Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN

SEMI SOLID
“Emulsi Ekstrak Kayu Manis”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Jantika Rahmawardani ( 1808010060 )


2. Irna Nurfahla ( 1808010063 )
3. Siti Halimatus Sakdiyah ( 1808010069 )
4. Nimas Arumsari ( 1808010075 )
5. Salsabila Fitrian Fauzi ( 1808010095 )

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan
cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana
lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang
berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan
es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.

Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah
juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan
emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya
emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya
sebagai penstabil emulsi.

Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair
namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja
diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan
persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari dan industri.

Purwokerto, 16 Maret 2020

Penulis
BAB II
ISI

Suatu industri farmasi ingin mengembangkan sediaan emulsi ekstrak kayu manis.
Bagian RnD melakukan praformulasi sedemikian hingga sampai mendapatkan
formula sebagai berikut:

Ekstrak kayu manis 1g


Tween 80 3,68 g
Etanol 0,68 g
Propilen glikol 0,38 g
Isopropyl miristat 0,58 g
Akuades ad 10 g

1. Praformulasi
A. Ekstra Kayu Manis
a. Nama : Ekstra Kayu Manis
b. Sinonim : Cinnamomum burmanni
c. Nama kimia : Cinnamomum cassia
d. Formula empiris dan berat molekul :
e. Kategori fungsi : Zat Aktif
f. Penerapan di dalam formulasi :
g. Deskripsi :
h. Keasaman/kebasaan :
i. Densitas/berat jenis :
j. Konstanta disosiasi :
k. Kelarutan :
l. Stabilitas :
m. Kondisi penyimpanan :
n. Inkompabilitas :
B. Tween 80
a. Nama : Tween 80
b. Sinonim : Polysorbate 80
c. Nama kimia : Polyoxyethylene 20 sorbitan
monooleate
d. Formula empirisdanberatmolekul : 1310
e. Kategori fungsi : Agen dispersi; agen
pengemulsi; surfaktan nonionik;
zat pelarut; agen suspensi; agen
pembasah
f. Penerapan di dalam formulasi :-
g. Deskripsi : Polysorbates have a
characteristic odor and a warm,
somewhat bitter taste. Their
colors and physical forms at
258C are shown in TableV,
Although it should benoted that
the absolute color intensity of
the products may vary from
batch to batch and from
manufacturer to manufacturer.
h. Keasaman/kebasaan : Bilangan asam tidak kurang dari
2,2 untuk bilangan penyabunan
antara 45 dan 55
i. Densitas/beratjenis : Antara 1,06 dan 1,09
j. Konstanta disosiasi :-
k. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,
larutan tidak berbau dan praktis
tidak berwarna, larut dalam
etanol, dalam etil asetat, tidak
larut dalam minyak mineral.
l. Stabilitas : Polisorbat stabil terhadap
elektrolit dan asam dan basa
lemah; secara bertahappasifikasi
dapatdigunakandengan asam dan
basis yang kuat ester asam peka
terhadap oksidasi. Polisorbat
bersifat higroskopis dan harus
diperiksa kadar airnya sebelum
digunakan dan dikeringkan jika
perlu. Juga, bersama-sama
dengan polikoksietilenaurfaktan
lainnya, penyimpanan yang lama
dapat menyebabkan
pembentukan peroksida.
Polisorbat harus disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, di tempat
yang sejuk dan kering.
m. Kondisipenyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
n. Inkompabilitas : Perubahan warna dan / atau
presipitasi terjadi dengan
berbagai zat, terutama fenol,
tanin, ter, dan bahan mirip tar.
Aktivitas antimikroba dari
pengawet paraben berkurang
dengan adanya polisorbat.

C. Etanol
a. Nama : Etanol
b. Sinonim : Etil alkohol Ethanolum (96 per
centum); ethyl alcohol;
ethyl
hydroxide; grain alcohol;
methyl carbinol.
c. Nama kimia : Ethanol [64-17-5]
d. Formula empiris dan berat molekul : C2H6O dan 46.07
e. Kategori fungsi : Mencegah antimikroba,
disinfektan, penetrasi kulit,
solven.
f. Penerapan di dalam formulasi : Larutan etanol dan etanol berair
dari berbagai konsentrasi
(lihat
Bagian 8 dan 17) banyak
digunakan dalam farmasi
formulasi dan kosmetik; lihat
Tabel I. Meskipun etanol
adalah
terutama digunakan sebagai
pelarut, ia juga digunakan
sebagai desinfektan, dan
dalam
larutan sebagai pengawet
antimikroba. (1,2) Etanol
topikal
solusi digunakan dalam
pengembangan pengiriman
obat
transdermal sistem sebagai
penambah penetrasi. (3–10)
Etanol juga telah digunakan
dalam pengembangan
persiapan
transdermal sebagai
co-surfactant. (11-13)

g. Deskripsi : Cairan mudah menguap, jernih,


tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar
pada
lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah
dan
mendidih pada suhu 78°,
mudah
terbakar.
h. Keasaman / kebasaan : Pada 50 ml zat dalam labu
bersumbat kaca, tambahkan
50
ml air yang baru dididihkan.
Tambahkan fenolfialein LP
dan
titrasi dengan natrium
hidroksida 0,020 N sampai
terjadi warna merah muda
yang
stabil selama 30 detik:
diperlukan tidak lebih dari
0,90
ml natrium hidroksida 0,020
N
untuk menetralkan.
i. Densitas / berat jenis : Antara 0,812 dan 0,816;
lakukan penetapan pada
suhu
15,560 : menunjukkan
antara
92,3% b/b dan 93,8%
bib atau
antara 94,9% v/v dan
96,0% v/v
C2H60.
j. Konstanta disosiasi : -
k. Kelarutan : Bercampur dengan air dan
praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
l. Stabilitas : Larutan etanol berair dapat
disterilkan dengan cara
autoklaf
atau dengan filtrasi dan harus
disimpan dalam wadah kedap
udara, di tempat yang dingin.
m. Kondisi penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
jauh dari api.
n. Inkompabilitas : Dalam kondisi asam, larutan
etanol dapat bereaksi dengan
kuat bahan pengoksidasi.
Campuran dengan alkali
dapat
berwarna lebih gelap karena
reaksi dengan jumlah residu
aldehida. Garam atau akasia
organik dapat diendapkan
dari
larutan berair atau dispersi.
Larutan etanol juga tidak
sesuai
dengan aluminium wadah dan
dapat berinteraksi dengan
beberapa obat.

D. Propilon Glikol
a. Nama : Propilen glikol
b. Sinonim : Propilen glikol
c. Nama kimia : Propane-1,2-diol;
1,2-dihydroxypropane;
methyl
glycol; Propanediol
d. Formula empiris dan berat molekul : C3H8O2 dan 76.09
e. Kategori fungsi : Propilen glikol dapat digunakan
sebagai pelarut, ekstraktan,
pengawet, humektan dan
disinfektan pada berbagai
sediaan parenteral maupun
nonparenteral. Selain itu
propilen glikol digunakan
sebagai pengawet
antimikroba,
disinfektan, humektan,
plasticizer, pelarut, agen
penstabil, kosolven larut air.
f. Penerapan di dalam formulasi : Propilenglikol digunakan
sebagai humectant yang
akan mempertahankan
kandungan air dalam
sediaan
sehingga sifat fisikdan
stabilitas
sediaan selama
penyimpanan
dapat
dipertahankan.Propilen
glikol memiliki stabilitas
yang
baik pada pH 3-6 (Allen,
2002) .Dapat juga
digunakan
2003) sebagai pengawet
2004) antimikroba,
humektan,
2005) pelarut, agen
stabilisas.
g. Deskripsi : tidak berwarna, kental, cair,
dengan rasa manis, sedikit
pedas
mirip gliserin. Pada suhu
dingin,
propilen glikol stabil tetapi
pada
suhu tinggi dan di tempat
terbuka
cenderung
sebagaipengoksidasi,
sehingga menimbulkan
produk
seperti propionaldehida, asam
laktat, asam piruvat, dan asam
asetat (Weller, 2009).
Propilen
glikol memiliki absorpsi yang
cepat ketika diaplikasikan
pada
kulit yang rusak. Penahan
lembab dapat digunakan
gliserol,
sorbitol, etilen glikol dan
propilen glikol dalam
konsentrasi
10-20% (Voigt, 1971).
h. Keasaman/kebasaan : Keasaman Taxnbahkan 1 ml
fenolfialein LP pada 50 ml
air,
tambahkan natrium
hidroksida
0,10 N hingga larutan
berwarna
merah muda yang tetap
selama
30 detik. Tambahkan 10 ml
propilen glikol yang diukur
saksama, titrasi dengan
natrium
hidroksida 0,10 N hingga
warna
merah muda timbul kembali
dan tetap selama 30 detik:
diperlukan tidak lebih dari
0,20
ml natrium hidroksida 0,10
N.
i. Densitas/berat jenis : antara 0,812 dan 0,816 lakukan
penetapan suhu 15,56,
menujukan antara 92,3% b/v
dan 93,8 % b/b atau antara
94,9% v/v dan 96%
C2H3OH.
j. Konstanta disosiasi :-
k. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air,
dengan aseton dan dalam
kloroform; larut dalam eter
dan
dalam beberapa minyak
esensial; tetapi tidak dapat
bercampur dalam minyak
lemak.
l. Stabilitas : Stabil ketika bercampur dengan
etanol 95%, dan air. stabil
pada
suhu sejuk dan dalam wadah
tertutup rapat, tapi pada
temperature tinggi dan
terbuka
dapat mengalami oksidasi.
Stabil jika dicampurkan
dengan
etanol (95%), gliserin atau
air.
m. Kondisi penyimpanan : Wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, dan di
tempat sejuk
dan kering .
n. Inkompabilitas : Dengan reagen oksidasi seperti
potassium permanganate
E. Isopropil Miristat
a. Nama : Isopropil Miristat / Isopropyl
Myristat
b. Sinonim : 1-methylethyl ester; estergel;
Isopropyl tetradecanoate;
myristic acid isopropyl ester;
Bisomel; deltyl extra; ipm;
propan-2-yl tetradecanoate;
tegester; tetradecanoic acid 1-
methyl ethyl ester; tetradecanoic
acid 1-methylethyl ester; 1-
tridecane tetradecanoic acid; 1-
tridecane carboxylic acid
isopropyl ester; isopropil ester;1
-methylethyltetradecanoate; 4-
morpholinecarbonitrile;isomyst;
N -cyanomorpholine.
c. Nama kimia : 1-Methylethyl tetradecanoat
d. Formula empiris dan berat molekul :-
e. Kategori fungsi : Emollient; oleaginous vehicle;
skin penetrant; solvent.
f. Penerapan di dalam formulasi : C17H34O2 ; 270.5
g. Deskripsi : Isopropil miristat adalah lyodor
yang jernih, tidak berwarna, dan
praktis, kurang cair dengan
viskositas rendah yang
membeku pada suhu sekitar
58°C. Ini terdiri dari ester
propan-2-ol dan asam lemak
berat molekul tinggi jenuh,
terutama asam miristat.
h. Keasaman/kebasaan : ≤ 1.0
i. Densitas/berat jenis : 0.846–0.854
j. Konstanta disosiasi :-
k. Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform,
etanol (95%), etil asetat,
lemak,alkohol berlemak,
minyak tetap, hidrokarbon cair,
toluena, dan lilin. Melarutkan
banyak lilin, kolesterol, atau
lanolin. Praktis tidak larut dalam
gliserin, glikol, dan air.
l. Stabilitas : Isopropil miristat tahan terhadap
oksidasi dan hidrolisis, dan tidak
menjadi tengik.
m. Kondisi penyimpanan : harus disimpan dalam wadah
tertutup di tempat yang sejuk
dan kering dan terlindung dari
Cahaya
n. Inkompabilitas : Ketika propil miristat
bersentuhan dengan karet, ada
penurunan viskositas dengan
pembengkakan bersamaan dan
pembubaran sebagian karet;
kontak dengan plastik, mis.
nilon dan polietilen,
menyebabkan pembengkakan.
Isopropil miristat tidak
kompatibel dengan parafin
keras, menghasilkan campuran
butiran. Ini juga tidak sesuai
dengan zat pengoksidasi kuat.

F. Aquadest
o. Nama :
p. Sinonim :
q. Nama kimia :
r. Formula empiris dan berat molekul :
s. Katego ri fungsi :
t. Penerapan di dalam formulasi :
u. Deskripsi :
v. Keasaman/kebasaan :
w. Densitas/berat jenis :
x. Konstanta disosiasi :
y. Kelarutan :
z. Stabilitas :
aa. Kondisi penyimpanan :
bb. Inkompabilitas :

2. Formulasi
R/ Ekstrak kayu manis 1 g
Tween 80 3,68 g
Etanol 0,68 g
Propilen glikol 0,38 g
Isopropyl miristat 0,58 g
Akuades ad 10 g

3. Metode pembuatan

4. Kemasan
a. Kemasan Primer : Botol kaca Coklat 10 g
b. Kemasan Sekunder : Kemasan dus emulsi

Produksi
1. Master formula
Nama Bahan gram

Ekstrak kayu manis 1


Tween 3,68
Etanol 0,68
Propilen Glikol 0,38
Isopropil Miristat 0,58
Akuades Ad 10

2. Penimbangan per bets


Nama Bahan Gram Per Pot 60 gram Per Bets 60 kg
Perhitungan Hasil Perhitungan Hasil
Ekstrak kayu ma 1 1 x 60 60 gram 60 x 60000 360 kg
nis
Tween 3,68 3,68 x 60 220,8 gra 220,8 x 6000 13.248 k
m 0 g
Etanol 0,68 0,68 X 60 40,8 gra 40,8 x 60000 2.448 kg
m
Propilen Glikol 0,38 0,38 x 60 22,8 gra 22,8 x 60000 1.368 kg
m
Isopropil Mirista 0,58 0,58 x 60 34,8 gra 34,8 x 60000 2.088 kg
t m
Akuades Ad 10 3,68 x 60 220,8 gra 220,8 x 6000 13.248 k
m 0 g
3. Alur produksi

4. Metode pembuatan skala komersial


Globul kecil didispersikan ke dalam fase pendispersi, lalu perlahan membe
ntuk cream emulsi ukuran globul berpengaruh pada viskositas produk, dengan
emulsiyang bagus dengan ukuran 0,5-2,5 mn. Hal penting yaitu : ukuran partik
el optimal; volume viskositas; tegangan permukaan air dan minyak. Penambah
an surfaktanakan menghasilkan penurunan tegangan permukaan sehingga men
ghasilkan emulsiyang bagus dan stabil. Pencampuran air ditambah minyak dita
mbah emulgator yang cocok akan menghasilkan emulsi yang baik bisa juga m
enggunakan homogenaizer sehingga menurunkan ukuran globul lebih lanjut. u
ntuk skala kecil bisa digunakan mortir dan alu atau mixer dengan mengagitasi,
tergantung volume dan viskositas emulsi yang akan dibuat. Pencampuran dapa
t digunakan turbin mixer seperti silverson mixer homoginaizer. tipe mesin pen
dek, vertikal, sudut pisaunya tertutupdengan lubang ring yang tetap dan dihub
ungkan oleh mesin penggerak yang ada dipusat.
a. Cairan menjadi sasaran utama dalam pencampuran oleh rotary bland la
ludiberhentikan secara paksa dilubang ring.Perbedaan model itu mung
kin ter!adi pada setiap batch, umumnya dalamribuan liter termasuk mo
del inline.
b. Pencampuran dalam wadah sirkulasi cairan dimodifikasi dan dapatdipa
naskan atau didinginkan.Homoginai"er sering digunakan saat pencamp
uran a'aluntuk mengecilkanukuran globul hingga dapat diproduksi.
c. Semua pekerJaan prinsipnya untuk mendesak emulsi dibawah tekanan,
sehingga partikel halus terbentuk oleh logam dipermukaannya
d. Jika dua campuran tidak dapat bercampur digunakan getaran ultrasonic
alternatif lain dengan menekan dan memisahkan produk lubang dapatt
erbentuk pada daerah pemisah yang lain.
e. Campuran koloid cocok untuk sediaan emulsi secara terus menerus
Alat-alat yang digunakan pada pembuatan skala komersial yaitu :
1) Homogenaizer
2) Timbangan
3) Gelas Ukur
4) Wadah Pencampur
5) Pengaduk
6) Sentrifuse
7) Termometer
8) Stoples Plastik
9) Stoples Plastik berlubang
10) Botol Plastik / Kaca
11) Peralatan untuk pengujian laboratorium
5. Pengemasan
Ketentuan umum pengemasan produk farmasi :
a. Kemasan harus dalam kondisi yang baik, dan kuat untuk menahan benturan saat m
elakukan proses pengiriman.
b. Kemasan harus memiliki 3 ketentuan utama, yaitu anti bocor untuk
pengiriman yang berupa cairan, tahan endapan / robekan (untuk pengiriman
bermaterial padat), anti bocor untuk kemasan sekunder (Kemasan Terluar),
kemasan terluar harus memiliki daya tahan yang kuat dengan design test
(1.2 meter drop test)
3.Untuk pengiriman produk cair, kemasan primer (wadah utama/kemasan
terdalam) atau kemasan sekunder (Kemasan Terluar) harus mampu
menahan jika terjadinya perbedaan tekanal internal sebesar 95 Kpa.
4.Material Serap (Absorbent Material) harus mampu menyerap seluruh cairan
yang terdapat dalam kemasan tersebut.
5.Sebuah data detail mengenai pengiriman dan produk yang dikirim harus di
cantumkan pada bagian terluar kemasan sekunder (Kemasan Terluar).
6.Jika terdapat produk biological substance, harus menampilkan label
“Biological Substance, Category B” pada sisi terluar kemasan.
7.Dimensi minimum sebesar 100 mm.
Bagian QA
1. Prosedur uji stabilitas
Evaluasi sediaan emulsi meliputi pengamatan organoleptis, determinasi tipe
emulsi, penentuan ukuran globul, pengujian pH sediaan, viskositas dan uji
stabilitas emulsi.
a. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi perubahan warna, bau,
pemisahan fase, dan pertumbuhan jamur secara makroskopis.
Pengamatan ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut dengan tujuan
mengamati perubahan yang terjadi terhadap emulsi. Alat yang
digunakan adalah tabung reaksi beserta raknya. Emusi setiap formula 6
dimasukkan ke dalam tabung, formula 1 ke dalam tabung 1, formula 2
ke dalam tabung 2 dan seterusnya sampai tabung ke-4. Keempat
tabung diamati secara seksama. Hasilnya kemudian dicatat.
b. Determinasi Tipe Emulsi
Tipe emulsi ditentukan dengan metode pengenceran, yaitu
emulsi diteteskan ke dalam tabung reaksi yang berisi air. Bila terjadi
campuran sediaan yang homogen dilihat dari air yang terdapat di
dalam tabung reaksi maka emulsi berjenis minyak dalam air atau O/W.
Bila tidak homogen dilihat dari air yang terdapat di dalam tabung
reaksi yang tidak tercampur dengan baik maka emulsi berjenis air
dalam minyak atau W/O (Martin, et al., 1990). Metode ini dipilih
karena cukup sederhana untuk dikerjakan. Alat yang digunakann yaitu
4 tabung reaksi dan raknya serta pipet tetes. Disiapkan keempat
formula yang akan diuji, kemudian diteteskan ke dalam tabung reaksi
yang airnya sudah terisi penuh. Tabung reaksi 1 untuk formula 1,
tabung reaksi 2 untuk formula 2 dan seterusnya hingga formula ke-4.
Keempat tabung diamati secara seksama. Hasilnya kemudian dicatat.
c. Penentuan Ukuran Globul
Alat yang digunakan yaitu mikroskop cahaya (optik),
menggunakan lensa dari kaca yang sumber cahayanya berasal dari
lampu. Mikroskop tersambung dengan kamera yang bisa ditampilkan
wujud visualnya di layar monitor. Ditentukan ukuran globul rata-rata
menggunakan mikroskop secara visual dengan perbesaran 10 x.
Pengamatan dibantu penggaris kotak-kotak yang sudah diletakkan di
dalam tabung lensa mikroskop. Keempat formula diteteskan pada
object glass beberapa tetes menggunakan pipet tetes. Pengamatan
didokumentasikan menggunakan kamera yang terpasang pada
mikroskop. Dengan perbesaran 10 x maka satu kotak berukuran 100 x
100 µm. Hasil kemudian dicatat.
d. Pengujian pH Sediaan
Kadar keasam-basaan cairan emulsi bisa diukur menggunakan
pH meter. pH meter yang digunakan yaitu pH meter digital. Hasilnya
diketahui dengan nilai kadar yang dimunculkan pada layar, apabila
nilai yang ditunjukkan di bawah 7 maka cairan bersifat asam,
sedangkan jika nilai yang ditunjukkan di atas 7 maka cairan bersifat
basa. Sebelum menggunakan alat pH meter terlebih dahulu elektroda
dicelupkan ke dalam cairan yang netral pH-nya. Ketika siap untuk
mengukur, elektroda dimasukkan ke dalam cairan emulsi, direndam
sampai angka pH muncul pada layar. Masing-masing sediaan emulsi
dari formula 1 sampai 4 dengan volume 7 125 mL diukur pH-nya pada
selang waktu tertentu menggunakan pH meter pada suhu ruang.
Diamati dengan seksama kemudian dicatat hasilnya. Pada pengujian
ini dilakukan 3 kali replikasi untuk masing-masing formula.
e. Pengujian Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer
Brookfield dengan kecepatan geser dan nomor spindel yang sesuai.
Viskometer Brookfield adalah alat yang bekerja menggunakan gasing
atau kumparan yang dicelupkan ke dalam cairan, kemudian diukur
tahanan gerak dari bagian yang berputar. Keempat formula diuji
dengan menggunakan viscometer ini. Di masukkan sampel sebanyak
100 mL untuk setiap formula ke dalam gelas beker. Nomor spindel
yang digunakan adalah 2 karena sesuai dengan wadah beker dengan
volume emulsi 125 mL. Spindel pada viskometer dicelupkan sampai
tercelup sempurna. Viskometer kemudian dinyalakan sehingga spindel
akan berputar. Baca dan catat skala yang tertera. Pada pengujian ini
dilakukan 5 kali replikasi.
f. Pengujian Pemisahan
Fase Air dengan Metode Sentrifugasi Emulsi dengan volume
125 mL dalam tabung sentrifugasi dimasukkan ke dalam sentrifugator
dengan kecepatan putaran 3000 rpm selama 10 menit. Uji sentrifugasi
bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan emulsi dengan cara
mengamati pemisahan fase setelah disentrifugasi. Fase yang diukur
oleh peneliti adalah fase air yang terdapat di bagian bawah. Uji ini
diperlukan untuk mengetahui efek guncangan. Keempat formula
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung sentrifugasi. Satu
formula dimasukkan ke dalam dua tabung sentrifugasi, kemudian
dimasukkan ke dalam alat secara bersebrangan agar putarannya stabil.
Hasil diamati secara seksama, diukur fase pemisahannya kemudian
dicatat. Pada pengujian dilakukan 3 kali replikasi.
2. Penentuan waktu kadaluarsa
a. Tentukan Orde reaksi
b. Tetapan laju rekasi (k)
c. Tentukan waktu paro peruraian obat (t ½)
d. Tentukan waktu kadaluarsa (t 90)
e. Penentuan waktu daluarsa obat (exp date), dengan ketentuan mundur satu
bulan dari waktu mixing

Bagian QC
1. Pembuatan spesifikasi bahan baku dan produk jadi
2. Pengujian in process control (IPC)
3. Evaluasi produk akhir
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakrta: Dekpes RI


Mandei, Judith. 2012. FORMULASI MINUMAN EMULSI VCO MENGGUNA
KAN VARIASI EMULSIFIER (GUM ARAB, TWEEN 80) DAN AIR F
ormulation of VCO Emulsion Drink Using Emulsifier Variations (Ara
bic Gum, Tween 80) and Water. Manado: Balai Besar Industri Hasil P
erkebunan.
Pambudi, Kurniawan. 2013. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Emuls
i Minyak Biji Jinten Hitam. Depok: FMIPA UI
Raymon, C Rowe, Paul, J Sheskey & Marian, E Quinn. 2009. Hand Book Of
Pharmaceutical Excipients. London: Pharmacetical Press and Americ
an Pharmacist Association
Rinaldi K, Rahmat. 2018. Optimasi Formula Emulsi Kombinasi Minyak Zaitu
n Dan
Ekstrak Buah Alpukat Menggunakan. Surakarta: UMS Press

METODE FACTORIAL DESIGN


Shargel, Lion., Susanna WU – Pong, Andrew B. C. Yu. 2005. Biofarmasetika
dan Farmakokinetika Terapan, ed 5, Terjemahan Fasick dan Budi Su
prapti. Surabaya: Erlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai