Anda di halaman 1dari 19

ANALYSIS OF SOCIETAL ENVIROMENT

NEGARA LAOS

Tugas Mata kuliah Bisnis Internasional

DISUSUN OLEH:

NOPITA CAHAYA (43117110241)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCUBUANA 2019


I. Analisis Lingkungan Societal

A. Ekonomi

Laos menetapkan beberapa zona ekonomi, meningkatkan perdagangan


internasional dan meningkatkan kerja sama regional. Mata pencaharian utama
penduduk Laos pada sektor pertanian. Hasil pertanian utamanya berupa padi,
jagung, tembakau, kapas, kopi dan buah jeruk. Daerah pertanian umumnya
berada di daerah dataran rendah terutama di tepi sungai Mekong. Sungai
Mekong merupakan urat nadi perekonomian Laos yang dimanfaatkan Laos untuk
menghasilkan tenaga hydroelectric. Tenaga hydroelectric yang dihasilkan
kemudian dijual oleh Laos ke negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.
Pada tahun 2012, pemerintah Laos membentuk portal Laos Trade Center yang
memberikan informasi terkait impor dan ekspor negara tersebut.
Dibandingkan dengan negara-negara di sekelilingnya, perekonomian Laos
memang tertinggal. Ketertinggalan ekonomi Laos juga tampak dari kondisi
Vientiane yang menjadi jantung kota utama

Seiring keterbukaan ekonomi yang dilakukannya, perekonomian Laos meningkat


sebesar 7,1% dari tahun 2001-2010 dan diharapkan meningkat sebesar 7,6%
dari tahun 2011-2015. Bukan angka yang mustahil jika menilik pertumbuhan
Gross Domestic Product (GDP) Laos pada tahun 2012 mencapai 8,1%.

Pendapatan per kapitanya tercatat 986 dollar AS per tahun. Pendapatan per
kapita Thailand tercatat 4.700 dollar AS, Kamboja 700 dollar AS, sedangkan
Singapura mencatat pendapatan per kapita tertinggi sebesar 37.000 dollar
AS.Tapi semenjak Laos mulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan
berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986 dan juga saat pemerintah Laos
menetapkan kebijakan perubahan jangka panjang dalam struktur ekonomi Laos
dengan membuka kesempatan untuk penanaman modal asing dan swasta,
persaingan pasar bebas, dll pada tahun 1991, perekonomian Laos pun
berkembang pesat.
PDB Nominal Per Kapita Laos diperkirakan sebesar 2,931.800 USD pada 2019
seperti yang dilaporkan oleh International Monetary Fund - World Economic
Outlook. Rekor ini naik dari angka yang terakhir dilaporkan, yaitu 2,720.320 USD
pada 2018, berikut
Grafik nya :

Negara Asia Tenggara yang satu ini juga mengalami perlambatan ekonomi.
Buktinya, Laos Cuma mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 6,79 persen di
tahun 2018. Sementara di tahun 2017 ekonomi Laos bisa bertumbuh hingga 6,89
persen.

Laos menggantungkan perekonomiannya pada ekspor sumber daya alam.


Menurunnya permintaan sumber daya alam dari Laos cukup memengaruhi
pertumbuhan ekonomi negara ini

B. Teknologi

Perkembangan teknologi komunikasi saat ini membawa berbagai perubahan dalam


kehidupan kita. Selain menghadirkan media baru yang menciptakan kemudahan
dan meniadakan batas antara ruang dan waktu, sehingga terjadi perubahan model
komunikasi konvensional menjadi komunikasi modern yang pada akhirnya
mengubah gaya hidup masyarakat di negara Asean.

Seiring dengan semakin dominannya peran media di tengah masyarakat, dapat


dilihat bahwa perubahan gaya hidup yang terjadi tidak hanya berlaku di kalangan
dewasa. Begitu hebatnya penetrasi teknologi komunikasi, sehingga anak-anak
generasi sekarang pun memiliki budaya dan gaya hidup yang sangat berbeda
dibandingkan dengan orangtuanya. Selain itu teknologi komunikasi juga
memberikan kemudahan penduduk berkomunikasi dengan penduduk lainnya
secara langsung tanpa harus bertemu di satu tempat.

Pada Kamis malam (18 Juni), di Vientiane, ibukota Laos, Bank Perdagangan
Persero Investasi dan Pengembangan Vietnam (BIDV) mengadakan upacara
penerimaan, penyampaian program bantuan pengembangan sistem Teknologi
Informasi kepada Kantor Pemerintah Laos. Program ini termasuk mendidik dan
meningkatkan tarap kader teknologi informasi, peralatan dan pembentukan sistem
surat elektronik email khusus untuk kantor Pemerintah Laos, dengan total nilai
sebanyak 83.000 dolar Amerika Serikat. Dengan bantuan BIDV, fundasi teknologi
informasi kantor Pemerintah Laos telah ditingkatkan secara modern, meningkatkan
keamanan dan mengabdi secara baik bagi aktivitas permanen unit. Ini adalah
bidang yang diinvestasikan Pemerintah Laos untuk mengembangkan dan secara
berangsur menggejar tarap teknologi informasi yang modern dan maju di kawasan

C. Politic-Legal
Satu-satunya partai politik yang diakui di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat
Laos (LPRP). Kepala negara adalah seorang presiden yang ditentukan oleh
parlemen untuk masa jabatan 5 tahun. Kepala pemerintahan adalah seorang
perdana menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dari parlemen.
Kebijakan pemerintahan ditentukan oleh partai melalui 9 anggota yang sangat
berkuasa Politburo dan 49 anggota Komite Pusat. Keputusan pemerintah yang
penting ditentukan Dewan Menteri. Jenis kekuasaan negara Laos adalah republik
sosialis dan berbentuk kesatuan. Sistem pemerintahan adalah presidensil dan
parlemennya merupakan unikameral.
Secara umum struktur pemerintahan Laos bersifat parlementer dimana legisatif
memilih presiden sebagai kepala negara, kepala yudikatif dan anggota komisi tetap
dalam parlemen. Berikutnya, presiden berhak menunjuk Perdana Menteri sebagai
kepala pemerintahan dan membentuk kabinet dengan persetujuan parlemen yang
mana semua ini untuk masa jabatan lima tahun.
Kolonialisme dan Lahirnya Lao People’s Democratic Republic

Kolonialisme di Laos pertama kali dipelopori oleh Prancis sejak tahun 1893
melalui ultimatum terhadap Siam untuk menyerahkan sebagian daerah
kekuasaannya di bawah pemerintah Prancis yang mana saat itu wilayah Laos
sebagian besar diduduki oleh Siam. Berawal dari titik ini pula Laos dipandang
sebagai bagian dari kesatuan Siam padahal Laos merupakan wilayah kekuasaan
tersendiri yang saat itu– kebetulan dan kurang beruntungnya- terpecah menjadi 3
bagian dan sebagian dikuasai Siam bahkan China. Perjanjian Prancis dengan Siam
awalnya tidak menyebabkan seluruh wilayah Laos langsung jatuh pada pihak
Prancis sebab penentuan batas pada perjanjian tersebut hanya berdasarkan garis
sungai Mekong dan kurang sesuai dengan batas nyata distrik meuang yang telah
lama terbentuk. Berbagai perjanjian kemudian dilanjutkan Prancis untuk
memperluas wilayah kolonialisasinya dengan mencari legitimasi dari Inggris.
Setelah cukup berhasil membangun awal kolonialisme, Prancis mengadakan
resident superiur.
Sebuah jabatan yang berfungsi mengatur seluruh teritori Laos sejak tahun 1923
dimana saat itu Prancis menetapkan batas teritori Laos persis sebagaimana yang
sekarang digunakan (meliputi 3
meuang yang dulu terpecah). Sebagai sebuah contoh badan eksekutif sederhana,
resident superiur
memiliki badan penasihat yakni Indigenous Consultative Assembly yang
anggotanya ditunjuk oleh resident superiur dan umumnya merupakan penerus
keluarga-keluarga ningrat dahulu. Berkat dimulainya hubungan sosial antara orang-
orang Prancis dan bangsawan Laos ini maka keturunan darah biru Laos mulai
mengenal dunia pendidikan ala Barat dan disekolahkan di luar negeri, salah satunya
adalah Kaysone Phomvihane yang berkuliah di Universitas Hanoi, Vietnam. Saat
itu di Vietnam sedang berkembang pesat Partai Komunis Indochina yang diketuai
oleh Ho Chi Minh tahun 1930. Partai ini berusaha mengusung pemikiran Marxist
dan Leninist yang ingin memperjuangkan kelas proletar dan menumbangkan rezim
borjuis melalui sebuah revolusi. Semangat ini kemudian diaplikasikan Partai
Komunis Indochina untuk menghapus pengaruh Prancis di Indochina (Laos,
Kamboja, Vietnam).
Salah satu langkah yang dilakukan oleh partai ini adalah merekrut anggota dari
Indochina dan mengembangkan sayap melalui section, termasuk Lao section di
Laos. Perekrutan kelas elit atau keturunan raja dalam partai ini lambat laun berhasil
membuat luasnya dukungan masyarakat Laos terhadap partai ICP dan diterimanya
ideologi Marxisme-Leninisme dengan isu perjuangan kelas. Meskipun demikian
sempat terjadi pertentangan di pihak Laos sendiri paska 1945 (keluarnya Jepang
dari Laos). Keluarga kerajaan Laos sebagian menerima kembalinya Prancis ke Laos
sedangkan keturunan raja lainnya yakni pangeran Phetsarath, Souvanna Phouma
dan Souphanouvong menolak keras kembalinya berbagai intervensi pihak luar
terhadap Laos.
Pangeran Souphanouvong kemudian menjadi pelopor berdirinya Pathet Lao yang
bertransformasi menjadi Phak Pasason Lao/Partai Revolusioner Rakyat Laos/Lao
People's Revolutionary Party (LPRP). Kedua kubu ini meskipun bertentangan masih
sama-sama mendapat dukungan dari masyarakat– dan memang mudah bagi
mereka melakukannya–sebab prinsip budaya politik tradisional Laos yang masih
melekat khususnya karma sehingga masyarakat mudah percaya terhadap nilai-nilai
yang diserukan oleh keturunan raja.

Sistem Partai Laos

Laos merupakan negara yang menganut sistem one authoritarian party sehingga
hanya ada 1 partai yang menduduki kekuasaan di negara ini yaitu Lao People's
Revolutionary Party (LPRP). Dalam konstitusi Laos yang diadopsi pada Agustus
1991 tepatnya pada Artikel 3, dikatakan bahwa LPRP merupakan inti
pimpinan(leading nucleus)
dalam sistem politik di Laos. Undang-undang LPRP yang kemudian direvisi pada
Kongres Partai ke-5 di tahun 1991 semakin menunjukkan peran dominan dari partai
ini seperti yang ditunjukkan dalam paragraf berikut.

“The party is...the leading core of the entire political system, hub of intelligence, and
representative of the interest of the people of all strata. The party formulates and
revises the major lines and policies on national development in all spheres; finds
solutions to major problems; determines the policies regarding personnel
management, training of cadres, and supplying key cadres for different levels;
controls and supervises activities of party cadres and members, state agencies and
mass organizations.”

Melalui pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa LPRP merupakan pemimpin inti
dari keseluruhan sistem politik Laos. Partai ini juga dapat merumuskan kebijakan
dalam hal pembangunan nasional di berbagai lapisan, memberikan solusi bagi
permasalahan-permasalahan utama serta mampu mengendalikan dan mengawasi
aktivitas kader dan anggota partai, perwakilan negara, dan organisasi massa.

Struktur Partai
LPP telah mengalami perkembangan secera stabil dalam hal anggota yang awalnya
berjumlah 300 menjadi 400 orang. Pada tahun 1965, anggotanya mencapai 11.000
orang kemudian mencapai angka 21.000 orang ketika akan memasuki koalisi final
dengan RLG
(Royal Lao Government) di tahun 1972. Pada 1975, ketika LPP mencapai
kekuasaannya secara penuh keanggotaan telah berhasil mencapai 25.000 orang
dan pada Kongres Partai Kelima di tahun 1991 LPRP telah menyatakan bahwa
anggotanya telah meningkat hingga pada jumlah 60.000 orang. LPRP memiliki cara
kerja yang sama dengan partai komunis khususnya dengan
Vietnamese Communist Party. Dalam struktur partai ini, kekuasaan tertinggi terletak
pada kongres partai yakni pertemuan yang dihadiri oleh seluruh kader partai yang
datang dari seluruh wilayah di Laos selama beberapa hari untuk melaksanakan
agenda-agenda diantaranya mempelajari perencanaan strategi partai di masa
depan dan mengesahkan keputusan yang telah diambil oleh pimpinan partai.
Kemudian struktur di bawahnya ditempati oleh Central Committee(sejak
dihapuskannya Secretariat pada tahun 1991) yaitu para elit partai yang akan
mengisi posisi politik di negara ini. Selain diisi oleh anggota Politburo dan mantan
anggota Secretariat, komite ini juga terdiri atas menteri pemerintahan, pimpinan
tentara, sekretaris komite partai provinsi, dan ketua organisasi massa.

Central Committee terdiri atas 21 anggota dan 6 wakil kemudian pada kongres
partai keempat, jumlahnya semakin meluas menjadi 51 orang dan 9 wakil. Jumlah
perempuan di Central Committee meningkat dari tiga hingga lima, termasuk
Thongvin Phomvihan, kemudian istri Sekretaris Jenderal Kaysone yang merupakan
ketua LPRP's People's Revolutionary Youth Union dan pada tahun 1982 menjadi
wanita pertama yang ditunjuk oleh
Central Committee.Meskipun LPRP menyatakan persamaan etnis dalam partainya,
Komite Sentral didominasi oleh golongan Lao lowland. Kelompok minoritas upland
tetap jarang diwakili pada tingkat tertinggi kepemimpinan partai, hanya terdapat
empat anggota kelompok etnis minoritas yang duduk di Komite Sentral dan terpilih
pada Kongres Partai Kelima.

Komite Sentral dijalankan oleh sejumlah komite bawahan (subordinate). Komite ini
meliputi Kantor Komite Sentral dan lima kantor lainnya yaitu Komite Organisasi,
Komite Propaganda dan Pelatihan, Komite Pengendali Partai dan Negara, Komite
Administratif Partai dan Sekolah Negara untuk Teori Politik, dan Komite Penyebaran
Kebijakan Partai. Meskipun belum diketahui secara pasti bagaimana proses
pengambilan keputusan dalam Politburo, kolegialitas telah menjadi cara yang paling
lama digunakan dan telah berkembang. Masing-masing 16 provinsi yang terdapat di
Laos diarahkan oleh komite partai yang diketuai oleh sekretaris partai yang
merupakan tokoh politik yang dominan di provinsi ini. Pada tingkat yang lebih
rendah terdapat 112 kabupaten (muang), dibagi lagi menjadi kecamatan (tasseng),
masing-masing dengan komite partai mereka sendiri. Secara administratif,
kecamatan telah dihapuskan pada prinsipnya sejak sekitar tahun 1993, namun
pelaksanaannya tidak merata di seluruh provinsi.

Eksekutif Pemerintahan Laos


Eksekutif Laos membedakan jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan.
Peran sebagai kepala negara dijalankan oleh presiden dan wakilnya yang disetujui
oleh setidaknya 2/3 anggota parlemen. Berdasarkan konstitusi Laos Pasal 53 Bab V
tentang Presiden Negara, tugas dan wewenang presiden adalah :
1.Menyebarluaskan Konstitusi dan UU yang telah disahkan oleh Majelis Nasional
2.Mengeluarkan keputusan negara dan tindakan atas rekomendasi dari Komite
Tetap Majelis Nasional (National Assembly Standing Committe)
3.Menunjuk atau memberhentikan Perdana Menteri dan anggota pemerintah
dengan persetujuan atau resolusi tidak percaya dari Majelis Nasional
4.Mengangkat, memindahkan atau menghapus gubernur provinsi dan walikota kota
atas rekomendasi dari Perdana Menteri
5.Memutuskan untuk meningkatkan atau menurunkan jajaran jenderal di pasukan
pertahanan dan keamanan nasional pada rekomendasi dari Perdana Menteri;
6.Menjadi kepala angkatan bersenjata rakyat
7.Memimpin pertemuan pemerintah bila diperlukan
8.Menentukan penganugerahan medali emas nasional, tanda jasa, medali
kemenangan dan tertinggi gelar kehormatan dari negara
9.Memutuskan pemberian grasi
10.Memutuskan wajib militer umum atau parsial dan menyatakan keadaan darurat
di seluruh negara atau dalam setiap wilayah tertentu
11.Menyatakan pada ratifikasi atau penghapusan semua perjanjian dan
kesepakatan yang ditandatangani dengan negara-negara asing
12.Mengangkat dan mengingat wakil berkuasa penuh dari Laos ke atau dari negara-
negara asing, dan menerima perwakilan berkuasa penuh dari negara-negara asing.

Sementara itu posisi sebagai kepala pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri,
Wakil Perdana Menteri dan jajarannya untuk masa jabatan 5 tahun. Perdana
Menteri dipilih oleh presiden dengan persetujuan parlemen dan selanjutnya
pengangkatan jajaran pemerintahan seperti gubernur dan jendral militer menjadi
hak Perdana Menteri yang kemudian akan dilantik oleh Presiden. Presiden Laos
dipilih oleh 2/3 dukungan dari Majelis Nasional (National Assembly) untuk masa
jabatan 5 tahun. Hal ini menjadi suatu ketetapan yang mengubah jabatan presiden
dari yang semula hanya posisi ceremonial menjadi suatu kekuasaan politis yang
penting. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, presiden dapat menunjuk
maupun memberhentikan perdana menteri dan anggota pemerintahan dengan
persetujuan Majelis Nasioanal.
Selain itu, presiden juga menerima dan menunjuk duta besar serta dapat
menyatakan keadaan darurat atau perang. Kekuasaan yang diberikan kepada
presiden telah mengalami perkembangan ketika proses penyusunan konstitusi,
namun kematian mendadak dari Kaysone, yang sebelumnya menjadi perdana
menteri kemudian menjadi presiden setelah adanya penyebaran konstitusi,
kemudian menimbulkan keraguan dalam hal potensi kekuasaan relatif di antara dua
kantor
(two offices). Walau bagaimanapun, presiden memimpin angkatan bersenjata dan
memiliki hak serta kewajiban untuk meyebarkan hukum dan surat keputusan.
Organisasi utama untuk administrasi adalah pemerintahan yang teridiri atas
perdana menteri (selaku pimpinan), deputi perdana menteri, menteri, dan kepala
kementerian (setara dengan komite negara). Perdana menteri dipilih oleh presiden
dengan persetujuan Majelis Nasional untuk masa jabatan 5 tahun. Kewajiban dari
posisi ini meliputi memimpin dan mengawasi kerja dari kementerian dan komite
pemerintahan dan juga bagi gubernur provinsi dan walikota. Perdana menteri
menunjuk semua deputi dalam dua level pemerintahan tersebut serta bagi pimpinan
distrik lokal.

Legislatif Pemerintahan Laos

Majelis nasional yang merupakan badan legislatif tertinggi adalah majelis yang
dipilih setiap lima tahun sekali. Penetapan ini pada awalnya digunakan pada zaman
kolonial RLG dan Perancis pada akhir tahun 1975. Terletak di sebuah gedung yang
lebih besar dari pada masa kolonial, majelis nasional berfungsi sebagai pembuat
keputusan yang berkaitan dengan isu-isu fundamental serta mengawasi organ
administratif dan peradilan. Sebagai sebuah badan legislatif, Majelis Nasional
memiliki power yang besar, di antaranya adalah mampu memilih serta
memberhentikan presiden, Mahkamah Agung dan Jaksa Penuntut Umum, yang
tentunya diawali dengan banyak pertimbangan dan rekomendasi dari pihak-pihak
tertentu lain. Power lain yang dimiliki oleh Majelis Nasional mencakup amandemen
konstitusi, menetapkan pajak, menyetujui anggaran negara, mendukung atau
membatalkan undang-undang, serta memilih atau menghapus tokoh-tokoh
peradilan dalam sistem pemerintahan suatu negara. Anggota dari Majelis Nasional
sendiri memiliki hak untuk menginterpelasi anggota pemerintah Selain itu, Majelis
Nasional juga dapat meratifikasi perjanjian serta memutuskan pernyataan perang
dan perdamain. Power yang dimiliki Majelis Nasional memang terbukti memiliki
batasan, meskipun menurut aturan, Majelis Nasional hanya bertemu di dalam suatu
persidangan sebanyak dua kali dalam setahun.

Selain itu, komite tetap (standing committee) untuk sementara juga dapat
menyelenggrakan sidang luar biasa jika dibutuhkan. Konstitusinya juga tidak
menentukan jumlah dari anggota Majelis Nasional yang mana calon-calonnya
ditetapkan oleh LPRP. Dalam pemilihan pada tahun 1989, ada setidaknya 79
anggota dalam Majelis Nasional yang merepresentasikan masing-masing distrik
yang ada, yaitu sekitar 40.000 sampai 50.000 orang. Kampanye pemilihan tersebut
berlangsung selama dua bulan. Proses pemilihannya berisi semacam eliminasi
terhadap kandidat-kandidat yang tidak memenuhi kriteria yang diinginkan sampai
tersisa kandidat-kandidat yang terpilih di akhir pemilihan.

II. Analisis Pasar


Laos merupakan negara yang dikelilingi oleh daratan dan sama sekali tidak memiliki
akses dengan laut, kasus negara seperti ini biasanya disebut sebagai negara
landlocked. Kebanyakan dari negara-negara penyandang negara landlocked
merupakan negara yang berkembang dan mengalami perekonomian yang cukup
sulit. Hal ini pula yang terjadi pada Laos sebagai negara berkembang dimana negara
ini menjadi satu-satunya negara yang dikelilingi oleh daratan di Asia Tenggara.
Dalam hal perekonomian, Laos juga dianggap sebagai negara yang
perekonomiannya kurang baik dimana pendapatan nasional brutonya sebesar 1.130
dollar Amerika perkapita dan memiliki tingkat kemiskinan mencapai sebesar 26%
(Dayley & Neher, 2013)

Peran pemerintahan negara Laos dalam meningkatkan perekonomian adalah hal


yang paling terpenting, dimana pemerintahan harus mengeluarkan kebijakan-
kebijakan yang dapat menolong perkembangan perekonomian Laos. Kebijakan-
kebijakan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh Laos akan sangat berdampak besar terhadap pemasukan
negara Laos itu sendiri dan juga sebagai pengganti peran laut yang tidak dapat
dijangkau. Banyak sektor yang dapat dicoba untuk dikembangkan oleh
pemerintahan Laos dalam menata perekonomian negara agar lebih baik lagi. Salah
satu sektor yang berpotensi besar dalam membantu perekonomian negara Laos
yaitu sektor pariwisata. Dilihat dari potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh Laos
terutama peninggalan-peninggalan sejarah serta fauna dan flora yang langka di
Laos dapat membantu perkembangan sektor pariwisata di Laos. Jumlah hutan Laos
sebagai negara landlocked juga merupakan sebuah ladang penghasilan yang luar
biasa jika benar-benar dimanfaatkan secara bijak dan juga dikelola secara baik,
maka Laos bisa mendapatkan peningkatan dalam pemasukan perekonomian.
Sejak tahun 1993 telah adanya rencana pengembangan sektor pariwisata yang
dimulai oleh kepemimpinan Nouhak Phoumsavanh. Nouhak sebagai Presiden kala
itu telah merencanakan suatu kebijakan dimana laos akan menjadikan 21% daratan
Laos sebagai konservasi keanekaragaman hayati yang kemungkinan akan menjadi
taman nasional yang paling terbesar di Asia Tenggara (Stuart-Fox, 1997). Dengan
adanya potensi-potensi alam yang dipandang baik maka potensi itu pula harus
dikelola secara perlahan tetapi juga pasti oleh pemerintah negara Laos serta
pengelolaan yang terus-menerus akan memberikan dampak positif bagi pendapatan
negara Laos. Kebijakan di sektor pariwisata terus berlanjut pada era Khamtai
Siphandon sampai Choummaly Sayasone. Pada era Khamtai sampai dengan
Choummaly baru dikembangkan sektor pariwisata secara nyata dengan
mengembangkan tempat-tempat wisata yang akan menjadi objek nasional Laos
dalam mengembangkan sektor pariwisata serta adanya peran sektor pariwisata yang
memiliki potensi untuk mengurangi kemiskinan di Laos melalui kebijkan berupa plan
dan strategi-strategi lainnya (Harrison & Schipani, 2009). Perkembangan ini berbeda
jauh dengan kebijakan yang dikeluarkan sebelum era Khamtai yang hanya
melakukan pengontrolan terhadap perusahaan wisata serta rencana pengembangan
alam yang bertujuan untuk mendorong sektor pariwisata untuk berkembang.
Dalam plan dan strategi yang dikembangkan pihak pemerintah juga melakukan
kerjasama. Laos melakukan beberapa kerjasama dengan negara-negara di kawasan
ASEAN seperti Thailand, Kamboja dan Myanmar dalam meningkatkan kapasitas dari
sungai Mekong sebagai tempat wisata yang dapat mendatangkan tourist (Kerr &
Revill, 2003) sehingga sungai Mekong bukan hanya sarana yang digunakan untuk
melakukan perdagangan dengan negaranegara tetangganya tetapi juga efektif
sebagai tempat pariwisata yang bernilai tinggi. Dengan adanya pula promosi tentang
ecotourism yang dilakukan oleh pemerintahan Laos membuat adanya peningkatan
tourist dari tahun 1995 yang hanya sebanyak 346.460 ribu orang menjadi 1 juta
orang pada tahun 2005, bukan hanya peningkatan tourist tetapi sektor ini juga
menyumbangkan lapangan pekerjaan untuk 18.000 masyarakat Laos (Butler &
Hinch, 2007).
Perkembangan pada sektor pariwisata yang semakin pesat dapat dilihat sampai
kepemimpinan baru Laos sekarang ini. Dengan adanya kebijakankebijakan yang
berbeda dari kepemimpinan Khamtai Siphandon sampai pada era kepemimpinan
Choummaly Sayasone telah menolong perekonomian Laos yang selama ini bisa
dikatakan kurang baik. Sektor pariwisata merupakan penyumbang investasi luar
negeri ketiga di Laos sebesar 8.76% setelah Electric Power sebesar 65,13% dan
Transport sebesar 9,22% pada tahun 1998 tepat setelah 10 tahun dibukanya
kebijakan pariwisata di Loas (Sayo Yamauchi, 1999). Sektor pariwisata juga
berkontribusi dalam menyumbang pendapatan nasional sebanyak 7 sampai 9
persen pada tahun 2003 (Harrison & Schipani, 2009).

III. Analisis Pesaing


Sebagai negara yang diapit oleh negara-negara anggota komunitas Asean, Republik
Demokratik Laos menjadi salah satu kunci dalam kegiatan diplomasi di kawasan
Asean. Laos diapit oleh Vietnam di Timur, Kamboja di Selatan, Thailand dan
Myanmar di Barat, serta di Utara dengan Vietnam dan China (bukan anggota Asean)
Sebagai negara yang baru bergabung ke Asean (1997) pernan aktif Laos dalam
Asean dinilai belum banyak kontribusinya dalam sektor ekonomi dan politik terhadap
komunitas Asean.
Pertikaian dalam negeri dan konflik dengan negara tentangga menjadi salah satu
faktor yang membuat Laos tertinggal dari negera lain di Asean. Laos sendiri baru
aktif berperan dengan membuka diri sejak tahun 2004.

Setelah lepas dari cengkremana kerajaan sampai abat ke-18 kemudian dikuasai
oleh Thailand. Selanjutnya Perancis menguasai Laos di abad ke-19. Perancis
menggabungkan Laos ke dalam traktat Indochina (1893). Laos juga sempat dijajah
Jepang selama Perang Dunia II. Pada tahun 1949 Laos merdeka dengan nama
Kerajaan Laos yang waktu itu dipegang oleh Raja Sisavang Vong. Dengan daerah
dataran rendah Loas berpotensi menjadi salah satu negara pemasok bahan pangan,
terutama beras. Luas daratan Laos mencapai 236.800 kilometer persegi. Dengan
jumlah penduduk yang sedikit (6,2 juta) tentulah Laos membutuhkan bahan pangan
yang rendah sehingga kelebihan produksi bisa diekspor. Saat ini Vietnam menjadi
negara pengekspor beras terbesar di Asean. Selain beras Vietnam pun menjadi
negara ketiga penghasil kopi terbesar di dunia, satu tingkat di atas Indonesia.
Keunggulan dalam sektor ekonomi bisa dijadikan sebagai salah satu sektor kunci
bagi Laos untuk berperan dalam kancah politik di Asean.
Kelemahan Laos dalam percaturan ekonomi dan politik di Asean adalah negara ini
tidak mempunyai wilayah perairan laut. Kondisi ini membuat roda perekomonian
Laos tergantung pada angkutan udara ke internasional dan transportasi darat dan
sungai dengan negara-negara tetangga. Sebagai negara yang memilik banyak faktor
kedekatan dan kesamaan di kawasan Asean Laos bisa menjadi negara kunci dalam
menengahi konflik wilayah. Misalnya, konflik antara Thailand dan Kamboja,
perselisihan antara Vietnam dan Kamboja. Laos juga bisa berperan langsung dalam
mendorong perdamaian antar etnis di Myanmar, serta konflik negara tetanggannya
dengan China. Peranan aktif Laos di kawasan Asean sangat ditentukan oleh
pemerintahan yang berkuasa. Pandangan penguasa Laos terhadap peranan
sebagai negara kunci di Asean menjadi faktor yang sangat menentukan dalam
memberikan kontribusi di Asean. Secara politis selama ini Laos dipengaruhi oleh
China dan Vietnam. Akbatnya, Loas terjepit antara kepentingan politik China dan
Vietnam di kawasan tsb. Kerja sama Laos dengan negara anggota Asean di
kawasan tsb. penting karena secara geografis Laos diapit oleh negara-negara
Asean. Kondisi ini membuat kontak Laos ke dunia luar di luar Asean hanya bisa
dilakukan dengan transportasi udara yang juga melewati udara Asean. Maka,
langkah konkret yang bisa dilakukan pemerintah Laos adalah berpaling dari dua
‘raksasa’ tsb. (China dan Vietnam) ke negara tetangga yang menjadi partner di
komonitas Asean. Dalam kaitan itulah diharapkan negara-negara Asean yang
berbatasan langsung dengan Laos didorong untuk meningkatkan kerja sama
bilateral dalam berbagai sektor dengan Laos.

IV. Analisis Pemerintah


Dalam tulisan ini menggunakan teori developmental state
dalam menganalisis peran kebijakan pemeritahan Laos pada sektor pariwisata
untuk meningkatkan perekonomian negaranya. Teori developmental state
menurut Adrian Leftwich adalah teori yang membahas tentang pambangunan
negara dimana adanya sebuah campur tangan oleh pemerintah secara penuh
terhadap pihak non-pemerintah untuk melakukan pembangunan di negaranya,
khususnya di bidang perekonomian (Leftwich, 1995). Adanya campur tangan
pemerintahan dalam pembangunan perekonomian negara dengan ikut membantu
pihak perusahaan non-pemerintah dalam menjalankan pasar agar
perkembangannya dapat berjalan lebih cepat sehingga perkembangan ekonomi
lebih mudah dicapai.
Menurut Adrian Leftwich adanya 4 indikator dalam teori developmental
state yang dilihat dari keberhasilan negara-negara Asia Timur yaitu Jepang dan
Taiwan, indikator tersebut yaitu (Leftwich, 1995):
1. Adanya kedekatan pemerintah terhadap private sector
Ciri penting dari mengembangkan negara adalah adanya hubungan
yang erat yang terjalin antara negara dengan private sector dan
intensitas keterlibatan private sector tersebut di pasar.
2. Adanya key Ministries
Fitur selanjutnya yang menunjang perkembangan negara dapat dilihat
dari kekuatan dan otonomi birokrasi dari elitnya, dimana adanya badan
pemerintah yang mengontrol sektor yang akan dikembangkan dalam
negara tersebut.
3. Adanya policy goals
Mengembangkan negara tentunya memiliki tujuan-tujuan dalam setiap
pembuatan kebijakan yang dikeluarkan dan telah disepakati oleh elit
birokrasi dimana tujuan dari kebijakan tersebut menjadi kepentingan
utama yang harus dicapai oleh pemerintah.
4. Adanya tujuan untuk melindungi dan mempromosikan objek-objek
nasional
Objek-objek nasional sebagai sumber daya yang harus dilindungi oleh
pemerintah merupakan suatu kewajiban dan mempromosikan objek
tersebut agar dapat diperkenalkan kepada dunia luar dan menjadi alat
untuk mengembangkan perekonomian negara.
Dalam teori developmental state negara memiliki peran dan posisi yang
sangat menentukan di dalam pembangunan, dimana peran dan posisi seperti ini
terjadi karena setiap negara memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan,
mampu untuk menjalankan dan mengatur setiap pihak-pihak yang bersangkutan
untuk meningkatkan pertumbuhan di setiap sektor terutama di sektor
perekonomian (Marijan, 2005). Menurut Andrian Leftwich peran dan posisi
negara sangat menentukan berdasarkan dari batasan developmental state yang
digambarkan sebagai negara-negara yang memiliki kekuasaan politik yang
terkonsentrasi secara cukup, otonomi dan kapasitas untuk membentuk, mencapai,
dan mendorong tercapainya tujuan-tujuan eksplisit dari pembangunan, dimana hal
itu dicapai melalui pembentukan dan promosi keadaan-keadaan dan arah
pertumbuhan perekonomian, melalui pengorganisasian pertumbuhan ekonomi itu
secara langsung, atau melalui berbagai kombinasi (Leftwich, 1995).
Hal ini menjelaskan bagaimana Laos sebagai negara dapat menjalankan
peran serta posisinya dengan baik, dimana pemerintah Laos dapat membentuk,
mencapai, dan mendorong tercapainya perkembangan ekonomi di sektor
pariwisata dengan adanya pembentukan Lao National Tourism Administration
(LNTA) yang sebelumnya merupakan National Authority of Lao PDR yang
dinaungi oleh kementrian Laos dimana tugasnya adalah untuk membatu serta
mengawasi perusahaan-perusahaan non-pemerintah yang ada di beberapa provinsi
di Laos agar sektor pariwisata dapat terus berjalan dengan baik. Pemerintah Laos
ikut serta dalam memperluas jaringan bantuan agar usaha-usaha kecil serta
project-project yang dilakukan oleh disetiap provinsi, salah satu contohnya seperti
Lao Nam Ha Ecotourism Project yang dilakukan di provinsi Luang Namthan
terus dapat berjalan. Adanya bantuan-bantuan bantuan dana dimulai dari tahun
1999 seperti New Zealand Agency for Internasional Development, The Japanese
Goverment trought the International Finance Corporation’s Trust Funds
Programme, UNESCO dan perusahaan-perusahaan lainnya (David Harrison,
2009). Peran pemerintah Laos dalam mengembangkan sektor pariwisata juga
terbukti berhasil dengan adanya perkembangan pesat pada pembangunan
akomodasi yang dilakukan oleh pihak private sector yang tetunya dibawah dari
naungan pemerintah Laos dimana jumlah pembangunan akomodasi di tahun 1998
hanya sebanyak 307 menjadi sebanyak 1701 pada tahun 2009 (Lao National
Tourism Administration , 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka teori developmental state tepat
digunakan dalam penelitian ini, dimana adanya peran dan posisi penting negara
Laos dalam melakukan pembangunan perekonomian dalam negaranya. Peran
tersebut salah satunya adalah berupa kebijakan yang diambil oleh pemerintah
Laos dalam mengembangkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan
perekonomian negaranya. Teori developmental state juga sebuah teori yang tepat
digunakan untuk menganalisis terkait pengaruh kebijakan pemerintah Laos pada
sektor pariwisatanya untuk meningkatkan perekonomian negara, dimana adanya
pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah Laos dengan
cara mempromosikan keadan-keadaan yang ada di Laos akan berdampak kepada
pengembangan pembangunan negaranya.
Dalam kebijakan pemeritahan Laos untuk meningkatkan perekonomian di
sektor pariwisata tentunya membutuhkan partner kerjasama eksternal dimana hal
ini akan menghasilkan hubungan yang ketergantungan antara Laos dan juga
partner kerjasamanya, dimana Laos membutuhkan pihak private sector dan aktor
lainnya untuk pengembangan sektor pariwisatanya. Dari hubungan pemerintah
Laos dengan aktor-aktor lainnya maka akan terbentuknya hubungan yang saling
menguntungkan untuk melakukan pembangunan perekonomian negara.

V. Peluang dan Ancaman


A. Peluang
Pertama, mengenai kedekatan pemerintah Laos dengan private sector
yang telah terjalin dengan baik di era Khamtai dimana adanya partisipasi secara
aktif yang dilakukan oleh pihak private sector dalam proyek-proyek yang
dilakukan oleh pemerintah Laos. Hubungan pemerintah dengan pihak private
sector semakin menjadi dekat dengan adanya perjanjian yang dilakukan oleh
kedua belah pihak yang disebut Public Private Partnership (PPP) pada era
Choummaly, dimana dengan adanya perjanjian PPP kedua belah pihak akan
lebih
mudah dalam membagi hasil dan juga resiko yang akan ditaggung bersama,
sehingga hal ini membuat rasa percaya pihak private sector terhadap pemerintah
Laos semakin meningkat. Pada era Choummaly juga dikelurkannya dekrit
mengenai PPP yang membuat hubungan kedua belah pihak semakin dekat.

Kedua, adanya Lao National Tourism Administration (LNTA) sebagai key


Ministry dalam membantu mengembangkan sektor pariwisata yang ada di Laos.
LNTA selaku key Ministry melakukan kerjasama sesuai dengan fokus yang
dikembangkan oleh pemerintah Laos yaitu ecotourism, pro-poor tourism, dan
community-based tourism. Pada era Khamtai ada beberapa organisasi
internasional, NGO, dan negara lain dalam membantu mengembangkan
pariwisata
Laos seperti UNESCO, SNV, ADB serta pemerintah New Zealand. Kerjasama
dengan berbagai pihak meningkat pesat pada era Choummaly dalam
mengembangkan pariwisata Laos seperti kerjasama bilateral dengan Malaysia,
kerjasama multilateral dengan ASEAN +3 (Korea, Jepang, China) ASEAN +1
(India), serta organisasi internasional dan NGO seperti UN-WTO, PATA, CUSO,
CANADA, WWF, WCS, IUCN, DED, WB dan organisasi lainnya.
Kinerja LNTA dalam mempromosikan pariwisata Laos di era Khamtai
sampai Choummaly juga mengalami peningkatan. Promosi dilakukan dengan
penyebaran informasi melalui internet dimana internet merupakan sumber yang
mudah untuk diakses dimana dan kapan saja. Pemerintah juga melakukan
kerjasama dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Tiongkok dalam
mempromosikan pariwisata Laos. LNTA juga melakukan perizinan terhadap
setiap akomodasi yang dibangun di Laos dimana pada era Khamtai telah adanya
dekrit tentang hukum pariwisata Laos yang menangi tentang perizinan
akomodasi
yang harus memenuhi jaminan kualitas, kenyamanan, kemamanan, serta
kebersihan yang baik. Selain menangani kerjasama, promosi dan memberikan
perizinan, LNTA juga melakukan pelatihan terhadap sumber daya manusia yang
ada di Laos. Pada era Khamtai sampai dengan era Choummaly, LNTA
melakukan
kerjasama dengan The Lao Association of Travel Agents (LATA), mendirikan Lao
National Institute of Tourism and Hospitality (LANITH) pada tahun 2008,
melakukan kerjasama dengan Luxembourg Development Cooperation (LuxDev)
dan (LANITH) dalam mengembangkan proyek skill for tourism pada tahun 2016,
serta kerjasama dengan International Labour organization (ILO).

Ketiga, adanya policy goals yang ingin dicapai pemerintah Laos dalam
mengembangkan sektor pariwisata. Melalui kebijakan pemerintah yang berupa
plan dan strategi, Laos mendapatkan keuntungan perekonomian yang dihasilkan
dari konribusi sektor pariwisata, adanya peningkatan jumlah destinasi wisata
yang
ada di berbagai provinsi di Laos yang dihasilkan dari proyek-proyek yang ada di
Laos serta dari masyarakat sekitar, dan banyaknya peluang kerja di bidang
pariwisata yang terbuka sehingga menciptakan pertumbuhan pekerja yang stabil
di Laos, dimana hal ini membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat
kemiskinan yang masih tinggi di Laos.
Keempat, adanya tujuan dalam melindungi dan mempromosikan objek
nasional. Dalam hal melindungi pemerintah melakukan kerjasama dengan
berbagai mitra kerjasama yang melakukan kerjasama melalui proyek pariwisata
dalam menciptakan kawasan Lindung yang telah diatur dalam dekrit tentang
hukum pariwisata di Laos, melakukan penyuluhan langsung terhadap
masyarakat
di daerah objek tersebut berada untuk meningkatkan rasa keperdulian,
pengawasan dan perlindungan objek pariwisata juga dilakukan oleh pemerintah
melalui empat tingkat state administration yaitu central, provincial, district dan
village. Dalam hal promosi, pemerintah pada era Khamtai sampai Choummaly
menggunakan internet sebagai sumber yang mudah untuk diakses dalam
mempromosikan acara-acara yang dapat menarik perhatian wisatawan asing

B. Ancaman
Bentuk ancaman untuk Negara laos tersendiri sekarang belum tampak jelas
namun Negara laos ini selalu mengantisipasi ancaman dari Negara-negara lain
apalagi dari sector perekomonian dinegara tersebut, selalu mengcontrol
pergerakan ekspor impor dengan Negara lain.

Anda mungkin juga menyukai