LP - Peritonitis Geralisata Fix
LP - Peritonitis Geralisata Fix
Oleh :
Linda ayu
14901.06.19014
D. Manifestasi Klinis
Pada gejala akan didapatkan berupa nyeri perut hebat (nyeri akan menyeluruh pada
seluruh lapangan abdomen bila terjadi peritonitis generalisata), mual muntah, dan demam.
Namun gejala yang timbul pada setiap orang dapat sangat bervariasi. Pada gejala lanjutan,
maka perut menjadi kembung, terdapat tanda-tanda ileus sampai dengan syok. Serta
hipotensi.
Nyeri abdomen kuat
Nyeri tekan (+)
Demam tinggi
Kedaan umum jelek
E. Patofisiologi
Reaksi awal keradangan peritoneum adalah keluarnya eksudat fibrinosa diikuti
terbentuknya nanah dan perlekatan-perlekatan fibrinosa untuk melokalisisr infeksi. Bila
infeksi mereda, perlekata akan menghilang, tetapi bila proses akan berlanjut terus maka
pita-pita perlengketan peritoneum akan sampai ke bagian lengkung usus ataupun organ-
organ. Eksudasi cairan dapat berlebihan hingga menyebabkan dehidrasi yang terjadi
penumpukan cairan di rongga peritoneal. Cairan air dan elektrolit akan masuk ke dalam
lumen usus dan menyebabkan terbentuknya sekuestrasi. Dengan disertai perlekatan-
perlekatan usus, maka dinding usus menjadi atonia. Atonia dinding usus menyebabkan
permeabilitas dinding usus terganggu mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi,
oliguri. Sedangkan perlekatan-perlekatan menyebabkan ileus paralitik atau obstruksi. Ileus
menyebabkan kembung, nausea, vomitting, sedangkan reaksi inflamasi menyebabkan
febris. Keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara
perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga
membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat menyebabkan terjadinya obstruksi
usus. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar akan menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
leukositosis
hematocrit yang meningkat (hemokonsentrasi)
metabolic asidosis
2. Foto sinar x
Adanya dilatasi usus halus dan usus besar. Udara bebas dapat terlihat pada kasus
Perforasi
3. USG (Ultrasonografi)
G. KOMPLIKASI
1. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral yang
menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok dan gagal ginjal.
2. Abses peritonea
3. Sesak
Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.
4. Sepsis
H. Penatalaksanaan Medis
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan di kontraindikasikan karena
syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena
untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus dimasukkan
melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah
dan perbaikan dapat diupayakan.
3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti
apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah
insisi dan drainase terhadap abses.
ETIOLOGI
Cedera otak dapat disebabkan oleh trauma pada kepala akibat benda tumpul dan
benda tajam. Adapun mekanisme terjadinya cedera kepala berdasarkan terjadinya
benturan terbagi menjadi beberapa menurut Nurarif dan Kusuma (2013), yaitu:
a. Cedera akselerasi
Jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak (seperti kepala
tertembak peluru)
b. Cedera deselerasi
Kepala yang membentur objek diam (seperti kepala yang membentur kaca mobil saat
kecelakaan lalu lintas)
c. Cedera akselerasi-deselerasi
Terjadi pada kecelakaan bermotor dengan kekerasan fisik antara tubuh dan
kendaraan yang berjalan
d. Cedera coup-counter coup
Jika kepala terbentur dan menyebabkan otak bergerak dalam ruang intracranial dan
menyebabkan cedera pada area yang berlawanan dengan yang terbentur dan area
yang pertama terbentur
e. Cedera rotasional
Benturan yang menyebabkan otak berputar dalam rongga tengkorak, yang
mengakibatkan meregang dan robeknya pembuluh darah dan neuron yang
memfiksasi otak dengan bagian dalam tengkorak.
Gambar 3. Penyebab Cedera Kepala
Manifestasi Klinis
Pasien dengan EDH seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang
telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga.
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan edh antara lain:
1. Penurunan kesadaran, bisa sampai koma.
2. Perubahan tanda vital. Biasanya kenaikan tekanan darah dan bradikardi.
3. Nyeri kepala yang hebat
4. Keluar cairan darah dari hidung atau telinga.
5. Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.
6. Gangguan penglihatan dan pendengara.
7. Kejang otot.
8. Mual.
9. Pusing.
10. Muntah.
11. Berkeringat.
12. Sianosis / pucat.
13. Pupil anisokor yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
14. Susah bicara.
2. Pengkajian primer
a. Airway
Menilaiapakahjalannafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa secret,
lidah jatuh atau benda asing
b. Breathing
Kajipernafasanklien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi
pernafasan klien per menitnya.
c. Circulation
Nilaisirkulasidanperedaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji keseimbangan cairan
dan elektrolit klien, lebih lanjut kaji ou tput dan intake klien.
d. Disability
Menilaikesadarandengancepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau sama
sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup
jelas dan cepat adalah : A: Awakening V: Respon Bicara P: Respon Nyeri U: Tidak
Ada Nyeri
e. Exposure
Lepaskanpakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui kelaianan
yang muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai akibat perubahan
sirkulasi, penumpukancairandanudara yang tertahandilumen.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus peritonitis berdasarkan rumusan
diagnose keperawatan menurut SDKI (2016) antara lain
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
c. Hipertermia b.d dehidrasi.
d. Resiko infeksi b.d penyakit kronis.
C. INTERVENSI
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam tingkat nyeri
menurun, dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun (5)
2. Meringis menurun (5)
3. Gelisah menurun (5)
4. Kesulitan tidur menurun (5)
5. Frekuensi nadi menurun (5)
Intervensi :
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik
4. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
5. Control lingkungan yang memperberat nyeri
6. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
7. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian analgesik
Pemberian Analgesik
Observasi
1. Identifikasi riwayat alergi obat
2. Identifikasi kesesuaian jenis analgesic dengan tingkat keparahan nyeri
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
4. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
5. Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesic optimal,
jika perlu
6. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respons pasien
7. Dokumentasikan respon terhadap afek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
8. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
9. kolaborasikan pemberian dosis dan jenis analgesic, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George et.al.2015.PanduanPraktis Diagnosis & Tata LaksanaPenyakitSaraf.
Jakarta :EGC
Ginsberg, L. 2016. Lecture Notes NeurologiEdisiKedelapan; alihbahasa Indah Retno; editor
amaliasafitridanRinaAstikawati.Jakarta :Erlangga
Muttaqin, Arif. 2008. AsuhanKeperawatanKlienDenganGangguanSistemPersarafan.
Jakarta :SalembaMedika
Nanda international. 2015. Nursing Diagnoses Definitions And Classification 2012-2014.
Oxford :wiley-blackwell
Oman, Kathlen et.al.2015.PanduanBelajarKeperawatanEmergensi; alihbahasa, Andry
Hartono; editor edisibahasaindonesia, NurMeitySulistyaAyu. Jakarta : EGC
Smeltzer, Bare. 2015. BukuAjarKeperawatanMedikalBedah, Brunner &Suddarth, Edisi
8.Jakarta : EGC
Tarwoto. 2009. KeperawatanMedikalBedahGangguanSistemPersarafan. Jakarta :
CV.Sagung Seto