Anda di halaman 1dari 2

Menurut PBB dalam handbook-nya, insentif pajak adalah tentang kompetisi pajak, tentang

bagaimana sebuah negara dapat menarik investasi sehingga tidak pergi ke negara lain.
Kompetisi dalam menarik investasi asing akan berbeda tergantung pada alasan dari investasi
itu sendiri. Sehingga efektivitas dari insentif pajak sangat tergantung pada jenis investasi
yang dilakukan, apakah investasi tersebut bermaksud dalam eksploitasi Sumber Daya Alam
(resource-seeking), untuk memfasilitasi penjualan atau produksi atas suatu produk di pasar
tertentu (market-seeking) maupun alasan lainya. Alasan-alasan investor dalam berinvestasi
inilah yang nantinya akan menentukan menarik atau tidaknya insentif pajak di suatu negara.
Perbedaan bentuk investasi juga memiliki peran karena tiap bentuk investasi akan memiliki
respon berbeda dalam perpajakanya. Dalam pelaksanaan aturan insentif pajak, diperlukan
pula pertimbangan mengenai biaya atas insentif pajak. OECD dalam laporannya di tahun
2015 menyebutkan beberapa faktor yang memengaruhi biaya sosial atas insentif pajak
diantaranya adalah hilangnya penerimaan pajak, biaya atas administrasi dan kepatuhan serta
kurang efisiennya alokasi sumber daya. Tiap negara termasuk Indonesia tentu memiliki
tujuan untuk memiliki kebijakan insentif pajak yang dapat memberikan manfaat terbesar
dengan biaya terendah. Kerugian berupa hilangnya penerimaan pajak akibat konsekuensi dari
insentif pajak dapat dihitung melalui analisa Tax Expenditure, oleh karena itu diperlukan
perhatian lebih dari Pemerintah dalam penerapan laporan atas Tax Expenditure sehingga
dapat mengukur efektivitas insentif pajak yang diberikan maupun melakukan evaluasi atas
kebijakan yang dilakukan. Menyusun laporan atas Tax Expenditure dalam APBN merupakan
salah satu langkah penting yang perlu diambil pemerintah dalam kaitannya dengan
keberhasilan insentif pajak di Indonesia. World Bank sendiri telah mengembangkan
suatu template dalam mengevaluasi keberhasilan insentif pajak terhadap investasi, berfokus
pada empat dimensi yaitu rule of law, transparansi, administrasi yang efisien dan review atas
insentif. Transparansi Pemerintah dalam setiap kebijakan serta pengawasan dan evaluasi
dapat memberikan keyakinan bagi investor bahwa pemerintah memiliki akuntabilitas dalam
penyelenggaraan kebijakannya. Pemerintah secara periodik perlu mengevaluasi efektivitas
insentif pajak untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dan secara berkelanjutan
memperbaiki substansi dari peraturan insentif pajak apabila kebijakan yang diambil gagal
dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
35/PMK.010/2018 Sudah tidak berlaku lagi karena diganti atau dicabut oleh Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 150/PMK.010/2018 Tentang Pemberian
Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26
November 2018. Apakah terbukti dengan dikeluarkan PMK ini dapat menarik minat investor
baik itu investor Indonesia maupun investor asing untuk berinvestasi di Indonesia ?

Anda mungkin juga menyukai