dan anak sungai berbentuk hurup V menghadap
kehulu/mengadang arus air serta dipasang secara permenen dengan
tiang kayu bila pluktuasi tinggi air tidak terlalu besar dan pakai
pengapung balok kayu bila fluktuasi tinggi air besar. Alat ini tidak
selektif, menangkap semua jenis ikan kecil dan besar yang beruaya
kehilir pada saat air mulai bergerak surut.

- Kabam (pot traps). Alat ini mempunyai Penampang atas berbentuk


silinder dengan diamater 18-20 cm panjang 25 cm, terbuat dari
anyaman bilah bambu dengan jarak 0,5 cm, dilengkapi wadah umpan
dari potongan bambu bulat dan injab, umpan dedak dicampur limbah
isi perut ikan dan dimasak. Kabam dipasang pada perairan dangkal
(rawa, pinggiran sungai dan danau, hutan rawa), dipasang vertikal 10-
15 cm dibawah permukaan air dengan bantuan kayu kecil yang
ditancapkan pada dasar perairan cm sebagai tiang pancang. Ikan

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 139


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

tertangkap saat masuk lobang bambu umpan (vertikal dari atas ke


bawah) dan bergerak untuk keluar secara horizontal masuk kedalam
alat penampung dan tidak bila keluar karena dilengkapi injap. Alat ini
dapat dioperasikan sepanjang tahun (musim hujan dan musim
kemarau). Ikan seluang (Rasbora sp) dalam keadaan hidup umumnya
sebagai umpan banjur ikan baung dan gabus.

- Tempirai (pot traps). Penampang atas alat ini bebentuk hati dengan
diameter 25 –30 cm panjang 40 – 50 cm, terbuat dari anyaman bilah
bambu jarak bilah 0,5 cm, arah adalam injap didilengkapi wadah
umpan dari belahan bambu. Alat ini dipasang posisi vertikal 10 –20
cm dari permukaan air, dengan bantuan tiang pancang. Umpan
terbuat dari campuran dedak halus dan tepung bungkil kelapa. Ikan
tertangkap saat masuk untuk mengambil pakan (umpan dan tidak
bisa keluar karena ada injap). Lokasi pemasangan dibawah hutan
pinggiran sungai utama dan anak sungai terutama daerah yang masih
dipengaruhi oleh pasang surut. Jenis ikan yang tertangkap umumnya
adalah seluang.

- Kalang (pot traps). Penampang atas alat ini berbentuk silinder dengan
diameter 130 cm, panjang 280 –300 cm, terbuat dari anyaman bilah
bambu dengan jarak bilah 10 cm, dilengkapi injab. Kalang dipasang
di pinggiran sungai utama dan anak sungai zona hilir sampai hulu,
menghadap ke hilir searah dengan arus air. Ikan masuk alat saat
bergerak mudik atau saat mengejar ikan kecil mudik untuk dimangsa.
Jenis ikan yang tertangkap adalah ikan pipih, baung, patin, jelawat,
tapah, toman, tabirin dengan ukuran > 2,5 kg/ ekor

- Pasuran (pot traps). Alat ini terbuat dari botol plastik bekas minuman
volume 2 liter, seluruh permukaan botol secara merata diberi lubang
diameter 0,5 cm, bagian atas botol dilekatkan pelampung dari busa
streofom dan bagian bawah ditambahkan pemberat potongan besi
sehingga posisi botol dalam air vertikal dan melayang. Untuk menjaga
agar alat tidak hanyut terbawa arus air atau tiupan angin diberi tali

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 140


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

pengaman yang diikatkan pada ranting kayu. Bagian samping botol


dipasang potongan bambu diameter 10 cm dilobangi dan tanpa injap
sebagai tempat makanan. Makanan terbuat dari campuran sisa
baungan isi perut ikan dicampur merata dengan pelet apung. Alat ini
dipasang di bawah hutan pinggiran sungai utama dan anak sungai
dengan arus air tenang sampai lambat. Ikan tertangkap dan masuk
perangkap saat masuk kedalam potongan bambu yang berisi umpan
dengan lobang menghadap ke bawah, setelah mendapatkan
makanan berusaha kembali tetapi bergerak horizontal dan masuk
dalam botol perangkap Ikan tidak bisa keluar walaupun tampat
potongan bambu tempat makanan tidak dilengkapi injap karena
lobang masuk menghadap ke bawah dan kebiasaan ikan seluang
berenang secara horizontal dan sesekali vertival ke atas (tidak arah
bawah). Biasanya alat ini menangkap jenis ikan seluang (Rasbora
sp).

- Jabak (pot traps). Alat ini terbuat dari anyaman bilah bambu dengan
jarak 2 – 3 cm. Penampang atas berbentuk silinder dengan diameter
30 cm panjang 40-50 cm. Bagian depan alat dipasang pintu dari
anyaman bilah bambu yang dapat bergerak secara vertikal (naik
membuka dan turun menutup) pintu dihubungkan dengan tali dan
pegas (busur) terbuat dari bilah bambu. Alat ini dipasang pada
pinggiran dasar sungai utama dan anak sungai. Umpan ikan rucah
segar yang dikaitkan atau diikat pada tuas umpan, bila umpan
disentuh oleh ikan, tuas akan bergerak dan secara otomatis pintu
tertutup dengan cepat karena dibantu pegas bilah bambu. Jenis ikan
yang tertangkap adalah baung.

- Tamba (pot traps). Penampang atas alat tamba bebentuk hati dengan
diameter 25 –30 cm panjang 40 – 50 cm, terbuat dari anyaman
bambu jarak bilah 5–10 cm, pintu masuk ikan dilengkapi injap. Alat ini
dipasang dengan posisi vertikal 20–50 cm dari permukaan air,
dengan bantuan tiang pancang di bawah rimbunan dedaunan
pinggiran sungai utama dan anak sungai dan rawa yang berair

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 141


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

dangkal. Jenis ikan yang tertangkap antara lain tambakan, sepat


siam, sepat rawa, dan betok.

- Pengilar (pot traps). Penampang atas alat ini bebentuk hati dengan
diameter 25–30 cm panjang 40–50 cm, terbuat dari anyaman bambu
jarak bilah 5–10 cm, pintu masuk ikan dilengkapi injap. Alat ini
dipasang posisi vertikal 20–50 cm dari permukaan air, dengan
bantuan tiang pancang di bawah rimbunan dedaunan pinggiran
sungai utama dan anak sungai dan rawa yang berair dangkal. Jenis
ikan yang tertangkap adalah tambakan, sepat siam, sepat rawa, dan
betok.

- Mahu lung (lift net). Alat ini berupa alat tangkap serok yang dilengkapi
tangkai panjang. Kegiatan penangkapan udang yang ikut bersama
ranting kayu atau tumbuhan air mengapung yang hanyut di sungai
utama atau anak sungai. Nelayan dengan perahu dan serok panjang
menunggu atau bergerak ke hulu, setiap kumpulan ranting kayu atau
tumbuhan air mengapung diperiksa. Kegiatan ini pada umumnya
dilakukan pada malam hari, dengan bantuan lampu atau senter
udang mudah kelihatan karena ada pantulan sinar dari mata udang.
Jenis udang yang tertangkap berukuran induk dan pada umumnya
sedang membawa telur.

- Jala (cast net). Jala terbuat dari anyaman benang nylon mono
filament atau polyfilamen dengan bermacam ukuran benang, mesh
size dan panjang. Ukuran benang berhubungan dengan ukuran mesh
size jala. Semakin besar ukuran mesh size, semakin besar ukuran
benangnya, bagian bawah jala dilengkapi dengan pemberat (rantai
atau timah jala) yang dilipat ke dalam sehingga membentuk kantong.
Bagian atasnya dilengkapi tali yang berhubungan dengan nelayan.
Cara kerja alat ini yaitu jala dilempar dengan cara khusus sehingga
membentuk lingkaran dan tengelam menutupi areal jala ikan terjebak
dan tidak bisa keluar. Jala dapat dioperaisikan dari atas perahu atau
pantai. Jenis ikan yang tertangkap berupa Semua jenis ikan atau

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 142


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

udang sungai dan rawa dengan berbagai ukuran sesuai mesh size
jala.

- Sasuduk (lift net). Sesuduk berupa serok ukuran besar terbuat dari
nylon monofilamen dengan mesh size 1–3 cm, bingkai dari bahan
bambu. Alat ini dioperasikan oleh dua orang nelayan, satu orang
mengendalikan alat (bagian depan perahu) dan satu orang
mengendalikan perahu. Perahu bergerak searah arus air untuk
menghadang ikan kecil mudik. Jenis ikan yang tertangkap berupa
benangin dan seluang.

- Rawai (Long line). Rawai terbuat dari rangkaian pancing dengan tali
ris sebagai tali utama. Jarak antara pancing 3–5 m, jarak mata
pancing dan tali ris 20-30 cm dan untuk menghidari tali pancing dan
tali ris bersatu disambung dengan potongan rotan, kemudian baru
disambung dengan tali dan pancing. Alat ini dipasang pada dasar
sungai utama dan anak sungai. Untuk rawai yang dipasang searah
dengan arus air, pada pangkal rangkaian rawai dipasang pemberat
utama, dimaksudkan untuk menjaga agar rawai tidak hanyut dan
tetap pada posisinya. Untuk memudahkan saat mengangkat rawai
atau memeriksa hasil tangkapan pemberat utama dihubungkan
dengan pelampung. Rawai yang dipasang melintang sungai
pemberat dipasang pada kiri–kanan tepian. Alat ini dioperasikan
sejanjang tahun, mengggunakan umpan buatan atau buah-buahan
sesuai dengan kebiasaan makan ikan yang akan ditangkap. Jenis
ikan yang tertangkap antara lain patin, baung, jelawat, sanggang, dan
lawang.

- Maujun (Long line). Maujun merupakan alat pancing tunggal yaitu 1


pancing dan pemberat kecil dipasang diujung tali pancing. Pancing
ganda yaitu beberapa mata pancing dalam satu tali pancing utama,
pancing dipasang setiap jarak 1 m secara vertikal, diberi umpan
buatan atau alami sesuai dengan kebiasaan makanan ikan yang akan
dipancing. Pancing ganda lainnya yaitu pancing dipasang pada

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 143


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

serangkaian ranting kayu (5–10 pancing) yang diberi pemberat dan


tali utama. Alat ini dioperasikan umumnya pada sungai utama,
sepanjang tahun atau sesuai dengan musim ikan. Pancing tunggal
dikendalikan dan dipegang masing-masing oleh pemancing sehingga
saat umpan dimakan oleh ikan dapat diketahui atau dirasakan oleh
pemancing. Sedangkan pancing ganda pancing diperiksa atau
diangkat secara periodik setiap waktu sesuai dengan keperluan dan
perkiraan umpan sudah dimakan oleh ikan. Jenis ikan yang
tertangkap antara lain patin, lawang, patin sadarin, sanggang, lais
dan jenis ikan sungai lainnya.

- Banjur (Long line). Bajur berupa pancing yang dilengkapi dengan


patok kecil sebagai tanda atau kendali dengan panjang 1–1,5 m) di
mana satu patok satu pancing. Alat ini dipasang di pinggiran anak
sungai dengan cara menancapkan patok pancing di pantai, lalu
pancing akan tenggelam mencapai kedalaman air 10–20 cm, diberi
umpan ikan hidup sehingga selalu bergerak (berputar.) akan menarik
perhatian ikan buas untuk menyambar atau memangsanya. Jenis
ikan yang tertangkap antara lain gabus, toman, baung, tapah, dan
tabirin.

- Tilampung (hook line). Alat ini berupa Pancing yang dilengkapi


dengan pelampung kecil dari potongan bambu atau batang tumbuhan
air mengapung sebagai tanda dan kendali. Satu pelampung
mempunyai satu pancing. Alat ini dipasang di perairan rawa atau
sungai dengan yang arus air tenang. Pelampung yang dilengkapi
pancing ditebar disela-sela rerumputan rawa dengan umpan ikan
hidup sehingga selalu bergerak dan akan menarik perhatian ikan
buas untuk menyambar atau memangsanya. Jarak pemasangan
sesuai dengan luasan lokasi dan jumlah mata pancing. Hasil
tangkapan diperiksa secara periodik sesuai dengan keadaan. Jenis
ikan yang tertangkap yaitu gabus, toman dan betok.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 144


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

- Beje. Beje (Gambar 48) adalah sengaja dibuat oleh masyarakat di


sekitar lahan padi untuk mengumpulkan ikan. Beje adalah kolam
berbentuk persegi panjang, dibuat di lahan rawa lebak tipologi lebak
tengahan, ukuran beje bervariasi, ukuran panjang 10 – 30 meter,
lebar 5 – 10 meter dengan kedalaman air 1,5- 2,0 meter atau rata-
rata luas 148,3 m2 ± 76,5. Sebagian besar kiri kanan pada setiap
beje dihubungkan dengan parit yang dalam bahasa daerah disebut
‘tatah” atau “pelacar”. Tatah atau pelacar bertujuan untuk membantu
mengarahkan ikan masuk dalam beje. Sisa tanah galian beje dan
tatah di timbun atau ditempatkan pada satu sisi yang juga berfungsi
untuk menghadang dan mengarahkan ikan agar masuk dalam beje.
Upaya lain yang dilakukan untuk lebih merangsang ikan masuk dalam
beje yaitu dengan menempatkan potongan dahan dan ranting kayu
dalam beje sebagai. rumpon. Penangkapan dengan alat bantu
“Rempa beje”, kisaran produksi 128 – 1.745 kg, rata-rata 879,9 ±
83,60 kg/beje/tahun. Komposisi jenis ikan 5 – 11 jenis yang
didominasi ikan rawa (blackfish) dari suku Anabantidae dan
Nandidae. Usaha perikanan beje di Kalimantan Selatan sudah dimulai
sejak tahun 1950. Beje merupakan usaha perikanan produktif, karena
menopang pendapatan nelayan antara Rp. 650.000 –
7.900.000/beje/tahun.

Gambar 48. Beje sebagai alat tangkap ikan di perairan rawa banjiran
Kalimantan Selatan (Foto Koleksi Rupawan – BRPPU Palembang)

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 145


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Pengamatan jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan suaka


perikanan Danau Panggang didapatkan 6 jenis alat yaitu, rengge, luntak,
hampang, pengilar, lukah dan kawat. Komposisi hasil tangkapan yang
tertinggi adalah rengge (8), diikuti oleh luntak (7), hampang (7), lukah (5),
pengilar (5) dan kawat (3). Produktifitas alat yang paling tertinggi adalah
hampang (4,5 – 23 kg), dan diikuit oleh diikuti rengge (1 – 9,2 kg), luntak
(1,5 – 9 kg), pengilar (2,5 – 8 kg), lukah ( 1,5 – 7,5 kg) dan kawat (0,2 – 3,2
kg). Musim penangkapan ikan di perairan suaka perikanan Danau
Panggang berlangsung dari bulan Mei sampai dengan Desember.

Hubungan antara hasil tangkapan dengan fluktuasi tinggi air di Danau


Panggang dapat dilihat pada Gambar 49 (Prasetyo, 2006). Pada saat tinggi
muka air kurang dari 3 m, hasil tangkapan meningkat. Musim penangkapan
ikan berlangsung dari bulan Mei sampai Desember. Selama bulan Januari
sampai April tidak diperoleh hasil tangkapan ikan. Saat tinggi muka air
rendah, nelayan banyak mengoperasikan berbagai jenis alat tangkap. Pada
saat itu, ikan banyak terperangkap dalam lebung (bagian air yang tidak
kering selama musim kemarau). Selama musim penghujan (permukaan air
danau naik), alat tangkap tidak efektif dioperasikan.

25 8

7
20
Produksi ikan (Kg/Jenis Alat)

6
Tinggi muka air (m)

5
15

10
3

2
5
1

0 0
Juli Agt sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
2004 Bulan 2005

Hampang Pengilar Lukah Luntak Rengge Kawat Tingi Air

Gambar 49. Hubungan tinggi muka air dengan hasil tangkapan


per jenis alat tangkap di suaka Perikanan Danau panggang

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 146


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

7.2. Perikanan Tangkap di Perairan Laut

Kegiatan operasional penangkapan ikan nelayan Kalimantan Selatan


utamanya adalah di wilayah koridor Kalimantan Selatan mulai dari perairan
pantai pada sekitar jalur I (sampai dengan 4 mil) dan jalur II (sampai dengan
7 mil). Masih sedikit yang menjangkau sampai dengan perairan Kangean,
Matasiri, dan Masalembu. Umumnya nelayan yang beroperasi di perairan
lepas pantai sampai ke gugusan pulau Matasiri dan Masalembo adalah
nelayan yang berasal dari Jawa dan mendaratkan ikannya di Kotabaru.

Ikan pelagis kecil yang merupakan kelompok ikan yang hidup di


lapisan permukaan dan bermigrasi cukup jauh memiliki peluang
pemanfaatan yang cukup besar. Kelompok ikan pelagis besar yang bisa
dimanfaatkan nelayan Kalimantan Selatan terutama ikan tongkol, cakalang
dan tenggiri. Peluang pemanfaatannya terutama di bagian timur perairan
Kalimantan Selatan seperti di Selat Makasar dan Laut Flores. Begitu pula
potensi-potensi lainnya, seperti ikan demersal (ikan yang hidup di dasar
perairan contohnya ikan kakap, bawal, layur, dll), udang (seperti udang
penaeid dan lobster), dan jenis ikan-ikan lainnya (seperti ekor kuning,
kerapu, baronang, napoleon, dll).

Pada tahun 2006, jumlah RTP/Perusahaan Perikanan yang


melakukan kegiatan penangkapan ikan di perairan laut Kalimantan Selatan
mencapai 6.970 atau mengalami kenaikan sebesar 0,35%. Sementara
jumlah total nelayan pada tahun 2006 adalah mencapai 52.960 orang
nelayan dengan kenaikan rata-rata pertahun selama periode 2001 – 2006
sebesar 3,27% (Anonimus, 1997; Tabel 30).

Tabel 30. Jumlah Nelayan dan RTP/Perusahaan Perikanan Tangkap di Laut


Provinsi Kalimantan Selatan s.d tahun 2006 (orang/unit)
Tahun Kenaikan Rata-rata (%)
Jenis
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2001-2006 2005-2006
Nelayan 46168 48548 56759 48870 51020 52960 3,27 3,80
RTP/Perusahaan 7495 7442 7544 8017 6946 6970 -1,22 0,35
Sumber: Statistik Perikanan Tangkap, 2007

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 147


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Kapal perikanan yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan pada


umumnya memiliki ukuran berkisar antara 5 <GT< 30 dengan berbagai tipe
dan jenis. Dari tipe jukung hingga perahu atau kapal. Umumnya jenis kapal
ikan yang terdapat di Kalimantan Selatan didominasi oleh kapal dari tipe
kapal penangkap ikan jenis bonati, lumbung dan balapan serta jukung.

Pada tahun 2006, jumlah perahu tanpa motor sebanyak 1.363 buah,
motor tempel sebanyak 2.027 buah, dan kapal motor ukuran 5 GT ke bawah
sebanyak 5.307 buah. Kemudian kapal motor berukuran di atas 5-10 GT
sebanyak 1.077 buah. Ditambah ukuran 10-20 GT sebanyak 243 buah,
selanjutnya ukuran 20-30 GT sebanyak 3 buah.

Dengan melihat potensi yang ada serta terkait dengan ketersediaan


kapal penangkapan maka, peluang usaha yang baik untuk dikembangkan
adalah penangkapan menggunakan armada penangkapan dengan
kemampuan > 30 GT. Artinya, kegiatan penangkapan diarahkan untuk
memanfaatkan sumber daya ikan lepas pantai dan ZEE, yang selama ini
belum dikembangkan di Kalimantan Selatan. Selain itu juga dapat dilakukan
upaya diversifikasi alat tangkap ikan.

Kapal perikanan yang ada di Kalimantan Selatan didesain sesuai


dengan tipe sungai sebagai pelabuhan penambatan kapal, karena umumnya
tidak memiliki pelabuhan perikanan yang mampu untuk tambat yang
jumlahnya ribuan buah tersebut. Sehingga ada beberapa desa nelayan
hanya mempunyai kapal penangkap ikan yang berukuran kurang dari 3 GT
misalnya di daerah Barito Kuala di Desa Lupak, karena perairan yang
dangkal sehingga yang cocok hanya kapal tipe balapan maupun kapal
lumbung dengan alat sungkur saja. Demikian juga halnya di Kabupaten
Banjar kapal dan alat tangkap didominasi oleh kapal jenis balapan dan alat
yang mereka gunakan jenis lampara dasar.

Kapal jenis balapan sebenarnya diambil dari desain kapal atau


perahu speed boat, kalau speed boat dibuat dari fiber glas tetapi kapal
balapan ini dari kayu meranti atau kayu lainnya yang banyak tumbuh di
Kalimantan. Tipe balapan ini mempunyai draf yang agak landai dan kapal

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 148


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

agak melebar sehingga cocok dengan perairan yang dangkal, kapal tipe
balapan ini dibuat digalangan kapal di desa Alalak di Barito Kuala.

Pada umumnya kapal yang dioperasikan di Kalimantan Selatan


dalam pengope-rasiannya hanya menggunakan sistim satu kapal atau
kapal tunggal (one boat system). Ada kalanya 1 (satu) unit jaring lingkar
yang dioperasikan dengan menggunakan 2 (dua) buah kapal yang disebut
sistem dua kapal atau kapal ganda (two boat system).

Walaupun Kalimantan Selatan memiliki banyak kapal penangkapan


ikan, sampai saat ini hanya ada 1 (satu) Pelabuhan Perikanan Pantai (PP)
yang mempunyai fasilitas lengkap yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PP)
Banjar Raya di Kecamatan Banjarmasin Barat. Sisanya 4 pelabuhan
perikanan lainnya merupakan pengkalan pendaratan ikan (PPI) yakni PPI
Muara Kintap; PPI Batulicin; PPI Aluh-Aluh; dan PPI Kotabaru (Anonimus,
2007). Pada tahun 2008 ini di Kabupaten Kotabaru, sedang dalam
penyelesaian pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai yang masih dalam
proses penyelesaian pembangunannya.

Pelabuhan Perikanan (PP) Banjarmasin berada di Kecamatan


Banjarmasin Barat dengan posisi 03o18’03” LS dan 114o33’02” BT. Lokasi
PP/PPI Banjarmasin tidak berada di daerah konsentrasi nelayan, tetapi
terletak di daerah hulu yang berlokasi di tepi Sungai Barito yang mempunyai
jarak masuk perairan pedalaman ±20 mil laut dari muara Sungai Barito dan
±40 mil laut dari daerah konsentrasi nelayan atau ±5 km dari pusat Kota
Banjarmasin. Areal tanah PP/PPI Banjarmasin yang sekarang ini
dipergunakan seluas 10824 m2, yang merupakan pemberian atau hak Guna
Pakai dari Pemerintah Kota Banjarmasin.

Oleh karena posisinya jauh dari daerah kosentrasi nelayan maka


kapal yang masuk bukan lagi kapal perikanan yang menangkap langsung di
laut tetapi merupakan kumpulan kapal perikanan yang membawa ikan dari
hasil membeli di tengah laut (kapal tangkahan) atau daerah dimana banyak

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 149


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

ikan tertangkap, misalnya dari Kotabaru, Tanah Bumbu, Kintab dan bahkan
banyak yang berasal dari Masalembu di Jawa timur.

PPI Muara Kintap berada di Desa Muara Kintap Kecamatan Kintap


Kabupaten Tanah Laut tepatnya di muara Sungai Kintap dengan koordinat
03o54’15” LS dan 115o15’29” BT. Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Kintap Kecil, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat
dengan Kecamatan Kintap, sebelah Timur dengan Desa Kebun Raya. PPI
Muara Kintap berada di daerah konsentrasi nelayan penangkapan ikan yang
mana mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah nelayan
penangkap, pengumpul, dan pengolah hasil perikanan.

- Kemampuan operasional

Operasional PP/PPI Banjarmasin telah mampu mendaratkan ikan


sebanyak 9.533.764 kg (tahun 2006), meskipun pada kenyataannya tercapai
hanya 1% apabila dibanding target indikator kinerjanya 2%, dan jumlah
kapal yang melakukan tambat labuh (frekuensi kunjungan kapal) pada tahun
2005 sebanyak 4446 kali menjadi 5617 kali pada tahun 2006 dan
kelengkapan dokumen kapal pada tahun 2005 sebanyak 270 menjadi 502
lembar pada tahun 2006.

Potensi sumberdaya ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI


muara Kintap adalah jenis ikan hasil tangkapan (pelagis kecil/besar dan
demersal) yang didaratkan di PPI Muara Kintap adalah ikan hasil tangkapan
nelayan setempat (lokal) dan pada saat musim-musim tertentu didaratkan
juga oleh nelayan pendatang (andon) yang mayoritas dari Sulawesi Selatan
dengan menggunakan kapal 1-20 GT dan dapat disandari oleh kapal
sebanyak kurang lebih 20 buah.

Dalam oprasionalnya PPI Muara Kintap volume produksi ikan pada


tahun 2005 sebanyak 528200 kg dan pada tahun 2006 sebanyak 678888 kg
meningkat 28.5% dengan pertambahan sebesar 150688 kg. Di pangkalan
PPI Muara Kintap dalam tahun 2006 jumlah kunjungan kapal perikanan
yang memanfaatkan dermaga PPI Muara Kintap sebagai sarana tambat dan

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 150


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

bongkar muat sebanyak 1435 buah kali kunjungan, dibandingkan dengan


tahun sebelumnya (2005) mengalami penurunan 1% (1455 kali kunjungan)
(Gambar 50) yang dikarenakan beberapa hal antara lain perubahan musim
penangkapan ikan, kelangkaan dan mahalnya BBM.

6,000 5,617

4,941
5,000
4,446
Kunjungan Kapal (Unit)

4,000

PP Banjarmasin
3,000
PPI Muara Kintap

2,000 1,555 1,455 1,435

1,000

0
2004 2005 2006

Gambar 50. Frekuensi kunjungan kapal di PPP Banjarmasin dan PPI Kintap
2004-2006
Berdasarkan Laporan Akhir Penyusunan Rencana Pemanfaatan
Ruang Kegiatan Perikanan Pada Koridor Pantai Timur Kalimantan Selatan,
Proyek Penataan Ruang Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil (Anonimus,
2003), pengembangan pelabuhan perikanan di daerah ini perlu didukung
dengan industri perikanan seperti pabrik es, cold storage, pengelohan dan
packaging produk perikanan, dan docking kapal nelayan. Pelabuhan-
pelabuhan yang diarahkan untuk dikembangkan untuk mendukung kegiatan
perikanan yaitu berupa PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan), PPP (Pelabuhan
Perikanan Pantai), serta pelabuhan ekspor tercantum pada Tabel 30.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 151


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Tabel 30. Rencana Pengembangan Pelabuhan Perikanan di Kalimantan


Selatan

No Pelabuhan Keterangan
1. PPI Batu Licin Kab. Tanah Mampu melayani nelayan-nelayan di
Bumbu (perlu dikembangkan perairan Kotabaru, Tanah Laut, dan
menjadi PPP) Tanah Bumbu sampai penangkapan di
Laut Jawa. PPI ini perlu dilengkapi
dengan fasilitas dermaga, pabrik es,
cold storage dan packaging, dan
industri pengelolahan. Mengingat
besarnya potensi perikanan di daerah
ini, maka pelabuhan ini perlu
dikembangkan dengan orientasi ekspor
dan pasar nasional.
2. PPI Muara Pagatan Mampu melayani nelayan-nelayan di
perairan Kotabaru dan Tanah Laut,
sampai penangkapan di Laut Jawa.
PPI ini perlu dilengkapi dengan failitas
dermaga, pabrik es, cold storage, dan
packaging dan industri pengolahan.

3. PPI Aluh-Aluh (Kab. Banjar) Mampu melayani nelayan-nelayan di


perairan sampai penangkapan di Laut
Jawa. PPI perlu dilengkapi dengan
fasilitas dermaga, pabrik es, cold
storage dan packaging, dan industri
pengelolahan. Pasar potensial antara
lain adalah Kota Banjarmasindan
skitarnya, serta potensi nasional dan
ekspor melalui Pelabuhan Samudra
Trisakti
4. PPI di Pulau Laut Terutama untuk menampung produksi
spsesifik daerah ini yaitu hasil budidaya
laut (ikan karang dan rumput laut).
Untuk itu perlu didukung dengan
fasilitas packaging dan industri
pengolahan.

Alat tangkap yang dioperasikan untuk menangkap ikan di perairan


laut Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:

a. Lampara Dasar

Lampara dasar (bottom seine net) merupakan salah satu alat tangkap
yang digunakan di Kabupaten Banjar untuk menangkap udang. Lampara

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 152


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Dasar merupakan alat yang bersifat aktif, yaitu dalam cara menarik atau
menyeret lampara dasar tersebut. Teknik penangkapannya yaitu
mengusahakan agar udang masuk ke dalam mulut jaring.

Daerah penangkapan nelayan yang mengoperasikan lampara dasar


di perairan sekitar pantai yang dasarnya berlumpur dan berpasir. Kegiatan
penangkapan dimulai pada pukul 05.00 Wita pagi berangkat dari fishing
base menuju fishing ground dan kembali ke fishing base pada pukul 17.00
Wita. Pengoperasian lampara dasar dilakukan satu kali trip selama sehari
mulai dari operasi penangkapan, setting (penurunan alat) dan hauling
(pengangkatan alat) dengan lama operasi 4 jam.

Hasil tangkapan lampara dasar adalah berbagai jenis udang dan


ikan demersal (dasar). Operasi penangkapan dengan lampara dasar dengan
menggunakan perahu bermotor dan pengoperasiannya pada dasar perairan
sehingga hasil tangkapannya berupa udang dan ikan dasar. Jaring lampara
yang digunakan terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu bagian sayap dan
kantong. Bagian sayap mempunyai fungsi sebagai penghalau udang agar
udang masuk ke dalam kantong. Kantong ini berfungsi untuk menampung
udang yang masuk.

- Deskripsi

Ukuran kantong menentukan besar kecilnya ukuran lampara. Sayap


kantong dibuat dari bahan nilon dengan ukuran mata jaring sebagai berikut :
a). bagian sayap berukuran 3,06 cm; b). badan kantong berukuran 3,25 cm;
c). mulut kantong berukuran 2,75 cm; dan d). bagian kantong berukuran 2,5
cm. Pelampung terbuat dari gabus sintetis atau plastik berbentuk lonjong,
dipasang merata sepanjang tali ris atau dengan jarak antara pelampung
yang satu dengan pelampung yang lainnya 1 meter. Pemberat terbuat dari
timah, berupa rantai dengan keseluruhan rantai 12 kg. Jumlah ikatan rantai
dengan jarak pemasangan ikatan rantai 18 cm. Papan layang terbuat dari
kayu yang dipasang pada tiap-tiap ujung sayap lampara dasar yang
gunanya untuk membuat agar sayap lampara dasar dapat berdiri vertikal di
dalam air, bahannya terbuat dari kayu ulin, tinggi papan layang 75 cm, lebar

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 153


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

35 cm dan panjangnya 30 cm. Keseluruhan berat otter board ditambah


berat batu 20 kg.

Pada bagian ujung biasanya diberi pelampung berupa bola plastik,


sedangkan pada ujung bawahnya diberi pemberat agar berdiri tegak
(vertikal). Tali papan layang terbuat dari besi dan timah, dimana tali papan
layang bagian atas terdiri atas 34 buah mata rantai, sedangkan tali papan
layang pada bagian bawah terdiri atas 36 buah mata rantai. Tali jampang
yang berfungsi untuk mengikat papan layang, terdiri dari tali bagan atas dan
tali bagian bawah dimana panjang tali bagian atas 80 cm dan panjang tali
bagian bawah 1 m, jika keadaan laut berpasir dan berlumpur maka beda
jarak antara tali bagian atas dan bawah yang adalah 50 cm. Adapun kapal
digunakan sebagai sarana bagi nelayan dalam usaha penangkapan.
Pengoperasian lampara dasar menggunakan kapal motor ukuran kecil
terbuat dari kayu, dengan ukuran panjang 8,5 meter, lebar 1,5 meter dan
tinggi 1,5 meter. Ukuran mesin 20 HP dengan merk dongfeng.

b. Rengge (Encircling Gill net)

Rengge atau agungan (gill net) yang digunakan nelayan Kalimantan


Selatan adalah berupa jaring insang berbentuk empat persegi panjang,
mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar
jaring jauh lebih pendek dibanding panjangnya. Alat tangkap rengge
digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang berenang bergerombol.
Daerah penangkapan umumnya berada tidak terlalu jauh dari pantai.
Operasional penangkapan dilakukan dalam 1 hari operasi (one day fishing).

- Deskripsi

Bagian-bagian rengge adalah :

(1) Jaring Utama. Jaring utama terbuat dari bahan poly ethylen (PE),
dengan menggunakan benang nomor 16, satu payah (piece) jaring
utama mempunyai ukuran panjang 100 m dan lebar 4 m, dengan
mata jaring (mesh size) 3,3 – 38 inchi.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 154


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

(2) Tali Ris Atas. Tali ris atas mempunyai fungsi untuk
menggantungkan jaring utama, terbuat dari poly ethylen (PE)
dengan menggunakan benang nomor 6 dibuat rangkap dua dengan
arah sejajar dan untuk satu payah (piece) diperlukan tali ris atas
dengan panjang 60 m untuk satu rangkap, warna dari tali ris adalah
hijau dan kuning.

(3) Pelampung. Pelampung berfungsi untuk mengapungkan alat. Ada


beberapa jenis peampung dan tiang bendera serta lampu yang
digunakan yaitu : Pelampung tanda; Pelampung pada jaring utama,
Pelampung berbentuk bulat, tiang bambu bendera tanda, pelapung
lampu.

(4) Pemberat. Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan bagian


bawah dari alat. Pemberat dari benang saran berbentuk jaring
dengan ukuran mesh size yang sama dengan jaring utama dan
berwarna biru agak kuning keemasan. Selain itu juga diguanakan
satu bauah pemberat yang terbuat dari semen yang dicor dan
hanya satu buah untuk satu unit drift gillnet dan diikatkan pada
bagian bawah dari pemberat dengan menggunakan tali yang
terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan ukuran no.6 dengan
panjang 5 meter dan berwarna hijau.

(5) Tali slambar. Tali slambar pada drift gillnet ada dua yaitu tali
slambar depan dan tali slambar belakang. Tali slambar depan
berfungsi untuk mengikatkan pelampung tanda pada tali ris atas.
Tali slambar depan terbuat dari bahan polyethylene (PE) berukuran
No. 6 dengan panjang 5 meter dan berwarna hijau. Sedangkan
pada tali slambar 6belakang berfungsi untuk mengikatkan kapal
pada tali ris atss. Tali slambar belakang terbuat dari bahan
polyethylene (PE) berukuran No. 15 dengan panjang 40 meter dan
berwarna putih.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 155


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

c. Sangkur

Sungkur merupakan salah satu alat tangkap alternatif yang bersifat


aktif untuk menangkap udang dan ikan demersal lainnya, selain lampara
dasar dan trammel net. Pengoperasian sungkur hanya perlu satu orang
nelayan. Sangkur terdiri dari beberapa bagian yaitu:

- Deskripsi

- Surungan (batang bambu diameter 6 hingga 11 cm). Fungsi surungan ini


untuk bingkai jaring dan sebagai bukaan mulut jaring juga. Untuk
menghubungkan kedua bambu ini pada pangkal bagian atas dipasang
pasak longgar agar tidak lepas saja tetapi dapat bebas bergerak.

- Sepatu (tumpuan surungan). Fungsi sepatu untuk menjaga agar ujung


surungan yang bersentuhan dengan dasar perairan tidak tertancap pada
dasar perairan sewaktu dioperasikan, maka dipasang papan yang dibuat
seperti sendal jepit dan dilapisi potongan karet yang terbuat dari getah
ban mobil. Ukuran getahnya panjang 45 cm dan lebar 14 meter.

- Jaring. Jaring yang digunakan jenis PE (polyethylene) berwarna hijau


tua, panjang jaring keseluruhan mencapai 12 meter, jaring terbagi tiga
bagian yaitu bagian sayap, bagian tubuh jaring dan bagian kantong mirip
dengan jaring trawl. Mesh size kantong yang digunakan 2 cm sayap
dan badan jaring 3 cm.

- Tali temali. Untuk mengatur jaring sewaktu dioperasikan digunakan


beberapa tali agar jaring tetap terbuka dengan sempurna dan mudah
dalam mengatur posisi jaring sewaktu berada pada kedalaman yang kita
kehendaki.

- Pemberat, terbuat dari timah yang dipasang pada tali ris bawah yang
bersentuhan langsung dengan dasar. Jumlahnya pemberat ratusan buah
dengan ukuran panjang 2 cm, diameter 1,2 cm. Total beratnya pemberat
sekitar 4 kg.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 156


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

d. Gae (Mini Purse Seine)

GAE (mini purse seine) terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu
badan, sayap, kantong. Alat ini juga dilengkapi dengan beberapa bagian
lain misalnya tali ris atas/bawah, pelampung, pemberat, cincin dan tali kolor.
Pengopersian GAE dilakukan mulai dari pagi hari sekitar pukul 04.00 Wita.
Untuk satu kali pengopersian berlangsung selama 24 jam.

- Deskripsi

- Kantong terbuat dari jaring dengan besar mata jaring sekitar 1 inci dan
besar benang biasanya 210 D/6 atau 210 D/9.

- Badan jaring dengan ukuran mata jaring lebih besar pada bagian
kantong 1,25 – 1,5 inchi dengan nomor benang 210 D/3.

- Sayap memiliki besar mata jaring paling besar yaitu 1 2/3 – 2 inchi
dengan benang 210 D/3.

- Tali ris atas terbuat dari polyethylene atau kuralon dengan diameter 4 – 5
mm.

- Tali ris bawah mempunyai fungsi dan ukuran yang sama dengan tali ris
atas dan pada bagian ini juga diikatkan cincin dan pemberat.

- Pelampung berfungsi memberi bentuk pada jaring agar jaring tetap tegak
dalam air bahan terbuat dari plastik dengan bermacam-macam daya
apung.

- Pemberat berfungsi menambah kecepatan tenggelam dari jaring agar


ikan segera terkurung bahan terbuat dari timah, batu atau semen.

- Cincin merupakan tempat lewatnya tali kolor bahan terbuat dari plastik.

- Tali kolor berfungsi menutup jaring bagian bawah agar ikan terkurung
tidak melarikan diri ke lapisan yang lebih dalam terbuat dari tali yang kuat
seperti kuralon, polyethylene dengan diameter 18 – 24 mm.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 157


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

e. Rempa hanyut (Drift Gill net)

Drift gillnet (jaring insang hanyut) adalah jaring insang berbentuk


empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada
seluruh jaring, lebar jaring jauh lebih pendek jika diandingkan dengan
dengan panjang jaring. Digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang
berenang secara bergerombol, tetapi bisa juga menangkap ikan yang
berenang secara soliter. Dipasang menghadang arah renang ikan pada
perairan yang diperkirakan banyak terdapat ikan.

- Deskripsi

Bagian-bagian dari drift gill net sebagai berikut :

- Jaring utama. Merupakan lembaran jaring yang tergantung pada tali ris
terbuat dari bahan nylon polyfilamen size no. 16. Satu piece (lembar)
mempunyai panjang 50-100 m dan lebar 14 m. Mesh size 4 inci atau 10
cm, berwarna biru keabu-abuan

- Tali ris atas. Merupakan tempat menggantungkan jaring utama. Terbuat


dari polyethylen (PE) ukuran No. 6 dibuat rangkap dua dengan arah
sejajar dan untuk satu piece diperlukan tali ris panjang 60 meter untuk
satu rangkap. Tali ris berwarna hijau.

- Pelampung. Terdapat 4 jenis pelampung yang digunakan yaitu: a)


Pelampung tanda bendera (1 buah) dibuat dari bambu sepanjang 5 m.
Bagian atas diletakkan bendera sedangkan pada bagian bawah terdapat
pemberat yang terbuat dari semen yang di cor.; b). Pelampung pada
jaring utama dari bahan plastik/jerijen 5 liter. Untuk satu piece digunakan
5 buah pelampung dengan jarak masing-masing pelampung 12 m.
Pelampung ini diikatkan pada tali ris atas dengan menggunakan tali ris
atas dengan menggunakan tali pelampung dari bahan polyethylene (PE)
no. 4 dengan panjang 5 m dan berwarna hijau; c). Pelampung berbentuk
bulat dari bahan plastik berukuran agak besar dan berwarna hitam
diikatkan pada tali ris atas menggunakan tali pelampung dari bahan
pollyethylene (PE) yang berukuran no. 4 dengan panjang 5 meter dan

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 158


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

berwarna hijau; d). Pelampung bambu berfungsi agar tali selambar


belakang tidak terpuntal terbuat dari bambu dengan panjang 1,5 m.
Diikatkan pada tali slambar belakang dengan tali yang terbuat dari bahan
polyethylene yang berukuran No. 4 dengan panjang 5 meter dan
berwarna hijau; e). Pelampung lampu terbuat dari pipa dengan ukuran
panjang 1 m dan lebar 1 m. Pada bagian atas diletakkan lampu.
Diikatkan pada tali ris atas menggunakan tali pelampung dari bahan
poliethylen (PE) berukuran No. 6, panjang 5 m dan berwarna hijau.

- Pemberat. Berfungsi untuk menenggelamkan bagian bawah dari alat.


Pemberat dari benang saran berbentuk jaring dengan ukuran mesh size
yang sama dengan jaring utama dan berwarna biru agak kuning
keemasan. Selain itu juga diguanakan satu buah pemberat yang terbuat
dari semen yang dicor untuk satu unit drift gillnet. Pemberat ini diikatkan
pada bagian bawah pemberat menggunakan tali bahan polyethylene
(PE) ukuran no.6 dengan panjang 5 m dan berwarna hijau.

- Tali slambar. Ada dua yaitu tali slambar depan dan tali slambar belakang.
Tali slambar depan berfungsi untuk mengikatkan pelampung tanda pada
tali ris atas terbuat dari bahan polyethylene (PE) No. 6 dengan panjang
5 m dan berwarna hijau. Tali slambar belakang berfungsi untuk
mengikatkan kapal pada tali ris atas, terbuat dari polyethylene (PE) No.
15 dengan panjang 40 m dan berwarna putih.

f. Trammel Net

Bagian- bagian Rempa Kantong (Trammel net) yang digunakan


nelayan di Kabupaten Tanah Laut hampir sama dengan di daerah lainnya
yakni terdiri dari:

- Jaring utama, adalah jaring yang tergantung pada tali ris, terdiri dari 3
lapis jaring yaitu 1 lapis jaring bagian dalam (inner net) dan 2 lapis jaring
bagian luar (outer net). Ukuran mata jaring bagian dalam lebih kecil
dibandingkan dengan bagian luar yakni size 1,5 inci/3,8 cm (inner net)
dan size 10 inci/25,5 cm (outer net). Panjang inner net 31,16 m dan lebar

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 159


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

8,36 m. Panjang outer net 36,72 dan lebar 1,785 m. Inner net terbuat
dari benang nilon multifilament dengan jenis polyamid (PA). Panjang 1
lembar (piece) jaring pada saat terpasang mencapai 15 depa (25 m)
dengan tinggi 1,5 m.

- Tali ris, merupakan tempat untuk menggantungkan jaring utama, terbuat


dari bahan kuralon. Panjang tali ris atas dan bawah 5 m, diameter 0,3
inci. Tali ris terdiri dari dua buah tali dengan warna dan pilinan yang
berbeda supaya pada saat penarikan alat (hauling tali tidak kusut atau
terpuntal.. Pilinan yang pertama adalah pilinan arah kiri (z) berwarna
merah, sedangkan pilinan yang kedua adalah pilinan arah kanan (s)
berwarna kuning.

- Pelampung terdiri dari: a). Pelampung bendera dari bahan gabus


berbentuk persegi. Pada bagian atasnya diletakkan bilah kayu yang
diikatkan bendera, fungsinya untuk mengetahui letak atau posisi alat
pada saat melakukan operasi penangkapan; b) Pelampung pada jaring
utama terbuat dari bahan plastik, berwarna biru, berbentuk lingkaran dan
memiliki lubang pada bagian tengahnya, berfungsi sebagai penghubung
antara satu pelampung dengan pelampung lainnya. Diameter
pelampung 5 cm. Letak pelampung berbeda di sepanjang tali ris atas.
Jumlah pelampung 52 buah. Jarak pemasangan pelampung antara
pelampung yang satu dengan lainnya 80 cm.

- Pemberat, berfungsi untuk menenggelamkan bagian bawah dari alat.


Pada rempa kantong pemberat terbuat dari timah, berbentuk persegi,
beratnya 5 gram, letaknya berada di sepanjang tali ris bawah.
Diameternya 0,5 cm. Jarak antara satu dengan pemberat lainnya 60 cm,
jumlahnya 164 buah.

- Selvedge, oleh mansyarakat nelayan disebut dengan serampatan atau


zat besi. Selvedge terbuat dari bahan polyetheline (PE), terdapat pada
bagian atas dan bawah jaring, ukuran mata jaringnya 1,5 inci (3,8 cm),
karena ukuran diameter benang lebih besar dari diameter benang tubuh
jaring, sehingga pada saat berada di dalam perairan baik pada saat

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 160


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

pengoperasian dan penarikan alat kotoran-kotoran dan kerang-kerangan


yang ada di dasar perairan tidak tersangkut serta alat tidak mudah kusut
dan cepat rusak.

- Tali Selambar/Tali penarik ada dua, yaitu tali selambar depan dan
belakang. Bagian depan berfungsi mengikat pelampung tanda pada tali
ris atas, terbuat dari bahan kuralon dengan panjang 5 m, sedangkan tali
selambar belakang berfungsi mengikat kapal pada tali ris atas terbuat
dari kuralon dengan panjang 10 m.

- Tali pemberat, berfungsi mengikatkan pemberat dari bahan semen cor


atau batu pada bagian bawah alat. Terbuat dari bahan kuralon dengan
panjang 1,5 m dari bagian bawah alat sampai ke dasar perairan.

g. Rawai

Rawai termasuk dalam golongan pancing (hook and line), terdiri dari
banyak tali cabang (branch line) yang membawa mata pancing. Rawai yang
umumnya digunakan oleh nelayan di Kalimantan Selatan adalah rawai
hanyut. Rawai hanyut ini terdiri dari tali utama/tali ris dengan diameter < 0,5
cm; tali cabang/tali pancing; mata pancing bernomor 5 – 9; tali pelampung;
pelampung; dan bendera sebagai penanda.

Tali pelampung yang digunakan terbuat dari nylon sepanjang 5 meter


dengan diameter 4 cm dengan arah pintalan S. Pelampung yang digunakan
adalah jerigen berbentuk kubus. Jarak pelampung satu sama lain adalah 1,5
m. Pemberat berupa batu dengan berat sekitar 0,5 kg. Jarak antar pemberat
10 cm dengan jumlah pemberat sekitar 50 buah. Sarana apung yang
digunakan adalah perahu.

Rawai hanyut merupakan alat tangkap yang terletak di permukaan


atau pada kedalaman tertentu dengan bantuan pelampung. Rawai hanyut ini
berukuran panjang. Lokasi pemasangan rawai pada kedalaman 10 m
dengan jarak dari pantai sekitar 3 mil.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 161


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

7.2.1 Karakteristik Kapal dan Alat Tangkap Perikanan Laut

a. Kabupaten Banjar

Kabupaten Banjar memiliki kapal penangkap ikan yang jumlahnya


mencapai 1.682 (2005). Kapal ikan yang dioperasikan nelayan Banjar
adalah hanya jenis kapal motor berukuran kecil 0-5 GT dengan operasional
penangkapan 1 hari layar (one day fishing). Jumlahnya adalah 1.682 unit
(Anonimus, 2006).

Konstruksi kapal merupakan kapal kayu yang telah umum dipakai di


Kalimantan Selatan. Bagian lunas, haluan sampai buritan umumnya tanpa
sambungan, namun demikian ada juga yang memiliki konstruksi
bersambung untuk mengurangi getaran mesin. Kapal-kapal nelayan Banjar,
umumnya dibangun di Barito Kuala dan Kota Banjarmasin. Kapal yang
terbanyak adalah dari jenis balapan dan kapal lumbung serta jukung. Bahan
konstruksi kapal umumnya dari kayu ulin (Eusideroxylon Zwageri) dan
alaban atau laban (Vitex pubesceus Vahl). Kedua jenis kayu ini paling
disukai karena kuat dan tahan air. Kekuatannya sampai bertahan selama
30 tahun asal dengan perawatan yang baik. Adapun jenis mesin penggerak
kapal adalah mesin diesel merek Diando dan Dongfeng. Kapal yang
berukuran besar ada yang menggunakan mesin bekas truk fuso, terutama
untuk kapal berukuran 5 – 10 GT.

Jenis-jenis alat tangkap yang digunakan nelayan Banjar adalah jaring


insang hanyut (gill net), rawai hanyut, togo, lampara, rengge dan lain-lain.
Karakteristik alat tangkap ikan yang terdapat di Kabupaten Banjar seperti
ditampilkan pada Tabel 32 dan 33.

Tabel 32. Karakteristik Alat Tangkap Ikan di Kabupaten Banjar

No Jenis alat Panjang (meter) Lebar (meter) Mesh size


tangkap
1 Set gill net 19,6215 m 0,9525 m 3,81
2 Lampara dasar 31,25 62,5 2,45
3 Rengge 100 m 4 3,3
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi, Kalsel, 2005

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 162


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Tabel 33. Jenis Penangkapan Ikan di Kabupaten Banjar

No. Jenis Penangkapan 2005


1 Pukat pantai 768
2 Jaring insang hanyut 396
3 Jaring insang tetap -
4 Serok -
5 Rawai tetap 456
6 Jermal 425
7. Bubu -
8 Lain-lain 436
Jumlah 2.481
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi, Kalsel, 2005
b. Kabupaten Tanah Laut

Kabupaten Tanah Laut mempunyai sumberdaya perikanan yang sangat


potensial bagi perkembangan sektor kelautan dan perikanan, karena mempunyai
potensi yang lengkap meliputi:

• Perairan laut dengan luas ± 48.665,2 Km2 dan panjang pantai ± 200 Km.
• Budidaya air payau memiliki potensi ± 15.505 Ha
• Perairan umum dengan luas 25.600 Ha
• Budidaya air tawar memiliki potensi seluas 230 Ha.

Kabupaten Tanah Laut memiliki kapal penangkap ikan yang


mempunyai ukuran bervariasi. Jumlah kapal penangkapan ikan di
Kabupaten ini mencapai 1533 (tahun 2005) dan pada 2006 mencapai 1.464
buah. Jumlah armada kapal penangkap ikan berdasarkan jenis dan ukuran
kapal dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Jenis Kapal yang terdapat di Kabupaten Tanah LautTahun 2005

No Jenis Kapal Unit


1 Jukung 35
2 Motor Tempel 225
3 Perahu tanpa motor kecil -
4 Perahu tanpa motor sedang -
5 Perahu tanpa motor besar -
6 Kapal motor 0 - 5 GT 789
7 Kapal Motor 5 -10 GT 484
8 Kapalk Motor 10 -20 GT -
Jumlah 1533
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel, 2006

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 163


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Untuk kapal motor tempel memiliki ukuran dengan panjang 10,5 m;


lebar 1,36 m; tinggi 0,63 m, dan kemampuan jelajah < 1mil. Kapal motor
berukuran dibawah 5 GT memiliki ukuran panjang berkisar antara 8 – 10 m;
lebar 2 – 2,5 m; tinggi 1 m dan kemampuan jelajah 2 – 3 mil. Kapal motor
berukuran 5 – 10 GT memiliki ukuran panjang berkisar antara 11 – 12,40 m;
lebar 1,4 – 2,21 m; tinggi 0,67 – 1,5 m dan kemampuan jelajah mencapai
jarak 3 – 8 mil (Tabel 35).

Tabel 35. Dimensi kapal ikan di Tanah Laut

Jenis Kapal Panjang Lebar Tinggi Jelajah Alat Tangkap


(meter) (meter) (meter) kapal (mil )
Motor Tempel 10,5 1,36 0,63 <1 Sungkur
Kapal Motor < 8 – 10 2 – 2,5 1 2-3 Drif Gill net
5 GT /Rempa hanyut,
Lampara Dasar
Trammel net -
Kapal Motor 5 11–12,40 1,4 – 0,67- 3-8 Encircling Gill
– 10 GT 2,21 1,5 net/Rengge,
Lampar Dasar
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel, 2006

Bahan kapal yang banyak digunakan di Kabupaten Tanah Laut


umumnya kapal kayu yang terbuat dari bermacam jenis kayu seperti
meranti, alaban dan ulin. Adapun bentuk kapal tergantung dari jenis
peralatan (fishing gear) dan peralatan bantu penangkapan (auxiliary fishing
gear) yang digunakan. Kapal penangkap ikan dengan menggunakan alat
tangkap rengge dengan bentuk kapal bonate, dimana bagian haluan kapal
agak tinggi dan menurun pada bagian haluan atau landai. Pada umumnya
tipe bonate ide dasarnya dari kapal vinisi yang sangat terkenal di Sulawesi.
Pembuatan kapal kayu yang dibuat di Tahah Laut di sesuaikan dengan
lokasi dan daerah serta perairan yang ada. Mesin kapal bermacam-macam
tetapi umumnya menggunakan Donpeng (< 5 GT) dan Yanmar ( 5 – 10 GT).
Untuk yang berukuran lebih besar > 10 GT menggunakan mesin bekas
mobil truk fuso.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 164


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Alat tangkap yang digunakan nelayan Tanah Laut untuk menangkap


ikan adalah dogol, pukat pantai, pukat cincin mini, jaring insang hanyut,
jaring lingkar, jaring insang tetap, trammel net, bagan tancap, serok, rawai
tetap dan jermal. Adapun jumlah alat tangkap yang beroperasi di perairan ini
mencapai 1.585 unit pada tahun 2005 (Tabel 36). Adapun spesifikasi
beberapa jenis alat tangkap yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut adalah
seperti tertera pada Tabel 37

Tabel 36. Jumlah alat tangkap berdasarkan jenis alat tangkap di Tanah Laut
(2005)

No. Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit)


1 Dogol 533
2 Pukat pantai 34
3 Pukat cincin 22
4 Jaring insang hanyut 125
5 Jaring lingkar 133
6 Jaring insang tetap 164
7 Trammel net 98
8 Bagan tancap 8
9 Serok 148
10 Rawai tetap 282
11 Jermal 38
Jumlah 1.585
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel, 2006

Tabel 37. Spesifikasi beberapa jenis alat tangkap di Kabupaten Tanah Laut

No Jenis alat tangkap Panjang Lebar Mesh size


(meter) (meter)
1. Lampara Dasar 62,5 25 3,06
2 Drift gillnet/Rempa 50 14 4 – 10 inch
3 Encircling gillnet/ Rengge 100 14 6 inch
4 Mini Purse Seine/ GAE 60 1,25 – 1,5 inch
5. Trammel net 25 1,5 inner net : 1,5 inci, outer
net; 10 inci
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel, 2006

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 165


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

c. Kabupaten Tanah Bumbu

Tanah Bumbu memiliki kapal penangkap ikan yang mempunyai


ukuran besar dan kecil yang tersebar di beberapa desa. Pada tahun 2005
jumlahnya mencapai 1369 dengan berbagai alat tangkap (Tabel 38).

Tabel 38. Jenis Kapal yang terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2005
No. Jenis Kapal Unit
1. Jukung 85
2 Motor Tempel 81
3 Perahu tanpa motor kecil -
4 Perahu tanpa motor sedang -
5 Perahu tanpa motor besar -
6 Kapal motor 0 - 5 GT 1094
7 Kapal Motor 5 -10 GT 109
8 Kapalk Motor 10 -20 GT -
Jumlah 1369
Sumber: Dinas Kelautan Dan Perikanan Tanah Bumbu, 2006

Kapal yang dipakai di Tanah Bumbu untuk menangkap ikan pada


umumnya dari jenis kapal kayu. Kapal-kapal yang terdapat di Tanah Bumbu
merupakan buatan asli daerah Tanah Bumbu sendiri dari galangan kapal di
desa Pagatan, desa Pagaruyung dan Batu Licin untuk kapal-kapal besar.

Jenis kapal penangkap ikan yang banyak terdapat di Tanah Bumbu


salah satunya jenis kapal mini purse seine. Kapal jenis ini berlabuh di sungai
Pagatan, walaupun pada statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Tanah
Bumbu tidak dicantumkan adanya alat tangkap purse seine atau mini purse
seine, kenyataan dilapangan justru banyak yang beroperasi yang berasal
dari desa Pagatan. Material kapal adalah kayu, umumnya kayu ulin dan
kayu alaban. Jenis kayu tersebut sangat kuat, dan mudah dalam proses
pembuatannya. Adapun mesin kapal yang dugunakan berbeda berdasarkan
ukuran kapal yakni untuk kapal berukuran < 5 GT menggunakan mesin merk
Donpeng; 5 – 10 GT merk Yanmar; dan ukuran 10 – 20 GT menggunakan
mesin Mitsubishi (bekas mesin truk Fuso). Adapun dimensi kapal penangkap
ikan yang terdapat di Tanah Bumbu adalah seperti tertera pada Tabel 39.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 166


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Tabel 39. Dimensi kapal penangkap ikan nelayan Tanah Bumbu

Jenis Kapal Panjang Lebar Tinggi Jelajah Alat Tangkap


(berdasarkan ukuran) (m) (meter) kapal (mil
(meter)
laut)
Kapal Motor < 5 GT 7,65 – 14 1,14 – 2, 0,33-1 3–7 Drif Gill net /
80 Rempa
hanyut/
Lampara
Dasar
Kapal Motor 5 – 10 GT 16,5-17 3,4 – 3,4 0,93- 10 Lampara
1,15 Dasar, Gill
net/Rengge
Kapal Motor 10 – 20 GT 19,84- 4,3 1,08- 20- 30 Mini Purse
21,73 2,20 Seine/Gae
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Tanah Bumbu, 2006

Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Kabupaten Tanah


Bumbu adalah drift gillnet/rempa hanyut, Encircling gillnet/Rengge, mini
purse seine/GAE, pancing, bubu, sero, lunta, seser, rempa bawal, rempa
kepiting, rempa lobster dan rakang (Tabel 40).

Tabel 40. Jenis Penangkapan Ikan di Tanah Bumbu

No. Jenis Penangkapan 2005


1 Drift gillnet/Rempa 50
2 Encircling gillnet/ Rengge 70
3 Mini Purse Seine/ GAE 80
4 Pancing 841
5 Bubu 64
6 Sero 5
7 Lunta 288
8 Seser 93
9 Rempa Bawal 82
10 Rempa Kepiting 440
11 Rempa Lobster 85
12 Rakang 4083
Sumber: Dinas Kelautan Dan Perikanan Tanah bumbu, 2006

d. Kabupaten Kotabaru

Untuk melihat dinamika alat tangkap, diambil sampel alat tangkap


ikan di laut di Kabupaten Kotabaru. Bentuk perubahan jumlah alat tangkap
perikanan laut di Kabupaten Kotabaru dalam sepuluh tahun pengamatan
ternyata banyak mengalami perubahan komposisi jenis (Gambar 51).

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 167


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

PERUBAHAN JUMLAH ALAT TANGKAP PERIKANAN LAUT


2005 TERHADAP 1995, KOTA BARU

2,500

2,000
JUMLAH ALAT

1,500
1995
2005
1,000

500

JIT
JIH
JIL

TN

BT

RT

JRM
TDA
RH
PC
PYG

ACO

SRO
LDS
PP
PS

BP

BB
JENIS ALAT

Gambar 51. Perbandingan jumlah alat tangkap pada tahun 1995 dan 2005
di Kabupaten Kotabaru

Jenis alat tangkap aktif pada tahun 2005 terdiri dari lampara dasar
(LDS), jaring insang hanyut (JIH), jaring tiga lapis (TN). Alat tangkap aktif
jenis ini menujukkan jumlah yang meningkat. Demikian pula dengan jenis
alat yang tergolong alat tangkap kategori pasif seperti bagan tancap (BT),
pancing (PC), dan tonda (TDA), juga mengalami kenaikan. Sementara pada
tahun 1995, Jenis alat tangkap aktif: jenis payang (PYG), pukat cincin (PS),
jaring insang tetap (JIT) menujukkan penurunan sedangkan alat tangkap
pasif sero dan jerma juga menunjukkan penurunan.

Perubahan ini menunjukkan bahwa tipologi perikanan di Kabupetan


Kotabaru mengalami pergeseran ke arah pemanfaatan sumber daya ikan
demersal di kawasan pantai yang dicirikan oleh penambahan jumlah
lampara dasar (LDS), jaring tiga lapis (TN), sedangkan perairan lepas pantai
semakin berkembang dengan bertambahnya jaring insang hanyut dan
tonda.

Dari trend perubahan rataan produksi rumah tangga perikanan (RTP)


di Kabupaten Kotabaru antara tahun 1996 – 2004 menunjukan terjadinya
pergeseran (Gambar 52). Terlihat bahwa produksi perikanan tangkap per
RTP memperlihatkan bahwa hasil tangkapan per RTP menurun tajam pada

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 168


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

periode setelah tahun 2002 sedangkan budidaya laut menunjukkan


peningkatan setelah tahun 2003. Ini mengindikasikan bahwa perkembangan
perikanan budidaya laut mengalami kenaikan yang sangat berarti. Ini terkait
dengan berkembangnya minat masyarakat dan investor untuk melakukan
usaha budidaya laut di perairan Kotabaru. Beberapa lokasi budidaya laut
yang memungkinkan untuk dikembangkan berada di bagian selatan pulau
ini.

PRODUKSI (KG) / RTP


25 KOTABARU 3.0
TKP
BD

2.5
20

2.0
15

BUDIDAYA
TANGKAP

1.5

10
1.0

5
0.5

- -
1996 1998 2000 2002 2004

Gambar 52. Perubahan rataan produksi/RTP perikanan tangkap dan


budidaya laut di Kotabaru
Kota baru memiliki kapal penangkap ikan yang mempunyai ukuran
besar dan kecil yang tersebar di beberapa desa. Pada tahun 2005
jumlahnya mencapai 3.833. dengan berbagai alat tangkap. Banyaknya
armada penangkapan ikan laut di Kabupaten Kota Baru (2005) dapat dilihat
dilihat pada Tabel 41. Sedangkan Tabel 42 menampilkan jumlah alat
tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan di perairan laut
Kotabaru selama tahun 2006.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 169


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Tabel 41. Jenis Kapal yang terdapat di Kabupaten Kotabaru Tahun 2005

2005
N0 Jenis Kapal
Unit RTP
1 Jukung 336 268
2 Motor Tempel -
3 Perahu tanpa motor kecil 405 369
4 Perahu tanpa motor sedang -
5 Perahu tanpa motor besar -
6 Kapal motor 0 - 5 GT 2.698 2.236
7 Kapal Motor 5 -10 GT 325 269
8 Kapalk Motor 10 -20 GT 69 15
Jumlah 3.833 3.157
Sumber: Dinas Kelautan Dan Perikanan Kotabaru

Tabel 42. Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut Kotabaru

No. Jenis Alat Tangkap Jumlah (Unit)


1 Lampara dasar/dogol 1,555
2 Pukat Cincin 49
3 Jaring Insang Hanyut/Gill net 1,419
4 Trammel Net 2,860
5 Jaring Insang/Rempa 290
6 Bagan Tancap 415
7 Pancing Ulur 143
8 Pancing Tonda 47
9 Sero/Belat 14
10 Alat Perangkap Kepiting 21
11 Jala Tebar 76
Sumber: Anonim, 2007 (Lap. Tahunan Dinas KP. Kotabaru)

Nelayan di Kabupaten Kota Baru umumnya menggunakan kapal


penangkap ikan yang dibangun di Kabupaten Tanah Bumbu. Sehingga
bentuk dan konstruksi kapal penangkap ikan di daerah ini relatif sama
dengan yang terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu. Adapun ukuran kapal
yang umum terdapat di Kabupaten Kotabaru tercantum pada Tabel 43.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 170


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Tabel 43. Dimensi kapal penangkap ikan nelayan Kotabaru

Jenis Kapal Jelajah


Lebar Tinggi
(berdasarkan Panjang (m) kapal (mil Alat Tangkap
(m) (m)
ukuran) laut)
Kapal Motor < 7,65 – 14 1,14 – 2, 0,33-1 3–7 Drif Gill net /
5 GT 80 Rempa hanyut/
Lampara Dasar
Kapal Motor 5 16,0-16,5 3,2 – 3,4 0,93 10 Lampara
– 10 GT Dasar, Gill
net/Rengge
Kapal Motor 10 19,84-21,73 4,3 – 4,9 1,08-2,27 20 Mini Purse
– 20 GT Seine/Gae

Material kapal di Kabupaten Kotabaru umumnya adalah kayu. Jenis


kayu yang digunakan umumnya kayu ulin dan kayu Alaban. Kayu alaban
banyak digunakan untuk konstruksi kapal berukuran kecil (< 5 GT)
sementara kayu ulin banyak digunakan untuk konstruksi kapal berukuran
lebih besar yakni berukuran 5 – 10 GT atau 10 – 20 GT.

Untuk kapal berukuran kecil < 5 GT, tidak dilengkapi dengan palka,
sehingga ikan hasil tangkapan ditaruh di atas geladak kapal. Untuk kapal
berukuran > 5 GT dilengkapi dengan palka. Ukuran palka berbeda
tergantung ukuran kapalnya. Untuk kapal berukuran 5 – 10 GT palka
berukuran panjang (p) = 7,66 dan lebar (l) 2, 99 m; sementara kapal
berukuran 10 – 20 GT ukuran palkanya memiliki panjang (p) = 8, 20 dan
lebar (l) = 2,92 m.

Mesin penggerak kapal berbeda tergantung ukuran kapal. Untuk


kapal berukuran kecil < 5 GT nelayan menggunakan mesin Donpeng; kapal
berukuran 5 – 10 GT mesin Yanmar; dan kapal berukuran besar 10 – 20 GT
menggunakan mesin Mitsubishi yang merupakan mesin bekas mobil truk.

Ada beberapa jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di


Kabupaten Kotabaru. Umumnya yang terbanyak (2005 ) adalah lampara
dasar dan trammel net. Lebih lengkapnya jumlah unit penangpan dan trip
penangkapan ikan dengan berbagai jenis alat yang dilakukan nelayan
Kotabaru dapat dilihat pada Tabel 44.

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 171


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

Tabel 44. Jenis Penangkapan dan Trip Penangkapan Ikan di Kotabaru


(2005)

No Jenis Penangkapan 2005

Kategori Nama Indonesia Unit Trip Rerata


1 Pukat Kantong Lampara dasar, dogol 1.225 276.894 226
2 Jaring Insang Jaring Insang Hanyut (Gill 998 338.000 339
net)
3 Jaring Insang Jaring insang lingkar 352 112.925 -
(Ecircling Gill net)
4 Jaring Insang Jaring Tiga lapis trammel net, 2.569 876.136 341
5 Jaring Insang Jaring insang tetap rempa 885 273763 309
6 Jaring angkat Bagan tancap 800 205.875 257
7 Pancing Pancing tonda 181 47.975 265
8 Pancing Rawai hanyut 325 96.660 297
9 Lain-lain 266 39.400 148
Jumlah 7.601 2.267.628 298
Sumber: Dinas Kelautan Dan Perikanan Kotabaru

e. Kabupaten Barito Kuala

Pada tahun 2005 Kabupaten Barito Kuala memiliki kapal penangkap


ikan yang jumlahnya mencapai 370 unit. Jenis kapal penangkap ikan yang
terbanyak di Barito Kuala adalah kapal motor berukuran 5 – 10 GT
(sebanyak 169 unit); kapal motor 10 – 20 GT 65 unit; dan jukung/perahu
tanpa motor sebanyak 136 unit (Tabel 45).

Tabel 45. Jenis kapal penangkap ikan yang terdapat di Barito Kuala 2005

No. Jenis Kapal Jumlah Jenis alat tangkap


(unit)
1. Jukung 136 Pancing, jala, lunta
2. Kapal motor 5 – 10 GT 169 Sungkur, lampara, rempa,
rawai
4. Kapal motor 10 – 20 GT 65 Sungkur, lampara, rempa, rawai
Jumlah 370

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, Kalsel (2006).

Perahu tanpa motor (jukung) menggunakan alat tangkap berupa


pancing, jala dan lunta (jaring berbentuk kerucut). Selain itu, jukung juga
digunakan untuk menjajakan ikan hasil tangkapan. Kapal motor (5 – 10 GT
atau 10 – 20 GT) umumnya menggunakan alat tangkap berupa sangkur,

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 172


di Kalimantan Selatan
LAPORAN AKHIR

lampara, rempa dan rawai. Hasil tangkapan sangkur dan lampara umumnya
ikan demersal dan udang. Sementara alat tangkap rempa dan rawai
umumnya ikan-ikan pelagis.

Konstruksi kapal jukung semuanya dari bahan kayu. Jukung ini


mempunyai 2 tipe yaitu jukung sudur dan jukung lumbung. Jukung sudur
dibuat dari kayu pohon yang dibelah dua dengan diameter minimal 75 cm
dan tanpa menggunakan pasak atau sambungan dengan papan lainnya.
Sementara jukung lumbung, merupakan jenis jukung yang konstruksinya
lebih besar dan terbuat dari papan kepingan yang dirangkai sesuai.
Konstruksi jukung lumbung ini sudah menggunakan lunas, gading dan galar
balok. Namun kapal jenis ini tidak mempunyai bangunan di atasnya.

Kosntruksi kapal motor di Barito Kuala umumnya semuanya dari


bahan kayu. Jenis kayu yang digunaka adalah kayu meranti dan sebagian
menggunakan kayu ulin. Kapal didesain sesuai keadaan daerah dan
keadaan perairan di Barito Kuala yang relatif dangkal serta belum memiliki
pelabuhan khusus untuk kapal penangkap ikan. Jarak operasi penangkapan
ikan juga tidak terlalu jauh dari pantai. Mesin kapal menggunakan mesin 24
HP dari berbagai merek seperti kayo, dongfeng, dll. Adapun spesifikasi alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan baik menggunakan jukung
maupun kapal motor tercantum pada Tabel 46.

Tabel 46. Spesifikasi alat tangkap di Barito Kuala

No. Jenis alat tangkap Panjang (m) Lebar Jumlah Mesh size
(m) (unit)
1. Rengge 60 1,5 3 2,5 inchi
2. Sungkur 12 4 2 0,5-1,0 inchi
3. Lampara dasar 60 - 3 -
4. Rawai 31,25 62,5 1 2,45
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel, 2

Kajian Potensi Sumber Daya Perikanan Darat dan Laut 173


di Kalimantan Selatan

Anda mungkin juga menyukai